dam penahan

22

Click here to load reader

Upload: vatulesiaekakurnia

Post on 24-Nov-2015

346 views

Category:

Documents


54 download

TRANSCRIPT

  • VIII-1

    LAMPIRAN I . PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.03/MENHUT-V/2004 TANGGAL : 22 JULI 2004

    BAGIAN KEDELAPAN

    PEDOMAN PEMBUATAN BANGUNAN KONSERVASI TANAH

    GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN TAHUN 2004

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Lahan kritis dan lahan potensial kritis terdapat dan tersebar di semua daerah aliran sungai (DAS) di Indonesia. Keberadaan lahan yang masih cukup luas dan cenderung mengancam lahan potensial kritis yang kondisinya masih baik di berbagai jenis penggunaan/pemanfaatan lahan, seperti: di kawasan-kawasan hutan, perkebunan, pertanian, jalan, industri, pertambangan, pemukiman dan lain-lain.

    Untuk mencegah degradasi lahan yang cenderung terus meningkat maka perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan dan pencegahan terhadap lahan ktiris dan potensial kritis tersebut. Terhadap lahan kritis perlu dilakukan upaya rehabilitasi dan terhadap lahan potensial kritis yang kondisinya masih baik perlu dilakukan upaya pencegahan kerusakan agar lahan dapat berfungsi optimal sebagai media pengatur tata air dan produksi. Untuk mencapai keadaan yang diinginkan seperti di atas dilakukan melalui upaya-upaya konservasi tanah.

    Sebagaimana diketahui bahwa teknologi konservasi tanah mempunyai 4 (empat) kategori, yaitu vegetatif, agronomi, struktural tehnik sipil dan manajemen.

    Dalam rangka Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GERHAN), teknologi konservasi tanah diterapkan kategori vegetatif dan struktural (teknik sipil) yang dalam pelaksanaannya diarahkan untuk menerapkan teknologi yang ramah lingkungan dan dapat diterima oleh masyarakat, menggunakan bahan baku alami, terdapat di lokasi serta tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Diharapkan nantinya teknologi tersebut dapat menjadi contoh dan pendorong bagi masyarakat

  • VIII-2

    untuk mengadopsinya dan mengembangkannya secara swadaya dan swadana.

    Untuk mendukung kesamaan persepsi dan kelancaran pelaksanaan kegiatan, maka perlu disusun Pedoman Pembuatan Bangunan Konservasi Tanah untuk menjadi pegangan dasar pembinaan teknis maupun pelaksanaan di lapangan.

    B. MAKSUD DAN TUJUAN

    Maksud disusunnya pedoman ini adalah untuk memberi arah, garis besar dan pegangan dasar dalam pembuatan bangunan-bangunan konservasi tanah dengan tujuan agar bangunan-bangunan konservasi tanah dapat dibangun dengan benar sehingga memberikan hasil yang optimal dan dapat berfungsi optimal.

    C. RUANG LINGKUP

    Ruang lingkup pedoman pembuatan bangunan konservasi tanah seperti tersebut pada sasaran di atas terbatas pada penyelenggaraan GN RHL/Gerhan mulai tahun 2004 dan selanjutnya.

    D. Sasaran pembuatan bangunan konservasi tanah dalam GN-RHL/Gerhan meliputi :

    1. pengendali jurang (gully plug),

    2. embung,

    3. sumur resapan air,

    4. dam penahan,

    5. dam pengendali.

  • VIII-3

    BAB II

    PEMBUATAN BANGUNAN PENGENDALI JURANG

    A. PENDAHULUAN

    1. Pengertian

    Bangunan pengendali jurang adalah bendungan kecil yang lolos air yang dibuat pada parit-parit melintang alur parit dengan konstruksi batu, kayu atau bambu.

    2. Tujuan

    Memperbaiki lahan yang rusak berupa jurang/parit akibat gerusan air guna mencegah terjadinya jurang/parit yang semakin besar, sehingga erosi dan sediment terkendali.

    3. Sasaran

    a. Lahan dengan kemiringan sampai dengan 30%

    b. Daerah tangkapan air maksimum 10 ha

    c. Lebar dan kedalaman alur/parit/jurang maksimum 3x3 m

    d. Panjang alur/parit/jurang sampai sekitar 250 m

    e. Kemiringan alur maksimum 5%

    B. PERENCANAAN TEKNIS

    1. Penyusunan Rancangan

    Penyusunan rancangan mengacu kepada RTT yang sesai. Rancangan bangunan pengendali jurang berisi antara lain :

    a. Kondisi/keadaan sosial ekonomi setempat

    b. Kondisi fisik sekitar lokasi

    c. Manfaat bangunan pengendali jurang

    d. Bestek/gambar-gambar rancangan bangunan pengendali jurang

    e. Rincian kebutuhan biaya (Perencanaan, Pelaksanaan, Pemeliharaan tahun berjalan dan Pengawasan)

  • VIII-4

    f. Jadwal pelaksanaan pembuatan bangunan pengendali jurang.

    g. Lembar Sunlaisah (disusun oleh Sub Dinas yang membidangi Kehutanan Kabupaten/Kota, dinilai oleh BPDAS dan disahkan oleh Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi kehutanan).

    Rincian secara lengkap mengenai teknis, mekanisme dan prosedur penyusunan rancangan diatur lebih lanjut dalam Pedoman Penyusunan Rancangan Teknis GN-RHL/Gerhan.

    C. PELAKSANAAN

    1. Persiapan Lapangan

    a. Penyiapan rancangan sebagai acuan pelaksanaan

    b. Pembersihan lapangan

    c. Pengukuran kembali (ouitzetting) dan pematokan

    d. Pembuatan profil lapangan.

    e. Pembuatan barak kerja dan gudang bahan bangunan

    f. Pengadaan bahan dan peralatan

    2. Pembuatan Bangunan pengendali jurang

    a. Stabilisasi hulu jurang dilakukan melalui : 1) pembuatan teras-teras dan bangunan terjunan dari batu, bambu

    atau kayu

    2) Pelandaian lereng hulu jurang

    3) Pembuatan saluran diversi mengelilingi di atas hulu jurang.

    b. Stabilisasi tebing jurang dilakukan melalui : 1) Pelandaian lereng/tebing

    2) Perkuatan lereng tebing

    c. Stabilisasi dasar Jurang terhadap bangunan pengendali lolos air dan bangunan pengendali tidak lolos air

    3. Organisasi pelaksana

    Sebagai pelaksana pembuatan bangunan pengendali jurang adalah kelompok masyarakat didampingi atau bekerja sama dengan LSM setempat dibawah koordinasi Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi kehutanan.

  • VIII-5

    4. Tahapan dan Jadwal Kegiatan

    Tahapan dalam pelaksanaan sesuai dengan jadwal pelaksanaan yang tertuang dalam rancangan

    5. Hasil Kegiatan

    Bangunan pengendali jurang yang telah dibangun sesuai rancangan dan setelah selesai masa pemeliharaannya diserahkan kepada aparat desa setempat dengan berita acara penyerahan.

    6. Pemeliharaan

    Pemeliharaan meliputi perbaikan/penyulaman bagian-bagian yang rusak meliputi : bangunan utama, stabilitas lereng, saluran disekitar bangunan utama.

  • VIII-6

    Gambar 1. Pengendali Jurang dari kayu dan batu

    Gambar 2. Pengendali jurang dari bambu

  • VIII-7

    BAB III

    E M B U N G

    A. PENDAHULUAN

    1. Pengertian

    Embung adalah bangunan konservasi air berbentuk kolam untuk menampung air hujan dan air limpasan atau air rembesan dari lahan tadah hujan sebagai cadangan kebutuhan air pada musim kemarau.

    2. Tujuan dan Manfaat

    Tujuan daripada pembuatan embung adalah :

    a. Menampung dan mengalirkan air pada kolam penampung

    b. Cadangan persediaan air untuk berbagai kebutuhan pada musim kemarau

    c. Menekan laju erosi dan sedimentasi

    Adapun manfaat daripada pembuatan embung yaitu persediaan air di musim kemarau dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan (pertanian, peternakan, rumah tangga dsb).

    3. Sasaran

    Lahan-lahan kering dan lahan-lahan tadah hujan pada hulu DAS

    a. Bertipe iklim C (5-6 bulan basah); tipe iklim D (3-4 bulan basah) dan tipe iklim E (

  • VIII-8

    b. Kondisi biofisik (letak dan luas DAS/Sub DAS, penggunaan lahan, tekstur tanah, formasi batuan, kelerengan, iklim, hidrologi/curah hujan).

    c. Manfaat embung bagi masyarakat sekitar

    d. Bestek/gambar-gambar rancangan bangunan embung dan letaknya dalam DAS

    e. Rincian kebutuhan biaya (perencanaan, pelaksanaan, peeliharaan tahun berjalan dan pengawasan)

    f. Jadwal pelaksanaan pembuatan

    g. Lembar Sunlaisah (disusun oleh Kepala Sub Dinas Kehutanan Kabupaten/Kotadinilai oleh BPDAS dan disahkan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota bidang kehutanan).

    Rincian secara lengkap mengenai teknis, mekanisme dan prosedur penyusunan rancangan diatur lebih lanjut dalam Pedoman Penyusunan Rancangan Kegiatan GN-RHL/Gerhan.

    C. PELAKSANAAN

    1. Persiapan Lapangan

    a. Penyiapan rancangan sebagai panduan pelaksanaan

    b. Pengukuran kembali

    c. Pematokan tanda letak embung

    d. Pengadaan bahan dan alat

    2. Pembuatan Embung

    a. Penggalian tanah mulai batas pinggir embung dengan kemiringan tanggul 450 dengan kedalaman 2,5-3 m. Tanggul dibuat agak tinggi untuk menghindari kotoran yang terbawa air limpasan.

    b. Agar dinding embung tidak mudah roboh dan lebih kedap air, dilakukan pelapisan dengan tanah liat, batu kapur, semen, plastik atau penembokan dengan semen dan batu.

    c. Ukuran/volume embung per unit mampu menampung air minimal 1000 m3

    3. Organisasi Pelaksana

    Sebagai pelaksana pembuatan embung adalah kelompok masyarakat didampingi atau bekerja sama dengan LSM setempat dibawah koordinasi Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi kehutanan.

  • VIII-9

    4. Tahapan dan Jadwal Kegiatan

    Tahapan dalam pelaksanaan sesuai dengan jadwal pelaksanaan yang tertuang dalam rancangan.

    5. Hasil Kegiatan

    Bangunan embung yang telah dibuat sesuai rancangan dan setelah selesai masa pemeliharaan diserahkan kepada aparat desa setempat dengan berita acara penyerahan untuk dilakukan pengelolaan/pemeliharaan lebih lanjut oleh kelompoktani.

    6. Pemeliharaan

    Pemeliharaan embung meliputi

    a. pemagaran sementara untuk mencegah gangguan ternak terhadap tanggul embung lebih parah, pengangkatan endapan lumpur dan perbaikan tanggul yang bocor.

    b. Untuk mengurangi hilangnya air embung karena evaporasi maka dilakukan pembuatan : 1) Tiang peneduh di atas embung dan ditanami dengan tanaman

    merambat seperti kecipir atau markisa.

    2) Tiang penahan angin disamping embung pada sisi datangnya angin dan bisa ditanam tanaman merambat atau pohon sebagai pengganti tiang.

    c. Pemeliharaan dan pengelolaan embung pasca proyek oleh kelompok masyarakat

  • VIII-10

    Gambar 3. Embung

  • VIII-11

    BAB IV

    SUMUR RESAPAN AIR

    A. PENDAHULUAN

    1. Pengertian

    Bangunan sumur resapan air adalah salah satu rekayasa teknik konservasi air berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai tempat menampung air dan meresapkannya ke dalam tanah.

    2. Tujuan

    Tujuan bangunan sumur resapan adalah untuk mengurangi aliran permukaan dan meningkatkan air tanah sebagai upaya untuk mengembalikan dan mengoptimalkan fungsi/kerja setiap komponen sistem tata air Daerah Aliran Sungai (DAS) sesuai dengan kapasitasnya.

    3. Sasaran

    Sasaran lokasi yaitu daerah peresapan air di kawasan budidaya, pemukiman, pertokoan, industri, sarana dan prasarana olah raga serta fasilitas umum lainnya.

    B. PERENCANAAN TEKNIS

    1. Penyusunan Rancangan

    Rancangan sumur resapan berisi antara lain :

    a. Kondisi/keadaan sosial ekonomi setempat

    b. Kondisi fisik sekitar lokasi

    c. Manfaat sumur resapan

    d. Bestek/gambar-gambar rancangan sumur resapan

    e. Rincian kebutuhan biaya (Perencanaan, Pelaksanaan, Pemeliharaan tahun berjalan dan Pengawasan)

    f. Jadwal pelaksanaan pembuatan sumur resapan

    g. Lembar Sunlaisah (disusun oleh Kepala Sub Dinas yang membidangi Kehutanan, dinilai oleh Kepala BPDAS dan disahkan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi kehutanan).

  • VIII-12

    Rincian secara lengkap mengenai teknis, mekanisme dan prosedur penyusunan rancangan diatur lebih lanjut dalam Pedoman Penyusunan Rancangan Teknis Kegiatan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan.

    C. PELAKSANAAN

    1. Persiapan Lapangan

    a. Penyiapan rancangan pembuatan sumur resapan

    b. Pembersihan lapangan

    c. Pengukuran daerah tangkapan air yang airnya akan ditampung dalam sumur.

    d. Pemberian tanda tempat talang dan saluran air, diameter sumur, bak kontrol dan saluran pelimpasan.

    2. Pembuatan Sumur resapan

    a. Penggalian sumur sesuai ukuran.

    b. Pembuatan dinding sumur dan bak kontrol.

    c. Pembuatan guludan pembatas aliran air.

    d. Pengisian bahan pelengkap sumur.

    e. Penutupan sumur.

    3. Organisasi pelaksana

    Sebagai pelaksana pembuatan sumur resapan adalah kelompok masyarakat didampingi atau bekerja sama dengan LSM setempat dibawah koordinasi Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi kehutanan.

    4. Tahapan dan Jadwal Kegiatan

    Tahapan dalam pelaksanaan sesuai dengan jadwal pelaksanaan yang tertuang dalam rancangan.

    5. Hasil Kegiatan

    Sumur resapan yang telah dibangun sesuai rancangan dan setelah selesai masa pemeliharaannya diserahkan kepada masyarakat/penduduk desa setempat dengan berita acara penyerahan.

  • VIII-13

    6. Pemeliharaan

    a. Kegiatan pemeliharaan disesuaikan dengan tipe sumur resapan sehingga kapasitas sumur maksimal. Pemeliharaan terutama pada pembersihan kotoran/sampah di bak kontrol, saluran pembuangan dan saluran penampung.

    b. Tahapan, jenis dan ukuran/volume pekerjaan pemeliharaan secara rinci dimuat dalam rancangan.

    Gambar 4. Sumur Resapan Air

  • VIII-14

    BAB V

    DAM PENAHAN

    A. PENDAHULUAN

    1. Pengertian

    Dam Penahan adalah bendungan kecil yang lolos air dengan konstruksi bronjong batu, anyaman ranting atau trucuk bambu/kayu yang dibuat pada alur jurang dengan tinggi maksimum 4 meter.

    2. Tujuan

    a. Mengendalian endapan dan aliran air permukaan dari daerah tangkapan air dibagian hulu

    b. Meningkatkan permukaan air tanah di bagian hilirnya.

    3. Sasaran

    a. Daerah kritis dengan kemiringan lereng (15 - 35) %.

    b. Daerah yang sudah diupayakan RLKT tetapi hasilnya belum efektif.

    c. Daerah tangkapan airnya sekitar 30 ha.

    d. Lokasi terletak pada tempat yang stabil.

    B. PERENCANAAN TEKNIS

    1. Penyusunan Rancangan

    Rancangan mengacu kepada RTT yang sesuai. Rancangan dam penahan berisi antara lain :

    a. Kondisi/keadaan sosial ekonomi setempat

    b. Kondisi fisik sekitar lokasi

    c. Manfaat dam penahan

    d. Bestek/gambar-gambar rancangan dam penahan

    e. Rincian kebutuhan biaya (Perencanaan, Pelaksanaan, Pemeliharaan tahun berjalan dan Pengawasan)

  • VIII-15

    f. Jadwal pelaksanaan pembuatan dam penahan

    g. Lembar Sunlaisah (disusun oleh Kepala Sub Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi Kehutanan, dinilai oleh Kepala BPDAS serta disahkan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi kehutanan).

    Rincian secara lengkap mengenai teknis, mekanisme dan prosedur penyusunan rancangan diatur tersendiri dalam Pedoman penyusunan Rancangan Teknis Kegiatan GN-RHL/Gerhan.

    C. PELAKSANAAN

    1. Persiapan Lapangan

    a. Penyiapan Rancangan

    b. Pembersihan lapangan

    c. Pengukuran kembali (ouitzetting) dan pematokan

    d. Pembuatan jalan masuk

    e. Pembuatan barak kerja dan gudang bahan bangunan

    f. Pengadaan bahan dan peralatan

    2. Pembuatan Dam penahan

    a. Penganyaman/Pembuatan kawat bronjong, ranting, trucuk bambu/kayu.

    b. Pemasangan bronjong kawat, anyaman ranting, trucuk bambu/kayu.

    c. Pengisian batu kedalam bronjong kawat.

    d. Pengikatan kawat bronjong, anyaman ranting dan bambu/kayu

    e. Penguatan tebing

    3. Organisasi pelaksana

    Sebagai pelaksana pembuatan dam penahan adalah kelompok masyarakat didampingi atau bekerja sama dengan LSM setempat dibawah koordinasi Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi Kehutanan.

    4. Tahapan dan Jadwal Kegiatan

    Tahapan dalam pelaksanaan sesuai dengan jadwal pelaksanaan yang tertuang dalam rancangan

  • VIII-16

    5. Hasil Kegiatan

    Dam penahan yang telah dibangun sesuai rancangan dan setelah selesai masa pemeliharaannya diserahkan kepada aparat desa setempat dengan berita acara penyerahan.

    6. Pemeliharaan

    Pemeliharaan meliputi perbaikan/penyulaman kawat bronjong, anyaman ranting dan trucuk bambu/kayu yang putus atau rusak dan pengisian kembali batu kedalam bronjong kawat serta penguatan dinding tanah disekitar dam penahan.

    Gambar 5. Dam Penahan dengan Bronjong

  • VIII-17

    Gambar 6. Dam Penahan dengan anyaman ranting, kayu/bamub

    Gambar 7. Dam Penahan dengan kayu/bambub

  • VIII-18

    BAB XI

    DAM PENGENDALI

    A. PENDAHULUAN

    1. Pengertian

    Dam pengendali adalah bendungan kecil yang dapat menampung air (tidak lolos air) dengan konstruksi urugan tanah dengan lapisan kedap air atau konstruksi beton (tipe busur) untuk pengendalian erosi dan aliran permukaan dan dibuat pada alur jurang/sungai kecil dengan tinggi maksimum 8 meter.

    2. Tujuan

    a. Mengendalikan endapan/aliran air yang ada dipermukaan tanah yang berasal dari daerah tangkapan air dibagian hulunya.

    b. Menaikkan permukaan air tanah sekitarnya.

    c. Tempat persediaan air bagi masyarakat (rumah tangga, irigasi, ternak dan lain-lain).

    3. Sasaran

    a. Daerah kritis dengan kemiringan lereng (15 - 35) %, bukan daerah longsor/bergerak atau patahan dengan luas daerah tangkapan (catchment area) sekitar 100 - 250 ha.

    b. Luas genangan : luas daerah tangkapan air adalah 1 : 50 sampai 1 : 100

    c. Mudah mendapatkan bahan-bahan yang diperlukan.

    Dalam hal pembangunan dam akan berdampak luas pada daerah sekitar antara lain keamanan konstruksi dam, luasan genangan air maka perlu melakukan konsultasi dengan Dinas yang membidangi Pengairan dalam perencanaannya dan pemerintah pusat. Tidak mengalokasikan ganti rugi bagi tanah yang digunakan sebagai areal genangan. Apabila genangan tersebut akan dimanfaatkan untuk keperluan lainnya, seperti wisata, maka perlu melakukan konsultasi dengan Dinas yang membidanginya.

  • VIII-19

    B. PERENCANAAN TEKNIS

    1. Penyusunan Rancangan

    Penyusunan rancangan teknis mengacu kepda RTT yang sesuai. Rancangan dam pengendali berisi antara lain :

    a. Kondisi/keadaan sosial ekonomi setempat

    b. Kondisi fisik sekitar lokasi

    c. Manfaat dam pengendali

    d. Bestek/gambar-gambar rancangan dam pengendali

    e. Rincian kebutuhan biaya (Perencanaan, Pelaksanaan, Pemeliharaan tahun berjalan dan Pengawasan)

    f. Jadwal pelaksanaan pembuatan dam pengendali

    g. Lembar Sunlaisah (disusun oleh Kepala Sub Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi Kehutanan, dinilai oleh Kepala BPDAS serta disahkan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi kehutanan).

    Rincian secara lengkap mengenai teknis, mekanisme dan prosedur penyusunan rancangan diatur tersendiri dalam Pedoman Penyusunan Rancangan Teknis Kegiatan GN-RHL/Gerhan.

    C. PELAKSANAAN

    1. Persiapan Lapangan

    a. Pembersihan lapangan

    b. Pengukuran kembali (ouitzetting) dan pematokan

    c. Pembuatan jalan masuk

    d. Pembuatan barak kerja dan gudang bahan bangunan

    e. Pengadaan bahan dan peralatan

    2. Pembuatan Dam pengendali

    a. Pembuatan profil bendungan

    b. Pengupasan dan penggalian serta pemadatan untuk pondasi bangunan

    c. Pembuatan lapisan kedap air

    d. Pemasangan konstruksi drainase

  • VIII-20

    e. Penimbunan dan pemadatan tanah tubuh bendungan

    f. Pembuatan saluran pengambilan/lokal dan pintu air

    g. Pembuatan bangunan pelimpah (spillway)

    h. Pembuatan bangunan lain untuk sarana pengelolaan: jembatan spillway, jalan inspeksi

    i. Pemasangan gebalan rumput

    3. Organisasi pelaksana

    Sebagai pelaksana pembuatan dam pengendali adalah kelompok masyarakat didampingi atau bekerja sama dengan LSM setempat dibawah koordinasi Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi kehutanan.

    4. Tahapan dan Jadwal Kegiatan

    Tahapan dalam pelaksanaan sesuai dengan jadwal pelaksanaan yang tertuang dalam rancangan.

    5. Hasil Kegiatan

    Dam pengendali yang telah dibangun sesuai rancangan dan setelah selesai masa pemeliharaan diserahkan kepada aparat desa setempat dengan berita acara penyerahan.

    6. Pemeliharaan

    a. Pengurugan tanah dan konsolidasi pada bangunan dam yang rusak atau susut akibat erosi; gangguan ternak/manusia atau penyebab lain.

    b. Penyulaman gebalan rumput yang kering atau mati.

    c. Perbaikan saluran diversi dan pengerukan lumpur dari dasar saluran air.

    d. Tahapan, jenis dan ukuran/volume pekerjaan pemeliharaan secara rinci dimuat dalam rancangan atau perencanaan teknis.

  • VIII-21

    Gambar 8. Dam Pengendali (tipe busur)

    Gabar 9. Dam Pengendali (tipe urugan tanah)

  • VIII-22

    BAB XII

    PENUTUP

    Pedoman Pembuatan Bangunan Konservasi Tanah ini merupakan garis besar panduan pelaksanaan pembangunan konservasi tanah dalam kegiatan GN-RHL/Gerhan untuk manual pembuatan bangunan dapat dijabarkan lebih lanjut oleh Satuan Kerja Pelaksana di daerah.

    MENTERI KEHUTANAN MUHAMMAD PRAKOSA