tugas uas konsen hk parwi

28
BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH Tuhan Yang Maha Esa menganugerahi bangsa Indonesia kekayaan yang luar biasa tidak ternilai harganya. Kekayaan berupa letak geografis yang strategis, keanekaragaman bahasa dan suku bangsa, keadaan alam, floran dan fauna, serta beberapa peninggalan baik peninggalan purbakala, sejarah, seni dan budaya merupakan sumber daya dan modal untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan bangsa Indonesia. Sehingga di Indonesia terdapat ribuan kebudayaan dan juga asset pariwisata yang suatu saat dapat dimanfaatkan bagi warga sekitarnya. Indonesia juga memiliki sumber daya pariwisata yang tidak kalah menariknya bila dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asean. Namun demikian kepemilikan kelebihan sumber daya tersebut perlu diiringi dengan upaya dan usaha yang lebih terarah, agar sumber daya tersebut mampu memiliki daya saing dalam menarik kunjungan wisatawan. Dengan jumlah wisman yang masih relatif rendah dan dengan potensi wisata yang jauh lebih 1

Upload: firman-yuli-nugroho

Post on 02-Dec-2015

33 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAHTuhan Yang Maha Esa menganugerahi bangsa Indonesia kekayaan yang luar biasa tidak ternilai harganya. Kekayaan berupa letak geografis yang strategis, keanekaragaman bahasa dan suku bangsa, keadaan alam, floran dan fauna, serta beberapa peninggalan baik peninggalan purbakala, sejarah, seni dan budaya merupakan sumber daya dan modal untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan bangsa Indonesia. Sehingga di Indonesia terdapat ribuan kebudayaan dan juga asset pariwisata yang suatu saat dapat dimanfaatkan bagi warga sekitarnya. Indonesia juga memiliki sumber daya pariwisata yang tidak kalah menariknya bila dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asean. Namun demikian kepemilikan kelebihan sumber daya tersebut perlu diiringi dengan upaya dan usaha yang lebih terarah, agar sumber daya tersebut mampu memiliki daya saing dalam menarik kunjungan wisatawan. Dengan jumlah wisman yang masih relatif rendah dan dengan potensi wisata yang jauh lebih besar dan beragam dibanding dengan negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand, sesungguhnya Indonesia memiliki peluang cukup besar untuk menarik lebih banyak lagi wisatawan mancanegara. Apalagi dalam tahun belakang ini telah terjadi perubahan consumer behaviour pattern atau pola konsumsi dari para wisatawan ke jenis wisata yang lebih tinggi. Yaitu menikmati produk atau kreasi budaya (culture) dan peninggalan sejarah (heritage), serta nature atau eko wisata dari suatu daerah. Sebagai negara yang sarat dengan sejumlah besar peninggalan sejarah, kekayaan atraksi budaya yang sangat beragam dan unik, natur maupun ekowisata yang tersebar di hampir seluruh pelosok nusantara, peluang Indonesia untuk menjadi daerah tujuan wisatawan mancanegara menjadi semakin besar. Adanya kebijakan-kebijakan baru pemerintah dibidang kepariwisataan telah menimbulkan rasa optimisme dari pemerintah baik pusat maupun daerah, serta para swasta dalam pengembangan pariwisata mancanegara.

Kemampuan daya tarik Destinasi unggulan di Indonesia tadi cukup menggembirakan. Demikian pula adanya Bali yang telah dikenal dan memiliki ikon internasional. Disamping adanya kekuatan-kekuatan sebagaimana diuraikan tadi , ternyata Indonesia pun masih memiliki beberapa kelemahan, yang tentunya mau tidak mau harus mendapatkan perhatian serius bagi semua aparat dan pelaku kepariwisataan di semua lini. Kalau tidak, Indonesia akan tetap ketinggalan baik dilingkungan Asean maupun ditingkat internasional.

Daya saing pariwisata Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain terutama dengan pesaing-pesaing di atas, hingga kini masih lemah. Kelemahan tersebut menyangkut masalah manajemen produk, kurangnya sajian atraksi pariwisata dan budaya, kondisi infrastruktur, sumber daya manusia, pengolaan destinasi wisata, pemasaran dan regulasi. Kelemahan lain, termasuk pula masalah bencana alam, keamanan dan kesehatan, seperti isu adanya penyakit demam berdarah dan flu burung yang saat ini cukup menakutkan bagi wisatawan mancanegara untuk datang ke Indonesia. Bagi wisatawan, ancaman teror sangat diperhitungkan dalam rencana liburan mereka sebagaimana kelimpahan cahaya sinar matahari. Promosi yang sudah dilakukan hanya berupa informasi yang sporadis. Indonesia ketinggalan dibandingkan dengan Malaysia dan Thailand. Seluruh pihak di pemerintahan harus lebih proaktif dalam mempromosikan, bahkan kepulauan terbesar di dunia masih belum siap mempromosikan pariwisata maritim, karena hanya memiliki 2 marinal. Indonesia adalah negara besar dan pemerintah perlu menunjukkan bahwa Bali ada di Indonesia, bukan sebaliknya. Kerjasama diantara pelaku kepariwisataan , baik pemerintah pusat, daerah dan pihak swasta masih dirasakan belum selaras dan optimal. Terutama pada hal-hal yang strategis dalam aktivitas promosi Luar Negeri, antara lain dalam hal sosialisasi kebijakan, koordinasi dan implementasinya. Hal ini menyebabkan kurang sinergisnya instansi lintas sektoral maupun antar stake holders. Hal tersebut bisa mengganggu dan menghambat kelancaran program promosi yang diharapkan. Demikian pula tentang terbatasnya informasi keamanan (security). Hal-hal tersebut diakibatkan oleh lemahnya penelitian pasar serta behavioural segmentation sebagai prakondisi implementasi promosi pariwisata Luar Negeri. Sebagai negara yang sarat dengan sejumlah besar peninggalan sejarah, kekayaan atraksi budaya yang sangat beragam dan unik, natur maupun ekowisata yang tersebar di hampir seluruh pelosok nusantara, peluang Indonesia untuk menjadi daerah tujuan wisatawan mancanegara menjadi semakin besar. Adanya kebijakan-kebijakan baru pemerintah dibidang kepariwisataan telah menimbulkan rasa optimisme dari pemerintah baik pusat maupun daerah, serta para swasta dalam pengembangan pariwisata mancanegara.Terbatasnya Sumber Daya Manusia (SDM) baik kuantitas maupun kualitas yang diharapkan mempunyai daya saing tinggi ternyata masih jauh dari memadai. Terutama SDM di bidang promosi pemasaran pariwisata yang memiliki pemikiran stratejik dan visioner. Kondisi ini dapat menghambat kualitas dari segala aktivitas kegiatan pemasaran dan promosi Indonesia. Hal tersebut memberikan implikasi pada kualitas output promosi pariwisata Luar Negeri Indonesia itu sendiri, yang dihadapkan pada persaingan yang semakin ketat. Implikasi lain dari lemahnya SDM ini adalah menjadi lemahnya diplomasi dan Public Relations (kehumasan) pemerintah dalam membantu mendongkrak citra Indonesia yang dirasakan masih negatif di mata dunia internasionai seperti dalam berbagai isu-isu keamanan, terorisme, penyakit menular, dan bencana alam. Citra tersebut menjadi tantangan bahkan peluang yang besar dalam segala kegiatan promosi pariwisata Luar Negeri. Secara geografis Indonesia terletak diantara 3 lempeng besar dunia yang mengakibatkan Indonesia menjadi rawan akan bencana alam seperti gempa bumi, tanah longsor, ataupun banjir. Selain terletak diantara 3 lempeng besar dunia, Indonesia juga terletak di kawasan cincin api atau biasa disebut Ring Of Fire dengan gunung api terkatif di seluruh dunia ada di Indonesia ini. Salah satunya adalah Gunung Merapi yang berada di perbatasan wilayah Kabupaten Sleman, Yogyakarta dengan provinsi Jawa Tengah. Pada tanggal 26 Oktober 2010 sekitar pukul 17.08 Gunung paling aktif di dunia ini meletus dan memuntahkan material panas nya kearah kali gendol yang mengakibatkan juru kunci dari Gunung Merapi, Mbah Maridjan, meninggal dunia malam hari itu. Sejak hampir 12 jam dari dinaikkannya status Gunung Merapi dari Siaga menjadi Awas merapi langsung meletus dan mengeluarkan awan panas atau yang akrab disebut dengan Wedhus Gembel. Awan panas tersebut menerjang apa yang ada dihadapannya, baik itu hewan, manusia, pohon, ataupun rumah. Kali gendol yang semakin openuh terisi oleh material vulkanik dari Merapi membuat desa yang berada sekitar 14 kilomter dari puncak Merapi ikut tersapu awan panas. Yaitu di wilayah Bronggang, Argomulyo, Cangkringan, Sleman yang terjadi pada letusan besar ketiga pada tanggal 5 november 2010 dini hari. Dari letusan tersebut ratusan jiwa melayang tersapu oleh awan panas. Sisa dari awan panas berupa material vulkanik baik berupa batu-batu besar ataupun pasir. Sejumlah kawasan di lereng Merapi yang porak poranda diterjang awan panas dan lahar dingin ternyata memiliki daya tarik bagi para wisatawan baik yang asing maupun local. Tiap hari ratusan pengunjung memadati kawasan bekas keganasan Merapi sekaligus hamparan material vulkanik dari Gunung Merapi. Pasca erupsi Merapi, wilayah yang terkena imbas dari awan panas tersebut, perlahan mulai bangkit dari keterpurukan. Sejumlah dusun di lereng Merapi yang terkena awan panas menyajikan obyek wisata yang berbeda dari obyek wisata biasanya. Mereka berinisiatif untuk segera melakukan recovery agar kondisi kehidupan perekonomian dapat berjalan kembali normal. Hal ini dilakukan semata karena ingin agar ekonomi warga di lereng selatan Merapi dapat berjalan normal. Beberapa upaya yang dilakukan dalam recovery adalah menggratiskan tiket retribusi untuk masuk ke dalam kawasan wisata Kaliurang. Masyarakat hanya menyediakan kotak sumbangan sukarela untuk dukungan recovery.Dari sisi mana pun Gunung Merapi terlihat indah. Usai erupsi pun Merapi tetap membawa berkah. Bukan hanya pasir yang melimpah namun juga keindahan ditengah kawasan yang rusak pasca erupsi Merapi. Hal ini pun mampu menambah kawasan wisata yang berada di wilayah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dan penulis mencoba untuk membahas mengenai pengembangan kawasan wisata Lava Tour pasca erupsi Gunung Merapi tahun 2010. RUMUSAN MASALAH

Dalam rumusan masalah ini penulis mencoba menelaah beberapa permasalahan, antara lain mengenai pengertian hukum pariwisata, mengenai peningkatan daya saing dalam kepariwisataan, dan perkembangan obyek wisata Lava Tour pasca erupsi Merapi 2010.

TUJUAN MASALAH

Penulisan makalah ini bertujuan untuk semakin memahami akan pentingnya hukum dalam pariwisata Indonesia, terutama karena Indonesia memiliki wilayah yang luas dan beraneka ragam bahasa, seni, suku, dan budaya yang tersebar dari Sabang hingga ke Merauke. Selain itu, semakin menambha rasa cinta kepada wisata yang ada di negeri ini, sehingga tidak perlulah keluar negeri untuk melihat keindahan yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa kepada Bangsa Indonesia.

Penulisan makalah ini juga bertujuan untuk memenuhi tugas penulisan makalah mata kuliah Hukum Kepariwisataan Konsentrasi Bagian Hukum Administrasi Negara.

BAB II

PEMBAHASANA. Sedikit Mengenai Hukum Kepariwisataan

Berdasarkan Undang-undang Nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, yang dimaksud dengan wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi,atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Sedangkan kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan Negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesame wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah dan pengusaha. Kepariwisataan sendiri dapat terselenggara berdasarkan beberapa asas, antara lain :

Asas manfaat

Asas kekeluargaan

Asas adil dan merata

Asas keseimbangan

Asas kemandirian

Asas kelestarian

Asas partisipatif

Asas berkelanjutan

Asas demokratis

Asas kesetaraan

Asas kesatuan

Kepariwisataan sendiri pun memiliki fungsi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan Negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Kepariwisataan juga memiliki tujuan yang harus dicapai oleh para wisatawan, penduduk sekitar, dan/atau pemerintah daerah atau pusat, antara lain : Meningkatkan pertumbuhan ekonomi;

Meningkatkan kesejahteraan rakyat;

Menghapus kemiskinan;

Mengatasi kemiskinan;

Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya;

Memajukan kebudayaan;

Mengangkat citra bangsa;

Memupuk rasa cinta tanah air;

Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan

Mempererat persahabatan antar bangsa.

Pembangunan kepariwisataan dilakukan melalui pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman dan keunikan budaya dan alam, serta kebutuhan manusia untuk berwisata. Pembangunan kepariwisataan sendiri meliputi beberapa hal, antara lain :

Industry pariwisata

Yang dimaksud dengan pembangunan industry pariwisata adalah pembangunan struktur baik dari segi fungsi, hierarkhi, dan hubungan industry pariwisata; daya saing produk pariwisata; kemitraan usaha pariwisata; kredibilitas bisnis; serta tanggung jawab terhadap lingkungan alam dan social budaya.

Destinasi pariwisataYang dimaksud dengan destinasi pariwisata adalah pemberdayaan masyarakat, pembangunan daya tarik wisata, pembangunan prasarana, penyediaan fasilitas pariwisata secara terpadu dan berkesinambungan.

Pembangunan pemasaran

Dalam hal ini pemasaran pariwisata bersama, terpadu, dan berkesinambungan dengan melibatkan seluruh pemangku kepetingan serta pemasaran yang bertanggung jawab dalam membangun citra Indonesia sebagai destinasi pariwisata yang berdaya saing.

Kelembagaan kepariwisataan

Yaitu dengan melakukan pengembangan organisasi pemerintah, pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat pengembangan sumber daya manusia, regulasi serta mekanisme operasional di bidang kepariwisataan.

Pembangunan kepariwisataan tidak begitu saja dilakukan melainkan dilakukan berdasarkan rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional, provinsi dan kabupaten/kota. Pembangunan kepariwisataan merupakan bagian untegral dari rencana pembangunan jangka panjang nasional.

Maka hukum kepariwisataan adalah merupakan perangkat kaidah dan azas-azas yang mengatur tentang kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan Negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesame wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah dan pengusaha. Adapun yang berpendapat lain tentang hukum kepariwisataan, antara lain :Hukum pariwisata adalah merupakan perangkat kaidah, azas-azas, ketentuan, institusi, dan mekanismenya, nasional maupun internasional, yang digunakan sebagai dasar untuk mengatur perdagangan jasa pariwisata, seperti Persetujuan WTO tentang GATS dan peraturan perundangan di bidang kepariwisataan.

Dilihat dari aspek hukum nya, kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan multi-aspek, bersifat nasional dan internasional, memiliki fungsi sebagai agent of economic development dan agent of cultural development, mencakup berbagai aspek secara multi-domensi, karena itu kebijakan hukum kepariwisataan harus diarahkan kepada, antara lain :

a. Hukum kepariwisataan harus mampu mempertimbangkan sifat khas, fungsi, dan seluruh aspek kegiatan bisnis kepariwisataan.

b. Mampu membangun suatu sitem hukum yang mampu memberikan perlakuan-perlakuan yang tepat terhadap kegiatan bisnis kepariwisataan sebagai suatu bentuk kegiatan bisnis yang berkarakter khas.

c. Mampu membangun tradisi bisnis sesuai dengan kelaziman yang berlaku dalam kegiatan perdagangan jasa global, khususnya perdagangan jasa pariwisata.

d. Mampu membangun lingkungan, etika, dan aktivitas bisnis yang kondusif.

e. Mampu membangun kapasitas bisnis setiap pelaku bisnis, termasuk melindungi kepentingan mereka secara adil, nasional maupun internasional.

f. Mampu membangun kapasitas hukum untuk mendukung peran dari sifat dan fungsinya, baik secara agent of economic development dan agent of cultural development, secara professional penegasan bidang masing-masing, keterhubungan di antara keduanya, serta umpan balik kepariwisataan terhadap kebudayaan secara positif.g. Mampu menjamin keberlanjutan lingkungan hidup.

Seperti kepariwisataan, kebijakan hukum bisnis kepariwisataan pun harus didasarkan pada pendeketan sistemik, untuk membangun suatu system hukum yang komprehensif dengan kapasitas yang memadai, sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan hukum yang timbul dari sifat multi aspek dari kegiatan bisnis kepariwisataan.

Berdasarkan pernyataan tersebut, maka kebijakan kepariwisataan perlu ditata dalam format, yaitu :Dasar Pertimbangan

Bahwa kegiatan kepariwisataan merupakan suatu bentuk perdagangan jasa;

Perdagangan jasa pariwisata sangat tergnatung pada lingkungan bisnis, pelaku bisnis, dan potensi-potensi kepariwisataan, seperti masyarakat, budaya dan lingkungan hidup;

Perdagangan jasa pariwisata harus dikelola secara optimal, untuk memperoleh hasil optimal, tanpa merusak lingkungan bisnis;

Untuk keperluan itu diperlukan pula penataan kebijakan kepariwisataan.

Materi Penataan

Status kepariwisataan, dengan mempertegas status kepariwisataan sebagai kegiatan perdagangan jasa, dan hubungannya dengan kebudayaan, masyarakat, dan lingkungan hidup;

Penataan lingkungan bisnis, nasional dan internasional, dan potensi-potensi bisnis pendukung bisnis pariwisata, dengan membangun suatu tata kerja diantara Departemen Pariwisata dengan institusi-institusi teknis yang mengelola elemen-elemen lingkungan bisnis;

Kebijakan etika bisnis, seperti etika terhadap masyarakat pendukung kebuadayaan, etika kebudayaan, dan etika lingkungan hidup;

Penetapan standar-standar bisnis sesuai dengan standar dan tradisi bisnis yang lazim dianut masyarakat internasional, mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan penyelesaian masalah-masalah bisnis; dan

Pengembangan hukum kepariwisataan sebagai suatu bentuk huukum perdagangan jasa, dengan status yang lebih tegas dan system yang lebih komprehensif dan prorporsional.

Tindakan Penataan

Tanggung jawab penataan kebijakan ini sepenuhnya berada di Depaertemen Pariwisata; Dengan pencantuman pendekatan system pada program kebijakan pembangunan nasional, Departemen Pariwisata dapat menata materi kebijakan itu secara lebih baik lagi.

B. Tentang Peningkatan Daya Saing Pariwisata IndonesiaKemampuan daya tarik Destinasi unggulan di Indonesia tadi cukup menggembirakan. Demikian pula adanya Bali yang telah dikenal dan memiliki ikon internasional. Disamping adanya kekuatan-kekuatan sebagaimana diuraikan tadi , ternyata Indonesia pun masih memiliki beberapa kelemahan, yang tentunya mau tidak mau harus mendapatkan perhatian serius bagi semua aparat dan pelaku kepariwisataan di semua lini. Kalau tidak, Indonesia akan tetap ketinggalan baik dilingkungan Asean maupun ditingkat internasional.

Secara umum daya saing yang perlu ditingkatkan untuk memacu pertumbuhan pariwisata nasional mencakup tiga aspek yaitu:

1. Daya saing negara termasuk di dalamnya organisasi pariwisata nasional dan kualitas SDM nya;

2. Daya saing masyarakat termasuk didalamnya niiai-nilai yang dimiliki masyarakat dalam menyikapi kepariwisataan;

3. Daya saing unit bisnis kepariwisataan termasuk didalamnya keandalan dalam mengantisipasi keinginan wisatawan yang semakin bertambah.

Disebutkan ada dua pesaing, yaitu pesaing Utama dan pesaing Khusus. Pesaing utama merupakan negara-negara dengan beberapa kemiripan dalam industri pariwisata seperti jumlah kunjungan, keberadaan pasar utama, keberadaan pasar potensial, posisi geografis, dan produk wisata yang ditawarkan. Negara-negara yang termasuk pesaing utama bagi Indonesia adalah: Malaysia, Thailand, Philipina, dan Vietnam. Sedangkan Singapura dan Australia dikategorikan sebagai pesaing khusus berdasarkan fungsi geografis dan strategi pemasarannya.

Daya saing pariwisata Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain terutama dengan pesaing-pesaing di atas, hingga kini masih lemah. Kelemahan tersebut menyangkut masalah manajemen produk, kurangnya sajian atraksi pariwisata dan budaya, kondisi infrastruktur, sumber daya manusia, pengolaan destinasi wisata, pemasaran dan regulasi. Kelemahan lain, termasuk pula masalah bencana alam, keamanan dan kesehatan, seperti isu adanya penyakit demam berdarah dan flu burung yang saat ini cukup menakutkan bagi wisatawan mancanegara untuk datang ke Indonesia. Bagi wisatawan, ancaman teror sangat diperhitungkan dalam rencana liburan mereka sebagaimana kelimpahan cahaya sinar matahari. Promosi yang sudah dilakukan hanya berupa informasi yang sporadis. Secara kasat mata, usaha efektivitas promosi Indonesia yang dilakukan sudah ketinggalan dari negara pesaing, yang sudah meluncurkan website-nya sejak lama. Sedang perkembangan teknologi informasi di daerah asal wisatawan dalam memperoleh informasi mengenai destinasi, akan lebih baik apabila lebih terkini. Demikian pula tentang terbatasnya informasi, baik yang menyangkut substansi materi, pusat/lembaga informasi, serta saluran distribusinya kepada pasar wisata.

Demikian pula tentang terbatasnya informasi keamanan (security). Hal-hal tersebut diakibatkan oleh lemahnya penelitian pasar serta behavioural segmentation sebagai prakondisi implementasi promosi pariwisata Luar Negeri. Terbatasnya Sumber Daya Manusia (SDM) baik kuantitas maupun kualitas yang diharapkan mempunyai daya saing tinggi ternyata masih jauh dari memadai. Terutama SDM di bidang promosi pemasaran pariwisata yang memiliki pemikiran stratejik dan visioner. Kondisi ini dapat menghambat kualitas dari segala aktivitas kegiatan pemasaran dan promosi Indonesia. Hal tersebut memberikan implikasi pada kualitas output promosi pariwisata Luar Negeri Indonesia itu sendiri, yang dihadapkan pada persaingan yang semakin ketat.

Implikasi lain dari lemahnya SDM ini adalah menjadi lemahnya diplomasi dan Public Relations (kehumasan) pemerintah dalam membantu mendongkrak citra Indonesia yang dirasakan masih negatif di mata dunia internasionai seperti dalam berbagai isue-isue: keamanan, terorisme, penyakit menular, dan bencana alam. Citra tersebut menjadi tantangan bahkan peluang yang besar dalam segala kegiatan promosi pariwisata Luar Negeri. C. Potensi Wisata Lava Tour Pasca Erupsi MerapiMemasuki tahun 2012, Sleman diharapkan mampu bangkit setelah adanya bencana Merapi. Dengan optimism yang kuat, perekonomian masyarakat akan segera pulih. Dengan adanya penurunan status Gunung Merapi dari Siaga menjadi Waspada diharapkan mampu membangkitkan dunia pariwisata terutama di wilayah Kabupaten Sleman, Yogyakatra. Sejumlah wilayah di Kabupaten Sleman memang porak poranda disapu awan panas ketika erupsi Merapi di bulan Oktober dan November 2010. Walau demikian, masyarakat Sleman tak mau berlama-lama larut dalam kesedihan. Optimisme itu muncul setelah wisatawan berdatangan ke kawasan Kaliurang. Sebagian wisatawan penasaran dengan kondisi Kaliurang pasca diterjang awan panas. Kondisi paling parah dapat terlihat di kawasab Tlogo Putri. Walaupun rusak diterjang material Merapi, perbaikan terus dilakukan untuk mendukung kegiatan pariwisata di kawasan itu. Pemilik kios di sekitaran wilayah Tlogo Putri pun berharap dengan berakhirnya masa erupsi Merapi penghasilan yang biasa di dapat sebelum erupsi Merapi kembali seperti sedia kala. Dengan adanya harapan dan optimisme dari pedagang di wilayah Kaliurang dan Tlogo Putri maka pemerintah kabupaten Sleman didesak untuk segera merealisasikan kegiatan recovery pasca bencana erupsi Merapi baik itu perbaikan infrastruktur, sarana ataupun prasarana.

Sejumlah kawasan di lereng Merapi yang porak poranda diterjang awan panas atau wedhus gembel dan lahar dingin, ternyata memiliki daya tarik tersendiri bagi para wisatawan asing dan domestic. Setiap hari ratusan pengunjung dating untuk mengunjungi sejumlah lokasi yang dianggap favorit untuk bias menikmati bekas keganasan dari Gunung Merapi sekaligus hamparan material vulkanik. Dari sekian banyak pilihan obyek wisata lava tour Merapi, pasca erupsi Merapi 2010 ini terdapat tiga lokasi favorit. Sejumlah desa yang hancur akibat erupsi Merapi kemudian berubah menjadi kawasan obyek wisata Lava Tour adalah Pedukuhan Kinahrejo, Gondang, dan Petunng. Selain ketiga wilayah itu pun masih terdapat wilayah lain yang menjadi lokasi obyek wisata bagi para wisatawan untuk menikmati keindahan hamparan material vulkanik Merapi, diantaranya Bronggang Suruh, Gadingan, Ngancar di Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan. Di Desa Kepuharjo sendiri pun terdapat paling sedikit tiga lokasi yang menjadi favorit bagi para wisatawan baik domestic maupun local, yaitu di wilayah bantaran Kali Gendol di Dusun Kepuh, Ngepringan, dan Kopeng. Di wilayah Desa Glagaharjo pun para wisatawam dapat berkunjung ke Dusun Srunen, Kali Tengah Kidul, dan Kali Tengah Lor yang hanya berjarak sekitar 4-5 kilometer dari puncak Merapi. Dari ketiga dusun tersebut para wisatawan dapat melihat dengan jelas kondisi badan dan puncak Merapi pasca erupsi. Dari beberapa lokasi yang menjadi favorit untuk dikunjungi oleh wisatawan baik local maupun domestic tersebut, terdapat beberapa titik yang menyediakan kotak sumbangan yang disediakan oleh para pemuda di masing-masing wilayah tersebut. Hal tersebut dilakukan untuk membantu meringankan beban ekonomi yang dirasakan oleh warga di sekitar wilayah tersebut. Para pemuda penjaga kotak tersebut pun tidak mematok berapa besaran dari sumbangan tersebut, mereka hanya meminta seiklasnya. Disamping kehilangan tempat tinggal, warga sekitar wilayah tersebut pun juga kehilangan harta benda bahkan mungkin kehilangan sanak saudara mereka, sehingga sumbangan dari kotak yang disodorkan kepada wisatawan yang penasaran dengan hamparan material vulkanik pasca erupsi Merapi juga untuk memberikan simpati dan empati bagi korban hidup terjangan awan panas Merapi.BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Dengan demikian hukum kepariwisataan penting untuk semakin memajukan wisata yang ada di Indonesia. Kemajuan suatu tempat wisata tidak hanya didukung oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah melainkan juga warga sekitar dan pihak swasta. Apabila wisata dapat berkembang sesuai dengan target dan sasaran dapat pula membantu ekonomi baik dari warga sekitar maupun pengelola dari tempat wisata tersebut.SARANPariwisata Indonesia akan lebih tepat dan berguna bagi seluruh warga Negara Indonesia apabila di kelola langsung oleh pemangku jabatan yang berkepentingan, yaitu Departemen Pariwisata. Dengan adanya beberapa wilayah yang menjadi obyek wisata favorit pasca erupsi Merapi, hendaknya pemerintah daerah tidak lepas tangan untuk mengelola kawasan wisata yang potensial tersebut. Dan semakin cepat realisasi perbaikan sarana dan prasarana kawasan wisata dapat pula mempercepat perbaikan ekonomi para warga di sekitar kawasan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Putra, Ida Bagus Wyasa, dkk., Hukum Bisnis Pariwisata, Penerbit Refika Aditama, Cet. Ke-1, Bandung, 2003.

Rasjidi, Lili dan I.B. Wyasa Putra, Hukum Sebagai suatu Sistem, Rosdakarya, Bandung, 1993.Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan berikut penjelasannya.

http://www.krjogja.com/laporan+akhir+tahun+slemanhttp://vivanews.comhttp://tempointeraktif.comhttp://kabarindonesia.com/prospek+dan+permasalahan+pariwisata+indonesia Ida Bagus wyasa Putra, Dkk., Hukum Bisnis Pariwisata, PT. Refika Aditama, Bandung, 2003.

Mengenai hukum sebagai suatu system, baca Lili Rasjidi dan I.B. Wyasa Putra, Hukum Sebagai suatu Sistem, Rosdakarya, Bandung, 1993.

Ibid, hal. 14-15

19