tugas trend dan issue imunhemato- madu

56
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Manajemen perawatan luka diperlukan untuk meningkatkan penyembuhan, mencegah kerusakan kulit lebih lanjut, mengurangi resiko infeksi, dan meningkatkan kenyamanan pasien. Berbagai jenis luka yang dikaitkan dengan tahap penyembuhan luka memerlukan manajemen prrawatan luka yang tepat. Pada perkembangannya, hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan yang lembab lebih baik untuk perawatan luka dari pada lingkungan yang kering (Gayatri, 1999). Menurut Codex Standard for Honey (1981), madu merupakan pemanis alami yang dihasilkan oleh lebah madu dari nektar bunga yang sedang meka. Madu juga dapat diperoleh dari sekresi bagian tanaman selain

Upload: dodde-ajja

Post on 31-Dec-2015

472 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

presentasi baru

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Manajemen perawatan luka diperlukan untuk meningkatkan

penyembuhan, mencegah kerusakan kulit lebih lanjut, mengurangi resiko

infeksi, dan meningkatkan kenyamanan pasien. Berbagai jenis luka yang

dikaitkan dengan tahap penyembuhan luka memerlukan manajemen prrawatan

luka yang tepat. Pada perkembangannya, hasil penelitian menunjukkan bahwa

lingkungan yang lembab lebih baik untuk perawatan luka dari pada

lingkungan yang kering (Gayatri, 1999).

Menurut Codex Standard for Honey (1981), madu merupakan

pemanis alami yang dihasilkan oleh lebah madu dari nektar bunga yang

sedang meka. Madu juga dapat diperoleh dari sekresi bagian tanaman selain

bunga yang diisap oleh serangga, dikumpulkan oleh lebah, diubah dan

dicampur dengan zat-zat tertentu dari tubuh lebah sendiri, disimpan dan

dibiarkan dalam sisiran madu hingga matang.

Pengobatan dengan madu telah dikenal orang Mesir sejak 2600

Sebelum Masehi. Madu digunakan sebagai obat antiseptik untuk mengobati

luka oleh bangsa Yunani, Romawi, Assyria, dan Cina kuno. Bangsa Jerman

pun memakainya ketika Perang Dunia II (Sarwono, 2001).

Page 2: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

Penggunaan madu sebagai obat luka infeksi telah dilakukan semenjak

2000 tahun lamanya sebelum ditemukannya bakteri sebagai penyebab infeksi

(Gunther, 1959).

Penelitian tentang pemanfaatan produk lebah madu dimulai sejak

tahun 1922 oleh Prof. R. Chauvin dari Universitas Sorbone, Perancis (Apiari

Pramuka, 2003 dalam Peri, 2004). Penelitian-penelitian selanjutnya mengenai

manfaat madu banyak dilakukan dan berhasil menguraikan berbagai manfaat

madu, salah satunya di bidang kesehatan. Madu telah dilaporkan mempunyai

efek inhibitor sekitar 60 spesies bakteri meliputi bakteri aerob dan anaerob,

gram positif dan gram negatif (Molan, 1992).

Penelitian keperawatan bertujuan mengembangkan dasar pengetahuan

ilmiah untuk praktik keperawatan yang efektif dan efesien. Penelitian

keperawatan juga bertujuan melahirkan temuan-temuan yang akan menjadi

dasar tindakan-tindakan keperawatan yang efektif dan positif bagi

penyembuhan pasien. Oleh karena itu kelompok tertarik untuk membahas

trend dan issue tentang pengunaan madu dalam perawatan luka.

1.2 TUJUAN

1.2.1 TUJUAN UMUM

Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa

mengetahui tentang trend issue penggunaan madu dalam perawatan luka.

Page 3: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

1.2.2 TUJUAN KHUSUS

Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa

dapat :

a. Mengetahui tentang konsep dasar madu dalam perawatan luka

b. Mengetahui tentang kandungan dalam madu

c. Mengetahui tentang jenis-jenis madu

d. Mengetahui tentang manfaat madu

e. Mengetahui mekanisme klinis madu

f. Mengetahui tentang keuntungan madu

g. Mengetahui tentang kerugian madu

h. Mengetahui tentang peran perawat dalam melakukan perawatan luka

dengan madu

i. Menerapkan trend issue perawatan luka dengan madu dalam

kehidupan sehari – hari.

Page 4: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

BAB II

TUNJAUAN TEORI

2.1 DEFINISI

Madu merupakan cairan alami yang memiliki rasa manis yang

dihasilkan lebah madu dari sari bunga tanaman atau dari bagian lain dari

tanaman atau ekskresi serangga (Badan Standarisasi Nasional, 2000). Madu

lebih manis dari gula meja dan memiliki ciri-ciri kimia yang menarik untuk

pemanggangan. Madu memiliki rasa yang berbeda yang membuat orang lebih

menyukainya daripada gula dan pemanis lainnya.

Madu adalah cairan yang menyerupai sirup, madu lebih kental dan

berasa manis, dihasilkan oleh lebah dan serangga lainnya dari nektar bunga.

Jika tawon madu sudah berada dalam sarang, nektar dikeluarkan dari kantung

madu yang terdapat pada abdomen. Nektar dikunyah dan dikerjakan bersama

tawon lain hingga nektar menjadi halus dan ditempatkan pada sel dan jika sel

sudah penuh akan ditutup dan terjadi fermentasi (Wikipedia. org).

Page 5: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

2.2 KANDUNGAN MADU 

Madu memiliki komponen kimia yang memiliki efek koligemik yaitu

asetilkolin. Asetilkolin berfungsi melancarkan peredaran darah dan

mengurangi tekanan darah.

Gula yang terdapat dalam madu akan terserap langsung oleh darah

sehingga menghasilkan energi secara cepat bila dibandingkan dengan gula

biasa. Kandungan gula yang tinggi ini misalnya fruktosa 41,0%, glukosa

35%, sukrosa 1,9%.

Madu juga mengandung komponen lain seperti tepung sari dan

berbagai enzim pencernaan, mengandung berbagai vitamin seperti vitamin A,

B1, B2, mineral seperti kalsium, natrium, kalium, magnesium, besi, juga

garam iodine bahkan radium. Selain itu madu juga mengandung antibiotik

dan berbagai asam organik seperti asam malat, tartarat, sitrat, laktat, dan

oksalat.

2.3 JENIS-JENIS MADU

Kualitas madu umumnya ditentukan dari asal bunga seperti Mix

flower ( aneka bunga hutan ), Madu Bunga Klengkeng, Madu Bunga Kopi ,

Madu Bunga Rambutan dan Madu Bunga Kapuk. Berdasarkan informasi

Page 6: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

penelitian madu yang termanis berasal dari nektar bunga Rambutan

(Nephelium lappaceum).

2.4 MANFAAT MADU

a. Kandungan asam folat madu sangat baik dikonsumsi ibu hamil.

Asam  folat merupakan nutrien penting bagi pertumbuhan janin.

Kekurangan asam folat pada masa awal kehamilan dapat menyebabkan

bayi yang lahir beresiko besar mengalami cacat bawaan pembuluh syaraf.

Madu yang mengandung asam folat dapat menurunkan resiko kanker

rahim dan penyakit jantung, penting dalam metabolisme lemak,

metabolisme kolesterol, dan sistem kekebalan tubuh.

b. Madu untuk bayi yang telah mendapat makanan tambahan selain ASI

Madu yang diberikan kepada bayi yang telah mendapat makanan

tambahan selain ASI, dapat memacu pertumbuhan sel darah merah dan

otaknya. Madu juga baik bagi pertumbuhan gigi bayi karena madu

mengandung antibiotika yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri

pembusuk.

c. Kandungan mineral dalam madu

Kandungan mineral pada madu bermanfaat untuk menjaga

kesehatan gigi yaitu sebagai anti bakteri yang ada di mulut, menjaga

kekuatan enamel dan dentin. Kandungan zat besi dalam madu erat

hubungannya dengan pewarnaan darah (Hemoglobin).

d. Madu sebagai obat penyakit hati (lever) dan hepatitis.

Page 7: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

Glukosa yang terkandung di dalam madu menghasilkan hidrat

arang putih dalam hati manusia yang membantu kerja hati sebagai

penyaring dan pelawan racun, bakteri dalam, serta menjaga daya tahan

tubuh dari infeksi.

e. Madu asli proses penyembuhan berbagai penyakit dan gangguan

kesehatan

Madu asli tenyata bermanfaat dalam proses penyembuahn penyakit

dan gangguan kesehatan, seperti: tekanan darah tinggi, lemah jantung,

anemia, infeksi, gangguan saluran kemih, sembelit, sistem pencernaan,

maag, masalah saluran pernafasan termasuk batuk kronis, mengeluarkan

reak pada perokok, gangguan sistem saraf pusat termasuk sulit tidur,

gangguan pikiran, sakit kepala, kejang-kejang dan masalah kesehatan

kulit.

f. Meningkatkan pertumbuhan bakteri yang menguntungkan serta

menghambat bakteri yang merugikan.

Madu membantu meningkatkan pertumbuhan bakteri Bifido yang

merupakan bakteri yang sangat penting untuk menjaga kesehatan

pencernaan.

Madu menghambat bakteri yang merugikan seperti Helicobacter

pylori yang dapat menyebabkan tukak pada lambung.

g. Memperbaiki dan melindungi sistem pencernaan.

Page 8: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

Madu efektif dalam mengatasi diare dengan cara membantu

penyerapan elektrolit dan air, serta dapat menghambat kerja bakteri

E.coli yang menyebabkan diare.

Madu memperlancar buang air besar sehingga dapat mengatasi

konstipasi/sembelit.

Beberapa penelitian membuktikan bahwa madu membantu mengatasi

tukak (luka) pada lambung serta membantu melindungi lambung dari

risiko terjadinya iritasi yang disebabkan karena mengkonsumsi

minuman beralkohol dan obat-obatan tertentu.

h. Membantu penyerapan kalsium

Kandungan asam glukonat dalam madu dapat meningkatkan

penyerapan kalsium.

i. Madu sebagai sumber energi yang baik

Madu terdiri dari fruktosa dan glukosa yang mudah diubah menjadi

energi oleh tubuh.

j. Madu untuk penderita diabetes

Madu dapat digunakan sebagai pengganti gula dan aman untuk

penderita diabetes.

k. Mempercepat penyembuhan luka.

Madu memiliki sifat higroskopis yang tinggi (mudah menyerap air).

Ketika dioleskan pada luka yang terbuka, madu menarik kandungan

air dari luka tersebut, membuat luka cepat kering sehingga dapat

mempercepat penyembuhan luka.

Page 9: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

Madu juga mengurangi pembengkakan pada luka sehingga luka dapat

sembuh lebih cepat.

Sifat antimikroba dari madu dapat menghambat pertumbuhan bakteri

dan jamur penyebab infeksi pada luka.

l. Madu dan kandungan zat laktobasilin

Madu memiliki kandungan laktobasilin yang dapat menghambat

pertumbuhan sel kanker dan tumor. Kandungan asam amino bebas dalam

madu juga membantu penyembuhan penyakit dan sebagai bahan

pembentukan neurotransmitter atau senyawa yang berperan dalam

mengoptimalkan fungsi otak .

m. Vitamin yamg terkandung dalam madu

Vitamin B2 (Riboflavin)

B2 (Riboflavin) berfungsi membantu pertumbuhan dan reproduksi.

Kekurangan riboflavin mengakibatkan bibir pecah-pecah, iritasi pada

lidah, mata terasa gatal, dan seringkali terjadi katarak.

B5 (asam pantotenat)

B5 (Pantotenat) berperan dalam produksi hormon adrenalin dan

pembentukan sel-sel darah merah.

B6 (Piridoksin)

B6 (Piridoksin) berperan penting sebagai benteng pertahanan

keseimbangan hormon dan mengatur fungsi kekebalan.

Vitamin A

Page 10: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

Vitamin A berperan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan,

serta mempertahankan kesehatan tubuh. Vitamin A juga berkaitan

dengan hormon adrenalin dan hormon steroid serta mengatur

bekerjanya sel-sel saraf

Vitamin C

Vitamin C berguna sebagai suplemen yang berguna bagi

penyembuhan luka, antioksidan serta kekebalan.

Vitamin K

Betakaroten

n. Manfaat lain

Madu juga bermanfaat sebagai obat penurun panas, mengurangi

rasa mual, gangguan pencernaan, mencegah radang usus besar, sariawan,

gatal-gatal, gigitan serangga, untuk mata bintiten dan untuk menjaga

kesehatan mata.

2.5 MEKANISME KLINIS MADU

A. Madu sebagai Antimikrobial

Madu dikenal memiliki efek antibakteri spektrum luas serta

antifungal. Adapun yang menjadikan alasan mengapa madu memiliki

efek tersebut adalah sebagai berikut:

Page 11: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

1. Efek osmotik madu

Konsentrasi gula yang tinggi menarik air keluar dari organisme

sehingga membuat organisme ini dehidrasi dan menyebabkan sel

mati.

Potensi antibakterial pada madu, pertama kali ditemukan tahun

1892 oleh Van Ketel. Potensi antibakterial ini sering diasumsikan

berkaitan erat dengan efek osmotik dari kandungan gula yang tinggi

pada madu.

Madu sebagaimana sirup gula yang terlarut mempunyai

osmolaritas yang cukup untuk menghambat pertumbuhan mikroba,

tetapi jika digunakan sebagai lapisan kontak pada luka. Pengenceran

oleh eksudat luka mengurangi osmolaritasnya pada tingkat yang

dapat menghentikan kontrol infeksi.

Walaupun demikian, luka yang terinfeksi dengan Staphilococcus

aureus, secara cepat dibuat steril oleh madu. Madu mempunyai

aktivitas antibakterial tingkat medium untuk mencegah pertumbuhan

Staphilococcus aureus jika diencerkan 7-14 kali dari titik dimana

osmolaritasnya tidak mampu menjadi inhibitor lagi (Cooper, 1999).

Fakta bahwa efek antibakterial madu meningkat jika diencerkan

telah terobservasi dengan jelas dan dilaporkan pada tahun 1919.

Page 12: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

Penjelasan dari hal ini berasal dari penemuan bahwa madu

mengandung enzim yang mampu memproduksi hydrogen peroksida

ketika diencerkan (White, 1963). Agen ini pada awalnya lebih

dikenal sebagai “inhibine” untuk mengidentifikasinya sebagai

peroksida hydrogen.

Hal yang penting dari aktivitas antibakteri madu adalah ketika

efek terapeutik madu ini dibandingkandengan gula. Dalam studi

eksperimen yang dilakukan pada luka bakar yang diciptakan pada

kulit babi, ada lebih sedikit koloni bakteri yang terlihat pada luka

yang diberi madu jika dibandingkan dengan luka yang diberi gula,

lebih sedikit pustula mikro pada neoepidermis, dan lebih sedikit

bakteri yang terlihat dalam eschar pada luka yang diobati dengan

madu.

Sebuah laporan kasus klinik juga melaporkan adanya luka tekan

dalam yang berespon terhadap bermacam-macam pengobatan,

termasuk pembalutan dengan gula, tetapi dapat sembuh total dalam

waktu 6 minggu ketika dibalut dengan madu (Hutton, 1966).

Madu juga menyediakan glukosa untuk leukosit yang esensial

dalam respiratori pembakaran yang menghasilkan hydrogen

peroksida sebagaimana senyawa ini adalah komponen dominan

untuk aktivitas antibakteri pada makrofag. Selanjutnya pembakaran

respiratori ini menyediakan substrat untuk glikolisis yang merupakan

mekanisme utama dalam produksi energi dalam makrofag, dan hal

Page 13: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

ini memungkinkan energi untuk difungsikan bagi pemulihan sel

yang rusak.

Area yang mempunyai suplai oksigen yang baik juga

menyebabkan produksi eksudat yang rendah.

2. Keasaman madu

Madu bersifat sangat asam dan memiliki Ph antara 3 dan 4 yang

dapat disamakan dengan keasaman jus jeruk atau sekaleng koka

kola. Bakteri akan terbunuh dalam lingkungan asam seperti ini.

Namun, jika madu diencerkan (misalnya pada saat pengeluaran

cairan tubuh dari luka), keasaman madu menjadi berkurang,

menyebabkan bakteri dapat berkembang kembali.

3. Aksi dari hydrogen peroksida

Senyawa hydrogen peroksida yang terkandung dalam madu ini

dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Walaupun hidrogen

peroksida terdapat pada madu, tetapi senyawa ini hanya teraktivasi

ketika madu diencerkan (Bunting, 2001).

Hidrogen peroksida terkenal sebagai agen antimikroba. Senyawa

ini pertama kali dikenalkan sebagai antibakteri dan properti

pembersih dalam praktek klinik namun pada akhirnya senyawa ini

Page 14: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

tidak digunakan sebagaimana dikenalkan karena menyebabkan

inflamasi dan merusak jaringan.

Walaupun demikian, konsentrasi hyrogen peroksida yang

dihasilkan madu ketika teraktivasi saat pengenceran hanya sekitar 1

mmol/L atau sekitar 100 kali lebih kecil daripada larutan 3% yang

biasa dapat digunakan sebagai antiseptik.

Efek membahayakan dari hydrogen peroksida jauh berkurang

karena madu mengisolasi dan membuat besi bebas menjadi inaktif

dan mengkatalis formasi radikal bebas oksigen yang dihasilkan oleh

hydrogen peroksida. Komponen antioksidan ini juga membantu

membersihkan radikal bebas oksigen.

Studi pada model binatang mendemonstrasikan bahwa madu

mengurangi peradangan (dilihat dari sisi histologi), jika

dibandingkan dengan kelompok kontrol yang bervariasi dengan luka

bakar dalam, superficial dan juga pada luka dalam.

Walaupun kadar hidrogen peroksida pada madu sangat kecil,

kadar ini masih efektif sebagai agen antimikroba. Studi dengan

Escherichia coli yang dipaparkan secara konstan dengan hydrogen

peroksida menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri menjadi

terhambat oleh hydrogen peroksida 0,02-0,05 mmol/L. Konsentrasi

ini tidak berbahaya bagi sel fibroblast pada kulit manusia.

Page 15: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

4.  Aksi dari Phytochemical

Phytochemical (senyawa kimia tumbuhan) dikenal sebagai

faktor antibakterial non peroksida. Senyawa ini secara alami terdapat

pada nektar bunga yang dikumpulkan oleh lebah madu. Sebagai

contohnya pada madu yang didapat dari bunga pohon manuka New

Zealand lebih berpotensi dalam membunuh bakteri. Karena molekul

dari senyawa ini belum teridentifikasi secara pasti maka sifat madu

ini dinamakan faktor manuka yang unik.

5.  Madu menciptakan lingkungan penyembuhan yang lembab

Hal ini memungkinkan sel tumbuh kembali yang ditandai

dengan permukaan luka yang memerah. Kondisi ini dapat mencegah

deformitas pada kulit. Jika terbentuk lapisan luar luka yang kering,

sel kulit hanya dapat tumbuh pada luka yang lebih dalam dari daerah

yang lembab saja.

6. Madu menyebabkan lapisan luar luka yang kering (keropeng)

Page 16: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

Sel-sel mati terlepas dari permukaan luka, menciptakan sebuah

lingkungan luka yang sehat dimana terjadi pertumbuhan jaringan

kembali.

7. Madu menstimulasi pertumbuhan jaringan dalam proses

penyembuhan luka

Madu memicu pembentukan kapiler darah yang baru dan

pertumbuhan fibroblast yang menggantikan jaringan penyambung

pada lapisan kulit yang lebih dalam serta menstimulasi produksi

serat kolagen yang memberikan kekuatan pada perbaikan jaringan.

Madu juga memicu pertumbuhan sel epitel yang membentuk kulit

baru menutupi seluruh luka yang sembuh. Madu jug mencegah

pembentukan keropeng dan jaringan parut (keloid), sehingga

menghilangkan kebutuhan untuk cangkok kulit walaupun pada luka

yang sangat lebar.

8. Madu mencegah timbulnya bau yang biasanya ditemukan pada luka

yang parah dan ulcer pada kulit

Madu mencegah timbulnya bau dengan membersihkan infeksi

luka dengan lebih cepat dengan menyediakan lingkungan gula untuk

bakteri yang ada. Pada kondisi lingkungan seperti ini akan terbentuk

Page 17: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

asam laktat walaupun bau juga merupakan hasil dari degradasi

protein.

9. Madu dengan cepat dapat membersihkan infeksi dari luka

Kemampuan madu ini sangat efektif bahkan untuk strain bakteri

yang resisten terhadap antibiotik. Madu tidak seperti antiseptik atau

antibiotik, madu tidak menyebabkan kerusakan pada proses

penyembuhan luka melalui efek samping.

2.6  KEUNTUNGAN MADU

Secara umum madu memiliki keuntungan sebagai berikut:

a. Sangat baik dikosumsi oleh ibu hamil

b. Dapat memacu pertumbuhan sel darah merah ke otak pada bayi yang

sudah mengkonsumsi makanan selain ASI

c. Meningkatkan pertumbuhan bakteri baik dan menghambat pertumbuhan

bakteri jahat

d. Melindungi sistem pencernaan

e. Bisa dikonsumsi oleh penderita diabetes

f. Dapat menyembuhkan luka

Page 18: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

2.7 KERUGIAN MADU

Madu tidak selalu sehat. Hal ini dikarenakan madu dikumpulkan dari

bunga-bunga di alam bebas sehingga ada saat-saat tertentu dan tempat ketika

madu yang dihasilkan adalah bisa bersifat racun.

Grayanotoxin rhododendron dan Azalea memiliki nektar yang beracun

untuk manusia. Di beberapa wilayah di dunia sarang dikosongkan segera setelah

musim berbunga dan dibersihkan dari residu apapun untuk mencegah keracunan.

Chris Wagner dari Dallas Children's Medical Center, menceritakan

pengalamannya merawat pasien yang mengalami keracunan madu murni. Alergi

ini merupakan alergi terburuk yang berpotensi muncul dan memiliki gejala

meliputi sesak napas, tekanan darah rendah, pusing, pingsan hingga gagal

jantung. Chris juga mengatakan bahwa seseorang tidak dapat mengendalikan

berapa banyak tepung sari dalam madu murni yang dimakan sehingga dapat

terjadi suatu keracunan ataupun reaksi alergi.

Madu (dan juga pemanis lainnya) juga berpotensi sangat berbahaya bagi

bayi. Hal ini dikarenakan, ketika dicampur dengan cairan asam pencernaan non-

bayi itu menciptakan media yang ideal bagi Botulinum spora untuk tumbuh dan

menghasilkan toksin.

Spora Botulinum adalah beberapa bakteri yang bertahan hidup dalam

madu, tetapi juga banyak hadir di lingkungan. Sementara ini spora tidak

berbahaya bagi orang dewasa tetapi pada bayi karena keasaman perut pada

pencernaan sistem bayi belum cukup berkembang untuk menghancurkan mereka.

Page 19: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

Untuk alasan ini, disarankan bahwa madu baik, maupun pemanis lainnya, harus

diberikan kepada anak-anak di bawah usia 18 bulan.

2.8 PROSEDUR PEMAKAIAN MADU UNTUK MERAWAT LUKA

Banyak penjelasan bahwa madu mempunyai aksi pembersih dan

debridemen pada luka namun prosedur yang paling banyak dianjurkan dalam

laporan yang ada adalah dengan membersihkan luka terlebih dahulu.

Beberapa laporan lain melaporkan bahwa abses yang ada dibuka dan pus

dikeluarkan, jaringan nekrotik diambil, sebelum membalut luka dengan madu

(Farouk dkk, 1998).

Beberapa penelitian lain menggunakan prosedur pembersihan luka

dahulu yaitu disikat menggunakan sikat gigi yang lembut diikuti dengan

hydrogen peroksida, garam pembersih, betadin atau garam pembersih lain,

larutan dakin atau hydrogen peroksida encer pada luka dan menggunakan

alkohol untuk kulit di luar luka. Luka juga dapat dibersihkan dengan eusol

atau aqueous 1 % chlorhexidin.

Laporan lain menganjurkan membersihkan luka terlebih dahulu

sebelum dibalut dengan madu tetapi tidak memberikan spesifikasi larutan

yang harus dipakai. Salah satu laporan membersihkan luka dengan kabut

Page 20: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

tipis. Sebagian besar laporan menyederhanakan pembersihan luka dengan

normal salin sebelum membalutnya dengan madu dan ketika pergantian

balutan (Dumronglert, 1983).

Pada beberapa laporan, madu dioleskan menyeluruh pada luka lalu

ditutup dengan balutan kering. Kebanyakan ditutup dengan balutan yang agak

berkabut. Jumlah madu yang dipakai bervariasi, dari yang berupa gosokan

tipis (tetapi hasilnya buruk), menggunakan lapisan madu yang tebal (tetapi

butuh dilakukan tiga sampai empat kali setiap hari). Laporan yang lain hanya

menggunakan madu sebagai lapisan luar dari luka atau hanya dioleskan tanpa

balutan (Farouk, 1988).

Berikut ini adalah pertimbangan untuk penggunaan klinik madu:

a. Jumlah madu yang diperlukan untuk luka tergantung pada jumlah cairan

eksudat dari luka yang akan mengencerkan madu.

Infeksi yang lebih dalam membutuhkan madu yang lebih banyak pula

agar tercapai efek antibakteri madu yang efektif, yaitu madu dapat

berdifusi lebih dalam ke jaringan luka. Untuk standar umum, 20 ml madu

(25-30 gr) sebaiknya digunakan pada balutan seluas 10 cm2.

(Anonim 2006. http://apitherapy.blogspot.com/2006/12/uk-nursing-

magazine-outlines-evidence.html).

b. Frekuensi pergantian balutan tergantung seberapa cepat madu

terencerkan oleh cairan eksudat.

Page 21: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

Balutan biasanya diganti satu kali setiap hari, tetapi jika luka

mengeluarkan eksudat sangat banyak maka perlu penggantian balutan

tiga kali sehari.

(Anonim. 2006 http://apitherapy.blogspot.com/2006/12/uk-nursing-

magazine-outlines-evidence.html).

Jika tidak ada eksudat, balutan pelu diganti dua kali setiap minggu untuk

mempertahankan reservoir komponen antibakteri agar berdifusi ke

jaringan luka (Ngan, 2008).

c. Madu bersifat cairan licin dan lembek yang dapat menyulitkan

penggunaanya.

Hal ini dapat diatasi dengan melumurkan madu pada sebuah bahan

kontak luka yang bersifat absorben (penyerap) seperti tissue cutton. Jika

dioleskan langsung pada luka, madu cenderung mengalir keluar dari luka

sebelum balutan kedua ditempelkan untuk mempertahankan madu agar

tetap di tempat.

(Anonim. 2006. http://apitherapy.blogspot.com/2006/12/uk-nursing-

magazine-outlines-evidence.html).

d. Madu tidak akan cepat meresap ke dalam balutan absorben.

Penyerapan dapat difasilitasi oleh penghangatan madu oleh suhu tubuh

dan/atau penambahan satu bagian air ke dalam 20 bagian madu untuk

membuat madu lebih cair (Ngan, 2008).

e. Pada beberapa situasi pada lepuhan, madu dapat ditempelkan pada luka

dengan menggunakan balutan film adhesif.

Page 22: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

Madu dapat digunakan untuk mengobati luka berongga, walaupun

pendekatan cara ini tidak sesuai untuk luka eksudat yang parah (Ngan,

2008).

f. Untuk luka eksudat moderat sampai berat, balutan sekunder (lapisan

kedua) diperlukan untuk menampung rembesan madu dari balutan primer

yang telah diencerkan oleh eksudat. Balutan penahan seperti film

poliuretan merupakan balutan yang terbaik untuk digunakan sebagai

balutan sekunder absorben yang cenderung menarik cairan menjauh dari

permukaan luka (Ngan, 2008).

g. Balutan dengan daya adhesif rendah membantu mencegah balutan madu

menempel pada luka jika kasus penempelan ini merupakan sebuah

masalah. Balutan ini ditempatkan antara luka dan balutan madu, tetapi

hal ini harus memungkinkan komponen antibakteri madu berdifusi secara

bebas kedalam area luka (Ngan, 2008).

h. Balutan alginate yang digunakan bersama dengan madu merupakan

alternatif yang baik untuk balutan selulosa/cutton karena alginate akan

menjadikan madu mengandung soft gel (Ngan, 2008).

i. Beberapa lekukan atau rongga pada area luka harus dipenuhi dengan

madu dengan menggunakan balutan yang dicampur madu. Hal ini

digunakan untuk memastikan komponen antibakteri madu berdifusi ke

dalam jaringan luka (Ngan, 2008).

j. Madu secara aman dapat dimasukkan ke dalam rongga luka.

Page 23: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

k. Madu bersifat larut dalam air dan mudah untuk dibilas keluar, jika ada

residu madu yang tertinggal sifatnya adalah bio-degradable (madu yang

terserap dalam prosesnya tidak mengandung benda-benda asing bagi

tubuh). Untuk luka sinus dengan bagian yang sedikit terbuka, cara yang

efektif untuk menerapkan penggunaan madu adalah dengan

menggunakan kateter pada sebuah syringe yang diisi madu (Ngan, 2008).

l. Infeksi dapat terjadi dalam jaringan di bawah area luka, maka dari itu

balutan madu harus diperlebar di sekitar luka (Ngan, 2008).

2.9 PERAN PERAWAT

A. Perawat sebagai peneliti

Perawat dapat meneliti kandungan yang terdapat dalam madu. Selain

itu juga, perawat meneliti reaksi dan efek samping madu jika digunakan

sebagai obat berbagai macam penyakit. Perawat juga melaksanakan

monitoring terhadap perubahan yang terjadi pada individu, keluarga,

kelompok & masyarakat yang menyangkut reaksi, efek samping dan sejauh

mana penggunaan madu di masyarakat melalui kunjungan rumah,

pertemuan, observasi & pengumpulan data. 

B.  Perawat sebagai pendidik

Page 24: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

Perawat memberikan health education (HE) yang berdasarkan dengan

semua tahap kesehatan & tingkat pencegahan. Selain itu perawat harus

mampu mengajarkan tindakan pelayanan kesehatan, pencegahan penyakit,

pemulihan dari penyakit dan menyusun program HE, memberikan informasi

yang tepat mengenai pemanfaatan madu.

Sebagai pendidik, perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan

tentang pentingnya madu sebagai alternatif pengobatan yang bisa didapatkan

di masyarakat, mengingat madu memiliki manfaat yang dapat berguna di

bidang kesehatan misalnya dalam penyembuhan sariawan. Dengan adanya

pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh perawat, masyarakat dapat

mengetahui penyakit apa saja yang dapat diobati dengan madu sehingga

memandirikan masyarakat dalam menangani masalah kesehatan. 

C. Perawat sebagai pelaksana pelayanan keperawatan

Perawat sudah memiliki pengetahuan tentang kandungan madu, reaksi

dan efek samping madu. Oleh karena itu, perawat dapat mengaplikasikannya

dalam merawat pasien di rumah sakit maupun home care. Perawat juga

memberikan pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok /

masyarakat berupa asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi

pemberian asuhan pencegahan pada tingkat 1, 2 maupun yang 3 baik

direct/indirect.

Page 25: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dikemukakan beberapa jurnal yang berkaitan dengan trend

dan issue perawatan luka menggunakan madu. Jurnal-jurnal ini akan dianalisis

menggunakan analisis PICOT untuk melihat efektifitas/evidence base dari

perawatan luka menggunakan madu.

3.1 IDENTIFIKASI PICO

a. P ( Population ) : Pasien dengan luka yang memerlukan perawatan

b. I (Intervention) : Perawatan luka mengunakan madu

c. C (Comparison ) : Perawatan luka mengunakan normal salin-povidone

iodine

d. O( Outcame ) : Efektifitas penyembuhan luka

Page 26: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

3.2 PERTANYAAN KLINIS KOMPONEN PICO

“Bagaimana efektifitas penyembuhan luka mengunakan madu

dibandingkan dengan perawatan luka menggunakan normal salin-povidone

iodine?”

Page 27: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

3.3 ANALISIS EVIDENCE

NO PENULIS JUDUL TUJUAN METODE

LEVEL OF

EVIDENC

E

HASIL KESIMPULAN KESENJANGAN

1. Renny Wulan

Apriliyasari,

Muhammad

Endro

Perbedaan Proses

Penyembuhan

Luka dengan

Menggunakan

NaCl 0,9 % dan

Gel Madu pada

Pasien Post

Operasi di Ruang

Rawat Inap Bedah

di Rumah Sakit

Islam Sunan Kudus

Penelitian bertujuan

untuk mengetahui

perbedaan proses

penyembuhan luka

menggunakan NaCl

0,9 % dan gel madu

pada pasien post

operasi di ruang

rawat inap bedah di

Rumah Sakit Islam

Sunan Kudus

Rancangan

penelitian yang

digunakan

adalah post test

with control

group

Level 3 1. Hasil penelitian

kelompok yang

diberikan NaCl 0,9%

pada perawatan luka

yang

Luka primer,

yang mengalami

penyembuhan

sebanyak 24

(80,0%)

Luka sekunder,

yang mengalami

penyembuhan

sebanyak 6

(20,0%)

1. Uji hipotesis

didapatkan t hitung

sebesar 7,000 > t

tabel (1,699). Dengan

demikian

disimpulkan terdapat

perbedaan perawatan

luka dengan

menggunakan NaCl

0,9% dengan

perawatan luka

menggunakan gel

madu di Ruang

Rawat Inap Bedah

Rumah Sakit Islam

Tidak disimpulkan

pada luka jenis

apa, gel madu

memiliki efek

yang baik untuk

penyembuhan

luka, sedangkan

pada hasil terlihat

bahwa gel madu

efektif pada luka

sekunder.

Page 28: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

Luka tersier,

tidak ditemukan

responden yang

mengalami

penyembuhan.

2. Hasil penelitian

kelompok yang

diberikan gel madu

pada perawatan luka :

Luka primer,

yang mengalami

penyembuhan

luka primer

sebanyak 18

(60,0%)

Luka sekunder,

yang mengalami

penyembuhan

sebanyak 12

(40,0%)

Luka tersier,

tidak ditemukan

responden yang

Sunan Kudus.

Page 29: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

mengalami

penyembuhan.

2. Zulfa, Elly

Nurachmah,

Dewi Gayatri

Perbandingan

Penyembuhan

Luka Terbuka

Menggunakan

Balutan Madu Atau

Balutan Normal

Salin-Povidone

Iodine Pada Pasien

Trauma Yang

Dirawat Di Salah

Satu RS Di

Bukittinggi

Penelitian ini

bertujuan

mengidentifikasi

perbedaan

keefektifan

penyembuhan luka

menggunakan

balutan madu dan

balutan normal

salin-povidone

iodine pada pasien

trauma dengan luka

terbuka yang

dirawat di salah satu

RS di Bukittinggi

Kuasi

eksperimen,

non-equivalent

control group

dengan pre dan

post-test.

Level 3 1. Hasil penelitian

menunjukkan tidak

ada perbedaan

bermakna pada rerata

skor perkembangan

proses penyembuhan

luka antara sebelum

dan sesudah intervensi

perawatan luka dengan

madu (P = 0.076) dan

dengan normal salin-

povidone iodine (P =

0,057).

2. Rerata skor

perkembangan

penyembuhan luka

terbuka setelah

intervensi tidak

berbeda secara

signifikan (P = 0,797)

antara kelompok

Hasil penelitian ini

merekomendasikan

penggunaan balutan

madu untuk pasien

dengan luka terbuka.

1. Tidak

menjelaskan

dosis madu

yang

digunakan

pada balutan

untuk menutup

luka

2. Tidak

menjelaskan

perubahan-

perubahan

yang terjadi

secara

mikroskopis

pada luka

setelah

menggunakan

balutan madu

3. Tidak

dijelaskan

Page 30: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

intervensi dengan

madu dengan

kelompok kontrol.

Namun, penurunan

skor perkembangan

proses penyembuhan

luka pada balutan

madu (11,52%) lebih

besar 6,67%

dibandingkan balutan

normal salin-povidone

iodine (4,85%).

3. Perawatan luka

dengan madu

membuat responden

tidak merasa nyeri,

tidak terjadi

perlengketan serta

perdarahan saat

membuka balutan

ketika dibersihkan,

sedangkan dengan

normal salin-

madu jenis apa

yang

digunakan

untuk

membasahi

balutan

4. Tidak

menjelaskan

efektifitas

frekuensi

penggantian

balutan pada

luka terbuka

yang

menggunakan

balutan madu

Page 31: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

povidone iodine,

responden merasakan

sebaliknya.

3. Dina Dewi SLI,

Sanarto,

Barotut Taqiyah

Pengaruh Frekuensi

Perawatan Luka

Bakar Derajat II

Dengan Madu

Nectar Flora

Terhadap Lama

Penyembuhan

Luka

Penelitian bertujuan

untuk

1. Mengetahui

pengaruh

frekuensi

perawatan luka

bakar derajat II

dengan madu

nectar flora

terhadap lama

penyembuhan

luka

2. Mengetahui

frekuensi mana

yang sebaiknya

diterapkan

untuk

perawatan luka

bakar derajat II

menggunakan

Jenis penelitian

adalah true

experiment

dengan

menggunakan

desain pre-test

post-test control

group

design

Level 2 1. Hasil analisis statistik

menunjukkan rata-rata

penyembuhan luka

pada kelompok 1

(kontrol) sebesar 14,5

hari, kelompok 2

adalah 13,5 hari,

kelompok 3 adalah

11,75 hari, kelompok

4 adalah 10,5 hari, dan

kelompok 5 adalah 10

hari.

2. Uji one way anova

menunjukkan terdapat

perbedaan yang

signifikan pada rata-

rata lama

penyembuhan luka

antar kelompok

dengan F hitung

Perawatan luka bakar

derajat II dengan

menggunakan madu yang

dilakukan 2-3

kali per hari paling efektif

dalam mempercepat

penyembuhan luka bakar

derajat II dibandingkan

perawatan luka 2 hari

sekali dan 1 kali sehari.

1. Tidak

menjelaskan

dosis madu

nektar flora

yang efektif

untuk

perawatan

luka bakar

derajat II

2. Tidak

menjelaskan

perubahan-

perubahan

yang terjadi

secara

mikroskopis

pada

perawatan

luka yang

menggunakan

Page 32: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

madu. (6,992) > F tabel

(3,06) dan p < α 0,05.

3. Uji BNT menunjukkan

pada kelompok 2 tidak

berbeda nyata dengan

kelompok kontrol.

Sedangkan kecepatan

penyembuhan luka

pada kelompok 3,

kelompok 4, dan

kelompok 5 tidak

berbeda nyata.

Namun perbedaan

antara kelompok 4

dan kelompok 5

menunjukkan angka

signifikan yang paling

besar (p = 0,634),

sehingga dengan kata

lain pengaruh pada

perlakuan kelompok 4

mendekati pengaruh

pada perlakuan

madu nektar

flora;

3. Tidak

dijelaskan

madu jenis apa

yang

digunakan

untuk

perawatan

luka;

4. Tidak

menjelaskan

efektifitas

frekuensi

perawatan

pada luka

bakar derajat

II dengan

madu nektar

flora dengan

melihat faktor-

faktor lain

yang

Page 33: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

kelompok 5. berpengaruh

dalam

penyembuhan

luka

Page 34: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

3.4 RANGKUMAN

a. Berdasarkan hasil penelitian (Renny,dkk, 2013), terdapat perbedaan

perawatan luka menggunakan NaCl 0,9% dengan perawatan luka

menggunakan gel madu. Perawatan gel madu memiliki keunggulan dalam

hal penyembuhan luka sekunder.

b. Berdasarkan hasil penelitian (Elly,dkk, 2012), terdapat perbedaan

perawatan luka menggunakan madu dengan povidione iodine. Hal ini

dibuktikan dengan: perawatan luka dengan menggunakan madu membuat

pasien tidak merasa nyeri, tidak terjadi perlengketan serta tidak terjadi

perdarahan saat membuka balutan ketika dibersihkan.

c. Berdasarkan hasil penelitian (Dina,dkk, 2012), perawatan luka bakar

derajat II dengan menggunakan madu yang dilakukan 2-3 kali per hari

paling efektif dalam mempercepat penyembuhan luka bakar derajat II

dibandingkan perawatan luka 2 hari sekali dan 1 kali sehari.

3.5 REKOMENDASI

Berdasarkan Evidence Base Practice di atas, perawatan luka

mengunakan madu dapat dipertimbangkan untuk dijadikan standar prosedur

perawatan luka.

Page 35: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Madu adalah cairan yang menyerupai sirup, madu lebih kental dan

berasa manis, dihasilkan oleh lebah dan serangga lainnya dari nektar bunga.

Jika Tawon madu sudah berada dalam sarang, nektar dikeluarkan dari

kantung madu yang terdapat pada abdomen dan dikunyah secara bersama

tawon lain. Jika nektar sudah halus ditempatkan pada sel hingga penuh.

Setelah itu akan ditutup dan terjadi fermentasi (Wikipedia. org).

Madu memiliki komponen kimia yang memiliki efek koligemik yaitu

asetilkolin. Asetilkolin berfungsi untuk melancarkan peredaran darah dan

mengurangi tekanan darah. Selain itu madu juga mengandung berbagai

vitamin seperti vitamin A, B1, B2, mineral seperti kalsium, natrium, kalium,

magnesium, besi, juga garam iodine bahkan radium. Madu juga mengandung

antibiotik dan berbagai asam organik seperti asam malat, tartarat, sitrat,

laklat, dan oksalat.

Berdasarkan hasil penelitian yang di kalukan oleh Renny, ddk ( 2013)

dan Elly, dkk (2012) menunjukan terdapat perbedaan perawatan luka dengan

menggunakan NaCl 0,9% dengan perawatan luka menggunakan gel madu .

Perawatan luka dengan madu efektif pada luka sekunder dan membuat

Page 36: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

responden tidak merasa nyeri, tidak terjadi perlengketan serta tidak terjadi

perdarahan saat membuka balutan ketika dibersihkan, sedangkan dengan

normal salin-povidone iodine , responden merasakan sebaliknya.

Hasil penelitian (Dina,dkk, 2012), juga menyatakan bahwa perawatan

luka bakar derajat II dengan menggunakan madu yang dilakukan 2-3 kali per

hari paling efektif dalam mempercepat penyembuhan luka bakar derajat II

dibandingkan perawatan luka 2 hari sekali dan 1 kali sehari.

4.2 SARAN

Perawat dapat mengaplikasikan pengunaan gel madu dalam merawat

luka terbuka dan luka sekunder pada pasien di rumah sakit maupun home care.

Perawat juga memberikan pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga,

kelompok / masyarakat berupa asuhan keperawatan yang komprehensif. Perawat

juga perlu melakukan penelitian lebih lanjut tentang keefektifan pengunaan madu

dalam perawatan luka jenis lain.

Page 37: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2006). Honey Dressings in Wound Care. (http://apitherapy.blogspot.com/2006/12/uk-nursing-magazine-outlines-evidence.html, diakses 14 Januari 2014)

Dewi, D, Sanarto, dan Taqiyah, B. (2012). pengaruh Frekuensi Perawatan Luka Bakar Derajat II Dengan Madu Nectar Flora Terhadap Lama Penyembuhan Luka. Jurnal Keperawatan

Molan, P. (1992). Honey As A Dressing For Wounds, Burns And Ulcers. Abrief Review Of Clinical Report And Experimental Studies. UOW-Honey Research Unit (Online) (http://www.honey.bio.waikato.ac.nz/index, diakses 14 Januari 2014)

Apriliyasari, R. W dan Endro, M. (2013). Perbedaan Proses Penyembuhan Luka dengan Menggunakan NaCl 0,9 % dan Gel Madu pada Pasien Post Operasi di Ruang Rawat Inap Bedah di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus. Jurnal Keperawatan(Online)(http://jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id/index.php/cendekia_utama/article/view/11. Diakses pada 14 Januari 2014)

Zulfa, Nurachmah, E., dan Gayatri, D. (2012). Perbandingan Penyembuhan Luka Terbuka Menggunakan Balutan Madu Atau Balutan Normal Salin-Povidone Iodine. Jurnal Keperawatan

http://nersindonesiaberkarya.com/2010/03/penggunaan-madu-sebagai alternatif.html. Diakses pada 14 Januari 2014.

http://perawathati.blogspot.com/2012/04/penggunaan-madu-sebagai-perawatan-luka.html. Diakses pada 14 Januari 2014

Wikipedia. (2013). Diakses pada 14 Januari 2014

Page 38: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

MAKALAH SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUN

TREND DAN ISSUEPERAWATAN LUKA DENGAN MADU

OLEH

KELOMPOK I

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN BFAKULTAS KEDOKTERAN

1. MADE BAYU OKA WIDIARTA2. SIMSON MELKIOR YULIUS DJAMI LA3. BERGITA OLIVIA HALI SAMON4. SYLVIANINGSIH5. MICKS BRAFYUTH PENLAANA6. NYOMAN BUDIYANI7. D. KUSUMA NINGRAT8. DEWA PUTU EDI PERMANA PUTRA9. I WAYAN SWANTIYASA10. NI NYOMAN SUDRESTI11. KOMANG SRI MAHAWATI12. HENI KUMALASARI

Page 39: Tugas Trend Dan Issue Imunhemato- Madu

SEMESTER I TAHUN AJARAN 2013/2014