tugas tht ku

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit THT merupakan salah satu jenis penyakit yang sering ditemukan pada masyarakat. Banyaknya keluhan dan gejala yang ada dan berbagai macam jenis penyakit THT, menyebabkan identifikasi penyakit THT menjadi sulit. Maka dari itu dibutuhkan sebuah aplikasi untuk mendiagnosa gejala-gejala dan keluhan yang dirasakan pasien untuk mengidentifikasi apakah merupakan gejala dari penyakit THT. Di tahun 2012 tepatnya pada bulan November, ditemukan sepuluh penyakit terbanyak yang diranking berdasarkan jumlah pasien yang datang ke poli THT RSUD Dr. R. Koesma Tuban. Adapun sepuluh penyakit tersebut adalah otitis media serosa kronik, otitis eksterna, serumen telinga, otitis media akut, rhinitis akut, tonsilitis kronik, corpus alienum, sinusitis kronis, sensorineural hearing loss, dan epistaksis. Untuk dapat menegakkan diagnosa suatu penyakit atau kelainan di telinga, hidung dan tenggorokan, diperlukan kemampuan melakukan anamnesis dan ketrampilan melakukan pemeriksaan organ-organ tersebut. Kemampuan ini merupakan bagian dari pemeriksaan fisik bila terdapat 1

Upload: amaasara

Post on 10-Aug-2015

81 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Tht Ku

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit THT merupakan salah satu jenis penyakit yang sering ditemukan

pada masyarakat. Banyaknya keluhan dan gejala yang ada dan berbagai macam

jenis penyakit THT, menyebabkan identifikasi penyakit THT menjadi sulit. Maka

dari itu dibutuhkan sebuah aplikasi untuk mendiagnosa gejala-gejala dan keluhan

yang dirasakan pasien untuk mengidentifikasi apakah merupakan gejala dari

penyakit THT.

Di tahun 2012 tepatnya pada bulan November, ditemukan sepuluh penyakit

terbanyak yang diranking berdasarkan jumlah pasien yang datang ke poli THT

RSUD Dr. R. Koesma Tuban. Adapun sepuluh penyakit tersebut adalah otitis media

serosa kronik, otitis eksterna, serumen telinga, otitis media akut, rhinitis akut, tonsilitis

kronik, corpus alienum, sinusitis kronis, sensorineural hearing loss, dan epistaksis.

Untuk dapat menegakkan diagnosa suatu penyakit atau kelainan di telinga,

hidung dan tenggorokan, diperlukan kemampuan melakukan anamnesis dan

ketrampilan melakukan pemeriksaan organ-organ tersebut. Kemampuan ini

merupakan bagian dari pemeriksaan fisik bila terdapat keluhan atau gejala yang

berhubungan dengan kepala dan leher. Pemeriksaan pula dilakukan selengkap

mungkin dengan tambahan berbagai macam pemeriksaan penunjang dengan alat-

alat canggih.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana mendiagnosa dan memberikan terapi pada penyakit-penyakit terbanyak

yang terjadi dibidang THT?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

1

Page 2: Tugas Tht Ku

Menjelaskan diagnosa dan terapi penyakit-penyakit terbanyak yang

terjadi di bidang THT.

1.3.2 Tujuan khusus

Menjelaskan definisi dari penyakit-penyakit THT terbanyak

Menjelaskan diagnosa serta pemeriksaan klinis dan penunjang dari

penyakit-penyakit tersebut

Menjelaskan penatalaksaan dari penyakit-penyakit tersebut

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat umum

Menambah wawasan mengenai penyakit THT yang sering kita temui

dilapangan.

1.4.2 Manfaat khusus

Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti

kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit THT.

B AB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tonsilitis Kronis

2.1.1 Definisi

Tonsilitis kronis adalah peradangan kronis tonsil setelah serangan akut yang

erjadi berulang-ulang atau infeksi subklinis. 1

2

Page 3: Tugas Tht Ku

2.1.2 Diagnosa Klinis 2

Gejala Klinis :

1. nyeri terus menerus pada tenggorokan (odinofagi)

2. nyeri telan

3. ada sesuatu yang mengganjal di kerongkongan bila menelan

4. tenggorokan terasa kering

5. nafas berbau busuk

6. kadang-kadang disertai demam dan nyeri pada leher.

Pemeriksaan Klinis dan penunjang

1. pemeriksaan klinis :

- pembesaran tonsil karena hipertrofi dan perlengketan ke

jarigan sekitar, kripta yang melebar, tonsl ditutupi oleh

eksudat yang purulen.

- Tonsil dapat tetap kecil, mengeriput, tepi hiperemi,

sekret purulen.

2. pemeriksaan penunjang :

- uji reistensi (sensitifitas) kuman dari sediaan apus tonsil

- biakan swab untuk melihat macam kuman dan derajat

keganasan

komplikasi

1. komplikasi sekitar tonsil

- peritonsilitis

- abses peritonsilar

- abses parafaringeal

- abses retrofaring

- kista tonsil

- tonsilolith

2. komplikasi organ jauh

- demam reumatik dan penyakit jantung reumatik

- glomerulonefritis

- episkleritis, konjungtivitis berulang dan koroiditis

3

Page 4: Tugas Tht Ku

- psoriasis, eritema multiforme, kronik urtikaria, dan

purpura

- artritis dan fibrositis

Diagnosa banding

2.1.3 penatalaksanaan dan prognosa

Penatalaksanaan

1. medikamentosa : antibiotik, irigasi tenggorokan dan usaha

untuk membersihkan kripta tonsilaris.

2. pembedahan : tonsilektomi

Prognosa

baik

2.2 Corpus alienum 3,4

2.2.1 Definisi

Corpus alienum adalah benda asing yang berasal dari luar atau dalam tubuh yang

dalam keadaan normal tidak ada pada tubuh.

2.2.2 Diagnosa Klinis

Gejala Klinis

Benda Asing di Telinga

- Tanpa gejala

- Pasien yang lain mungkin merasa sakit dengan gejala seperti otitis

media, pendengaran berkurang, atau rasa penuh ditelinga.

Benda Asing di Hidung

- obstruksi unilateral dan secret yang berbau

Benda Asing di Laring, Trakea, dan Bronkus

- Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing saluran napas akan

mengalami 3 stadium.

4

Page 5: Tugas Tht Ku

o Stadium pertama : batuk-batuk hebat secara tiba-tiba

(violent paroxysms of coughing), rasa tercekik (choking),

rasa tersumbat di tenggorok (gagging) dan obstruksi jalan

napas yang terjadi dengan segera.

o Pada stadium kedua, gejala stadium permulaan diikuti oleh

interval asimtomatis.

o Pada stadium ketiga : batuk-batuk, hemoptisis, pneumonia

dan abses paru.

- Benda asing di laring dapat menutup laring, tersangkut di antara pita

suara atau berada di subglotis. Gejala sumbatan laring tergantung

pada besar, bentuk dan letak (posisi) benda asing.

- Sumbatan total di laring : disfonia sampai afonia, apnea dan sianosis.

- Sumbatan tidak total : disfonia sampai afonia, batuk yang disertai

serak (croupy cough), odinofagia, mengi, sianosis, hemoptisis, dan

dispnea.

Benda Asing di Orofaring dan Esofagus

- Gejala orofaring : Rasa tidak nyaman dari ringan sampai berat, sulit

menelan atau tidak dapat mengontrol air liur, pasien dapat

melokalisir benda asing tersebut.(7)

- Gejala esophagus : riwayat mencerna, tidak nyamaN pada

epigastrium, Disfagia, tidak mampu mengendalikan sekresi air liur.

Pada pasien anak biasanya tidak terdapat gejala yang khas. Orang

tua biasanya yang memberitahu kepada dokter bahwa anaknya

telah menelan sesuatu. Rasa tersumbat ditenggorok, muntah, dan

sakit tenggorokan biasanya muncul. Jika benda asing berlangsung

lama maka biasanya anak menjadi tidak ingin makan, rewel, gagal

tumbuh, demam, stridor, gejala pulmonal seperti pneumonia yang

berulang yang berasal dari aspirasi. Benda asing esophagus yang

5

Page 6: Tugas Tht Ku

besar pada UES dapat mendesak trakea sehingga menyebabkan

stidor dan membahayakan pernafasan.

Pemeriksaan Klinis dan penunjang

Benda Asing di Telinga

- Otoskop : terlihat benda asing

Benda Asing di Hidung

- inspeksi akan telihat benda asing yang terjepit dalam hidung

Benda Asing di Laring, Trakea, dan Bronkus

- pemeriksaan radiologis

- laboratorium

- Video fluoroskopi

Benda Asing di Orofaring dan Esofagus

- Inspeksi

- Foto Rontgen polos esophagus servikal dan torakal anteroposterior

dan lateral

- Endoscopi

- CT scan sebelum endoskopi

2.2.3 Penatalaksanaan dan Prognosa

Penatalaksanaan

Benda Asing di Telinga

Forceps yang sudah dimodifikasi dapat digunakan untuk mengambil

benda dengan bantuan otoskop.

Suction dapat digunakan untuk menghisap benda

6

Page 7: Tugas Tht Ku

Irigasi liang telinga dengan air hangat dengan pipa kecil dapat membuat

benda-benda keluar dari liang telinga dan membersihkan debris.

Penggunaan alat seperti magnet dapat digunakan untuk benda dari logam

Sedasi pada anak perlu dilakukan jika tidak dapat mentoleransi rasa sakit

dan takut.

Serangga dalam liang telinga biasanya diberikan lidocain atau minyak,

lalu diirigasi dengan air hangat.

Setelah benda asing keluar, diberikan antibiotik tetes selama lima hari

sampai seminggu untuk mencegah infeksi dari trauma liang telinga.

Benda Asing di Hidung

Pengangkatan dapat dilakukan di klinik pada anak yang kooperatif,

setelah sebelumnya dioleskan suatu anastetik topical dan vasokonstriktor

misalnya kokain. Suatu kait buntu yang diselipkan di belakang benda tersebut

atau suatu forsep alligator yang kecil akan sangat membantu. Kadang

diperlukan anestesi umum untuk mengeluarkan benda tersebut.(5)

Benda Asing di Laring, Trakea, dan Bronkus

cara perasat dari Heimlich (Heimlichmaneuver).

pengangkatan segera secara endoskopik.

Benda Asing di Orofaring dan Esofagus

esofagoskopi menggunakan cunam

pembedahan yaitu servikotomi, torakotomi, atau esofagotomi,

tergantung lokasi benda asing. Bila dicurigai adanya perforasi yang

kecil segera dipasang pipa nasogaster agar pasien tidak menelan

makanan ataupun ludah dan diberikan antibiotika bersprektm luas

selama 7-10 hari untuk mencegah timbulnya sepsis

Prognosa

baik

2.3 Sinusitis kronis 37

Page 8: Tugas Tht Ku

2.3.1 Definisi

Sinusitis kronis adalah radang mukosa sinus paranasal yang berlangsung

lebih dari 3 bulan.

2.3.2 Diagnosa Klinis

Gejala Klinis

1. sekret pada hidung dan para nasal (post nasal drip) yang sering

kali mukopurulen, hidung tersumbat.

2. larig dan faring terasa tidak nyaman dan gatal.

3. pendengaran terganggu karena terjadi sumbatan tuba

eustachius

4. nyeri atau sakit kepala

5. sakit mata karena penjalaran infeksi mealui duktus

nasolakrimalis.

6. batuk

Komplikasi

1. komplikasi orbita

2. mukokel

3. komplikasi intrakranial

4. osteomielitis dan abses subperiosteal

Pemeriksaan Klinis dan penunjang

1. pemeriksaan klinis :

- rinoskopi anterior : sekret kental, purulen dari meatus

medius dan superior, polip, tumor.

- Rinoskopi posterior : sekret purulen di nasofaring/

tenggorokan.

2. pemeriksaan penunjang :

- pemeriksaan transiluminasi: daerah sius terlihat gelap

- radiologik :

- sinoskopi : osteum tampak tertutup akibat perlengketan

sehingga drainase terganggu.

8

Page 9: Tugas Tht Ku

- endoskopi dan CT Scan : etmoiditis kronis (penebalan

mukosa, air fluid level, perselubungan homogen/tidak

pada satu atau lebih, penebalan dinding sinus dengan

sklerotik.

Diagnosa banding

1. fever of unknown origin

2. gastroesofageal reflux disease

3. rhinitis allergic

4. rhinocerebral mucormycosis

5. sinusitis akut

2.3.3 Penatalaksanaan dan Prognosa

Penatalaksanaan

1. medikamentosa :

- Jika ditemukan faktor predisposisinya, maka dilakukan tata laksana

yang sesuaidan diberi terapi tambahan. Jika ada perbaikan maka

pemberian antibiotik mencukupi 10-14 hari.

- Jika faktor predisposisi tidak ditemukan maka terapi sesuai pada

episode akutlini II + terapi tambahan. Sambil menunggu ada atau

tidaknya perbaikan,diberikan antibiotik alternative 7 hari atau buat

kultur. Jika ada perbaikan teruskanantibiotik mencukupi 10-14 hari,

jika tidak ada perbaikan evaluasi kembalidengan pemeriksaan naso-

endoskopi, sinuskopi (jika irigasi 5 x tidak membaik).Jika ada

obstruksi kompleks osteomeatal maka dilakukan tindakan bedah

yaituBSEF atau bedah konvensional. Jika tidak ada obstruksi maka

evaluasi diagnosis.

- Diatermi gelombang pendek di daerah sinus yang sakit.

- Pada sinusitis maksila dilakukan pungsi dan irigasi sinus, sedang

sinusitisethmoid, frontal atau sfenoid dilakukan tindakan pencucian

Proetz.

2. pembedahan :

9

Page 10: Tugas Tht Ku

- Radikal :

Sinus maksila dengan operasi Cadhwell-luc, Sinus ethmoid dengan

ethmoidektomi, Sinus frontal dan sfenoid dengan operasi Killian.

- Non Radikal Bedah :

Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF). Prinsipnya dengan membuka

dan membersihkan daerah kompleks ostiomeatal.

Menurut Manning, terapi operatif pada anak di bagi dalam 2 jenis

yaitu :10

1. Operasi sinus tidak langsung

Yaitu operasi yang ditujukan untuk memperbaiki fungsi hidung dan

sinusseperti : septoplasti, pengangkatan benda asing,

polipektomi,tonsiloadenoidektomi dan irigasi sinus.

2. Operasi sinus langsung

Yaitu operasi yang ditujukan langsung pada sinus tersebut

seperti :etmoidektomi, operasi Luc dan bedah sinus endoskopik

fungsional atau FESS.

Bedah Sinus Endoskopik fungsional (FESS)

Teknik ini dapat juga dilakukan pada anak karena lebih fisiologis dan

amanserta lebih efektif.

Operasi ini di indikasikan pada :6

- Rinosinusitis akut pada anak dengan komplikasi.

- Sinusitis rekuren akut.

10

Page 11: Tugas Tht Ku

- Sinusitis kronis yang gagal dengan terapi medika

mentosa

Prognosa

baik

2.4 Tuli saraf/ SNHL5,6

2.4.1 Definisi

Tuli sensorineural adalah berkurangnya pendengaran atau gangguan

pendengaran yang terjadi akibat kerusakan pada telinga bagian dalam, saraf

yang berjalan dari telinga ke otak (saraf pendengaran), atau otak.

2.4.2 Diagnosa Klinis

Gejala Klinis

- Gangguan pendengaran mungkin timbul secara bertahap atau

tiba-tiba

- Tinnitus (telinga berdenging), vertigo (berputar sensasi)

- rasa nyeri di dalam telinga (otalgia)

- keluar cairan dari telinga (otore).

- Perlu ditanyakan apakah keluhan tersebut pada satu atau kedua

telinga, timbul tiba-tiba atau bertambah berat, sudah berapa

lama diderita

- riwayat trauma kepala, telinga tertampar, trauma akustik,

terpajan bising, pemakaian obat ototoksik, pernah menderita

penyakit infeksi virus, apakah gangguan pendengaran ini sudah

diderita sejak bayi sehingga terdapat gangguan bicara dan

komunikasi

- apakah gangguan lebih terasa di tempat yang bising atau lebih

tenang.

Pemeriksaan Klinis dan penunjang

1. Pemriksaan klinis

2. Pemeriksaan penunjang

11

Page 12: Tugas Tht Ku

Untuk membedakan tuli koklea dan tuli retrokoklea diperlukan

pemeriksaan yang terdiri dari audiometri khusus, audiometri

objektif, pemeriksaan tuli anorganik, dan pemeriksaan

audiometri anak.

a. Audiometri khusus

Perlu diketahui adanya istilah rekrutmen yaitu peningkatan

sensitifitas pendengaran yang berlebihan di atas ambang

dengar dan kelelahan merupakan adaptasi abnormal yang

merupakan tanda khas tuli retrokoklea. Kedua fenomena ini

dapat dilacak dengan beberapa pemeriksaan khusus, yaitu:

• Tes SISI (short increment sensitivity index)

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah pasien

dapat membedakan selisih intensitas yang kecil (samapai 1

dB).

• Tes ABLB (alternate binaural loudness balans test)

Diberikan intensitas bunyi tertentu pada frekuensi yang sama

pada kedua telinga sampai kedua telinga mencapai persepsi

yang sama.

• Tes Kelelahan (Tone decay)

Telinga pasien dirangsang terus-menerus dan terjadi kelelahan.

Tandanya adalah tidak dapat mendengar dengan telinga yang

diperiksa.

• Audiometri Tutur (Speech audiometri)

Tujuan pemeriksaan adalah untuk menilai kemampuan pasien

berbicara dan untuk menilai pemberian alat bantu dengar

(hearing aid).

• Audiometri Bekesy

Tujuan pemeriksaan adalah menilai ambang pendengaran

seseorang dengan menggunakan grafik.

b. Audiometri objektif

12

Page 13: Tugas Tht Ku

• Audiometri Impedans

Tujuan pemeriksaan adalah untuk memeriksa kelenturan

membran timpani dengan tekanan tertentu pada meatus

akustikus eksterna.

• Elektrokokleografi

Digunakan untuk merekam gelombang-gelombang yang khas

dari evoke electropotential cochlea.

• Evoked Response Audiometry

Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai perubahan potensial

listrik di otak setelah pemberian rangsang sensoris berupa

bunyi. Pemeriksaan ini bermanfaat pada keadaan tidak

memungkinkan untuk dilakukan pemeriksaan biasa dan untuk

memeriksa orang yang berpura-pura tuli (malingering) atau

kecurigaan tuli saraf retrokoklea.

• Otoacoustic Emission/OAE

Emisi otoakustik menunjukkan gerakan sel rambut luar dan

merefleksikan fungsi koklea.

c. Pemeriksaan tuli anorganik

• Cara Stenger

Memberikan 2 nada yang bersamaan pada kedua telinga,

kemudian nada dijauhkan pada sisi yang sehat.

• Audiometri nada murni dilakukan secara berulang dalam

satu minggu.

• Dengan Impedans.

• Dengan BERA.

d. Audiologi anak

• Free field test

Bertujuan untuk menilai kemampuan anak dalam memberikan

respons terhadap rangsang bunyi yang diberikan.

13

Page 14: Tugas Tht Ku

• Audiometri bermain (play audiometry).

• BERA (Brainstem Evoke Response Audiometry).

• Echocheck dan emisi Otoakustik (Otoacoustic

emissions/OAE).

Diagnosa banding

1. Barotrauma

2. serebrovaskular hiperlipidemia

3. efek akibat terapi radiasi

4. trauma kepala

5. lupus eritematosus

6. campak

7. multiple sclerosis

8. penyakit gondok

9. neoplasma kanal telinga

10.neuroma

11.otitis externa

12.otitis media dengan pembentukan kolesteatoma

13.ototoxicity

14.poliartriti

15. gagal ginjal

16.sipilis.

2.4.3 Penatalaksanaan dan Prognosa

penatalaksanaan

Tuli sensorineural tidak dapat diperbaiki dengan terapi medis atau

bedah tetapi dapat distabilkan. Tuli sensorineural umumnya

diperlakukan dengan menyediakan alat bantu dengar (amplifikasi)

khusus.

Tuli sensorineural yang disebabkan oleh penyakit metabolik

tertentu (diabetes, hipotiroidisme, hiperlipidemia, dan gagal ginjal) atau

14

Page 15: Tugas Tht Ku

gangguan autoimun (poliartritis dan lupus eritematosus) dapat diberikan

pengobatan medis sesuai penyakit yang mendasarinya. Implantasi

bedah perangkat elektronik di belakang telinga yang disebut implan

koklea yang secara langsung merangsang saraf pendengaran.

Prognosa

Pasien dengan gangguan pendengaran sensorineural yang berat

mungkin dapat mendengar suara setelah melakukan implantasi koklea.

Jika tinitus disebabkan oleh tumor akustik, otosklerosis, atau kondisi

tekanan telinga meningkat dalam hidrolik (sindrom Meniere), operasi

untuk mengangkat lesi atau menyamakan tekanan dapat dilakukan.

Tinitus berkurang atau sembuh sekitar 50% dari kasus yang berat

setelah menjalani operasi.

2.5 Epistaksis 7,8

2.5.1 Definisi

Epistaksis adalah perdarahan akut yang berasal dari lubang hidung, rongga

hidung atau nasofaring. Epistaksis bukan suatu penyakit, melainkan gejala dari suatu

kelainan yang hampir 90 % dapat berhenti sendiri.(1,3)

2.5.2 Diagnosa Klinis

Gejala Klinis :

- Pasien sering menyatakan bahwa perdarahan berasal dari

bagian depan dan belakang hidung.

- Adanya riwayat trauma seperti terbentur, mengorek hidung

- Adanya riwayat pengobatan yang menggunakasn obat-obatan

seperti aspirin

- Adanya riwayat penyalahgunaan alkohol.

Komplikasi

- sinusitis (karena ostium sinus tersumbat)

15

Page 16: Tugas Tht Ku

- air mata yang berdarah(bloody tears)

- otitis media

- haemotympanum

- laserasi palatum mole

- syok dan anemia

Pemeriksaan Klinis dan penunjang

1. pemeriksaan klinis : ditemukan sekret maupun darah.

2. Pemeriksaan penunjang :

- Rinoskopi anterior : Pemeriksaan harus dilakukan dengan cara

teratur dari anterior ke posterior. Vestibulum, mukosa hidung

dan septum nasi, dinding lateral hidung dan konkhainferior

harus diperiksa dengan cermat.

- Rinoskopi posterior 

Pemeriksaan nasofaring dengan rinoskopi posterior penting

pada pasien dengan epistaksis berulang dan sekret hidung kronik

untuk menyingkirkan neoplasma.(7)

- Pengukuran   t ekanan  da rah : Tekanan darah perlu diukur

untuk menyingkirkan diagnosis hipertensi, karena

hipertensidapat menyebabkan epistaksis yang hebat dan sering berulang.

(7)

16

Page 17: Tugas Tht Ku

- Rontgen sinus dan CT-Scan atau MRI : Rontgen sinus dan

CT-Scan atau MRI penting mengenali neoplasma atau infeksi. (4,5)

- Endoskopi hidung untuk melihat atau menyingkirkan

kemungkinan penyakit lainnya.

- Sk r in ing t e rhadap koagu lopa t i : Tes-tes yang tepat

termasuk waktu protrombin serum, waktu tromboplastin parsial,

jumlah platelet dan waktu perdarahan.(6)

- R i w a y a t p e n y a k i t :

R iwaya t   penyak i t   yang   t e l i t i   d apa t  mengungkapka

n   s e t i ap  masa l ah  ke seha t an  yang mendasari epistaksis.

Diagnosa banding

- Hemoptisis

- varises oesofagus yang berdarah

- perdarahan di basis cranii

2.5.3 Penatalaksanaan dan Prognosa

Pentalaksanaan

Tiga prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis yaitu : menghentikan

perdarahan,mencegah komplikasi dan mencegah berulangnya epistaksis.

Kalau ada syok, perbaiki dulu kedaanumum pasien. Tindakan yang dapat

dilakukan antara lain: (3,6,7)

1. Perbaiki keadaan umum penderita, penderita diperiksa dalam posisi

duduk kecuali bila penderita sangat lemah atau keadaaan syok.

2. Pada anak yang sering mengalami epistaksis ringan, perdarahan dapat

dihentikan dengancara duduk dengan kepala ditegakkan, kemudian cuping

hidung ditekan ke arah septum selama beberapa menit (metode Trotter).(7)

17

Page 18: Tugas Tht Ku

3. Tentukan sumber perdarahan dengan memasang tampon anterior yang

telah dibasahidengan adrenalin dan pantokain/ lidokain, serta bantuan alat

penghisap untuk membersihkan bekuan darah.(3,4,5)

4. Pada epistaksis anterior, jika sumber perdarahan dapat dilihat dengan

jelas, dilakukankaustik dengan larutan nitras argenti 20%-30%, asam

trikloroasetat 10% atau denganelektrokauter. Sebelum kaustik diberikan

analgesia topikal terlebih dahulu.(4)

5. Bila dengan kaustik perdarahan anterior masih terus berlangsung,

diperlukan pemasangantampon anterior dengan kapas atau kain kasa yang

diberi vaselin yang dicampur betadinatau zat antibiotika. Dapat juga dipakai

tampon rol yang dibuat dari kasa sehinggamenyerupai pita dengan lebar

kurang ½ cm, diletakkan berlapis-lapis mulai dari dasar sampai ke puncak

rongga hidung. Tampon yang dipasang harus menekan tempat asal

perdarahan dan dapat dipertahankan selama 1-2 hari.(5,6)

6. Perdarahan posterior diatasi dengan pemasangan tampon posterior atau

tampon Bellocq,dibuat dari kasa dengan ukuran lebih kurang 3x2x2 cm dan

mempunyai 3 buah benang, 2 buah pada satu sisi dan sebuah lagi pada sisi

18

Page 19: Tugas Tht Ku

yang lainnya. Tampon harus menutup koana(nares posterior). Setiap pasien

dengan tampon Bellocq harus dirawat.(6,7)

7. Sebagai pengganti tampon Bellocq dapat dipakai kateter Foley dengan

balon. Balondiletakkan di nasofaring dan dikembangkan dengan air.(7)

8. Di samping pemasangan tampon, dapat juga diberi obat-obat hemostatik.

Akan tetapi adayang berpendapat obat-obat ini sedikit sekali manfaatnya.(7)

9. Ligasi arteri dilakukan pada epistaksis berat dan berulang yang tidak

dapat diatasi dengan pemasangan tampon posterior. Untuk itu pasien harus

dirujuk ke rumah sakit.(7)

Prognosa

90% kasus epistaksis anterior dapat berhenti sendiri. Pada pasien hipertensi

dengan atau tanpa arteriosklerosis, biasanya perdarahan hebat, sering

kambuh dan prognosisnya buruk. (6)

BAB III

PENUTUP

19