tugas metodologi ku

Upload: uki-malmsteen-madridista

Post on 12-Jul-2015

63 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Judul Kinerja Guru Penjasorkes di SMA N 1 Sei. Beremas Pasbar Pada Tahun 2010 Alasan : Alasan saya mengambil judul ini, karena saya melihat ada masalah yang timbul dari kinerja guru penjasorkes diSMA N 1 Sei. Beremas Pasbar, maksud dari kinerja di sini terlihat dari kurangnya rasa tanggung jawab menjalankan amanah, profesi yang diemban, tanggung jawab moral di pundaknya, semua itu terlihat pada kepatuhan dan loyalitas guru dalam menjalankan tugas keguruan masih kurang dalam kelas dan luar kelas masih belum terlihat. Dalam meneliti permasalahan, kemukakanlah:1. Das sein-nya

Kurangnya kinerja guru dalam pelaksanaan tugas dalam perancanaan, pelaksanaaan serta penilaian pada proses pembelajaran penjasorkes diSMA N 1 Sei. Beremas Pasbar pada tahun 2010.2. Das solen-nya

Mengingat pentingnya kinerja guru, maka dalam pelaksanaan tugasnya guru semestinya harus kompeten merancang, melaksanakan sehingga memberikan penilaian yang benar 3. Fokus penelitian Fokus penilaian adalah kinerja dan faktor-faktor yang memperingati guru penjasorkes dalam perencanaan, pelaksanaan, serta penilaian pada proses pembelajaran penjasorkes diSMA N 1 Sei. Beremas Pasbar pada tahun 2010.

Langkah-langkah analisis data model spradley 1. Memilih situasi sosial a. Place b. Actor c. Actifity : SMA N 1 Sei. Beremas Pasbar : Guru penjasorkes SMA N 1 Sei. Beremas Pasbar : kinerja guru penjasorkes di SMA N 1 Sei. Beremas Pasbar

2. Melaksanakan observasi partisipan Kegiatan observasi yang bersifat langsung kepada fokus penelitian yang mana pada penelitian ini dilakukan terhadap guru-guru, pegawai, kepala sekolah, siswa serta aktor l;ain yang menunjang terhadap penelitian ini. 3. Manfaat hasil observasi dan wawancara Setelah mendapatkan hasil observasi yang dilakukan secara berulang-ulang, kita lanjutkan pada tahap wawancara, dengan menggunakan lembaran wawancara yang bersifat terbuka, maka untuk mendapatkan data yang memadai tentang kinerja guru penjasorkes dalam proses pembelajaran. Wawancara dilakukan dengan berpedoman kepada panduan wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya agar dalam membicarakan masalah tersebut tidak jauh menyimpang sehingga mendapatkan hasil yang maksimal. 4. Melakukan observasi deskriptif

Pada observasi deskriptif peneliti melakukan secara berulang-ulang sampai diperoleh data penelitian tentang informan, peran, perilaku dan peristiwa dalam kondisi yang berkaitan dengan kinerja guru dalam pembelajaran penjasorkes. 5. Melakukan analisis domain (gambaran tentang objek yang akan diteliti) Peneliti ingin melihat hasil kinerja dan faktor-faktor yang mempengaruhi guru penjasorkes dalam perencanaan, pelaksanaan, serta penilaian pada proses

pembelajaran penjasorkes diSMA N 1 Sei. Beremas Pasbar pada tahun 2010. 6. Melakukan observasi terfokus Sedangkan pada observasi terfokus, penelirti sudah memperoleh informasi yang akurat terutama tentang hasil kinerja dan faktor-faktor yang mempengaruhi guru penjasorkes dalam perencanaan, pelaksanaan, serta penilaian pada proses

pembelajaran penjasorkes diSMA N 1 Sei. Beremas Pasbar pada tahun 2010 7. Melaksanaan analisis Taksonomi (menjabarkan analisis domain menjadi lebih rinci) Peneliti ingin melihat kinerja dan faktor-faktor yang mempengaruhi guru penjasorkes dalam perencanaan, pelaksanaan, serta penilaian pada proses pembelajaran penjasorkes diSMA N 1 Sei. Beremas Pasbar pada tahun 2010 8. Melaksanakan observasi terseleksi (menguraikan fokus yang ditemukan lebih rinci) Observasi yang dilakukan untuk mendapatkan data yang memadai tentang kinerja guru penjasorkes dalam proses pembelajaran yang mana observasi yang dilakukan memperoleh informasi yang akurat terutama tentang konsep, ide pemikiran yang berkaitan dengan kinerja guru dalam proses pembelajaran penjasorkes di SMA N 1 Sei. Beremas Pasbar pada tahun 2010.

9. Melakukan analisis kompenensial Wawancara yang dilakukan dengan berpedoman kepada panduan wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya, agar dalam membicarakan masalah yang tidak jauh dan menyimpang, namun demikian sewaktu diadakan wawancara penelitian tidak memperlihatkan panduan wawancara, tetapi cukup dengan bertanya tentang permasalahan tersebut untuk menghindari terjadinya kekuatan dalam berkomunikasi. 10. Melakukan analisis tema Dalam melakukan analisis tema, peneliti hanya melihat kinerja dan faktor-faktor yang memperingati guru penjasorkes dalam perencanaan, pelaksanaan, serta penilaian pada proses pembelajaran penjasorkes diSMA N 1 Sei. Beremas Pasbar pada tahun 2010. 11. Temuan budaya Kinerja guru penjasorkes diSMA N 1 Sei. Beremas Pasbar pada tahun 2010 12. Menulis laporan penelitian kualitatif

Laporan penelitian kualitatifBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengacu kepada Badan Standar Nasional Pendidikan seterusnya disebut (BSNP) yang berfungsi untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional yang terdiri dari Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, standar tenaga kependidikan, Standar Sarana Prasarana,

Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian Pendidikan. Dua dari delapan Standar Nasional Pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum sekolah. Untuk memenuhi standar pendidikan tersebut di sekolah khusussnya SMA N 1 Sei Beremas Pasbar sebagai lembaga KTSP. Sekolah dapat melaksanakan program

pendidikannya sesuai dengan karekteristik, potensi, dan kebutuhan peserta didik, dalam pengembangan serta melibatkan seluruh warga sekolah berkoordinasi dengan kepentingan lingkungan sekolah. Di dalam Undang-undang No 20 tahun 2003 pada Bab X pasal 37 Ayat 1 mengatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib menuntut Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan,

Keterampilan/Kejuruan, dan Muatan Lokal. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan untuk seterusnya disebut (penjasorkes), pada prinsipnya merupakan proses pendidikan melalui aktivitas jasmani sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang bersifat menyeluruh meliputi aspek fisik, intelektual, emosional, dan moral. Melalui penjasorkes siswa memperoleh berbagai pengetahuan yang erat kaitannya dengan kesan pribadi yang menyenangkan serta berbagai sikap yang kreatif, inovatif, terampil dan memiliki kesegaran jasmani, kebiasaan hidup sehat, memiliki pengetahuan serta pengembangan diri yang seimbang. (Depdiknas (3003) Guru diposisikan mempunyai andil terdepan dan posisi sentral dalam pelaksanaan proses pembelajaran./berkaitan dengan itu maka guru sebagai pilar utama terhadap

peningkatan kualitas pendidikan, untuk itu diperlukan kinerja gurun penjasorkes dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Kinerja guru sebagai kegiatan yang merujuk kepada tindakan yang dapat diamati melalui proses pembelajaran berdasarkan kompetensi yang dimiliki oleh guru. Disekolah peningkatan kinerja terus menerus diupayakan seperti penyediaan sarana dan prasarana, meningkatkan pelatihan terhadap guru-guru penyediaan media, buku-buku serta metoda dalam pengajaran. Di sekolah berdasarkan pengamatan kinerja guru mengalami berbagai persoalan seperti rendahnya motivasi dalam pembelajaran, kurangnya pemahaman guru tentang merancang pembelajaran dalam bentuk program pembelajaran. Konsekuensi dari keadaan tersebut pembelajaran yang dilaksanakan belum mengacu kepada perencanaan program, sehingga proses pelaksanaan belum terarah, kurang jelas tujuan yang dicapai, guru mengajar sesukanya, kegiatan keterampilan yang diberikan monoton, sehingga siswa menjadi bosan. Lebih membingungkan lagi penilaian yang diberikan pada siswa guna mengukur kompetensi yang dikuasai peserta didik belum dilakukan dengan benar. Faktor internal mempengaruhi terhadap kinerja guru seperti, motivasi, sikap, intelegensi, kepribadian, tanggung jawab, kepemimpinan, dan inisiatif. Sedangkan faktor eksternal antara lain supervifisi, perlindungan kerja, perhatian dari pimpinan, sarana dan prasarana, insentif, suasana dan lingkungan kerjka mempengaruhi terhadap kinerja guru. Di SMA N 1 Sei Beremas Paasbar faktor motivasi, kemampuan, kepribadian, tanggung jawab, inisiatif serta rendahnya perlindungan kerja, perhatian dari atasan, serta tidak adanya supervisi pada bidang penjasorkes, sarana dan prasarana belum memadai. Komponen tersebut diduga menjadi pemicu terhadap rendahnya kinerja guru penjasorkes pada proses pembelajaran di skolah.

Mengingat pentingnya kinerja guru, maka dalam pelaksanaan tugasnya guru mestinya memiliki kemampuan dan berbagai keterampilan, sehingga ia dapat melaksanakan tujuam pembelajaran yang telah ditetapkan. Syarifudin (1997) mengatakan, bahwa mengajar adalah proses perbuatan seseorang guru untuk membuat siswa belajar. Sehingga merobahseluruih dimensi prilakunya dan terfleksi pada kemampuan berfikir serta bersikap. Rambu-rambu yang dimuat di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mengemukakan: Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesegaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat, dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktifitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih dan dirancangkan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Nasional BSNP : (2006). Implikasinya ialah kemampuan guru sangat diperlukan guna mencapai target keteuntasan. Guru sebagai jabatan profesional harus kompeten merancang, melaksanakan, hingga memberikan penilaian yang benar sebagaimana dikatakan Syarifudin (1997) guru yang profesional meliputi: (1) Kompetensi dalam pengelolaan pembelajaran dan wawasan pendidikan, (2) Kompetensi pada bidang akademik, sesuai materi pembelajaran, (3) pengembangan profesi. Masing-masing komponen mencakup seperangkat kompetensi. Selain ke tiga kompetensi tersebut , guru sebagai pribadi yang utuh juga memiliki sikap kepribadian yang positif yang senantiasa melekat pada setiap komponen kompetensi yang menunjang profesi. Rancangan kegiatan pembelajaran yang dibuat oleh guru penjasiorkes sangat penting dan unsur utama dalam perencanaan pembelajaran. Menurut Kemp (1994:13) mengemukakan dalam perencanaan perlu dipikirkan (1) untuk siapa program itu di rancang, (2) kemampuan

apa yang diinginkan, (3) bagaimana isi program atau kemampuan dan keterampilan apa yang dapat dipelajari, (4) bagaimana menentukan tingkat penguasaan. Di samping itu dalam perencanaan target groups serta mengidentifikasi kebutuhan need asessment dan potensi yang ada padanya, kesesuaian perangkat nkegiatan program dan tujuan yang ditetapkan. Permen 22 (2006) tentang standar Isi memuat tentang isi perkembangan kurikulum berupa: (1) berpusat pada potensi perkembangan kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkunagan, (2) beragam dan terpadu, (3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni, (4) relevan dengan kebutuhan kehidupan, (5) menyeluruh dan berkesinambungan, (6) belajar sepanjang hayat, (7) seimbang antara kebutuhan nasional dan kepentingan daerah. Pencapaian kompetensi tersebut memerlukan pelaksanaan kinerja guru yang menyeluruh, serta pengabdiannya, pengetahuannya, keterampilan, disiplin, kerjasam dan motivasi. Berdasarkan observasi di sekolah SMA N 1 Sei Beremas Pasbar terungkap perencanaan pembelajaran yang dirancang belum sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Program yang dibuat pada waktu lokakarya berdasarkan kopian dari progaram sekolah lain, program hanya sebagai pelengkap administratif sekolah. Persoalan lain yang tidak kalah pentingnya adalah Standar proses berpedoman pada Badan Standar Nasional Pendidikan dijelaskan pada Permendiknas No 41 (2007) menyebutkan proses belajar penjasorkes harus diciptakan secara interaktif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik/untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruanagan yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Penetapan hasil belajar dilakukan berdasarkan penilaian yang dilaksanakan guru, berupa proses sistematis meliputi pengumpilan informasi berupa angka, deskripsi verbal,

analisis untuk membuat keputusan. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan tujuan penilaian (BNSP:2006) antara lain untuk: (1) menilai kemampuan individual melalui tagihan dan tugas tertentu, (2) menentukan kebutuhan pembelajaran, (3) membantu dan mendorong peserta didik, (4) membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik, (5) menentukan strategi pembelajaran, (6) akuntabilitas lembaga, (7) meningkatkan kualitas pendidikan. Berdasarkan grand tour terhadap kinerja guru penjasorkes pada aspek penilaian masih belum mengacu pada standar yang ditentukan. Penilaian berpatokan pada unsur kehadiran diisi lain penilaian dalam penjasorkes setidaknya mengandung unsur psikomotorik, dan efektif yang bisa terukur dengan jelas. Di samping itu ditemukan fenomena lain sebagai berikut: (1) guru mengajar tidak punya persiapan mengajar, (2) dalam proses pembelajaran belum mengacu pada silabus dan kurikulum KTSP, (3) rendahnya penghargaan dari pemimpin, (4) rendahnya pembinaan serta kerjasama antar sesama guru penjasorkes di sekolah, (5) insentif belum memadai, (6) belum berfungsinya musyawarah gurumata pelajaran (MGMP), (7) sarana prasarana yang belum memadai, (8) motivasi kerja yang rendah, (9) keterampilan mengajar masih kurang, (10) disiplin, inisiatif, serta penilaian pada proses pembelajaran belum optimal. Untuk menjawab persoalan dari fenomena tang dikemukakan di atas, dilakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif bertujuan untuk

mengungkap kinerja guru penjasorkes pada proses pembelajarannya di SMA N 1 Sei Beremas Pasbar. B. Masalah dan Fokus Penelitian 1. Masalah

Masalah yang diteliti pada penelitian ini adalah kinerja guru penjasorkes di SMA N 1 Sei Beremas Pasbar pada tahun 2010. 2. Fokus Penelitrian Fokus penelitian adalah kinerja dan faktor-faktor yang mempengaruhi guru poenjasorkes dalam perencanaan, pelaksanaan, peneilaian pada proses

pembelajaran penjasorkes di SMA N 1 Sei Beremas Pasbar Tahun 2010. C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan fokos penelitian maka pertanyaan penelitian yang diajukan terhadap kinerja guru penjasorkes dalam proses pembelajaran di SMA N 1 Sei Beremas Pasbar sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk kinerja guru penjasorkes dalam proses pembelajaran di SMA N 1 Sei Beremas Pasbar Tahun 2010. 2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kinerja guru penjasorkes dalam proses pembelajaran di SMA N 1 Sei Beremas Pasbar Tahun 2010. 3. Bagaimana kinerrja guru dalam perencanaan proses pembelajaran penjasorkes di SMA N 1 Sei Beremas Pasbar Tahun 2010. 4. Bagaimana kinerrja guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran penjasorkes di SMA N 1 Sei Beremas Pasbar Tahun 2010. 5. Bagaimana kinerrja guru dalam penilaian proses pembelajaran penjasorkes di SMA N 1 Sei Beremas Pasbar Tahun 2010. D. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan 1. Mendeskripsikan bentuk kinerja guru penjasorkes dalam proses pembelajaran di SMA N 1 Sei Beremas Pasbar Tahun 2010. 2. Mendeskripsikan faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi kinerja guru penjasorkes dalam proses pembelajaran di SMA N 1 Sei Beremas Pasbar Tahun 2010. 3. Mendeskripsikan kinerrja guru dalam perencanaan proses pembelajaran

penjasorkes di SMA N 1 Sei Beremas Pasbar Tahun 2010. 4. Mendeskripsikan kinerrja guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran

penjasorkes di SMA N 1 Sei Beremas Pasbar Tahun 2010. 5. Mendeskripsikan kinerrja guru dalam penilaian proses pembelajaran penjasorkes di SMA N 1 Sei Beremas Pasbar Tahun 2010. E. Manfaat penelitian a. Dapat mengetahui tentang kinerja dan faktor-faktor yang mempengaruhi guru pada proses pembelajaran proses pembelajaran di SMA N 1 Sei Beremas Pasbar Tahun 2010. b. Guru penjasorkes dapat mengetahui dan mampu merancang, melaksanakan, menilai proses pembelajaran sesuai dengan KTSP c. Sebagai umpan balik bagi semua komponen yang terkait terhadap kinerja guru pada proses pembelajaran di SMA N 1 Sei Beremas Pasbar Tahun 2010.

d. Memperoleh pengetahuan baru pada peneliti, sekaligus sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang./

BAB II KAJIAN TEORI A. Kinerja Guru Penjas Totalitas dedikasi guru dan loyalitas pengabdian guru terhadap profesi yang diembannya dapat dilihat dalam kinerja sebagai guru.ukuran kinerja terlihat dari rasa tanggung jawab menjalankan amanah, profesi yang diemban, rasa tanggung jawab moral dipundaknya. Semua itu terlihat kepada kepatuhan dan loyalitas dalam menjalankan tugas keguruan dalam kelas dan luar kelas. Sikap ini akan dibarengi pula dengan tanggung jawab mempersiapkan pembelajaran. Menurut kamus bahasa indonesia (1990) yang dimaksud dengan kinerja adalah (1) sesuatu yang dicapai, (2) prestasi yang diperlihatkan, (3) kemampuan kerja. Lain halnya Encyclopedia Britania (1994) ferformance act of doing that wicht is requiret by a contract, yakni perbuatan yang dituntut melalui perjanjian kerja. Handoko (1987) mendefinisikan kinerja adalah nilai yang dihasilkan dari kemampuan pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada pelaksanaan, akibat konsekuensi pelaksanaan pegawai. segala perlengkapan pengajaran sebelum melaksanakana prorses

Depdikbud (1995) mendefinisikan kinerja sebagai kegiatan yang merujuk kepada tindakan yang diamati. Di sisi lain Bafadal (1992:27) mengatakan bahwa kinerja guru adalah tingkat kemampuan guru mengelola, menemukan berbagai permasalahan dalam tugas dan mampu secara mandiri menyelesaikannya. Sedangkan Wahjosumijo (2001) mengemukakan bahwa kinerja atau penempilan adalah prestasi kerja yang disumbangkan oleh seseorang atau sekelompok orang dalam menunjang tercapainya tujuan organisasi. Rosenz weig (1982) mengemukakan bahwa kinerja adalah prosese kerja seseorang individu untuk mencapai tujuan yang relevan. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dicapai oleh seseorang yang dapat dilihat dari proses dan hasil yang dicapai baik secara kuantitas maupun kualitas. Sedangkan kinerja guru, kegiatan yang merujuk kepada tindakan yang terfokus kepada kegiatan yang diembannya sebagai guru, sekaligus pendidik, tugasnya yakni merancang, melaksanakan, melakukan penilaian yang dapat diamati melalui prorses pembelajaran. Berdasarkan dari uraian di atas, maka kinerja guru dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar I Kinerja guru pada proses pembelajaran

Kinerja Guru

Perencanaan Pembelajaran

Pelaksanaan Pembelajaran

Penilaian Pembelajaran

Siswa yang kompeten

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Faktor kemampuan, motiasi, tanggungjawab,inisiatif, sikap minat dan penerimaan orang terhadap pekerjaan yang diembannya diduga juga mempengaruhi terhadap kinerja guru. Di sisi lain faktor yang tidak kalah pentingnya adalah sdikitnya peluang untuk peningkatan karir, maupun jabatan, serta terbatasnya peningkatan guru penjasorkes untuk mengikuti penataran, pelatihan ataupun workshop keolahragaan juga mempengaruhi terhadap kinerja guru. Timpe (1993) mengemukakan, bahwa kinerja sebagai pemikiran sebagai kualitas suatu pekerjaan dipengaruhi oleh 2 faktor taitu internal dan eksternal. Lain halnya Arikunto (1990:119) mengungkapkan bahwa secara internal kinerja seseorang dipengaruhi oleh sikap, intelegensi, motivasi, kepribadian, sedangkan secara eksternal kinerja dipengaruhi oeh sarana dan prasarana, insentif berupa gaji, suasana kerja dan lingkungan kerja. Sejalan dengan itu Ahmady (1993:45) mengemukakan , bahwa betapapun baik dan lengkapnya kurikulum, metoda, sumber, sarana dan prasarana, namun keberhasilan pendidikan terletak pada kinerja guru. Indikator kinerja guru penjasorkes dituntut bukan saja sebagai pendidik, pengajar, pelatih, tapi juga dapat dilihat dari kemampuannya (ability) dan motivasi atau semangat kerja terhadap tugas yang diembannya. Sejalan dengan itu Aronaga (1992;89) mengatakan faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang antara lain daya tarik, inisiatif, kemampuan dan

perlindungan kerja, harapan pengembangan organisasi dan kepemimpinanan, tanggung jawab, kebebasan bekerja dan supervisi. Berdasarkan persoalan di atas dapat dikekukakan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang dipengaruhi olehdua faktor antara lain internal dan eksternal. Hal tersebut dapat dilihat pada skema berikut ini:

Gambar 2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

Internal Sikap, intelagensi, motivasi, tanggung jawab, kepemimpinan dan inisiatif

Kinerja

Eksternal Supervisi, perlindungan kerja, perhatian dari pimpinan, sarana dan prasarana, inisiatif, suasana kerja lingkungan

i

Sekolah sebagai suatu lembaga menciptakan manusia intelektual yang handal dan memiliki kompetensi serta mempunyai daya saing yang tinggi. Di perlikan kinerja yang sinergi pada setiap komponen yang terlibat. Mengingat pentingnya tujuan penjasorkes di sekolah dalam mengembangkan sikap kepribadian yang utuh, memiliki pengetahuan sekaligus keterampilan peserta didik. Kiranya diperlukan usaha yang sistematik bagi semua komponen sekolah. Diknas dalam Gusril (2006) mengemukakan, bahwa tujuan penjasorkes di antaranya: a. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internal nilaidalam penjasorkes b. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis dan agama c. Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas penjasorkes d. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama dan percaya diri demokratis melalui aktivitas jasmani

e.

Mengembangkan kemampuan gerak (motorik) dan kemampuan berbagai macam permainan olahraga

f.

Mengembangkan

berbagai

keterampilan

pengolahan

diri

dalam

upaya

pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui aktivitas jasmani g. Mengembangkan keterampiilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain Berdasarkan dengan aspek kinerja dalam pembelajaran (Depdikbud, 1983) mengemukakan bahwa kemampuan yang harus dimiliki oleh guru dalam kinerja di antaranya: a. Penguasaan bahan pelajaran beserta konsep-konsep dasar keilmuan b. Pengelolaan proses belajar mengajar c. Pengelolaan kelas d. Penggunaan media sumber pembelajaran e. Penggunaan landasan kependidikan f. Pengelolaan interaksi belajar mengajar g. Penilaian prestasi belajar h. Pengenalan fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan i. Pengenalan dan penyelenggaraan administrative sekolah j. Pemahaman prinsip dan pemanfaatan hasil penelitian Suryosubroto (1997) meringkas komponen di atas menjadi tiga komponen dasar: 1) merencanakan pengajran, 2) melaksanakan, 3) mengevaluasi menilai pengajaran. Begitu juga

Sudjana (1997) mengemukakan kompetensi yang harus dimiliki guru: 1) keterampilan mengajar, 2) membimbing, 3) menilai, 4) menggunakan alat bantu pengjaran, 5) bergaul dan berkomunikasi dengan siswa, 6)keterampilan dan menyusun persiapan perencanaan mengajar, 7) keterampilan melaksanakan administrasi kelas. Di sisi lain BSNP (2006) mengatakan bahwa sekolah harus mengoptimalisasikan pencapaian tujuan pendidikan, potensi dansumber daya yang dimiliki untuk melaksanakan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi peserta didik sehingga menghasilkan lulusan yang berkualitas. Kualitas lulusan tersebut adalah hasil dari kinerja guru dan komponen yang terkait dengannya. Pandangan tersebut makin memperjelaskan bahwa kinerja guru sangat menentukan berhasil tidaknya peserta didik yang kompeten pada bidangnya masing-masing. Pada prinsipnya kinerja guru penjasorkes dalam proses pembelajaran harus punya kemampuan untuk memahami tentang KTSP sehingga mampu merancang, melaksanakan serta melakukan penilaian hasil belajar dalam mencapai ktiteria ketuntasan minimalseacara skematis pandangan yang dikemukakan di atas, dapat dilihat pada skema berikut ini:

Gambar 3 Kinerja guru dalam proses pembelajaran

Kinerja guru

Perencanaan pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran

Penilaian pembelajara n

C. Perencanaan Pembelajaran PP no 19 (2005) pasal 20 mengemukakan perencanaan proses pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metoda pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar. Semua aspek tersebut dirancang oleh guru dengan standar perencanaan pada satuan acara pembelajaran. Standar ini ditentukan sejak awal, terukur dan digunakan untuk mengembangkan materi, proses belajar dan evaluasi hasil belajar. Pada rencana kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh guru pendidikan jasmani yang paling penting dan utama adalah kegiatan berfikir. Menurut Kemp (1994:13) dalam perencanaan perlu dipikirkan (1) untuk siapa program itu dirancang, (2) kemampuan apa yang diinginkan, (3) bagaimana isi program atau kemampuan dan keterampilan apa yang dapat dipelajari, (4) bagaimana menentukan tingkat penguasaan. Disamping itu dalam peencanaan target groups serta menidentifikasi kebutuhan need asessement dan potensi yang ada padanya, kesesuaian perangkat kegiatan program dan tujuan yang ditetapkan. Di sisi lain standar isi pada permendiknas no 20 (2006) merumuskan pada kegiatan perencanaan ynag perlu dilakukan (1) merumuskan silabus/rencana proses pembelajaran, (2) menyiapkan materi yang relevan, (3) merancang metoda, (4) menyediakan sumber belajar, (5) media. Sehubungan dengan itu Rizt (2004) mengatakan pengalaman tersebut

menumbuhkan rasa percaya diri dan kemandirian pada siswa dalam belajar, dan nantinya setelah bekerja mampu membewa keberhasilan siswa tersebut dalam kajian yang dipelajarinya pada bangku sekolah untuk diterapkan di masyarakat. Oleh karena itu, efektifitas rancangan kurikulum harus dapat diukur, dinilai dari seberapa baik tujuan tersebut telah tercapai. Pendapat tersebut telah dirinci oleh BSNP (2006) mengatakan rancangan harus jelas tergambar oleh guru seperti; a) mampu menjabarkan bahan pelajaran, b) mampu merumuskan tujuan, c) memiliki sikap positif terhadap tugas profesinya, d) terampil membuat alat peraga, e) terampil menggunakan model dan metoda pembelajaran, f) terampil melakukan interaksi dengan peserta didik, g) memahami sifat karakteristik peserta didik, h) terampil menggunakan sumber belajar, j) terampil mengelola kelas. Pandangan di atas membawa guru pada kondisi riil yang ada saat ini, adanya kesan seolah-olah aturan maupun rambu-rambu tersebut berjalan sendiri, malainkan menjadi patokan dalam pengajaran.hal inilah yang diduga menjadi pemicu kegagalan dalam pengajaran. D. Pelaksanaan Pembelajaran Dijelaskan pada permendiknas no 41 (2006) proses pembelajaran interaktif, inspiratif, mnyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpertisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Diberlakunya KTSP, memberikan kesempatan yang luas kepada guru untuk menciptakan pelaksanaan proses pembelajaran yang mampu mengeksplorasi potensi siswa untuk menjadi kompeten pada masing-masing bidang keolahragaan yang dimilikinya.

Sebagaimana yang dimuat pada kompetensi dasar yang ada pada silabus penjasorkes dalam panduan (KTSP) mengemukakan: Pendidikan olahraga dan kesehatan merupakan media untuk ni perkembangan motorik kemampuan fisik, pengetahuan, penalaran, penghayatan nilai dan sikap mental emosional sp[ritual-sosial dan pembiasaan pola hidup sehat, bersih, melalui aktivitas jasmani olahraga kesehatan yang terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka pencapain tujuan pendidikan. BNSP (2006) Berbagai persoalan klasik yang ditemukan di antaranya rendahnya motivasi mengajar, keinginan untuuk merobah diri dalam peningkatan kualitas kinerja masih kuirang, rendahnya usahan dalam mengadopsi kurikulum pendidikan, sikap dan keingintahuan yang masih kurang dalam meningkatkan kualitas mutu pengajaran, serta supervisi pendidikan yang belum memadai. Siswa bukan hanya learning to do, tetapi siswa mampu learning to live together, dan learning to be yang diakomodasikan secara intergratif dan proporsional.salah satu bentuk sistem kerja belajarnya adalah melalui mistery learning atau belajar tuntas, di mana siswa dituntut mampu menguasai kompetensi secara profesional dalam melakukan suatu tingkatan kegiatan, keterampilan dengan dukungan materi yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemanduan input sekolah, guru, siswa, kurikulum, dana, peralatan pendukung lainya dilkukan secara harmonis yang mampu menciptakan situasi belajar yang menyenangkan mampu mendorong motivasi dan minat belajar, yang mampu memberdayakan peserta didik, yakni tidak hanya sekedar menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh guru di sekolah tetapi pengetahuan tersebut telah menjadi nurani peserta didik, dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari melalui pengembangan dirinya.

Di sekolah masih banyak kendala bagi guru penjasorkes menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan. Penjasorkes dilaksanakan lebih identik oleh fisik yang monoton sehingga menjenuhkan oleh sebagian besar siswa. Pada kinerjanya guru penjasorkes belum banyak yang mampu menciptakan suasana belajar sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Berbagai faktor yangmempengaruhi akibatnya potensi, bakat, maupun minat siswa p[ada bidang keolahragaan belum dapat dihimpun dengan optimal. E. Penilaian Hasil Belajar Prinsip umum penilaian sebuah keterampilan harus diarahkan Suharsimi, (2004) mengemukakan sekurang-kurangnya 5 hal : (1) teori yang mendasari keterampilan, (2) kemampuan tentang bahan-bahan yang digarap, (3) kemampuan tentang peralatan yang digunakan, (4) kemampuan tentang cara mengerjakan, (5) kemampuan pendukung keberhasilan kerja. Oleh karena itu hasil belajar dengan proses pembelajaran saling terkait dan tidak dapat dipisahkan, maka sasaran penilaian harus terkait pada hasil dari proses pembelajaran. Di sisi lain prinsip penilaian hasil belajar menurut Sudjana (1992:8) mengemukakan (1) menilai hasil belajar hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga jelas kemampuan yang dinilai, materi penilaian, alat penilaian dan hasil penilaian, (2) penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bahagian integral dari proses belajar mengajar. Penilaian dilakukan pada saat proses belajar mengajar sehingga pelaksanaannya berkesinambungan, (3) penilaian hendaklah menggunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif dengan ranah hasil belajar berupa koknitif, afektif dan psikomotor, (4) penilaian hasil belajar hendaklah diikuti dengan tindak lanjutnya. Penetapan hasil belajar dilakukan berdasarkan penilaian yang dilaksanakan guru, berupa proses sistematis meliputi pengumpulan informasi berupa angka, deskripsi verbal,

analisis untuk membuat keputusan. Menurut BSNP (2006) tujuan penilaian antara lain untuk : (1) menilai kemampuan individual melalui tagihan dan tugas tertentu, (2) menentukan kebutuhan pembelajaran, (3) membantu dan mendorong peserta didik, (4) membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik, (5) menentukan strategi pembelajaran, (6) akuntabilitas lembaga, (7) meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk penilaian BSNP (2006) mengemukakan rancangan kriteria ketuntasa minimal, cara penetapannya adalah: (1) pada awal tahun pembelajaran, (2) ditetapkan oleh forum MGMP sekolah, (3) dinyatakan dalam bentuk persentase berkisar antara 0-100, (4) kriteria ditetapkan untuk masing-masing indikator idealnya berkisar 75%, (5) sekiolah dapat menetapkandi bawah kriteria ideal, (6) pertimbangan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik intake siswa, kompeksitas indikator, dan kemampuan penilaian, serta sumberdaya pendukung. Hasil belajar yang diperoleh di dokumentasikan dengan jelas dan teratur dan digunakan untuk kepentingan peningkatan mutu kegiatan pengajaran.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Latar Entri dan Kehadiran Peneliti 1. Latar Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMA N 1 Sei beremas Pasaman Barat. Data yanag hendak dikumpulkan tentang kinerja guru mengenai perencanaan, pelaksanaan danpenilaian pada proses pembelajaran penjasorkes di SMA N 1 Sei beremas Pasaman Barat. Dari unkapan konsep tersebut yang lebih dikehendaki adalah makna yang terkandung di dalam data deskripti tersebut, karena itu penelitian ini lebih sesuai dengan menggunakan penelitian kualitatif. 2. Entri data Proses penelitian ini dilakukan dengan cara pengumpulan data dari rekan guru penjasorkes yang berjumlah tiga orang. Seterusnya data dari kepala sekolah, teman sejawat, maupun siswa yang terlibat dalam pelaksanaan proses pembelajaran penjasorkes. Data yang dikumpulkan bertujuan untuk mendeskripsikan ungkapan, bahasa, cara pikir serta pandangan, sehingga dapat mengungkapkan apa yang terjadi fokus penelitian. Deskripsi informasi atau sajian harus menghindari adanya evaluasi dan intervensi dari peneliti. 3. Kehadiran peneliti Proses belajar mengajar yang dilakukan di SMA N 1 Sei beremas Pasaman Barat merupakan situasi yang dapat diamati karena terdapat hubungan komunikasi antara guru dan siswa. Situasi sosial tersebut dapat dimasuki formal, yaitu dengan mendapat izin dari kepala SMA N 1 Sei beremas Pasaman Barat.

Lokasi penelitian ini dimasuki melalui pendekatan informal dengan para pelaku atau aktor yang terlibat dalam penelitian ini. Upaya tersebut sangat memungkinkan dengan pemanfaatan posisi peneliti yang rangkap, yaitu sebagai peneliti sekaligus sebagai guru di SMA N 1 Sei beremas Pasaman Barat. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang bagaimana kinerja guru dalam prosese pembelajaran [penjasorkes di SMA N 1 Sei beremas Pasaman Barat berdasarkan KTSP. Kemudian peneliti mengamati guru mata

pelajaran penjasorkes sebagai informan dalam penelitian ini. Pengamatan yang dilakukan peneliti dimulai sejak proses perencanaan pengajaran guru, pelaksanaan, hingga penilaian yang dilakukannya. Persiapan yang peneliti lakukan berupa syarat secara administratif, yaitu dimulai izin dari pasca sarjana yang ditujukan ke dinas pendidikan Pasaman Barat. Kemudian diberikan rekomendasi ke SMA N 1 Sei beremas Pasaman Barat tempat pelaksanaan peneliti ini. Dilanjutkan dengan izin dari kepala sekolah. Setelah semua persyaratan terpenuhi baru dapat turun ke lokasi penelitian. Pengamatan dimulai dari keadaan sekolah, pengambilan data personil, hingga pengamatan terhadap kinerja guru dalam proses pembelajaran penjasorkes di SMA N 1 Sei beremas Pasaman Barat yang dimulai dari proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Untuk itu pemilihan langkah yang baik dan tepat sangat diperlukan. B. Langkah-langkah penelitian Penelitian ini menggunakan teknik yang dikembangkan oleh (Spradly, Miles dan Huberman, 1992) dimulai studi pendahuluan kemudian dilanjutkan menjawab semua pertanyaan yang ada. Di samping itu penulis bertindak sebagai observer dimana semua hal yang menyangkut dengan kinerja guru penjasorkes di SMA N 1 Sei beremas Pasaman Barat, kemudian dikaji dan dikaitkan dengan proses pembelajaran yang dilaksanakannya.

Pengamatan dimulai dari keadaan sekolah, pengambilan data personil, hingga pengamatan terhadap prorses pembelajaran. Langkah-langkah penelitian yang dilakukan meliputi: (1) penetapan situasi sosial, (2) menggunakan observasi partisipasi, (3) membuat catatan lapangan etnografi, (4) pemilihan dan analisis masalah, (5) penentuan strategi pemecahan masalah, (6) penentuan metodologi penelitian yang digunakan. C. Metode pengumpulan data 1. Observasi Kegiatan observasi yang bersifat langsung dalam penelitian ini dilakukan terhadap guru-guru, pegawai, kepala sekolah, siswa, serta aktor lain yang menunjang terhadap penelitian ini. Keterlibatan peneliti langsung di lapangan, artinya bahwa peneliti melakukan pengamatan sekaligus berada di lapangan dan terlibat l;angsung dengan para informan dan segala kegiatan sosial, situasi maupun kondisi sosial yang ada. Kegiatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang sampai diperoleh data penelitian tentang informan, peran, perilaku dan peristiwa dalam kondisi sosial yang berkaitan dengan kinrja pada proses pembelajaran. Metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan tersebut antara lain adalah: (1) mengoptimalkan motif kepercayaan dan perhatian peneliti, (2) memungkinkan peneliti untuk dapat mengidentifikasi apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek yang diteliti, (3) memungkinkan pembentukan pengeetahuan yang diketahui bersama antara peneliti dan objek penelitian. 2. Wawancara Dengan menggunakan lembaran wawancara yang bersifat terbuka, maka untuk mendapatkan data yang memadai tentang kinerja guru penjasorkes dalam proses pembelajaran. Peneliti menggunakan metode wawancara, hal ini dilakukan untuk

memperoleh informasi yang akurat, terutama tentang konsep, ide, pemikiran yang berkaitan dengan kinerja dalam proses pembelajaran penjasorkes di SMA N 1 Sei beremas Pasaman Barat. Wawancara dilakukan dengan berpedoman kepada panduan wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya, agar dalam membicarakan masalah tersebut tidak jauh menyiimpang, namun demikian sewaktu diadakan wawancara peneliti tidak memperlihatkan panduan wawancara, tetapi cukup dengan bertanya tentang permasalahan tersebut untuk menghindari terjadinya kekuatan dalam berkomunikasi. Camera, video, maupun tipe recorder, alat ini digunakan sebagai bukti autentik dalam bentuk visual, dengan adnya alat ini dapat memperlihatkansecara visual tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan penelitian yang dilaksanakan. 3. Pengkajian dokumen Pada penelitian ini pengkajian dokumen dilakukan untuk mengungkapkan data yang bersifat administratif seperti silabus dan rancangan program pembelajaran serta bentuk penilaian. Dengan begitu metode observasi dan wawancara dilakukan dengan cara lebih mendalam dan penuh kehati-hatian dengan maksud memperoleh informasi yang diperlukan dalam penelitian ini. Di samping penggunaan sumber-sumber non manusia untuk menjawab semua pertanyaan penelitian, maka teknik observasi dan wawancara dan jika dibutuhkan maka sumber-sumber lain yang peneliti gunakan di antaranya adalah program persiapan mengajar yang dibuat oleh guru. Hal utama yang perlu diperhatikan oleh peneliti ini sendiri adalah agar tidak mempengaruhi natural setting dan latar penelitian. Data lain

dikumpulkan melalui buku catatan, alat pencatat data dan camera foto hanya bersifat melengkapi.

4. Informan Informan yang dituju adalah guru penjasorkes SMA N 1 Sei beremas Pasaman Barat yang berjumlah tiga orang. Di samping itu apabila informasi yang dibutuhkan belum memenuhi sasaran, maka informasi berikutnya dikembangkan hingga memperoleh data yang diinginkan sesuai dengan tema yang dimaksud, kemudian penelitian berhenti sampai di situ. D. Teknik keabsahan data Untuk keabsahan data yang dikumpulkan, peneliti melakukan teknik triangulasi antar sumber data, antar teknik pengumpulan data dan antar pengumpulan data. Selain beberapa teknik mengukur keabsahan data sebagaimana yang terdapat dalam Miles dan Huberman (1992) mengatakan antara lain (1) memeriksa kerepresentatifan, (2) memeriksa pengaruh peneliti, (3) triangulasi, (4) memberi bobot pada peneliti, (5) membuat perbandingan, pertentangan, (6) memeriksa makna segala seseuatu yang diluar, (7) menggunakan kasus ekstrim, (8) menyingkirkan hubungan palsu, (9) mencari penjelasan tandingan, (10) memaknai bukti yang negatif, (11) mendapatkan umpan balik dari informan. 1. Replikasi Hasil penelitian dapat diipertanggung jawabkan dalam paradigma positivistik yang sama artinya dengan rehabilitasi, menyangkut dapat atau tidak dapatnya hasil penelitian diuji ulang atau replikasi. Keabsahan data yang digunakan pada penelitian ini berpedoman pada Lincoln dan Gub dalam Muhadjir (1996:26). 2. Keterpercayaan

Peneliti berada dan terlibat pada latar penelitian, tujuannya adalah untuk meningkatkan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan selama waktu penelitian lebih kurang 6 bulan. 3. Ketekunan pengamatan Dimaksudkan memperoleh ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang benar-benar relevan dengan permaasalahan. Untuk itu penulis melakukan pengamatan yang teliti dan cermat berkenaan dengan pertanyaan-pertanyaan peneliti. 4. Triangulasi Digunakan untuk mengkonsultasikan data yang diperlukan peneliti kepada pihak yang terkait dalam rangka melihat keabsahannya, dengan memanfaatkan sumber, metode, penelitian dan teori. Peneliti melakukan pengecekan derajat kepercayaan dari beberapa sumber data dengan metode yang sama yaitu metode wawancara. E. Teknik analisis data Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis Milas dan Huberman dalam Muhadjir (1996: 31-32) mengemukakan langkah analisis: (1) meringkas beberapa reduksi data, (2) Pengkodean untuk mata sturuktur tertentu, (3) analisis pengumpulan data sebagai suatu rangkaian catatan secara objektif, dari suatu file catatan lapangan sebagai hasil observasi partisipasi dan satu file transkripsi verbatim hasil interviu dalam jumlah yang banyak, (4) membuat catatan relatif, berupa tulisan tentang apa yang terpikir oleh peneliti dalam sangkut pautnya dengan catatan objektif sebelumnya, (5)membuat catatan berupa komenttar peneliti, (6) penyimpanan data, (7) analisis data dalam bentuk teoritis ide atau konseptualisasi ide, dimulai dengan pengembangan pendapat, (8) membuat ringkasan sementara antar lokasi yang lebih bersifat matriks tentang ada tidaknya data yang dicari pada

setiap lokasi, dan apabila sudah ditemukan kepastiannya dapat dikatakan sampai pada tahap verifikasi. Dalam penelitian ini analisis data dimulai saat pengumpulan data, dan berlangsung selama proses pengumpulan data bersifat siklus, berupa reduksi data, peneliti melakukan proses bertingkat yakni mengorganisir, mengkategorikan, mensintesis, menafsirkan, dan menulis tentang data tersebut dengan cara memusatkan perhatian dan penyederhanaan, serta transformasi data kasar yang muncul dari catatan lapangan. Langkah berikutnya adalah data yang telah disederhanakan tadi disajikan dalam bentuk tulisan yang masihh menggambarkan pengertian umum dari yang didapat di lapangan. Seterusnya data tersebut disusun untuk dapat dipelajari denagn cara: (1) membaca dan memberi catatan hingga paham dan mengidentifikasi tema yang terdapat di dalamnya, (2) mempelajari data tersebut secara mendalam untuk mendapatkan gambaran yang rinci tentang setting, partisipan, aktivitas-aktivitas, (3) mengkategorikan dan memberi kode guna dikelompokkan pada tema, (4) menafsirkan data yang sudah terorganisir menjadi kesimpulan.

i