tugas tht

20
Nama : Wilta Zirda Gustin NPM: H1A009048 Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) DEFINISI: Otitis media supuratif kronik ialah infeksi kronik di telinga tengah lebih dari 2 bulan dengan adanya perforasi membran timpani, sekret yang keluar dari telinga tengah dapat terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah dan berlangsung lebih dari 2 bulan. KLASIFIKASI OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu : 1. Tipe tubotimpani = tipe jinak = tipe aman = tipe rhinogen. Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi saluran nafas atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah, disamping itu campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel skuamous. Sekret mukoid kronis berhubungan dengan hiperplasia goblet sel, metaplasia dari mukosa telinga tengah pada tipe respirasi dan mukosiliar yang jelek. Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi atas: a. Penyakit aktif Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah berenang dimana kuman masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampai mukopurulen. Ukuran perforasi bervariasi dari sebesar jarum sampai perforasi subtotal pada pars tensa. Jarang ditemukan polip yang besar pada liang telinga luas. Perluasan infeksi ke sel- sel mastoid mengakibatkan penyebaran yang luas dan penyakit mukosa yang menetap harus dicurigai bila tindakan konservatif gagal

Upload: ndr-kurniawan

Post on 25-Dec-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bacaan wawasan

TRANSCRIPT

Page 1: tugas tht

Nama : Wilta Zirda Gustin

NPM: H1A009048

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)

DEFINISI:

Otitis media supuratif kronik ialah infeksi kronik di telinga tengah lebih dari 2 bulan dengan adanya perforasi membran timpani, sekret yang keluar dari telinga tengah dapat terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah dan berlangsung lebih dari 2 bulan.

KLASIFIKASI

OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu :

1. Tipe tubotimpani = tipe jinak = tipe aman = tipe rhinogen.

Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi saluran nafas atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah, disamping itu campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel skuamous. Sekret mukoid kronis berhubungan dengan hiperplasia goblet sel, metaplasia dari mukosa telinga tengah pada tipe respirasi dan mukosiliar yang jelek.

Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi atas:

a. Penyakit aktif

Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah berenang dimana kuman masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampai mukopurulen. Ukuran perforasi bervariasi dari sebesar jarum sampai perforasi subtotal pada pars tensa. Jarang ditemukan polip yang besar pada liang telinga luas. Perluasan infeksi ke sel- sel mastoid mengakibatkan penyebaran yang luas dan penyakit mukosa yang menetap harus dicurigai bila tindakan konservatif gagal untuk mengontrol infeksi, atau jika granulasi pada mesotimpanum dengan atau tanpa migrasi sekunder dari kulit, dimana kadang-kadang adanya sekret yang berpulsasi diatas kuadran posterosuperior.

b. Penyakit tidak aktif

Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa telinga tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan. Gejala lain yang dijumpai seperti vertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh dalam telinga.

Faktor predisposisi pada penyakit tubotimpani :

1. Infeksi saluran nafas yang berulang, alergi hidung, rhinosinusitis kronis.2. Pembesaran adenoid pada anak, tonsilitis kronis.3. Mandi dan berenang dikolam renang, mengkorek telinga dengan alat

Page 2: tugas tht

4. yang terkontaminasi.5. Malnutrisi dan hipogammaglobulinemia.6. Otitis media supuratif akut yang berulang

2. Tipe atikoantral = tipe ganas = tipe tidak aman = tipe tulang

Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit lebih sering mengenai pars flasida dan khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi yang mana bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatom.

EPIDEMIOLOGI

Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara lain disebabkan,kondisi sosial, ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, hygiene dan nutrisi yang jelek. Kebanyakan melaporkan prevalensi OMSK pada anak termasuk anak yang mempunyai kolesteatom, tetapi tidak mempunyai data yang tepat, apalagi insiden OMSK saja, tidak ada data yang tersedia.

ETIOLOGI

Penyebab OMSK antara lain:

1.Lingkungan

Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi mempunyai hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan sosioekonomi,dimana kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden yang lebih tinggi. Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet, tempat tinggal yang padat.

2. Genetik

Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden OMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagaifaktor genetik. Sistem sel -sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum diketahui apakah hal ini primer atau sekunder.

3. Otitis media sebelumnya.

Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media akut dan / atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya berkembang menjadi keadaan kronis

4. Infeksi

Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak bervariasi pada otitis media kronik yang aktif menunjukan bahwa metode kultur yang digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama dijumpai adalah Gram - negatif, flora tipe usus, dan beberapa organisme lainnya.

5. Infeksi saluran nafas atas

Page 3: tugas tht

Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara normal berada dalam telinga tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri.

6. Autoimun

Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap otitis media kronis.

7. Alergi

Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi dibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteria atau toksin - toksinnya, namun hal ini belum terbukti kemungkinannya.

8. Gangguan fungsi tuba eustachius.

Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh edema tetapi apakah hal ini merupakan fenomen primer atau sekunder masih belumdiketahui. Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah digunakan untukmengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya menyatakan bahwa tuba tidak mungkin mengembalikan tekanan negatif menjadi normal

GEJALA KLINIS

1. Telinga berair (otorrhoe)

Sekret bersifat purulen ( kental, putih) atau mukoid ( seperti air dan encer) tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitasI kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid.

2. Gangguan pendengaran

Tergantung dari derajat kerusakan tulang - tulang pendengaran. Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik.

3. Otalgia ( nyeri telinga)

Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancamanpembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSKseperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.

4. Vertigo

Page 4: tugas tht

Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya. Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakan temuan yang serius, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana mungkin berlanjut menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif pada membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga telinga tengah.

TANDA KLINIS

Tanda tanda klinis OMSK tipe maligna :

1. Adanya Abses atau fistel retroaurikular2. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani.3. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk ( aroma kolesteatom)4. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.

PEMERIKSAAN KLINIK

1. Pemeriksaan AudiometriPada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tulikonduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensoti neural, beratnya ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistim penghantaran suara ditelinga tengah.

2. Pemeriksaan RadiologiPemeri ksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis nilai diagnostiknya terbatas dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan audiometri.Pemerikasaan radiologi biasanya mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik, lebih kecil dengan pneumatisasi lebih sedikit dibandingkan mastoid yang satunya atau yang normal. Erosi tulang, terutama pada daerah atik memberi kesankolesteatom

3. BakteriologiWalapun perkembangan dari OMSK merupakan lanjutan dari mulainya infeksi akut, bakteriologi yang ditemukan pada sekret yang kronis berbeda dengan yang ditemukan pada otitis media supuratif akut. Bakteri yang sering di jumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa, Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkanbakteri pada OMSA Streptokokus pneumonie, H. influensa, dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang dijumpai pada OMSK E. Coli, Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes sp

PENATALAKSANAAN

Page 5: tugas tht

Penyebab penyakit telinga kronis yang efektif harus didasarkan pada faktorfaktor penyebabnya dan pada stadium penyakitnya. Dengan demikian pada waktu pengobatan haruslah dievaluasi faktor- faktor yang menyebabkan penyakit menjadi kronis, perubahan - perubahan anatomi yang menghalangi penyembuhan serta menganggu fungsi, dan proses infeksi yang terdapat ditelinga. Bila didiagnosis kolesteatom, maka mutlak harus dilakukan operasi, tetapi obat - obatan dapat digunakan untuk mengontrol infeksi sebelum operasi. Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana pengobatan dapat dibagi atas :

1. Konservatif2. Operasi

Pembersihan liang telinga dan kavum timpan ( toilet telinga) tujuan toilet telinga adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang baik bagi perkembangan mikroorganisme.Cara pembersihan liang telinga ( toilet telinga) :

1. Toilet telinga secara kering ( dry mopping).Telinga dibersihkan dengan kapas lidi steril, setelah dibersihkan dapat di beri antibiotik berbentuk serbuk. Pembersihan liang telinga dapat dilakukan setiap hari sampai telinga kering.

2. Toilet telinga secara basah ( syringing).Telinga disemprot dengan cairan untuk membuang debris dan nanah,kemudian dengan kapas lidi steril dan diberi serbuk antibiotik. Meskipun cara ini sangat efektif untuk membersihkan telinga tengah, tetapi dap at mengakibatkan penyebaran infeksi ke bagian lain dan ke mastoid. Pemberian serbuk antibiotik dalam jangka panjang dapat menimbulkan reaksi sensitifitas pada kulit. Dalam hal ini dapat diganti dengan serbuk antiseptik, misalnya asam boric dengan Iodine.

3. Toilet telinga dengan pengisapan ( suction toilet)Pembersihan dengan suction pada nanah, dengan bantuan mikroskopisoperasi adalah metode yang paling populer saat ini. Kemudian dilakukanpengangkatan mukosa yang berproliferasi dan polipoid sehingga sumber infeksidapat dihilangkan. Akibatnya terjadi drainase yang baik dan resorbsi mukosa. Pada orang dewasa yang koperatif cara ini dilakukan tanpa anastesi tetapi pada anak anak diperlukan anastesi. Pencucian telinga dengan H2O2 3% selama 3-5 hari.

Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada otitis media kronik adalah :1. Polimiksin B atau polimiksin EObat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif, Pseudomonas, E. Koli Klebeilla, Enterobakter, tetapi resisten terhadap gram positif, Proteus, B. fragilis Toksik terhadap ginjal dan susunan saraf.2. NeomisinObat bakterisid pada kuman gram positif dan negatif, misalnya : Stafilokokus aureus, Proteus sp. Resisten pada semua anaerob dan Pseudomonas. Toksik terhadap ginjal dan telinga.

Page 6: tugas tht

SINUSITIS

DEFINISISinusitis adalah proses peradangan atau infeksi dari satu atau lebih pada membran

mukosa sinus paranasal dan terjadi obstruksi dari mekanisme drainase normal.

KLASIFIKASISecara klinis

Dikategorikan sebagai sinusitis akut bila gejalanya berlangsung dari beberapa hari sampai 4 minggu,sinusitis subakut bila gejala berlangsung 4 sampai 8 minggu sedangkan kronis berlangsung lebih dari 2 bulan.

Secara gejala

Sinusitis dianggap sebagai sinusitis akut bila terdapat tanda-tanda radang akut. Dikatakan sinusitis subakut bila tanda akut sudah reda dan perubahan histologik mukosa sinus masih reversible, misalnya sudah berubah menjadi jaringan granulasi atau polipoid. Sinusitis kronis adalah suatu inflamasi mukosa hidung dan sinus paranasal yang dapat ditegakkan berdasarkan riwayat gejala yang diderita sudah lebih dari 12 minggu, dan sesuai dengan 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor ditambah 2 kriteria minor.

EPIDEMIOLOGI

Angka kejadian sinusitis sulit diperkirakan secara tepat karena tidak ada batasan yang jelas mengenai sinusitis. Dewasa lebih sering terserang sinusitis dibandingkan anak. Hal ini karena sering terjadinya infeksi saluran nafas atas pada dewasa yang berhubungan dengan terjadinya sinusitis.

GEJALA KLINIS

Diagnosis rinosinusitis akut ialah hidung tersumbat disertai nyeri / rasa tekan pada muka dan ingus purulen, yang seringkali turun ke tenggorok (post nasal drip) dapat disertai gejala sistemik seperti demam dan lesu. Keluhan nyeri tekan di daerah sinus yang terkena merupakan ciri khas sinusitis akut, serta kadang-kadang nyeri juga terasa ditempat lain. Gejala lain adalah sakit kepala, hiposmia / anosmia, halitosis, post nasal drip yang menyebabkan batuk dan sesak pada anak. Keluhan sinusitis kronik tidak khas sehingga sulit di diagnosis. Kadang-kadang hanya 1 atau 2 dari gejala di bawah ini yaitu sakit kepala kronik, post nasal drip, batuk kronik, gangguan tenggorokan, gangguan telinga, gangguan ke paru seperti bronkitis, dan yang terpenting adalah serangan asma yang meningkatdan sulit diobati.

FAKTOR RISIKO

Kondisi lain yang menyebabkan berkembangnya obstruksi sinus dan rentan menjadi sinusitis adalah:

Page 7: tugas tht

1. Alergi, Inflamasi yang terjadi bersama alergi mungkin memblok sinus.2. Deviasi septum nasi. Hal ini akan membatasi atau memblok aliran sinus,menciptakan

lingkungan untuk infeksi.3. Polip nasal. Pertumbuhan jaringan lunak ini mungkin membatasi aliran nasal,

memperlambat drainase dan memudahkan infeksi berkembang.4. Kondisi sakit yang lain. Penderita cystic fibrosis atau HIV dan penyakit defisiensi imun.

ETIOLOGI

Infeksi virus, bakteri atau jamur dari traktus respiratori atas lokasi lintasan udara pada hidung, faring, sinus-sinus dan tenggorokan terbasuk infeksi virus yang menyebabkan common cold, dapat berperan penting menjadi sinusitis. Menurut berbagai penelitian, bakteri utama yang ditemukan pada sinusitis akut adalah Streptococcus Pneumonia (30-50%), Hemophylus influenza (20-40%), dan Moraxella Catarrhalis (4%). Pada anak Moraxella Catarrhalis lebih sering ditemukan (20%). Pada sinusitis kronik faktor predisposisi lebih berperan, tetapi umumnya bakteri yang ada lebih condong ke arah bakteri gram negatif dan anaerob.

PEMERIKSAAN

a. AnamnesePemeriksaan pada anamnese didapati keluhan pasien Kongesti hidung/sumbatan hidung, sekret hidung purulen, sakit kepala, nyeri atau rasa tertekan pada wajah,ganguan penghidu, sedangkan untuk anak: batuk dan iritabilitas. Kriteria minor antara lain : demam dan halitosis.

b. Pemeriksaan FisikPemeriksaan rinoskopi anterior dan rinoskopi posterior serta palpasi turut membantu menemukan nyeri tekan pada daerah sinus yang terkena

c. Pemeriksaan radiologi- Foto rontgen sinus paranasalPemeriksaan radiologik yang dapat dibuat antara lain:

1. Waters2. PA3. Lateral

Pembengkakan permukaan mukosa yang berbatas tegas pada resesus alveolaris antrum maksila biasanya terjadi akibat infeksi yang berasal dari gigi atau daerah periodontal. Jika cairan tidak mengisi seluruh rongga sinus, selalu dapat dilihat adanya batas cairan (air fluid level) pada foto dengan posisi tegak.

- CT-Scan (Computer Tomography) sinus paranasal

Sinus maksila, rongga hidung, septum nasi dan konka terlihat pada penampang CT-Scan aksial dan koronal. Pada sinusitis dengan komplikasi, CT-Scan adalah cara yang terbaik untuk memperlihatkan sifat dan sumber masalah. CT-Scan koronal dari sinus paling baik untuk pembedahan, memberikan visualisasi yang baik tentang anatomi rongga hidung, komplek osteomeatal, rongga-rongga sinus dan struktur-struktur yang mengelilinginya seperti orbita, lamina kribiformis, dan kanalis optikus.

- Nasoendoskopi

Page 8: tugas tht

Nasoendoskopi ini akan mempermudah dan memperjelas pemeriksaan karen dapat melihat bagian-bagian rongga hidung yang berhubungan dengan faktor lokal penyebab sinusitis. Pemeriksaan nasoendoskopi dapat melihat adanya kelainan septum nasi, meatus media, konka media dan inferior, juga dapat mengetahui adanya polip atau tumor.

TERAPIAntibiotik dan dekongestanmerupakan terapi pilihan pada sinusitis akut bakterial,

untuk menghilangkan infeksi dan pembengkakan mukosa serta membuka sumbatan ostium sinus. Antibiotik yang dipilih adalah golongan penisilin seperti amoksisilin. Jika kuman telah resisten atau memproduksi beta laktamase maka dapat diberikan amiksisilin klavulanat atau jenis sefalosforin generasi ke 2. Pada sinusitis antibiotik diberikan selama 10-14 hari meskipun gejala klinik sudah hilang.

Pada sinusitis kronis diberikan antibiotik yang sesuai untuk kuman gram negatif dan anaerob. Selain dekongestan oral dan topikal, terapi lain dapat diberikan jika diperlukan seperti analgetik, mukolitik, steroid oral / topikal, pencucian rongga hidung dengan NaCl, atau pemanasan. Antihistamin tidak rutin diberikan karena sifatnya antikolinergik yang membuat sekret lebih kental.

Tindakan operasi

Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF / FESS) merupakan operasi terkini untuk sinusitis kronik yang memerlukan operasi. Tindakan ini telah menggantikan hampir semua jenis bedah sinus terdahulu karena memberikan hasil yang lebih memuaskan dan tindakan lebih ringan dan tidak radikal. Indikasinya berupa: sinusitis kronik yang tidak membaik setelah terapi adekuat, sinusitis kronik disertai kista atau kelainan yang ireversibel, polip ekstensif, adanya komplikasi sinusitis serta sinusitis jamur.

MASTOIDITIS

DEFINISI

Mastoiditis adalah infeksi bakteri pada tulang mastoid. Tanpa pengobatan yang adekuat, dapat menyebabkan meningitis dan abses otak. Biasanya didahului oleh OMA yang tidak mendapatkan pengobatan adekuat.

ETIOLOGI

Mastoiditis dapat disebabkan oleh Streptococus pneumonia, Staphylococus aureus, Haemophilus influenza, S. Pyogenes, Pseudomonas, dan sebagainya.

Diagnosis Mastoiditis akut ditegakkan melalui adanya:

Demam tinggi Pembengkakan di mastoid. Nyeri dan rasa penuh di belakang telinga, Otorrhea terus menerus, Demam

Page 9: tugas tht

Malaise dan pendengaran yang berkurang.

FAKTOR RISIKO

Umur merupakan faktor predisposisi terjadinya mastoiditis, antara lain karena anak-anak lebih sering mengalami infeksi saluran nafas yang nantinya dapat berkomplikasi menjadi mastoiditis. Selain itu jaringan limfoid nasofaring pada bayi dan anak sering menjadi sumber infeksi dan menyumbat saluran tuba Eustachius dan dapat mengakibatkan infeksi saluran tengah. Tuba eustachius pada anak juga belum sempurna, lebih elastis disbanding orang dewasa, sehingga mudah kolaps, dapat terjadi obstruksi dan menimbulkan infeksi saluran tengah.

Tatalaksana

1. Anak harus dirawat di rumah sakit.2. Beri ampisilin 200 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis, paling sedikit selama 14 hari.3. Jika hipersensitif terhadap ampisilin, dapat diberikan eritromisin ditambah sulfa

kotrimoksazol sampai tanda dan gejalanya hilang.4. Pasien dengan mastoiditis (apalagi jika ada tanda iritasi susunan syaraf pusat) sebaiknya

dirujuk ke spesialis THT untuk mempertimbangkan tindakan insisi dan drainase abses mastoid atau mastoidektomi atau tatalaksana komplikasi intrakranial otogenik. Bila tidak ada spesialis THT, insisi abses dapat dilakukan oleh dokter lain.

5. Jika anak demam tinggi (≥ 38,5°C) yang menyebabkan anak gelisah atau rewel, berikan parasetamol.

Pemantauan

Anak harus diperiksa oleh perawat sedikitnya setiap 6 jam dan oleh dokter sedikitnya sekali sehari. Jika respons anak terhadap pengobatan kurang baik, pertimbangkan kemungkinan meningitis atau abses otak.

Page 10: tugas tht

TEMPOROMANDIBULAR JOINT DISORDER

DEFINISI

TMJ (temporomandibular joint) adalah sendi yang melekat pada tulang tengkorak (cranium), sendi ini mempunyai fungsi untuk mengunyah, menguap, berbicara, dll. Gangguan pada sendi rahang (TMJ) menyebabkan rasa sakit dan nyeri pada sendi ini.Gangguan sendi rahang biasanya diatasi dengan terapi non-bedah (nonsurgical)

ETIOLOGITMJ adalah salah satu sendi yang  merupakan gabungan kedua gerak yaitu translasi dan rotasi dalam satu sendi. Bagian rahang bawah yang melekat pada persendian menyerupai bulatan dan melekat pada bagian tulang tengkorak (cranium) yang dilapisi oleh tulang rawan dan dipisahkan oleh cakram (disk) yang berfngsi sebagai peredam agar gerakan (mengunyah, membuka mulut, menutup mulut, dll) pada sendi tetap halus.

Gangguan pada sendi rahang dapat disebabkan oleh:

1. Dislokasi disk2. Kerusakan pada tulang rawan oleh arthritis3. Kerusakan sendi oleh karena benturan4. Kelelahan dari otot pada sendi

FAKTOR RISIKOPada banyak kasus gangguan sendi rahang tidak dapat didiagnosis berdasarkan gejala yang jelas. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko gangguan TMJ, antara lain:

1. Wanita usia 30-50 tahun2. Rahang sering berbunyi klik (clicking) atau gemeretak3. Grinding gigi atau kerot (bruxism)4. Rheumatoid arthritis5. Fibromyalgia6. Benturan pada wajah atau rahang7. Deformitas kongenital pada tulang wajah

GEJALA KLINIS

Gejala-gejala yang mungkin terjadi pada gangguan sendi rahang, antara lain:

1. Sakit atau nyeri rahang2. Sakit nyeri di dalam dan sekitar telinga

Page 11: tugas tht

3. Kesulitan atau ketidaknyamanan saat mengunyah4. Sakit atau nyeri di wajah5. Kesulitan menggerakkan rahang6. Sakit kepala7. Ketidaknyamanan saat menggigit8. Gigitan yang tidak merata karena ada kontak prematur pada satu atau lebih gigi

PERAWATAN DAN PENGOBATAN

Perawatan dapat dilakukan dengan menghilangkan penyebabnya, misalnya dengan menggunakan alat 'bite guards' saat tidur. Dalam beberapa kasus yang lebih parah lainnya, relokasi atau perbaikan sendi dengan tindakan bedah tidak dapat dihindari.

Pengobatan

1. Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID)Ibuprofen atau aspirin, yang dijual bebas tidak dapat digunakan untuk meredakan rasa sakit akibat gangguan sendi rahang. Tetapi telah terbukti bahwa naproxen bersama dengan latihan peregangan otot rahang dapat membantu mengatasi gangguan sendi rahang.

2. Antidepresan trisiklikKetika obat ini dikonsumsi sebelum tidur makan dapat digunakan untuk membantu mengurangi rasa sakit yang terkait dengan gangguan sendi rahang. Contohnya adalah amitriptilin atau nortriptyline.

Relaksasi Otot3. Relaksan ototIni dapat digunakan dalam waktu yang relatif singkat (beberapa hari sampai beberapa minggu), karena obat ini merupakan obat adiktif, sehingga dosis mereka harus dikurangi secara bertahap. Carisoprodol adalah salah satu contohnya.4. Obat kortikosteroidDalam kasus peradangan sendi disertai dengan rasa sakit yang parah, obat kortikosteroid dapat disuntikkan langsung ke dalam sendi rahang.5. Botulisme toksinBila ini disuntikkan ke otot-otot rahang, dapat mengurangi rasa sakit saat mengunyah.

Page 12: tugas tht

DISFAGIA

DEFINISI

Disfagia adalah kesulitan menelan. Seseorang dapat mengalami kesulitan menggerakan makanan dari bagian atas tenggorokan ke dalam kerongkongan karena adanya kelainan di tenggorokan.

ETIOLOGI

Masalah ini paling sering terjadi pada orang yang memiliki kelainan pada otot volunter (otot kerangka) atau persarafannya, yaitu penderita:

1. Dermatomiositis2. Miastenia gravis3. Distrofi Otot4. Polio kelumpuhan pseudobulbar 5. Kelainan otak dan sumsum tulang belakang seperti penyakit Parkinson dan sklerosis

lateral 6. Amiotropik (penyakit Lou Gehrig) 7. Orang yang meminum fenotiazin (obat antipsikosa) juga bisa memiliki kesulitan menelan

karena obatnya mempengaruhi otot tenggorokan.

KLASIFIKASI

Berdasarkan penyebabnya, disfagia dibagi atas disfagia mekanik, disfagia motorik, dan disfagia oleh gangguan emosi atau psikogenik. Penyebab utama disfagia mekanik adalah sumbatan lumen esofagus oleh massa tumor dan benda asing. Penyebab lain adalah akibat peradangan mukosa esofagus, serta akibat penekanan lumen esofagus dari luar, misalnya oleh pembesaran kelenjar timus, kelenjar tiroid, kelenjar getah bening di mediastinum, pembesaran jantung, dan elongasi aorta. Letak arteri subklavia dekstra yang abnormal juga dapat menyebabkan disfagia, yang disebut disfagia Lusoria. Disfagia mekanik timbul bila terjadi penyempitan lumen esofagus. Pada keadaan normal, lumen esofagus orang dewasa dapat meregang sampai 4 cm. Keluhan disfagia mulai timbul bila dilatasi ini tidak mencapai diameter 2,5 cm.

EPIDEMIOLOGI

Kesulitan menelan dapat terjadi pada semua kelompok usia, akibat dari kelainan kongenital, kerusakan struktur, dan/atau kondisi medis tertentu. Masalah dalam menelan merupakan keluhan yang umum didapat di antara orang berusia lanjut. Oleh karena itu, insiden disfagia lebih tinggi pada orang berusia lanjut dan juga pada pasien stroke. Kurang lebih 51-73% pasien stroke menderita disfagia.

Page 13: tugas tht

GEJALA KLINIS

Pembagian gejala dapat menjadi dua macam yaitu disfagia orofaring dan disfagia esophagus. Gejala disfagia orofaringeal adalah kesulitan mencoba menelan, tersedak atau menghirup air liur ke dalam paru-paru saat menelan, batuk saat menelan, muntah cairan melalui hidung, bernapas saat menelan makanan, suara lemah, dan berat badan menurun. Sedangkan gejala disfagia esofagus adalah sensasi tekanan dalam dada tengah, sensasi makanan yang menempel di tenggorokan atau dada, nyeri dada, nyeri menelan, rasa terbakar di dada yang berlangsung kronis, belching, dan sakit tenggorokan.

PERAWATAN DISFAGIA

Perawatan Anda akan tergantung pada apa yang menyebabkan disfagia Anda. Pengobatan untuk disfagia meliputi:

1. Latihan untuk otot menelan. Jika Anda memiliki masalah dengan otak, saraf, atau otot, Anda mungkin perlu melakukan latihan untuk melatih otot-otot tersebut untuk bekerja sama untuk membantu menelan. Anda juga mungkin perlu belajar bagaimana posisi tubuh yang baik atau bagaimana cara menaruh makanan di mulut agar dapat menelan baik.

2. Mengubah makanan yang Anda makan. Dokter mungkin akan menyarankan kepada Anda untuk menghindari atau mengubah jenis makanan dan cairan tertentu untuk membuat proses menelan lebih mudah.

3. Dilation (pelebaran). Dalam perawatan ini, perangkat ditempatkan ke kerongkongan Anda, lalu dengan hati-hati akan memperluas daerah-daerah sempit pada kerongkongan. Mungkin perawatan seperti ini harus Anda lakukan beberapa kali.

4. Endoscopy. Dalam beberapa kasus, scope panjang dan tipis dapat digunakan untuk mengambil objek yang terjebak di kerongkongan.

5. Bahan makanan yang terjebak diluluhkan dengan sejenis zat kimia seperti papain, agar gumpalan makanan tersebut dapat terus turun ke dalam lambung.

6. Pembedahan. Jika Anda memiliki sesuatu yang menghalangi kerongkongan Anda (seperti tumor atau diverticula), Anda mungkin memerlukan pembedahan untuk menghapusnya. Pembedahan juga kadang-kadang digunakan pada orang yang memiliki masalah yang mempengaruhi otot kerongkongan (achalasia).

7. Obat. Jika Anda mengalami disfagia yang berhubungan dengan GERD, panas pada perut, atau esophagitis, obat resep dapat membantu mencegah asam lambung masuk ke kerongkongan. Infeksi pada kerongkongan sering diobati dengan obat-obatan antibiotik.

PEMERIKSAAN

1. X-ray (rontgen). Ini akan memberikan gambar leher atau dada.2. Menelan barium. Ini adalah perlakuan X-ray khusus untuk tenggorokan dan

kerongkongan. Sebelumnya Anda akan disuruh minum cairan kapur yang disebut barium. Barium akan melapisi bagian dalam kerongkongan sehingga hasilnya akan optimal pada X-ray.

Page 14: tugas tht

3. Fluoroscopy. Tes ini menggunakan jenis barium yang ditelan, dan selanjutnya akan direkam.

4. Laryngoscopy. Menggunakan tabung tips yang mengandung kamera serat optik yang diterangi yang disisipkan melalui hidung ke dalam belakang dari tenggorokan.

5. Esophagoscopy atau gastrointestinal endoscopy atas. Selama tes ini, instrumen tipis dan fleksibel yang disebut scope ditempatkan di mulut dan ke bawah tenggorokan untuk melihat kerongkongan dan mungkin usus dan perut bagian atas. Kadang-kadang sepotong kecil jaringan akan diambil untuk biopsi. Biopsi adalah tes yang memeriksa sel-sel peradangan atau kanker.

6. Manometry. Selama tes ini, sebuah tabung kecil ditempatkan ke kerongkongan Anda. Tabung terpasang ke komputer yang mengukur tekanan di kerongkongan Anda saat Anda menelan.

7. pH monitoring, yang akan menguji seberapa sering asam dari lambung masuk ke kerongkongan dan berapa lama tinggal di sana.