tugas terstruktur stabilitas obat yang baru
TRANSCRIPT
TUGAS TERSTRUKTUR STABILITAS OBAT
REVIEW JURNAL
“UJI STABILITAS FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGIK TERHADAP FORMULASI TERBARU LIPOSOM TETRA ETER LIPID (ETC-
TEL 2,5) SEBAGAI PEMBAWA OBAT (DRUG CARRIER)”
DISUSUN OLEH :
1. Alfianita G1F0110312. Rizka Khoirunnisa G1F0110393. Najah G1F011075
KEMETERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAN NASIONALUNIVERSITS JENDERAL SOEDIREMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU – ILMU KESEHATANJURUSAN FARMASI
PURWOKERTO2012
UJI STABILITAS FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGIK TERHADAP FORMULASI TERBARU LIPOSOM TETRA ETER LIPID (ETC-
TEL 2,5) SEBAGAI PEMBAWA OBAT (DRUG CARRIER)
I. LATAR BELAKANG
Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk bertahan
dalam batas yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan,
sifat dan karakteristiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat dibuat. Faktor
lingkungan seperti suhu (temperatur), radiasi, cahaya, udara (terutama oksigaen,
karbondioksida dan uap air) dan kelembaban dapat mempengaruhi stabilitas.
Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi stabilitas, yaitu : ukuran partikel,
pH, sifat air dan pelarut yang di gunakan, sifat kemasan dan keberadaan bahan
kimia lain yang merupakan kontaminan atau dari pencampuran produk berbeda
yang secara sadar ditambahkan, dapat mempengaruhi satabilitas sediaan (Voight,
1995).
Ada tiga jenis stabilitas yang umum dikenal, yaitu :
1) Stabilitas Fisika
Stabilitas fisika adalah mengevaluasi perubahan sifat fisika dari suatu
produk yang tergantung waktu (periode penyimpanan). contoh dari perubahan
fisika antara lain : migrasi (perubahan) warna, perubahan rasa, perubahan
bau, perubahan tekstur atau penampilan. Evaluasi dari uji stabilitas fisika
meliputi : pemeriksaan organoleptik, homogenitas, pH, bobot jenis.
2) Stabilitas Kimia
Stabilitas kimia suatu obat adalah lamanya waktu suatu obat untuk
mempertahanakan integritas kimia dan potensinya seperti yang tercantum
pada etiket dalam batas waktu yang ditentukan. Pengumpulan dan pengolahan
data merupakan langkah menentukan baik buruknya sediaan yang dihasilkan,
meskipun tidak menutup kemungkinan adanya parameter lain yang harus
diperhatikan. Data yang harus dikumpulkan untuk jenis sediaan yang berbeda
tidak sama, begitu juga untuk jenis sediaan sama tetapi cara pemberiannya
lain. Jadi sangat bervariasi tergantung pada jenis sediaan, cara pemberian,
stabilitas zat aktif dan lain-lain.
Data yang paling dibutuhkan adalah data sifat, kimia, kimiafisik, dan
kerja farmakologi zat aktif (data primer), didukung sifat zat pembantu (data
sekunder). Secara reaksi kimia zat aktif dapat terurai karena beberapa faktor
diantaranya ialah, oksigen (oksidasi), air (hidrolisa), suhu (oksidasi), cahaya
(fotolisis), karbondioksida (turunnya pH larutan), sesepora ion logam sebagai
katalisator reaksi oksidasi. Jadi jelasnya faktor luar juga mempengaruhi
ketidakstabilan kimia seperti, suhu, kelembaban udara dan cahaya (Voight,
1995).
3) Stabilitas Mikrobiologi
Stabilitas mikrobiologi suatu sediaan adalah keadaan di mana tetap
sediaan bebas dari mikroorganisme atau memenuhi syarat batas
miroorganisme hingga batas waktu tertentu. Terdapat berbagai macam zat
aktif obat, zat tambahan serta berbagai bentuk sediaan dan cara pemberian
obat. Tiap zat, cara pemberian dan bentuk sediaan memiliki karakteristik
fisika-kimia tersendiri dan umumnya rentan terhadap kontaminasi
mikroorganisme dan atau memang sudah mengandung mikroorganisme yang
dapat mempengaruhi mutu sediaan karena berpotensi menyebabkan penyakit,
efek yang tidak diharapkan pada terapi atau penggunaan obat dan kosmetik
(Voight, 1995).
Oleh karena itu farmakope telah mengatur ketentuan mengenai
kandungan mikroorganisme pada sediaan obat maupun kosmetik dalam
rangka memberikan hasil akhir berupa obat dan kosmetika yang efektif dan
aman untuk digunakan atau dikonsumsi manusia. Stabilitas mikrobiologi
diperlukan oleh suatu sediaan farmasi untuk menjaga atau mempertahankan
jumlah dan menekan pertumbuhan mikroorgansme yang terdapat dalam
sediaan tersebut hingga jangka waktu tertentu yang diinginkan (Anonim,
2011).
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme pada
sediaan antara lain adalah kesesuaian pH, suhu, kelembapan, keberadaan air,
nutrisi, dan faktor cahaya (Martin, 1993).
Dewasa ini, beberapa penyakit serius misalnya kanker dan gangguan
imunologik menjadi perhatian para ahli untuk terus diteliti dengan upaya
mendapatkan obat yang aman dan lebih efektif dengan efek samping yang
seminimal mungkin. Hal ini disebabkan karena obat antikanker ataupun
imunosupresan yang tersedia masih banyak menimbulkan efek samping
dibandingkan manfaat obat karena dibutuhkan dosis tinggi untuk jangka
pemberian yang cukup lama. Salah satu cara menurunkan efek samping tersebut
adalah dengan menginkorporasikan obat antikanker ataupun imunosupresan
ke dalam pembawa obat (drug carrier) yang telah banyak diteliti yaitu liposom
(Siswandono dan Soekardjo, 2000).
II. PEMBAHASAN
Secara umum, obat yang digunakan pada pemberian sistemik dengan
dosis tinggi untuk jangka panjang umumnya menyebabkan efek toksik. Salah
satu upaya untuk menekan efek samping obat adalah dengan
menginkorporasikan obat tersebut ke dalam pembawa obat (drug carriers),
sehingga obat dapat langsung mencapai organ sasaran dengan dosis rendah.
Salah satunya obat yang diteliti dan terbukti dapat menurunkan efek samping
obat adalah liposom, yaitu liposom EPC-TEL2,5 yang belum teruji
stabilitasnya secara fisik.
Liposom sebagai pembawa berbagai obat (drug carrier) yang berukuran
50 – 200 nanometer, merupakan salah satu produk teknologi nano
(nanotechnology) dan mempunyai gambaran mirip dengan sel yang
bermembran dua lapis fosfolipid. Liposom umumnya dibuat dari lesitin atau
fosfatidilkolin dari kedelai (Soya bean Phosphatidylcholine/SPC) atau dari
kuning telur (Egg-yolk Phosphatidylcholine/EPC). Selain fosfatidilkolin
sebagai lipid utama, liposom dapat juga dibuat kombinasi dengan lipid lain
untuk meningkatkan stabilitas liposom, misalnya kolesterol atau tetra eter lipid
(TEL). Pada penelitian ini digunakan TEL dari Thermoplasma acidophilum.
Kestabilan liposom dalam membawa obat hingga mencapai organ sasaran akan
sangat menentukan dosis terapi obat.
Liposom kombinasi EPC-TEL 2,5 terbukti dapat mengikat obat lebih
baik dibandingkan liposom EPC atau liposom jenis lain, namun belum pernah
dilakukan uji stabilitas liposom EPC-TEL 2,5 terhadap pengaruh fisik
(perbedaan suhu), pengaruh bahan kimia yaitu NaCl, MgCl2 dan CaCl2 pada
berbagai pH dan pengaruh metabolisme di hepar pada uji stabilitas biologik.
Uji kestabilan liposom EPC-TEL2,5 dilakukan pada liposom tanpa
perlakuan (tanpa ekstrusi atau sonikasi), liposom hasil ekstrusi membran 200
nm, liposom hasil ekstrusi membran 100 nm, dan liposom hasil sonikasi. Uji
stabilitas fisik dilakukan secara in vitro, yaitu dengan mengukur besar partikel
dan jumlah liposom EPC-TEL 2,5 setelah penyimpanan pada suhu 4º C, suhu
kamar, dan 37º C. Observasi dilakukan pada hari pertama, akhir minggu
pertama, akhir bulan I, akhir bulan ke II dan akhir bulan ke III (3 bulan).
Pengukuran dapat dilakukan dengan metode Metode van Renswoude yaitu
dengan modifikasi elektroforesis untuk mengukur besar liposom atau dengan
modifikasi mikroskop fluoresens untuk mengukur besar (diameter dengan
skala Olympus) dan jumlah liposom. Perhitungan jumlah dan pengukuran
diameter liposom tetap dapat dilakukan walaupun secara manual. Cara ini lebih
murah karena peralatan untuk pengukuran tersebut sangat mahal. Uji stabilitas
kimia juga dilakukan secara in vitro, yaitu dengan menggunakan metode
Freisleben HJ dan New RC untuk mungukur jumlah dan diameter partikel
liposom setelah pemaparan garam NaCl, CaCl2, MgCl2 pada pH 5, 7, dan 9.
Pengukuran jumlah dan diameter partikel liposom pada uji stabilitas kimia juga
dilakukan pada hari pertama, akhir minggu pertama, akhir bulan I, bulan ke II,
dan akhir bulan ke III. Uji stabilitas biologik dilakukan secara in vivo untuk
menilai dekomposisi (degradasi) TEL murni dan atau EPC-TEL 2,5 pada menit
ke 0, 30, 60, jam ke 2, 4, dan 8 setelah penyuntikan liposom EPC-TEL 2,5
dengan dosis sebesar 10 mmol secara IP, pada mencit. Hasil dekomposisi TEL
diukur dengan TLC-gel silika60 F254 (Merck) dengan kontrol TEL murni pada
dosis 200, 300, dan 400 ug. Pewarna bercak campuran tembaga asetat 3% dan
asam fosfat 8% denganpemanasan 180° C selama 10 menit. Bercak discan
dengan program Presto Page Manager dan kadar TEL/degradasi diukur semi
kuantitatif pada program Adobe Photo Shop 7.01.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa:
Tidak terdapat perbedaan besar / ukuran partikel liposom tanpa atau
dengan ekstrusi dan sonikasi pada faktor retensi (Rf) sampel 2-9 : 1,7 – 1,9
Tidak terdapat perbedaan ukuran partikel liposom pada minggu 1 dan 4
(Rf: sama).
Ukuran partikel yang diukur dengan mikroskop fluoresens tidak berubah
yaitu berkisar 100 nm.
Liposom tanpa bahan kimia tampak cenderung bergerombol pada akhir
minggu ke 8.
Hasil Uji Stabilitas Fisik menunjukkan bahwa jumlah dan diameter
liposom EPC-TEL 2,5 tampak tetap stabil hingga akhir bulan I terutama pada
suhu 4°C dan 37°C (p<0,000; hasil uji statistik tidak ditampilkan). Dalam
naskah ini hanya ditampilkan gambaran liposom pada suhu 37°C, hasil
ekstrusi 200 nm dan sonikasi dibandingkan dengan liposom tanpa perlakuan
(tanpa ekstrusi/sonikasi). Pada uji stabilitas kimia menunjukkan hasil bahwa
larutan NaCl dan CaCl2 pada pH 5 dan 7, terutama larutan kimia 350mmol
tampak tetap stabil dan berbeda bermakna dibandingkan dengan larutan yang
sama pada pH 9 dan dengan larutan MgCl2 pada berbagai pH terutama pada
liposom hasil sonikasi (p<0,000; hasil analisis statistik tidak ditampilkan).
Hasil uji hanya ditampilkan pada pH 7. Hasil uji stabilitas biologik
menunjukkan bahwa TEL dalam liposom EPC-TEL 2,5 tidak terdeteksi pada
seluruh waktu pengambilan sampel. Hal ini menunjukkan bahwa TEL
didegradasi oleh hati. Hasil ini didukung pula bahwa secara eks vivo, ekstrak
hati mencit yang ditambah dengan liposom EPC-TEL 2,5 tidak tampak adanya
TEL pada TLC (K+TEL).
Hasil uji menunjukkan bahwa liposom tampak stabil hingga akhir
bulan I pada suhu 4º C dan 37º C pada uji stabilitas fisik; tetap stabil hingga
akhir bulan II pada uji stabilitas kimia pada larutan garam NaCl; CaCl2 pada
pH 5 dan 7. Liposom EPC-TEL2,5 terdegradasi di hepar mencit pada uji
stabilitas biologik.
Apabila liposom EPC-TEL 2,5 cukup stabil pada uji stabilitas fisik dan
kimia, tidak stabil pada uji stabilitas biologik, maka formulasi terbaru liposom
tersebut dapat dimanfaatkan untuk menginkorporasikan obat-obat, terutama
obat yang hanya efektif pada dosis tinggi ataupun obat-obat untuk jangka
panjang, sehingga efek toksik obat dapat ditekan serendah mungkin.
III. KESIMPULAN
Liposom EPC-TEL 2,5 cukup stabil hingga 1 bulan penyimpanan secara fisik,
terutama pada suhu 4° dan 37° C, sedangkan secara kimia terutama NaCl,
CaCl2 dalam larutan 350 mmol tetap stabil hingga akhir bulan II, pada pH 5
dan 7. Namun, liposom EPC-TEL 2,5 tidak stabil pada uji stabilitas biologik
karena terdegradasi di hati mencit, namun tidak/belum diketahui hasil
degradasi TEL. Maka formulasi terbaru liposom tersebut dapat dimanfaatkan
untuk menginkorporasikan obat-obat, terutama obat yang hanya efektif pada
dosis tinggi ataupun obat-obat untuk jangka panjang, sehingga efek
toksik obat dapat ditekan serendah mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Martin, Alfred, et all. 1993. Dasar-dasar kimia fisik dlm ilmu farmasetiik fisik.
UI Press. Jakarta
Siswandono dan Bambang Soekardjo.2000. Kimia Medisinal, Jilid 2, Airlangga
University Press .Surabaya, 165-167
Voight. R,. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V. UGM Press.
Yogyakarta