tugas terstruktur 3_qurratul aeni_70100112048_farmasi d.docx
TRANSCRIPT
TUGAS INDIVIDU
MATA KULIAH TEKNOLOGI KOSMETIK
O L E H :
NAMA : QURRATUL AENI
NIM : 70100112048
KELAS : FARMASI D
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
SAMATA-GOWA
2015
TUGAS KOSMETIK
1. Macam-macam pengotor yang biasanya ada pada wajah antara lain :
Pengotor dari luar
a) Make Up
b) Soil : debu
c) Minyak / lemak, dan lainnya.
Pengotor dari dalam
a) Sel kulit mati
b) Propionibacterium acnes
c) Staphylococcus epidermidis
Timbulnya kotoran pada wajah juga disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
a) Pola makan
b) Pola hidup
c) Kondisi pekerjaan, dan lainnya.
2. Efek vitamin A pada jerawat
Asam retinoat adalah bentuk asam dan bentuk aktif dari vitamin A (retinol). Disebut
juga tretinoin. Asam retinoat ini sering dipakai sebagai bentuk sediaan vitamin A topikal,
yang dapat diperoleh secara bebas maupun dengan resep dokter. Bahan ini sering dipakai pada
preparat untuk kulit terutama untuk pengobatan jerawat, dan sekarang banyak dipakai untuk
mengatasi kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari (sundamage) dan untuk pemutih.
Kulit memiliki reseptor untuk asam retinoat yang disebut retinoic acid receptor (RAR)
yang berlokasi di dalam sel (intraseluler). Jika asam retinoat mengikat reseptornya, maka akan
mengaktifkan transkripsi gen yang akan menstimulasi replikasi dan diferensiasi sel, terutama
adalah sel-sel keratin (sel sel tanduk) penyusun kulit paling luar (epidermis). Hal ini akan
menyebabkan efek berkurangnya keriput dan memperbaiki sel-sel kulit yang rusak, misalnya
karena paparan sinar matahari.
Mekanismenya sebagai obat jerawat belum banyak diketahui sepenuhnya, tetapi Diane
Thiboutot dkk dari Pennsylvania State University College of Medicine, dalam penelitiannya
mengungkapkan bahwa asam retinoat ini meng-up regulasi gen untuk pembentukan protein
NGAL, yang berperan dalam proses kematian (apoptosis) kelenjar sebasea, yaitu kelenjar
penghasil minyak di kulit, yang umumnya terlibat pada terjadinya jerawat. Dengan kematian
sel kelenjar sebasea ini, maka produksi minyak kulit berkurang dan akan mengurangi jerawat.
3. Efek Vitamin C terhadap jerawat
Salah satu kegunaan Vitamin C adalah dalam pembentukan kolagen. Kolagen diproduksi
oleh ribosom khusus dalam sel-sel tertentu, yang kemudian diekspor dari sel tersebut untuk
membentuk jaringan kolagen. Selama proses pembentukan kolagen, tubuh harus
memproduksi hydroxylproline dari asam amino prolin, dan Vitamin C sangat penting untuk
reaksi ini. Tanpa vitamin C, kolagen tidak dapat diproduksi.
Pada kulit, vitamin C dengan daya antioksidannya berperan dalam proses peremajaan
kulit serta pencegahan penuaan dini akibat serangan radikal bebas dan paparan sinar matahari
yang dapat menimbulkan gangguan-gangguan pada kulit. ada manusia, sumber eksogen asam
askorbat diperlukan untuk pembentukan kolagen dan perbaikan jaringan. Kerja Asam
Askorbat (Vitamin C) sebagai kofaktor dalam pembentukan pos translasi 4-hidroksiprolin di
urutan -Xaa-Pro-Gly- dalam kolagen dan protein lainnya.
4. Mekanisme pendinginan/kompres es pada jerawat
Pendinginan bekerja dengan mengerutkan pembuluh darah dan mengurangi pasokan
darah. Dengan kurangnya pasokan darah, maka akan terdapat sediikit makanan bagi bakteri
jerawat Propionibacterium untuk dicerna. Hal ini akan menyebabkan proses inflamasi akan
tertahan selama waktu tertentu. Proses pendinginan tidak hanya akan menenangkan, namun
juga bisa menyebabkan jerawat hilang secara bersaamaan.
5. Proses Inflamasi pada jerawat, luka teriris dan benturan.
a. Jerawat
Radang pada jerawat terjadi akibat folikel yang ada di dalam dermis mengembang
karena berisi lemak padat kemudian pecah sehingga menyebabkan serbuan sel darah
putih ke area folikel sebasea sehingga terjadi reaksi radang.
P.acnes juga berkontribusi dalam proses peradangan melalui aktivasi berbagai
factor kemotaktik, diawali dengan pecahnya komedo tersebut. P. acnes menguraikan
polipeptida dengan berat molekul rendah yang mungkin berdifusi melalui epitel folikular
keratin abnormal dari folikel sebaceous, selanjutnya menarik leukosit polimorfonuklear
kesaluran folikel. P.acnes kemudian dicerna oleh neutrophil, dan enzim hidrolitik yang
diduga memengaruhi dinding folikel pecah. Peristiwa ini memungkinkan isi sel-sel
folikel keluar menuju dermis dan menghasilkan peradangan. Peradangan juga
ditimbulkan secara bersamaan oleh kerja enzim hidrolitik neutrofilik, enzim yang bekerja
pada P.acnes, sebum, dan benda asing dari lingkungan.
Kombinasi dari keratin, sebum, dan mikroorganisme terutama P.acnes mengarah
kepelepasan mediator proinflamasi dan akumulasi dari T-helper limfosit, neutrophil dan
sel raksasa dari benda asing. Selanjutnya menyebabkan pembentukan papul inflamasi,
pastul dan lesi nodulocystic.
b. Luka Teriris
Jaringan yang mengalami kerusakan menyebabkan disrupsi pembuluh darah dan
ekstravasasi darah ketempat luka. Darah yang membeku sebagai hasil hemostasis
dipergunakan untuk migrasi sel matriks ekstraseluler. Platelet tidak hanya memfasilitasi
formasi proses hemostasis, namun jugs mensekresikan beberapa mediator kesembuhan
luka seperti PDGF (Platelet Derived Growth factor), yang mengaktivasi makrofag dan
fibroblas. Dalam keadaan tidak ada hemoragi, platelet tidak akan bermanfaat terhadap
kesembuhan luka. Berbagai vasoaktif mediator dan kemotaktik faktor yang dihasilkan
melalui proses koagulasi dan jalur faktor kemotaksis dan sel parenkim aktif atau luka.
Substansi ini akan menarik leukosit pada daerah luka (Singer dan Clarck, 1999).
Infiltrasi neutrofil akan membersihkan daerah luka terhadap adanya partikel asing
dan bakteri kemudian dihancurkan oleh proses fagositosis makrofag. Sebagai respon
terhadap kemoatraktan spesifik (protein matriks ekstraseluler, Transforming growth
factor β, dan monocyte chemoattracttant-1), monosit juga menginfiltrasi tepi luka
kemudian menjadi makrofag aktif yang mengeluarkan growth factor seperti PDGF dan
VEGF (vascular endothelial growth factor) yang menginisiasi formasi jaringan granulasi.
Makrofag berikatan dengan protein spesifik dari matriks ekatraseluler melalui reseptor
integrin, yang selanjutnya akan menstimulasi fagositosis mikroorganisme dan fragmen
dari matriks ekstraseluler. Sitokin Iainnya seperti : transforming Growth factor,
transforming growth factor β, lnterleukin-1 dan Insulin-like growth factor 1 juga
diekspresikan oleh monosit. Monocyte dan Makrophag derived growth factor selalu
diperlukan untuk inisisasi dan propagasi formasi jaringan Baru di daerah Iuka
Reepitelialisasi dimulai dalam beberapa jam setelah luka. Sel epidermis kulit akan
mengeluarkan jendalan darah dan stroma yang rusak dari permukaan luka. Pada waktu
yang sama, sel akan berubah termasuk retraksi tenofilamen intraseluler; terputusnya
kebanyakan desmosoma interseluler yang memungkinkan adanya hubungan antar sel;
dan formasi filamen aktin sitoplasma perifer yang menyebabkan sel-sel bergerak.
Selanjutnya sel-sel epidermis dan dermis akan lepas, disebabkan terputusnya hubungan
hemidesmosomal dengan membrana basalis, yang memungkinkan sel epidermis dapat
bergerak ke lateral.
Ekspresi reseptor integrin pada sel epidermis memungkinkan untuk berinteraksi
dengan berbagai protein matriks ekstraseluler (fibronektin dan vitronektin) yang akan
berselang seling dengan kolagen stromal tipe-1 pada tepi luka dan menjalin dengan
jendalan fibrin pada ruang luka. Migrasi epidermis akan memotong luka, memisahkan
dan mengeringkan keropeng dari jaringan hidup. Degradasi matriks ekstraseluler, yang
dibutuhkan jika sel epidermis bermigrasi antara kolagen dermis dan fibrin keropeng
tergantung pada produksi kolagenase oleh sel epidermis sebagaimana aktivasi plasmin
oleh aktivator plasminogen yang diproduksi oleh sel epidermis. Aktivator epidermis juga
mengaktifkan kolagenase (matriks metalloproteinase-1) dan memfasilitasi degradasi
kolagen dan protein matriks ekstraseluler. Satu sampai dua hari setelah luka, sel
epidermis tepi luka mulai berproliferasi. Stimulus migrasi dan proliferasi sel epidermis
selama reepitelialisasi mungkin berkaitan dengan tidak adanya sel tetangga pada tepi luka
(the free edge effect) yang memberi sinyal untuk bermigrasi dan berproliferasi. Keluarnya
growth factor lokal dan meningkatnya ekspresi reseptor growth factor kemungkinan juga
akan menstimulasi proses ini. Menyebabkan persaingan termasuk epidermal growth
factor, transforming growth factor dan keratinocyte growth factor. Seperti
reepitelialisasi yang terjadi , protein membran basalis muncul kembali dengan rangkaian
yang urut dari tepi luka kearah dalam. Sel-sel epidermis kembali ke fenotipenya, sekali
lagi berada pada membrana basalis dan dermis.
c. Benturan
Terjadinya luka memar biasanya diawali oleh adanya suatu benturan / kekerasan
dengan energi yang cukup untuk mengganggu permeabilitas sel-sel pembuluh darah
sehingga terjadi pembengkakan di sekitar daerah tubuh yang terkena benturan.
Pembengkakan ini ditimbulkan oleh pengiriman cairan dan sel-sel sirkulasi darah ke
jaringan-jaringan interstsial.Mula-mula pembengkakan timbul warna merah kebiruan lalu
warnanya berubah menjadi biru kehitaman pada hari ke-1 sampai hari ke-3.Setelah itu
warnanya berubah menjadi biru kehijauan kemudian coklat.Warna menghilang pada
minggu pertama sampai minggu ke-4.(Dr. C K Giam dan Dr. K C Teh, 1993 : 109).
6. Efek penggunaan steroid pada jerawat
Steroids bisa memicu pertumbuhan jerawat karena beragam faktor, terutama
faktor jenis steroids dan dosis yang dipakai. Kelenjar sebaceous pada kulit sangat sensitif
terhadap Dihydrotestosterone (DHT), yaitu sebuah androgen yang diproduksi alami oleh
tubuh dari bahan baku testosterone dengan bantuan enzim 5-Alpha Reductase.
Peningkatan aktifitas kelenjar tadi akan menambah jumlah cairan minyak pada
permukaan kulit yang kemudian bereaksi dengan bakteri dan kulit mati yang ada
dipermukaan kulit, berujung pada penyumbatan saluran kelenjar kulit dan berakhir
dengan jerawat. Semua ini bisa dicegah dengan membatasi jenis steroids yang dipakai,
rajin membersihkan kulit, atau memakai salep anti androgen. (1. Am J Clin Dermatol.
2002;3(8):571-8. 2. Clin Dermatol. 2004 Sep-Oct;22(5):419-28. 3. Pol Merkuriusz Lek.
2004 May; 16(95):490-2.)
Obat kortikosteroid menurut aturannya hanya dapat diperoleh dengan resep
dokter, kecuali yang berbentuk salep. Jika Anda mendapat resep dokter yang berisi
kortikosteroid, pastikan Anda mengetahui informasi-informasi yang diperlukan tentang
obat ini dan gunakan sesuai dengan petunjuk dokter. Pada penggunaan jangka panjang
pada penyakit kronis yang diterapi dengan kortikosteroid, penggunaan obat tidak boleh
dihentikan secara mendadak karena akan mengganggu adaptasi tubuh. Penghentian harus
perlahan-lahan dengan dosis yang makin lama makin berkurang. Karena selama
penggunaan kortikosteroid dari luar, produksi hormon ini secara alami dari tubuh akan
terhenti, maka jika penggunaan dari luar tiba-tiba dihentikan, tubuh akan kekurangan
hormon ini secara normal dan akan terjadi reaksi-reaksi yang tidak diinginkan.
7. Pembawa peredam inflamasi jerawat
Untuk meredam inflamasi maka digunakan sediaan yang bersifat mendinginnkan.
Sediaan yang mendinginkan pasti mengandung kandungan air yang lebih banyak dari
sediaan yang lain. Makanya digunakan sediaan dalam bentuk gel dalam system hydrogel
yang mengandung 85-95% air. Bahan pembentuk gel umumnya merupakan senyawa
polimer seperti carbopol, NaCMC, non ionic ester selulosa. Setelah penggunaan, sediaan
hydrogel menunjukkan efek pendinginan melalui penguapan pelarut. Untuk menghindari
terjadinya kerak/lapisan film tipis pada permukaan kulit maka pada formula ditambahkan
humektan. Misalnya gliserol /gliserin. Gliserin memungkinkan pori-pori untuk bernapas,
mengunci kelembaban alami dan mencegah penyumbatan. Oleh karena itu, salah satu
penyebab utama jerawat adalah pori-pori tersumbat. Ia bekerja dari luar dengan mengisi
celah-celah kecil dan rongga pada permukaan kulit untuk membuat tampilan lebih sehat
dan halus. Di antara sifat-sifat lainnya, gliserin bisa melawan infeksi jamur, infeksi
bakteri dan gangguan kulit seperti eksim dan psoriasis