tugas teori pembangunan

Upload: noorpuspito

Post on 01-Mar-2016

44 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

resume teori-teori pembangunan yang ada, ditinjau dari segi konteks atau latar belakang yang membuatnya muncul dan isi atau kedalaman substansi yang dibawanya.

TRANSCRIPT

  • MATA KULIAH TEORI-TEORI PEMBANGUNAN (SP6111)

    TUGAS 1. 3 TEORI PEMBANGUNAN

    KELOMPOK 6 FAISAL AWANG GUGUM MUKDAS SUDARJAH LINDA EVANS NURUL PUSPITA SYARIF HIDAYATULLAH SANTIUS ZULQADRI ANSAR

    (24012049) (24012059) (24012022) (24012019) (24012004) (25411003)

    PROGRAM MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN, DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN

    INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2012

  • I. PENDAHULUAN

    Konsep pembangunan muncul seiring dengan kemunculan kehidupan bermasyarakat. Sejak zaman nabi-nabi maupun raja-raja, konsep pembangunan telah digunakan untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakatnya. Para nabi maupun raja telah mengembangkan konsep untuk menata kehidupan masyarakatnya mulai dari segi sosial, ekonomi, hingga politik. Dengan demikian, suatu kondisi kehidupan masyarakat yang madani dapat terwujud.

    Dalam perkembangannya, konsep pembangunan tidak lagi hanya diciptakan oleh seorang pemimpin/ pemuka suatu masyarakat untuk mewujudkan tatanan kehidupan masyarakatnya yang ideal. Selanjutnya, sekelompok orang (bagian kecil) dalam masyarakat pun dapat mengembangkan konsep yang dapat mempengaruhi tatanan kehidupan masyarakat yang lebih luas. Perubahan konsep pembangunan tersebut mulai terjadi pada era kelahiran kapitalisme.

    Sejak kelahiran kapitalisme lebih kurang tiga abad lalu, konsep pembangunan yang berkembang di dunia kemudian seakan terbelah menjadi dua, yaitu konsep yang pro atau kontra terhadap kapitalisme. Akibatnya, isu kapitalisme masih terus saja mewarnai teori-teori pembangunan yang berkembang sesudahnya. Teori modernisasi, teori dependensi, dan teori sistem dunia merupakan teori-teori pembangunan yang muncul jauh sesudah kelahiran kapitalisme tepatnya pasca perang dunia kedua, tetapi ketiga teori tersebut tidak bisa terlepas dari persoalan kapitalisme.

    II. 3 TEORI PEMBANGUNAN

    Dalam wwwbutonutara.blogspot.com tersirat bahwa antara teori modernisasi, teori dependensi, dan teori sistem dunia memang berpangkal pada persoalan kapitalisme. Teori modernisasi mempunyai motivasi untuk mengubah cara produksi masyarakat berkembang, dari pra kapitalis menjadi kapitalis. Teori dependensi yang bertolak dari analisis Marxis, mengangkat kritik terhadap kapitalisme dari skala pabrik (majikan dan buruh) ke tingkat antar negara (sentral dan pinggiran) dengan penekanan utama pada eksploitasi. Teori sistem dunia, yang didasari teori dependensi, menganalisis persoalan kapitalisme dengan satuan analisis dunia sebagai hanya satu sistem, yaitu sistem ekonomi kapitalis.

    A. Teori Modernisasi

    1. Context

    Teori Modernisasi lahir dalam bentuknya yang sekarang ini, paling tidak menurut tokoh-tokoh Amerika Serikat, sebagai produk sejarahtiga peristiwa penting dunia setelah masa perang dunia II. Pertama, munculnya Amerika Serikat sebagai kekuatan dominan dunia. Sekalipun Negara-negara barat lainnya, seperti Inggris, Perancis, dan Jerman semakin melemah setelah perang dunia II, AS justru emenjadi pemimpin dunia sejak pelaksanaan Maeshall Plan yang diperlukan untuk membangun kembali Eropa Barat akibat Perang

  • Dunia II. Pada tahun 1950 secara Praktis AS mengambil peran sebagai pengendali percaturan dunia.

    Kedua, pada saat yang hamper bersamaan, terjadi perluasan gerakan komunis sedunia. Uni Soviert mampu memperluas pengaruh politiknya tidak saja sampai di Eropa Timur, tetapi juga sampai di Asia, antara lain Cina dan Korea. Ini secara tidak langsung mendorong AS untuk berusaha memperluas pengaruh politiknya pada belahan dunia lain, selain Eropa Barat, sebagai salah satu upaya pembendugnan penyebaran ideology Komunisme.

    Ketiga, lahirnya Negara-negara merdeka baru di Asia, Afrika, dan Amerika Latin, yang sebelumnya merupakan daerah jajahan Negara-negara Eropa. Negara-negara baru ini secara merempak mencari model-model pembangunan yang hendak digunakan secara serempak mencari model-model pembangunan yang hendak digunakan sebagai contoh untuk membangun ekonominya dan dalam usaha untuk mempercepat pencapaian kemerdekaan politiknya. Dalam situasi dunia seperti wajar jika elit politik AS memberikan dorongan dan fasilitas bagi ilmuwan sosialnya untuk mempelajari permasalahan Dunia Ketiga. Kebijaksanaan ini diperlukan sebagai langkah pendahuluan untuk membantu membangun ekonomi dan kestabilan politik dunia ketiga dalam rangka menghindari kemungkinan terpengaruh dan atau jatuhnya Negara yang baru merdeka tersebut ke pangkuan Uni Soviet.

    Jika pada masa sebelum perang dunia II, persoalan pembangunan Negara Dunia Ketiga hanya sedikit sekali mendapat perhatian para Ilmuwan AS, namun keadaan yang sebaliknya terjadi setelah Perang Dunia II. Dengan bantuan dari pemerintah AS dan organisasi swasta, satu generasi baru ilmuwan politik, ekonomi, dan para ahli sosiologi, psikologi, antropologi, serta ahli kependudukan menghadilkan karya-karya disertai monograf tentang dunia ketiga. Satu aliran pemikiran antar disiplin yang tergabung dalam ajaran modernisasi sedang terbentuk pada tahun 1950-an tersebut. Karya kajian teori modernisasi merupakan industry yang tumbuh segar sampai pertengahan 1960-an.

    Oleh karena itu, tidak berlebihan jika karya kajian dari teori modernisasi dikategorikan sebagai satu aliran pemikiran (a school of thought) tersendiri. Terlebih lagi, ditopang oleh kenyataan bahwa para peneliti dan penganut aliran pemikiran ini sepertinya telah membentuk satu energy besar gerakan social, memiliki dana dan sumber daya sendiri yang kuat, mempunyai hubungan yang mempribadi bagi para pendukungnya, dan mampu menerbitkan jurnal ilmiah dazn seri publikasi secara rutin seta mempunyai tanggung jawab dan rasa misi bersama. Sebagai conto misalnya dewan peneliti ilmu-ilmu social, dengan dana yang lebih dari sekedar cukup, membiayai komite kajian perbandingan politik untk dengan cepat membentuk dan melaksanakan seminar dan penelitian dan menerbitkan hasil kajiannya melalui badan penerbitan Universitas Princeton. Hasil program ini Nampak terlihat pada kajian tentang media komunikasi, birokrasi, pendidikan kebudayaan politik, partaipolitik dan krisis modernisasi Negara dunia ketiga. Majalah dengan nama economic development and cultutal change yang merupakan jurnal khusus untuk menerbitkan hasil kajian aliran pemikiran modernisasi yang diterbitkan secara berkala.

  • Teori modernisasi yang lahir sekitar tahun 1950-an itu di Amerika Serikat merupakan wujud respon kaum intelektual Barat atas kondisi dunia yang terjadi setelah Perang Dunia II. Lahirnya negara-negara merdeka baru bekas jajahan Eropa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin pasca Perang Dunia II merupakan pemicu lahirnya teori ini. Negara-negara baru itu, yang oleh negara Barat disebut sebagai Dunia Ketiga, adalah sasaran utama dari negara Barat untuk penyebarluasan ideologinya (kapitalis) melawan popularitas ideologi Uni Soviet (sosialis). Teori modernisasi dikembangkan oleh negara Barat dengan memanfaatkan situasi dan kondisi yang dialami oleh Dunia Ketiga waktu itu. Dunia Ketiga pasca Perang Dunia II umumnya berada dalam kondisi miskin, rentan, serta penuh dengan persoalan akibat penjajahan. Kondisi tersebut lah yang menjadi jalan bagi negara Barat untuk mendekati Dunia Ketiga. Negara Barat pun gencar menciptakan konsep pembangunan bagi Dunia Ketiga dengan harapan ekonomi dan kestabilan politik Dunia Ketiga dapat terkendali. Dengan demikian, Dunia Ketiga menjadi lebih dekat dengan (dalam kekuasaan) negara Barat dan tidak akan mudah jatuh ke tangan Uni Soviet.

    Beberapa intelektual Barat, mulai dari ekonom, sosiolog, psikolog, hingga politikus gencar mengembangkan ide-ide yang dimaksudkan untuk menolong Dunia Ketiga dapat keluar dengan mudah dan cepat dari kondisi yang dialaminya waktu itu. Beberapa tokoh pemikir dari kaum intelektual Barat yang berkontibusi terhadap perkembangan teori modernisasi, yaitu: W.W. Rostow, Harrod-Domar, David McClelland, Bert F. Hoselitz, serta Alex Inkeles dan David H. Smith.

    1. W.W. Rostow: Lima Tahap Pembangunan.

    Walt Whitman Rostow (7 Oktober 1916 13 Februari 2003) lahir di New York City dari keluarga imigran Rusia Yahudi. Pada masa pemerintahan Presiden Lyndon B Johnson di Amerika Serikat, Walt Whitman Rostow adalah seorang ahli ekonomi dan politikus Amerika Serikat yang bekerja pada National Security Advisor. Ia berperan penting dalam pembentukan kebijakan Amerika Serikat di Asia Tenggara. Selama tahun 1960-an, dia adalah seorang gigih melawan faham komunis. Rostow juga dikenal sebagai penganut sistem kapitalisme dan pasar bebas yang sangat bertolakbelakang dengan faham komunis. Ia juga mendukung intervensi militer Amerika Serikat dalam Perang Vietnam sebagai usaha Amerika membendung penyebaran faham komunis di Asia Tenggara.

    Rostow mengembangkan teori tahapan pembangunan. Teori ini menjelaskan bahwa modernisasi merupakan proses bertahap, di mana masyarakat akan berkembang dari masyarakat tradisional dan berakhir pada tahap masyarakat dengan konsumsi tinggi. Pada masa tradisional hanya mengalami sedikit perubahan sosial, atau mengalami kemandegan sama sekali. Kemudian berlahan-lahan Negara mengalami perubahan dengan adanya kaum usahawan, perluasan pasar, pembangunan industri. Perubahan ini adalah prakondisi untuk mencapai tahap selanjutnya yaitu tahap lepas landas.

  • Bagi Rostow pembangunan merupakan proses yang bergerak dalam sebuah garis lurus (linear stages of growth models), yaitu dari masyarakat yang terbelakang ke masyarakat yang maju. Lima tahap pembangunan menurut Rostow, meliputi: Masyarakat tradisional (the traditional society)

    Masyarakat masih dikuasai oleh kepercayaan-kepercayaan tentang kekuatan di luar kekuasaan manusia. Manusia tunduk kepada alam dan belum bisa menguasai alam. Produksi masih sangat terbatas, begitu juga sifat masyarakatnya sangat statis, dalam arti kemajuan berjalan dengan sangat lambat.

    Prakondisi untuk lepas landas (the preconditions for take off) Masyarakat tradisional, meskipun sangat lambat, terus bergerak pada satu titik, dan mencapai prakondisi untuk lepas landas. Biasanya keadaan ini terjadi karena adanya campur tangan dari luar, yaitu masyarakat yang sudah lebih maju. Segala usaha untuk meningkatkan produksi mulai bergerak dalam periode ini.

    Lepas landas (the take off) Periode ini ditandai dengan tersingkirnya hambatan-hambatan yang menghalangi proses pertumbuhan ekonomi.

    Bergerak ke kedewasaan (the drive to maturity) Setelah lepas landas akan terjadi proses kemajuan yang terus bergerak ke depan, meskipun terkadang terjadi pasang surut. Industri berkembang sangat pesat. Negara memantapkan posisinya dalam perekonomian global, barang yang duunya diimpor sudah mulai diproduksi sendiri.

    Era konsumsi massal yang tinggi (the age of high mass-consumption) Karena kenaikan pendapatan masyarakat, konsumsi tidak lagi terbatas pada kebutuhan pokok untuk hidup, tetapi meningkat ke kebutuhan lain yang lebih tinggi. Pada titik ini, pembangunan sudah merupakan sebuah proses yang berkesinambungan, yang bisa menopang kemajuan secara terus menerus.

    2. Harrod-Domar: Tabungan dan Investasi

    Dalam teori ini disebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh tingginya tabungan dan investasi. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa masalah pembangunan pada dasarnya merupakan masalah menambahkan investasi modal. Masalah keterbelakangan adalah masalah kekurangan modal. Berdasarkan teori ini, para ahli ekonomi pembangunan negara-negara Dunia Ketiga untuk memecahkan persoalan keterbelakangannya adalah dengan mencari tambahan modal, baik dari dalam negeri (dengan mengusahakan peningkatan tabungan dalam negeri), maupun luar negeri (melalui penanaman modal dan utang luar negeri).

    3. David McClelland: Dorongan Berprestasi atau n-Ach.

    Dalam teori ini, McClelland menjelaskan bahwa untuk mmbuat suatu pekerjaan dapat berhasil, yang paling penting adalah sikap terhadap pekerjaan tersebut. Konsep

  • dalam teori McClelland adalah the need for achievement, kebutuhan atau dorongan berprestasi, yang kemudian disingkat dengan simbol n-Ach. Dalam konsep n-Ach, dorongan untuk berprestasi tidak sekedar untuk meraih imbalan material yang besar. Ada kepuasan batin tersendiri kalau dia berhasil menyelesaikan pekerjaannya dengan sempurna. Imbalan material menjadi faktor sekunder. McClelland mengatakan bahwa apabila dalam sebuah masyarakat ada banyak yang memiliki n-Ach yang tinggi, dapat diharapkan masyarakat tersebut akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Menurutnya, tempat yang paling baik untuk menumbuhkan n-Ach adalah di dalam keluarga melalui oang tua.

    4. Bert F. Hoselitz: Faktor-faktor Non Ekonomi.

    Faktor ekonomi yang disebut Hoselitz sebagai kondisi faktor lingkungan, yang dianggap penting dalam proses pembangunan. Bagi Hoselitz, pembangunan membutuhkan pemasokan dari beberapa unsur:

    Pemasokan modal besar dan perbankan

    Hoselitz menyebutkan bahwa lembaga perbankan lah yang efektif menggerakkan tabungan masyarakat dan menyalurkannya ke kegiatan-kegiatan yang produktif.

    Pemasokan tenaga ahli dan terampil

    Tenaga yang dimaksud adalah tenaga kewiraswastaan, adimnistrator profesional, insinyur, ahli ilmu pengetahuan, dan tenaga manajerial yang tangguh. Titik berat Hoselitz adalah pada wiraswasta. Untuk memunculkan wiraswasta diperlukan kebudayaan tertentu, yakni kebudayaan yang beranggapan bahwa mencari kekayaan bukan merupakan hal yang buruk. Sealain itu, menurut Hoselitz, wiraswasta juga dapat muncul dari kaum minoritas atau marjinal yang mengalami proses anomali dan kemudian berusaha mengangkat harga diri dan status dengan mencari kekayaan. Mereka menjadi kelompok kaum borjuis yang kemudian menantang masyarakat yang lama.

    5. Alex Inkeles dan David H. Smith: Manusia Modern.

    Kedua ahli ini menekankan tentang pentingnya manusia sebagai komponen penting penopang pembangunan. Inkeles menyebutnya sebagai Manusia Modern. Ciri-ciri manusia modern, yaitu: keterbukaan terhadap pengalaman dan ide baru, berorientasi pada masa sekarang dan masa depan, punya kesanggupan merencanakan, percaya bahwa manusia bisa menguasai alam dan bukan sebaliknya, dan sebagainya. Dengan memberikan lingkungan yang tepat, setiap orang bisa diubah menjadi manusia modern setelah mencapai usia dewasa. Inkeles dan Smith berpendapat pendidikan adalah faktor yang paling efektif untuk mengubah manusia. Kemudian faktor lain yang menentukan yaitu faktor pengalaman kerja di lembaga kerja yang modern. (http://sosiallife.blogspot.com/2011/01/teori-modernisasi.html)

    Teori modernisasi memiliki asumsi dasar untuk mendukung hipotesisnya sebagai sebuah konsep pembangunan. Pertama, kemiskinan dipandang sebagai masalah internal dalam

  • sebuah negara. Kemiskinan dan masalah pembangunan adalah lebih sebagai akibat dari keterbelakangan dan kebodohan internal yang berada dalam sebuah negara, bukan dibawa oleh faktor dari luar negara. Kedua, muara segala masalah pembangunan adalah kemiskinan. Pembangunan berarti perang terhadap kemiskinan. Cara paling tepat untuk menghilangkan kemiskinan adalah ketersediaan modal untuk melakukan investasi.

    Teori modernisasi secara jelas menyatakan bahwa pembangunan Dunia Ketiga dapat dicapai dengan mengikuti proses pembangunan yang dilalui oleh negara maju (Barat). Salah satu faktor kunci adalah perlunya bantuan dari negara maju bagi Dunia Ketiga untuk membantu mereka mencapai kondisi yang lebih maju. 2. Content

    a) Nilai Kebebasan, di mana kebebasan individual maupun material menjadi motivasi yang dianut dalam setiap tindakan dalam teori modernisasi.

    b) Tolok ukur Pengurangan kemiskinan,

    Organisasi yang lebih teratur (mapan), yaitu kondisi yang lebih teratur, mapan dan modern, yang mengedepankan aspek efisiensi dan efektivitas. Kondisi dikatakan maju jika telah sampai pada status modern, yang meninggalkan pola-pola atau prinsip lama (yang dianggap ketinggalan zaman, tidak efisien dan efektif) ke arah pola kehidupan dan organisasional yang lebih praktis, terkini (sesuai perkembangan zaman), efisien, dan efektif

    c) Kepranataan Deterministik, yaitu sistem kepranataan telah ditentukan dan mempunyai urutan tahapan yang jelas serta sistematis sehingga pelaksana cenderung tinggal melaksanakan mekanisme yang telah dibuat tanpa perlu melakukan upaya kritisi atau penolakan

    d) Agen Kapital (modal), di mana modal, baik berupa modal investasi hingga teknologi merupakan alat (tools) atau sumber yang dipercaya dapat mempercepat terjadinya perubahan menuju kondisi yang lebih maju Organisasi, yaitu organisasi-organisasi formal, baik pemerintah maupun non pemerintah adalah agen yang dapat menggerakkan jalannya proses-proses perubahan. Lembaga-lembaga tersebut secara terorganisir bisa menjadi kepanjangan tangan dari pihak ketiga dalam melakukan transfer pengetahuan dari mereka kepada masyarakat yang dikelolanya.

    e) Strategi Benchmarking, di mana dilakukan kegiatan meniru oleh negara Dunia Ketiga terhadap terhadap konsep pembangunan negara Barat yang telah maju.

  • Industrialisasi, dianggap sebagai strategi yang jitu untuk memacu perubahan serta memaksa/ mendorong terjadi transfer teknologi, pengetahuan secara lebih cepat.

    Peralihan, di mana segala bentuk kegiatan peralihan (teknis maupun non teknis) ke arah yang lebih modern merupakan strategi yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan kemajuan

    B. Teori Dependensi

    1. Context

    Teori dependensi pertama kali muncul di Amerika Latin. Pada awal kelahirannya, teori ini lebih merupakan jawaban atas kegagalan program yang telah dijalankan oleh Komisi Ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Amerika Latin. (United Nation Economic Commission for Latin Amerika/ECLA) pada masa awal tahun 1960-an. Pada tahun 1950-an banyak pemerintahan di Amerika Latin, yang dikenal cukup populis, mencoba untuk menerapkan strategi pembangunan dari ECLA yang menitik beratkan pada proses industrialisasi melalui program industrialisasi subsitusi impor. Melalui proses ini diharapkan akan memberikan keberhasilan yang berkelanjutan untuk pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan hasil pembangunan, peningkatan kesejahtaraan rakyat, dan pada akhirnya akan memberikan suasana yang mendorong pembangunan politik yang lebih demokratis. Akan tetapi yang terjadi adalah sebaliknya, ekspansi ekonomi amat singkat, dan segera berubah menjadi stagnasi ekonomi. Disamping itu, lahirnya teori dependensi ini juga dipengaruhi dan merupakan jawaban atas krisis teori Marxis ortodoks di Amerika Latin. Menurut pandangan Marxis ortodoks, Amerika Latin harus mempunyai tahapan revolusi industri borjuis sebelum melampaui revolusi sosialis proletar. Namun demikian Revolusi Repuplik Rakyat Cina (RRC) tahun 1949 dan revolusi Kuba pada akhir tahun 1950-an mengajarkan pada kaum cendikiawan, bahwa negara dunia ketiga tidak harus mengikuti tahapan-tahapan perkembangan tersebut. Tertarik pada model pembanguan RRC dan Kuba, banyak intelektual radikal di Amerika Latin berpendapat, bahwa negara-negara Amerika Latin dapat saja langsung menuju dan berada pada tahapan revolusi sosialis. Teori dependensi yang lahir sebagai hasil revolusi intelektual pada pertengahan tahun 1960-an merupakan sebuah tantangan para ilmuwan Amerika Latin terhadap pandangan Barat mengenai pembangunan. Teori ini merupakan kritik terhadap teori modernisasi. Teori dependensi memandang bahwa teori modernisasi tidak mampu membangkitkan ekonomi di negara-negara Dunia Ketiga. Pengamatan yang dilakukan telah memberikan gambaran serta bukti empirik terhadap kegagalan modernisasi. Teori ini melihat ketidakseimbangan dalam hubungan antara negara Dunia Ketiga dengan negara maju. Teori dependensi memandang bahwa kemiskinan dan keterbelakangan yang terjadi di Dunia Ketiga bukan disebabkan oleh faktor internal di negara tersebut tetapi lebih banyak ditentukan oleh faktor eksternal dari luar negara Dunia Ketiga. Hambatan

  • pembangunan justru disebabkan oleh turut campurnya negara-negara maju, di mana dengan adanya bantuan dari negara maju dianggap akan menimbulkan ketergantungan dan masalah baru bagi negara Dunia Ketiga. Jika pembangunan ingin berhasil, mka ketergantungan harus diputus dan membiarkan negara Dunia Ketiga melakukan kegiatan pembangunannya secara mandiri.

    Teori modernisasi, klasik maupun temporer, melihat permasalahan pembangunan lebih banyak dan sudut kepentingan Amerika Serikat dan negara maju lainnya Sedangkan teori dependensi memiliki posisi yang sebaliknya. Teori ini lebih menitikberatkan pada persoalan keterbelakangan dan pembangunan negara Dunia Ketiga. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa teori dependensi mewakili "suara negara-negara pinggiran" untuk menantang hegemoni ekonomi, politik, budaya dan intelektual dari negara maju. Pendekatan dependensi pertama kali muneul di Amerika Latin. Pada awal kelahirannya, teori ini lebih merupakan jawaban atas kegagalan program yang dijalankan oleh Komisi Ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Amerika Latin (United Notion Eeonomie Eommissiorz for Latin Ameriea/EELAIKEPBBAL) pada masa awal tahun 1960-an.' Pada tahun 1950-an banyak pemerintahan di Amerika Latin, yang dikenal cukup "populis," mencoba untuk menerapkan strategi pembangunan dan KEPBBAL yang menitik-beratkan pada proses industrialisasi melalui program industrialisasi substitusi impor (ISO. Dan padanva diharapkan akan memberikan keberhasilan yang bertelanjutan untuk pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan hasil pembangunan, peningkatan kesejahteraari rakyat, dan pada akhirnya akan memberikan suasana yang mendorong pembangunan politik

    Yang lebih demokratis yang terjadi adalah sebaliknya. Ekspansi ekonomi amat singkat dan segera berubah menjadi stagnasi ekonomi. Pada masa awal 1960-an berbagi masalah ekonomi yang mendasar seperti pengangguran, inflasi, devaluasi, penurunan nilai tukar perdagangan, tampak kepermukaan. Dalam waktu yang tidak terlalu lama banyak pemerintahan Negara-negara di Amerika latin ini diharuskan untuk berhadapan dengan gerakan perlawanan rakyat. Yang segera terjadi adalah tumbangnya pemerintahan yang populis, dan lebih tragis lagi, diganti oleh pemerintahan otoriter dengan dukungan militer.

    Akibat lebih lanjut terlihat juga pada kekecewaan para kaum cendekiawan, yang sebelumnya telah menaruh harapan yang berlebihan pada Bans besar kebijaksanaan yang di rumuskan oleh KEPBBAL. Kepereayaan mereka terhadap program-program KEPBBAL elan teon modernisasi hi-tang. Bagi mereka, teon modernisasi telah membuktikan ketidakmampuannya untuk memenuhi janji-janji keberhasilan pembangunan ekonomi dan politik, dan lebih dan itu teori modernisasi juga telah membuktikan ketidakberhasilannya dalam menjelaskan munculnya stagnasi ekonomi, berkembangnya represi politik, dan melebarnya ketimpangan kaya dan miskin.

    Di samping itu, lahirnya teori dependensi juga dipengaruhi dan merupakan jawaban atas krisis teori Marxis ortodoks di Amerika Latin. Menurut pandangan Marxis ortodoks, Amerika Latin harus melalui tahapan revolusi industri "borjuis" sebelum melampaui revolusi sosialis proletar. Namun demikian Revolusi Republik Rakyat Cina (RRC) tahun

  • 1949 dan Revolusi Kuba pada akhir tahun 1950-an mengajarkan pada kaum cendekiawan, bahwa negara Dunia Ketiga tidak harus selalu mengikuti tahapan-tahapan perkembangan tersebut. Tertarik pada model pembangunan Republik Radikal Cina dan Kuba, banyak intelektual radikal di Amerika Latin berpendapat, bahwa negara-negara Amerika Latin dapat saja langsung menuju dan berada pada tahapan revolusi sosialis. Teori dependensi ini segera menyebar dengan cepat ke belahan Amerika Utara pada akhir tahun 1960-an. Andre Gunder Frank, yang kebetulan berada di Amerika Latin pada awal tahun 1960-an, adalah orang yang Paling, untuk tidak menyebut pertama, bertanggung jawab terhadap penyebaran awal teori ini pad masyarakat intelektual internasional Pada kenyataanya bahkan, di luar Amerika Latin, teori dependensi ini kurang lebih identifikasikan dengan Frank dan salah satu majalah ilmiah di Amerika Monthly Review, yang padanya Frank sering menulis

    Di. Amerika Serikat, Teori dependensi memperoleh sambutan hangat. ini terjadi karena kedatangannya hampir beraamaan waktuunya dengan lahirnya kelompok intelektual muda radikal, yang tumbuh dan berkemebang subur pada masa revolusi kampus di Amerika Serikat, akibat pengaruh kegiatan protes anti perang,gerakan kebebasan wanita, dan gerakan ghetto. Chirot menggambarkan kegagalan amerika di vietnam dan menyebarnya kerusuhan rasial pada tahun 1960-an yang dikuti oleh invlasi, kronis, devaluasi mata uang dollar amerika, dan perasaan kehilangan kepercayaan diri pada awal tahun 1970-an, menyebabkan hilangnya keyakinan, landasan moral teori moderenisasi.

    Suatu pendekatan baru yang menjungkir-balikkan aksioma-aksioma lama telah lahir dan menjadi populer dikalangan para ilmuwan sosial, ahli ilmu politik, dan pakar politikonomi (political-economics)Amerika yang merupakan model pembangunan kapitalisme dan yang sebelumnya dilihat secara positif sebagai contoh dan sumber inspirasi kemajuan ekonomis, politik dan kebudayaan dunia, kini dianggap secara sinis sebagai penindas dan agen utama penyebab kemiskinan pada sebagian besar negara-negara Dunia Ketiga. Imperialisme, bukan lagi keterbelakangan dan kurangnya modemisasi, muncul kembali sebagai musuh baru

    Secara ringkas, Teori dependensi, yang lahir dari suasana sejarah pada tahun 1960an. muncul sebagai paradigma baru untuk memberikan jawaban atas kegagalan program KEPBBAL, krisis teori Marsix ortodoks. dan menurunnya kepercayaan terhadap teori modernisasi di Amerika serikat.

    Beberapa tokoh yang sangat berperan dalam pengembangan teori dependensi, antara lain: Andre Gunder Frank, Theotonio Dos Santos, Raul Prebisch, dan Paul Baran.

    1. Andre Gunder Frank : pembangunan keterbelakangan

    Andre Gunder Frank lahir di Berlin Jerman 24 Februari 1929. Keluarganya melarikan diri ke Swiss ketika Adolf Hitler terpilih Kanselir. Frank menerima pendidikan di beberapa tempat di Swiss, di mana keluarganya menetap, sampai mereka beremigrasi ke Amerika Serikat pada tahun 1941. Pada tahun 1960, ia mengunjungi Kuba dan kemudian pergi ke Ghana dan Guinea. Dia menduduki

  • jabatan di Universitas Brasilia (1962-65) dan Otonomi Nasional University of Mexico, Mexico City (1965-1966), sebelum menjadi profesor sosiologi di University of Chile, Santiago (1968-1973). Chile adalah tanah air dari istri pertama Frank, Marta Fuentes, yang dinikahinya pada tahun 1962. Ide-idenya tentang pembangunan mulai muncul setelah Salvador Allende yang terpilih sebagai Presiden Chile pada tahun 1970, di mana dia banyak terlibat dalam reformasi di bawah pemerintahan Salvador Allende.

    Salah satu karya Andre Gundar Frank yang paling terkenal adalah Kapitalisme dan keterbelakangan di Amerika Latin yang diterbitkan pada tahun 1967. Isinya adalah salah satu teks formatif dalam teori ketergantungan sebagai cikal bakal lahirnya Teori Dependensi.

    Frank mengelompokkan negara-negara di dunia ini atas dua kelompok yaitu negara pusat dan negara pinggiran yang terbelakang. Berikut adalah beberapa asumsi dasar teori dependensi antara lain sebagai berikut:

    Keadaan ketergantungan dilihat dari satu gejala yang sangat umum, berlaku bagi seluruh negara pinggiran (dunia ketiga). Teori dependensi berusaha menggambarkan watak-watak umum keadaan ketergantungan di dunia ketiga sepanjang perkembangan kapitalisme dari Abad ke-16 sampai sekarang.

    Ketergantungan dilihat sebagai kondisi yang diakibatkan oleh faktor luar, sebab terpenting yang menghambat pembangunan karenanya tidak terletak pada persoalan kekurangan modal atau kekurangan tenaga dan semangat wiraswasta, melainkan terletak pada diluar jangkauan politik ekonomi dalam negeri suatu negara. Warisan sejarah kolonial dan pembagian kerja internasional yang timpang bertanggung jawab terhadap kemandekan pembangunan negara dunia ketiga.

    Permasalahan ketergantungan lebih dilihatnya sebagai masalah ekonomi, yang terjadi akibat mengalir surplus ekonomi dari negara dunia ketiga ke negara maju. Hal ini diperburuk lagi kerena negara dunia ketiga mengalami kemerosotan nilai tukar perdagangan relatifnya.

    Situasi ketergantungan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses polarisasi regional ekonomi global. Di satu pihak, mengalirnya surplus ekonomi dari dunia ketiga menyebabkan keterbalakangannya, satu faktor yang mendorong lajunya pembangunan dinegara maju.

    Keadaan ketergantungan dilihatnya sebagai suatu hal yang mutlak bertolak belakang dengan pembangunan. Bagi teori dependensi, pembangunan di negara pinggiran mustahil terlaksana. Sekalipun sedikit perkembangan dapat saja terjadi dinegara pinggiran ketika misalnya sedang terjadi depresi ekonomi dunia atau perang dunia. Teori dependensi berkeyakinan bahwa pembangunan yang otonom dan berkelanjutan hampir dapat dikatakan tidak mungkin dalam situasi yang terus menerus terjadi pemindahan surplus ekonomi ke negara maju.

  • Fokus hubungan ketergantungan dalam model Frank adalah bangsa-bangsa dan hubungan antar bangsa-bangsa. Ruang lingkup teori ini adalah sistem kapitalis dunia. Menuruf Frank hubungan-hubungan pusat-pinggiran ada dalam suatu sistem kapitalis dunia. Negara pusat memiliki kontrol monopolistik atas hubungan ekonomi dan perdagangan di negara pinggiran. Dominasi monopolistik dalam suatu pasar jelas merupakan sebuah posisi kekuasaan. Posisi kekuasaan ini memungkinkan negara pusat mengeruk surplus ekonomi dari negara pinggiran. Sebagai dampak dari dominasi tersebut, negara pinggiran tidak memiliki kemampuan untuk mengontrol pertumbuhan ekonomi sendiri, melainkan tetap tergantung pada negara pusat.

    Hubungan ketergantungan dalam teori ini bersifat asimetris yang ditunjukkan oleh hubungan antara pihak-pihak yang tidak seimbang. Hal ini disebabkan karena pembangunan-pembangunan negara pinggiran tergantung pada pembangunan negara pusat. Hubungan yang timpang ini juga disebabkan karena negara pusat memiliki kekuasaan atas jalannya pembangunan di negara pinggiran dan bukan sebaliknya. Kunci hubungan ketergantungan dengan demikian adalah kontrol. Akibatnya negara pusat akan semakin maju sedangkan negara pinggiran akan semakin tertinggal. Kegagalan ini disebabkan oleh adanya eksploitasi dan sistem ekonomi kapitalisme yang dilakukan oleh negara pusat.

    2. Raul Prebisch: Industri Substitusi Impor.

    Prebisch mengeluarkan karya yang dianggap sebagai karya pertama dari teori ketergantungan, yang kemudian dikenal sebagai manifesto ECLA. Dalam teori pmbagian kerja ecara internasional, seharusnya kedua belah negara (negara pusat dan negara pinggiran) saling beruntung dan sama-ama kaya. Namun kenyataannya, negara pusat denga industrinya bisa semakin kaya, tetapi negara piggiran dengan pertaniannya semakin terbelakang.

    Prebisch menunjuk pada penurunan nilai tukar dari komoditi prtanian terhadap komoditi barang industri. Barang industri semakin mahal dibandingkan barang pertanian, akibatnya terjadi defisit pada neraca perdagangan negara pertanian. Dan efisit ini semakin lama semakin besar. Dalam hal ini kemudian berlaku Hukum Engels, yang menyatakan bahwa pendapatan yang meningkat menyebabkan prosentasi konsumsi makanan terhadap pendapatan justru menurun. Pendapatan yang naik tidak akan menaikkan konsumsi untuk makanan, tetai justru menaikkan konsumsi untuk barang-barang industri.

    Karena sebab itulah, kemudian Prebisch menganjurkan supaya negara-negara pertanian melakukan industrialisasi untuk mengatasi keterbelakangannya, dimulai dengan industri substitusi impor. Dilakukan dengan memproduksi sendiri barang-barang yang diimpor oleh negara pertanian perlahan-lahan dengan mengambil kebijakan protekdi untuk menjaga kekuatan industri tersebut sampai dengan benar-benar menjadi industri yang mantap beru kemudian kebijakan proteksi tu dicabut.

    3. Paul Baran: Sentuhan Yang Mematikan dan Kretinisme.

    Dalam teorinya secara terang-terangan Baran menolak pendapat Marx yang mengatakan bahwa negara-negara kapitalis maju akan menularkan sistem

  • kapitalismenya ke negara-negara berkembang dan akan mengakibatkan kemajuan di negara-negara berkembang tersebut. Menurutnya, kapitalisme yang ditularkan oleh negara-negara maju adalah kapitalisme jenis lain, yaitu kapitalisme yang terkena penyakit kretinisme, tidak dapat berkembang dan terus saja kerdil. Bukan industrialisasi yang terjadi, tetapi dipertahankannya sektor pertanian.

    4. Theotonio Dos Santos: Struktur ketergantungan

    Menurut Dos santos Negara-negara satelit merupakan negara bayangan dari negara metropolis. Artinya ketika negara metropolis (induk) mengalami kemajuan maka negara satelit akan maju pula. Begitu juga sebaliknya ketika negara metropolis mengalami krisis maka negara satelit akan terkena dampaknya pula. Akan tetapi kemajuan dan atau kemiskinan tersebut bukanlah indikator pembangunan dinegara satelit, karena hal itu hanyalah refleksi dari negara metropolis saja. Bagaimanapun juga negara satelit tetap tenggelam dalam ketergantungan terhadap negara metropolis. Pandangan ini bertentangan dengan pendapat Frank, frank memandangan hubungan negara satelit dengan negara metropolis selalu bersifat parasitisme (negatif) atau merugikan negara satelit. Namun menurut Dos Santos hubungan tersebut tidak selamanya besifat negatif. Walaupun hanya sebagai refleksi Negara metropolis. Contoh konkritnya adalah negara negara persemakmuran Inggris yang selalu berkembang menjadi negara maju. (http://mahasiswa-belajar.blogspot.com/2011/12/teori-modernisasi-dan-teori.html)

    2. Content

    a) Nilai Kedaulatan, yaitu mengedepankan kemandirian (lokal) negara secara penuh, dengan tidak tergantung dan bebas dari kendali maupun tekanan dari negara lain (terutama negara yang lebih berkuasa). Mandiri dalam hal teknologi, perekonomian, dan tata kelola (organisasi) pemerintahan

    b) Tolok ukur Kemandirian lokal (ekonomi, sosial, dan politik), yaitu kedaulatan diukur melalui tingkat kemandirian lokal, yaitu negara mempunyai kebebasan untuk menentukan nasibnya sendiri. Negara mempunyai kebebasan penuh tanpa intervensi dari pihak asing untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya dan mengelola segala sumberdaya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan kesejahteraan bagi warganya.

    c) Kepranataan Sentralitas, yaitu peran negara yang masih sangat kuat dalam menentukan arah pembangunan negara. Semua aktor lainnya tunduk dan mengikuti aturan yang direncanakan oleh pemerintah (selaku wakil negara) dalam membangun

  • kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini dilakukan sekaligus untuk mempercepat mencapai serta memperkuat status kedaulatan yang diimpikan.

    d) Agen Pemerintah, di mana merupakan aktor utama yang dapat memutuskan menjadi sebuah negara yang berdaulat. Pemerintah pula yang memegang peran untuk mengembangkan konsep-konsep kedaulatan negara yang akan diterapkan.

    Pengusaha/ industri lokal, di mana pengusaha (penguasa modal) dan industriawan lokal mempunyai peran strategis untuk mendukung pelaksanaan proses menuju kemandirian lokal. Para pengusaha/ industriawan inilah yang dapat menggerakkan secara langsung sumberdaya dan kapital yang ada menjadi barang produksi. Merekalah yang secara langsung terjun menggerakkan sektor riil yang (seringkali) menjadi sumber penggerak perekonomian negara dan sekaligus menjadi kunci untuk membangun sebuah negara yang mandiri.

    e) Strategi Industrialisasi, yaitu melakukan kegiatan industrialisasi untuk menggerakkan sektor riil dan sebagai cara strategis untuk membangun kemandirin ekonomi negara

    Revolusi sosial, yaitu melakukan perubahan mendasar secara besar-besaran pada setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara untuk membangun kesadaran bersama agar menjadi negara yang mandiri dan berdaulat.

    C. Teori Sistem Dunia

    1. Context

    Setelah Amerika Serikat menjadi satah satu kekuatan dominan dunia, ilmu sosialnya mulai tertarik mempelajari persoalan pembangunan Negara Dunia ketiga. ini kemudian melahirkan ajaran modernisasi {the modernization school), yang mendominasi bidang kajian permasalahan pembangunan pada (mungkin lebih tepat dikatakan sebagai sejak) tahun I950-an.

    Namun demikian, kegagalan pelaksanaan program-prograrn modernisasi di Amerika Senkat pada tahun 1960-an telah membidani lahirnya teori neo Marxis dependensi. Ajaran ini memberikan kritiakn yang tajam pada ajaran modernisasi, bahkan tidak kurang ajaran ini mengatakan, bahwa teori modemisasi sebagai rasionalisasi imperialism. Dari Amerika Latin ajaran dependensi menyebar dan berkembang pesat di Amerka Serikat, antara lain karena waktu penyebarannya bertepatan dengan sentimen antiperang di kalangan mahasiswa di kampus-kampus.

    Sekalipun ajaran dependensi tidak mampu menghancurkan. Teori modernisasi dan dependensi sebagai ajaran yang tidak sah. Suasana perang dingin antara kedua perspek-

  • tif pembangunan yang bertentangan ini ternyata membawa akibat positif betupa lahirnya pemikiran kritis dan wawasan altetnatif yang muncul pada tahun 1970-an,

    Pada pertengahan pertama tahun 1970-an, setetah perdebatan dan perang antara kedua perspektf pembangunan tersebut sudah tidak lagi bersiffat emosional dan kurang berbau ideologis, lahir lahir ajaran baru sekelompok pemikir pembangunan yang di pimpin oleh Immanuel Walletsksun muncul dengan gagasan barunya yang radikal dengan menunjuk, bahwa banyak peristiwa sejarah dalam tata ekonomi kapitalis dunia (TEKD) ini yang menurut mereka tidak dapat dijelaskan oleh kedua perspektif pembangunan telah mapan tersebut secara memuaskan, khususnya oleh teori depedensi, baik yang klasik maupun yang temporer.

    Pertama Negara-negara di asia timur (Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Hongkong dan Singapura) terus mampu mencapai pertumbuhan ekonomi tinggi. Kenyataan ini menjadikan semakin sulit menggambarkn keajaiban ekonomi Negara-negara teresebut sebagai sekedar Hasil Kerja Imperialisme pembangunan yang bergantung, atau ketergantungan dinamis, karena Negara Industri di Asia Timur tersebut mulai memberikan tantangan nyata terhadap kekuatan ekonomi amerika serikat.

    Kedua, adanya krisis di berbagai negara sosialis. Perpecahan Republik Rakyat Cina dan Uni Soviet, kegagalan revolusi kebudayaan stagnasi ekonomi di berbagai negara sosialis, dan perkembangan perlahan, namun pasti, dari keterbukaan negara sosialis untuk menerima investasi modal asing (yang tentu saja bersifat kapilistik) menuju pada tanda awal bangkitnya Marxisme revolusioner dan revolusi Marxisme. Sudah banyak ilmuwan yang mulai memikirkan kembali, bahkan meragukan, bahwa kebijaksanaan pemutusan hubungan dan pengisolasian negara Dunia Ketiga dengan tata ekonomi-kapitalis dunia sebagai model pembangunan yang tepat.

    Ketiga, munculnya krisis di Amerika Serikat, Perang Vietnam, krisis Watergate, embargo minyak tahun 1975, inflasi dan stagnasi ekonomi Amerika akhir tahun 1970-an, kebijaksanaan perdagangan dan investasi produktif, defisit anggaran belanja pemerintah, defisit neraca pembayaran yang semakin melebar di tahun 1980-an, keseluruhannya merupakan tanda-tanda mulai robohnya hegemoni politik ekonomi Amerika Serikat. Lebih dari itu, juga terlihat adanya usaha Amerika Serikat yang terus-menerus dan nyata untuk melakukan restrulcturisasi hubungan aliansi antar Negara . Perkembangan terakhir untuk membangun aliansi antara Washington, dan Tokyo tidak dapat dipahami sama sekali jika digunakan kerangka pendekatan ideologis, khususnya dari garis kebijaksanaan Perang Dingin tahun 1950-an (amati juga tanggapan lunak pemerintah Amerika Serikat. terhadap kebrutalan pemerintah Republik Rakyat Cina dalam menanggapi tuntutan demokratisasi dan perubahan struktur politik pada tahun 1989). Dalam rangka untuk memikirkan ulang dan menganalisa persoalan-persoalan krisis yang muncul dalam tata ekonomi dunia pada dua decade terakhir ni, Wallerstein dan pengikutnya telah mengembangkan satu perspektif pembangunan baru, yang mereka sebut sebagai perspektif sistem duni unia (the world-system perspective), atau dapat juga disebut sebagai ajaran sistem ekonomi-kapitalis dunia (the world capitalist-economy school)

  • Mewujudnya ajaran ekonomi dunia ini berkaitan eras dengan pusat Fernand Braudel pada Uriiversitas Negeri New York di Binghamton yang secara khusus memberikan perhatian pada kajian ekonomi, sejarah dan peradaban..Pusat kajian ini secara berkala menerbitkan jurnal bernama review yang secara khusus menandaskanpenting dan unggulnta analisa ekonomi yang menggunakan jangakauan waktu historis panjang dan besaran global, analisa menyeluruh dan proses sejarah global, dan sifat (heuristic) setiap teori. Di samping itu, pusat kajian ini juga menerbitkan karya-karya lImiah yang masih belum tuntas benar (a working paper) dari para penelitinya, dan secara tahunan menerbitkan berita khusus tentang kegiatan yang dijalankan oleh lembago tersebut. Ajaran sistem ekonomi dunia ini juga mengadakan jamuan ilmiah setiap tahun dan menerbitk,an jamuan ilmiah tersebut berupa seri tahunan politik ekonomi system dunia. Menurut Chirot dan Hajl,l ajaran baru ini telah mampu merebut perhatian dan imigrasi generasi baru para sosiolog, dan menanamkan pengaruh yang dalam pada disiplin ilmu sosiologi. Pada persidangan baru yang secara khusus memberikan perhatian pada politik ekonomi prespektif sistem dunia telah dibentuk dan secara rutin ada di dalam pertemuan sosiolog se-Amerika Serikat (American Sociological Association) sejak tahun 1970-an. Lebih dari itu, sekalipun ajaran ini Lahir dari disiplin sosiologi (paling tidak karena pendidikan formal Immanuel Wallerstem adalah sosiologi), perspektif ini telah menyebar dan berkembang pesat pada disiplin lainnya, misalnya antropologi, sejarah, politik, perencanaan tata kota dan dalam batas-batas tertentu juga memberikan pengaruh pada disiplin kependudukan.

    Teori sistem dunia dikenalkan oleh Immanuel Wallerstein yang lahir pada tahun 1930 di New York. Dia masuk Universitas Columbia dan meraih gelar BS, MA and PhD di sana. Mentor utamanya adalah C. Wright Mills. Dari Mill tersebut, Wallerstein belajar soal sensitifitas historis, soal makrostruktur, dia menolak liberalisme dan, dalam beberapa hal, Marxisme.

    Untuk beberapa saat, Wallerstein pernah tinggal di Paris. Di sana dia dipengaruhi oleh dua arus intelektual utama, yaitu kelompok sejarahwan Annales dan gagasan politik radikal. Paris saat itu merupakan pusat radikalisme politik dan intelektual di antara masyarakat Afrika, Asia dan Amerika Latin, dan menjadi penantang utama empirisisme dan liberalisme Anglo-Amerika. Dalam penelitiannya di Afrika, Wallerstein bersentuhan dengan dunia ketiga, dan dia menulis disertasinya mengenai proses pembentukan nasionalisme di Afrika Barat.

    Karya Wallerstein berkembang ketika teori modernisasi dan pembangunan diserang habis-habisan. Sementara dia mengaku bertujuan menciptakan suatu penjelasan alternatif sebagai kritik terhadap teori-teori tersebut. Wallerstein sendiri bertujuan membangun perbedaan konseptual yang jelas dengan teori-teori modernisasi dan lalu memberikan paradigma teoritik yang baru untuk menginvestigasi muncul dan berkembangnya kapitalisme, industrialisme dan negara-negara nasional. Kritisismenya terhadap modernisasi meliputi: (1) reifikasi negara bangsa sebagai unit inti analisis, (2) asumsi bahwa semua negara hanya bisa mengikuti jalan perkembangan evolusioner yg tunggal, (3) mengesampingkan perkembangan sejarah dunia dari struktur transnasional yang membatasi perkembangan lokal dan nasional, (4) menjelaskan tipe-tipe ideal ahistoris

  • tentang tradisi versus modernitas, yang dielaborasi dan diterapkan dalam kasus-kasus nasional.

    Di dalam merespon teori modernisasi, Wallerstein menyusun agenda penelitian dengan 5 tema utama. (1) fungsi ekonomi-dunia kapitalis sebagai sebuah sistem, (2) bagaimana dan mengapa asal muasalnya, (3) bagaimana relasinya dengan struktur-struktur kapitalis pada abad-abad terdahulu, (4) kajian komparatif terhadap mode-mode produksi alternatif, dan (5) proses transisi menuju sosialisme.

    Isi Pemikiran Immanuel Wallerstein dalam Teori Sistem Dunia

    Teori sistem dunia tidak bisa dipisahkan dari pemikiran Andre Gunder Frank tentang teori ketergantungan (dependency theory). Implikasi dari dua model ini, yaitu perekonomian suatu negara dibentuk oleh posisi mereka dalam sistem dunia. Apakah negara tersebut di pusat sistem dan tata ekonomi dunia atau hanya di pinggirannya. Teori ini menjelaskan bahwa dalam suatu sistem sosial perlu dilihat bagian-bagian secara menyeluruh dan keberadaan negara-negara dalam dunia internasional tidak boleh dikaji secara tersendiri karena ia bukan satu sistem yang tertutup. Teori ini berkeyakinan bahwa tak ada negara yang dapat melepaskan diri dari ekonomi kapitalis yang mendunia. Wallerstein menyatakan sistem dunia modern adalah sistem ekonomi kapitalis.

    Menurut Wallerstein, dunia terlalu kompleks jika hanya dibagi atas 2 kutub (Negara pusat dan Negara pinggiran) karena pada kenyataannya terdapat Negara-negara yang tidak termasuk dalam dua kategori itu. Ada Negara yang tidak bisa digolongkan menjadi Negara pusat ataupun Negara pinggiran. Oleh karena itu Wallerstein membagi sistem dunia kapitalis dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu

    a. Negara core atau pusat, mengambil keuntungan yang paling banyak, karena kelompok ini dapat memanipulasikan sistem dunia sampai batas-batas tertentu

    b. Semi-peripheral atau setengah pinggiran mengambil keuntungan dari negara-negara pinggiran yang merupakan pihak yang paling dieksploitir

    c. Negara peripheral atau pinggiran.

    Menurut Wallerstein negara-negara dapat naik atau turun kelas, misalanya dari negara pusat menjadi negara setengah pinggiran dan kemudian menjadi negara pinggiran, dan sebaliknya. Naik dan turun kelasnya negara ini ditentukan oleh dinamika sistem dunia. Pernah suatu saat Inggris, Belanda, dan Perancis adalah negara pusat yang berperan dominan dalam sistem dunia, namun kemudian Amerika Serikat muncul menjadi negara terkuat (pusat) seiring hancurnya negara-negara Eropa dalam Perang Dunia II. Perubahan status negara pinggiran menuju negara semi pinggiran ditentukan oleh keberhasilan negara pinggiran melaksanakan salah satu atau kombinasi dari strategi pembangunan, yaitu strategi menangkap dan memanfaatkan peluang, strategi promosi dengan undangan dan strategi berdiri diatas kaki sendiri. Sedangkan upaya negara semi

  • pinggiran menuju negara sentral bergantung pada kemampuan negara semi pinggiran melakukan perluasan pasar serta introduksi teknologi modern termasuk juga kemampuan bersaing di pasar internasional melalui perang harga dan kualitas.

    Wallerstein merumuskan tiga strategi bagi terjadinya proses kenaikan kelas, yaitu: Kenaikan kelas terjadi dengan merebut kesempatan yang datang. Sebagai misal

    negara pinggiran tidak lagi dapat mengimpor barang-barang industri oleh karena mahal sedangkan komiditi primer mereka murah sekali, maka negara pinggiran mengambil tindakan yang berani untuk melakukan industrialisasi substitusi impor. Dengan ini ada kemungkinan negara dapat naik kelas dari negara pinggiran menjadi negara setengah pinggiran.

    Kenaikan kelas terjadi melalui undangan. Hal ini terjadi karena perusahaan-perusahaan industri raksasa di negara-negara pusat perlu melakukan ekspansi ke luar dan kemudian lahir apa yang disebut dengan MNC. Akibat dari perkembangan ini, maka muncullah industri-industri di negara-negara pinggiran yang diundang oleh oleh perusahaan-perusahaan MNC untuk bekerjasama. Melalui proses ini maka posisi negara pinggiran dapat meningkat menjadi setengah pinggiran.

    Kenaikan kelas terjadi karena negara menjalankan kebijakan untuk memandirikan negaranya. Sebagai misal saat ini dilakukan oleh Peru dan Chile yang dengan berani melepaskan dirinya dari eksploitasi negara-negara yang lebih maju dengan cara menasionalisasikan perusahaan-perusahaan asing.

    2. Content

    a) Nilai Kebebasan, adalah nilai yang dianggap dapat menjalankan persaingan bebas serta memacu kompetisi.

    b) Tolok ukur Kemampuan kompetisi, yaitu mengedepankan persaingan (kompetisi) seiring dengan adanya kondisi pengkelasan negara. Kompetisi menjadi suatu hal yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan diakui dalam percaturan pergaulan dunia yang terstratifikasi.

    Kekuatan ekonomi, di mana berarti negara mempunyai daya saing yang diukur dari kekuatan ekonomi. Kekuatan ekonomi sendiri bisa ditinjau dari tingkat pertumbuhan ekonomi maupun kekayaan sumberdaya yang dimiliki oleh suatu negara

    c) Kepranataan Pasar bebas, yaitu persaingan terbuka antar negara-negara. Setiap negara mempunyai kesempatan yang sama untuk memenangkan persaingan yang ada. Status suatu negara dalam persaingan pun tidak bersifat statis tetapi fleksibel karena memungkinkan terjadi naik/turun kelas sesuai dengan daya saing yang dipunyai sebuah negara.

  • d) Agen Kapital (modal), di mana kapital menjadi katalisator untuk penciptaan pertumbuhan ekonomi negara. Kekuatan ekonomi bisa dibentuk dengan adanya kapital yang mencukupi untuk kelangsungan pertumbuhan ekonomi negara.

    Sumberdaya, di mana sumberdaya menjadi sebuah keunggulan komparatif dari suatu negara. Keunggulan yang dapat digunakan sebagai alat untuk memenangkan persaingan

    e) Strategi Membangun konektivitas, yaitu membangun saling terhubung satu sama lain (terutama dalam bentuk jaringan) merupakan salah satu strategi untuk membangun kekuatan atau meningkatkan keunggulan kompetitif maupun komparatif dari suatu negara. Melalui konektivitas ini akan terjadi proses transfer pengetahuan yang sangat cepat dan tepat sehingga akan menjadi keuntungan bagi negara-negara yang mempunyai konektivitas yang luas.

    Membangun keunggulan, di mana kompetisi hanya bisa dimenangkan jika negara mempunyai keunggulan (kompetitif maupun komparatif). Oleh karenanya, membangun keunggulan adalah strategi yang perlu dilakukan agar negara senantiasa mempunyai daya saing dalam kehidupan yang berbasiskan pada sistem pasar bebas.

  • Tabel Perbandingan 3 Teori Pembangunan

    Teori Nilai Agen/Sumber Tolok Ukur Kepranataan Strategi Perubahan

    T. Modernisasi - kemajuan - homogenitas.

    - Investasi, - kapital/modal, - teknologi, - sistem

    politik/organisasi, - negara

    - pertumbuhan ekonomi,

    - kestabilan ekonomi, sosial, dan politik.

    - sistem stratifikasi - deterministik.

    - penguatan kapasitas internal,

    - proses peralihan (material maupun non material),

    - benchmarking.

    T. Dependensi - keadilan - kemandirian

    - pemerintah lokal, - industri

    - pertumbuhan ekonomi,

    - kemandirian lokalitas.

    - volunterisme, - otonom.

    - mengurangi keterkaitan negara pinggiran terhadap negara sentral

    - revolusi sosialis

    T. Sistem Dunia - fleksibilitas - adaptasi

    - sistem ekonomi global

    - kapital - sumber daya lokal

    - pertumbuhan ekonomi,

    - kemampuan kompetisi

    - Pasar bebas - Konektivitas

    - membangun konektivitas,

    - membangun keunggulan kompetitif dan kompetisi