tugas psikologi
TRANSCRIPT
4.2 Kesalahan-kesalahan dari penimbang
Pada subbab sebelumnya telah dibahas siapa saja yang mungkin dapat menjadi
penimbang. Namun ini tidak berarti bahwa semua penimbang dapat menilai secara obyektif.
Dapat kita ketahui bahwa pemikiran penimbang bukanlah tanpa cacat karena pemikiran
mereka dipengaruhi oleh pendapat mereka sendiri tentang orang lain. Pengaruh dapat
menghasilkan penyimpangan-penyimpangan antara penilaian yang benar dan seharusnya
diberikan kepada tenaga kerja.
Dari kesalahan-kesalahan penilaian yang dikemukakan oleh Siegel & Lane (1982), Loo
(1989) dapat disusun kesalahan-kesalahan penilaian sebagai berikut:
a.) Kesalahan konstan atau Kesalahan pendistribusian
Kesalahan kelembutan (leniency error). Penimbang terlalu murah dalam menilai
suatu pekerjaan dari tenaga kerja dengan memberikan penilaian yang tinggi
terhadap semua bawahannya.
Kesalahan kekerasan (strictness error). Penimbang terlalu keras dalam menilai
hasil dari tenaga kerjanya dengan memberikan penilaian yang rendah terhadap
semua bawahannya. Walaupun begitu ada kemungkinan bahwa cara ini
digunakan agar dapat meningkatkan kemampuan kerja dari bawahannya.
Kesalahan kecenderungan berpusat (central tendency). Penimbang cenderung
memberikan penilaian rata-rata pada bawahannya hal ini dapat terjadi karena
adanya keraguan dari penilai yang disebabkan kurangnya waktu dalam
mengamati pekerjaan dari bawahannya.
Walaupun begitu kejadian tersebut belum tentu merupakan sebuah kesalahan
karena ada kemungkinan bahwa hasil penilaian benar.
b.) Kesalahan faktor dominan
Dampak halo merupakan kesalahan yang sering terjadi dalam penimbangan
karya. Para penimbang memberikan penilaian berdasarkan kesan-kesan global.
Contoh: Jika karyawan rajin maka dia akan jujur. Loo (1989) membedakan
dampak halo dengan dampak tanduk. Kalau dampak halo kesalahan yang
bersifat menguntungkan pekerja sedangkan dampak tanduk dapat merugikan
pekerja karena dinilai buruk
Dampak kesan pertama. Penimbang menilai tenaga kerja berdasarkan kesan
pertamanya saja dan bukan karena unjuk kerjanya selama periode dia bekerja.
Dampak perilaku terakhir. Penimbang menilai tenaga kerja dari hasil kerja yang
dilakukan pada periode terakhir dia bekerja
Dampak hasil penimbangan lampau. Hasil penilaian yang lalu secara tidak adil
mempengaruhi hasil dari penimbangan yang sekarang. Hal ini dapat terjadi jika
penimbang kurang mengenal bawahannya namun harus memberikan penilaian.
c.) Kesalahan egosentrik (Kesalahan kesamaan)
Kesalahan kontras. Penimbang memberikan penilaian yang berbeda dari
kenyataan dari kemampuan bawahannya. Contoh: jika kemampuan tenaga kerja
baik akan di nilai buruk.
Kesalahan kesamaan. Penimbang memberikan penilaian yang baik hanya jika
memiliki kesamaan dengan persepsi penimbang.
d.) Kesalahan urutan
Penimbang memberikan penilaian dengan membandingkan para bawahannya.
Jika ada tiga pekerja dan salah satu diantaranya unggul maka dua yang lainnya
akan dinilai rendah.
4.3 Peningkatan Efektifitas Penimbang
Cascio menyarankan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan agar penimbangan karya
dapat dilakukan dengan adil dan cermat, dan hasil wawancara penimbangan dapat
meningkatkan unjuk kerja dari tenaga kerja. Ia menyarankan kegiatan bagi atasan yang
berkewajiban menilai bawahan mereka sebagai berikut:
Sebelum penimbangan agar:
1) Sering berkomunikasi dengan bawahan mengenai hasil kerja mereka.
Hal ini harus dilakukan dalam kegiatan sehari-hari selama periode
penimbangan karya.
2) Memperoleh pelatihan dalam wawancara penimbangan karya.
3) Merencanakan untung menggunakan ancangan pemecahan masalah dan
bukan ancangan “katakan dan jual”. Hal ini berarti atasan menyelesaikan
penilaian sendiri, memperlihatkan, dan menjelaskan hasilnya kepada
bawahan, mengatakan apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan
unjuk kerja dan menanyakan reaksi dari bawahan.
4) Mendorong dan menunjang bawahan dalam mempersiapkan diri untuk
wawancara penimbangan karya.
Selama wawancara penimbangan agar:
1) Mendorong dan menunjang peran serta bawahan. Karena dengan
memperhatikan gagasan dari bawahan dapat menimbulkan rasa puas
terhadap wawancara penimbangan
2) Menimbang unjuk kerja berdasarkan perilakunya bukan sifatnya.
3) Tetap bersikap khusus dan konkret bukan umum dan samar.
4) Menjadi pendengar yang aktif. Berarti ambil cukup waktu mendengar,
komunikasikan secara verbal dan non verbal bahwa anda benar-benar
mau membantu, padasaat bawahan mengemukakan pendapat jangan
memotongnya, perhatikan tanda-tanda yang berkaitan dengan kesetujuan
atau ketidak setujuan, ringkaskan apa yang telah dibicarakan dan
disetujui.
5) Tetapkan tujuan-tujuan yang telah disetujui bersama untuk perbaikan-
perbaikan dimasa mendatang.
Sesudah penimbangan karya agar:
1) Sering berkomunikasi dengan bawahan tentang unjuk kerjanya. Atasan
harus selalu memantau hal tersebut dalam pelaksanaan sehari-hari.
2) Menilai secara periodik kemajuan mereka dalam upaya mereka
mencapai tujuan.
3) Membuat ganjaran-ganjaran organisasi sesuai dengan unjuk kerja.
Seperti kenaikan gaji dan promosi.
5. Teknik-teknik penimbangan karya
Teknik-teknik penimbangan karya dapat digolongkan kedalam:
1) Teknik-teknik relatif
Dalam teknik penimbangan karya ini, para tenaga kerja yang ditimbang
dibandingkan dengan tenaga kerja lain atau saling dibandingkan. Teknik-teknik
ini menggunakan ukuran yang relatif yang termasuk dalam kelompok
penimbangan karya ini adalah (Robbins, 1982):
a. Pemeringkatan urutan kelompok
Penimbang pada teknik ini dituntut untuk menggolongkan tenaga kerja
kedalam golongan-golongan yang berbeda-beda (misalkan baik, sangat
baik). Distribusi tenaga kerja ke dalam golongan-golongan tersebut
disesuaikan dengan jumlah maksimal dari setiap golongan sesuai denga
ketetapan sebelumnya (sangat baik ditempati 10% dari total karyawan).
Kelebihan:
Mencegah timbulnya kesalahan konstan dalam penimbangan,
mencegah para penimbang untuk menilai para tenaga kerjanya dengan
penilaian yang sama.
Kekurangan:
Sulit dalam menilai tenaga kerja dalam jumlah sedikit misalkan 4
orang
Karena perbandingan adalah relatif, maka seseorang tenaga kerja yang
sebenarnya sedang-sedang saja dapat masuk ke dalam golongan sangat
baik karena ia yang terbaik dari kelompoknya.
b. Pemeringkatan perorangan
Penimbang berdasarkan penilaian secara umum, menetapkan urutan
tenaga kerja dari yang paling baik ke paling buruk dalam urutan
peringkat. Kelebihan dan kekurangan sama dengan pemeringkatan
urutan kelompok.
c. Pembandingan Berpasangan
Setiap tenaga kerja dibandingkan dengan setiap tenaga kerja lainnya dan
ditentukan apakah ia lebih baik, atau kurang dibandingkan dengan
pasangannya. Jumlah pasangan yang dibandingkan ialah [n x (n-1)] : 2
(n=jumlah tenaga kerja yang ditimbang). Untuk setiap tenaga kerja
dihitung berapa kali ia dipilih lebih baik daripada pasangannya, sehingga
akan diperoleh urutan pemeringkatan dari para tenaga kerjanya.
Misalnya kelompok karyawan bawahan yang harus dinilai berjumlah
enam. Setiap pasangan dibandingkan dapat dilihat dalam tabel berikut :
jumlah pasangan yang dibandingkan: n x (n -1) : 2 = 15 (gambar 2.2).
Sebagai hasil pembandingan pasangan urutannya menjadi sebagai
berikut: 1. Evi, 2. Fifi, 3. Ali, 4. Bob, 5. Cici dan Didi.
Gambar 2.2 Contoh Pembandingan Berpasangan
Kelebihan:
Sama dengan teknik relatif lainnya
Kelemahan:
Kalau jumlah tenaga kerja yang harus ditimbang besar sulit untuk
menggunakan teknik ini karena jumlah pasangannya sangat
banyak.
2) Teknik-teknik Absolut
Teknik-teknik penimbangan karya ini menggunakan standar absolut yang
berarti para tenaga kerja yang ditimbang tidak dibandingkan dengan tenaga
kerja yang lain. Teknik yang termasuk penimbangan karya ini antara lain ialah
(Robbins, 1982):
a. Penimbangan karangan
Teknik ini merupakan teknik yang paling sederhana yaitu penimbang
menulis suatu cerita mengenai kekuatan dan kelemahan tenaga kerja,
prestasi kerja yang lalu, potensi dan saran peningkatan.
Kelebihan:
Bentuknya sederhana
Kelemahan:
Karena tak berstruktur, maka hasil penilaian akan bervariasi dan
menyebabkan kesulitan dalam membandingkannya.
Penimbang memiliki kemampuan menulis Penimbangan karya
yang berbeda-beda sehingga akan menentukan hasil
penimbangan karyanya.
b. Penimbangan peristiwa genting
Pada teknik penimbangan ini penimbang tertuju pada suatu peristiwa
genting. Penimbang akan menuliskan kejadian dimana digambarkan
tentang apa yang dilakukan tenaga kerja yang secara khusus efektif atau
tidak efektif.
Kelebihan:
Yang ditimbang perilaku efektif
Dari seperangkat peristiwa genting yang dialami seseorang
tenaga kerja dapat diteliti mana perilaku yang sudah benar/baik,
mana yang memerlukan pengembangan dan peningkatan.
Kelemahan:
Dari penimbang dituntut untuk menulis peristiwa-peristiwa
genting secara teratur untuk semua tenaga kerja bawahannya
dalam jangka waktu tertentu.
Hasil Penimbangan karya tidak dapat dikuantifikasi sehingga
tidak dapat digunakan untuk perbandingan antar tenaga kerja
c. Skala Pengharkatan grafis
Teknik Pengembangan Karya ini merupakan teknik yang paling sering
digunakan. Skala pengharkatan grafis dapat digunakan untuk
menimbang faktor-faktor pelaksanaan pekerjaan, kuantitas dan kualitas
kerja. Teknik Pengembangan karya ini paling absah jika dihindari
penggunaan faktor-faktor yang abstrak seperti loyalita, keterandalan,
kecuali jika ciri-ciri tersebut dapat didefinisikan ke dalam istilah-istilah
perilaku yang khusus (dapat diamati dan diukur).
Setiap faktor mempunyai skala yang sama, yang bervariasi antara empat
sampai enam. Skala dapat berbentuk garis lurus dengan jangkar-
jangkarnya, atau dapat berbentuk kotak-kotak. Sebagai ukuran pada
skala dapat dipakai: angka-angka (misalnya 1, 2, 3, 4), huruf-huruf (A,
B, C, D), atau sebutan (sangat baik, baik).
Penimbang harus memberikan penilaiaannya pada skala dari setiap
faktor. Dalam merancang skala grafis ini harus diyakini bahwa faktor
yang dinilai dan titik-titik skala secara jelas dipahami dan tidak taksa
bagi penimbang. Misalnya gambar 2.3 merupakan dua contoh ( A dan
B)dari beberapa bentuk skala pengharkatan grafis.
Gambar 2.3 Contoh skala pengharkatan grafis
Kelebihan:
Teknik Pengembangan karya ini tidak memakan banyak waktu
untuk dikembangkan dan untuk digunakan.
Dapat dibuat analisis dan perbandingan kuantitatif
Kelemahan:
Faktor-faktor yang harus ditimbang sering abstrak dan taksa
Faktor-faktor pekerjaan yang harus ditimbang sering tidak
dirasakan berhubungan dengan keberhasilan dalam pekerjaan
d. Skala Pengharkatan Perilaku yang Dijangkarkan
Teknik Pengembangan Karya ini mengkombinasikan skala pengharkatan
grafis dengan penimbangan peristiwa genting. Bedanya dengan skala
pengharkatan grafis ialah bahwa pekerjaan diurai ke dalam beberapa
dimensi. Untuk setiap dimensi disusun skala dan pada setiap jangkar dari
skala ditulis perilaku tertentu yang khas untuk suatu pekerjaan. Perilaku
tersebut, yang diperoleh melalui teknik peristiwa genting, disusun
menurut harkat yang berbeda-beda. Gambar 2.4 merupakan contoh skala
pengharkatan perilaku yang dijangkarkan.
Gambar 2.4 Contoh dari BARS seorang Department Manager, untuk dimensi meeting day to
day deadline.
Kelebihan:
Yang ditimbang perilaku efektif.
Dari skala setiap dimensi pekerjaan dapat diteliti mana perilaku
yang sudah benar dan mana yang perlu peningkatan
Dapat dibuat analisis
Kelemahan
Proses pengembangan skala mengharkatkan perilaku yang
dijangkarkan menuntut banyak waktu dan biaya
Berlaku untuk satu jenis pekerjaan. Untuk pekerjaan lain perlu
dikembangkan skala tersendiri
e. Teknik berorientasi pada Keluaran
Teknik Penimbangan karya ini mempergunakan sasaran-sasaran yang
harus dicapai oleh tenaga kerja dalam jangka waktu tertentu. Teknik ini
sendiri merupakan bagian dari MBO ( Management By Objectives)
Kelebihan:
Penekanannya ialah orientasi hasil.
Menimbulkan motivasi karena tenaga kerja tahu secara jelas apa
yang diharapkan darinya.
Tenaga kerja memiliki suatu keterkaitan dengan usaha
pencapaian tujuan perorangannya karena berperan serta secara
aktif dalam menentukan sasarannya.
Kelemahan:
Tidak akan efektif dalam ligkungandimana manajemen
kurang percaya pada para tenaga kerjanya, dimana
manajemen mengambil keputusan secara otoriter dan
mendasarkan diri pada kendali dari luar dan dimana tenaga
kerjanya lebih bersikap dependen.
4.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka dapat diketahui tujuan dari penelitian ini, antara
lain:
1) Mengetahui laju kedatangan antrian pada Autobridal Car wash
2) Mengetahui laju pelayanan antrian pada Autobridal Car wash
3) Mengetahui model antrian pada Autobridal Car wash
4) Mengetahui rata-rata waktu pelanggan menunggu dalam antrian Autobridal Car
wash
5) Memberikan saran dan masukan kepada pengelola Autobridal Car wash Wash
mengenai sistem yang baru