tugas program bk kurikulum 2013
DESCRIPTION
----TRANSCRIPT
BAB I PENDAHULUAN
A. RASIONAL
Bimbingan sebagai salah satu komponen yang terintegral dari keseluruhan
penyelenggaraan pendidikan di sekolah, bimbingan sangat diperlukan keberadaannya dalam
mencapai tujuan pendidikan secara keseluruhan. Bimbingan dan konseling diposisikan oleh
negara sebagai profesi yang terintegrasikan sepenuhnya dalam bidang pendidikan, yaitu
ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional bahwa konselor adalah pendidik profesional, sebagaimana juga guru, dosen dan
pendidik lainnya. Dengan kedudukan demikian itu, konselor sebagai pemegang profesi
bimbingan dan konseling dituntut untuk sepenuhnya menyukseskan upaya pendidikan dalam
berbagai jalur, jenjang, dan jenisnya.
Berkenaan dengan posisi bimbingan dan konseling dalam implementasi kurikulum
2013, ditegaskan adanya daerah garapan yang disebut peminatan peserta didik. Meskipun
demikian, pelayanan bimbingan dan konseling tentulah tidak hanya sekedar menangani
program atau wilayah peminatan saja. Tugas konselor jauh lebih luas daripada bidang
peminatan itu sendiri, yaitu menyangkut pengembangan pribadi peserta didik yang mandiri,
mampu mengendalikan diri dan mengelola lingkungannya. Prayitno, dkk. (2003)
mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta
didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara
optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan
karier, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma
yang berlaku.
Dalam proses pendidikan, peserta didik sebagai subjek pendidikan tidak terlepas dari
berbagai permasalahan, diantaranya:
1. Masalah belajar, seperti motivasi belajar kurang, prestasi belajar rendah, kesulitan dalam
pengaturan belajar, dan sebagainya.
2. Masalah keluarga, seperti masalah keluarga yang tidak harmonis, keluarga retak, orang
tua yang terlalu menuntut, menekan, otoriter, dan sebagainya.
3. Masalah sosial pribadi, seperti konflik dengan sesama siswa maupun konflik dengan diri
sendiri, penolakan diri, rendah diri dan sebagainya.
4. Masalah karier, seperti penjurusan bidng studim pekerjaan yang diminati dan sebagainya.
Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan penyusunan program bimbingan
dan konseling yang mewadahi seluruh kegiatan bimbingan dan konseling yang akan
diberikan kepada peserta didik dalam rangka mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Penyusunan program bimbingan dan konseling hendaknya merujuk pada pedoman kurikulum
dan berdasarkan kondisi objektif yang berkaitan dengan kebutuhan nyata di sekolah, yang
disesuaikan dengan tahapan perkembangan peserta didik. Sehingga program yang
dilaksanakan merupakan program yang realistik dan layak untuk diimplementasikan dan
dapat mengembangkan potensi siswa secara optimal.
B. LANDASAN
1. Pelayanan bimbingan dan konseling sebagai salah satu layanan pendidikan yang harus
diperoleh semua peserta didik telah termuat dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 89 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah
Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar dan Nomor 29 Tahun 1990 tentang
Pendidikan Menengah.
2. ”Konselor” sebagai salah satu jenis tenaga kependidikan dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada
Bab I Pasal 1 angka 6 dinyatakan bahwa “pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan”.
3. Pelayanan konseling yang merupakan bagian dari kegiatan pengembangan diri telah
termuat dalam struktur kurikulum yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar Menengah.
4. Beban kerja Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor pada Pasal 54 ayat (6)
Peraturan Pemerintah republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru yang
menyatakan bahwa beban kerja Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor yang
memperoleh tunjangan profesi dan maslahat tambahan adalah mengampu bimbingan dan
konseling paling sedikit 150 (seratus lima puluh) peserta didik per tahun pada satu atau
lebih satuan pendidikan. Lebih lanjut dalam penjelasan Pasal 54 ayat (6) yang dimaksud
dengan “mengampu layanan bimbingan dan konseling” adalah pemberian perhatian,
pengarahan, pengendalian, dan pengawasan kepada sekurang-kurangnya 150 (seratus
lima puluh) peserta didik, yang dapat dilaksanakan dalam bentuk pelayanan tatap muka
terjadwal di kelas dan layanan perseorangan atau kelompok bagi yang dianggap perlu
dan memerlukan.
5. Penilaian kinerja Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor pada Pasal 22 ayat (5)
Peraturan bersama Menteri Pendidikan Nasional dan Kepala Badan Kepegawaian Negara
Nomor 03/V/PB/2010 dan Nomor 14 tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya dinyatakan bahwa penilaian kinerja guru
bimbingan dan konseling atau konselor dihitung secara proporsional berdasarkan beban
kerja wajib paling kurang 150 (seratus lima puluh) orang siswa dan paling banyak 250
dua ratus lima puluh) orang siswa per tahun.
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2008
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor, yang menyatakan
bahwa kualifikasi akademik konselor dalam satuan pendidikan pada jalur pendidikan
formal dan nonformal adalah: (i) sarjana pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan
konseling; (ii) berpendidikan profesi konselor. Kompetensi konselor meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional,
yang berjumlah 17 kompetensi dan 76 sub kompetensi.
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 68 Tahun
2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMP/MTs, Nomor 69 Tahun
2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA/MA, dan Nomor 70 Tahun
2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK/MAK, yang memberikan
kesempatan kepada peserta didik belajar berdasarkan minat mereka. Struktur kurikulum
memperkenankan peserta didik melakukan pilihan dalam bentuk pilihan kelompok
peminatan, lintas minat atau pendalaman minat. Disinilah peranan bimbingan dan
konseling penting dalam membantu pemilihan dan penetapan peminatan peserta didik.
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 A Tahun 2013 tentang
Implementasi Kurikulum pada Lampiran IV: Pedoman Pembelajaran, Bagian VII
Konsep dan Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling yang mengamanatkan Kegiatan
Bimbingan dan Konseling diselenggarakan di dalam kelas (sewaktu jam pembelajaran
C. VISI DAN MISI
Visi dan Misi Bimbingan dan Konseling
1. Visi Bimbingan dan Konseling
Visi bimbingan dan konseling perlu dirumuskan dengan fokus terwujudnya kehidupan
kemanusiaan yang membahagiakan sesuai dengan karakter bangsa melalui tersedianya
pelayanan bantuan dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan
masalah agar peserta didik berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia.
2. Misi bimbingan dan konseling terdiri dari beberapa hal yakni:
a. Misi Pendidikan, yaitu memfasilitasi pengembangan peserta didik melalui
pembentukan perilaku efektif-normatif dalam kehidupan keseharian dan masa
depan.
b. Misi Pengembangan, yaitu memfasilitasi pengembangan potensi dan kompetensi
peserta didik di dalam lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
c. Misi Pengentasan masalah, yaitu memfasilitasi pengentasan masalah peserta didik
mengacu pada kehidupan efektif sehari sehari-hari.
D. TUJUAN
Tujuan penyusunan program tidak lain agar kegiatan BK di sekolah dapat terlaksana
dengan lancar, efektif dan efisien, serta hasil-hasilnya dapat dinilai. Tersusun dan
terlaksananya program BK dengan baik akan lebih menjamin pencapaian tujuan kegiatan
bimbingan dan konseling pada khususnya, tujuan sekolah pada umumnya, juga akan lebih
menegakkan akuntabilitas BK di sekolah. Menurut Juntika (2002:85) tujuan penyusunan
program bimbingan dan konseling adalah adanya kejelasan arah pelaksanaan program,
adanya kemudahan mengontrol dan mengevaluasi kegiatan, dan terlaksananya program
kegiatan secara lancar, efisien, dan efektif.
Program bimbingan dan konseling tersebut hendaknya dibuat secara tertulis dan
selanjutnya dikomunikasikan kepada sesama Guru BK/Konselor, sejawat dan guru, staf
sekolah lainnya, serta pimpinan sekolah, untuk selanjutnya menjadi rambu-rambu bagi kerja
sama antara Guru BK/Konselor dengan semua personil-personil sekolah yang dimaksudkan.
Program bimbingan dan konseling disusun dan dikembangkan didasarkan atas
pertimbangan bahwa program yang disusun dengan baik akan memberikan banyak
keuntungan, baik bagi peserta didik yang mendapat layanan bimbingan dan konseling
maupun bagi petugas yang menyelenggarakan. Di samping itu program bimbingan dan
konseling yang baik, memungkinkan keberhasilan suatu layanan bimbingan dan konseling.
Rochman Natawidjaja (1984) menjelaskan bahwa program bimbingan yang direncanakan
dengan baik dan terinci, akan memberikan banyak keuntungan. Keuntungan-keuntungan
tersebut adalah (1) memungkinkan para petugas bimbingan menghemat waktu, usaha, biaya
dengan menghindarkan kesalahan-kesalahan dan usaha coba-coba yang tidak
menguntungkan; (2) memungkinkan siswa untuk mendapatkan pelayanan bimbingan secara
seimbang dan menyeluruh, baik dalam kesempatan ataupun dalam jenis pelayanan bimbingan
yang diperlukan; (3) memungkinkan setiap petugas mengetahui dan memahami peranannya
dan mengetahui bagaimana dan dimana mereka harus melakukan upaya secara tepat; (4)
memungkinkan para petugas untuk menghayati pengalaman yang berguna untuk kemajuan
sendiri dan untuk kepentingan para siswa yang dibimbingnya.
BAB II PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING
A. TUGAS PERKEMBANGAN
Tugas perkembangan yang harus dicapai oleh peserta didik tingkat SMP/MTs adalah:
1. Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
2. Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan
fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat.
3. Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam peranannya sebagai
pria atau wanita.
4. Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan
yang lebih luas.
5. Mengenal kemampuan, bakat, dan minat serta arah kecenderungan karir dan apresiasi
seni.
6. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk mengikuti dan melanjutkan
pelajaran dan/atau mempersiapkan karir serta berperan dalam kehidupan di masyarakat.
7. Mengenal gambaran dan mengembangkan sikap tentang kehidupan mandiri secara
emosional, sosial, dan ekonomi.
8. Mengenal sistem etika dan nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi, anggota
masyarakat, dan warga negara.
B. BIDANG-BIDANG PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Terdapat empat bidang bimbingan dan konseling yang menjadi ruang lingkup
pelayanan, yaitu :
1. Bidang Pengembangan kehidupan pribadi :
yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai, dan
mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan
karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik.
2. Bidang Pengembangan kehidupan sosial :
yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai
serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan
teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.
3. Bidang Pengembangan kemampuan belajar:
yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan
belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah dan belajar secara
mandiri.
4. Bidang Pengembangan karir :
yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai
informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
C. KEGIATAN LAYANAN DAN PENDUKUNG PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Jenis layanan Bimbingan dan Konseling meliputi : 1. Layanan Orientasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang
membantu peserta didik memahami lingkungan baru, seperti lingkungan satuan pendidikan bagi siswa baru, dan obyek-obyek yang perlu dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta mempermudah dan memperlancar peran di lingkungan baru yang efektif dan berkarakter.
2. Layanan Informasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/ jabatan, dan pendidikan lanjutan secara terarah, objektif dan bijak.
3. Layanan Penempatan dan Penyaluran yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok belajar, peminatan/lintas minat/pendalaman minat, program latihan, magang, dan kegiatan ekstrakurikuler secara terarah, objektif dan bijak.
4. Layanan Penguasaan Konten yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan dalam melakukan, berbuat atau mengerjakan sesuatu yang berguna dalam kehidupan di sekolah/madrasah, keluarga, dan masyarakat sesuai dengan tuntutan kemajuan dan berkarakter-cerdas yang terpuji, sesuai dengan potensi dan peminatan dirinya.
5. Layanan Konseling Perseorangan yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya melalui prosedur perseorangan.
6. Layanan Bimbingan Kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu sesuai dengan tuntutan karakter yang terpuji melalui dinamika kelompok.
7. Layanan Konseling Kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami sesuai dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji melalui dinamika kelompok.
8. Layanan Konsultasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara dan atau perlakuan yang perlu dilaksanakan kepada pihak ketiga sesuai dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji.
9. Layanan Mediasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan dengan pihak lain sesuai dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji.
10. Layanan Advokasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik untuk memperoleh kembali hak-hak dirinya yang tidak diperhatikan dan/atau mendapat perlakuan yang salah sesuai dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji.
Kegiatan Pendukung Layanan meliputi: 1. Aplikasi Instrumentasi yaitu kegiatan mengumpulkan data tentang
diri siswa dan lingkungannya, melalui aplikasi berbagai instrumen, baik tes maupun non-tes.
2. Himpunan Data yaitu kegiatan menghimpun data yang relevan dengan pengembangan peserta didik, yang diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematis, komprehensif, terpadu, dan bersifat rahasia.
3. Konferensi Kasus yaitu kegiatan membahas permasalahan peserta didik dalam pertemuan khusus yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik melalui pertemuan, yang bersifat terbatas dan tertutup.
4. Kunjungan Rumah yaitu kegiatan memperoleh data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik melalui pertemuan dengan orang tua dan atau anggota keluarganya.
5. Tampilan Kepustakaan yaitu kegiatan menyediakan berbagai bahan pustaka yang dapat digunakan peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan sosial, kegiatan belajar, dan karir/ jabatan.
6. Alih Tangan Kasus yaitu kegiatan untuk memin-dahkan penanganan masalah peserta didik ke pihak lain sesuai keahlian dan kewenangan ahli yang dimaksud.
D. PENILAIAN PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Penilaian kegiatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah segala upaya,
tindakan atau proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan
dengan kegiatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dengan mengacu pada kriteria
atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program yang disusun.
Penilaian bertujuan untuk mengetahui keberhasilan layanan yang dilakukan. Dengan
penilaian ini dapat diketahui apakah layanan tersebut efektif dan membawa dampak positif
terhadap siswa yang mendapatkan layanan. Penilaian ditujukan kepada perolehan peserta
didik yang menjalani layanan. Perolehan ini diorientasikan pada:
1. Pengentasan masalah siswa : sejauh manakah perolehan siswa menunjang bagi
pengentasan masalahnya? Perolehan itu diharapkan dapat lebih menunjang terbinanya
tingkah laku positif, khususnya berkenaan dengan permasalahan dan perkembangan diri
siswa.
2. Perkembangan aspek-aspek kepribadian siswa, seperti sikap, motivasi, kebiasaan,
keterampilan dan keberhasilan belajar, konsep diri, kemam-puan berkomunikasi,
kreatifitas, apresiasi terhadap nilai dan moral.
Secara khusus fokus penilaian diarahkan kepada berkembangnya:
1. Pemahaman baru yang diperoleh melalui layanan, dalam kaitannya dengan masalah
yang dibahas.
2. Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan melalui
layanan.
3. Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa sesudah pelaksanaan layanan
dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan masalah yang dialaminya.
Semua fokus penilaian itu, khususnya rencana kegiatan secara jelas mengacu kepada
kompetensi yang harus dimiliki peserta didik untuk pengentasan permasalahan yang
dihadapinya dalam rangka kehidupan sehari-hari yang lebih efektif
Dilihat dari rentang waktu pelaksanaan, penilaian hasil dibagi dalam:
1. Penilaian segera (laiseg), merupakan penilaian tahap awal, yang dilakukan segera
setelah atau menjelang diakhirinya layanan yang dimaksud.
2. Penilaian jangka pendek (laijapen), merupakan penilaian lanjutan yang dilakukan
setelah satu (atau lebih) jenis layanan dilaksanakan selang beberapa hari sampai paling
lama satu bulan.
3. Penilaian jangka panjang (laijapang), merupakan penilaian lebih menyeluruh setelah
dilaksanakannya layanan dengan selang satu unit waktu tertentu, seperti satu semester.
E. STRATEGI PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING
1. Program Layanan Dari segi unit waktu sepanjang tahun ajaran pada satuan
pendidikan, ada lima jenis program layanan yang disusun dan diselenggarakan dalam pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu sebagai berikut : a. Program Tahunan yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling
meliputi seluruh kegiatan selama satu tahun ajaran untuk masing-masing kelas rombongan belajar pada satuan pendidikan.
b. Program Semesteran yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program tahunan.
c. Program Bulanan yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu bulan yang merupakan jabaran program semesteran.
d. Program Mingguan yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran program bulanan.
e. Program Harian yaitu program pelayanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian merupakan jabaran dari program mingguan dalam bentuk Satuan Layanan atau Rencana Program Layanan dan/atau Satuan Kegiatan Pendukung atau Rencana Kegiatan Pendukung pelayanan bimbingan dan konseling.
2. Penyelenggaraan Layanan Sebagai pelaksana pelayanan bimbingan dan konseling, Guru
Bimbingan dan Konseling atau Konselor bertugas dan berkewajiban menyelenggarakan layanan yang mengarah pada (1) pelayanan dasar, (2) pelayanan pengembangan, (3) pelayanan peminatan studi, (4) pelayanan teraputik, dan (5) pelayanan diperluas. a. Pelayanan Dasar, yaitu pelayanan mengarah kepada terpenuhinya
kebutuhan siswa yang paling elementer, yaitu kebutuhan makan dan minum, udara segar, dan kesehatan, serta kebutuhan hubungan sosio-emosional. Orang tua, guru dan orang-orang yang dekat (significant persons) memiliki peranan paling dominan dalam pemenuhan kebutuhan dasar siswa. Dalam hal ini, Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor pada umumnya berperan secara tidak langsung dan mendorong para significant persons berperan optimal dalam memenuhi kebutuhan paling elementer siswa.
b. Pelayanan Pengembangan, yaitu pelayanan untuk mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan tahap-tahap dan tugas-tugas perkem-bangannya. Dengan pelayanan pengembangan yang cukup baik siswa akan dapat menjalani kehidupan dan perkembangan dirinya dengan wajar, tanpa beban yang memberatkan, memperoleh penyaluran bagi pengembangan potensi yang dimiliki secara optimal, serta menatap masa depan dengan cerah. Upaya pendidikan pada umumnya merupakan pelaksanaan pelayanan pengembangan bagi peserta didik. Pada satuan-satuan pendidikan, para pendidik dan tenaga kependidikan memiliki peran dominan dalam penyelenggaraan pengembangan terhadap siswa. Dalam hal ini, pelayanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan oleh Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor selalu diarahkan dan mengacu kepada tahap dan tugas perkembangan siswa.
c. Pelayanan Arah Peminatan/Lintas Minat/Pendalaman Minat Studi Siswa, yaitu pelayanan yang secara khusus tertuju kepada peminatan/lintas minat/pendalaman minat peserta didik sesuai dengan konstruk dan isi kurikulum yang ada. Arah peminatan/lintas minat/pendalaman minat ini terkait dengan bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karir dengan menggunakan segenap perangkat (jenis layanan dan kegiatan pendukung) yang ada dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling. Pelayanan peminatan/lintas minat/pendalaman minat peserta didik ini terkait pula dengan aspek-aspek pelayanan pengembangan tersebut di atas.
d. Pelayanan Teraputik, yaitu pelayanan untuk menangani pemasalahan yang diakibatkan oleh gangguan terhadap pelayanan dasar dan pelayanan pengembangan, serta pelayanan pemi natan. Permasalahan tersebut dapat terkait dengan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kehidupan keluarga, kegiatan belajar, karir. Dalam upaya menangani permasalahan peserta didik, Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor memiliki peran dominan. Peran pelayanan teraputik oleh Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor dapat
menjangkau aspek-aspek pelayanan dasar, pelayanan pengembangan, dan pelayanan peminatan.
e. Pelayanan Diperluas, yaitu pelayanan dengan sasaran di luar diri siswa pada satuan pendidikan, seperti personil satuan pendidikan, orang tua, dan warga masyarakat lainnya yang semuanya itu terkait dengan kehidupan satuan pendidikan dengan arah pokok terselenggaranya dan suskesnya tugas utama satuan pendidikan, proses pembelajaran, optimalisasi pengembangan potensi peserta didik. Pelayanan diperluas ini dapat terkait secara langsung ataupun tidak langsung dengan kegiatan pelayanan dasar, pengembangan peminatan, dan pelayanan teraputik tersebut di atas.
3. Waktu dan Posisi Pelaksanaan Layanan
a. Semua kegiatan mingguan (kegitan layanan dan/ atau pendukung bimbingan dan konseling) diselenggarakan di dalam kelas (sewaktu jam pembelajaran berlangsung) dan/atau di luar kelas (di luar jam pembelajaran) 1) Di dalam jam pembelajaran: a) Kegiatan tatap muka dilaksanakan secara klasikal dengan
rombongan belajar siswa dalam tiap kelas untuk menyelenggarakan layanan informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, kegiatan instrumentasi, serta layanan/kegiatan lain yang dapat dilakukan di dalam kelas.
b) Volume kegiatan tatap muka klasikal adalah 2 (dua) jam per kelas (rombongan belajar per minggu dan dilaksanakan secara terjadwal.
c) Kegiatan tatap muka nonklasikal diselenggarakan dalam bentuk layanan konsultasi, kegiatan konferensi kasus, himpunan data, kunjungan rumah, tampilan kepustakaan, dan alih tangan kasus.
2) Di luar jam pembelajaran:
a) Kegiatan tatap muka nonklasikal dengan siswa dilaksanakan untuk layanan orientasi, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok, mediasi, dan advokasi serta kegiatan lainnya yang dapat dilaksana-kan di luar kelas.
b) Satu kali kegiatan layanan/pendukung bimbingan dan konseling di luar kelas/di luar jam pembelajaran ekuivalen dengan 2 (dua) jam pembelajaran tatap muka dalam kelas.
c) Kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling di luar jam pembelajaran satuan pendidikan maksimum 50% dari seluruh kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling, diketahui dan dilaporkan kepada pimpinan satuan pendidikan.
b. Program pelayanan bimbingan dan konseling pada masing-masing satuan pendidikan dikelola oleh Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor dengan memperhatikan keseimbangan dan kesi-nambungan program antarkelas dan antarjenjang kelas, dan mensinkronisasikan program pelayanan bimbingan dan konseling dengan kegiatan pembelajaran mata pelajaran dan kegiatan ekstra kurikuler dengan mengefektifkan dan mengefisienkan penggunaan fasilitas satuan pendidikan.
F. SARANA DAN PRASARANA BIMBINGAN DAN KONSELING
sarana yang diperlukan untuk menunjang layanan bimbingan adalah:
1. Sarana fisik
Sarana fisik terdiri ialah ruang bimbingan. Ruangan konseling/Konsultasi. Yang terdiri
dari lemari untuk menyimpan data siswa, satu set kursi tamu, satu set kursi dan meja
konseling, papan informasi, satu set komputer dll.
2. Sarana teknis
a. Alat pengumpul data seperti: Sosiometri. Legger, buku data siswa, buku
pedoman kegiatan BK, angket dan quesioner ( sesuai dengan materi layanan yang
akan diberikan
b. Alat Penyimpanan data, Seperti: komputer, internet, dll.
c. Perlengkapan teknis, Seperti: Buku pedoman atau petunjuk, buku informasi
(pribadi sosial, pendidikan dan karier). Paket bimbingan (pribadi/sosial belajar dan
karier)
d. Perlengkapan administrasi, Seperti: Alat tulis kantor (ATK), diantaranya :
bolpoin, kertas, spidol, clipt,dan keperluan lainnya.
G. ANGGARAN DAN BIAYAUntuk kelancaran program dan bimbingan konseling di sekolah [perlu disediakan
biaya yang memadai. Untuk biaya-biaya dalam pos sebagai berikut:
1. Pembiayaan personil misalnya pembiayaan kunjungan rumah (home visit)
2. Pengadaan dan pengembangan alat-alat teknis (ATK)
3. Biaya biaya operasional misalnya penggantian gorden, papan tulis, cat dinding
dan kursi meja.
BAB III PENUTUP
Penyusunan Program merupakan strategi alternatif dalam rangka menggali dan
mengembangkan potensi siswa seoptimal mungkin, dan merupakan salah satu komponen
sistem dalam rangka meningkatkan mutu siswa sebagi subjek belajar, bimbingan dan
konseling perkembangan tidak hanya diberikan kepada siswa bermasalah tetapi pada seluruh
siswa SMP sesuai dengan fungsi bimbingan dan konseling itu sendiri, yaitu : fungsi
pemahaman dan fungsi pencegahan.
Program Bimbingan dan Konseling yang lakukan secara terencana, integratif,
komprehensif, fleksibel dan adaptif oleh seluruh pihak dapat menunjang potensi yang
dimiliki siswa SMP.