tugas prof efendi

3
Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Waktu Terbentuknya Rigor Mortis Rigor Mortis Rigor mortis adalah suatu proses yang terjadi setelah ternak disembelih diawali fase prarigor dimana otot-otot masih berkontraksi dan diakhiri dengan terjadinya kekakuan pada otot. Padas sat kekakuan otot itulah disebut sebagai terbentuknya rigor mortis sering diterjemahkan dengan istilah kejang mayat. Waktu yang dibutuhkan untuk terbentuknya rigor mortis tergantung pada jumlah ATP yang tersedia pada saat ternak mati. Jumlah ATP yang tersedia terkait dengan jumlah glikogen yang tersedia pada saat menjelang ternak mati. Pada ternak yang mengalami kecapaian/kelelahan atau stress dan kurang istirahat menjelang disembelih akan mengjhasilkan persediaan ATP yang kurang sehingga proses rigor mortis akan berlangsung cepat. Demikian pula suhu yang tinggi pada saat ternak disembelih akan mempercepat habisnya ATP akibat perombakan oleh enzim ATPase sehingga rogor mortis akan berlangsung cepat. Waktu yang singkat untuk terbentuknya rigor mortis mengakibatkan pH daging masih tinggi (diatas pH akhir daging yang normal) pada saat terbentuknya rigor mortis. Jika pH >5.5 – 5.8 pada saat rigor mortis terbentuk dengan waktu yang cepat dari keadaan normal maka kualitas daging yang akan dihasilkan menjadi rendah (warna merah gelap, kering dan strukturnya

Upload: andi-husnul-khatimah

Post on 21-Dec-2015

219 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Prof Efendi

Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Waktu Terbentuknya Rigor Mortis

Rigor Mortis

Rigor mortis adalah suatu proses yang terjadi setelah ternak disembelih diawali fase prarigor

dimana otot-otot masih berkontraksi dan diakhiri dengan terjadinya kekakuan pada otot.

Padas sat kekakuan otot itulah disebut sebagai terbentuknya rigor mortis sering

diterjemahkan dengan istilah kejang mayat.

Waktu yang dibutuhkan untuk terbentuknya rigor mortis tergantung pada jumlah ATP yang

tersedia pada saat ternak mati. Jumlah ATP yang tersedia terkait dengan jumlah glikogen

yang tersedia pada saat menjelang ternak mati. Pada ternak yang mengalami

kecapaian/kelelahan atau stress dan kurang istirahat menjelang disembelih akan

mengjhasilkan persediaan ATP yang kurang sehingga proses rigor mortis akan berlangsung

cepat. Demikian pula suhu yang tinggi pada saat ternak disembelih akan mempercepat

habisnya ATP akibat perombakan oleh enzim ATPase sehingga rogor mortis akan

berlangsung cepat.

Waktu yang singkat untuk terbentuknya rigor mortis mengakibatkan pH daging masih tinggi

(diatas pH akhir daging yang normal) pada saat terbentuknya rigor mortis. Jika pH >5.5 – 5.8

pada saat rigor mortis terbentuk dengan waktu yang cepat dari keadaan normal maka kualitas

daging yang akan dihasilkan menjadi rendah (warna merah gelap, kering dan strukturnya

merapat) dan tidak bertahan lama dalam penyimpanan sekalipun pada suhu dingin.

Faktor-faktor penyebab variasi waktu terbentuknya rigor mortis

Jangka waktu yang dibutuhkan untuk terbentuknya rigor mortis bervariasi dan tergantung

pada:

1. Spesis; pada ternak babi waktu yang dibutuhkan untuk terbentuknya rigor mortis lebih

singkat, beberapa jam malahan bisa beberapa menmeit pada kasus PSE (pale soft

exudative) dibanding dengan pada sapi yang membutuhkan waktu 24 jam pada

kondisi rigor mortis sempurna. Dikatakan sempurna jika rigor mortis terjadi selama

24 jam pada ternak dengan kondisi cukup istirahat dan full glikogen sebelum

disembelih dan suhu ruangan sekitar 15°C.

2. Individu; terdapat perbedaan waktu terbentuk rigor mortis pada individu berbeda dari

jenis ternak yang sama. Sapi yang mengalami stress atau tidak cukup istirahat

Page 2: Tugas Prof Efendi

sebelum disembelih akan memebutuhkan waktu yang lebih cepat untuk instalasi rigor

mortis dibanding dengan sapi yang cukup istirahat dan tidak stress pada saat

menjelang disembelih.

3. Macam serat; ada dua macam serat berdasarkan warena yang menyusun otot yakni

serat merah dan serat putih. Rigor mortis terbentuk lebih cepat pada ternak yang

tersusun oleh serat putih yang lebih banyak dibanding dengan serat merah. Pada otot

dengan serat merah yang lebih banyak memperlihatkan pH awal lebih tinggi dengan

aktivitas ATP ase yang lebih rendah. Aktivitas ATP ase yang lemah akan

membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menghabiskan ATP. Dengan demikian

pada otot merah membutuhkan waktu yang lebih lama untuk terbentuknya rigor

mortis.