tugas presentasi undang – undang

28
TUGAS PRESENTASI UNDANG – UNDANG KASUS FIRMAN BUDI, JAKARTA UTARA Penyusun : Nyoman Arya Adi Wangsa/FK Trisakti Putri Melati/FK Trisakti Tiara Sarambu/FK Ukrida Ni Putu Devia S/FK Trisakti Pembimbing : dr. Wawan S., SpBS

Upload: nyoman-arya-adi-wangsa

Post on 08-Feb-2016

10 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

mmmm

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Presentasi Undang – Undang

TUGAS PRESENTASI UNDANG – UNDANG

KASUS FIRMAN BUDI, JAKARTA UTARA

Penyusun :Nyoman Arya Adi Wangsa/FK Trisakti

Putri Melati/FK TrisaktiTiara Sarambu/FK Ukrida

Ni Putu Devia S/FK Trisakti

Pembimbing :

dr. Wawan S., SpBS

RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA DR.ESNAWANUNIVERSITAS KEDOKTERAN TRISAKTI

APRIL 2014

Page 2: Tugas Presentasi Undang – Undang

BAB I

PENDAHULUAN

Istilah “malpraktek” tidak dijumpai dalam KUHP, karena memang bukan

merupakan istilah yuridis, istilah “malpraktek” hanya digunakan untuk menyatakan

adanya tidakan yang salah dalam rangka pelaksanaan suatu profesi; baik dibidang

kedokteran maupun dibidang hukum.

Saat ini semakin banyak kasus malpraktek yang diadukan oleh pihak pasien

kepada Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK). Hal ini seiring dengan majunya

sarana informasi yang dapat dijadikan sumber pengetahuan ataupun perbandingan oleh

pasien. Malpraktik yang diadukan oleh keluarga pasien sebagian besar diduga karena ada

kelalaian dari piha k dokter sehingga pasien mengalami kerugian berupa keadaan

kesehatannya yang memburuk bahkan sampai menyebabkan kematian..

Dugaan malpraktek kedokteran harus mendapatkan prioritas penanganan lebih

saat ini. Tingginta kasus malpraktek yang terjadi akibat kelalaian dokter, memaksa

pemerintah untuk turut serta secara pro-aktif memberikan perlindungan kepada

masyarakat selakuk pihak yang dirugikan berupa ketentuan undang – undang serta sanksi

– sanksi hukum yang tegas. Dahulu profesi kedokteran seirng dianggap sebagai sebuah

profesi yang terkesan terisolir dan tidak pernah mendapat sentuhan hukum sama sekali.

Namun doktrin – doktrin usang tersebut kini seakan tidak berlaku lagi karena menurut

hukum, tidak terdapat suatu tingkat superiositas kelas di dalam masyarakat, semua

dianggap sama dihadapan hukum (equality before the law). Dalam menjalankan

rangkaian diagnosa (menentukan kriteria penyakit serta obat yang harus dipergunakan

oleh pasien), seorang dokter dituntut untuk selalu berhati – hati, karena satu insiden

pelanggaran medis saja mampu menimbulkan kerugian fisik hingga resiko hilangnya

nyawa pasien. Dalam hal seperti inilah seirngkali dokter terjebak dalam problematika

medis. Semua itu harus disesuaikan dengan standard operasional prosedur yang telah

digariskan oleh organisasi profesi kedokteran. Karena sebagai seorang pekerja

profesional tidak dibenarkan memiliki suatu sikap batin yang ceroboh mengenai standar

profesinya sendiri. Sikap batin seperti demikianlah yang sangat berbahaya serta dapat

mengancam kelangsungan kesehatan pasien.

Page 3: Tugas Presentasi Undang – Undang

BAB II

KRONOLOGI KASUS

Oktober 2005,

Pada saat itu pasien sebut saja Firman Budi (nama samaran) yang berkedudukan

di kelapa gading Jakarta utara mengeluh bahwa mengalami rasa nyeri pada punggung,

yang rasa sakitnya belum pernah di rasakan sebelumnya dan sangat mengganggu karena

rasa sakitnya ini Firman Budi tidak bisa melaksanakan kegiatan sehari-hari, lalu Firman

Budi memutuskan untuk pergi RS SGI Lippo Karawaci  untuk diperiksa apa penyebab

sakit pinggang yang di alaminya di RS SGI Lippo Karawaci dengan pemeriksan yang di

lakukan oleh dr. Eka Susilo dokter ahli saraf (nama samaran), yang berkedudukan

perumahan Lippo Karawaci Tenggerang dan mendapatkan Hasil negatif (-). Maka dr. Eka

Susilo menyarankan untuk dilakukan terapi dengan obat dan penggunaan korset kepada

Firman Budi . Namun pada tanggal 6 Desember 2005 Firman Budi kembali merasakan

nyeri pada pinggangnya yang pada bulan oktober  itu, dan Firman Budi kembali ke RS

SGI Lippo Karawaci dan kembali di periksa oleh dr. Eka Susilo dan di lakukan rontgen

dan MRI(Magnetic resonance imaging)  pada pinggang yang di rasakan sakit guna

mengatahui lebih jelasnya penyakit yang menimbulkan rasa sakit yang di alami oleh

Firman Budi agar bisa di lakukan pengobatan lebih lanjut lagi.

Pada 17 Desember 2005 Firman Budi kembali ke RS SGI Lipo Karawaci untuk

mengambil hasil pemriksan MRI, di sini Firman Budi kembali menemui dr. Eka Susilo

untuk membicarakan hasil pemeriksaan MRI, dan pada hasil pemeriksan MRI di temukan

sutu penyakit yang bernama Spondilitis TB di torakal 7 dan 8. Selain itu, Firman

Budi mengalami juga bronkitis dan harus di lakukan dirawat inap selama lima hari agar

di lakukan pengobtan lebih intensif oleh dr. Eka Susilo. Pada setiap kontrol Firman Budi

di lakukan injeksi cement (anestesi lokal) (ruas T7-8) oleh dr.Eka Susilo untuk mencegah

dampak lebih fatal pada Firman Budi, seperti kelumpuhan total jika suatu saat nanti

ketika Firman Budi mengalami kecelakan seperti terjatuh atau terpeleset.

Pada 8 Maret 2008 Firman Budi kembali datang ke RS SGI Lipo karawaci untuk

melakukan kontrol rutin seperti biasanya, dan di lakukan injeksi cement pada Firman

Budi dengan kondisi tubuhnya sehat dan dapat berjalan seperti biasanya, Sebelum injeksi

Page 4: Tugas Presentasi Undang – Undang

perawat meminta Firman Budi menandatangani persetujuan tindakan medis. Firman

Budi sempat menanyakan untuk apa di lakukan injeksi cement (pengobatan untuk

mengatasi kelumpuhan) oleh dokter anetesi yang di sebut

general  anestesi, menyatakan bahwa kalau pengobatan ini tidak ada efek samping dan

selalu berhasil, namun tidak ada informasi yang jelas di berikan terhadap Firman Budi

oleh pihak medis. Namun tanpa seijin Firman Budi, injeksi tersebut dilakukan

oleh  asisten dr. Eka Susilo yaitu dr. Miria Noor (Nama samaran), yang menggantikan

tugas dr. Eka Susilo karena dr. Eka Susilo sedang bertugas di luar, ternyata injeksi

tersebut mengalami kesalahan dan menimbulkan dampak yang sangat fatal terhadap

Firman Budi. Ternyata injeksi ini menyebabkan pembengkakan pada seluruh tubuh dan

gula darah naik lalu  rumah sakit melakukan scan dan menemukan cement yang di injeksi

ternyata masuk ke bagian yang bukan tempatnya, yang menyebabkan kelumpuhan pada

tungkai kiri Firman Budi, yang di sebabkan oleh jarum suntik menyentuh sumsum tulang

belakang yang di lakukan oleh dr. Miria Noor (asisten dr. Eka Susilo). Lalu keluarga

Firman Budi meminta rekam medis Firman Budi kepada RS SGI Lipo Karawaci namun

pihak Rumah Sakit menolak memberikan rekam medis Firman Budi dengan dalih bahwa

rekam mendis adalah milik Rumah Sakit, padahal keluarga sangat membutuhkan hasil

dari pemeriksan medis Firman Budi, guna melakukan tindakan medis sangat di perlukan

untuk kesembuhan Firman Budi tersebut, walaupun sudah menjelaskan seperti itu dan

sudah di beri hak oleh Firman Budi akan tetapi pihak rumah sakit enggan memberikan

rekam medis itu, menurut rumah sakit rekam medis tidak boleh di bawa keluar dari

rumah sakit.

Pada 17 Maret 2008 keluarga membawa Firman Budi ke dr. Ahok Hong (nama

samaran) di  ME Hospital di singapura, lalu di lakukan pemeriksaan kepada Firman Budi,

ternyata dari hasil pemeriksan di temukan bahwa injectie cement yang di lakukan di RS

SGI Lipo Karawaci oleh dr. Miria Noor itu salah sasaran, dan bahkan injeksi cement itu

tidak di perlukan oleh Firman Budi dalam pengobatan dirinya. Injeksi cement itu

berdampak fatal terhadap Firman Budi yaitu menyebabkan kelumpuhan dan harus harus

menjalani terapi fisik melalui air dan harus menggunakan kursi roda selama tiga bulan.

Sekarang masih memakai bantuan tongkat untuk berjalan, hal ini menyebabkan Firman

Budi tidak dapat bekerja lagi  di The Jakarta Consulting Group dan sebagai Dekan

Page 5: Tugas Presentasi Undang – Undang

Fakultas Ekonomi Universitas Presiden.

 Pada  tanggal 1 Juli 2009 dan 14 Juli 2009, Firman Budi memberikan  somasi ke

pada RS SGI Lipo Karawaci namun jawaban atau tanggapan dari pihak RS menurut

pihak keluarga tidak memuaskan. Chief Executive Officer RS Siloam, dr A, menyatakan

bahwa pihaknya berusaha memberikan pelayanan yang terbaik bagi Firman Budi dan

telah beritikad baik untuk menyelesaikan dengan bantuan Prof. Harko (nama samaran).

Firman Budi juga melaporkan dr. Eka Susilo dr. Miria Noor kepada Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia. Agar di di berikan sangsi karena sudah di

anggap merugikan dirinya sebagi pasien, dan melakukan pengobatan yang salah

dan  menyebakan dirinya menderita dan tersiksa bahkan tidak bisa melakukan kegiatan

seperti manusia yang merdeka yang di sebabkan oleh tindakan medis yang dilakukan oleh

dr. Eka Susilo dan dr. Miria Noor tersebut.

Page 6: Tugas Presentasi Undang – Undang

BAB III

ANALISA KASUS

Malpraktek adalah praktek kedokteran yang salah atau tidak sesuai dengan

standar profesi atau standar prosedur operasional. Istilah “malpraktek” tidak dijumpai

dalam KUHP, karena memang bukan merupakan istilah yuridis, istilah “malpraktek”

hanya digunakan untuk menyatakan adanya tidakan yang salah dalam rangka pelaksanaan

suatu profesi; baik dibidang kedokteran maupun dibidang hukum. Tindakan yang salah

secara yuridis diartikan setalah melalui putusan pengadilan. Tindakan salah yang

dimaksud sebagai tindakan yang dapat menumbuhkan kerugian baik nyawa, maupun

harta benda.

Malpraktek menyangkut pelaksanaan profesi yang memiliki ciri sebagai berikut:

Ilmu pengetahuan yang diperoleh secara sistematika dana dlam waktu relatif lama

Orientasi utama lebih pada kepentingan umum

Ada mekanisme kontrol terhadap perilaku pemegang profesi, melalui kode etik oleh

organisasi profesi

Ada rewaroad-sistem yang tidak didasarkan pada tujuan komersial.

Malpraktek kedokteran kini terdiri dari 4 hal :

Tanggung jawab criminal

Malpraktik secara etik

Tanggung jawab sipil

Tanggung jawab publik

Malpraktek secara Umum, seperti disebutkan di atas, teori tentang kelalaian

melibatkan lima elemen : (1) tugas yang mestinya dikerjakan, (2) tugas yang dilalaikan,

Page 7: Tugas Presentasi Undang – Undang

(3) kerugian yang ditimbulkan, (4) penyebabnya, dan (5) antisipasi yang dilakukan.

A. Malpraktek Kriminal.

Malpraktek kriminal terjadi ketika seorang dokter yang menangani sebuah kasus

telah melanggar undang-undang hukum pidana. Malpraktik dianggap sebagai tindakan

kriminal dan termasuk perbuatan yang dapat diancam hukuman. Hal ini dilakukan oleh

Pemerintah untuk melindungi masyarakat secara umum. Perbuatan ini termasuk

ketidakjujuran, kesalahan dalam rekam medis, penggunaan ilegal obat – obat narkotika,

pelanggaran dalam sumpah dokter, perawatan yang lalai, dan tindakan pelecehan seksual

pada pasien yang sakit secara mental maupun pasien yang dirawat di bangsal psikiatri

atau pasien yang tidak sadar karena efek obat anestesi. Peraturan hukum mengenai tindak

kriminal memang tidak memiliki batasan antara tenaga profesional dan anggota

masyarakat lain. Jika perawatan dan tata laksana yang dilakukan dokter dianggap

mengabaikan atau tidak bertanggung jawab, tidak baik, tidak dapat dipercaya dan

keadaan - keadaan yang tidak menghargai nyawa dan keselamatan pasien maka hal itu

pantas untuk menerima hukuman. Dan jika kematian menjadi akibat dari tindak

malpraktik yang dilakukan, dokter tersebut dapat dikenakan tuduhan tindak kriminal

pembunuhan. Tujuannya memiliki maksud yang baik namun secara tidak langsung hal ini

menjadi berlebihan. Seorang dokter dilatih untuk membuat keputusan medis yang sesuai

dan tidak boleh mengenyampingkan pendidikan dan latihan yang telah dilaluinya serta

tidak boleh membuat keputusan yang tidak bertanggung jawab tanpa mempertimbangkan

dampaknya. Ia juga tidak boleh melakukan tindakan buruk atau ilegal yang tidak

bertanggung jawab dan tidak boleh mengabaikan tugas profesionalnya kepada pasien. Dia

juga harus selalu peduli terhadap kesehatan pasien.

B. Civil Malpractice

Adalah tipe malpraktek dimana dokter karena pengobatannya dapat mengakibatkan

pasien meninggal atau luka tetapi dalam waktu yang sama tidak melanggar hukum

pidana. Sementara Negara tidak dapat menuntut secara pidana, tetapi pasien atau

Page 8: Tugas Presentasi Undang – Undang

keluarganya dapat menggugat dokter secara perdata untuk mendapatkan uang sebagai

ganti rugi. Tanggung jawab dokter tersebut tidak berkurang meskipun pasien tersebut

kaya atau tidak mampu membayar. Misalnya seorang dokter yang menyebabkan pasien

luka atau meningggal akibat pemakaian metode pengobatan yang sama sekali tidak benar

dan berbahaya tetapi sulit dibuktikan pelangggaran pidananya, maka pasien atau

keluarganya dapat menggugat perdata.

C. Malpraktik secara Etik,

Kombinasi antara interaksi profesional dan aktivitas tenaga pendukungnya serta hal

yang sama akan mempengaruhi anggota komunitas profesional lain dan menjadi

perhatian penting dalam lingkup etika medis. Panduan dan standar etika yang ada terkait

dengan profesi yang dijalaninya itu sendiri. Panduan dan standar profesi tersebut

mengarah pada terjadinya inklusi atau eksklusi orang – orang yang terlibat dalam profesi

tersebut. Kelalaian dalam menjalani panduan dan standar etika yang ada secara umum

tidak memiliki dampak terhadap dokter dalam hubungannya dengan pasien. Namun, hal

ini akan mempengaruhi keputusan dokter dalam memberikan tata laksana yang baik. Hal

tersebut dapat menghasilkan reaksi yang kontroversial dan menimbulkan kerugian baik

kepada dokter, maupun kepada pasien karena dokter telah melalaikan standar etika yang

ada. Tindakan tidak profesional yang dilakukan dengan mengabaikan standar etika yang

ada umumnya hanya berurusan dengan komite disiplin dari profesi tersebut. Hukuman

yang diberikan termasuk pelarangan tindakan praktik untuk sementara dan pada kasus

yang tertentu dapat dilakukan tindakan pencabutan izin praktek.

Sesuai dengan Undang-Undang Praktek Kedokteran No. 29 tahun 2004 Bab IV

tentang Penyelenggaraan Praktik Kedokteran, yang menyebutkan pada bagian kesatu

pasal 36,37 dan 38 bahwa sorang dokter harus memiliki surat izin praktek, dan bagian

kedua tentang pelaksanaan praktek yang diatur dalam pasal 39-43. Pada bagian ketiga

menegaskan tentang pemberian pelayanan, dimana paragraf 1 membahas tentang standar

pelayanan yang diatur dengan Peraturan Menteri. Standar Pelayanan adalah pedoman

yang harus diikuti oleh dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik

kedokteran. Standar Profesi Kedokteran adalah batasan kemampuan (knowledge, skill

Page 9: Tugas Presentasi Undang – Undang

and professional attitude) minimal yang harus dikuasai oleh seorang dokter atau dokter

gigi untuk dapat melakukan kegiatan profesionalnya pada masyarakat secara mandiri

yang dibuat oleh organisasi profesi. Standar profesi yang dimaksud adalah yang

tercantum dalam KODEKI Pasal 2 dimana Setiap dokter harus senantiasa berupaya

melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi, dimana tolak

ukuran tertinggi adalah yang sesuai dengan perkembangan IPTEK Kedokteran, etika

umum, etika kedokteran, hukum dan agama, sesuai tingkat/ jenjang pelayanan kesehatan

dan situasi setempat. Undang-Undang Praktek Kedokteran Pasal 45 ayat (1) menyebutkan

bahwa setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter

atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan. Sebelum memberikan

persetujuan pasien harus diberi penjelasan yang lengkap akan tindakan yang akan

dilakukan oleh dokter.

E. Tinjauan UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek kedokteran

Pasal 45

1) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter

atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan.

2) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setelah pasien

mendapat penjelasan secara lengkap.

3) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya mencakup :

a) Diagnosis dan tata cara tindakan medis

b) Tujuan tindakan medis yang dilakukan

c) Alternatif tindakan lain dan resikonya

d) Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi

e) Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan

4) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diberikan secara tertulis

maupun lisan.

5) Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang mengandung resiko tinggi

harus diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditanda tangani oleh yang berhak

memberikan persetujuan

6) Ketentuan mengenai tata cara persetujuan tindakan kedokteran atau kedokteran

Page 10: Tugas Presentasi Undang – Undang

gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5)

diatur dengan peraturan Menteri.3

Pasal 51

Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai

kewajiban :

1) memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur

operasional serta kebutuhan medis pasien;

2) merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau

kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan

atau pengobatan;

3) merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga

setelah pasien itu meninggal dunia;

4) melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin

ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan

5) menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau

kedokteran gigi.3

Pasal 52

Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai hak:

1. mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3);

2. meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;

3. mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;

4. menolak tindakan medis; dan mendapatkan isi rekam medis.

Pembahasan:

Pada kasus ini terjadi pelanggaran pasal 45 ayat 2 dan 3 dimana pasien tidak

mendapatkan informasi jelas mengenai tindakan medis yang akan dilakukan pada pasien

dan juga resiko-resiko yang akan dialami bila melakukan tindakan tersebut. Selain itu

dokter juga melanggar pasal 51 ayat 1 dan 2 dimana dokter seharusnya melakukan

Page 11: Tugas Presentasi Undang – Undang

tindakan sesuai dengan standar profesi dan jika merasa belum sanggup untuk melakukan

tindakan medis tersebut, maka seharusnya dirujuk ke dokter lain yang mempunyai

keahlian itu. Dan yang terakhir dokter juga melanggar pasal 52 ayat 1 dimana pasien juga

tidak mendapatkan informasi secara jelas atas tindakan.

F. Tinjauan dari Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Pasal 360 KUHP

(1) Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain mendapat luka-luka

berat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan

paling lama satu tahun.

(2) Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain luka-luka

sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau halangan menjalankan

pekerjaan jabatan atau pencaharian selama waktu tertentu, diancam dengan

pidana penjara paling lama Sembilan bulan atau kurungan paling lama enam

bulan atau denda paling tinggi tiga ratus juta rupiah.

Pembahasan :

Dalam kasus ini yang dilakukan dr. Eka Susilo lakukan termasuk pelanggaran Pasal

360 KUHP ayat 1 dan 2, dimana dokter akibat kealpaannya menyebabkan orang lain

mendapat luka – luka berat, sehingga pasien tidak dapat melakukan pekerjaanya dalam

waktu tertentu

Sedangkan luka uka berat yang dimaksud terdapat pada Pasal 90 KUHP

Luka berat berarti:

Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama

sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut;

Tidak mampu terus-menerus untuk menjalan kan tugas jabatan atau pekerjaan

pencarian;

Kehilangan salah satu pancaindera;

Mendapat cacat berat;

Menderita sakit lumpuh;

Page 12: Tugas Presentasi Undang – Undang

Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;

Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.

Pembahasan :

Pada kasus ini dokter Eko Susilo memenuhi kriteria yang disebutkan pada pasal 90

tersebut dimana pada pada point ke 5 yang dimaksudkan luka berat yaitu menderita sakit

lumpuh, dimana dalam kasus ini pasien juga mengalami kelumpuhan.

G. Tinjauan dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

P asal 1313 KUHPerdata

Adanya perjanjian antara dokter dan pasien menimbulkan perikatan diantara

kedua belah pihak. Pasien yang datang ke dokter agar dokter melakukan tindakan medik

yang bertujuan menyembuhkan sakit yang ia derita disebut perikatan inspanning

verbintenis, sehingga dokter berkewajiban untuk berusaha secara maksimal dalam

melakukan tindakan medik untuk kesembuhan pasiennya.

P asal 1243 KUHPerdata

Apabila dokter lalai dalam melakukan kewajibannya, maka dokter dapat

dikatakan melakukan wanprestasi. Tindakan wanprestasi dokter menimbulkan kerugian

bagi pasien baik secara materiil maupun immateriil, sehingga dokter dapat dituntut untuk

membayar biaya, rugi, dan bunga kepada pasien yang bersangkutan.

P asal 1866 KUHPerdata

Pasien dapat menuntut ganti rugi pada dokter baik berupa biaya yang termasuk

juga biaya pengobatannya, rugi dan bunga dengan mengajukan gugatan ke Pengadilan

Negeri dengan mengajukan bukti-bukti otentik adanya kesalahan yang dilakukan oleh

dokter terhadap dirinya dan alat-alat bukti ini berupa bukti tulisan, bukti dengan saksi-

saksi, persangkaan-persangkaan, pengakuan dan sumpah.

Pasal 1366 KUH Perdata

Page 13: Tugas Presentasi Undang – Undang

Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan

perbuatannya tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang hati-

hatinya.

Pasal 1371 KUH Perdata

Penyebab luka atau cacatnya sesuatu anggota badan dengan sengaja atau karena

kurang hati-hati memberikan hak kepada si korban untuk selain penggantian biaya-biaya

penyembuhan, menurut penggantian kerugian yang disebabkan oleh luka atau catat

tersebut. Juga penggantian kerugian ini dinilai menurut kedudukan dan kemampuan

kedua belah pihak dan menurut keadaan.

Pembahasan :

Pada kasus ini, dokter Eka Susilo melanggar pasal 1366 karena kurang hati – hati

sehingga menimbulkan kerugian kepada pasien tersebut, sedangkan dokter Miria Noor

dapat terkena pasal 1367 karena disini dokter Eka Susilo sebagai tanggungan dokter

Miria melakukan kelalaian sehingga menyebabkan kerugian bagi pasien dan menurut

pasal 1371 KUHPer karena dokter Eka Susilo harus bertanggung jawab atas kerugian

yang disebabkan perbuatannya atau karena kekurang hatiannya.

H. Tinjauan dari UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

Pasal 13

Tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran di Rumah Sakit wajib memiliki

Surat Izin Praktik sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

Tenaga kesehatan tertentu yang bekerja di Rumah Sakit wajib memiliki izin sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus bekerja sesuai dengan

standar profesi, standar pelayanan Rumah Sakit, standar prosedur operasional yang

berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan keselamatan

pasien.

Ketentuan mengenai tenaga medis dan tenaga kesehatan sebagaimana `dimaksud

pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

Page 14: Tugas Presentasi Undang – Undang

perundang-undangan.

Pasal 29 Kewajiban Rumah Sakit

• Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada masyarakat

• Memberi pelayanan kesehatan yg aman, bermutu, anti diskriminasi dan efektif

dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit

• Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan

pelayanannya

• Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana, sesuai dengan

kemampuan pelayanannya

• Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat yang tidak mampu atau miskin

• Melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan pasien

tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis,

pelayanan korban bencana dan kejadian liar biasa, atau bakti sosial bagi misi

kemanusiaan

• Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di Rumah

Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien

• Menyelenggarakan rekam medis

• Menyediakan sarana dan prasarana yang layak antara lain sarana ibadah, parkir, ruang

tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak, usia lanjut.

• Melaksanakan sistem rujukan.

• Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika serta

peraturan perundang-undangan.

• Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak & kewajiban

pasien

• Menghormati dan melindungi hak-hak pasien

• Melaksanakan etika Rumah Sakit

•Memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana

• Melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan secara regional maupun

nasional

• Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau kedokteran gigi

Page 15: Tugas Presentasi Undang – Undang

dan tenaga kesehatan lainnya.

• Menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (Hospital By Laws)

• Melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi semua petugas Rumah Sakit dalam

melaksanakan tugas, dan

• Memberlakukan seluruh lingkungan Rumah Sakit sebagai kawasan Tanpa Rokok

(KRT).

Pembahasan :

Pada Kasus ini rumah sakit tidak menghormati hak pasien dan melanggar pasal

13 karena tidak memberikan penjelasan yang lengkap sebelumnya dan pihak rumah sakit

tidak mengutamakan keselamatan pasien karena dokter Eka Susilo yang merupakan

asisten dari dokter Miria Noor melakukan tindakan tanpa pengawasan dari dokter Miria

Noor. Selain itu Pada kasus ini terdapat pelannggaran pada pasal 29 mengenai kewajiban

rumah sakit dimana pihak rumah sakit tidak memberikan pelayanan yang aman terhadap

pasien karena menurut dokter ahong hery tindakan penyuntikan cement ini dapat

membahayakan kesehatan pasien, pada kasus ini rumah sakit tidak memberikan informasi

yang jelas kepada pasien mengenai tindakan yang telah dilakukan oleh salah seorang

dokternya dan dengan tidak diberikan informasi yang jelas kepada pasien dokter tidak

menghormati dan melindungi hak – hak pasienya.

I. Tinjauan dari UU Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999

Berbunyi : Pasien rumah sakit adalah konsumen, sehingga secara umum pasien

dilindungi dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

(UU No. 8/1999).

Pasal 4

Hak Konsumen adalah:

hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang

dan / atau jasa;

Page 16: Tugas Presentasi Undang – Undang

hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa

tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengani kondisi dan jaminan barang

dan/atau jasa;

hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang

digunakan

hak untuk mendapatkan advokasi, perlinndungan, dan upaya penyelesaian sengketa

perlindungan konsumen secara patut;

hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang

dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana

mestinya;

hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Pembahasan :

Pada kasus ini yang dilanggar adalah

Pasien tidak mendapatkan hak atas keamanan akan jasa yang diberikan kepada

pasien karena terbukti tindakan tersebut dapat merugikan pasien dan membuat

kelumpuhan pada pasien.

pasien tidak mendapatkan informasi yang jelas mengenai jasa yang diberikan kepada

pasien

Pasien juga tidak mendapatkan pelayanan secara benar dan jujur, dimana pelayanan

ini seharusnya dilakukan oleh dokter yang lebih kompeten.

pasien berhak untuk mendapatkan ganti rugi atas tindakan yang telah terjadi pada

pasien ini.

Pasal 7 ( Kewajiban pelaku usaha):

Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan

barang dan/atau jasa serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan dan

Page 17: Tugas Presentasi Undang – Undang

pemeliharaan;

Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif

Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan

berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang

dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang

dibuat dan/atau yang diperdagangkan;

Memberi komppensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat

pengguunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan;

Memberi konpensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa

yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian

Pembahasan:

Pada kasus terjadi pelanggaran pada poin 2,3,6 dan 7 dimana

Pasien tidak mendapatkan informasi yang benar dan jelas mengenai jaminan jasa

yang diberikan, serta pelayanan konsumen yang kurang benar.

Dokter harus memberikan kompensasi ganti rugi terhadap pasien karena jasa yang

diterima tidak sesuai dengan perjanjian.

Page 18: Tugas Presentasi Undang – Undang

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Malpraktek adalah praktek kedokteran yang salah atau tidak sesuai dengan

standar profesi atau standar prosedur operasional. Istilah “malpraktek” tidak dijumpai

dalam KUHP, karena memang bukan merupakan istilah yuridis, istilah “malpraktek”

hanya digunakan untuk menyatakan adanya tidakan yang salah dalam rangka pelaksanaan

suatu profesi; baik dibidang kedokteran maupun dibidang hukum. Dalam kasus ini diduga

telah terjadi kelalaian saat Firman Budi mendapatkan penatalaksanaan di rumah sakit

sehingga menyebabkan kaki kiri Firman Budi menjadi lumpuh. Ditambah lagi tindakan

tersebut dilakukan oleh dokter yang kurang berkompeten dan dilakukan tanpa

pengawsaan oleh dokter yang lebih berkompeten. Bila ditinjau dari hukum dan undang

undang yang berlaku, baik dari segi praktek kedokteran, pindana, perdata,

kerumahsakitan dan hak konsumen terdapat penyimpangan penyimpangan yang terjadi.

Di mana di dalam perundang – undangan jelas dibuat untuk melindungi pasien ataupun

dokter itu sendiri dari kerugian yang mungkin terjadi. Seharusnya pada kasus ini pasien

mendapatkan informasi yang jelas mengenai tindakan yang akan dilakukan diagnosa,

alternative, resiko dan komplikasi dari tindakan ataupun penyakit yang diderita oleh agus

sehingga pasien lebih mengerti dan menerima jika ternyata ada suatu komplikasi atau

resiko yang terjadi.

\

Page 19: Tugas Presentasi Undang – Undang

DAFTAR PUSTAKA

1. Kasus Malpraktek yang marak di indonesia dan pandangan hukumnya. Available at :

http://anapuspitapratama.blogspot.com/2011/01/contoh-malpraktek.html. Accessed on

April 10th 2014

2. UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran. Available at :

http://www.depkes.go.id/downloads/UU_No._29_Th_2004_ttg_Praktik_Kedokteran.pdf.

Accessed on February 8th 2014.

3. UU No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Available at :

www.depkes.go.id/downloads/UU_No._44_Th_2009_ttg_Rumah_Sakit.pdf. Accessed on

February 8th 2014.

4. UU Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999. Available at :

http://litbang.pu.go.id/sni/data/sni/upload/legalaspek/UU%20no%208%20Thn

%201999%20tentang%20perlindungan%20konsumen.pdf .Accessed on February 8th

2014.