tugas pola pengolahan tanah
DESCRIPTION
mesin peralatan pertanianTRANSCRIPT
TUGAS
MESIN DAN PERALATAN PERTANIAN
(Pola Pengolahan Tanah Circuitous Pattern Rounded Corners)
Oleh :
Kelompok : 2
Nama dan NPM : Ayu Nur Aprilyani (240110110008)
Dian Rizki Lestari (240110110009)
Rendy Yus Sriyanto (240110110010)
Hana Lestari Ismawati (240110110012)
Putri Danisyah (240110110013)
M. Tuhaeni (240110110015)
Dosen : Ir. Totok Herwanto, M.Eng.
DEPARTEMEN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014
POLA PENGOLAHAN TANAH CIRCUITOUS PATTERN ROUNDED
CORNERS
I. Pengolahan Tanah
Tanah merupakan suatu sistem yang dinamis, tersusun
dari empat bahan utama yaitu bahan mineral, bahan organik, air
dan udara. Bahan-bahan penyusun tanah tersebut berbeda
komposisinya untuk setiap jenis tanah, kadar air dan perlakuan
terhadap tanah. Sebagai suatu sistem yang dinamis, tanah dapat
berubah keadaannya dari waktu ke waktu, sesuai sifat-sifatnya
yang meliputi sifat fisik, kimia, dan sifat mekanis, serta keadaan
lingkungan yang keseluruhannya menentukan produktifitas
tanah. Pada tanah pertanian, sifat mekanis tanah yang
terpenting adalah reaksi tanah terhadap gaya-gaya yang bekerja
pada tanah, dimana salah satu bentuknya yang dapat diamati
adalah perubahan tingkat kepadatan tanah (Yuswar, 2004).
Pengolahan tanah adalah semua pekerjaan pendahuluan sebelum proses
penanaman. Tujuan utama dari pengolahan tanah adalah menciptakan kondisi
tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman dengan usaha yang seminimum
mungkin. Sebagai awal kegiatan budidaya pertanian sebelum kegiatan lainnya
dilakukan, kegiatan ini perlu diupayakan secara efektif dan efisien, oleh karena
menyangkut kualitas hasil dan ketepatan waktu pengolahan tanah. Pengolahan
tanah umumnya masih didominasi oleh penggunaan cangkul (secara manual)
oleh tenaga manusia dan alat bajak yang ditarik oleh tenaga
ternak. Dengan penggunaan tenaga manusia dan tenaga ternak
akan mengakibatkan produksi pertanian rendah dan waktu yang
lama bila dibandingkan dengan penggunaan tenaga mekanis
seperti traktor terutama sebagai sumber tenaga penarik bajak
dan alat pertanian lainnya. Penggunaan traktor sebagai sumber
tenaga dalam pengolahan tanah, diharapkan dapat mengurangi
waktu dan biaya yang diperlukan untuk proses pengolahan
tanah, kapasitas kerja menjadi lebih tinggi dan pendapatan
petani bertambah, sehingga dapat dilaksanakan usaha
intensifikasi dan ekstensifikasi yang sempurna (Mundjono, 1989).
Kecepatan dalam pengolahan tanah merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kapasitas kerja efektif yang dapat dicapai dalam pengolahan tanah.
Kapasitas kerja efektif adalah faktor yang menentukan besarnya biaya
penggunaan alat persatuan luas (Mundjono, 1989).
Pengolahan tanah merupakan bagian proses terberat dari keseluruhan
proses budidaya, dimana proses ini mengkonsumsi energi sekitar 1/3 dari
keseluruhan energi yang dibutuhkan dalam proses budidaya pertanian. Cara
pengolahan tanah akan berpengaruh terhadap hasil pengolahan dan konsumsi
energinya (Mundjono, 1989).
Beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa masalah pengolahan tanah
merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan produksi pertanian yang
optimal. Kondisi tanah yang baik adalah salah satu faktor berhasilnya produksi
tanaman dan untuk mencapai kondisi tanah yang baik diperlukan pengolahan
tanah dengan alat dan mesin pertanian (Mundjono, 1989).
Akhir-akhir ini masalah yang utama di dalam pembukaan dan pengolahan
tanah adalah bagaimana agar didapatkan efisiensi yang optimal. Hal ini
dimaksudkan dari pengertian minimal tillage yaitu pengolahan yang seminimal
mungkin, tetapi menghasilkan tanah yang baik dan pertumbuhan tanaman yang
optimal dengan biaya yang rendah (Mundjono, 1989).
Kegiatan pengolahan tanah dapat dibedakan menjadi pengolahan tanah I
(Primary tillage) dan pengolahan tanah II (Secondary tillage). Kegiatan
pengolahan tanah pertama secara sederhana bertujuan membongkar tanah menjadi
bongkahan-bongkahan agar mampu menangkap udara, air dan sinar matahari,
guna proses pelapukan sehingga tanah menjadi matang, bebas dari tanaman gulma
dan siap untuk masuk ke pengolahan tanah kedua yang bertujuan menghancurkan
dan mencampur bongkah tanah yang telah matang secara mesra (proses
penghancuran dan pembusukan) agar menjadi media tumbuh tanaman yang baik
(Kuipers dan Kowenhopn, 1983).
Kuipers dan Kowenhopn (1983) menyatakan bahwa tujuan pengolahan
tanah sebagai berikut :
1. Menciptakan struktur tanah yang dibutuhkan untuk persemaian atau tempat
tumbuh benih. Tanah yang padat diolah sampai gembur, sehingga
mempercepat infiltrasi air, berkemampuan baik menahan hujan, memperbaiki
aerasi dan memudahkan perkembangan akar.
2. Meningkatkan kecepatan infitrasi tanah sehingga menurunkan run off dan
mengurangi bahaya erosi.
3. Menghambat atau mematikan tumbuhan pengganggu.
4. Membenamkan tumbuh-tumbuhan atau sampah-sampah yang ada di atas
permukaan tanah ke dalam tanah sehingga menambah kesuburan tanah.
5. Membunuh serangga, larva atau telur-telur serangga melalui perubahan
tempat tinggal dan terik matahari.
6. Menyiapkan lahan sebagai media tumbuh tanaman yang baik
Secara umum, tujuan mekanisasi pertanian adalah (Kuipers dan
Kowenhopn, 1983) :
1. Mengurangi kejerihan kerja dan meningkatkan efisiensi tenaga manusia.
2. Mengurangi kerusakan produksi pertanian.
3. Menurunkan ongkos produksi.
4. Menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas produksi.
5. Meningkatkan taraf hidup petani.
6. Memungkinkan pertumbuhan ekonomi subsistem (tipe pertanian kebutuhan
keluarga) menjadi tipe pertanian komersil (comercial farming)
Proses yang terjadi pada pengolahan tanah dengan bajak
dapat diasumsikan terdiri dari beberapa bagian proses. Untuk
alat ini, proses yang terjadi terdiri dari proses intake, main flow
dan output.
Proses intake merupakan proses dimana suatu bagian/lapisan
tanah dipisahkan dari bagian utamanya. Proses main flow adalah
proses yang terjadi selama tanah bergerak sepanjang bagian alat
(plough-body). Proses output mencakup perubahan yang terjadi
setelah irisan tanah terlepas dari alat (Kuipers dan Kowenhopn, 1983).
II. Pola Pengolahan Tanah
Beberapa macam pola pengolahan tanah yang disesuaikan dengan bentuk
lahan dan jenis alat yang digunakan. Beberapa pola pengolahan tanah, antara lain :
a. Pola Tengah
Pembajakan dilakukan dari tengah membujur lahan. Pembajakan kedua
pada sebelah hasil pembajakan pertama. Traktor diputar ke kanan dan
membajak rapat dengan hasil pembajakan pertama. Pembajakan berikutnya
dengan cara berputar ke kanan sampai ke tepi lahan. Pola ini cocok untuk
lahan yang memanjang
dan sempit. Diperlukan
lahan untuk berbelok
(head land) pada kedua
ujung lahan.
Ujung lahan yang tidak
terbajak tersebut,
dibajak pada 2 atau
3 pembajakan
terakhir. Sisa lahan
yang tidak terbajak (pada ujung lahan), diolah dengan cara manual (dengan
cangkul) (Dahono, 1997). Pengolahan tanah dengan pola tengah disajikan
pada Gambar 1.
Gambar 1. Pengolahan Pola Tengah
Pola ini akan menghasilkan alur balik (back furrow) yaitu alur bajakan
yang saling berhadapan satu sama lain, sehingga akan terjadi penumpukan
lemparan hasil pembajakan, memanjang di tengah lahan. Pada pembajakan
pengolahan tanah dihasilkan alur balik di sajikan pada Gambar 2 (Dahono,
1997).
Gambar 2. Alur balik
Pada tepi lahan alur hasil pembajakan tidak tertutup oleh lemparan hasil
pembajakan disajikan pada Gambar 3 (Dahono, 1997).
Gambar 3. Alur tepi yang tidak tertimbun
b. Pola Tepi
Pengolahan tanah dilakukan dari salah satu titik sudut lahan. Berputar ke
kiri sejajar sisi lahan, sampai ke tengah lahan. Lemparan pembajakan ke arah
luar lahan. Pada akhir pengolahan, operator akan kesulitan dalam
membelokkan traktor. Pengolahan tanah pola tepi disajikan pada Gambar 4
(Dahono, 1997).
Gambar 4. Pola Pengolahan Tepi
Pola ini cocok untuk lahan yang berbentuk bujur sangkar, dan lahan tidak
terlalu luas. Diperlukan lahan untuk berbelok pada kedua diagonal lahan.
Lahan yang tidak terbajak tersebut, dibajak pada 2 atau 4 pembajakan
terakhir. Sisa lahan yang tidak terbajak, diolah dengan cara manual (dengan
cangkul) (Dahono, 1997).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat pembajakan yaitu
(Dahono, 1997) :
1. Menjaga agar traktor berjalan lurus. Pada saat membajak, tanah hasil
bajakan akan terlempar ke arah sisi tepi (biasanya ke kanan), sehingga
bajak akan terdorong ke kiri, dan traktor akan terdorong dan akan
berbelok ke kanan. Operator harus menahan agar traktor tetap berjalan
lurus. Untuk mengontrol agar jalannya traktor lurus, sesaat sebelum
melakukan pembajakan, operator melihat satu titik lurus di depan. Pada
saat akan mengontrol, operator dapat melihat kembali titik tadi apakah
masih berada lurus di depan.
2. Menjaga kedalaman pembajakan. Pada saat membajak, tanah akan
terangkat ke atas, sehingga bajak akan terdorong ke bawah, dan bagian
depan traktor akan terangkat. Operator harus menahan agar posisi traktor
stabil. Untuk implemen yang baik, biasanya dilengkapi dengan peralatan
yang dapat menahan bajak, sehingga kedalaman bisa dijaga, dan operator
tidak perlu menahan. Biasanya di bagian depan traktor juga dilengkapi
dengan pemberat untuk menyeimbangkan beban.
3. Mengangkat implemen, apabila implemen menabrak halangan yang
menimbulkan beban berat seperti : batu besar, tanah keras atau liat,
batang atau tanggul pohon besar dan sebagainya. Dengan mengangkat
implemen, beban traktor akan berkurang. Selain itu juga dapat menjaga
agar implemen tidak rusak.
III. Circuitous Rounded Corner
Circuitous rounded corner merupakan pola pengolahan tanah yang
termasuk ke dalam pola tepi. Hal ini dapat dilihat pada gambar 5. Pola pengolahan
tanah circuitous rounded corner biasanya digunakan saat akan melakukan
penggaruan terhadap lahan yang akan diolah.
Penggaruan
Pengaruan adalah kegiatan yang bertujuan untuk menghancurkan
bongkahan-bongkahan tanah yang besar setelah dibajak. Pada implemen garu
terdapat ‘gang’ yang berlawanan arah yang menggerakkan tanah berlawanan arah
sehingga tanah menjadi lebih hancur. Jika kondisi tanah setelah proses
pembajakan cukup hancur, penggaruan bisa tidak dilakukan untuk menghemat
biaya dan waktu. Pengolahan tanah dilanjutkan ke tahap berikutnya.
Pola kerja yang digunakan umumnya mengunakan pola circuitous rounded
corner dan metode belok U-Shape Turning. Akan tetapi, ada juga yang
menggunakan pola headland pattern from back furrow atau sama dengan pola
pembajakan. Traktor berjalan tegak lurus dengan alur bajakan. Gigi yang
digunakan adalah high 2 atau kelinci dua (istilah dari operator). Traktor pada
kegiatan penggaruan berjalan cukup cepat dengan kecepatan 1.16 – 1.39 m/s
karena penggaruan lebih ringan dari kegiatan pengolahan tanah sebelumnya
(pembajakan dan ripper).
Gambar 5. Pola PengolahanTtanah Circuitous Pattern Rounded Corners
Semua teknik perencanaan cakupan lapangan dari daerah robotika harus
dimodifikasi agar dapat diterapkan dalam operasi pertanian karena mereka khusus
karakteristik. Misalnya, mesin lapangan perlu membuat tikungan pendek di ujung
lapangan dan saat mengikuti baris tanaman ditanam di kontur dan kurva. Jadi,
radius putar mengimplementasikan merupakan faktor penting yang mempengaruhi
waktu yang hilang dalam perjalanan akhir dan di sudut-sudut (Tsatsarelis, 2003
dalam Unang, 2010).
Beberapa persiapan lahan pembibitan atau mesin dapat membuat tikungan
persegi. Dengan sebagian cutter bar mesin pemotong radius putar cukup pendek
untuk memungkinkan sudut persegi. Keberhasilan menyapu, windrowing dan
baling operasi, bagaimanapun, biasanya mengikuti rounded corner pattern (Hunt,
2001).
Beberapa mesin pertanian memiliki persyaratan pola yang agak kaku
karena mereka berorientasi satu arah. Bajak Moldboard; tarik-jenis penggerak,
garu dan windrowers; dan sebagian besar tarik-jenis pemanen memerlukan posisi
pengoperasian yang pasti sehubungan dengan porsi diproses dari lapangan.
Sebagian besar alat-alat pengolahan tanah dan sebagian menerapkan self-
propelled lebih liberal dalam persyaratan operasi pola mereka. Jadi, perencanaan
cakupan lapangan sebagian besar tergantung pada faktor-faktor agronomi.
Impelemen yang digunakan adalah garu piring bertipe ’offset 2 gang’, tiap
gang memiliki 8 buah piringan yang bergerigi (scalloped disc) dengan diameter
76.2 cm dan lebar alat 237 cm. Sistem penggandengan implemen menggunakan
drawbar, sehingga tidak perlu diangkat ketika belok. Garu dilengkapi dengan
sistem hidrolik yang berfungsi untuk menaikkan dan menurunkan roda karet yang
terdapat pada implemen. Pada saat berada di jalan menuju lahan roda diturunkan
sehingga implemen naik dan tidak menyentuh permukaan jalan. Pada saat bekerja
di lahan roda dinaikkan dan implemen turun.
Tenaga penggerak pada kegiatan penggaruan menggunakan traktor roda
empat sistem 4 WD diantaranya Massey Furgusson 660 yang bertenaga 150 hp,
Massey Furgusson 680 bertenaga 150 hp dan Ford 8730 yang bertenaga 150 hp,
dan John Deere 7710 bertenaga 150 hp.
Pengkairan
Pengkairan adalah kegiatan yang berkaitan untuk membuat guludan atau
juring tanah yang merupakan alur tanam. Jarak antar juring adalah 125 cm dan
adapula yang 115 cm. Kedalaman kairan adalah 25-30 cm bergantung pada hasil
bajakan.
Gambar 6. Hasil Pengkairan
Satu juring ditetapkan memiliki panjang 50 m. Jika suatu alur memiliki
panjang di atas 50 m, juring dibatasi dengan lengan. Lengan adalah sebuah alur
tunggal yang dibuat di tiap titik 50 m alur tanam, arahnya tegak lurus dengan alur
tanam. Lengan bisa dibuat dengan manual, menggunakan cangkul atau dengan
traktor berimplement scarifying satu wing. Lengan juga berfungsi sebagai jalan
kontrol.
DAFTAR PUSTAKA
Bochtis, Dionisis. 2014. A Decomposition Framework for the Autonomous Navigation of Agricultural Vehicles. Terdapat pada http://repository.ipb.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/60469/F09hnu.pdf?sequence=8 (Diakses pada tanggal 5 Oktober 2014 pada pukul 15.24 WIB)
Dahono. 1997. Pengolahan Tanah dengan Traktor Tangan, Bagian Proyek Pendidikan Kejuruan Teknik IV, Jakarta.
Hunt, Donnel. 2001. Farm Power and Machinery Management 10th Edition. Blackweh Publishing Company. Iowa state Press.
Kuipers, H . dan L. Kowenhopn. 1983. Pengolahan Tanah ; Aplikasi Pengukuran Lapangan. Agricultural University Wageningen – Brawijaya University, Malang.
M, Ariesman. 2012. Mempelajari Pola Pengolahan Tanah Pada Lahan Kering Menggunakan Traktor Tangan dengan Bajak Rotari. Terdapat pada http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/2952/Skripsi.docx%3Fsequence%3D1+pola+pengolahan+tanah+dengan+Pola+memutar+sudut+bulat&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id (Diakses pada tanggal 4 Oktober 2014 pukul 20.08 WIB)
Mundjono. 1989. Pengolahan Tanah Cara Gejlokan sebagai Alternatif Menanggulangi Terbatasnya Penyediaan Bibit Tebu. Prosiding Seminar Budidaya Tebu Lahan Kering . Pasuruan , 23-25 November 1988.
Unang. 2010. Pengolahan tanah (Garu dan Kair). Terdapat Pada: http://unangr07.student.ipb.ac.id/ (Diakses pada tanggal 5 Oktober 2014 pada pukul 12.24 WIB)
Yuswar, Yunus. 2004. Perubahan Beberapa Sifat FIsik Tanah dan Kapasitas Kerja Traktor Akibat Lintasan Bajak Singkal pada Berbagai Kadar Air Tanah. Tesis. Program Pascasarjana UNSYIAH. Banda Aceh.