pengaruh sistem olah tanah dan pemberian mulsa …digilib.unila.ac.id/29466/3/skripsi tanpa bab...

57
PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA BAGAS PADA LAHAN TEBU PT. GMP RATOON SATU TAHUN KE ENAM TERHADAP POPULASI DAN KEANEKARAGAMAN MESOFAUNA TANAH (Skripsi) Oleh MUHAMMAD LUTHFI ARI S FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

Upload: phammien

Post on 24-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN

MULSA BAGAS PADA LAHAN TEBU PT. GMP RATOON SATU

TAHUN KE ENAM TERHADAP POPULASI DAN KEANEKARAGAMAN

MESOFAUNA TANAH

(Skripsi)

Oleh

MUHAMMAD LUTHFI ARI S

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

Page 2: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

ABSTRAK

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN

MULSA BAGAS PADA LAHAN TEBU PT. GMP RATOON SATU

TAHUN KE ENAM TERHADAP POPULASI DAN KEANEKARAGAMAN

MESOFAUNA TANAH

Oleh

MUHAMMAD LUTHFI ARI S.

PT. Gunung Madu Plantation (GMP) merupakan salah satu perkebunan tebu

terbesar di Lampung. Pengolahan tanah yang dilakukan di PT. Gunung Madu

Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan tanah

secara intensif ini sudah dilakukan selama lebih dari 25 tahun. Cara pengolahan

tanah tersebut menyebabkan degradasi lahan, erosi tanah menjadi lebih cepat,

kerusakan struktur tanah, dan mempengaruhi keadaan biota tanah oleh karena itu,

perlu adanya sistem pengolahan tanah yang dapat memulihkan kondisi kesuburan

tanah di PT. Gunung Madu Plantation (GMP). Dalam upaya memulihkan kondisi

kesuburan tanah, PT. Gunung Madu Plantation (GMP) menggunakan bahan

organik yang berasal dari limbah pabrik gula berupa limbah padat pabrik gula

BBA (bagas, blotong, dan abu), serta pemberian pupuk anorganik dalam

mencukupi kebutuhan unsur hara tanaman tebu PT. Gunung Madu Plantation

(GMP) dan mulai melakukan penelitian tentang konserasi tanah. Olah Tanah

Konservasi (OTK) merupaan penelitian yang bersifat jangka panjang yang

dilakukan selama kurang lebih 11 tahun.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pengaruh sistem olah tanah yang

dilakukan terus menerus terhadap populasi, keanekaragaman, dominansi

mesofauna tanah. Mendapatkan pengaruh mulsa bagas terhadap populasi,

Page 3: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

keanekaragaman, dominansi mesofauna tanah, dan mendapatkan interaksi antara

pengaruh sistem olah tanah yang terus menerus dan penggunaan mulsa bagas

terhadap terhadap populasi, keanekaragaman,dominansi mesofauna tanah

Penelitian disusun secara split plot dalam rancangan acak kelompok (RAK) yang

terdiri dari 4 perlakuan dengan 5 ulangan atau 20 satuan percobaan. Petak utama

yaitu Olah Tanah (T), yang terdiri dari Tanpa Olah Tanah (T0) dan Olah Tanah

Intensif (T1). Sebagai anak petak adalah pemberian mulsa bagas (M), yang terdiri

dari Tanpa Mulsa Bagas (M0) dan Aplikasi Mulsa Bagas 150 t ha-1

(M1). Sampel

mesofauna tanah diambil dengan menggunakan ring sampel kemudian diamati

dengan cara diekstraksi kering menggunakan corong Barlese yang disinari dengan

lampu 25 watt selama 7 x 24 jam. Populasi mesofauna dihitung dan diidentifikasi

dengan menggunakan mikroskop binokuler.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, Sistem Tanpa Olah Tanah menunjukkan

hasil yang lebih tinggi daripada Olah Tanah Intensif terhadap Populasi mesofauna

tanah pada lahan tebu ratoon satu tahun ke enam di bulan Maret 2016.

Aplikasi mulsa bagas 150 t ha-1

tidak memberikan pengaruh terhadap populasi,

indeks dominansi dan indeks keanekaragaman mesofauna tanah pada lahan tebu

ratoon satu tahun ke enam di bulan Maret dan bulan Mei 2016. Sistem Olah

Tanah dan Aplikasi mulsa bagas tidak berinteraksi terhadap populasi, indeks

dominasi dan indeks keanekaragaman mesofauna tanah pada lahan tebu ratoon

satu tahun ke enam di Bulan Maret dan Bulan Mei 2016. Pada indeks

Keanekaragaman Mesofauna tanah ordo Colembola dan ordo Acarina

mendominasi pada setiap kombinasi perlakuan sistem olah tanah dan pemberian

mulsa bagas. Nilai indeks dominasi dan keanekaragaman fauna tanah pada

semua kombinasi perlakuan sistem olah tanah dan mulsa bagas tergolong rendah.

Kata Kunci : Mulsa bagas, Sistem Olah Tanah, mesofauna tanah,olah tanah

intensif,dan tanpa olah tanah.

Page 4: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN

MULSA BAGAS PADA LAHAN TEBU PT. GMP RATOON SATU

TAHUN KE ENAM TERHADAP POPULASI DAN KEANEKARAGAMAN

MESOFAUNA TANAH

Oleh

MUHAMMAD LUTHFI ARI S.

Skripsi

Sebagai salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PERTANIAN

pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertaanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

Page 5: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan
Page 6: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan
Page 7: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan
Page 8: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

RIWAYAT HIDUP

Muhammad Luthfi Ari S. Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal

13 Januri 1992, putra ketiga dari keluarga Bapak Dr. Ir. Rudy Sutrisna, M.S. dan

Ibu Ir. Any Kusumastuti, M.P.

Pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 01 Klaten Jawa Tengah yang diselesaikan

pada tahun 2004. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Bandar

Lampung, diselesaikan pada tahun 2007. Pendidikan Sekolah Menengah Atas

Negeri 09 Bandar Lampung, diselesaikan pada tahun 2010. Pada tahun 2010

penulis tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Agroteknologi Fakultas

Pertanian Universitas Lampung, melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan

Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada tahun 2013 penulis melakukan Praktik Umum

(PU) di PT Gunung Madu Plantation (PT. GMP) Lampung Tengah dan pada

tahun 2014 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sukajawa

Kecamatan Bumi Ratu Nuban Kabupaten Lampung Tengah.

Selama kuliah penulis pernah menjadi asisten dosen mata kuliah Dasar – Dasar

Ilmu Tanah pada semester genap Tahun Ajaran 2015/2016 dan asisten dosen mata

kuliah Analisis Kimia Tanah pada semester ganjil Tahun Ajaran 2015/2016.

Penulis aktif mengikuti organisasi di internal dan eksternal kampus seperti Badan

Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Lampung dan menjabat sebagai Menteri

Page 9: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

Advokasi Hukum dan Perundang – Undangan pada tahun ajaran 2015 – 2016.

Pada tahun ajaran 2013 – 2014 penulis menjadi Kepala Bidang Kaderisasi Forum

Studi Islam (FOSI) Fakultas Pertanian Unila dan Anggota Bidang Kaderisasi

Persatuan Mahasiswa (PERMA) Agroekoteknologi dan Penulis mengikuti

pelatihan Kewairausahaan tingkat Provinsi Lampung yang diselenggerakan oleh

Kemenpora RI pada tahun 2016.

Dalam mengembangkan potensi dan bakat dalam bidang sosial masyarakat

penulis aktif di organisasi eksternal kampus seperti Dewan Dakwah Islamiyah

Indonesia (DDII) Provinsi Lampung dan Komite Nasional Rakyat Palestina

(KNRP) Provinsi Lampung.

Page 10: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka

yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat

yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-

Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

(QS. At Tahrim 66 : 6)

Seorang Muslim adalah pelajar yang mempelajari ilmu, pelaksana yang

mengamalkannya, sekaligus tentara yang berjihad. Seorang muslim tidak

sempurna keislamannya kecuali memiliki ketiga kriteria tersebut secara utuh.

(Hasan Al Banna)

Persaudaraan adalah terikatnya hati dan nurani, persaudaraan adalah saudaranya

keimanan dan perpecahan adalah saudara kembarnya kekufuran.

(Muhammad Luthfi Ari S)

Page 11: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

SANWACANA

Alhamdullillahirobbil’alamin, segala puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas

berkah, rahmat, dan semua yang telah diberikannya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi berjudul “Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pemberian

Mulsa Bagas Pada Lahan Tebu PT. GMP Ratoon Satu Tahun Ke Enam Terhadap

Populasi dan Keanekaragaman Mesofauna Tanah”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.Agr.Sc., selaku pembimbing utama

atas ketersediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam

menyelesaikan skripsi ini serta telah mengizinkan penulis untuk ikut dalam

proyek penelitian.

2. Bapak Ir. M. A. Syamsul Arif, M.Sc., Ph.D., selaku pembimbing kedua

yang telah memberikan bimbingan, bantuan, dan saran dalam penyusunan

skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo, M.Sc. selaku penguji atas kritik dan

masukannya untuk perbaikan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Ir. Henrie Buchori, M.Si., selaku pembimbing akademik yang

memberikan bimbingan dan motivasi selama penulis menjadi mahasiswa di

Fakultas Pertanian.

5. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Program Studi

Agroteknologi Fakultas Pertanian Unila.

Page 12: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

7. Kedua orang tuaku tercinta bapak, umi, kakak dan adikku tersayang Mas

Nandi, Mbak Afif, Dek Lathifah, Dek Shofa, Dek Fathin, atas segala doa

yang terus menerus, kasih sayang yang tiada tara, bantuan dan perhatiannya

serta kesabaran dalam menantikan keberhasilanku.

8. Keluarga besar alumni dan pengurus FOSI FP, BEM Unila Kabinet Maju

Berkarya, BEM Unila Kabinet Cerdas Progresif, BEM Unila Kabinet

Mengabdi dan Bekarya, serta tim Humas atas semangat, ilmu, motivasi,

waktu, perhatian, bantuannya, dan nasehatnya kepada penulis.

9. Jurusan Agroteknologi 2010 dan seluruh angkatan serta rekan – rekan

Pertanian 2010 yang telah memberikan bantuan selama penulisan skripsi

ini.

10. Keluarga besar Dewan Dakwah Lampung, khususnya Ustadz Nazir Hasan,

Ustadz Yani Marjas, A.Md, Ustadz Mukhlis Solihin, Ustadz Hafi

Suyanto,Lc dan Ustadz Ansori, S.P. yang telah memberikan semangat dan

doa selama penulisan skripsi ini

Semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka dan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi kita semua, amin.

Bandar Lampung, 14 Agustus 2017

Penulis,

Muhammad Luthfi Ari S

Page 13: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ................................................................................................... i

DAFTAR TABEL .......................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah ......................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian........................................................................... 3

1.4 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 3

1.5 Hipotesis ........................................................................................ 7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengolahan Tanah ......................................................................... 8

2.1.1 Pertanian Olah Tanah Intensif ........................................... 9

2.1.2 Pertanian Olah Tanah Konservasi ..................................... 9

2.2 Limbah Penggilingan Tebu, bagas, Blotong, dan Abu Ketel ........ 11

2.2.1 Limbah Penggilingan Tebu ............................................... 11

2.2.2 Bagas ................................................................................. 12

2.2.3 Blotong .............................................................................. 14

2.2.4 Abu Ketel .......................................................................... 15

2.3 Mesofauna Tanah .......................................................................... 17

2.3.1 Bioekologi Mesofauna Tanah ........................................... 17

2.3.2 Peran Mesofauna di dalam Tanah ..................................... 17

2.4 Syarat Tumbuh Tanaman Tebu ..................................................... 20

Page 14: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

ii

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 21

3.2 Alat dan Bahan .............................................................................. 21

3.3 Metode Penelitian .......................................................................... 22

3.4 Pelaksanaan Penelitian .................................................................. 25

3.4.1 Sejarah Lahan Percobaan .................................................. 25

3.4.2 Pengelolaan Lahan ............................................................ 26

3.4.3 Pengambilan Sampel Tanah .............................................. 28

3.4.4 Prosedur Pendugaan Mesofauna Tanah ............................ 28

3.5 Variabel Pengamatan..................................................................... 30

3.5.1 Total Populasi Mesofauna Tanah ...................................... 30

3.5.2 Indeks Keanekaragaman Mesofauna Tanah ...................... 30

3.5.3 Indeks Dominansi Mesofauna Tanah ................................ 31

3.5.4 Suhu Tanah ........................................................................ 31

3.5.5 Kadar Air Tanah ................................................................ 32

3.5.6 Analisis Kimia Tanah ........................................................ 32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ............................................................................. 33

4.1.1 Populasi Mesofauna Tanah ............................................... 33

4.1.2 Indeks Keanekaragaman Mesofauna Tanah ...................... 35

4.1.3 Indeks Dominansi Mesofauna Tanah ................................ 37

4.1.4 Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pemberian Mulsa pada

beberapa Sifat Kimia Tanah .............................................. 39

4.2 Hasil Korelasi Sistem Olah Tanah dan Pemberian Mulsa ............ 43

4.3 Pembahasan ................................................................................... 44

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan.................................................................................... 49

5.2 Saran .............................................................................................. 50

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 15: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Komposisi bagas………………………………………….......... 14

2. Komposisi kandungan hara blotong …………………………... 15

3. Komposisi kandungan abu……………………………….......... 16

4. Kombinasi Perlakuan ……………………………………........ 22

5. Kriteria indeks keanekaragaman Shannon-Weaver……………. 31

6. Ringkasan nilai rerata pengaruh sistem olah tanah dan

pemberian mulsa bagas pada populasi mesofauna tanah pada

bulan Maret dan Mei 2016 (ekor/dm3)……………………….

33

7. Nilai BNT Pengaruh sistem olah tanah terhadap populasi

mesofauna tanah pada tanaman tebu pada bulan

Maret…………………………………………………………...

34

8. Jumlah dan Keanekaragaman mesofauna Tanah pada

kombinasi perlakuan sistem olah tanah dan mulsa bagas Bulan

Maret dan Mei 2016…………………………………………...

35

9 Nilai rerata pengaruh sistim olah tanah dan pemberian mulsa

bagas pada indeks keanekaragaman mesofauna tanah pada

bulam Maret dan Mei 2016……………………………………

37

10. Nilai rerata pengaruh sistim olah tanah dan pemberian mulsa

bagas pada indeks dominasi mesofauna tanah pada bulan

Maret dan Mei 2016 ………………………………..................

39

11. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pemberian Mulsa terhadap

kelembaban Tanah, Suhu Tanah, Kadar Air Tanah, pH Tanah

dan C organik ………………………......................................

40

12 Nilai rerata pengaruh sistim olah tanah dan pemberian mulsa

bagas pada pH ………………………………………………..

42

13. Nilai rerata pengaruh sistim olah tanah dan pemberian mulsa

bagas pada kadar air tanah………………………...................

43

14. Nilai rerata pengaruh sistim olah tanah dan pemberian mulsa

bagas pada C Organik ………………………………………..

44

15. Hasil Uji Korelasi Antara Beberapa Sifat Kimia Tanah dengan

Populasi Mesofauna tanah, Indeks Keanekaragaman dan

Indeks Dominasi Mesofauna Tanah…………………………..

45

16. Data pengaruh sistem olah tanah dan pemberian mulsa

terhadap populasi mesofauna tanah (Individu /dm3) Bulan

Maret2016……………………………………………………...

55

Page 16: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

iv

17. Uji homogenitas pengaruh sistem olah tanah dan pemberian

mulsa terhadap ragam populasi mesofauna tanah (Individu

/dm3) Bulan Maret 2016………………………………………..

55

18. Analisis ragam Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pemberian

Mulsa terhadap Ragam Populasi Mesofauna Tanah (ekor dm-

3) Bulan Maret 2016……………………………………………

56

19. Data Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pemberian Mulsa

terhadap Populasi Mesofauna Tanah (ekor dm-3

) Bulan Mei

2016…………………………………………………………….

56

20. Uji Homogenitas Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pemberian

Mulsa terhadap Ragam Populasi Mesofauna Tanah (ekor dm-3

)

Bulan Mei 2016………………………………………………..

57

21. Data Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pemberian Mulsa

Bagas terhadap Populasi Mesofauna Tanah (ekor dm-3

) Bulan

Mei 2016………………………………………………………

57

22. Uji Homogenitas Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pemberian

Mulsa terhadap Ragam Populasi Mesofauna Tanah (ekor dm-3

)

Bulan Mei 2016 (transformasi log-1

)…………………………...

58

23. Analisis ragam Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pemberian

Mulsa terhadap Ragam Populasi Mesofauna Tanah (ekor dm-

3) Bulan Mei 2016……………………………………………..

58

24. Jumlah dan Macam Populasi mesofauna Tanah pada Berbagai

perlakuan sistem olah tanah dan mulsa bagas bulan Maret

2016………………………………………………….................

59

25. Data Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pemberian Mulsa bagas

terhadap Indeks Keanekaragaman Mesofauna Tanah (ekor dm-

3) Bulan Maret 2016…………………………………………

59

26. Uji Homogenitas Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pemberian

Mulsa bagas terhadap Indeks Keanekaragaman Mesofauna

Tanah (ekor dm-3

) Bulan Maret 2016………………………….

60

27. Analisis ragam Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Mulsa bagas

terhadap Indeks Keanekaragaman Mesofauna Tanah (ekor dm-

3) Bulan Maret 2016……………………………………………

60

28. Jumlah dan Macam Populasi mesofauna Tanah pada Berbagai

perlakuan sistem olah tanah dan mulsa bagas Bulan Mei

2016…………………………………………

60

29. Data Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pemberian Mulsa bagas

terhadap Indeks Keanekaragaman Mesofauna Tanah (ekor dm-

3) Bulan Mei 2016……………………………………………

61

30. Uji Homogenitas Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pemberian

Mulsa bagas terhadap Indeks Indeks Keanekaragaman

Mesofauna Tanah (ekor dm-3

) Bulan Mei

2016…………………………………………………………….

61

31. Analisis ragam Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Mulsa bagas

terhadap Indeks Indeks Keanekaragaman Mesofauna Tanah

(ekor dm-3

) Bulan Mei 2016…………........................................

62

32. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pemberian Mulsa bagas

terhadap Indeks Dominasi Mesofauna Tanah (ekor dm-3

) Bulan

Page 17: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

v

Maret 2016…………………………………………………… 62

33. Uji Homogenitas Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pemberian

Mulsa bagas terhadap Indeks Dominasi Mesofauna Tanah

(ekor dm-3

) Bulan Maret 2016……….……….……….……….

63

34. Analisis ragam Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pemberian

Mulsa bagas terhadap Indeks Dominasi Mesofauna Tanah

(ekor dm-3

) Bulan Maret 2016………….……….……….……

63

35. Data Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pemberian Mulsa bagas

terhadap Indeks Dominasi Mesofauna Tanah (ekor dm-3

) Bulan

Mei 2016…………………………………………….……….

64

36. Uji Homogenitas Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pemberian

Mulsa bagas terhadap Indeks Dominasi Mesofauna Tanah

(ekor dm-3

) Bulan Mei 2016………………….……….……….

64

37. Analisis ragam Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pemberian

Mulsa bagas terhadap Indeks Dominasi Mesofauna Tanah

(ekor dm-3

) Bulan Mei 2016…………………….……….……

65

38. Pengaruh sistem olah tanah dan pemberian mulsa bagas pada

variabel Suhu Tanah…………………………………………..

65

39. Uji Homogen pengaruh sistem olah tanah dan pemberian

mulsa bagas pada variabel Suhu Tanah……………………….

66

40. Analisis pengaruh sistem olah tanah dan pemberian mulsa

bagas pada variabel Suhu Tanah………………………….......

66

41. Pengaruh sistem olah tanah dan pemberian mulsa bagas pada

variabel pH Tanah………………………………………………

67

42. Analisis Pengaruh sistem olah tanah dan pemberian mulsa

bagas pada variabel pH Tanah…………………………….........

67

43. Uji Homogen Pengaruh sistem olah tanah dan pemberian

mulsa bagas pada variabel pH Tanah…………………………..

68

44. Pengaruh sistem olah tanah dan pemberian mulsa bagas pada

variabel Kadar Air Tanah…………………………….……….

68

45. Uji Homogen Pengaruh sistem olah tanah dan pemberian

mulsa bagas pada variabel Kadar Air Tanah…………………...

69

46. Analisis Ragam Pengaruh sistem olah tanah dan pemberian

mulsa bagas pada variabel Kadar Air Tanah……………….

69

47. Pengaruh sistem olah tanah dan pemberian mulsa bagas pada

variabel C-Organik.…………………………………. ……….

70

48. Uji Homogen Pengaruh sistem olah tanah dan pemberian

mulsa bagas pada variabel C-Organik…………………….......

70

49. Analisis Ragam Pengaruh sistem olah tanah dan pemberian

mulsa bagas pada variabel C-Organik…………………….......

71

50. Hasil Analisis Ragam uji Korelasi antara populasi mesofauna

dengan variabel Suhu Tanah Bulan Maret 2016……………….

71

51. Hasil Analisis Ragam uji Korelasi antara populasi mesofauna

dengan variabel pH Tanah Bulan Maret 2016……………….

71

52. Hasil Analisis Ragam uji Korelasi antara populasi mesofauna

dengan variabel Kadar Air Tanah BulanMaret 2016…………

72

53. Hasil Analisis Ragam uji Korelasi antara populasi mesofauna

dengan variabel C-Organik Maret 2016……………………….

72

Page 18: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

vi

54. Hasil Analisis Ragam uji Korelasi antara populasi mesofauna

dengan variabel Suhu Tanah Bulan Bulan Mei 2016…………

72

55. Hasil Analisis Ragam uji Korelasi antara populasi mesofauna

dengan variabel pH Tanah Bulan Mei 2016…………………..

72

56. Hasil Analisis Ragam uji Korelasi antara populasi mesofauna

dengan variabel Kadar Air Tanah Bulan Mei 2016………….

73

57. Hasil Analisis Ragam uji Korelasi antara populasi mesofauna

dengan variabel C-Organik pada bulan Mei 2016……………

73

58. Hasil Analisis Ragam uji Korelasi antara Indeks Keragaman

Mesofauna dengan variabel Suhu Tanah Bulan Maret 2016…...

73

59. Hasil Analisis Ragam uji Korelasi antara Indeks Keragaman

Mesofauna dengan variabel pH Tanah Bulan Maret 2016…..

74

60. Hasil Analisis Ragam uji Korelasi antara Indeks Keragaman

Mesofauna dengan variabel Kadar Air Tanah BulanMaret

2016……………….……………….…………………………..

74

61. Hasil Analisis Ragam uji Korelasi antara Indeks Keragaman

Mesofauna dengan variabel C-Organik Maret 2016…………

74

62. Hasil Analisis Ragam uji Korelasi antara Indeks Keragaman

Mesofauna dengan variabel Suhu Tanah Bulan Mei 2016……

74

63. Hasil Analisis Ragam uji Korelasi antara Indeks Keragaman

Mesofauna dengan variabel pH Tanah Bulan Mei 2016……..

74

64. Hasil Analisis Ragam uji Korelasi antara Indeks Keragaman

Mesofauna dengan variabel Kadar Air Tanah BulanMei

2016….……………….……………….………………………..

75

65. Hasil Analisis Ragam uji Korelasi antara Indeks Keragaman

Mesofauna dengan variabel C-Organik Mei 2016…………..

75

66. Hasil Analisis Ragam uji Korelasi antara Indeks Dominansi

Mesofauna dengan variabel Suhu Tanah Bulan Maret 2016…..

75

67. Hasil Analisis Ragam uji Korelasi antara Indeks Dominansi

Mesofauna dengan variabel pH Tanah Bulan Maret 2016……

75

68. Hasil Analisis Ragam uji Korelasi antara Indeks Dominansi

Mesofauna dengan variabel Kadar Air Tanah BulanMaret

2016……………….……………….……………………………

76

69. Hasil Analisis Ragam uji Korelasi antara Indeks Dominansi

Mesofauna dengan variabel C-Organik Maret 2016………….

76

70. Hasil Analisis Ragam uji Korelasi antara Indeks Dominansi

Mesofauna dengan variabel Suhu Tanah Bulan Mei 2016…….

76

71. Hasil Analisis Ragam uji Korelasi antara Indeks Dominansi

Mesofauna dengan variabel pH Tanah Bulan Mei 2016………

76

72. Hasil Analisis Ragam uji Korelasi antara Indeks Dominansi

Mesofauna dengan variabel Kadar Air Tanah BulanMei

2016…………………….……………….………………………

77

73. Hasil Analisis Ragam uji Korelasi antara Indeks Dominansi

Mesofauna dengan variabel C-Organik Mei 2016…………..

77

Page 19: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tumpukan Bagas pada Penggilingan Tebu di PT GMP …………. 13

2. Penampungan Blotong pada Stasiun Blotong …………………... 15

3. Tata letak penelitian pada lahan tebu PT.GMP ………………….. 24

4. Gambar alat Berlese/Tullgren …………………………………... 29

5. Lahan Tanaman Tebu Tempat pengambilan sampel …………… 78

6. Pengambilan sampel mesofauna tanah …………………………... 78

7. Pengambilan sampel mesofauna tanah …………………………... 78

8. Mesofauna tanah kelompok Acarina ……………………………. 79

9. Mesofauna tanah kelompok Symphila ………………………….. 79

10. Mesofauna tanah kelompok Hymenoptera ……………..……...... 79

11. Mesofauna tanah kelompok Colembola ………….……………... 80

12. Mesofauna tanah kelompok Pseudoscorpiones …………………. 80

Page 20: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

PT. Gunung Madu Plantation (GMP) merupakan salah satu perkebunan tebu

terbesar di Lampung. Pengolahan tanah yang dilakukan di PT. Gunung Madu

Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan tanah

secara intensif ini sudah dilakukan selama lebih dari 25 tahun. Cara pengolahan

tanah tersebut menyebabkan degradasi lahan, erosi tanah menjadi lebih cepat,

kerusakan struktur tanah, dan mempengaruhi keadaan biota tanah, oleh karena

itu, perlu adanya sistem pengolahan tanah yang dapat memulihkan kondisi

kesuburan tanah di PT. Gunung Madu Plantation (GMP) .

Dalam upaya memulihkan kondisi kesuburan tanah PT. Gunung Madu Plantation

(GMP), menggunakan bahan organik yang berasal dari limbah pabrik gula

berupa limbah padat pabrik gula BBA (bagas, blotong, dan abu), serta pemberian

pupuk anorganik dalam mencukupi kebutuhan unsur hara tanaman tebu dan PT.

Gunung Madu Plantation (GMP) mulai melakukan penelitian tentang konserasi

tanah. Olah Tanah Konservasi (OTK) merupaan penelitian yang bersifat jangka

panjang yag dilakukan selama kurang lebih 11 tahun. Pada tahun ke tahun

menunjukan bahwa Olah Tanah Konserfasi (OTK) jangka panjang belum banyak

Page 21: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

2

memberikan informasi tentang perbaikan ataupun peningkatan keanekaragaman

hayati tanah.

Selain itu, keberadaan mesofauna tanah sangat tergantung pada ketersediaan

kenergi dan sumber energi untuk elangsungkan hidupnya, seperti bahan organik.

Dengan tersedianya energi dan hara bagi mesofauna tanah tersebut, maka

perkembangan dan aktifitas mesofauna tanah berlangsung dengan baik dan timbal

baliknaya akan memberikan dampak positif bagi kesuburan tanah (Arief, 2001).

Penelitian Olah Tanah Konservasi yang dilakukan di PT. Gunung Madu

Plantation (GMP) pada tahun ke enam ini memiliki harapan dan potensi terhadap

pengaruh perbaikan biologi tanah khususnya megenai populasi dan

keanekaragaman mesofauna tanah. Mesofauna tanah memegang peranan penting

dalam memelihara keutuhan dan fungsi suatu ekositem.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan, maka kegiatan ini dilakukan untuk

menjawab masalah yang telah dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah pengaruh sistem olah tanah dapat meningkatkan populasi dan

keanekaragaman mesofauna tanah?

2. Apakah pemberian mulsa bagas dapat meningkatkan populasi dan

keanekaragaman mesofauna tanah ?

3. Apakah terdapat interaksi antara pengaruh sistem olah tanah dan

pemberian mulsa bagas terhadap populasi keanekaragaman mesofauna

tanah ?

Page 22: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

3

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendapatkan pengaruh sistem olah tanah terhadap populasi, indeks

dominasi dan indeks keanekaragaman mesofauna tanah pada lahan tebu

ratoon satu tahun ke enam.

2. Mendapatkan pengaruh sistem olah tanah terhadap populasi, indeks

dominasi dan indeks keanekaragaman mesofauna tanah pada lahan tebu

ratoon satu tahun ke enam.

3. Mendapatkan interaksi antara pengaruh sistem olah tanah dan pemberian

mulsa bagas terhadap populasi, keanekaragaman, indeks dominasi dan

indeks keanekaragaman mesofauna tanah pada lahan tebu ratoon satu

tahun ke enam.

1.4 Kerangka Pemikiran

Lahan pertanian tebu (Saccharum offiinarum) di PT. Gunung Madu Plantation

(GMP)telah menerapkan sistem olah tanah intensif selama puluhan tahun, tujuan

pengolahan tersebut adalah untuk menggemburkan tanah dan mencampur sisa sisa

tanaman dengan tanah sehingga pertumbuhan akar tanaman berkembang dengan

baik (Gill dan Berg, 1967). Namun yang terjadi, beberapa hasil penelitian

menunjukan bahwa pengolahan tanah secara intensif menjadi penyebab utama

terjadinya kerusakan tanah dan kekahatan bahan organik tanah (Larson dan

Osbone, 1982, Sofyan, 2011). Pengolahan tanah secara terus menerus dapat juga

menimbulkan dampak negatif yaitu terjadinya degadasi tanah yang diikuti dengan

Page 23: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

4

kerusakan struktur tanah, peningkatan terjadinya erosi tanah, dan penurunan kadar

bahan organik yang berpengaruh terhadap keberadaan biota tanah (Utomo, 2006).

Untuk mengembalikan kesuburan tanah dapat dilakukan dengan menerapkan Olah

Tanah Konservasi (OTK) yaitu dengan cara pemanfaatan mulsa organik dan tanpa

olah tanah. Penerapan OTK diharapkan mampu memperbaiki kualitas tanah.

Makalew (2008), menyatakan TOT cenderung memiliki lebih banyak efek positif

terhadap keanekaragaman beberapa biota tanah dibandingkan dengan pengolahan

tanah., Penerapan Olah Tanah Konservasi jangka panjang ternyata dapat

meningkatkan jumlah dan keanekaragaman biota, hal ini ditunjukan dengan

jumlah bakteri, mesofauna, dan cacing tanah yang lebih tinggi dibandingkan

dengan perlakuan sistem olah tanah intensif (Utomo, 2006).

Penggunaan mulsa dapat menjaga kandungan bahan orgaik di dalam tanah. Mulsa

dapat digunakan sebagai penutup tanah atau dapat dicampur dengan tanah.

Sebagai penutup tanah mulsa lebih efektif dalam melindungi tanah dari dampak

langsung butiran air hujan. Namun, jika mulsa dicampurkan dengan tanah, maka

mulsa akan tterdekomposisi dengan cepat, selanjutnya akan meningkatkan

kesuburan tanah.

Di PT. Gunung Madu Plantation (GMP)banyak terdapat hasil samping

pengolahan tebu berupa ampas tebu (bagasse), endapan nira yang disebut blotong

(filtercake) dan sisa bahan bakar uap yang disebut abu. Bagas dan blotong

dapat dimanfaatkan sebagai mulsa, abu dan bagas dapat dimanfaatkan sebagai

bahan baku pembuat kompos. Serasah tanaman yang jatuh diatas perukaan tanah

merupakan sumber energi bagi beberapa jenis organisme tanah termasuk fauna

Page 24: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

5

tanah. Salah satunya yaitu mesofauna tanah. Mesofauna tanah dapat mencapur

bahan organik dan bahan mineral membentuk agregat mantap. Biopori (biopore)

yang dibentuk oleh fauna tanah dan akar yang melapuk merupakan pori mantap

yang berbentuk silindris mampu menyalurkan pergerakan air dan oksigen

kedalam tanah seta dapat dilewati oleh CO2 yang dihasilkan pada saat respirasi

akar keluar daerah perakaran. Dengan demikian siklus air, energi, dan unsur hara

dapat menjaga kelestarian ekosistem

Pengolahan tanah secara sempurna (intensif) mempunyai pengaruh

negatifterhadap mesofauna tanah dibandingkan dengan Olah Tanah Konservasi

seperti olah tanah minimum. Mesofauna tanah adalah hewan tanah yang

memiliki ukuran tubuh 100 μm-<2 mm seperti Collembola, Acarina, Enchytraida,

dan Rotifera. Keberadaan mesofauna tanah dipengaruhi oleh ketersediaan energi

dan sumber makanan, dengan ketersediaan energi dan hara bagi mesofauna tanah

tersebut, maka perkembangan dan aktivitas mesofauna tanah akan berlangsung

baik dan timbal baliknya akan memberikan dampak positif bagi kesuburan tanah

(Rahmawaty, 2004). Mesofauna tanah dapat digunakan sebagai bioindikator

kesuburan tanah, menurut Suheriyanto (2012), bioindikator merupakan kelompok

organisme yang sensitif terhadap gejala perubahan dari lingkungan akibat aktifitas

manusia yang menekan lingkungan dan merusak sistem biotik

Odum, (1998), menyebutkan bahwa mesofauna tanah meliputi nematoda, cacing-

cacing oligochaeta kecil enchytracid, larva serangga yang lebih kecil,

mikroathropoda, tungau tanah (Acarina ) dan Springtail (collembola) merupakan

bentuk-bentuk yang paling banyak tetap tinggal dalam tanah. Indeks populasi dan

Page 25: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

6

keanekaragaman mesofauna sangat dipengaruni oleh habitatnya, sehingga fauna

tanah di suatu daerah tergantung dari faktor lingkungan yaitu lingkungan biotik

dan lingkungan abiotik. Fauna tanah merupakan bagian dari ekosistem tanah,

oleh kerena itu dalam mempelajari ekologi fauna tanah faktor kimia tanah perlu

diketahui (Suin, 1997)

Hasil-hasil pengolahan diatas menunjukan bahwa pengolahan tanah intensif dalam

rentang waktu yang panjang dapat menimbulkan efek yang negatif terhadap

populasi dan keanekaragaman mesofauna tanah. Berdasarkan uraian di atas perlu

dilakukan penelitian lanjutan mengenai kombinasi pengolahan tanah dan

penggunakan mulsa bagas diharapkan dapat menjaga keseimbangan populasi dan

keanekaragaman mesofauna tanah sebagai indikator kelestarian lingkungan dan

kesuburan taah di PT. Gunung Madu Plantation (GMP).

Page 26: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

7

1.5 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran yang telah dipaparkan, maka

hipotesis yang diajukan adalah:

1. Terdapat pengaruh sistem olah tanah terhadap populasi, indeks

dominasi dan indeks keanekaragaman mesofauna tanah pada lahan tebu

ratoon satu tahun ke enam.

2. Terdapat pengaruh sistem olah tanah terhadap populasi, indeks dominasi

dan indeks keanekaragaman mesofauna tanah pada lahan tebu ratoon satu

tahun ke enam.

3. Ada interaksi antara pengaruh sistem olah tanah dan pemberian mulsa

bagas terhadap populasi, keanekaragaman, indeks dominasi dan indeks

keanekaragaman mesofauna tanah pada lahan tebu ratoon satu tahun ke

enam.

Page 27: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengolahan Tanah

Menurut Gill dan Vanden Berg (1967), Pengolahan tanah adalah suatu kegiatan

manipulasi mekanik terhadap tanah. Tujuannya untuk mencampur dan

menggemburkan tanah, mengontrol tanaman pengganggu, mencampur sisa

tanaman dengan tanah dan menciptakan kondisi kegemburan tanah yang baik

untuk pertumbuhan akar.

Pengolahan tanah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

dan produksi tanaman karena dapat menciptakan struktur tanah yang remah, areasi

tanah yang baik dan menghambat pertumbuhan gulma. Setiap upaya pengolahan

tanah akan menyebabkan terjadinya perubahan sifat-sifat tanah. Tingkat

perubahan yang terjadi sangat ditentukan oleh jenis alat pengolahan tanah yang

digunakan.

Pengolahan tanah dimulai dari persiapan lahan. Selanjutnya persiapan lahandibagi

menjadi dua tahap, yaitu pengolahan lahan pertama (pembajakan),pengolahan

tanah kedua(penggaruan). Dalam pengolahan tanah pertama, tanahdipot g,

kemudian dibalik agar sisa tanaman dan gulma yang ada dipermukaantanah terpot

g dan terbenam. Pengolahan tanah kedua bertujuan untuk menghancurkan

bongkahan tanah hasil pengolahan tanah pertama yang besar menjadi lebih kecil

Page 28: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

9

dan sisa tanaman dan gulma yang terbenam dipot g lagi menjadi lebih halus

sehingga akan mempercepat proses pembusukan (Sihotang, 2010).

2.1.1 Pertanian Olah Tanah Intensif

Teknologi pengolahan lahan yang secara turun temurun digunakan dalam

persiapan lahan adalah teknologi oleh tanah intensif. Olah tanah intesif akan

menyebabkan terjadinya degradasi lahan yang menyebabkan daya dukung dan

produktivitas lahan semakin menurun. Olah tanah intensif utamanya pada lahan

kering di Indonesia akan memacu erosi, pencucian hara, mempercepat pelapukan

bahan organik sehingga lahan kritis semakin meningkat (Syam’un, 2002).

Pengolahan tanah secara intensif dengan menggunakan alat maupun mesin

pertanian dengann tujuan untuk meningkatkan hasil pertanian dan

mengefisienkan usaha tani. Budidaya tanaman dengan pengolahan tanah secara

intensif pada awalnya mendapatkan hasil yang tinggi. Namun, tanah terus

menerus diolah, berakibat tanah mengalami penurunan produktivitas. Tanah

diolah berlebihan tanpa tindakan konservasi akan lebih cepat kering, lebih halus

(powdery), berstruktur buruk dan berkadar bahan organik tanah rendah.

2.1.2 Pertanian Olah Tanah Konservasi

Olah Tanah Konservasi (OTK) adalah suatu sistem pengolahan lahan yang

memperhatikan kaidah konservasi dan memprioritaskan aspek kelestarian

sumberdaya lahan, aspek produksi, dan aspek sosial ekonomi. Dalam

menerapkan teknologi OTK, selain perlu memperhatikan kelayakan fisik, seperti

persyaratan mulsa di permukaan tanah harus lebih dari 30%, juga perlu

Page 29: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

10

memperhatiakan kelayakan sosial ekonominya. Pada dasarnya, OTK

memanipulasi gulma sedemikan rupa sehingga berperan sebagai mulsa pada

budidaya. Dengan demikian, aliran permukaan tanah dan erosi dapat terkendali.

Sementara itu, perakaran gulma dan tanaman awal yang mati dan membusuk

akan menciptakan ruang kapiler/pori di dalam tanah, sehingga kondisi aerasi baik

dan struktur tanah remah tidak memadat meskipun tanah tidak diolah. Kondisi

demikian akan mempertahankan aktivitas mikroorganisme aerob dan anaerob,

sehingga kesuburan tanah relatif dapat dipertahankan.

Pertanian OTK adalah pertanian yang dalam persiapan lahannya menggunakan

olah tanah konservasi. Sistem olah tanah konservasi adalah suatu sistem persiapan

lahan yang bertujuan untuk menyiapkan lahan supaya tanaman dapat tumbuh dan

berproduksi optimum, dengan tetap memperhatikan keonservasi tanah dan air.

Pada sistem OTK, tanah diolah seperlunya saja atau bila perlu tidak sama sekali,

dan mulsa dari residu tanaman sebelumnya dibiarkan menutupi permukaan tanah

minimal 30%. Sistem olah tanah yang masuk dalam rumpun OTK antara lain

olah tanah bermulsa (OTB), oleh tanah minimum (OTM) dan tanpa olah tanah

(TOT). Dengan adanya mulsa in situ, aliran permukaan dan erosi tanah dapat

ditekan sehingga bahan organik tanah dan kesuburan tanah dapat meningkat

(Utomo,2006). Pada OTB, pengolahan tanahnya sama dengan olah tanah intensif

(OTI), yaitu tanah dibajak minimal dua kali, tetapi permukaan tanahnya tetap

ditutupi mulsa. Pada sistem OTM tanah dibesik saja, sedangkan pada TOT, tanah

dibiarkan tidak terganggu kecuali alur kecil atau lubang tugalan untuk

penempatan benih. Sebelum tanam, gulma dikendalikan dengan cara manual atau

dengan herbisida layak lingkungan.

Page 30: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

11

2.2 Limbah Penggilingan Tebu, Bagas, Blotong, dan Abu Ketel

2.2.1 Limbah penggilingan tebu

Limbah penggilangan tebu merupakan sisa-sisa penggilingan tebu yang

dihasilkan selama proses penggilingan tebu dalam beberapa bentuk, seperti

limbah padat, cair, ataupun udara. Limbah padat yang dihasilkan saat

penggilingan tebu oleh PT. Gunung Madu Plantation (GMP) dapat berupa bagas,

blotong, dan abu. limbah cair berupa minyak oli, atau sejenisnya, dan juga tetes

atau molases yang masih dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku lainnya.

Limbah udara yang dihasilkan berupa uap atau gas yang dikeluarkan dari

cerobong asap pabrik, umumnya berupa sulfur dioksidan (SO2), hydrogen sulfida

(H2S) dan debu. Limbah hasil pengolahn tebu menjadi gula sebenarnya adalah

bahan potensial sebagai bahan pembenah tanah yang dapat digunakan untuk

meningkatkan ketersediaan hara tanah.

Limbah padat pabrik gula tersebut berpotensi besar sebagai sumber bahan organik

yang berguna untuk kesuburan tanah. Ampas tebu (bagas) merupakan limbah

padat yang berasal dari perasan batang tebu yang diambil niranya. Limbah ini

banyak mengandung serat dan gabus. Ampas tebu ini memiliki aroma yang segar

dan mudah dikeringkan sehingga tidak menimbulkan bau busuk. Bagas dapat

dimanfaatkan sebagai mulsa atau diformulasikan dengan blotong dan abu sebagai

kompos (Kurnia, 2010).

Basuki (2016) menyatakan, penggunaan mulsa organik dapat memodifikasi

lingkungan mikro tanah, diantaranya mampu meningkatkan suhu tanah, lengas

tanah, dan kadar bahan organik tanah dan sifat-sifat tanah yang nantinya akan

Page 31: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

12

mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman yang bersangkutan.

Pemulsaan pada permukaan tanah dapat memberikan efek penting pada lapisan

permukaan tanah dan konsekuensinya akan berpengaruh pada tanaman dengan

sistem perakaran dangkal (Russel, 1999). Keuntungan pemakaian mulsa organik

yaitu: mengurangi laju evaporasi, meningkatkan cadangan air tanah, menciptakan

kondisi lingkungan (dalam tanah) yang baik bagi aktivitas mikroorganisme tanah,

menghemat pemakaian air sampai 41 %, dengan mulsa akar-akar halus akan

berkembang, mulsa organik dapat terdekomposisi dan mineralisasi yang dapat

memberikan tambahan hara, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan

produksi tanaman (Antari, 2012).

Hal ini sejalan dengan pendapat Mulyatri (2003) bahwa mulsa organik dapat

meningkatkan kapasitas infiltrasi tanah sehingga kehilangan air dapat dikurangi

dan memelihara temperatur dan kelembapan tanah yang ditunjukkan dengan hasil

pengamatan pada lahan yang diberi mulsa memiliki temperatur tanah yang

cenderung menurun dan kelembaban tanah yang cenderung meningkat seiiring

meningkatnya dosis pemulsaan.

2.2.2 Bagas

Bagas atau ampas tebu adalah salah satu limbah padat dalam industri gula tebu

yang terdiri dari kumpulan serat batang tebu setelah niranya diperas. Jumlah

bagas yang dihasilkan dalam suatu industri gula mencapai 30-40% dari tebu

guling.

Page 32: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

13

Gambar 1 .Tumpukan Bagas pada Penggilingan Tebu di PT. Gunung Madu

Plantation (GMP)

Pada PT. Gunung Madu Plantation (GMP), dari sekitar 30-34% tebu yang

menjadi bagas ±27 % bagas yang dipergunakan sebagai bahan bakar boiler pada

masa on season (musim giling), dan surplus ±6% akan dimanfaatkan kembali

pada masa off season setelah sebelumnya melalui unit dewatering mill untuk

proses pengurangan kadar air melalui pemerahan atau sekitar 2/3 bagian bagas

yang dihasilkan sudah dimanfaatkan sebagai gunung bagas (Fitriyana, 2010) yang

akan dimanfaatkan sebagai bahan baku kompos dan juga bahan organik yang

ditambahkan langsung ke tanaman tebu setelah mengalami percampuran dengan

bahan lainnya. Hasil analisis terhadap kandungan hara yang dimiliki bagas adalah

sebagai berikut.

Page 33: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

14

Tabel 1. Kandungan hara bagas pada PT. Gunung Madu Plantations (GMP)

Kandungan Hara Kadar

Kadar Air (%) 60,08

pH 4,17

C-Organik (%) 33,06

N-Total (%) 0,48

Rasio C/N 70

P (ppm) 150

K (ppm) 505

Sumber : Labolatorium Kimia Tanah R&D PT. Gunung Madu Plantations (GMP)

2.2.3 Blotong

Blotong merupakan hasil samping dari proses penjernihan yang merupakan

endapan dari sekumpulan kotoran nira, karena blotong adalah bahan organik

yang dapat mengalami perubahan secara alami, sehingga menimbulkan bau yang

kurang sedap (Lestari, 2006). Secara fisik blotong merupakan gumpalan

gumpalan tipis berwarna coklat dan berbau kurang sedap.

Blotong yang dihasilkan oleh PT. Gunung Madu Plantation (GMP) sebesar 4.5-

5% dari tebu yang digiling akan dimanfaatkan sebagai pupuk organik dan juga

bahan kompos. Blotong dikeluarkan melalui cerobong pada stasiun penampung

blotong.

Gambar 2. Penampungan blotong pada stasiun blotong di PT. Gunung Madu

Plantation (GMP)

Page 34: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

15

Pengangkutan blotong dilakukan dengan menggunakan dump truck bermuaan 7-8

ton . Blotong yang telah diangkut ke gunung bagas untuk selanjutnya akan

dicampur bersama dengan bahan lainnya sebagai BBA dan juga bahan baku

kompos. Hasil analisis terhadap kandungan hara yang dimiliki blotong adalah

sebagai berikut.

Tabel 2. Kandungan hara blotong pada PT. Gunung Madu Plantations (GMP)

Kandungan Hara Kadar

Kadar Air (%) 72,15

pH 6,19

C-Organik (%) 28,48

N-Total (%) 1,70

Rasio C/N 17

P (ppm) 404

K (ppm) 3.615

Sumber : Labolatorium Kimia Tanah R&D PT. Gunung Madu Plantations (GMP)

2.2.4 Abu ketel

Abu Ketel adalah produk samping dari bagas yang digunkan sebagai bahan bakar

boiler yang dihasilkan dari ketel atau boiler. Dalam sekali pelaksanaan

penggilingan tebu, PT. Gunung Madu Plantation (GMP) menghasilkan abu ketel

sebanyak 1.5 - 2.0 %. PT. Gunung Madu Plantation (GMP) menggunakan abu

ketel sebagai campuran pupuk kompos yang digunakan kembali sebagai bahan

organik pada areal pertanaman tebu dan juga berupa BBA (bagas, blotong, abu).

Kompos ini merupakan pupuk yang berfungsi untuk meningkatkan kesuburan

tanah sekaligus decomposer pupuk organik, sehingga menjadi bahan atau unsur

hara yang siap digunakan oleh tanaman.

Page 35: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

16

Abu ketel dihasilkan pada saat proses pembakaran pada stasiun boiler yang bahan

bakarnya berasal dari ampas tebu yang berasal dari proses penggilingan. Selain

dari pembakaran, abu yang terbang bersama dengan gas hasil pembakaran akan

disaring terlebih dahulu agar tidak mencemari lingkungan. Abu yang jatuh karena

penyaring akan masuk kedalam air yang ada di bawahnya dan selanjutnya akan

dialirikan menuju tempat penampungan untuk diendapkan. Hasil analisis terhadap

kandungan hara yang dimiliki abu adalah sebagai berikut

Tabel 3. Kandungan hara abu ketel pada PT. Gunung Madu Plantations (GMP)

Kandungan Hara Kadar

Kadar H20 (%) 45,08

C – Organik (%) 3,17

N – Total (%) 0,11

C/N Ratio (%) 28,81

pH 6,73

Sumber : Labolatorium Kimia Tanah R&D PT. Gunung Madu Plantations (GMP)

2.3 Mesofauna Tanah

2.3.1 Bioekologi Mesofauna Tanah

Keberadaan mesofauna tanah dalam tanah sangat tergantung pada ketersediaan

energi dan sumber makanan untuk melangsungkan hidupnya, seperti bahan

organik dan biomassa hidup yang semuanya berkaitan dengan aliran siklus karbon

dalam tanah. Dengan ketersediaan energi dan hara bagi mesofauna tanah tersebut,

maka perkembangan dan aktivitas mesofauna tanah akan berlangsung dengan baik

dan timbal baliknya akan memberikan dampak positif bagi kesuburan tanah.

Dalam sistem tanah, interseksi biota tanah sulit dihindarkan karena biota tanah

banya terlibat dalam suatu jaring jaring makanan dalam tanah (Arief, 2001).

Page 36: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

17

Populasi dan keanekaragaman mesofauna mencapai tingkat tertinggi pada tanah

dengan porositas dan bahan organik yang tinggi, horizon terstruktur. Selain itu,

aktivitas biologi paling banyak terjadi pada kedalaman tanah hingga 20 cm atau

biasa disebut lapisan oleh tanah.

2.3.2 Peran Mesofauna di dalam Tanah

Mesofauna tanah merupakan salah satu organisme tanah yang dapat memberikan

informasi atau bioindikator mengenai kualitas atau kesuburan tanah (Suwondo,

2002). Mesofauna merupakan hewan yang memiliki ukuran tubuh 100 um --

<2mm, seperti Collemmbola, Acarina, Enchytraida, dan Rotifera. Keberadaaan

mesofauna tanah dipengaruhi oleh ketersediaan energi dan sumber makan.

Dengan ketersediaan energi dan hara bagi mesofauna tanah tersebut, maka

perkembangan dan aktivitas mesofauna tanah akan berlangsung baik dan timbal

baliknya akan memberikan dampak positifnya bagi kesuburan tanah (Rahmawaty,

2004).

Mesofauna dapat digunakan sebagai bioindikator kesuburan tanah. Menurut

Suheriyanto (2012), bioindikator merupakan kelompok organisme yang sensitif

terhadap gejala perubahan dari lingkungan akibat aktivitas manusia yang menekan

lingkungan dan merusak sistem biotik. Brussaard (1998) menyatakan bahwa

keberadaaan dan aktivitas mesofauna dan makrofauna tanah dapat meningkatkan

aerasi, infiltrasi air, agregrasi tanah, serta mendistribusikan bahan organik tanah.

Mesofauna tanah berperan peran aktif dalam menguraikan bahan organik yang

tersedia bagi tumbuhan hijau dan dapat mempertahankan serta mengembalikan

produktivitas tanah dengan didukung faktor lingkungan di sekitarnya. Nutrisi

Page 37: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

18

tanaman yang berasal dari tanaman akan diurai oleh mesofauna tanah sehingga

terbentuk humus yang menjadi sumber nutrisi bagi tanah. Penggolongan fauna

tanah dapat didasarkan berdasarkan ukuran tubuh, kehadiran, tempat hidup dalam

lapisan tanah, cara mempengaruhi sistem tanah dan berdasarkan jenis makanan

atau cara makan.

Salah satu faktor yang memengaruhi struktur komunitas mesofauna tanah

adalah ketersediaan nutrisi. Nutrisi tersebut dapat berupa serasah, material kayu,

spora jamur, miselia jamur, bakteri dan lain sebagainya. Scheu dan Folger (2004)

mengemukakan bahwa beberapa taksa mesofauna tanah yang berpotensi sebagai

pembentuk biopori, lebih menyukai miselia-miselia jamur (kapang) sebagai salah

satu nutriennya. Jamur dan bakteri yang ditemukan dalam saluran pencernaan

beberapa mesofauna, berasosiasi dengan bahan organik sebagai substrat tumbuh

yang kemudian dicerna bersama oleh mesofauna tanah.

Keberadaan mesofauna tanah dalam tanah sangat tergantung pada ketersediaan

energi dan sumber makanan untuk melangsungkan hidupnya, seperti bahan

organik dan biomassa hidup yang semuanya berkaitan dengan aliran siklus karbon

dalam tanah. Dengan ketersediaan energi dan hara bagi mesofauna tanah tersebut,

maka perkembangan dan aktivitas mesofauna tanah akan berlangsung baik dan

timbal baliknya akan memberikan dampak positif bagi kesuburan tanah. Dalam

sistem tanah, interaksi biota tanah tampaknya sulit dihindarkan karena biota tanah

banyak terlibat dalam suatu jaring-jaring makanan dalam tanah (Arief, 2001).

Fauna tanah juga berperan memperbaiki aerasi tanah dengan cara menerobos

tanah sedemikian rupa sehingga pengudaraan tanah menjadi lebih baik, disamping

itu fauna tanah juga menyumbangkan unsur hara pada tanah melalui eksresi yang

Page 38: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

19

dikeluarkannya, maupun dari tubuhnya yang telah mati (Suin, 1997).

Fauna tanah memainkan peranan yang sangat penting dalam pembusukan zat atau

bahan-bahan organik dengan cara menghancurkan jaringan secara fisik dan

meningkatkan ketersediaan daerah bagi aktifitas bakteri dan jamur, melakukan

pembusukan pada bahan pilihan seperti gula, sellulosa dan sejenis lignin, merubah

sisa-sisa tumbuhan menjadi humus, menggabungkan bahan yang membusuk pada

lapisan tanah bagian atas, membentuk kemantapan agregat antara bahan organik

dan bahan mineral tanah. Adanya fauna tanah memberikan pengaruh terhadap

banyaknya pori tanah yang terbentuk, sehingga dapat meningkatkan tanah yang

terbentuk, sehingga dapat meningkatkan aerasi, drainase, dan infiltrasi air ke

dalam tanah (Barnes, 1987).

2.4 Syarat Tumbuh Tanaman Tebu

Tanaman tebu (Saccharum officanarum L.) merupakan tanaman perkebunan

semusim yang mempunyai sifat tersendiri, sebab didalam batangnya terdapat zat

gula. Tebu termasuk keluarga rumput-rumputan (graminae), seperti halnya padi,

glagah, jagung, bambu dan lain-lain. Umur tanaman sejak ditanam sampai bias

dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan

di pulau Jawa dan Sumatera. Untuk pembuatan gula, batang tebu yang sudah

dipanen diperas dengan mesin pemeras (mesin press) di pabrik gula. Sesudah itu,

nira atau air perasan tebu tersebut disaring, dimasak, dan diputihkan sehingga

menjadi gula pasir yang kita kenal. Dari proses pembuatan tebu tersebut akan

Page 39: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

20

dihasilkan gula 5%, ampas tebu 90% dan sisanya berupa tetes (molasse) dan air

(Ahira, 2010).

Tekstur tanah ringan sampai agak berat dengan berkemampuan menahan air

cukup dan porositas 30 % merupakan tekstur tanah yang ideal bagi pertumbuhan

tanaman tebu. Kedalaman (solum) tanah untuk pertumbuhan tanaman tebu

minimal 50 cm dengan tidak ada lapisan kedap air dan permukaan air 40 cm.

Tanaman ini membutuhkan banyak nutrisi dan memerlukan tanah subur.

Tebu dapat ditanam pada tanah dengan kisaran pH 5,5-7,0 , pada pH di bawah 5,5

dapat menyebabkan perakaran tanaman tidak dapat menyerap air, sedangkan

apabila tebu ditanaman pada tanah dengan pH diatas 7,0 tanaman akan sering

kekurangan unsur fosfor (Indrawanto, dkk, 2010).

Page 40: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

21

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian jangka panjang dengan tema “Soil

Rehabilitation Study” kerjasama antara Unila, PT. Gunung Madu Plantation

(GMP), dan YNU (Yokohama National University) Jepang.

Pengambilan sampel dilaksanakan pada bulan Maret 2016 dan Mei 2016 yang

dilakukan di lahan pertanaman tebu PT. Gunung Madu Plantation (GMP),

Lampung Tengah.

Analisis jumlah populasi, keragaman mesofauna, dan dominansi mesofauna tanah

di Labolatorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ring sampel, sekop, cangkul,

meteran, karung, pisau, kertas label, plastik, botol plastik, tali rafia, patok kayu,

tisu, spidol, timbangan elektrik, termometer tanah, oven, barlase , lampu 25 watt,

mikroskop binokuler, cawan petri, pinset, botol film, dan alumunium foil.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu contoh tanah, ethanol

70%, aquades.

Page 41: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

22

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini disusun secara split plot dalam rancangan acak kelompok (RAK)

terdiri dari 4 perlakuan dengan 5 ulangan atau 20 satuan percobaan.

Petak utama adalah perlakuan sistem olah tanah (T) yaitu T0 : tanpa olah tanah

dan T1 : olah tanah intensif.

Anak petak adalah aplikasi mulsa bagas (M) yaitu M0: tanpa mulsa bagas dan M1 :

mulsa bagas 150 t ha-1

.

Dari 2 faktor di atas diperoleh empat kombinasi perlakuan dengan lima ulangan

yaitu :

Tabel. 4 Kombinasi perlakuan petak utama dan anak petak pada percobaan

sistem olah tanah dan aplikasi mulsa bagas

Petak Utama

(Sistem Olah Tanah)

Anak Petak

(Aplikasi Mulsa)

M0 M1

T0 T0 M0 T0 M1

T1 T1 M0 T1 M1

Keterangan : T0 = Tanpa Olah Tanah, T1 = Olah Tanah Intensif, M0 = tanpa mulsa

bagas, M1 = pemberian mulsa 150 t ha-1

Adapun kombinasi perlakuan yang diterapkan adalah sebagai berikut :

T0 M0 = Tanpa Olah Tanah + Tanpa Mulsa Bagas

T0 M1 = Tanpa Olah Tanah + Mulsa Bagas 150 t ha-1

T1 M0 = Olah Tanah Intensif + Tanpa Mulsa Bagas

T1 M1 = Olah Tanah Intensif + Mulsa Bagas 150 t ha-1

Page 42: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

23

Semua perlakuan diaplikasikan pupuk dengan dosis 300 kg Urea ha-1

, 200 kg TSP

ha-1

, 300 kg KCl ha-1

, dan aplikasi bagas, blotong, dan abu (BBA) segar dengan

perbandingan (5:3:1) 150 t ha-1

.

Lalu data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam pada taraf 1% dan 5%

yang sebelumnya telah diuji homogenitas ragamnya dengan Uji Bartlett dan

aditivitasnya dengan Uji Tukey. Rata–rata nilai tengah diuji dengan uji BNT pada

taraf 1% dan 5%. Untuk mengetahui hubungan antara pengaruh antar perlakuan

dilakukan uji korelasi.

Penelitian ini menggunakan lahan pertanaman tebu seluas 2 ha. Lahan dibagi

menjadi 5 kelompok dan tiap kelompok dibagi menjadi 4 petak dengan ukuran

tiap petaknya 25 m x 40 m. Pada setiap kelompok tedapat empat petak dan diberi

simbol A, B, C, dan D. Petak A dan B diberi perlakuan Olah Tanah Intensif (OTI)

sedangkan petak C dan D diberi perlakuan Tanpa Olah Tanah (TOT). Pemberian

mulsa dilakukan secara acak, pada petak olah tanah intensif maupun petak tanpa

olah tanah.

Tata letak plot percobaan serta kombinasi perlakuan dalam penelitian ini disajikan

pada Gambar 3.

.

Page 43: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

24

Gambar 3. Tata letak percobaan pengaruh sistem olah tanah dan pemberian mulsa

bagas pada lahan tebu PT. Gunung Madu Plantation (GMP)

(A1)

(B1)

(C1)

(D1)

(A2)

(B2)

(D2)

(C2)

(B3)

(A3)

(C3)

(D3)

(B4)

(A4)

(C4)

(D4)

(A5)

(B5)

(C5)

(D5)

25 m

II

III

IV

V

U

S

T B

Keterangan :

A (T1M1) : olah tanah intensif + mulsa

bagas 150 t ha-1

B (T1M0) : olah tanah intensif + tanpa

mulsa bagas

C (T0M0) : tanpa olah tanah + tanpa

mulsa bagas

D (T0M1) : tanpa olah tanah + mulsa

bagas 150 t ha-1

Ulangan : I, II, III, IV, V

Olah tanah intensif (OTI)

Tanpa olah tanah (TOT)

Anak petak

Petak utama

40 m

I

Page 44: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

25

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Sejarah Lahan Percobaan

Penelitian tentang aplikasi sistem olah tanah dan pemberian mulsa merupakan

penelitian berkelanjutan. Lahan yang digunakan pada penelitian ini adalah lahan

tebu di PT. Gunung Madu Plantation (GMP)yang telah digunakan selama 25

tahun. Jenis tanaman tebu yang digunakan adalah varietas RGM 00-838. Di lahan

inilah diterapkan sistem pengelolaan tanah dan pemberian mulsa dengan

penggunaan dua sistem olah tanah, yaitu sistem olah tanah intensif dan tanpa olah

tanah, serta aplikasi limbah padat pabrik gula jangka panjang dari tahun 2010

sampai tahun 2020.

Penelitian ini merupakan penelitian pada musim tanam keempat (awal ratoon

ketiga sampai akhir ratoon ketiga). Lahan penelitian ini sebelumnya pada tahun

pertama telah diberakan dari tahun 2009 – 2010

Adapun pada akhir musim tanam pada Juni 2010 , lahan dibersihkan dan dibagi

menjadi 20 petak percobaan berukuran masing – masing 25 m x 40 m dengan

menandainya dengan tali, dan tidak memiliki jarak pemisah antar petak percobaan

hingga akhir musim tanam keempat. Pada penelitian di musim tanam keempat

atau awal ratoon ketiga sampai akhir ratoon yaitu dimulai pada awal bulan maret

2014 sampai akhir bulan Juni 2014, pada awal tahun 2015 ini plant cane dan pada

penelitian ini tanaman tebu merupakan tanaman ratoon 1 untuk tahun ke-enam.

Page 45: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

26

3.4.2 Pengelolaan Lahan

Pada akhir musim tanam pada Maret 2014 , lahan dibersihkan dan dibagi menjadi

20 petak percobaan berukuran masing – masing 25 m x 40 m lalu menandainya

dengan tali, dan tidak memiliki jarak antar petak percobaan.

Pada pemberian pupuk sesuai dengan dosis yang biasa diaplikasikan di PT.

Gunung Madu Plantation (GMP)yaitu urea 300 kg ha-1 , TSP (Triples Super

Phospate) 200 kg ha-1 dan MOP (Muriate of Potast) 300 kg ha-1 diaplikasikan

pada semua plot. Pada petak OTI tanah diolah sesuai dengan dsistem pengolahan

tanah yang diterapkan PT. Gunung Madu Plantation (GMP)yaitu sebanyak 3 kali

pengolahan, yaitu :

1. Olah Tanah Tahap Pertama

Pada olah tanah tahap pertama ini bertujuan untuk memecah tunggul tebu

dan membolak – balik tanah, implemen yang digunakan adalah bajak

piringan piringan atau menggunakan bajak garu dengan kedalaman piringan

20 – 30 cm yang ditarik dengan menggunakan traktor.

2. Olah Tanah Tahap Kedua

Pada olah tanah tahap kedua ini bertujuan untuk menghaluskan tanah dan

sekaligus untuk menyacah ulang tunggul tebu, tanah diolah seperti olah

tanah I dengan alat dan traktor yang sama.

3. Olah Tanah Tahap Ketiga

Pada olah tanah tahap ketiga bertujuan untuk membalikkan tanah bawahan

ke atas dan sekaligus memecahkan lapisan kedap air untuk mendapatkan

tanah yang mampu mendukung perkembangan akar tanaman.

Page 46: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

27

Aplikasi BBA 150 t ha-1

dilakukan pada saat pengolahan tanah II, di campur atau

di aduk dengan tanah. Mulsa bagas diaplikasikan setelah penanaman tebu dengan

dosis 150 t ha-1 untuk petak yang menggunakan mulsa bagas.

Pemberian mulsa bagas baik pada perlakuan T0 dan T1 diakukan dengan cara

disebar secara merata diatas permuaan tanah sebanyak 80 t ha-1

. Selanjutnya tebu

varietas RGM 00-083 ditanam dengan sistem jarak tanam dobel row berjarak 180

cm x 130 cm. Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan melakukan penyulaman

sampai tanaman berumur dua bulan, pengendalian gulma dilakukan secara

mekanik dan pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan melepas musuh

alami, tanpa penggunaan pestisida (bahan kimia).

Pada petak OTI, gulma dikendalikan secara manual dan sisa tumbuhan gulma

dikembalikan ke lahan sebagai mulsa untuk petak yang menggunakan mulsa

bagas. Sedangkan untuk petak yang tanpa menggunakan mulsa bagas, sisa

tumbuhan gulma dikeluarkan dari petak percobaan.

Pada petak OTM, pengelolaan tanah dilakukan pada lahan bekas tanaman tebu

yaitu bertujuan untuk memcah tunggul tebu. Mulsa bagas diaplikasikan dengan

cara di tebar dipermukaan tanah dengan dosis 150 t ha-1

bersamaan pada saat

aplikasi BBA pada petak OTI. Mulsa bagas diaplikasikan setelah penanaman tebu

dengan dosis 150 t ha-1

untuk petak yang menggunakan mulsa bagas. Sama

seperti petak OTI, gulma pada petak OTM dikendalikan secara manual dan sis

tumbuhan gulma dikembalikan ke lahan sebagai mulsa untuk petak yang

menggunakan mulsa bagas berbeda pada petak OTI yang sisa tumbuhan gulma

dikeluarkan dari petak percobaan.

Page 47: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

28

3.4.3 Pengambilan Sampel Tanah

Pengambilan sampel tanah untuk pendugaan populasi dan keanekaragaman

mesofauna tanah dilakukan sebanyak 2 kali. Pengambilan tahap I dilakukan

padamusim penghujan bulan Maret 2016. Pengambilan tahap II dilakukan pada

musim penghujan bulan Mei 2016. Sebelum pengambilan sampel tanah,

dilakukan pengukuran suhu tanah menggunakan termometer digital. Pengambilan

sampel tanah menggunakan ring sampel dengan diameter 5,5 cm dan tinggi 5 cm

sebanyak 3 titik per petak percobaan pada kedalaman tanah 0−5 cm. Kemudian

sampel tanah dikompositkan per petak percobaan. Setelah itu, sampel tanah

ditimbang sebanyak 100 g dan dimasukkan pada peralatan Berlese-Tullgren.

Tanah tersisa yang tidak digunakan untuk analisis mesofauna tanah

dikeringanginkan di dalam rumah kaca selama 3 hari untuk selanjutnya dianalisis

sifat tanahnya.

Setelah itu, sampel tanah dihancurkan dengan mortar sampai halus. Kemudian

tanah disaring dengan ayakan 2 mm untuk mendapatkan partikel halus.

Digunakannya partikel yang halus karena apabila semakin kecil partikel tanah

semakin cepat bereaksi apabila ditambahkan bahan kimia tertentu.

3.4.4 Prosedur Pendugaan Mesofauna Tanah

Prosedur pendugaan mesofauna tanah menggunakan alat Berlese-Tullgren.

Menurut Stubbs dkk. (2004) Berlese-Tullgren merupakan salah satu metode yang

digunakan sebagai studi ekologi keberagaman organisme yang ditemukan di

tanah.Sebanyak 100 g sampel tanah dimasukkan ke dalam alat

Page 48: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

29

Berlese/Tullgren yang dilengkapi saringan dan bola lampu 25 watt. Kemudian

letakkan alkohol 70 % di bawah corong penampung alat tersebut dan hidupkan

stop kontak alat dan pengekstrakkan dilakukan selama 48 jam. Mesofauna yang

ada pada sampel tanah akan bergerak ke bawah, karena tidak tahan terhadap suhu

tinggi.

Gambar 4. Gambar alat Berlese/Tullgren pada sistem olah tanah dan pemberian

mulsa bagas pada lahan tebu PT. GMP ratoon satu tahun ke enam

terhadap populasi dan keanekaragaman mesofauna tanah

Setelah mesofauna tertampung ke dalam wadah penampung, kemudian mesofauna

dipindahkan ke cawan petri dan diamati menggunakan mikroskop binokuler.

Pengamatan mesofauna meliputi ordo, jumlah masing-masing ordo, dan jumlah

total ordo.

Page 49: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

30

3.5 Variabel Pengamatan

3.5.1 Total Populasi Mesofauna Tanah

Total populasi mesofauna tanah (individu dm-3) pada setiap titik pengambilan

sampel ditentukan dengan rumus :

Total populasi = Jumlah individu

dm-3

tanah

3.5.2 Indeks Keanekaragaman Mesofauna Tanah

Untuk menghitung keanekaragaman dari mesofauna tanah digunakan rumus

indeks keanekaragaman Shannon-Weaver yang relatif paling banyak dikenal dan

digunakan. Indeks keanekaragaman Shannonmengukur keragaman organisme

berdasarkan jenis yang langka sehingga bila nilaiindeks ini tinggi maka

keragaman jenis (ordo) tinggi. Indeks keanekaragamanShannon-Weaver (Odum,

1983) adalah sebagai berikut :

H’ = -Σ [ (ni/N) ln (ni/N)]

Keterangan :

H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Weaver

ni = Jumlah individu jenis ke-i

N = Jumlah total individu yang ditemukan

Berdasarkan kriteria indeks keanekaragaman Shannon-Weaver, terbagi menjadi

tiga kategori yang dapat dilihat di bawah ini.

Tabel 5. Kriteria indeks keanekaragaman Shannon-Weaver

Indeks Kenaekaragaman Kategori Keanekaragaman

H ≤ 2

2 < H ≤ 3

H ≤ 3

Rendah

Sedang

Tinggi

Keterangan :

H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Weaver

Page 50: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

31

3.5.3 Indeks Dominansi Mesofauna Tanah

Indeks dominansi digunakan untuk mendapatkaninfomasi mengenai jenis

mesofauna tanah yang mendominasi suatu bentang lahan.Indeks dominansi

Simpson lebih mengukur jenis biota yang umum, artinya bilanilai indeks

keragaman ini rendah maka terdapat suatu jenis (ordo) yang dominan

Indeks dominansi yang digunakan yaitu Indeks dominansiSimpson, dapat dilihat

di bawah ini :

C = Σ Pi2

Keterangan :

C = Indeks dominansi Simpson

P = ni/N (proporsi jenis ke-i)

ni = jumlah individu mesofauna tanah jenis ke-i.

N = jumlah seluruh individu mesofauna tanah.

Nilai C mendekati 0 = indeks semakin rendah atau didominasi oleh satu jenis

mesofauna tanah.

Nilai C mendekati 1 = indeks semakin besar atau cenderung didominasi oleh

beberapa mesofauna tanah.

3.5.4 Suhu Tanah

Suhu tanah diukur sebanyak 2 kali, yaitu pada bulan Desember 2015 dan Maret

2016. Alat ukur yang digunakan yaitu termometer tanah digital. Dari

setiap petak percobaan diambil 3 titik pengukuran suhu. Titik-titik pengukuran

suhu ini nantinya digunakan pula untuk titik pengambilan sampel tanah untuk

pendugaan populasi mesofauna tanah dan analisis tanah.

3.5.5 Kadar Air Tanah

Pengukuran kadar air tanah dilakukan dengan mengambil contoh tanah sebanyak

10 g pada setiap petak percobaan. Kemudian contoh tanah dibungkus dengan

Page 51: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

32

kertas buram dan dimasukkan oven pada suhu 105OC selama 48 jam. Lalu contoh

tanah ditimbang kembali untuk mengetahui kadar air tanah.

3.5.6 Analisis Sifat Kimia Tanah

Analisis sifat kimia tanah dilakukan setelah pengambilan sampel tanah dengan

menganalisis kandungan C-organik, dan pH tanah. Metode analisis

tanah mengacu kepada Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan Pupuk,

yang diterbitkan oleh Balai Penelitian Tanah (2005)

Page 52: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

49

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sistem tanpa olah tanah menunjukkan hasil yang lebih tinggi daripada olah

tanah intensif terhadap populasi mesofauna tanah pada lahan tebu ratoon

satu tahun ke enam di bulan Maret 2016.

2. Aplikasi mulsa bagas 150 t ha-1

tidak memberikan pengaruh terhadap

populasi, indeks dominasi dan indeks keanekaragaman mesofauna tanah

pada lahan tebu ratoon satu tahun ke enam di bulan Maret dan bulan Mei

2016.

3. a. Sistem olah tanah dan aplikasi mulsa bagas tidak berinteraksi terhadap

populasi, indeks dominasi dan indeks keanekaragaman mesofauna tanah

pada lahan tebu ratoon satu tahun ke enam di Bulan Maret dan Bulan

Mei 2016.

b. Keanekaragaman mesofauna tanah ordo Colembola dan ordo Acarina

mendominasi pada setiap kombinasi perlakuan sistem olah tanah dan

pemberian mulsa bagas

c. Nilai indeks dominasi dan keanekaragaman fauna tanah pada semua

kombinasi perlakuan sistem olah tanah dan mulsa bagas tergolong

rendah.

Page 53: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

50

5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan, pengamatan pada perlakuan yang sama agar

tetap melanjutkan yaitu sistem olah tanah dan pemberian mulsa bagas 150 t ha-1

dengan tetap mengamati variabel pendukung terutama iklim mikro untuk dapat

mengetahui lebih lanjut pengaruh sistem olah tanah dan pemberian mulsa bagas

dalam jangka panjang.

Page 54: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

51

DAFTAR PUSTAKA

Ahira, A. 2010. Khasiat Tebu. http://www.annehira.com/tanaman-obat/tebu.htm.

Diakses tanggal 17 Maret 2016.

Alfred, W. Frans, M. An. Amador. 1991. Earthworm. Their Ecology and

Relationship with Soil and Land Use. Academic Press. pp. 38-59.

Antari, R. 2012. Pengaruh Mulsa Organik terhadap sifat fisik dan sifat kimia

tanah Serta pertumbuhan akar kelapa sawit. Skripsi. Universitas

Muhammadiyah. Bandung. 47 hlm.

Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Kanisius. Jakarta. 179 hal.

Balai Penelitian Tanah. 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman,

Air dan Pupuk.. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian .

Departemen Pertanian. 143 hlm.

Basuki, Joko,Yunus. A, Purwanto. E. 2016. Peranan Mulsa dalam Meningkatkan

Pertumbuhan Produksi Cabai Melalui Modifikasi Kondisi Fisik di Dalam

Tanah. Politeknik Pertanian Negeri Kupang.(2): 73-77.

Barnes, M and P. H. Granval. 1997. Earthworms as Bio-indicators of Forest Site

Quality. Soil Biol. Biochem, pp. 29: 323-328.

Brussaard, L. 1998. ―Soil Fauna, Guilds, Functional Groups, And Ecosystem

Processes‖. Appl. Soil Ecol. 9: 123-136.

Carillo Y., Becky A. Ball. Bradford, Jordan, dan Molina. 2011. Soil Fauna

alter the Effect of litter compotition on Nitrogen Cycling. Soil Biology

and Biochemistry 10(2): 1-10.

Fitriyana. 2010. Pengaruh Aplikasi BBA (Blotong, bagas dan abu Ketel)

Terhadap keanekaragaman dan kemelimpahan Arthopoda Tanah di Areal,

Perkebunan Tebu PT Gunung Madu Plantations. Skripsi. Universitas

Lampung. 57 hlm.

Gill, W. R., and G. E. Vanden Berg. 1967. Soil Dynamics in Tillage and Traction.

USDA Agric. Handb. N. 316. U.S. Government Printing

Office,Washington, DC. 22p

Page 55: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

52

Hanafiah K A. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada. Jakarta. 360 hlm

Haneda, N.F dan Betti A.S . 2012. Keanekaragaman Fauna tanah dan

peranannya terhadap Laju Dekomposisi Serasah Kelapa sawit (Elaeis

guinensis Jacq). Jurnal Silvikultur Tropika 3(03): 161 – 167

Helyanto, J. 2015. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pemberian Mulsa Bagas pada

Lahan Tebu PT. GMP Ratoon ke-3 Terhadap Populasi dan Biomassa

Cacing Tanah Serta Populasi dan Keanekaragaman Mesofauna Tanah. J.

Agrotek Tropika 1 (1) : 35-41.

Indrawanto, C., Purwono, Siswanto, Syakir, Rumini. 2010. Budidaya dan Pasca

Panen Tebu. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Eska

Media. Bogor. 44 hlm. Diakses 10 Juni 2016

Kuntohartono, T. 1982. Pedoman Budidaya Tebu Lahan Kering. Lembaga

Pendidikan Perkebunan, Yogyakarta.

Kurnia, H., Pratiknyo, P., Ni’matul, K., Nazarudin, S., Betha, L., dan Meine, N.

2010. Pemanfaatan Bagas dan Daduk Tebu untuk Perbaikan Status Bahan

Organik Tanah dan Produksi Tebu di Lampung utara. ICRAF- South East .

Bogor. Universitas Brawijaya. 15 hlm.

Larson, W.E., and G.J. Osborne. 1982. Tillage accomplishments and potential. In

Predicting Tillage Effects on Soil Physical Properties and Processes ASA

Special Publications No.44.

Lestari, A. P. 2009. Pengembangan Pertanian Berkelanjutan melalui Substitusi

Pupuk Anorganik dengan Pupuk Organik. Jurnal Agronomi 13(1): 38-44.

Lestari,. 2006. Studi Potensi Penerapan Produksi Bersih pada Industri Gula.

Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Skripsi. 100 hlm.

Makalew, A. D. N. 2001. Keanekaragaman Biota Tanah Pada Agroekosistem

Tanpa Olah Tanah. Makalah Falsafah Sains. IPB. 19 hlm.

Makalew, A.D.N. 2008. Keanekaragaman Biota Tanah Pada Agroekosistem

Tanpa Olah Tanah (TOT). Makalah Falsafah Sains. IPB. 19 hlm.

Maryam, A. D. Susila, J. G. Kartika. 2015. Pengaruh Jenis Pupuk Organik

terhadap Pertumbuhan dan Hasil, Panen Tanaman Sayuran di dalam

Nethouse. Bul. Agrohorti 3 (2) : 263 – 275

Mulyatri. 2003. Peranan pengolahan tanah dan bahan organik terhadap konservasi

tanah dan air. Pros. Sem. Nas. Hasil-hasil Penelitian dan Pengkajian

Teknologi Spesifik Lokasi. p. 90-95.

Page 56: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

53

Odum, E. P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga. Terjemahan Tjahjono

Samingan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 697 hal.

Peritika, M.Z. 2010. Keanekaragaman Makrofauna Tanah pada Berbagai Pola

Agroforestri Lahan Miring Di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.

Universitas Sebelas Maret. Skripsi. 124 hlm.

Rahmawaty. 2004. Studi Keanekaragaman Mesofauna Tanah di Kawasan Hutan

Wisata Alam Sibolangit. pp. 1-17.

Rusell, E. W. 1999. Soil Condition and Plant Growth. Eleventh Edition. Longman

Scientific & Technical. New York: The United States with John &Sons,

pp. 138-151.

Scheu, S dan M. Folger. 2004. Single and Mixed Diets in Collembola: Effect on

Reproduction And Stable Isotope Fractionation. Functional Ecology (18):

94-102.

Sofyan, M. 2011. Pengaruh Pengolahan Tanah Konservasi terhadap Sifat Fisik

dan Hidrologi Tanah (Studi Kasus di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga,

Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat). Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

49 hlm. Diakses pada 1 Agustus 2017

Santoso, I. 1993. Pemanfatan Limbah untuk Bahan Bangunan.<http://digilib.ac.id.

Diakses pada 1 Oktober 2015

Sihotang, B. 2010. Pengolahan Tanah Secara Mekanis.

http://www.ideelok.com/budidaya -tanaman/pengolahan-tanah-

secaramekanis. Diakses 06 Januari 2016.

Suhardjono. Y.R. dan Adsisoemarto. 1997. Arthopoda tanah: Artinya Bagi

Tanah. Makalah Pada konggres dan Simposium Entomologi V, Bandung

24—26 Juni 1997.

Suheriyanto, D. 2012. Keanekaragaman Fauna Tanah di Taman Nasional Bromo

Tengger Semeru sebagai Bioindikator Tanah Bersulfur Tingi. Sainstis,(2):

29-38.

Suin, N. M. 1997. Ekologi Fauna tanah. Bumi Aksara. Jakarta. 189 hlm.

Sutedjo M,M. 1991. Mikro Biologi Tanah. Rineka Cipta. Jakarta. 446 hlm

.

Suwondo. 2002. ―Komposisi dan Keanekaragaman Mikroarthropoda pada Tanah

sebagai Indikator Karakteristik Biologi pada Tanah Gambut‖. J.

NaturIndonesia 4(2): 112-186.

Page 57: PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMBERIAN MULSA …digilib.unila.ac.id/29466/3/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Plantation (GMP) adalah pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan

54

Syam’un, E. (2002). Hasil Dua KultivarKedelai ((Glycine max (L.) Merr.) pada

Musim dan Sistem Olah Tanah Berbeda. J. Agrivigor (1): 32-37. Diases 26

Januari 2015.

Utomo, M. 2012. Tanpa Olah Tanah. Teknologi Pengelolaan Pertanian Lahan

kering. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Lampung. 107 hlm.

Utomo, M. 2006. Olah Tanah Konservasi. Hand out Pengelolaan Lahan Kering

Berkelanjutan. Universitas Lampung, Bandar Lampung. 25 hlm.

Wilson, E. O. 2005. Oribatid mite predation by Small Ants of Genus Pheidole, 52:

263-265.

Yudin, S. 2012. Pengaruh Sitem Olah Tanah dan Aplikasi Mulsa Bagas

terhadap Populasi dan Biomassa Cacing Tanah serta Keanekaragaman dan

Indeks Keanekaragaman Mesofauna Tanah. Skripsi. Fakultas Pertanian

Unila. Bandar Lampung. 67 hlm.