pengaruh pengolahan tanah dan pengendalian … · perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m...

55
PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS KEDELAI PADA BUDIDAYA JENUH AIR DI LAHAN PASANG SURUT ROBINHOOD GERALDO JUNIVER SIAHAAN A24110157 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

Upload: tranxuyen

Post on 03-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

i

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN GULMA

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS KEDELAI

PADA BUDIDAYA JENUH AIR DI LAHAN PASANG SURUT

ROBINHOOD GERALDO JUNIVER SIAHAAN

A24110157

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 2: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m
Page 3: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pengolahan

Tanah dan Pengendalian Gulma Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Kedelai

pada Budidaya Jenuh Air di Lahan Pasang Surut adalah benar karya saya dengan

arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan salam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor

Bogor, Agustus 2016

Robinhood Gerado Juniver Siahaan

A24110157

Page 4: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

ii

ABSTRAK

ROBINHOOD GERALDO JUNIVER SIAHAAN. Pengaruh Pengolahan Tanah

dan Pengendalian Gulma terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Kedelai pada

Budidaya Januh Air di Lahan Pasang Surut. Dibimbing oleh MUNIF

GHULAMAHDI dan SOFYAN ZAMAN

Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian yang sangat dibutuhkan

masyarakat Indonesia. Namun produksi kedelai nasional hanya mampu memenuhi

60 % kebutuhan nasional. Rendahnya produktivitas dan menurunnya luas panen

merupakan salah satu faktor yang membuat kebutuhan kedelai tidak bisa dipenuhi.

Penggunaan lahan suboptimal merupakan salah satu alternatif yang dapat

digunakan. Lahan pasang surut merupakan lahan suboptimal yang cocok untuk

budidaya kedelai. Kendala pada lahan pasang surut dapat diatasi dengan teknik

budidaya jenuh air. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga September

2015 di Desa Muliasari, Banyuasin, Sumatra Selatan. Penelitian ini menggunakan

lahan pasang surut tipe B. Rancangan percobaan yang digunakan adalah split-plot

dua faktor. Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah

(L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m tanpa olah tanah

(L3), dan lebar bedeng 4 m dengan olah tanah (L4). Perlakuan pengendalian gulma

meliputi tanpa pengendalian (C0), pengendalian manual (C1), pengendalian gulma

dengan herbisida sistemik berbahan aktif Glyfosat 3 minggu sebelum tanam +

herbisida kontak berbahan aktif paraquat 1 minggu sebelum tanam (C2). Hasil

penelitan ini menunjukkan bahwa perlakuan lebar bedeng 2 m dan 4 m dengan olah

tanah (L2 dan L4) menunjukkan pertumbuhan kedelai yang lebih baik.

Produktivitas tertinggi terdapat pada perlakuan lebar bedeng 4 m dengan olah tanah

yakni sebesar 3,23 ton ha-1. Perlakuan pengendalian manual menunjukkan hasil

pertumbuhan kedelai yang paling baik dibandingkan perlakuan lainnya, yakni

sebesar 3,22 ton ha-1. Namun produktivitas pada perlakuan pengendalian manual

tidak berbeda nyata dengan perlakuan pengendalian dengan herbisida sistemik

berbahan aktif glyfosat 3 minggu sebelum tanam + herbisida kontak berbahan aktif

paraquat 1 minggu sebelum tanam.

Kata kunci : kedelai, herbisida, lebar bedeng, pengolahan lahan

Page 5: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

iii

ROBINHOOD GERALDO JUNIVER SIAHAAN. Effect of Soil Tillage and Weed

Control on the Growth and Productivity Soybean with Saturated Soil Cultur on

Tidal Swamp. Supervised by MUNIF GHULAMAHDI and SOFYAN ZAMAN

Soybean is one of the important agricultural commodities for Indonesian

people. However, the national soybean products only able to meet 60% of national

needs. Low productivity and a decreasing in harvested area is one factor that makes

soybean needs cannot be met. Sub-optimal land is one of alternative that can be

used. Tidal land are suboptimal land suitable for cultivation of soybean. Constraints

on the tidal land cultivation techniques can be overcome with water saturated. This

research was conducted in April to September 2015 in the Muliasari Village,

Banyuasin, South Sumatra. This research uses tidal area type b. Experimental

design used was a split-lot-2 factor. processing treatment beds 2 meters of land

covering no-tillage (L1), width of 2 meters plot with tillage (L2), plot 4 meters wide

no-tillage (L3), and a width of 4 meters plot with tillage (L4). Weed control

treatments include without control (C0), manual control (C1), control of weeds with

a systemic herbicide active ingredient gly-fosat 3 weeks before planting-contact

herbicide active ingredient paraquat one week before planting (C2). This research

was conducted in April to August 2015 at Muliasari Village, Banyuasin Distric,

South Sumatra Province with the type B tidal land. This experimental design used

a split-plot with two factor and three replications. This research result showed that

the soybean growth on the bed width 2 m and 4 m with soil tillage was better than

the other treatment. The highest productivity was obtained on the bed with 4 m with

soil tillage (3,23 ton ha-1). The weed treatment showed that manual weed control

has better result than other treatment. The best productivity showed in manual weed

control (3,23 ton ha-1), but this treatment is not significalny different with the

treatment using glyfosat 3 week before planting + contac herbicide with paraquat

as active substance 1 week before planting.

Keyword : soybean, herbicide, bed width, tillage

Page 6: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

iv

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH dan PENGENDALIAN

GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN dan

PRODUKTIVITAS KEDELAI pada BUDIDAYA JENUH AIR di

LAHAN PASANG SURUT

ROBINHOOD GERALDO JUNIVER SIAHAAN

A24110157

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2016

Page 7: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m
Page 8: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

vi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah

memberi kemudahan dan kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang

berjudul “Pengaruh Pengolahan Tanah dan Pengendalian Gulma Terhadap

Pertumbuhan dan Produktivitas Kedelai pada Budidaya Jenuh Air di Lahan Pasang

surut” mulai dilaksanakan sejak bulan April hingga September 2015 di Desa

Muliasari, Kec. Tanjung Lago, Kab. Banyuasin, Sumatera Selatan.

Terimakasih penulis ucapkan kepada bapak Prof. Dr. Ir. Munif Ghulamahdi

M.S dan Ir. Sofyan Zaman, M.P selaku dosen pembimbing yang terlah memberikan

pengarahan, bimbingan, dan saran selama proses penyelesaian skipsi.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Djoni Siahaan, Jeanny Makaenas

selaku orang tua dan saudara Rodriquez Siahaan atas seluruh kasih sayang,

motivasi, dan perhatian yang diberikan. Penulis juga menyampaikan ucapan

terimakasih kepada Bapak Wakidi, Bu yati, Pak Muh, Pak Romlan, Mas Karman,

Pak Bandi, dan penduduk Desa Mulyasari yang sudah membantu selama proses

penelitian berlangsung. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Pak Danner

Sagala, Saudari Eka, Boanerges Bogor, Tiberias Plaza Jambu Dua, AVENGERS,

AGH 48, REBORN SW, beserta keluarga dan semua pihak yang sudah turut

membantu dalam pembuatan skripsi ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat

Bogor, Oktober 2016

Robinhood Geraldo Juniver Siahaan

Page 9: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

vii

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR TABEL viii DAFTAR LAMPIRAN viii PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1 Tujuan 2 Hipotesis 2

TINJAUAN PUSTAKA 2 Botani Kedelai 2 Lingkungan Hidup Kedelai 3 Lahan Pasang Surut 3 Budidaya Jenuh Air 4

Pengendalian Gulma pada Tanaman Kedelai 5 Herbisida 5 Glifosat 6

Paraquat 6 METODE 7

Tempat dan Waktu 7

Bahan dan Alat 7

Metode Penelitian 7 Pelaksanaan Percobaan 8 Pengamatan 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 10 Kondisi Umum 10

Pertumbuhan Kedelai 11 Komponen Produksi 16 Pertumbuhan Gulma pada Lahan Percobaan 19 Analisis Usahatani Kedelai 21

KESIMPULAN DAN SARAN 22 Kesimpulan 22 Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 23

LAMPIRAN 26 RIWAYAT HIDUP 43

Page 10: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

viii

DAFTAR TABEL

1. Tinggi dan jumlah daun berbagai pengolahan tanah 12

2. Tinggi dan jumlah daun pada perlakuan pengendalian gulma 12

3. Interaksi pengaruh pengolahan tanah dan pengendalian gulma pada tinggi 13

4. Interaksi pengaruh pengolahan tanah dan pengendalian gulma pada tinggi 14

5. Bobot kering tanaman pada pengaruh perlakuan pengolahan tanah 14

6. Bobot kering tanaman pada pengaruh perlakuan pengendalian gulma 15

7. Luas daun pada perlakuan pengolahan tanah 15

8. Luas daun pada perlakuan pengendalian gulma 16

9. Komponen Produksi pada perlakuan pengolahan tanah 17

10. Komponen Produksi pada perlakuan pengendalian gulma 18

11. Gulma dominan sebelum tanam 20

12. Pengaruh cara pengendalian gulma terhadap komposisi gulma dominan 20

13. Pengaruh pengolahan tanah terhadap komposisi gulma dominan 21

14. Perbandingan Analisis Usahatani/ha untuk setiap perlakuan 22

DAFTAR GAMBAR

1. Struktur kimia Glifosat 6

2. Struktur kimia paraquat 7

DAFTAR LAMPIRAN

1. Denah petak percobaan 26

2. Teknik pengambilan ubinan 27

3. Data Analisis Tanah Sebelum Tanam 28

4. Data BMKG bulan April hingga Oktober 2015 (BMKG 2015) 29

5. Uji beda nyata perlakuan pengolahan tanah dan pegendalian gulma

terhadap berbagai peubah yang diamati 30

6. Analisis usahatani ha-1 untuk interaksi perlakuan lebar bedeng 2 m

tanpa olah tanah dengan tanpa pengendalian gulma 31

7. Analisis usahatani ha-1 untuk interaksi perlakuan lebar bedeng 2 m

tanpa olah tanah dengan pengendalian gulma secara manual 32

8. Analisis usahatani ha-1 untuk interaksi perlakuan lebar bedeng 2 m

tanpa olah tanah dengan pengendalian gulma menggunakan herbisida 33

9. Analisis usahatani ha-1 untuk interaksi perlakuan lebar bedeng 2 m

dengan olah tanah dengan tanpa pengendalian gulma 34

Page 11: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

ix

10. Analisis usahatani ha-1 untuk interaksi perlakuan lebar bedeng 2 m

dengan olah tanah dengan pengendalian gulma secara manual 35

11. Analisis usahatani ha-1 untuk interaksi perlakuan lebar bedeng 2 m

dengan olah tanah dengan pengendalian gulma menggunakan herbisida 36

12. Analisis usahatani ha-1 untuk interaksi perlakuan lebar bedeng 4 m

tanpa olah tanah dengan tanpa pengendalian gulma 37

13. Analisis usahatani ha-1 untuk interaksi perlakuan lebar bedeng 4 m

tanpa olah tanah dengan pengendalian gulma secara manual 38

14. Analisis usahatani ha-1 untuk interaksi perlakuan lebar bedeng 4 m

tanpa olah tanah dengan pengendalian gulma menggunakan herbisida 39

15. Analisis usahatani ha-1 untuk interaksi perlakuan lebar bedeng 4 m

dengan olah tanah dengan tanpa pengendalian gulma 40

16. Analisis usahatani ha-1 untuk interaksi perlakuan lebar bedeng 4 m

dengan olah tanah dengan pengendalian gulma secara manual 41

17. Analisis usahatani ha-1 untuk interaksi perlakuan lebar bedeng 4 m

dengan olah tanah dengan pengendalian gulma menggunakan herbisida 42

Page 12: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m
Page 13: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kedelai (Glycine max (L) Merril) merupakan salah satu komoditas pertanian

yang sangat dibutuhkan masyarakat di Indonesia, kebutuhan kedelai terus

meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Namun, hal ini tidak

diikuti dengan jumlah produksi kedelai di Indonesia sehingga Indonesia harus

melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan kedelainya. Menurut BPS (2015),

produksi kedelai tahun 2012, dan 2013 berturut- turut sebanyak 843.153 ton, dan

779.992 ton. Selain itu, luas lahan yang digunakan untuk memproduksi kedelai

selalu mengalami penurunan. Luas panen pada tahun 2012 dan 2013 sebesar

567.624 dan 554.132 ha.

Penggunaan lahan – lahan yang berpotensi seperti lahan rawa merupakan

salah satu alternatif yang dapat digunakan. Menurut BBSDL (2006) Luas lahan

pasang surut di Indonesia diperkirakan sebesar 20,13 juta ha. Lahan pasang surut

yang siap digunakan untuk lahan pertanian sebesar 9,53 juta ha. Persebaran lahan

rawa di Indonesia terdapat di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Papua, serta

sebagian kecil di Pulau Sulawesi.

Lahan pasang surut merupakan lahan yang berpotensi menjadi lahan

pertanian. Namun budidaya kedelai dengan menggunakan lahan pasang surut

memiliki beberapa kendala. Menurut Suastika dan Sutriadi (2001) rendahnya

produktivitas kedelai di lahan pasang surut disebabkan oleh tingginya kadar pirit,

Al, Fe, dan Mn serta rendahnya ketersediaan hara P dan K. Selain itu juga menurut

Noor (2004), lahan pasang surut yang dikeringkan akan membuat pirit yang ada

menjadi teroksidasi. Pada saat pirit teroksidasi menyebabkan lahan tersebut

memiliki pH kurang dari tiga. Hal ini disebabkan karena reaksi pirit teroksidasi

menghasilkan banyak ion H+.

Permasalahan lahan pasang surut dapat ditangani dengan menggunakan

teknik budidaya jenuh air. Teknik budidaya ini merupakan teknik penanaman

dimana air diberikan secara terus – menerus melalui parit – parit disekitar petak

pertanaman. Menurut Ghulamahdi (2011), budidaya kedelai di lahan pasang surut

dengan menggunakan sistem budidaya jenuh air mampu meningkatkan

produktivitas kedelai varietas Tanggamus mencapai 4,8 ton ha-1.

Perbaikan – perbaikan teknik penanaman seperti pengaturan lebar bedeng

dan pengolahan tanah juga dapat dilakukan untuk membuat budidaya kedelai di

lahan pasang surut menjadi lebih efisien sehingga dapat meningkatkan produksi

kedelai. Pengaturan lebar bedengan perlu dilakukan untuk mengurangi penggunaan

tenaga kerja dalam pembuatan parit. Namun perlu diperhatikan juga kemampuan

air meresap dari parit ke seluruh bagian bedengan. Menurut penelitian Sahuri

(2011) penggunaan bedengan dengan lebar 2 m dan 4 m masih memberikan hasil

yang baik dibandingkan lebar bedengan yang lain. Pengaturan pengolahan tanah

perlu diperhitungkan agar teknik budidaya tanaman menjadi lebih efisien.

Menurut Moenandir (1988) gulma merupakan tanaman penggangu yang

mampu mempengaruhi tanaman budidaya. Adanya persaingan dengan gulma akan

membuat pertumbuhan maupun hasil akhir tanaman budidaya mengalami

penurunan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian terhadap gulma. Salah

Page 14: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

2

satu kendala yang dihadapi dalam mengendalikan gulma di lahan pasang surut

adalah masih tingginya biaya dan tenaga kerja yang diperlukan. Penentuan teknik

dan cara pengendalian yang tepat mampu membuat budidaya kedelai di lahan

pasang surut menjadi lebih efisien.

Tujuan

Tujuan penelitian ini diadakan adalah untuk mengetahui pengaruh

pengolahan tanah dan pengendalian gulma terhadap pertumbuhan dan produktivitas

kedelai pada budidaya jenuh air di lahan pasang surut.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah:

1. Pengaruh pengolahan tanah terhadap pertumbuhan dan produktivitas kedelai

2. Pengaruh pengendalian gulma terhadap pertumbuhan dan produktivitas kedelai

3. Interaksi pengolahan tanah dan pengendalian gulma terhadap pertumbuhan dan

produktivitas kedelai

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kedelai

Kedelai (Glycine max (L) Merril) merupakan tanaman pangan yang

termasuk dalam famili Leguminoceae. Kedalaman perakaran dapat mencapai 2 m,

sedangkan penyebaran kesamping sejauh 1,5 m. Akar tanaman kedelai memiliki

ciri khusus yaitu adanya interaksi simbiosis antara bakteri nodul akar (Rhizobium

Japonicum) dengan akar tanaman kedelai yang menyebabkan terbentuknya bintil

akar. Bintil akar ini memiliki peranan yang sangat penting dalam proses fiksasi N2

yang sangat dibutuhkan oleh tanaman kedelai. Interaksi simbiosis ini yang

membuat kedelai tidak memerlukan banyak pupuk nitrogen pada masa awal

pertumbuhannya (Adisarwanto, 2014).

Kedelai juga merupakan tanaman herba yang tumbuh tegak. Batang kedelai

memiliki buku yang akan menjadi tempat tumbuhnya bunga. Jumlah buku pada

tanaman ini berkisar 15 – 20 buku dengan jarak berkisar 2 – 9 cm. Pada batang

tanaman tersebut biasaya akan muncul cabang. Bentuk daun kedelai ada dua yaitu

bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedelai memiliki daun yang bersifat majemuk

berdaun tiga (Trifoliat) pada tangkai daun (Purwono dan Purnamawati, 2007).

Warna bunga kedelai biasanya putih dan ungu. Setelah 7 – 10 hari sejak bunga

pertama muncul, polong kedelai akan terbentuk untuk pertama kalinya. Polongnya

berwarna hijau saat masih muda dan akan berubah menjadi kuning kecoklatan saat

masak (Purwono dan Purnamawati, 2007).

Page 15: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

3

Lingkungan Hidup Kedelai

Tanaman kedelai juga mampu tumbuh pada tanah dengan tekstur gembur,

lembab, tidak tergenang air dan pH 6 – 6,8. Tanaman kedelai yang ditanam pada

pH dibawah 5,0 membuat pertumbuhan bakteri bintil dan proses nitrifikasi berjalan

kurang baik. Hal ini akan menghambat pertumbuhan tanaman kedelai karena

keracunan aluminium (Deptan, 2013). Tanah yang cocok untuk pertumbuhan

kedelai yaitu, alluvial, regosol, grumosol, latsol dan andosol.

Suhu yang optimal untuk pertumbuhan kedelai sekitar 20 – 30 0C.

Kelembapan udara yang optimal untuk tanaman kedelai berkisar 75 – 90 %.

Kelembapan tanah juga perlu diperhatikan, penurunan kelembapan tanah dari 90 %

menjadi 50 % dapat menurunkan hasil biji kedelai sekitar 30 – 40 %. Ketinggian

tempat yang baik untuk kedelai berbiji sekitar 0,5 – 300 m di permukaan laut

(Deptan, 2013).

Tanaman kedelai juga memerlukan curah hujan optimal sebesar 100- 200

mm/bulan. Kekurangan atau kelebihan air akan berpengaruh terhadap produksi

kedelai. Saluran drainase yang baik merupakan cara untuk mengurangi pengaruh

negatif dari kelebihan air. Tanaman kedelai memerlukan air yang banyak pada

tahap awal vegetatif, tahap pembungaan, dan pengisian polong. Namun perlu

diperhatikan dengan baik bahwa curah hujan yang tinggi pada tahap pengisian

polong dapat mengakibatkan polong menjadi busuk (Adisarwanto, 2014).

Lahan Pasang Surut

Lahan pasang surut merupakan daerah rawa yang mendapat pengaruh

langsung atau tidak langsung oleh pasang surut air laut atau sungai sekitarnya.

Pasang surut air laut atau sungai dapat terjadi secara langsung pada saat pasang

tunggal atau pasang ganda. Lahan pasang surut memiliki beberapa pembagian tipe

lahan berdasarkan tipe luapan airnya. Lahan tipe A adalah lahan pasang surut yang

selalu terluapi oleh air pada saat pasang besar ataupun pasang kecil. Lahan tipe B

adalah lahan pasang surut surut yang hanya terluapi air saat terjadi pasang besar

saja. Tipe lahan C adalah lahan pasang surut yang tidak terluapi oleh air walaupun

terjadi pasang besar dan kedalaman muka air tanah < 50 cm dari permukaan tanah.

Tipe lahan D adalah lahan pasang surut yang tidak terluapi air saat terjadi pasang

besar dan pasang kecil dan memiliki kedalaman muka air > 50 cm dari permukaan

tanah (Noor, 2004).

Menurut Noor (2004), lahan pasang surut dapat menjadi sumber

pertumbuhan baru dalam produksi pertanian karena memiliki keuntungan antara

lain: 1) ketersediaan air yang melimpah, 2) topografi nisbi datar, 3) letak yang tidak

jauh dengan sungai, dan 4) lahan yang masih luas. Namun lahan pasang surut

memiliki beberapa kendala yang harus diperhatikan yaitu: 1) sifat fisika yang jelek,

2) sifat kimia dengan kemasaman yang tinggi, 3) kandungan pirit tinggi, 4) kahat

hara makro dan mikro. Menurut Suriadikarta (2005), kendala – kendala yang ada

dilahan pasang surut dapat diatasi dengan menggunakan teknologi seperti

pengelolaan tanah, tata air mikro, ameliorasi tanah dan pemupukan, penggunaan

varietas yang adaptif, pengendalian hama dan penyakit, dan model usaha tani.

Lahan sulfat masam termasuk salah satu bagian dari lahan rawa pasang

surut. Tanah ini mengandung pirit dengan kedalaman > 50 cm. Kandungan pirit ini

Page 16: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

4

bila terbuka ke udara akan teroksidasi membentuk asam sulfat dan oksida besi

sehingga tanah menjadi beracun. Pirit adalah mineral berkristal oktahedral,

termasuk sistem kubus, dari senyawa besi-sulfida (FeS2) yang terbentuk di dalam

endapan marin kaya bahan organik, dalam lingkungan air laut/payau yang

mengandung senyawa sulfat (SO4) larut (BBSDL, 2006). Adanya lapisan pirit

dicirikan dengan adanya warna kuning jerami pada bongkahan tanah, adanya warna

reduksi kelabu atau kelabu kehijauan, dan adanya bau H2S pada tanah yang diolah

(Barchia, 2006). Reaksi oksidasi pirit menurut Noor (2004) adalah sebagai berikut:

FeS2 + 15/4O2 + 7/2H2O → Fe(OH)3 + 2SO42- + 4H+

FeS2 + 14Fe3+ 8H2O → 15Fe2+ 2SO42- + 16H+

Menurut Noor (2004), setiap 1 mol pirit apabila teroksidasi akan

membebaskan 4 mol ion H+, dan apabila ferri (Fe3+) terbentuk akan menjadi

oksidator sehingga membebaskan 16 mol H+ ke dalam tanah. Hal inilah yang

membuat tanah menjadi sangat masam. Tanah yang memiliki pH rendah akan

membuat senyawa Al3+, Fe2+, dan Mn2+ terlarut dalam tanah dan menjadi racun bagi

tanaman. Menurut Barchia (2006) Laju oksidasi pirit dipengaruhi oleh pH,

konsentrasi oksigen, suhu, kelembaban tanah, dan keseimbangan Fe(II) dan Fe(III)

di dalam sistem. Menurut Widjaja-Adhi (1986) di dalam Suriadikarta (2005) pirit

yang berada di dalam lumpur anaerob tidak akan membahayakan karena pirit dalam

kondisi stabil. Namun pada saat lumpur mengering akan membuat pirit dalam

keadaan tidak stabil.

Budidaya Jenuh Air

Budidaya jenuh air merupakan teknik budidaya dimana tanaman diberikan

irigasi secara terus menerus dan membuat tinggi muka airnya tetap. Hal ini

membuat lapisan di bawah permukaan tanah jenuh air. Air diberikan sejak tanaman

kedelai berumur 14 hari sampai polong kedelai berwarna cokelat (Hunter, 1980

dalam Ghulamahdi et al., 2006). Menurut Ghulamahdi (2011) teknik budidaya

kedelai di lahan pasang surut yang menggunakan teknik budidaya jenuh air dapat

meningkatkan produktivitas kedelai dibandingkan dengan budidaya biasa.

Indradewa (2004) juga menyatakan pemberian genangan air di saluran mampu

meningkatkan hasil biji kedelai 20% sampai 80%. BBSDL (2006) menyatakan

muka air tanah yang dipertahankan di atas lapiran pirit merupakan salah satu

strategi pengelolaan air di lahan pasang surut.

Budidaya jenuh air dapat mengatasi kendala yang ada di lahan pasang surut

karena tinggi muka air tanah yang tepat membuat lapisan pirit pada lahan pasang

surut dalam kondisi anaerob dan tidak bisa teroksidasi. Menurut Ghulamahdi

(2011) kedalaman muka air 20 cm dengan lebar saluran air 30 cm dan dalam saluran

25 cm untuk Variestas Tanggamus mampu menghasilkan kedelai dengan

produktivitas 4,8 ton/ha.

Kedalaman muka air yang tetap mampu menghilangkan dampak negatif

pada tanaman kadelai karena kedelai merupakan tanaman yang tidak tahan

tergenang. Menurut Troedson (1983) dalam Ghulamahdi (2011) muka air yang

tetap membuat tanaman kedelai akan beraklimatisasi dan kemudian akan

memperbaiki pertumbuhannya. Tahapan aklimatisasi ini terjadi selama 2 minggu

Page 17: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

5

sejak pemberian irigasi. Pada tahap ini hasil fotosintesis akan dialokasikan ke

bagian akar tanaman untuk pembentukan akar baru. Adanya pembentukan akar baru

ini akan meningkatkan aktivitas bakteri penambat N. Menurut Ghulamahdi et al.

(2006) budidaya jenuh air mampu meningkatkan aktivitas nitrogenase, serapan N,

P, K daun, bobor kering bintil, akar, batang, daun, polong serta biji dibandingkan

budidaya kering.

Pengendalian Gulma pada Tanaman Kedelai

Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh tidak pada tempat yang

dikehendaki. Gulma juga termasuk dalam oraganisme pengganggu tanaman (OPT)

selain hama dan penyakit. Persyaratan tumbuh yang sama seperti tanaman lainnya

mengakibatkan terjadinya asosiasi gulma di daerah sekitar tanaman budidaya.

Gulma yang berasosiasi ini akan memperebutkan bahan – bahan yang dibutuhkan

untuk tumbuh (Moenandir, 1988). Kemampuan reproduksi yang tinggi,

pertumbuhan awal yang cepat, dan siklus hidup yang lama membuat gulma menjadi

kompetitor yang tangguh. Gulma ini akan bersaing dengan tanaman untuk

memperebutkan hara di tanah, air, cahaya, karbondioksida, dan ruang tumbuh

(Ashton and Monaco, 1991).

Gulma perlu dikendalikan agar tidak mengganggu tanaman yang

dibudidayakan. Gulma yang berasosiasi dengan tanaman budidaya mampu

menurunkan jumlah hasil (kuantitas), menurunkan mutu hasil (kualitas), mampu

meracuni tanaman dengan alelopati, mampu menurunkan nilai tanah, dan merusak

dan menghambat penggunaan alat – alat mekanik (Semobodo, 2010; Sastroutomo,

1990). Hal ini membuat diperlukan adanya tindakan pengendalian gulma pada

praktek budidaya pertanian. Pengendalian gulma adalah adanya populasi gulma

yang dimatikan pada stadia perioda kristis dalam siklus hidup tanaman yang

dibudidayakan. Pengendalian gulma ini bertujuan untuk mengendalikan gulma di

waktu gulma benar – benar memberi pengaruh yang buruk bagi tanaman. Beberapa

cara untuk mengendalikan gulma adalah pengendalian secara preventif atau

pencegahan, pengendalian secara mekanik, kultur teknik, hayati, kimia, dan terpadu

(Moenandir, 2010).

Pengendalian gulma secara kimiawi ialah pengendalian gulma dengan

menggunakan bahan kimiawi yang dapat menekan bahkan mematikan gulma.

Bahan kimiawi itu biasa disebut herbisida. Keuntungan yang diperoleh dengan cara

pengendalian ini adalah mampu menekan gulma yang peka, dapat mengendalikan

gulma sejak awal, mengurangi resiko kerusakan akar saat penyiangan gulma secara

manual, dapat dilakukan pada waktu yang singkat dan tenaga kerja yang dibutuhkan

sedikit (Moenandir, 2010).

Herbisida

Herbisida adalah bahan kimia yang dapat menghambat pertumbuhan atau

mematikan tumbuhan. Herbisida mampu mempengaruhi satu atau lebih proses –

proses yang sangat diperlukan tumbuhan dalam kelangsungan hidupnya. Herbisida

bukan hanya bersifat racun terhadap gulma tetapi terhadap tanaman juga (Sembodo,

2010). Herbisida berdasarkan waktu aplikasinya dibedakan menjadi herbisida

preplanting (sebelum tanam), pre emergence (sebelum tumbuh), dan post

Page 18: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

6

emergence. Herbisida preplanting merupakan herbisida yang diaplikasikan sebelum

tanaman ditanam. Herbisida pre-emergence merupakan herbisida yang diaplikasi

setelah tanaman ditanam dan sebelum gulma tumbuh. Herbisida post-emergence

merupakan herbisida yang diaplikasikan setelah tanaman dan gulma tumbuh

(Ashton and Monaco, 1991).

Herbisida berdasarkan tipe translokasi herbisida dalam tumbuhan dibagi

menjadi dua yaitu herbisida selektif dan herbisida kontak. Herbisida sistemik

merupakan herbisida yang dialirkan dari tempat terjadinya kontak pertama ke

bagian lainnya. Herbisida ini akan dibawa pada titik tumbuh. Herbisida ini biasanya

diaplikasikan melalu tajuk. Herbisida kontak mengendalikan gulma dengan

mematikan gulma yang terkena oleh herbisida ini. Herbisida ini tidak

ditranslokasikan ke bagian tubuh gulma yang lain (Sembodo, 2010). Translokasi

herbisida dalam tumbuhan dapat melalui simplastik dan apoplastik.

Glifosat

Glifosat memiliki nama kimiawi N-(phosphonomethyl) glycine. Herbisida

ini termasuk herbisida yang non selektif dan mempunyai kemampuan untuk

memerantas tumbuhan yang sangat luas (Ashton and Monaco, 1991). Herbisida

berdasarkan bahan aktifnya tergolong dalam senyawa organofosforus. Herbisida ini

tidak aktif ketika diaplikasikan ditanah karena mudah terikat dengan koloid tanah

(Sembodo, 2010).

Glifosat sangat efektif bila diaplikasikan melalui daun. Herbisida ini bekerja

pada saat daun aktif sehingga daun dapat menyerap herbisida. Setelah herbisida ini

diserap, herbisida ini akan ditranslokasikan keseluruh jaringan tanaman. Herbisida

ditranslokasi secara simplastik dan bisa juga secara apoplastik (Ashton and

Monaco, 1991). Herbisida ini akan terdegradasi dengan cepat di tanah. Herbisida

ini berkerja dengan menghambat biosintesis dari asam amino fenil alanin dan asam

amino aromatik. (Klingman et al., 1975). Herbisida ini akan menunjukkan gejala

umum klorosis yang diikuti dengan nekrosis pada tumbuhan yang diberi herbisida

ini. Herbisida ini bekerja dalam tumbuhan dengan cara menghambat proses sintesa

protein. Herbisida ini menghentikan penggabungan asam amno aromatic (Ashton

and Monaco, 1991). Gejala keracunan yang ditunjukan berkembang secara perlahan

dan baru bisa diamati pada 1 – 3 minggu setelah aplikasi (Klingman et al., 1975).

Gambar 1. Struktur kimia glifosat

Paraquat

Paraquat merupakan herbisida yang tergolong dalam herbisida berbahan

aktif bipiridilium. Herbisida ini termasuk dalam golongan herbisida pasca tumbuh.

Herbisida ini tidak aktif apabila diaplikasikan melalui tanah dan bersifat tidak

selektif. (Sembodo, 2010). Gejala umum setelah tumbuhan diaplikasikan herbisida

Page 19: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

7

ini adalah adanya efek bakar dalam waktu yang relative singkat dan diikuti dengan

layu daun. Layunya daun pada tanaman diakibatkan karena herbisida ini mampu

merusak membran pada sel dan kloroplas. Cahaya, oksigen dan klorofil merupakan

prasarana yang diperlukan untuk menunjukkan efek racun tersebut. (Asthon and

Crafts, 1973). Paraquat memiliki nama umum yaitu 1,1-dimethyl-4, 4-

bipyridynium. Herbisida ini menghasilkan hydrogen peroksida yang bekerja untuk

merusak dinding sel (Ashton and Monaco, 1991).

Gambar 2. Struktur kimia paraquat

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Muliasari Kecamatan Tanjung Lago,

Kabupaten Banyuasin Palembang Sumatera Selatan pada bulan April sampai

September 2015.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas

Tanggamus, herbisida sistemik berbahan aktif Glifosat pada volume semprot 550

kg ha-1, herbisida kontak berbahan aktif Paraquat pada volume semprot 400 l ha-1,

insektisida berbahan aktif klorantraniliprol 50 g l-1 dan fipronil 50 g l-1, Rhizobium

5 g kg-1 benih, dolomit 1 ton ha-1, 200 kg ha-1 SP-36, 100 kg ha-1 KCl, dan Urea 10

g l-1. Peralatan yang digunakan dalam penelitian yaitu ajir, label, mesin pompa air,

knap sack sprayer, nozzle T-jet warna biru, alat pertanian umum, alat tulis, dan alat

ukur.

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan rancangan split-plot dua faktor. Perlakuan

pengolahan tanah sebagai petak utama yaitu: 1) Bedengan 2 m tanpa olah tanah

(L1), 2) Bedengan 2 m dengan olah tanah (L2), 3) Bedengan 4 m tanpa olah tanah

(L3), 4) Bedengan 4 m dengan olah tanah (L4). Anak petak adalah 3 taraf

perlakuan pengendalian gulma yaitu: 1) Tanpa pengendalian gulma (C0), 2)

Pengendalian secara Manual (C1), 3) Aplikasi herbisida sistemik berbahan aktif

Glyfosat 3 minggu sebelum tanam + herbisida kontak berbahan aktif paraquat 1

minggu sebelum tanam (C2). Kombinasi antara perlakuan pengolahan tanah dan

Page 20: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

8

pengendalian gulma diperoleh 12 perlakuan, masing – masing perlakuan diulang

sebanyak 3 ulangan sehingga diperoleh 36 petak perlakuan (Lampiran 1).

Pengolahan data menggunakan Uji-F. Jika perlakuan menunjukkan pengaruh

nyata maka dilakukan uji lanjut terhadap perbedaan nilai rata-rata taraf 5% dengan

uji DMRT.

Model rancangan yang digunakan adalah

Yijk = μ + αi + βj + γik + (αβ)ij + ρk + εijk,

Keterangan:

Yijk = nilai pengamatan pada perlakuan pengolahan tanah ke-i, pengendalian

gulma ke-j, dan ulangan ke-k

μ = nilai rata-rata umum

αi = pengaruh perlakuan pengolahan tanah ke-i; dimana i = 1, 2, 3 dan 4

βj = pengaruh perlakuan pengendalian gulma ke-j; j = 0, 1, 2,

γik = pengaruh galat perlakuan pengolahan tanah ke-i terhadap ulangan ke-k;

k = 1, 2, 3

(αβ)ij = pengaruh interaksi antara pengolahan tanah ke-I dan pengendalian

gulma ke-j

Ρk = pengaruh aditif dari ulangan ke-k

εijk = galat umum percobaan

Pelaksanaan Percobaan

Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma pada penelitian ini dilakukan sesuai dengan perlakuan

pengendalian gulma. Sebelum perlakuan ini dilakukan, terlebih dahulu dilakukan

analisis vegetasi gulma menggunakan kuadran dengan ukuran 0,5 m x 0,5 m untuk

mengetahui dominansi gulma awal pada areal percobaan yang telah ditentukan.

Perlakuan ini dilakukan pada saat sebelum tanam pada petak yang sudah ditentukan.

Pada perlakuan pertama tidak dilakukan pengendalian gulma (C0). Pada perlakuan

kedua pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan menggunakan alat

pertanian seperti cangkul dan kored (C1). Pengendalian manual ini dilakukan pada

umur 3 dan 6 MST. Pada perlakuan ketiga pengendalian gulma dilakukan dengan

herbisida sistemik berbahan aktif glifosat pada saat tiga minggu sebelum tanam dan

aplikasi herbisida kontak berbahan aktif paraquat pada saat satu minggu sebelum

tanam (C2). Perlakuan herbisida sistemik menggunaan volume semprot 550 l ha-1

dan herbisida kontak menggunakan volum semprot 400 l ha-1.

Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah dilakukan sesuai dengan perlakuan pengolahan tanah.

Pengendalian pengolahan tanah dilakukan setelah pengendalian gulma. Petak

percobaan dibuat dalam 2 ukuran yaitu 5 m x 2 m dan 5 m x 4 m dimana masing –

masing ukuran terdiri dari 18 petak percobaan. Saluran air dibuat melalui setiap

bedengan dimana lebar saluran 30 cm dengan ke dalam 25 cm dan dialiri air setinggi

20 cm. Tanah sisa pembuatan saluran air ada yang diletakan di tepi petak percobaan

dan ada juga yang dicampur merata pada petak percobaan. Tanah sisa yang ditaruh

ditepi bedengan dilakukan pada 18 petak percobaan yang tidak diolah dan tanah

sisa yang dicampur merata dilakukan pada 18 petak perlakuan yang tanahnya

Page 21: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

9

diolah. Pengolahan tanah yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengolahan

tanah ringan yakni mengolah tanah sedalam 10 cm dari permukaan tanah. Terjadi

kesalahan teknis pada aplikasi pengolahan tanah. Tanah hasil pembuatan saluran

yang kemungkinan memiliki kandungan pirit dicampur merata diatas petak

percobaan pada perlakuan yang tanahnya diolah. Sehingga pirit akan tercampur

diatas permukaan petak sehingga bisa mempengaruhi pertumbuhan kedelai.

Setelah pengolahan tanah, petak perlakuan diberikan pupuk KCl, SP-36 dan kapur

dolomit dengan cara ditebar merata. Pemberian pupuk dasar ini dilakukan satu

minggu sebelum tanam

Penanaman, Pemeliharaan, dan Pemanenan

Benih kedelai sebelum ditanam diberi Rhizobium dengan dosis 5 gr/ kg

benih. Benih yang telah disiapkan ditanam dengan cara ditugal dengan jarak tanam

20 cm x 25 cm. Benih ditanam dengan 2 benih per lubang (populasi 400.000

tanaman per hektar) dan ditutup dengan tanah Pada umur 3, 4, 5, dan 6 MST

tanaman diberikan pupuk susulan yaitu pupuk urea, Zn dan Cu masing – masing

dengan dosis 4 kg ha-1, 0,2 kg ha-1, dan 0,2 kg ha-1. Pupuk urea, Zn, dan Cu

diberikan dengan cara disemprot ke daun dengan masing – masing dosis 10 g l-1,

0,5 g l-1, dan 0,5 g l-1. Penyulaman dilakukan pada satu minggu setelah tanam.

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan sesuai kebutuhan. Tanaman kedelai

dipanen saat daun dan polong sudah berwarna coklat dan kering.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada 5 tanaman contoh di 36 unit percobaan.

Analisis hara tanah sebelum tanam: analisis dilakukan saat sebelum tanam

Pengamatan pada tanaman kedelai:

1. Tinggi tanaman: diukur dari pangkal batang sampai pada titik

tumbuh. Pengamatan dilakukan pada 5 tanaman contoh pada 2, 4, 6,

8, dan 10 MST

2. Jumlah daun: satu unit daun merupakan daun trifoliet yang mekar

sempurna diukur pada 5 tanaman contoh pada 2, 4, 6, 8, dan 10 MST

3. Bobot kering bintil akar, batang dan daun setiap petak percobaan

pada 4 dan 8 MST. Sampel dikeringkan dalam oven selama 72 jam

dengan suhu 60oC. Bagian tanaman seperti batang, daun, akar, dan

bintil akar dipisahkan dan ditimbang seteleh dikeringkan dalam

oven.

4. Jumlah polong isi merupakan polong yang bernas yang diamati saat

panen.

5. Jumlah polong hampa merupakan polong yang tidak berisi.

Pengamatan ini dilakukan pada saat panen.

6. Bobot biji per tanaman

7. Bobot 100 biji setiap petak perlakuan

8. Bobot biji per ubinan dihitung dari hasil ubinan 1 x 2 m untuk petak

perlakuan yang berukuran 4 x 5 m dan 2 x 5 m (Lampiran 2).

Page 22: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

10

Pengamatan pada gulma

Analisis vegetasi ( Jenis gulma, kerapatan, frekuensi, bobot kering,

nilai jumlah dominansi) dilakukan pada saat awal sebelum perlakuan

diberikan, 1 bulan setelah tanam (4 MST) dan 2 bulan setelah tanam (8

MST). Pengamatan dilakukan menggunakan metode kuadran dengan

petak contoh berukuran 0,5 m x 0,5 m. Pengambilan sampel dilakukan

dengan cara gulma yang masih segar dipotong di atas permukaan tanah.

Sampel yang ada dipisahkan sesuai dengan spesiesnya. Bobot kering

gulma didapatkan setelah sampel gulma di oven pada suhu 1050C

selama 24 jam. Pengamatan dilakukan dengan tujuan untuk melihat

gulma – gulma yang dominan pada lahan percobaan, dengan rumus

sebagai berikut:

Kerapatan Mutlak (KM) = Jumlah individu jenis tertentu dalam petak contoh

Kerapatan Relatif (KR) = KM jenis tertentu

Jumlah KM semua jenis x 100%

Bobot Kering Mutlak = Bobot kering (biomass) setiap spesies gulma

(BKM)

Bobot Kering Relatif = bobot kering (biomass) setiap spesies gulma

Jumlah nilai bobot kering mutlak semua jenis x 100%

(BKR)

Frekuensi Mutlak (FM) = Jumlah petak contoh yang berisi spesies tertentu

Jumlah semua petak contoh yang diambil

Frekuensi Relatif (FR) = Nilai FM jenis tertentu

Jumlah nilai FM semua jenis x 100%

Nilai Jumlah Dominansi = KR+BKR+FR

3

(NJD)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Pertumbuhan kedelai selama penelitian menunjukkan perkembangan yang

baik. Pada penelitian ini tipe lahan pasang surut yang digunakan adalah tipe B.

Menurut Noor (2004) Lahan pasang surut tipe B adalah lahan pasang surut surut

yang hanya terluapi air saat terjadi pasang besar saja.

Kondisi tanah pada areal percobaan memiliki tekstur tanah debu berliat

dengan komposisi pasir 3,55 %, Debu 48,60 %, dan liat 47,85%. Kandungan karbon

organik tergolong sangat tinggi yakni sebesar 5,4 %. Namun kandungan nitrogen

organik tergolong sedang dengan nilai sebesar 0,34 % sehingga rasio karbon-

nitrogennya organiknya sebesar 15,88 yang masih tergolong sedang. Kandungan

unsur P dan K juga masih tergolong sedang. Derajat kemasaman yang tergolong

sangat masam dengan nilai pH sebesar 4,30 berdasarkan larutan air dan tergolong

Page 23: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

11

masam berdasarkan larutan kalium klorida dengan nilai pH sebesar 3,50 sehingga

diperlukan input tambahan seperti kapur dan pupuk agar kedelai dapat tumbuh

dengan baik (Lampiran 3).

Kondisi Iklim selama penelitian dapat dilihat dari data curah hujan, suhu

dan lama penyinaran. Menurut BMKG Ciputat (2015) rata – rata curah Hujan

bulanan dari April sampai Agustus 2015 sebesar 293,3 mm, 177,9 mm, 170,2 mm,

21,4 mm, dan 21,2 mm. Curah hujan bulanan menunjukkan bahwa cendrung

mengalami penurunan dari bulan April sampai Agustus (Lampiran 4). Menurut

Adisarwanto (2014) curah hujan yang optimal untuk kedelai sebear 100 – 200 mm.

Kedelai mulai ditanam pada bulan Mei dan kecambah mulai muncul pada

umur 5 hari setelah tanam. Pada umur 3 MST tanaman kedelai menunjukkan gejala

kuning pada daun muda. Namun tanaman yang mengalami gejala tersebut

berangsur pulih setelah diberikan pupuk N melalui daun pada umur 4 MST dan 5

MST. Pada umur 2 MST tanaman kedelai terserang oleh hama tikus dan ulat grayak

(Spodoptera litura). Hal ini dapat dicegah dengan melakukan pengendalian

menggunakan racun tikus dan insektisida. Curah hujan yang tinggi pada awal

penanaman juga menimbulkan serangan penyakit pada tanaman kedelai. Hal ini

dapat dicegah dengan penyemprotan fungisida dan bakterisida atau membuang

tanaman yang terkena penyakit.

Pertumbuhan Kedelai

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa faktor tunggal pengolahan tanah

berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 6, 8, dan 10 MST, jumlah

daun pada umur 4, 6, dan 8 MST. Faktor tunggal pengendalian gulma berpengaruh

nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2 dan 4 MST, jumlah daun pada umur 6,

8 dan 10 MST, bobor kering daun, batang akar pada umur 8 MST serta indeks luas

daun pada umur 8 MST. Interaksi antara faktor pengolahan tanah dan pengendalian

gulma berbeda nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2 dan 4 MST

(Lampiran 5).

Tinggi tanaman kedelai dari umur 6, 8, dan 10 MST pada lebar bedeng 2 m

dan 4 m dengan olah tanah berbeda nyata dengan lebar bedeng 2 m dan 4 m tanpa

olah tanah. Tinggi tanaman kedelai pada lebar bedeng 2 m dan 4 m dengan olah

tanah masing sebesar 60,53 cm dan 64,69 cm jauh lebih tinggi dari perlakuan lain

pada umur 10 MST. Jumlah daun tanaman kedelai dari umur 4, 6, dan 8 MST pada

perlakuan lebar bedeng 2 m dan 4 m dengan olah tanah berbeda nyata dengan

tanaman pada perlakuan lebar bedeng 2 m dan 4 m tanpa olah tanah (Tabel 1).

Pada umur 10 MST Tinggi dan jumlah daun tanaman pada lebar bedeng 2

m dan 4 m dengan olah tanah lebih baik dari perlakuan lain (Tabel 1). Hal ini diduga

bahwa pada bedeng dengan lebar 2 m dan 4 m ketersediaan air masih tercukupi.

Indradewa (2002) mengatakan bahwa pada lebar bedeng 2 m lengas tanah masih

diatas kapasitas lapang dan tersebar merata. Pada lebar bedeng 4 m lengas tanah

masih diatas 80 % kapasitas lapang sehingga tanaman kedelai tidak kekurangan air.

Selain itu, pengolahan tanah diduga dapat menciptakan kondisi yang lebih baik

untuk perkembangan akar sehingga penyerapan hara dan air berlangsung dengan

baik. Ohorella (2011) mengatakan setiap penambahan sistem olah tanah akan

menaikan pertumbuhan tinggi dan jumlah daun kedelai.

Page 24: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

12

Table 1. Tinggi dan jumlah daun berbagai pengolahan tanah

Kolom

Pengamatan

Lebar bedeng dan pengolahan tanah

2 m + Tanpa 2 m + Diolah 4 m + Tanpa 4 m + Diolah

---------------------------------------Tinggi (cm) ---------------------------------------

2 MST 9,72 8,77 10,30 8,98

4 MST 16,32 15,93 15,70 16,24

6 MST 31,84b 37,04a 29,58b 37,83a

8 MST 48,71b 59,29a 46,33b 61,96a

10 MST 53,62b 60,53a 49,67b 64,69a

---------------------------------------Daun (daun)----------------------------------------

2 MST 1,00 1,07 1,04 1,04

4 MST 3,09b 3,93a 3,07b 4,04a

6 MST 9,07b 12,38a 7,78b 13,80a

8 MST 18,18b 23,20a 17,20b 22,36a

10 MST 26,89 27,69 25,73 33,07 Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan

berbeda nyata pada DMRT taraf 5%; MST: Minggu Setelah Tanam.

Berdasarkan Tabel 2, pada umur 2 dan 4 MST perlakuan tanpa pengendalian

menunjukkan tinggi tanaman yang berbeda nyata dengan perlakuan pengendalian

manual dan pengendalian dengan herbisida. Pada umur tersebut, tinggi tanaman

pada perlakuan tanpa pengendalian jauh lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya.

Hal ini diduga karena jumlah gulma yang tinggi membuat tanaman kedelai ternaugi

oleh gulma sehingga batang tanaman mengalami proses etiolasi. Namun pada usia

6, 8 dan 10 MST tinggi tanaman antar perlakuan tidak berbeda nyata meskipun

tinggi tanaman pada perlakuan tanpa pengendalian lebih tinggi.

Table 2. Tinggi dan jumlah daun pada perlakuan pengendalian gulma

Kolom

Pengamatan

Pengendalian Gulma

Tanpa Manual Herbisida

---------------------------------------Tinggi (cm) ---------------------------------------

2 MST 10,53a 9,15b 8,65b

4 MST 17,71a 15,50b 14,94b

6 MST 36,51 33,25 32,47

8 MST 57,10 51,02 54,10

10 MST 59,22 54,43 57,73

---------------------------------------Daun (daun) ---------------------------------------

2 MST 1,02 1,07 1,03

4 MST 3,48 3,70 3,42

6 MST 9,37b 12,45a 10,45b

8 MST 17,47b 23,87a 19,37b

10 MST 23,35b 31,48a 30,20a Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan

berbeda nyata pada DMRT taraf 5%; MST: Minggu Setelah Tanam.

Pada umur 6 sampai 10 MST, perlakuan pengendalian gulma terhadap

jumlah daun menunjukkan hasil berbeda nyata. Pada umur 4 dan 6 MST perlakuan

pengendalian manual berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Namun pada umur

10 MST perlakuan pengendalian manual tidak berbeda nyata terhadap perlakuan

pengendalian dengan herbisida (Tabel 2). Hal ini diduga karena asosiasi gulma

Page 25: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

13

dengan tanaman kedelai pada pengendalian manual tidak sebanyak pada petak

perlakuan tanpa pegendalian dan pengendalian dengan herbisida. Menurut

Moenandir (1988), gulma yang berasosiasi dengan tanaman budidaya akan

memperebutkan bahan – bahan yang seperti cahaya matahari, unsur hara dan air.

Bila terjadi kompetisi yang tinggi antara tanaman dengan gulma membuat tanaman

akan kekurangan bahan tersebut sehinnga mengganggu pertumbuhan kedelai.

Pada Tabel 3, pengaruh interaksi antara pengolahan tanah dan pengendalian

pada tinggi tanaman umur 2 MST menunjukkan pengaruh yang nyata. Pada Tabel

tersebut, terlihat tinggi tanaman kedelai pada perlakuan lebar bedeng 2 m tanpa

olah tanah yang dikombinasikan dengan perlakuan tanpa pengendalian gulma tidak

berbeda nyata dengan perlakuan lebar bedeng 4 m tanpa olah tanah. Namun

perlakuan tersebut berbeda nyata dengan perlakuan lebar bedeng 2 m dan 4 m

dengan olah tanah yang dikombinasikan perlakuan tanpa pengendalian gulma.

Tinggi tanaman tertinggi terdapat pada interaksi perlakuan lebar bedeng 4 m tanpa

olah tanah dengan perlakuan tanpa pengendalian (12,47 cm). Tinggi tanaman pada

perlakuan lebar bedeng 2 m tanpa olah tanah yang dikombinasikan dengan

perlakuan tanpa pengendalian berbeda nyata dengan perlakuan lebar bedeng 2 m

yang dikombinasikan dengan perlakuan pengendalian gulma secara manual dan

pengendalian dengan herbisida.

Table 3. Interaksi pengaruh pengolahan tanah dan pengendalian gulma pada tinggi

tanaman umur 2 MST

Lebar Bedeng +

Pengolahan Tanah

Pengendalian Gulma

Tanpa (cm) Manual (cm) Herbisida (cm)

2 m + Tanpa 11,33a 9,0b 8,83b

2 m + Diolah 9,0b 8,73b 8,57b

4 m + Tanpa 12,47a 9,37b 9,07b

4 m + Diolah 9,3b 9,5b 8,13b Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada

DMRT taraf 5%.

Interaksi perlakuan pengolahan tanah dan pengendalian gulma pada tinggi

tanaman umur 4 MST juga menunjukkan pengaruh nyata (Tabel 4). Interaksi

perlakuan lebar bedeng 2 m tanpa olah tanah dengan perlakuan tanpa pengendalian

memiliki tinggi tanaman tertinggi. Tinggi tanaman pada perlakuan lebar bedeng 2

m tanpa olah tanah yang dikombinasikan dengan perlakuan tanpa pengendalian

tidak berbeda nyata dengan perlakuan lebar bedeng 4 m tanpa olah tanah yang

dikombinasikan dengan perlakuan tanpa pengendalian. Namun interaksi perlakuan

lebar bedeng 2 m tanpa olah tanah dengan perlakuan tanpa pengendalian berbeda

nyata dengan perlakuan yang lainnya.

Tinggi tanaman pada interaksi perlakuan lebar bedeng 2 m tanpa olah tanah

dengan perlakuan tanpa pengendalian dan interaksi perlakuan lebar bedeng 4 m

tanpa olah tanah dengan perlakuan tanpa pengendalian baik pada umur 2 MST dan

4 MST menunjukkan nilai yang paling tinggi. Hal ini diduga terjadi karena pada

petak tersebut masih terdapat banyak gulma. Hal ini membuat tanaman kedelai

ternaungi sehingga batang mengalami etiolasi. Penelitian Wicaksono (2006) juga

menunjukkan bahwa tinggi tanaman kedelai tanpa pengendalian gulma jauh lebih

tinggi. Tinggi pada interaksi perlakuan lebar bedeng 2 m dengan olah tanah dengan

perlakuan tanpa pengendalian dan intreaksi perlakuan lebar bedeng 4 m dengan

Page 26: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

14

olah tanah dengan perlakuan tanpa pengendalian tidak tinggi karena gulma pada

petak perlakuan ini berkurang akibat proses pengolahan tanah. Menurut Juleha

(2002) pengolahan tanah mampu menekan pertumbuhan gulma. Hal ini membuat

tanaman kedelai pada perlakuan tersebut tidak mengalami etiolasi.

Table 4. Interaksi pengaruh pengolahan tanah dan pengendalian gulma pada tinggi

tanaman umur 4 MST

Lebar Bedeng +

Pengolahan Tanah

Pengendalian Gulma

Tanpa (cm) Manual (cm) Herbisida (cm)

2 m + Tanpa 20,2a 14,03d 14,73cd

2 m + Diolah 16,37bcd 15,63bcd 15,8bcd

4 m + Tanpa 18,2ab 14,97cd 13,93d

4 m + Diolah 16,07bcd 17,37bc 15,3cd Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada

DMRT taraf 5%.

Bobot kering batang, daun, akar, bintil akar pada perlakuan pengolahan

tanah tidak menunjukkan pengaruh nyata baik pada umur 4 dan 8 MST (Tabel 5).

Hal ini diduga karena pada lebar bedeng 2 m dan 4 m ketersediaan air masih

tercukupi untuk tanaman kedelai. Sahuri (2011) mengatakan bahwa lebar bedeng

yang ideal untuk digunakan adalah 2 m dan 4 m.

Table 5. Bobot kering tanaman pada pengaruh perlakuan pengolahan tanah

Lebar Bedeng + Pengolahan

Tanah

Bobot Kering Total

Berat

Kering Batang Daun Akar

Bintil

Akar

--------------------------------------- 4 MST (g) ---------------------------------------

2 m + Tanpa 0,31 0,49 0,23 0,06 1,09

2 m + Diolah 0,36 0,56 0,21 0,06 1,19

4 m + Tanpa 0,25 0,39 0,15 0,05 0,84

4 m + Diolah 0,39 0,58 0,22 0,06 1,25

--------------------------------------- 8 MST (g) ---------------------------------------

2 m + Tanpa 10,39 8,65 2,26 0,35 21,65

2 m + Diolah 7,96 6,19 1,43 0,31 15,89

4 m + Tanpa 7,61 6,26 1,73 0,33 15,93

4 m + Diolah 9,67 7,41 1,94 0,40 19,42 Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan

berbeda nyata pada DMRT taraf 5%.

Pada perlakuan pengendalian gulma, bobot kering batang, daun, akar, dan

bintil akar pada umur 4 MST tidak menunjukkan hasil yang berbeda nyata (Table

6). Hal ini diduga karena pada 4 MST dominansi gulma masih belum tinggi

sehingga tidak menggangu pertumbuhan kedelai. Pada 8 MST, perlakuan

pengendalian gulma menunjukkan ada hasil berbeda nyata. Perlakuan pengendalian

manual dan pengendalian dengan herbisida menunjukkan hasil yang berbeda nyata

dibandingkan dengan perlakuan tanpa pengendalian. Hal ini diduga karena pada

perlakuan tanpa pegendalian gulma lebih banyak ditemukan dibandingkan

perlakuan lain. Banyaknya gulma menyebabkan kompetisi menjadi lebih tinggi

sehingga kedelai mengalami ganguan dalam bertumbuh. Gulma ini akan bersaing

Page 27: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

15

dengan tanaman untuk memperebutkan hara di tanah, air, cahaya, karbondioksida,

dan ruang tumbuh sehingga mampu mengganggu pertumbuhan dan hasil tanaman

(Ashton and Monaco, 1991).

Table 6. Bobot kering tanaman pada pengaruh perlakuan pengendalian gulma

Pengendalian Gulma

Bobot Kering Total

Berat

Kering Batang Daun Akar

Bintil

Akar

--------------------------------------- 4 MST (g) --------------------------------------

Tanpa 0,28 0,43 0,19 0,05 0,95

Manual 0,36 0,5 0,19 0,06 1,11

Herbisida 0,35 0,59 0,22 0,07 1,23

--------------------------------------- 8 MST (g) --------------------------------------

Tanpa 6,6b 5,42b 1,28b 0,25 13,55

Manual 10,47a 8,44a 2,35a 0,42 21,68

Herbisida 9,65a 7,52a 1,9a 0,38 19,45 Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan

berbeda nyata pada DMRT taraf 5%.

Luas daun tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada perlakuan

pengolahan tanah baik pada 4 dan 8 MST (Tabel 7). Hal ini diduga karena

ketersediaan air yang masih mencukupi pada seluruh perlakuan pengolahan tanah.

Indradewa (2001) mengatakan kapasitas lapang tanah pada lebar bedeng 2 m dan 4

m masih diatas 80 % kapasitas lapang. Penelitian Yuliawati dan Manik (2014) juga

menyatakan bahwa indeks luas daun akan lebih baik apabila tanaman kedelai

kebutuhan airnya selalu tersedia.

Table 7. Luas daun pada perlakuan pengolahan tanah

Lebar bedeng + Pengolahan

tanah

Luas Daun/ Tanaman (cm2)

4 MST 8 MST

2 m + Tanpa 231,43 3115,87

2 m + Diolah 249,84 2271,43

4 m + Tanpa 154,13 2319,05

4 m + Diolah 261,11 2822,22 Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan

berbeda nyata pada DMRT taraf 5%; MST: Minggu Setelah Tanam.

Luas daun pada perlakuan pengendalian gulma menunjukkan hasil berbeda

nyata pada 8 MST sedangkan pada 4 MST tidak menunjukkan hasil yang berbeda

nyata (Tabel 8). Perlakuan pengendalian manual berbeda nyata dengan perlakuan

tanpa pengendalian dan pengendalian dengan herbisida. Perlakuan pengendalian

manual menunjukkan bahwa indeks luas daun pada 8 MST dapat mencapai 3223,81

cm2. Hal ini diduga karena gulma pada perlakuan pengendalian manual lebih sedikit

dibandingkan perlakuan lain. Selain itu, gulma yang banyak membuat tanaman

pada perlakuan tanpa pengendalian mengalami persaingan dalam mendapatkan

unsur hara, cahaya matahari, dan ruang tumbuh. Hal ini sesuai dengan pendapat

Sembodo (2010) gulma yang ada disekitar tanaman mampu menurunkan kuantitas

dan kualitas pertumbuhan tanaman. Penelitian Eprim (2006) menyatakan bahwa

Page 28: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

16

semakin lama gulma berada disekitar tanaman kedelai membuat semakin kecil ILD

tanaman kedelai.

Table 8. Luas daun pada perlakuan pengendalian gulma

Pengendalian Gulma Luas Daun/ Tanaman (cm2)

4 MST 8 MST

Tanpa 178,21 1890,48b

Manual 241,19 3223,81a

Herbisida 252,98 2782,14a Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan

berbeda nyata pada DMRT taraf 5%; MST: Minggu Setelah Tanam.

Luas daun pada perlakuan pengendalian dengan herbisida pada umur 4 MST

jauh lebih tinggi, namun pada umur 8 MST Luas daun pada pengendalian manual

jauh lebih tinggi dibandingkan yang lain. Hal ini diduga karena pada umur 4 MST

dominansi gulma pada perlakuan belum terlalu tinggi. Kondisi gulma pada

pengendalian manual dan pengendalian dengan herbisida masih sedikit sehingga

pertumbuhan kedelai masih cukup baik. Namun pada umur 8 MST dapat dilihat

bahwa kondisi gulma pada pengendalian dengan herbisida jauh lebih banyak

dibandingkan perlakuan pengendalian manual. Hal ini menunjukkan bahwa

pengendalian dengan herbisida sebelum tanam masih belum efektif untuk menekan

pertumbuhan gulma sampai pada umur 8 MST.

Komponen Produksi

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa faktor pengolahan tanah

menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap jumlah polong total, jumlah polong isi,

bobot biji tanaman contoh dan produktivitas. Faktor pengendalian gulma juga

menunjukkan pengaruh nyata terhadap jumlah polong total, jumlah polong isi,

cabang, bobot biji tanaman contoh, dan produktivitas. (Lampiran 3)

Jumlah polong total, jumlah polong isi, dan bobot biji tanaman contoh pada

perlakuan lebar bedeng 4 m dengan olah tanah berbeda nyata dengan perlakuan

lainnya (Tabel 9). Hal ini diduga karena lebar bedeng 4 m dengan olah tanah (L4)

mampu memberikan ketersediaan air yang optimum untuk kedelai serta mampu

menciptakan kondisi tanah yang baik untuk perakaran kedelai. Hal ini sama dengan

yang dikatakan Yuliawati dan Manik (2014) bahwa kedelai yang diberikan air yang

optimum mampu meningkatkan jumlah polong dan bobot biji kedelai. Pengolahan

tanah mampu menciptakan kondisi tanah yang baik untuk akar kedelai sehingga

mampu menyerap unsur hara dan air dengan baik. Hal ini diduga membuat tanaman

kedelai menghasilkan jumlah polong dan bobot biji yang lebih baik. Ohorella

(2011) melalui penelitian juga menunjukkan bahwa penambahan sistem olah tanah

mampu meningkatkan jumlah polong dan bobot biji kedelai.

Produktivitas pada lebar bedeng 4 m dengan olah tanah berbeda nyata

dengan perlakuan lebar bedeng 4 m tanpa olah tanah, namun tidak berbeda nyata

dengan perlakuan lebar bedeng 2 m tanpa olah dan lebar bedeng 2 m dengan olah

tanah (Tabel 9). Perlakuan lebar bedeng 4 m dengan olah tanah masih menunjukkan

produktivitas tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Hal ini diduga karena

dengan adanya pengolahan tanah mampu mengurangi dominansi gulma sehingga

gulma pada awal pertumbuhan kedelai sulit untuk tumbuh. Selain itu pengolahan

Page 29: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

17

tanah diduga mampu membuat kondisi tanah yang baik bagi perakaran sehingga

tanaman kedelai mampu tumbuh dengan lebih baik. Hal ini membuat kedelai

bertumbuh dengan cepat dibandingkan gulma sehingga kanopi kedelai mampu

menguasai ruang tumbuh dengan cepat. Hal ini membuat gulma tidak mampu

bersaing. Berdasarkan penelitian ini dapat dilihat perlakuan Lebar bedeng 4 m

dengan olah tanah (L4) memberikan hasil yang lebih baik. Namun perlu diingat

pengolahan tanah memerlukan biaya dan tenaga kerja yang tinggi.

Table 9. Komponen Produksi pada perlakuan pengolahan tanah

Kolom pengamatan Lebar bedeng + Pengolahan tanah

2 m + Tanpa 2 m + Diolah 4 m + Tanpa 4 m + Diolah

Jumlah polong total/

tanaman 85,44b 82,87b 76,98b 105,40a

Jumlah polong isi/

tanaman 83,27b 79,96b 74,98b 102,80a

Jumlah polong hampa/

tanaman 2,18 2,71 2,09 2,73

Bobot biji/ tanaman (g) 17,44b 16,74b 15,65b 22,39a

Bobot 100 butir (g) 10,32 10,77 10,73 10,53

Bobot Ubinan (g)/ 2 m2 584,54a 585,58a 460,98b 646,82a

Produktivitas (ton ha-1) 2,92ab 2,93ab 2,30b 3,23a Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan

berbeda nyata pada DMRT tara f 5%.

Menurut Sahuri (2011) lebar bedeng 2 m dan 4 m merupakan lebar bedeng

yang optimum untuk budidaya kedelai dilahan pasang surut. Namun pada penelitian

ini didapatkan bahwa jumlah polong total, jumlah polong isi, bobot biji per

tanaman, dan produktivitas pada perlakuan lebar bedeng 2 m dengan olah tanah

(L2) tidak menunjukkan hasil yang baik bila dibandingkan perlakuan lebar bedeng

4 m dengan olah tanah (L4). Hal ini diduga karena adanya kesalahan teknis dalam

aplikasi pengolahan tanah dimana tanah sisa pembuatan saluran air dicampur

merata diatas petak perlakuan yang tanahnya diolah. Tanah sisa pembuatan saluran

ini diduga mengandung pirit karena saluran air dibuat sedalam 30 cm dari

permukaan tanah. Ketika tanah ini diolah merata pada petak percobaan ada

kemungkinan pirit teroksidasi sehingga mempengaruhi pertumbuhan kedelai. Lebar

bedengan yang lebih kecil diduga membuat akumulasi pirit jauh lebih besar pada

perlakuan lebar bedeng 2 m dibandingkan akumulasi pirit pada perlakuan lebar

bedeng 4 m. Akumulasi pirit yang jauh lebih besar pada perlakuan lebar bedeng 2

m diduga mampu mengganggu pertumbuhan kedelai pada petak perlakuan tersebut.

Menurut Noor (2004) pirit yang teroksidasi akan membuat pH tanah menjadi

rendah. Tanah yang memiliki pH rendah akan membuat senyawa Al3+, Fe2+, dan

Mn2+ terlarut dalam tanah dan menjadi racun bagi tanaman. Oleh karena itu perlu

dilakukan penentuan kedalaman pirit saat sebelum percobaan dilakukan. Penentuan

kedalaman pirit dapat dilakukan dengan analisis tanah sebelum percobaan

dilakukan.

Jumlah polong total, jumlah polong isi, bobot biji per tanaman, dan

produktivitas pada perlakuan lebar bedeng 2 m dengan olah tanah tidak

menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan perlakuan lebar bedeng 4 m

dengan olah. Hal ini diduga karena adanya kelebihan air pada petak percobaan lebar

Page 30: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

18

bedeng 2 m dengan olah tanah (L2). Kelebihan air ini bisa disebabkan karena

tingginya curah hujan pada awal penanaman (Lampiran 2) dan menurut Indradewa

(2002) bahwa air pada lebar bedeng 2 m berada di atas kapasitas lapang ketika

diberi genangan air secara konstan. Hal ini membuat air berlebih pada petak lebar

bedeng 2 m dengan olah tanah (L2) sehingga dapat menghambat pertumbuhan

kedelai pada masa awal. Terhambatnya pertumbuhan ini diduga dapat

mempengaruhi jumlah polong kedelai.

Jumlah polong hampa pada semua perlakuan tidak berbeda nyata. Hal ini

diduga karena ketersediaan air yang cukup untuk tanaman kedelai pada seluruh

perlakuan. Ketersediaan air yang cukup ini membuat proses pengisian polong dapat

berjalan dengan baik. Menurut penelitian Rosawanti (2015) jumlah polong pada

tanaman kedelai saling berbanding terbalik antara jumlah polong isi dengan jumlah

polong hampa. Dalam penelitiannya menunjukan cekaman kekeringan mampu

meningkatkan jumlah polong hampa. Perbedaan jumlah polong ini berkaitan

dengan kadar air yang tersedia. Menurut Penelitian Wicaksono (2006) juga

menunjukkan bahwa perlakuan pengolahan tanah tidak memberikan pengaruh

nyata pada jumlah polong hampa dan bobot 100 butir

Pada perlakuan pengendalian gulma terhadap jumlah polong total dan

jumlah polong isi, pelakuan pengendalian manual berbeda nyata dengan perlakuan

lainnya (Tabel 10). Bobot biji tanaman contoh dan jumlah cabang serta bobot

ubinan juga menunjukkan bahwa perlakuan pengendalian manual dan pengendalian

dengan herbisida berbeda nyata dengan perlakuan tanpa pengendalian (Tabel 10).

Produktivitas juga menunjukkan bahwa perlakuan pengendalian manual dan

pengendalian dengan herbisida berbeda nyata dengan perlakuan tanpa

pengendalian. Produktivitas pada perlakuan pengendalian manual menunjukkan

hasil sebesar 3,22 ton sedangkan perlakuan tanpa pengendalian dan pengendalian

dengan herbisida hanya mencapai 2,27 ton dan 3,05 ton.

Table 10. Komponen Produksi pada perlakuan pengendalian gulma

Peubah pengamatan Pengendalian Gulma

Tanpa Manual Herbisida

Jumlah polong total/tanaman 61,65c 109,08a 92,28b

Jumlah polong isi/tanaman 58,13c 107,63a 89,98b

Jumlah polong hampa/

tanaman 3,52 1,47 2,30

Bobot biji/ tanaman (g) 12,46b 22,67a 19,04a

Bobot 100 butir (g) 10,59 10,54 10,63

Bobot Ubinan (g)/ 2 m2 453,54b 644,84a 610,06a

Produktivitas (ton ha-1) 2,27b 3,22a 3,05a Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan

berbeda nyata pada DMRT taraf 5%.

Pada umumnya perlakuan pengendalian manual menunjukkan hasil

komponen produksi yang lebih baik dari pada perlakuan yang lainnya. Hal ini

diduga karena adanya gulma sejak awal pertumbuhan mengingat pada perlakuan

tanpa pengendalian gulma sama sekali tidak disiangi sehingga sejak awal kedelai

langsung bersaing dengan gulma. Kehadiran gulma sejak 2 MST akan membuat

penurunan hasil yang nyata karena menghambat pertumbuhan vegetatif serta

pengisian polong pada umur 7 – 9 MST (Eprim, 2006).

Page 31: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

19

Pada Tabel 10 terlihat bahwa produktivitas pada perlakuan tanpa

pengendalian mengalami penurunan produktivitas sebesar 29,50 % dibandingkan

dengan produktivitas pada perlakuan pengendalian gulma secara manual.

Produktivitas pada perlakuan pengendalian dengan herbisida mampu meningkatkan

produktivitas sebesar 25,57 % jika dibandingkan dengan perlakuan tanpa

pengendalian. Penurunan hasil ini diduga karena kehadiran gulma pada perlakuan

tanpa pengendalian jauh lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal

ini membuat tanaman kedelai bersaing bersaing memperebutkan cahaya matahari,

unsur hara, air, dan ruang hidup dengan gulma sehingga pertumbuhan tanaman

kedelai akan terganggu (Moenandir, 1988).

Hasil penelitian ini menunjukkan perlakuan pengendalian manual (C1) pada

penelitian ini lebih baik dibandingkan dengan perlakuan pengendalian herbisida

dengan glifosat dan paraquat saat sebelum tanam (C2). Hal tersebut bertentangan

dengan penelitian Utomo et al. (2014) yang menyatakan bahwa aplikasi herbisida

glifosat dan paraquat pada saat sebelum tanam mampu meningkatkan hasil kedelai

dibandingkan tanpa pengendalian dan pengendalian manual. Selain itu, hasil

penelitian Fauzi (2009) menyatakan bahwa hasil kedelai pada perlakuan tanpa olah

tanah + herbisida glifosat lebih baik dibandingkan hanya diolah saja. Hal ini diduga

karena herbisida yang diaplikasikan masih belum cukup untuk menekan

pertumbuhan gulma sehingga gulma masih dapat tumbuh dan membuat tanaman

kedelai mengalami persaingan. Tingginya curah hujan pada saat aplikasi herbisida

diduga menjadi salah satu penyebab gulma tidak tertekan (Lampiran 2). Budidaya

jenuh air membuat tanah selalu dalam kondisi jenuh air sehingga gulma juga dapat

tumbuh dengan gulma karena adanya air.

Menurut Troedson et al. (1983) budidaya jenuh air membuat kedelai

mengalami aklimatisasi dimana seluruh hasil fotosintesis akan dialokasikan ke

bagian akar tanaman untuk pembentukan akar baru. Aklimatisasi terjadi 2 minggu

setelah adanya penggenagan. Hal ini diduga membuat kedelai mengalami hambatan

pertumbuhan. Hambatan ini memberi kesempatan gulma untuk tumbuh karena

tanaman kedelai tidak mampu menguasai ruang tumbuh yang ada untuk menekan

pertumbuhan gulma. Pengendalian gulma dengan herbisida saat kedelai sedang

dalam proses pemulihan diduga perlu dilakukan untuk menekan gulma. Menurut

penelitian Ghulamahdi et al. (2006) tanaman kedelai baru dapat pulih dari proses

aklimatisasi pada umur 5 – 9 MST. Pengendalian gulma setelah tanaman kedelai

tumbuh dapat dilakukan pada saat tanaman kedelai mulai pulih dari proses

aklimatisasi yakni umur 5 – 9 MST dengan menggunakan sungkup sprayer.

Pertumbuhan Gulma pada Lahan Percobaan

Analisis vegetasi gulma dilakukan sebelum perlakuan dilakukan untuk

mengetahui dominansi gulma awal sebelum percobaan dilakukan. Analisis vegetasi

menggunakan metode kuadran. Pada Tabel 11 dapat dilihat hasil analisis vegetasi

gulma pada lahan percobaan memperlihatkan bahwa areal percobaan didominansi

oleh gulma dari golongan teki yakni Cyperus iria L. Gulma spesies Cyperus iria

memiliki Nilai Jumlah Dominansi (NJD) sebesar 19.17%. Gulma dominan kedua

termasuk gulma daun lebar yakni Ludwigia octovalvis (Jacq.) Raven, gulma ini

memiliki nilai NJD sebesar 18.48%. Gulma lainnya yang mendominansi adalah

Ischaemum rugosum Salisb., Drymaria cordata (L.) Willd ex Roem. & Schult.¸

Page 32: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

20

Paspalum commersonii¸ Paspalum conjugatum Berg., dan Oldenlandia corymbosa

(L.) Lam. dengan nilai jumlah dominansi masing – masing sebesar 13.33%, 9.33%,

7.39%, 5.96%, dan 5,71%.

Table 11. Gulma dominan sebelum tanam

Nama Gulma Golongan Nisbah Jumlah Dominan

Cyperus iria Teki 19,17%

Ludwigia octovalvis Daun Lebar 18,48%

Ischaemum rugosum Rumput 13,33%

Drymaria cordata Daun Lebar 9,33%

Paspalum commersonii Rumput 7,39%

Paspalum conjugatum Rumput 5,96%

Oldenlandia corymbosa Rumput 5,71%

Jumlah gulma dominan 79,38%

Jumlah gulma lainnya 20,62%

Perlakuan pengendalian gulma berpengaruh terhadap dominansi gulma.

Pada Tabel 12 dapat dilihat terjadi pergeseran dominansi gulma. Pada perlakuan

tanpa pengendalian dan pengendalian gulma dengan herbisida, gulma Ludwigia

octavalis menggeser dominansi gulma Cyperus iria pada umur 4 MST. Gulma

Ludwigia octovalvis tetap menjadi gulma dominan sampai pada umur 8 MST. Pada

perlakuan pengendalian secara manual terjadi pergeseran dominansi gulma baik

pada umur 4 MST dan 8 MST. Pada umur 4 MST Gulma Ludwigia octovalvis

menjadi lebih dominan dibandingkan gulma lainnya. Namun pada umur 8 MST,

gulma Oldenlandia corymbosa mengganti dominansi gulma Ludwigia octovalvis.

Table 12. Pengaruh cara pengendalian gulma terhadap komposisi gulma dominan

Umur Pengendalian

Gulma

Gulma Dominan (%) Jumlah

CI LO IR DC PCom PCon OC

4 MST Tanpa 6,72 20,53 2,09 4,92 6,35 6,90 6,06 53,57

Manual 7,90 12,88 0 11,18 7,79 21,14 11,18 72,07

Herbisida 8,46 15,71 2,54 15,31 4,58 5,36 8,57 60,53

8 MST Tanpa 5,87 15,27 3,57 5,68 8,95 4,77 5,98 50,08

Manual 4,98 7,92 0,83 5,03 6,14 6,39 10,38 41,67

Herbisida 9,52 15,51 0 8,46 7,64 0,48 7,09 48,69 Keterangan: MST: Minggu Setelah Tanam; CI = Cyperus iria; LO = Ludwigia octovalvis;

IR = Ischaemum rugosum; DC = Drymaria cordata; PCom = Paspalum commersonii;

PCon = Paspalum conjugatum; OC = Oldenlandia corymbosa.

Pada perlakuan pengolahan tanah, terjadi pergeseran gulma yang dominan

pada areal percobaan. Pada perlakuan lebar bedeng 2 m tanpa olah tanah, lebar

bedeng 2 m dengan olah tanah, dan lebar bedeng 4 m dengan olah tanah, gulma

Ludwigia Octovalvis menjadi gulma dominan menggeser gulma Cyperus iria baik

pada umur 4 MST maupun 8 MST. Pada perlakuan lebar bedeng 4 m tanpa olah

tanah, Gulma Drymaria cordata menjadi gulma dominan pada 4 MST. Namun pada

8 MST terjadi pergeseran dominansi gulma. Gulma Ludwigia octovalvis menggeser

dominansi gulma Drymaria cordata. Pada seluruh perlakuan gulma spesies

Page 33: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

21

Ischaemum rugosum mengalami penurunan nilai jumlah dominansi yang cukup

signifikan dibandingkan dengan gulma dominan lainnya.

Table 13. Pengaruh pengolahan tanah terhadap komposisi gulma dominan

Umur Lebar bedeng +

Pengolahan

Gulma Dominan (%) Jumlah

CI LO IR DC PCom PCon OC

4 MST 2 m + Tanpa 7,53 18,76 4,85 10,11 5,68 3,98 7,11 58,02

2 m + Diolah 6,24 35,91 0 6,00 7,34 7,13 8,81 71,44

4 m + Tanpa 5,72 11,34 0,76 11,70 4,13 8,72 6,26 48,63

4 m + Diolah 9,05 30,88 0 4,13 7,55 11,23 7,03 69,86

8 MST 2 m + Tanpa 8,09 17,32 1,96 6,39 3,55 10,86 6,80 54,96

2 m + Diolah 6,79 13,01 1,33 3,52 6,97 1,09 6,99 39,69

4 m + Tanpa 7,49 14,74 0 9,32 10,83 1,23 6,20 49,81

4 m + Diolah 6,21 13,76 0,07 7,59 13,13 0,80 7,53 49,08 Keterangan: MST: Minggu Setelah Tanam; CI = Cyperus iria; LO = Ludwigia octovalvis;

IR = Ischaemum rugosum; DC = Drymaria cordata; PCom = Paspalum commersonii;

PCon = Paspalum conjugatum; OC = Oldenlandia corymbosa.

Ludwigia octovalvis merupakan gulma yang tumbuh tegak, berbatang basah

tapi terkadang bisa menjadi kayu, ujung daun meruncing, dan berakar serabut.

Tinggi tanaman ini dapat mencapai 75 – 150 cm. Gulma ini merupakan gulma yang

mampu hidup pada kondisi lingkungan yang berlebih airnya. Gulma ini biasa

ditemukan pada lahan pertanian yang banyak air seperti lahan persawahan

(Kostermannns et al., 1983).

Analisis Usahatani Kedelai

Analisis usahatani adalah ilmu terapan yang membahas atau mempelajari

bagaimana menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif pada suatu usaha

pertanian agar diperoleh hasil maksimal. Net Benefit Cost Ratio (B/C ratio) adalah

peneilaian yang dilakukan untuk melihat tingkat efisiensi penggunaan biaya berupa

perbandingan jumlah nilai bersih sekarang yang positif dengan jumlah nilai bersih

sekarang negatif. Suatu proyek layak dan efisien untuk dilaksanakan jika nilai B/C

Ratio > 1, yang berarti manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang

dikeluarkan. Jika B/C ratio < 1, berarti manfaat yang diperoleh tidak cukup untuk

menutupi biaya yang dikeluarkan sehingga proyek tidak layak dan efisien untuk

dilaksanakan (Shinta, 2011).

Pada Tabel 14 dari rekapitulasi data lampiran 7 - 18, dapat dilihat bahwa

hasil analisis usahatani pada kombinasi perlakuan lebar bedeng 2 m dtanpa olah

tanah dan perlakuan pengendalian gulma dengan herbisida (L1C2) memiliki nilai

B/C rasio tertinggi yaitu 2,53 dengan keuntungan sebesar Rp12.881.250.

Kombinasi perlakuan lebar bedeng 4 m dengan olah tanah dan perlakuan

pengendalian gulma dengan herbisida (L4C2) memiliki keuntungan terbesar kedua

yaitu Rp12.578.750 dengan B/C rasio sebesar 2,42. Kombinasi perlakuan lebar

bedeng 2 tanpa olah tanah dan perlakuan pengendalian gulma secara manual

(L4C1) memperoleh keuntungan terbesar Rp12.881.250 namun nilai B/C rasio jauh

lebih rendah yakni sebesar 2,53. Kombinasi perlakuan lebar bedeng 4 m tanpa olah

tanah dan perlakuan tanpa pengendalian gulma memiliki pendapatan terkecil yakni

sebesar Rp3.153.250 dengan B/C rasio sebesar 1,43.

Page 34: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

22

Table 14. Perbandingan Analisis Usahatani/ha untuk setiap perlakuan

Perlakuan

Biaya (Rp) Pendapatan

(Rp)

Keuntungan

(Rp)

B/C

Ratio (Lebar bedeng + Pengolahan

tanah + Pengendalian Gulma)

2 m + Tanpa + Tanpa 7.664.250 16.897.500 9.233.250 2,21

2 m + Tanpa + Manual 10.064.250 17.677.500 7.613.250 1,76

2 m + Tanpa + Herbisida 8.426.250 21.307.500 12.881.250 2,53

2 m + Diolah + Tanpa 8.464.250 14.670.000 6.205.750 1,73

2 m + Diolah + Manual 10.864.250 22.875.000 12.010750 2,11

2 m + Diolah + Herbisida 9.226.250 18.442.500 9.216.250 1,99

4 m + Tanpa + Tanpa 7.264.250 10.417.500 3.153.250 1,43

4 m + Tanpa + Manual 9.664.250 17.032.500 7.368.250 1,76

4 m + Tanpa + Herbisida 8.026.250 16.620.000 8.593.750 2,07

4 m + Diolah + Tanpa 8.064.250 15.817.500 7.753.250 1,96

4 m + Diolah + Manual 10.464.250 24.615.000 14.150750 2,35

4 m + Diolah + Herbisida 8.826.250 21.405.000 12.578.750 2,42

Berdasarkan hasil analisis usahatani dapat dilihat bahwa kombinasi

perlakuan lebar bedeng 2 m dengan olah tanah dan perlakuan pengendalian dengan

herbisida dapat digunakan dalam budidaya kedelai di lahan pasang surut. Hal ini

dikarenakan perlakuan tersebut memiliki nilai B/C ratio tertinggi. Namun

pembuatan saluran akan memakan banyak biaya dan waktu jika menggunakan lebar

bedeng 2 m. Jumlah saluran yang dibuat dengan lebar bedengan 2 m akan jauh lebih

banyak dibandingkan jumlah saluran dengan lebar bedeng 4 m. Oleh karena itu

lebih baik menggunakan kombinasi perlakuan lebar bedeng 4 m dengan olah tanah

dan perlakuan pengendalian gulma dengan herbisida agar waktu dan biaya yang

digunakan jauh lebih efisien.

Kombinasi perlakuan lebar bedeng 4 m dengan olah tanah dan pengendalian

gulma secara manual menunjukan keuntungan yang jauh lebih besar dibandingkan

perlakuan lain. Namun pengendalian gulma secara manual memerlukan tenaga

kerja yang banyak dan biaya yang besar. Selain itu juga, ketersediaan tenaga kerja

pada setiap daerah tidak sama. Oleh karena itu lebih baik menggunakan kombinasi

perlakuan lebar bedeng 4 m dengan olah tanah dan perlakuan pengendalian gulma

dengan herbisida dalam budidaya kedelai dilahan pasang surut. Pengendalian

gulma dengan menggunakan herbisida mampu menekan tenaga kerja dan biaya

produksi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perlakuan lebar bedeng 2 m dan 4 m dengan olah tanah mampu meningkatkan

pertumbuhan kedelai. Meskipun tidak berbeda nyata, pengaruh lebar bedeng 4 m

dengan olah tanah menunjukkan produktivitas kedelai tertinggi dibandingkan

Page 35: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

23

perlakuan yang lainnya. Produktivitas pada perlakuan lebar bedeng 4 m dengan olah

tanah dapat mencapai 3,23 ton. Petak perlakuan yang diolah baik dengan lebar

bedeng 2 m dan 4 m mampu menekan pertumbuhan gulma.

Produktivitas tertinggi didapat pada perlakuan pengendalian gulma secara

manual yakni sebesar 3,22 ton. Pertumbuhan gulma dapat ditekan dengan baik pada

perlakuan pengendalian manual dan perlakuan menggunakan herbisida. Menurut

data analisis usaha tani menunjukkan bahwa perlakuan pengendalian gulma secara

manual memberi keuntungan terbesar dibandingkan perlakuan pengendalian

dengan herbisida. Namun pengendalian secara manual memerlukan tenaga kerja

dan biaya. Oleh karena itu perlakuan dengan menggunakan herbisida merupakan

salah satu teknik pengendalian gulma yang bias digunakan dalam budidaya kedelai

dilahan pasang surut.

Saran

Penggunaan lebar bedeng 2 m tidak diperlukan lagi karena hasil pertumbuhan

dan komponen produksi tidak jauh berbeda dengan lebar bedeng 4 m. Selain itu

penggunaan lebar bedeng 4 m memudahkan proses budidaya kedelai. Perlu

dilakukan analisis kedalaman pirit pada lahan yang akan digunakan untuk

penelitian. Pada penelitian selanjutnya diharapkan melakukan pengendalian gulma

dengan herbisida pada saat tanaman kedelai sudah tumbuh dengan menggunakan

sungkup sprayer.

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto T. 2014. Kedelai Tropika Produktivitas 3 ton/ha. Penebar Swadya,

Jakarta

Ashton F.M. and Monaco T.J. 1991. Weed Science Principles and Practice. Canada.

Inter Sci Publ. John Willey and Sons.

Ashton F.M. and Crafts A.S. 1973. Mode of Action of Herbicides. Canada. Inter

Sci Publ. John Willey and Sons.

Barchia M.F. 2006. Gambut Agroekosistem dan Transformasi Karbon. Gaja Mada

University Press, Yogyakarta.

[BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2015. Data Iklim Stasiun

Kenten. BMKG, Palembang.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik Indonesia. Biro Pusat Statistik Jakarta.

www.BPS.go.id. [6 April 2015].

[BBSDL] Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.

2006. Karakteristik dan Pengolahan Lahan Rawa. Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor.

Eprim Y.S. 2006. Periode Kritis Tanman Kedelai (Glycine max (L.)Meriil)

terhadap Kompetisi Gulma Pada Beberapa Jarak Tanam di Lahan Alang –

Alang. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Fauzi I. 2009. Pengaruh Teknik Persiapan Lahan dan Pemupukan Fosfor terhadap

Gulma dan Produksi Kedelai (Glycine max (L.)Meriil). Skripsi. Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Page 36: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

24

Ghulamahdi M., Aziz S.A., Melati M., Dewi N. dan Rais S.A. 2006. Aktivitas

nitrogenase, serapan hara dan pertumbuhan dua varietas kedelai pada kondisi

jenuh air dan kering. Bul Agronomi 34(1): 32 – 38.

Ghulamahdi M., Aziz S.A. and Sagala D. 2009. Production of soybean varieties

under saturated soil culture on tidal swamps. J. Agronom 37(3): 226 – 232.

Ghulamahdi M. 2011. Best Practice dalam Budidaya Kedelai di Lahan Pasang

Surut. KIPNAS X Tahun 2011, Bogor.

Hunter M.N., De Fabrun P.L.M. and Byth D.E. 1980. Response of nine soybean

lines to soil moisture conditions close to saturation. Austral J. Exp. Agric.

Anim.Husb. 20:339-345.

Indradewa D., Sastrowinoto S. dan Notohadisuwarno S. 2002. Lebar bedengan

untuk genangan dalam parit pada tanaman kedelai. Bul Agronomi 30(3): 82

– 86.

Indradewa D., Sastrowinoto S., Notohadisuwarno S. dan Prabowo H. 2004.

Metabolisme nitrogen pada tanaman kedelai yang mendapat genangan dalam

parit. Ilmu Pertanian 11(2): 68 – 75.

Juleha. 2002. Penerapan Budidaya Kedelai (Glycine max (L.)Meriil) dengan

Teknologi Konvensional dan Olah Tanah Konservasi pada Beberapa Cara

Pengendalian. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

[Kementan] Kementerian Pertanian. 2013. Teknik Budidaya Kedelai di Lahan

Pasang Surut. http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/1393/. [16 Maret

2014].

Klingman G.C, Ashton F.M. and Noordhoff L.J. 1973. Weed Science Principles

and Practice. Canada. Inter Sci Publ. John Willey and Sons.

Kostermans A.J.G.H., Wirjahardja S., Dekker R.J. 1987. The Weeds: Description,

Ecology and Control. Dalam: Soerjani M., Kostermans A.J.G.H.,

Tjitrosoepomo G. Weeds of Rice in Indonesian. Jakarta. Balai pustaka.

Moenandir J. 1988. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. Jakarta (ID):

Rajawali.

__________. 1990. Fisiologi Herbisida. Rajawali, Jakarta.

__________. 2010. Ilmu Gulma. Universitas Brawijaya Press, Malang.

Noor M. 2004. Lahan Rawa: Sifat dan Pengelolaan Tanah Bermasalah Sulfat

Masam. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Ohorella Z. 2011. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai pada

Sistem Olah Tanah yang Berbeda. J Agronomika 1(3): 92 – 98.

Purwono dan Purnamawati H. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.

Penebar swadaya, Bogor.

Rosawanti P. 2015. Toleransi Beberapa Genotipe Kedelai terhadap Cekaman

Kekeringan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Sahuri. 2011. Pengaruh Tinggi Muka Air dan Lebar Bedengan Terhadap

Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max (L.)Meriil) di Lahan

Pasang Surut. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sastroutomo S.S.1990. Ekologi Gulma. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sembodo D.R.J. 2010. Gulma dan Pengelolaannya. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Shinta A. 2011. Ilmu Usahatani. UB Press. Malang.

Suastika I.W. dan Sutriadi M.T. 2001. Pengaruh Perbaikan Tata Air Mikro terhadap

Kualitas Air Tanah dan Hasil Tanaman. Seminar Hasil Penelitian

Pengembangan Sistem Usaha Pertanian Lahan Pasang Surut Sumater Selatan.

Page 37: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

25

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor.

Suriadikarta D.A. 2005. Pengelolaan lahan sulfat masam untuk usaha pertanian. J.

Litbang Pertanian 24(1) : 36 – 45.

Troedson R.J, Lawn R.J, Byth D.E, and Wilson G.L. 1983. Saturated Soil Culture

in Innovated Water Management Option for Soybean in the tropics and

Subtropics. In S. Shanmugasundaran and E.w. Sulzberger (ed). Soybean in

Tropical and Subtropical System. Proc. Symp. Tsukuba. Japan.

Utomo D.W.S., Nugroho A. dan Sebayang H.F. 2014. Pengaruh aplikasi herbisida

pra tanamn cuka (c2h4o2), glifosat, dan paraquat pada gulma tanaman

kedelai. J Produksi Tanaman 2(3): 213 – 220.

Wicaksono E.B. 2006. Aplikasi Olah Tanah Konservasu dengan Beberapa Cara

Pengendalian Gulma pada Budidaya Kedelai (Glycine max (L.)Meriil).

Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Widjaja-Adhi I.P.G. 1986. Pengelolaan lahan rawa pasang surut dan lebak. Jurnal

Penelitian dan Pengembangan Pertanian V(1): 1–9.

Yuliawati T., Manik T.K. dan Rosadi R.A.B. 2014. Pendugaan kebutuhan air

tanaman dan nilai koefisien tanaman (kc) kedelai (glycine max (l.)meriil)

varietas tanggamus dengan metode lysimeter. J Teknik Pertanian Lampung

3(3): 233 – 238.

Page 38: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

26

LAMPIRAN

Lampiran 1. Denah petak percobaan

Keterangan L1 = Lebar bedeng 2 m tanpa olah tanah

L2 = Lebar bedeng 2 m dengan olah tanah

L3 = Lebar bedeng 4 m tanpa olah tanah;

L4 = Lebar bedeng 4 m dengan olah tanah

C0 = Tanpa Pengendalian;

C1 = Pengendalian Manual

C2 = Pengendalian dengan Herbisida.

L4C1U3 L2C2U2 L1C0U1

L4C2U3 L2C0U2 L1C1U1

L4C0U3 L2C1U2 L1C2U1

L3C2U3 L4C0U2 L2C1U1

L3C0U3 L4C1U2 L2C2U1

L3C1U3 L4C2U2 L2C0U1

L2C0U3 L1C1U2 L3C0U1

L2C1U3 L1C0U2 L3C2U1

L2C2U3 L1C2U2 L3C1U1

L1C1U3 L3C0U2 L4C2U1

L1C0U3 L3C1U2 L4C0U1

L1C2U3 L3C2U2 L4C1U1

Page 39: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

27

Lampiran 2. Teknik pengambilan ubinan

Teknik pengambilan ubinan pada petak percobaan berukuran 4 x 5 m, ubinan

seluas 1 x 2 m dengan 40 lubang tanam

Teknik pengambilan ubinan pada petak percobaan berukuran 4 x 5 m, ubinan

seluas 1 x 2 m dengan 40 lubang tanam

Page 40: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

28

Lampiran 3. Data Analisis Tanah Sebelum Tanam

No Komponen Analisis Tanah Nilai Keterangan

1 Tekstur

- Pasir 3,55 %

Debu berliat - Debu 48,60 %

- Liat 47,85 %

2 pH

- H2O 4,30 Sangat Masam

- KCl 3,50 Sangat Masam

3 C-Organik 5,4 %

4 N 0,34 % Sedang

5 C/N rasio 15,88 Sedang

6 P 27,5 ppm Sangat Tinggi

7 Ca 4,29 mol/100g Sedang

8 Mg 2,3 mol/100g Tinggi

9 K 0,67 mol/100g Tinggi

10 Na 0,41 mol/100g Sedang

11 KTK 27,89 mol/100g Tinggi

12 KB 27,5 % Rendah 15 Fe 69,85 ppm Sangat Tinggi

16 Al 8,09 ppm Tinggi

18 Mn 2,87 ppm Sedang

Page 41: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

29

Lampiran 4. Data BMKG bulan April hingga Oktober 2015 (BMKG 2015)

Lokasi : Stasiun Klimatologi Kenten , Sumatera Selatan

Lintang : 02° 55' 41" LS

Bujur : 104° 46' 19" BT

Elevasi : 4 m

Bulan

2015

Jumlah

Curah

Hujan

(mm)

Suhu

rata-rata

Bulanan

(oC)

Suhu

rata-rata

Max

Bulanan

( ° C)

Suhu rata-rata

Min Bulanan

( ° C)

Lama

Penyinaran

matahari

(persen)

APR 293,3 27,6 33,2 24,2 61

MAY 177,9 28,3 33,6 25,1 66

JUN 170,2 27,8 33,1 24,7 36

JUL 21,4 28,0 33,5 24,6 77

AUG 21,2 28,0 33,9 24,3 75

SEP 5,3 28,2 34,6 24,0 47

OCT 0,2 28,6 34,4 24,2 13

Page 42: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

30

Lampiran 5. Uji beda nyata perlakuan pengolahan tanah dan pegendalian gulma

terhadap berbagai peubah yang diamati

Parameter Pengamatan

Sumber Keragaman

Pengolahan

Tanah

Pengendalian

Gulma Interaksi

Tinggi 2 MST tn * *

Daun 2 MST tn tn tn

Tinggi 4 MST tn * *

Daun 4 MST * tn tn

Tinggi 6 MST * tn tn

Daun 6 MST * * tn

Tinggi 8 MST * tn tn

Daun 8 MST * * tn

Tinggi 10 MST * tn tn

Daun 10 MST tn * tn

Jumlah Polong * * tn

Jumlah Polong Isi * * tn

Jumlah Polong Hampa tn tn tn

Cabang tn * tn

Bobot Biji Tanaman Contoh * * tn

Bobot 100 Butir tn tn tn

Bobot Ubinan * * tn

Produktivitas * * tn

Bobot Kering Daun 4 MST tn tn tn

Bobot Kering Batang 4 MST tn tn tn

Bobot Kering Akar 4 MST tn tn tn

Bobor Kering Bintil Akar 4 MST tn tn tn

Indeks Luas Daun 4 MST tn tn tn

Bobot Kering Daun 8 MST tn * tn

Bobot Kering Batang 8 MST tn * tn

Bobot Kering Akar 8 MST tn * tn

Bobor Kering Bintil Akar 8 MST tn tn tn

Indeks Luas Daun 8 MST tn * tn

Page 43: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

31

Lampiran 6. Analisis usahatani ha-1 untuk interaksi perlakuan lebar bedeng 2 m

tanpa olah tanah dengan tanpa pengendalian gulma

Uraian Satuan Volume

Harga/

Satuan

(Rp)

Total (Rp)

1. Penerimaan

a. Kedelai 85 %

produktivitas penelitian kg 2.253 7.500 16.897.500

2. Biaya

Sarana Produksi

a. Benih Kedelai kg 50 12.000 600.000

b. Pupuk Urea kg 4 2.000 8.000

c. Pupuk SP-36 kg 200 2.000 400.000

d. Pupuk KCL kg 100 6.000 600.000

e. Kapur Dolomit kg 2.000 900 1.800.000

f. Rhizobium sp. g 250 625 156.250

g. Insektisida botol 2 130.000 260.000

h. Fungisida bungkus 2 35.000 70.000

Tenaga Kerja

a. Pembuatan Saluran (

Hand Traktor ) Hari Kerja 2 400.000 800.000

b. Penanaman HOK 15 60.000 900.000

c. Pemeliharaan

d. Penyemprotan Urea HOK 12 60.000 720.000

e. Panen HOK 15 60.000 900.000

f. Pascapanen HOK 5 60.000 300.000

g. Transportasi dan

Distribusi 150.000

Total Biaya 7.664.250

Keuntungan 9.233.250

B/C 2,204716704

Page 44: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

32

Lampiran 7. Analisis usahatani ha-1 untuk interaksi perlakuan lebar bedeng 2 m

tanpa olah tanah dengan pengendalian gulma secara manual

Uraian Satuan Volume

Harga/

Satuan Total (Rp)

(Rp)

1. Penerimaan

a. Kedelai 85 %

produktivitas

penelitian

kg 2.357 7.500 17.677.500

2. Biaya

Sarana Produksi

a. Benih Kedelai kg 50 12.000 600.000

b. Pupuk Urea kg 4 2.000 8.000

c. Pupuk SP-36 kg 200 2.000 400.000

d. Pupuk KCL kg 100 6.000 600.000

e. Kapur Dolomit kg 2.000 900 1.800.000

f. Rhizobium sp. gr 250 625 156.250

g. Insektisida botol 2 130.000 260.000

h. Fungisida bungkus 2 35.000 70.000

Tenaga Kerja

a. Pembuatan

Saluran ( Hand

Traktor )

Hari

Kerja 2 400.000 800.000

b. Penanaman HOK 15 60.000 900.000

c. Pemeliharaan

d. Penyiangan Gulma HOK 40 60.000 2.400.000

e. Penyemprotan

Urea HOK 12 60.000

720.000

f. Panen HOK 15 60.000 900.000

g. Pascapanen HOK 5 60.000 300.000

h. Transportasi dan

Distribusi 150.000

3. Total Biaya 100.64.250

4. Keuntungan 7.613.250

5. B/C 1,756464714

Page 45: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

33

Lampiran 8. Analisis usahatani ha-1 untuk interaksi perlakuan lebar bedeng 2 m

tanpa olah tanah dengan pengendalian gulma menggunakan herbisida

Uraian Satuan Volume

Harga/

Satuan

(Rp)

Total (Rp)

1. Penerimaan

a. Kedelai 85 %

produktivitas penelitian Kg 2.841 7.500 21.307.500

2. Biaya

Sarana Produksi

a. Benih Kedelai Kg 50 12.000 600.000

b. Pupuk Urea Kg 4 2.000 8.000

c. Pupuk SP-36 Kg 200 2.000 400.000

d. Pupuk KCL Kg 100 6.000 600.000

e. Kapur Dolomit Kg 2.000 900 1.800.000

f. Rhizobium sp. g 250 625 156.250

g. Herbisida Gramoxon Botol 2 120.000 240.000

h. Herbisida Sun Up Botol 3 54.000 162.000

i. Insektisida Botol 2 130.000 260.000

j. Fungisida bungkus 2 35.000 70.000

Tenaga Kerja

a. Penyemprotan Herbisida HOK 6 60.000 360.000

b. Pembuatan Saluran (

Hand Traktor )

Hari

Kerja 2 400.000 800.000

c. Penanaman HOK 15 60.000 900.000

d. Pemeliharaan

e. Penyemprotan Urea HOK 12 60.000 720.000

f. Panen HOK 15 60.000 900.000

g. Pascapanen HOK 5 60.000 300.000

h. Transportasi dan

Distribusi 150.000

3. Total Biaya 8.426.250

4. Keuntungan 12.881.250

5. B/C 2,52870494

Page 46: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

34

Lampiran 9. Analisis usahatani ha-1 untuk interaksi perlakuan lebar bedeng 2 m

dengan olah tanah dengan tanpa pengendalian gulma

Uraian Satuan Volume

Harga/

Satuan

(Rp)

Total (Rp)

1. Penerimaan

a. Kedelai 85 %

produktivitas penelitian Kg 1.956 7.500 14.670.000

2. Biaya

Sarana Produksi

a. Benih Kedelai Kg 50 12.000 600.000

b. Pupuk Urea Kg 4 2.000 8.000

c. Pupuk SP-36 Kg 200 2.000 400.000

d. Pupuk KCL Kg 100 6.000 600.000

e. Kapur Dolomit Kg 2.000 900 1.800.000

f. Rhizobium sp. g 250 625 156.250

g. Insektisida Botol 2 130.000 260.000

h. Fungisida bungkus 2 35.000 70.000

Tenaga Kerja

a. Pembuatan Saluran (

Hand Traktor )

Hari

Kerja 2 400.000 800.000

b. Pengolahan Tanah (

Hand Traktor Rotari )

Hari

Kerja 2 400.000 800.000

c. Penanaman HOK 15 60.000 900.000

d. Pemeliharaan

e. Penyemprotan Urea HOK 12 60.000 720.000

f. Panen HOK 15 60.000 900.000

g. Pascapanen HOK 5 60.000 300.000

h. Transportasi dan

Distribusi 150.000

3. Total Biaya 8.464.250

4. Keuntungan 6.205.750

5. B/C 1,73317187

Page 47: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

35

Lampiran 10. Analisis usahatani ha-1 untuk interaksi perlakuan lebar bedeng 2 m

dengan olah tanah dengan pengendalian gulma secara manual

Uraian Satuan Volume

Harga/

Satuan Total (Rp)

(Rp)

1. Penerimaan

a. Kedelai 85 %

produktivitas penelitian kg 3.050 7.500 22.875.000

2. Biaya

Sarana Produksi

a. Benih Kedelai kg 50 12.000 600.000

b. Pupuk Urea kg 4 2.000 8.000

c. Pupuk SP-36 kg 200 2.000 400.000

d. Pupuk KCL kg 100 6.000 600.000

e. Kapur Dolomit kg 2.000 900 1.800.000

f. Rhizobium sp. gr 250 625 156.250

g. Insektisida botol 2 130.000 260.000

h. Fungisida bungkus 2 35.000 70.000

Tenaga Kerja

a. Pembuatan Saluran (

Hand Traktor )

Hari

Kerja 2 400.000 800.000

b. Pengolahan Tanah (

Hand Traktor Rotari )

Hari

Kerja 2 400.000 800.000

c. Penanaman HOK 15 60.000 900.000

d. Pemeliharaan

e. Penyiangan Gulma HOK 40 60.000 2.400.000

f. Penyemprotan Urea HOK 12 60.000 720.000

g. Panen HOK 15 60.000 900.000

h. Pascapanen HOK 5 60.000 300.000

i. Transportasi dan

Distribusi 150.000

3. Total Biaya 10.864.250

4. Keuntungan 12.010.750

5. B/C 2,105529604

Page 48: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

36

Lampiran 11. Analisis usahatani ha-1 untuk interaksi perlakuan lebar bedeng 2 m

dengan olah tanah dengan pengendalian gulma menggunakan

herbisida

Uraian Satuan Volume

Harga/

Satuan

(Rp)

Total (Rp)

1. Penerimaan

a. Kedelai 85 %

produktivitas penelitian Kg 2.459 7.500 18.442.500

2. Biaya

Sarana Produksi

a. Benih Kedelai Kg 50 12.000 600.000

b. Pupuk Urea Kg 4 2.000 8.000

c. Pupuk SP-36 Kg 200 2.000 400.000

d. Pupuk KCL Kg 100 6.000 600.000

e. Kapur Dolomit Kg 2.000 900 1.800.000

f. Rhizobium sp. g 250 625 156.250

g. Herbisida Gramoxon botol 2 120.000 240.000

h. Herbisida Sun Up botol 3 54.000 162.000

i. Insektisida botol 2 130.000 260.000

j. Fungisida bungkus 2 35.000 70.000

Tenaga Kerja

a. Penyemprotan Herbisida HOK 6 60.000 360.000

b. Pembuatan Saluran (

Hand Traktor )

Hari

Kerja 2 400.000 800.000

c. Pengolahan Tanah (

Hand Traktor Rotari )

Hari

Kerja 2 400.000 800.000

d. Penanaman HOK 15 60.000 900.000

e. Pemeliharaan

f. Penyemprotan Urea HOK 12 60.000 720.000

g. Panen HOK 15 60.000 900.000

h. Pascapanen HOK 5 60.000 300.000

i. Transportasi dan

Distribusi 150.000

3. Total Biaya 9.226.250

4. Keuntungan 9.216.250

5. B/C 1.998916136

Page 49: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

37

Lampiran 12. Analisis usahatani ha-1 untuk interaksi perlakuan lebar bedeng 4 m

tanpa olah tanah dengan tanpa pengendalian gulma

Uraian Satuan Volume

Harga/

Satuan

(Rp)

Total (Rp)

1. Penerimaan

a. Kedelai 85 %

produktivitas penelitian kg 1.389 7.500 10.417.500

2. Biaya

Sarana Produksi

a. Benih Kedelai kg 50 12.000 600.000

b. Pupuk Urea kg 4 2.000 8.000

c. Pupuk SP-36 kg 200 2.000 400.000

d. Pupuk KCL kg 100 6.000 600.000

e. Kapur Dolomit kg 2.000 900 1.800.000

f. Rhizobium sp. g 250 625 156.250

g. Insektisida botol 2 130.000 260.000

h. Fungisida bungkus 2 35.000 70.000

Tenaga Kerja

a. Pembuatan Saluran (

Hand Traktor )

Hari

Kerja 1 400.000 400.000

b. Penanaman HOK 15 60.000 900.000

c. Pemeliharaan

d. Penyemprotan Urea HOK 12 60.000 720.000

e. Panen HOK 15 60.000 900.000

f. Pascapanen HOK 5 60.000 300.000

g. Transportasi dan

Distribusi 150.000

3. Total Biaya 7.264.250

4. Keuntungan 3.153.250

5. B/C 1.434077847

Page 50: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

38

Lampiran 13. Analisis usahatani ha-1 untuk interaksi perlakuan lebar bedeng 4 m

tanpa olah tanah dengan pengendalian gulma secara manual

Uraian Satuan Volume

Harga/

Satuan Total (Rp)

(Rp)

1. Penerimaan

a. Kedelai 85 %

produktivitas penelitian kg 2.271 7.500 17.032.500

2. Biaya

Sarana Produksi

a. Benih Kedelai kg 50 12.000 600.000

b. Pupuk Urea kg 4 2.000 8.000

c. Pupuk SP-36 kg 200 2.000 400.000

d. Pupuk KCL kg 100 6.000 600.000

e. Kapur Dolomit kg 2.000 900 1.800.000

f. Rhizobium sp. gr 250 625 156.250

g. Insektisida botol 2 130.000 260.000

h. Fungisida bungkus 2 35.000 70.000

Tenaga Kerja

a. Pembuatan Saluran (

Hand Traktor )

Hari

Kerja 1 400.000 400.000

b. Penanaman HOK 15 60.000 900.000

c. Pemeliharaan

d. Penyiangan Gulma HOK 40 60.000 2.400.000

e. Penyemprotan Urea HOK 12 60.000 720.000

f. Panen HOK 15 60.000 900.000

g. Pascapanen HOK 5 60.000 300.000

h. Transportasi dan

Distribusi 150.000

3. Total Biaya 9.664.250

4. Keuntungan 7.368.250

5. B/C 1,762423364

Page 51: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

39

Lampiran 14. Analisis usahatani ha-1 untuk interaksi perlakuan lebar bedeng 4 m

tanpa olah tanah dengan pengendalian gulma menggunakan

herbisida

Uraian Satuan Volume

Harga/

Satuan

(Rp)

Total (Rp)

1. Penerimaan

a. Kedelai 85 % produktivitas

penelitian kg 2.216 7.500 16.620.000

2. Biaya

Sarana Produksi

a. Benih Kedelai kg 50 12.000 600.000

b. Pupuk Urea kg 4 2.000 8.000

c. Pupuk SP-36 kg 200 2.000 400.000

d. Pupuk KCL kg 100 6.000 600.000

e. Kapur Dolomit kg 2.000 900 1.800.000

f. Rhizobium sp. g 250 625 156.250

g. Herbisida Gramoxon botol 2 120.000 240.000

h. Herbisida Sun Up botol 3 54.000 162.000

i. Insektisida botol 2 130.000 260.000

j. Fungisida bungkus 2 35.000 70.000

Tenaga Kerja

a. Penyemprotan Herbisida HOK 6 60.000 360.000

b. Pembuatan Saluran ( Hand

Traktor )

Hari

Kerja 1 400.000 400.000

c. Penanaman HOK 15 60.000 900.000

d. Pemeliharaan

e. Penyemprotan Urea HOK 12 60.000 720.000

f. Panen HOK 15 60.000 900.000

g. Pascapanen HOK 5 60.000 300.000

h. Transportasi dan Distribusi 150.000

3. Total Biaya 8.026.250

4. Keuntungan 8.593.750

5. B/C 2,070705498

Page 52: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

40

Lampiran 15. Analisis usahatani ha-1 untuk interaksi perlakuan lebar bedeng 4 m

dengan olah tanah dengan tanpa pengendalian gulma

Uraian Satuan Volume

Harga/

Satuan

(Rp)

Total (Rp)

1. Penerimaan

a. Kedelai 85 % produktivitas

penelitian kg 2.109 7.500 15.817.500

2. Biaya

Sarana Produksi

a. Benih Kedelai kg 50 12.000 600.000

b. Pupuk Urea kg 4 2.000 8.000

c. Pupuk SP-36 kg 200 2.000 400.000

d. Pupuk KCL kg 100 6.000 600.000

e. Kapur Dolomit kg 2.000 900 1.800.000

f. Rhizobium sp. g 250 625 156.250

g. Insektisida botol 2 130.000 260.000

h. Fungisida bungkus 2 35.000 70.000

Tenaga Kerja

a. Pembuatan Saluran ( Hand

Traktor )

Hari

Kerja 1 400.000 400.000

b. Pengolahan Tanah ( Hand

Traktor Rotari )

Hari

Kerja 2 400.000 800.000

c. Penanaman HOK 15 60.000 900.000

d. Pemeliharaan

e. Penyemprotan Urea HOK 12 60.000 720.000

f. Panen HOK 15 60.000 900.000

g. Pascapanen HOK 5 60.000 300.000

h. Transportasi dan Distribusi 150.000

3. Total Biaya 8.064.250

4. Keuntungan 7.753.250

5. B/C 1.961434727

Page 53: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

41

Lampiran 16. Analisis usahatani ha-1 untuk interaksi perlakuan lebar bedeng 4 m

dengan olah tanah dengan pengendalian gulma secara manual

Uraian Satuan Volume

Harga/

Satuan Total (Rp)

(Rp)

1. Penerimaan

a. Kedelai 85 %

produktivitas penelitian kg 3.282 7.500 24.615.000

2. Biaya

Sarana Produksi

a. Benih Kedelai kg 50 12.000 600.000

b. Pupuk Urea kg 4 2.000 8.000

c. Pupuk SP-36 kg 200 2.000 400.000

d. Pupuk KCL kg 100 6.000 600.000

e. Kapur Dolomit kg 2.000 900 1.800.000

f. Rhizobium sp. gr 250 625 156.250

g. Insektisida botol 2 130.000 260.000

h. Fungisida bungkus 2 35.000 70.000

Tenaga Kerja

a. Pembuatan Saluran (

Hand Traktor )

Hari

Kerja 1 400.000 400.000

b. Pengolahan Tanah (

Hand Traktor Rotari )

Hari

Kerja 2 400.000 800.000

c. Penanaman HOK 15 60.000 900.000

d. Pemeliharaan

e. Penyiangan Gulma HOK 40 60.000 2.400.000

f. Penyemprotan Urea HOK 12 60.000 720.000

g. Panen HOK 15 60.000 900.000

h. Pascapanen HOK 5 60.000 300.000

i. Transportasi dan

Distribusi 150.000

3. Total Biaya 10.464.250

4. Keuntungan 14.150.750

5. B/C 2,352294718

Page 54: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

42

Lampiran 17. Analisis usahatani ha-1 untuk interaksi perlakuan lebar bedeng 4 m

dengan olah tanah dengan pengendalian gulma menggunakan

herbisida

Uraian Satuan Volume

Harga/

Satuan

(Rp)

Total (Rp)

1. Penerimaan

a. Kedelai 85 % produktivitas

penelitian kg 2.854 7.500 21.405.000

2. Biaya

Sarana Produksi

a. Benih Kedelai kg 50 12.000 600.000

b. Pupuk Urea kg 4 2.000 8.000

c. Pupuk SP-36 kg 200 2.000 400.000

d. Pupuk KCL kg 100 6.000 600.000

e. Kapur Dolomit kg 2.000 900 1.800.000

f. Rhizobium sp. g 250 625 156.250

g. Herbisida Gramoxon botol 2 120.000 240.000

h. Herbisida Sun Up botol 3 54.000 162.000

i. Insektisida botol 2 130.000 260.000

j. Fungisida bungkus 2 35.000 70.000

Tenaga Kerja

a. Penyemprotan Herbisida HOK 6 60.000 360.000

b. Pembuatan Saluran ( Hand

Traktor )

Hari

Kerja 1 400.000 400.000

c. Pengolahan Tanah ( Hand

Traktor Rotari )

Hari

Kerja 2 400.000 800.000

d. Penanaman HOK 15 60.000 900.000

e. Pemeliharaan

f. Penyemprotan Urea HOK 12 60.000 720.000

g. Panen HOK 15 60.000 900.000

h. Pascapanen HOK 5 60.000 300.000

i. Transportasi dan Distribusi 150.000

3. Total Biaya 8.826.250

4. Keuntungan 12.578.750

5. B/C 2.425152245

Page 55: PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN PENGENDALIAN … · Perlakuan pengolahan tanah meliputi bedengan 2 m tanpa olah tanah (L1), lebar bedeng 2 m dengan olah tanah (L2), lebar bedeng 4 m

43

RIWAYAT HIDUP

Penulis dengan nama lengkap Robinhood Geraldo Juniver Siahaan dilahirkan

pada tanggal 29 Mei 1993 di Padang, Sumatra Barat. Penulis merupakan anak

pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Djoni Siahaan dan Ibu Jeanny

Irene Virginia Makaenas. Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Santu Petrus dan

pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB)

melalui Ujian Talenta Mandiri (UTM) IPB dan diterima di Departemen Agronomi

dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Selama aktif berkuliah, penulis aktif dalam beberapa kepanitiaan dan

organisasi. Penulis aktif dalam Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB.

Penulis pernah mengikuti kepanitiaan seperti Ret – ret PMK Angkatan 49, Natal

Civa 2014, KATA 2013, Masa Oreientasi Departemen (MPD), FBBN 2015, dan

kepanitiaan lainnya. Penulis juga aktif menjadi Asisten Pratikum mata kuliah

Ekologi Tanaman (2014).