tugas plankton

44
Plankton didefinisikan sebagai organisme hanyut apapun yang hidup dalam zona pelagik (bagian atas) samudera , laut , dan badan air tawar . Secara luas plankton dianggap sebagai salah satu organisme terpenting di dunia, karena menjadi bekal makanan untuk kehidupan akuatik. Bagi kebanyakan makhluk laut, plankton adalah makanan utama mereka. Plankton terdiri dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut. Ukurannya kecil saja. Walaupun termasuk sejenis benda hidup, plankton tidak mempunyai kekuatan untuk melawan arus, air pasang atau angin yang menghanyutkannya. Plankton hidup di pesisir pantai di mana ia mendapat bekal garam mineral dan cahaya matahari yang mencukupi. Ini penting untuk memungkinkannya terus hidup. Mengingat plankton menjadi makanan ikan , tidak mengherankan bila ikan banyak terdapat di pesisir pantai. Itulah sebabnya kegiatan menangkap ikan aktif dijalankan di kawasan itu. Selain sisa-sisa hewan, plankton juga tercipta dari tumbuhan. Jika dilihat menggunakan mikroskop, unsur tumbuhan alga dapat dilihat pada plankton. Beberapa makhluk laut yang memakan plankton adalah seperti batu karang , kerang , dan ikan paus . Pengertian Plankton adalah makhluk ( tumbuhan atau hewan ) yang hidupnya, mengaoung, mengambang, atau melayang didalam air yang kemampuan renangnya terbatas sehingga mudah terbawa arus. Plankton berbeda dengan nekton yang berupa hewan yang memiliki kemampuan aktif berenang bebas, tidak bergantung pada arus air, contohnya : ikan, cumi – cumi, paus, dll. Bentos adalah biota yang hidupnya melekat pada, menancap, merayap, atau membuat liang didasar laut, contohnya: kerang, teripang, bintang laut, karang, dll.

Upload: amiruddin-v-reg

Post on 29-Jun-2015

469 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: TUGAS PLANKTON

Plankton didefinisikan sebagai organisme hanyut apapun yang hidup dalam zona pelagik (bagian atas) samudera, laut, dan badan air tawar. Secara luas plankton dianggap sebagai salah satu organisme terpenting di dunia, karena menjadi bekal makanan untuk kehidupan akuatik.

Bagi kebanyakan makhluk laut, plankton adalah makanan utama mereka. Plankton terdiri dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut. Ukurannya kecil saja. Walaupun termasuk sejenis benda hidup, plankton tidak mempunyai kekuatan untuk melawan arus, air pasang atau angin yang menghanyutkannya.

Plankton hidup di pesisir pantai di mana ia mendapat bekal garam mineral dan cahaya matahari yang mencukupi. Ini penting untuk memungkinkannya terus hidup. Mengingat plankton menjadi makanan ikan, tidak mengherankan bila ikan banyak terdapat di pesisir pantai. Itulah sebabnya kegiatan menangkap ikan aktif dijalankan di kawasan itu.

Selain sisa-sisa hewan, plankton juga tercipta dari tumbuhan. Jika dilihat menggunakan mikroskop, unsur tumbuhan alga dapat dilihat pada plankton. Beberapa makhluk laut yang memakan plankton adalah seperti batu karang, kerang, dan ikan paus.

Pengertian

Plankton adalah makhluk ( tumbuhan atau hewan ) yang hidupnya, mengaoung, mengambang,

atau melayang didalam air yang kemampuan renangnya terbatas sehingga mudah terbawa arus.

Plankton berbeda dengan nekton yang berupa hewan yang memiliki kemampuan aktif berenang

bebas, tidak bergantung pada arus air, contohnya : ikan, cumi – cumi, paus, dll. Bentos adalah

biota yang hidupnya melekat pada, menancap, merayap, atau membuat liang didasar laut,

contohnya: kerang, teripang, bintang laut, karang, dll.

Penggolongan Plankton

Plankton digolongkan kedalam beberapa kategori, yaitu:

1. Berdasarkan Fungsi

Secara fungsional, plankton digolongkan menjadi empat golongan utama, yaitu fitoplankton,

zooplankton, bakterioplankton, dan virioplankton.

a. Fitoplankton

Fitoplankton disebut juga plankton nabati, adalah tumbuhan yang hidupnya

mengapung atau melayang dilaut. Ukurannya sangat kecil sehingga tidak dapat

Page 2: TUGAS PLANKTON

dilihat oleh mata telanjang. Umumnya fitoplankton berukuran 2 – 200µm (1 µm =

0,001mm). fitoplankton umumnya berupa individu bersel tunggal, tetapi juga ada

yang berbentuk rantai.

Meskipun ukurannya sangat kecil, namun fitoplankton dapat tumbuh dengan

sangat lebat dan padat sehingga dapat menyebabkan perubahan warna pada air

laut.

Fitoplankton mempunyai fungsi penting di laut, karena bersifat autotrofik, yakni

dapat menghasilkan sendiri bahan organic makanannya. Selain itu, fitoplankton

juga mampu melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan bahan organic

karena mengandung klorofil. Karena kemampuannya ini fitoplankton disebut

sebagai primer producer.

Bahan organic yang diproduksi fitoplankton menjadi sumber energi untuk

menjalan segala fungsi faalnya. Tetapi, disamping itu energi yang terkandund

didalam fitoplankton dialirkan melalui rantai makanan. Seluruh hewan laut seperti

udang, ikan, cumi – cumi sampai ikan paus yang berukuran raksasa bergantung

pada fitoplankton baik secara langsung atau tidak langsung melalui rantai

makanan.

b. Zooplankton

Zooplankton, disebut juga plankton hewani, adalah hewan yang hidupnya

mengapung, atau melayang dalam laut. Kemampuan renangnya sangat terbatas

hingga keberadaannya sangat ditentukan ke mana arus membawanya.

Zooplankton bersifat heterotrofik, yang maksudnya tak dapat memproduksi

sendiri bahan organik dari bahan inorganik. Oleh karena itu, untuk

kelangsungan hidupnya is sangat bergantung pada bahan organik dari

fitoplankton yang menjadi makanannya. Jadi zooplankton lebih berfungsi

sebagai konsumen (consumer) bahan organik.

Ukurannya yang paling umum berkisar 0,2 – 2 mm, tetapi ada juga yang

berukuran besar misalnya ubur-ubur yang bisa berukuran sampai lebih satu

Page 3: TUGAS PLANKTON

meter. Kelompok yang paling umum ditemui antara lain kopepod (copepod),

eufausid (euphausid), misid (mysid), amfipod (amphipod, kaetognat

(chaetognath). Zooplankton dapat dijumpai mulai dari perairan pantai,

perairan estuaria di depan muara sampai ke perairan di tengah samudra, dari

perairan tropis hingga ke perairan kutub.

Zooplankton ada yang hidup di permukaan dan ada pula yang hidup di perairan

dalam. Ada pula yang dapat melakukan migrasi vertikal harian dari lapisan

dalam ke permukaan. Hampir semua hewan yang mampu berenang bebas (nekton)

atau yang hidup di dasar Taut (bentos) menjalani awal kehidupannya sebagai

zooplankton yakni ketika masih berupa terlur dan larva. Baru dikemudian hari,

menjelang dewasa, sifat hidupnya yang semula sebagai plankton berubah menjadi

nekton atau bentos.

c. Bakterioplankton

Bakterioplankton, adalah bakteri yang hidup sebagai plankton. Kini orang makin

memahami bahwa bakteri pun banyak yang hidup sebagai plankton dan berperan

penting dalam lour hara (nutrient cycle) dalam ekosistem Taut. la mempunyai ciri

yang khas, ukurannya sangat halus (umumnya < 1 µm), tidak mempunyai inti sel,

dan umumnya tidak mempunyai klorofil yang dapat berfotosintesis. Fungsi

utamanya dalam ekosistem laut adalah sebagai pengurai (decomposes). Semua

biota laut yang mati, akan diuraikan oleh bakteri sehingga akan menghasilkan hara

seperti fosfat, nitrat, silikat, dan sebagainya. Hara ini kemudian akan didaur-

ulangkan dan dimanfaatkan lagi oleh fitoplankton dalam prows fotosintesis.

d. Virioplankton

Virioplankton adalah virus yang hidup sebagai plankton. Virus ini ukurannya

sangat kecil ( kurang dari 0,2 um ) dan menjadikan biota lainnya, terutama

bakterioplankton dan fitoplankton, sebagai inang (host). Tanpa inangnya virus ini tak

menunjukkan kegiatan hayati. Tetapi virus ini dapat pula memecahkan dan

mematikan sel-sel inangnya. Baru sekitar dua dekade lalu para ilmuwan banyak

Page 4: TUGAS PLANKTON

mengkaji virioplankton ini dan menunjukkan bahwa virioplankton pun mempunyai

fungsi yang sangat penting dalam daur karbon (carbon cycle) di dalam ekosistem

laut.

2. Berdasarkan Ukuran

Ukuran plankton sangat beraneka ragam, dari yang sangat kecil kingga yang besar. Dulu

orang menggolongkan plankton dalam tiga kategori berdasarkan ukurannya, yakni:

a. Plankton jaring (netplankton): plankton yang dapat tertangkap dengan jaring dengan

mata jaring (mesh size) berukuran 20 ,um, atau dengan kata lain plankton berukuran

lebih besar dari 20 ,um.

b. Nanoplankton: plankton yang lolos dari jaring, tetapi lebih besar dari 2,um. Atau

berukuran 2-20 ,um;

c. Ultrananoplankton: plankton yang berukuran lebih kecil dari 2 µm.

Kini, dengan kemajuan teknik penyaringan yang dapat lebih baik memilah-milah partikel

yang sangat halus, penggolongan plankton berdasarkan ukurannya lebih berkembang.

Penggolongan di bawah ini diusulkan oleh Sieburth dkk. (1978) yang kini banyak diacu

orang.

a. Megaplankton (20-200 cm)

Ada juga yang menyebutnya megaloplankton. Banyak uburubur termasuk dalam

golongan ini. Ubur-ubur Schyphomedusa, misalnya bisa mempunyai ukuran diameter

payungnya sampai lebih dari satu meter, sedangkan umbai-umbai tentakelnya bisa

sampai beberapa meter pajangnya. Plankton raksasa yang berukuran terbesar di dunia

adalah ubur-ubur Cyanea arctica yang payungnya bisa berdiameter lebih dua meter dan

dengan panjang tentake130 m lebih .

b. Makroplankton (2-20 cm)

Page 5: TUGAS PLANKTON

Contohnya adalah eufausid, sergestid, pteropod. Larva ikan banyak pula termasuk dalam

golongan ini.

c. Mesoplankton (0,2-20 mm)

Sebagian besar zooplankton berada dalam kelompok ini, seperti kopepod, amfipod,

ostrakod, kaetognat. Ada juga beberapa fitoplankton yang berukuran besar masuk dalam

golongan ini seperti Noctiluca.

3. Berdasarkan Daur Hidupnya

Berdasarkan daur hidupnya plankton dibagi menjadi :

a. Holoplankton

Dalam kelompok ini termasuk plankton yang seluruh daur hidupnya dijalani sebagai

plankton, mulai dari telur, larva, hingga dewasa. Kebanyakan zooplankton termasuk

dalam golongan ini. Contohnya : kokepod, amfipod, salpa, kaetognat. Fitoplankton

termasuk juga umumnya adalah holoplankton.

b. Meroplankton

Plankton dari golongan ini menjadi kehidupannya sebagai plankton hanya pada tahap

awal dari daur hidup biota tersebut, yakni pada tahap sebagai telur dan larva saja.

Beranjak dewasa ia akan berubah menjadi nekton, yakni hewan yang dapat aktif

berenang bebas, atau sebagai bentos yang hidup menetap atau melekat didasar laut.

Oleh sebab itu, meroplankton sering pula disebut sebagai plankton sementara.

Pada umumnya ikan menjalai hidupnya sebagai plankton ketika masih dalam tahap

telur dan larva kemudian menjadi nekton sstelah dapat berenang bebas. Kerang dan

karang adalah contoh hewan yang pada awalnya hidup sebagai plankton pada tahap

telur hingga larva, yang selanjutnya akan menjalani hidupnya sebagai bentos yang

hidup melekat atau manancap didasar laut.

Meroplankton ini sangat banyak ragamnya dan umumnya mempunyai bentuk yang

sangat berbeda dari bentuk dewasanya. Larva crustacea seperti udang dan kepiting

Page 6: TUGAS PLANKTON

mempunyai perkembangan larva yang bertingkat – tingkat dengan bentuk yang

sedikitpun tidak menunjukkan persamaan dengan bentuk yang dewasa. Pengetahuan

mengenai meroplankton ini menjadi sangat penting dalam kaitannya dengan upaya

buidaya udang, crustacea, mollusca, dan ikan.

c. Tikoplankton

Tikoplankton sebenarnya bukanlah plankton yang sejati karena biota ini dalam

keadaan normalnya hidup didasar laut sebagai bentos. Namun karena gerak air

menyebabkan ia terlepas dari dasar dan terbawa arus mengembara sementara

sebagai plankton.

4. Berdasarkan Sebaran Horizontal

Plankton terdapat dilingkungan air tawar hingga tengah samudra. Dari perairan tropis

hingga ke perairan kutub. Boleh dikatakan tak ada permukaan laut yang tidak dihuni oleh

plankton. Berdasarkan sebaran horizontalnya, plankton dibagi menjadi:

a. Plankton Neritik

Plankton neritik (neritic plankton) hidup di perairan pantai dengan salinitas (kadar

garam) yang relatif rendah. Kadang-kadang masuk sampai ke perairan payau di depan

muara dengan salinitas sekitar 510 psu (practical salinity unit; dulu digunakan istilah

°/oo atau permil, g/kg). Akibat pengaruh lingkungan yang terus-menerus berubah

disebabkan arus dan pasang surut, komposisi plankton neritik ini sangat kompleks, bisa

merupakan campuran plankton laut dan plankton asal perairan tawar. Beberapa di

antaranya malah telah dapat beradaptasi dengan lingkungan estuaria (muara) yang

payau, misalnya Labidocera muranoi.

b. Plankton Oseanik

Plankton oseanik (oceanic plankton) hidup di perairan lepas pantai hingga ke tengah

samudra. Karena itu plankton oseanik ditemukan pada perairan yang salinitasnya

tinggi. Karena luasnya wilayah perairan oseanik ini, maka banyak jenis plankton

tergolong dalam kelompok ini.

Page 7: TUGAS PLANKTON

Penggolangan seperti di atas tidaklah terlalu kaku, karena ada juga plankton yang hidup

mulai dari perairan neritik hingga oseanik hingga dapat disebut neritik-oseanik.

5. Berdasarkan Sebaran Vertikal

Plankton hidup di laut mulai dari lapisan tipis di permukaan sampai pada kedalaman yang

sangat dalam. Dilihat dari sebaran vertikalnya plankton dapat dibagi menjadi:

a. Epiplankton

Epiplankton adalah plankton yang hidup di lapisan permukaan sampai kedalaman sekitar

100 m. Lapisan laut teratas ini kira-kira sedalam sinar matahari dapat menembus.

Namun dari kelompok epilankton ini ada juga yang hanya hidup di lapisan yang sangat

tipis di permukaan yang langsung berbatasan dengan udara. Plankton semcam ini disebut

neuston. Contoh yang menarik adalah fitoplankton Trichodesmium (Gambar 10.),

yang merupakan sianobakteri berantai panj ang yang hidup di permukaan dan mempunyai

keistimewaan dapat mengikat nitrogen langsung dari udara. Neuston yang hidup pada

kedalaman sekitar 0-10 cm disebut hiponeuston. Ternyata lapisan tipis ini mempunyai

arti yang penting karena bisa mempunyai komposisi j enis yang kompleks.

Dari kelompok neuston ini ada juga yang mengambang di permukaan dengan

sebagian tubuhnya dalam air dan sebagian lain lagi tersembul ke udara. Yang begini

disebut pleuston.

b. Mesoplankton

Mesoplankton yakni plankton yang hidup di lapisan tengah, pada kedalaman sekitar

100-400 m (jangan dikelirukan dengan ukuran plankton yang istilahnya sama). Pada

lapisan ini intensitas cahaya sudah sangat redup sampai gelap. Oleh sebab itu, di lapisan

ini fitoplankton, yang memerlukan sinar matahari untuk fotosintesis, umumnya sudah

tidak dijumpai. Lapisan ini dan lebih dalam didominasi oleh zooplankton. Beberapa

kopepod seperti Eucheuta marina tersebar secara vertikal sampai ke lapisan ini atau

lebih dalam. Dari kelompok eufausid juga banyak yang terdapat di lapisan ini, misalnya

Page 8: TUGAS PLANKTON

Thysanopoda, Euphausia, Thysanoessa, Nematoscelis. Tetapi eufausid ini juga dapat

melakukan migrasi vertikal sampai ke lapisan di atasnya.

c. Hipoplankton

Hipoplankton adalah plankton yang hidupnya pada kedalaman lebih dari 400 m.

Termasuk dalam kelompok ini adalah batiplankton (bathyplankton) yang

hidup pada kedalaman > 600 m, dan abisoplankton (abyssoplankton) yang

hidup di lapisan yang paling dalam, sampai 3000 – 4000 m.

Sebagai contoh, dari kelompok eufausid, Bentheuphausia ambylops (Gambar 13)

dan Thysanopoda adalah jenis tipikal laut-dalam yang menghuni perairan pada kedalaman

lebih dari 1500 m. Kelompok kaetognat Eukrohnia hamata, dan Eukrohnia

bathypelagica (Gambar 13) termasuk yang hidup pada kedalaman lebih dari 1000 m.

Pemanasan global atau Global Warming adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.

Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.

Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.

Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim,[2]

Page 9: TUGAS PLANKTON

serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.

Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.

Page 10: TUGAS PLANKTON

Pemanasan globalDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebasLangsung ke: navigasi, cari

Anomali suhu permukaan rata-rata selama periode 1995 sampai 2004 dengan dibandingkan pada suhu rata-rata dari 1940 sampai 1980

Pemanasan global atau Global Warming adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.

Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.

Page 11: TUGAS PLANKTON

Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil.[1] Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.

Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim,[2] serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.

Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.

Daftar isi

[sembunyikan] 1 Penyebab pemanasan global

o 1.1 Efek rumah kaca

o 1.2 Efek umpan balik

o 1.3 Variasi Matahari

2 Mengukur pemanasan global

3 Model iklim

4 Dampak pemanasan global

o 4.1 Iklim Mulai Tidak Stabil

o 4.2 Peningkatan permukaan laut

o 4.3 Suhu global cenderung meningkat

o 4.4 Gangguan ekologis

o 4.5 Dampak sosial dan politik

Page 12: TUGAS PLANKTON

5 Perdebatan tentang pemanasan global

6 Pengendalian pemanasan global

o 6.1 Menghilangkan karbon

o 6.2 Persetujuan internasional

7 Lihat pula

8 Referensi

9 Pranala luar

Penyebab pemanasan global

Efek rumah kaca

Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.

Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.

Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.

Efek umpan balik

Anasir penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila

Page 13: TUGAS PLANKTON

dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat).[3] Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.

Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat.[3]

Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es.[4] Ketika suhu global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.

Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.

Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.[5]

Variasi Matahari

Page 14: TUGAS PLANKTON

Variasi Matahari selama 30 tahun terakhir.

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Variasi Matahari

Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini.[6] Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960,[7] yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.) Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.[8][9]

Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuan dari Duke University memperkirakan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan suhu rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000.[10] Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat perkiraan berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh.[11] Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.

Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss menyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat "keterangan" dari Matahari pada seribu tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat "keterangannya" selama 30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap pemansan global.[12][13] Sebuah penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan antara pemanasan global dengan variasi Matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi dari output Matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.[14]

Mengukur pemanasan global

Page 15: TUGAS PLANKTON

Hasil pengukuran konsentrasi CO2 di Mauna Loa

Pada awal 1896, para ilmuan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil akan mengubah komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan suhu rata-rata global. Hipotesis ini dikonfirmasi tahun 1957 ketika para peneliti yang bekerja pada program penelitian global yaitu International Geophysical Year, mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung Mauna Loa di Hawai.

Hasil pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer. Setelah itu, komposisi dari atmosfer terus diukur dengan cermat. Data-data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa memang terjadi peningkatan konsentrasi dari gas-gas rumah kaca di atmosfer.

Para ilmuan juga telah lama menduga bahwa iklim global semakin menghangat, tetapi mereka tidak mampu memberikan bukti-bukti yang tepat. Suhu terus bervariasi dari waktu ke waktu dan dari lokasi yang satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan iklim untuk memperoleh data-data yang menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang jelas. Catatan pada akhir 1980-an agak memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini, akan tetapi data statistik ini hanya sedikit dan tidak dapat dipercaya.

Stasiun cuaca pada awalnya, terletak dekat dengan daerah perkotaan sehingga pengukuran suhu akan dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh bangunan dan kendaraan dan juga panas yang disimpan oleh material bangunan dan jalan. Sejak 1957, data-data diperoleh dari stasiun cuaca yang terpercaya (terletak jauh dari perkotaan), serta dari satelit. Data-data ini memberikan pengukuran yang lebih akurat, terutama pada 70 persen permukaan planet yang tertutup lautan. Data-data yang lebih akurat ini menunjukkan bahwa kecenderungan menghangatnya permukaan Bumi benar-benar terjadi. Jika dilihat pada akhir abad ke-20, tercatat bahwa sepuluh tahun terhangat selama seratus tahun terakhir terjadi setelah tahun 1980, dan tiga tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990, dengan 1998 menjadi yang paling panas.

Dalam laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa suhu udara global telah meningkat 0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit) sejak 1861. Panel setuju bahwa pemanasan tersebut terutama disebabkan oleh aktivitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. IPCC memprediksi peningkatan suhu rata-rata global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.

Page 16: TUGAS PLANKTON

IPCC panel juga memperingatkan, bahwa meskipun konsentrasi gas di atmosfer tidak bertambah lagi sejak tahun 2100, iklim tetap terus menghangat selama periode tertentu akibat emisi yang telah dilepaskan sebelumnya. karbon dioksida akan tetap berada di atmosfer selama seratus tahun atau lebih sebelum alam mampu menyerapnya kembali.[15]

Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi karbondioksioda di atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal abad ke-22 bila dibandingkan masa sebelum era industri. Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara dramatis. Walaupun sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali sepanjang sejarah Bumi, manusia akan menghadapi masalah ini dengan risiko populasi yang sangat besar.

Model iklim

Perhitungan pemanasan global pada tahun 2001 dari beberapa model iklim berdasarkan scenario SRES A2, yang mengasumsikan tidak ada tindakan yang dilakukan untuk mengurangi emisi.

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Model iklim global

Para ilmuan telah mempelajari pemanasan global berdasarkan model-model computer berdasarkan prinsip-prinsip dasar dinamikan fluida, transfer radiasi, dan proses-proses lainya, dengan beberapa penyederhanaan disebabkan keterbatasan kemampuan komputer. Model-model ini memprediksikan bahwa penambahan gas-gas rumah kaca berefek pada iklim yang lebih hangat.[16] Walaupun digunakan asumsi-asumsi yang sama terhadap konsentrasi gas rumah kaca di masa depan, sensitivitas iklimnya masih akan berada pada suatu rentang tertentu.

Dengan memasukkan unsur-unsur ketidakpastian terhadap konsentrasi gas rumah kaca dan pemodelan iklim, IPCC memperkirakan pemanasan sekitar 1.1 °C hingga 6.4 °C (2.0 °F hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Model-model iklim juga digunakan untuk menyelidiki penyebab-penyebab perubahan iklim yang terjadi saat ini dengan membandingkan perubahan yang teramati dengan hasil prediksi model terhadap berbagai penyebab, baik alami maupun aktivitas manusia.

Model iklim saat ini menghasilkan kemiripan yang cukup baik dengan perubahan suhu global hasil pengamatan selama seratus tahun terakhir, tetapi tidak mensimulasi semua aspek dari iklim.[17] Model-model ini tidak secara pasti menyatakan bahwa pemanasan yang terjadi antara tahun

Page 17: TUGAS PLANKTON

1910 hingga 1945 disebabkan oleh proses alami atau aktivitas manusia; akan tetapi; mereka menunjukkan bahwa pemanasan sejak tahun 1975 didominasi oleh emisi gas-gas yang dihasilkan manusia.

Sebagian besar model-model iklim, ketika menghitung iklim di masa depan, dilakukan berdasarkan skenario-skenario gas rumah kaca, biasanya dari Laporan Khusus terhadap Skenario Emisi (Special Report on Emissions Scenarios / SRES) IPCC. Yang jarang dilakukan, model menghitung dengan menambahkan simulasi terhadap siklus karbon; yang biasanya menghasilkan umpan balik yang positif, walaupun responnya masih belum pasti (untuk skenario A2 SRES, respon bervariasi antara penambahan 20 dan 200 ppm CO2). Beberapa studi-studi juga menunjukkan beberapa umpan balik positif.[18][19][20]

Pengaruh awan juga merupakan salah satu sumber yang menimbulkan ketidakpastian terhadap model-model yang dihasilkan saat ini, walaupun sekarang telah ada kemajuan dalam menyelesaikan masalah ini.[21] Saat ini juga terjadi diskusi-diskusi yang masih berlanjut mengenai apakah model-model iklim mengesampingkan efek-efek umpan balik dan tak langsung dari variasi Matahari.

Dampak pemanasan global

Para ilmuan menggunakan model komputer dari suhu, pola presipitasi, dan sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.

Iklim Mulai Tidak Stabil

Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Suhu pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.

Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar, dimana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini)[22]. Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah

Page 18: TUGAS PLANKTON

akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.

Peningkatan permukaan laut

Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan lingkungan yang stabil secara geologi.

Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21.

Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.

Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades.

Suhu global cenderung meningkat

Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah

Page 19: TUGAS PLANKTON

hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.

Gangguan ekologis

Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.

Dampak sosial dan politik

Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.

Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adamya perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq Aedes Agipty), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat tertentu yang target nya adala organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. hal ini juga akan berdampak perubahan iklim (Climate change)yang bisa berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang / kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu)

Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.

Page 20: TUGAS PLANKTON

Perdebatan tentang pemanasan global

Tidak semua ilmuwan setuju tentang keadaan dan akibat dari pemanasan global. Beberapa pengamat masih mempertanyakan apakah suhu benar-benar meningkat. Yang lainnya mengakui perubahan yang telah terjadi tetapi tetap membantah bahwa masih terlalu dini untuk membuat prediksi tentang keadaan di masa depan. Kritikan seperti ini juga dapat membantah bukti-bukti yang menunjukkan kontribusi manusia terhadap pemanasan global dengan berargumen bahwa siklus alami dapat juga meningkatkan suhu. Mereka juga menunjukkan fakta-fakta bahwa pemanasan berkelanjutan dapat menguntungkan di beberapa daerah.

Para ilmuwan yang mempertanyakan pemanasan global cenderung menunjukkan tiga perbedaan yang masih dipertanyakan antara prediksi model pemanasan global dengan perilaku sebenarnya yang terjadi pada iklim. Pertama, pemanasan cenderung berhenti selama tiga dekade pada pertengahan abad ke-20; bahkan ada masa pendinginan sebelum naik kembali pada tahun 1970-an. Kedua, jumlah total pemanasan selama abad ke-20 hanya separuh dari yang diprediksi oleh model. Ketiga, troposfer, lapisan atmosfer terendah, tidak memanas secepat prediksi model. Akan tetapi, pendukung adanya pemanasan global yakin dapat menjawab dua dari tiga pertanyaan tersebut.

Kurangnya pemanasan pada pertengahan abad disebabkan oleh besarnya polusi udara yang menyebarkan partikulat-partikulat, terutama sulfat, ke atmosfer. Partikulat ini, juga dikenal sebagai aerosol, memantulkan sebagian sinar matahari kembali ke angkasa luar. Pemanasan berkelanjutan akhirnya mengatasi efek ini, sebagian lagi karena adanya kontrol terhadap polusi yang menyebabkan udara menjadi lebih bersih.

Keadaan pemanasan global sejak 1900 yang ternyata tidak seperti yang diprediksi disebabkan penyerapan panas secara besar oleh lautan. Para ilmuan telah lama memprediksi hal ini tetapi tidak memiliki cukup data untuk membuktikannya. Pada tahun 2000, U.S. National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) memberikan hasil analisa baru tentang suhu air yang diukur oleh para pengamat di seluruh dunia selama 50 tahun terakhir. Hasil pengukuran tersebut memperlihatkan adanya kecenderungan pemanasan: suhu laut dunia pada tahun 1998 lebih tinggi 0,2 derajat Celsius (0,3 derajat Fahrenheit) daripada suhu rata-rata 50 tahun terakhir, ada sedikit perubahan tetapi cukup berarti.[22]

Pertanyaan ketiga masih membingungkan. Satelit mendeteksi lebih sedikit pemanasan di troposfer dibandingkan prediksi model. Menurut beberapa kritikus, pembacaan atmosfer tersebut benar, sedangkan pengukuran atmosfer dari permukaan Bumi tidak dapat dipercaya. Pada bulan Januari 2000, sebuah panel yang ditunjuk oleh National Academy of Sciences untuk membahas masalah ini mengakui bahwa pemanasan permukaan Bumi tidak dapat diragukan lagi. Akan tetapi, pengukuran troposfer yang lebih rendah dari prediksi model tidak dapat dijelaskan secara jelas.

Pengendalian pemanasan global

Page 21: TUGAS PLANKTON

Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar 1 persen per-tahun. Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang diskusikan saat ini tidak ada yang dapat mencegah pemanasan global di masa depan. Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim di masa depan.

Kerusakan yang parah dapat di atasi dengan berbagai cara. Daerah pantai dapat dilindungi dengan dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Cara lainnya, pemerintah dapat membantu populasi di pantai untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi. Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan dan hewan dengan tetap menjaga koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah yang belum dibangun dari selatan ke utara. Spesies-spesies dapat secara perlahan-lahan berpindah sepanjang koridor ini untuk menuju ke habitat yang lebih dingin.

Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.

Menghilangkan karbon

Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbon dioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia, tingkat perambahan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Di banyak area, tanaman yang tumbuh kembali sedikit sekali karena tanah kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan yang lain, seperti untuk lahan pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca.

Gas karbon dioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan (lihat Enhanced Oil Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, dimana karbon dioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan.

Salah satu sumber penyumbang karbon dioksida adalah pembakaran bahan bakar fosil. Penggunaan bahan bakar fosil mulai meningkat pesat sejak revolusi industri pada abad ke-18. Pada saat itu, batubara menjadi sumber energi dominan untuk kemudian digantikan oleh minyak bumi pada pertengahan abad ke-19. Pada abad ke-20, energi gas mulai biasa digunakan di dunia sebagai sumber energi. Perubahan tren penggunaan bahan bakar fosil ini sebenarnya secara tidak langsung telah mengurangi jumlah karbon dioksida yang dilepas ke udara, karena gas melepaskan karbon dioksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak apalagi bila

Page 22: TUGAS PLANKTON

dibandingkan dengan batubara. Walaupun demikian, penggunaan energi terbaharui dan energi nuklir lebih mengurangi pelepasan karbon dioksida ke udara. Energi nuklir, walaupun kontroversial karena alasan keselamatan dan limbahnya yang berbahaya, tetapi tidak melepas karbon dioksida sama sekali.

Persetujuan internasional

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Protokol Kyoto

Kerjasama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca. Di tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de Janeiro, Brazil, 150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca dan setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian yang mengikat. Pada tahun 1997 di Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto.

Perjanjian ini, yang belum diimplementasikan, menyerukan kepada 38 negara-negara industri yang memegang persentase paling besar dalam melepaskan gas-gas rumah kaca untuk memotong emisi mereka ke tingkat 5 persen di bawah emisi tahun 1990. Pengurangan ini harus dapat dicapai paling lambat tahun 2012. Pada mulanya, Amerika Serikat mengajukan diri untuk melakukan pemotongan yang lebih ambisius, menjanjikan pengurangan emisi hingga 7 persen di bawah tingkat 1990; Uni Eropa, yang menginginkan perjanjian yang lebih keras, berkomitmen 8 persen; dan Jepang 6 persen. Sisa 122 negara lainnya, sebagian besar negara berkembang, tidak diminta untuk berkomitmen dalam pengurangan emisi gas.

Akan tetapi, pada tahun 2001, Presiden Amerika Serikat yang baru terpilih, George W. Bush mengumumkan bahwa perjanjian untuk pengurangan karbon dioksida tersebut menelan biaya yang sangat besar. Ia juga menyangkal dengan menyatakan bahwa negara-negara berkembang tidak dibebani dengan persyaratan pengurangan karbon dioksida ini. Kyoto Protokol tidak berpengaruh apa-apa bila negara-negara industri yang bertanggung jawab menyumbang 55 persen dari emisi gas rumah kaca pada tahun 1990 tidak meratifikasinya. Persyaratan itu berhasil dipenuhi ketika tahun 2004, Presiden Rusia Vladimir Putin meratifikasi perjanjian ini, memberikan jalan untuk berlakunya perjanjian ini mulai 16 Februari 2005.

Banyak orang mengkritik Protokol Kyoto terlalu lemah. Bahkan jika perjanjian ini dilaksanakan segera, ia hanya akan sedikit mengurangi bertambahnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer. Suatu tindakan yang keras akan diperlukan nanti, terutama karena negara-negara berkembang yang dikecualikan dari perjanjian ini akan menghasilkan separuh dari emisi gas rumah kaca pada 2035. Penentang protokol ini memiliki posisi yang sangat kuat. Penolakan terhadap perjanjian ini di Amerika Serikat terutama dikemukakan oleh industri minyak, industri batubara dan perusahaan-perusahaan lainnya yang produksinya tergantung pada bahan bakar fosil. Para penentang ini mengklaim bahwa biaya ekonomi yang diperlukan untuk melaksanakan Protokol Kyoto dapat menjapai 300 milyar dollar AS, terutama disebabkan oleh biaya energi. Sebaliknya pendukung Protokol Kyoto percaya bahwa biaya yang diperlukan hanya sebesar 88 milyar dollar AS dan dapat lebih kurang lagi serta dikembalikan dalam bentuk penghematan uang setelah mengubah ke peralatan, kendaraan, dan proses industri yang lebih effisien.

Page 23: TUGAS PLANKTON

Pada suatu negara dengan kebijakan lingkungan yang ketat, ekonominya dapat terus tumbuh walaupun berbagai macam polusi telah dikurangi. Akan tetapi membatasi emisi karbon dioksida terbukti sulit dilakukan. Sebagai contoh, Belanda, negara industrialis besar yang juga pelopor lingkungan, telah berhasil mengatasi berbagai macam polusi tetapi gagal untuk memenuhi targetnya dalam mengurangi produksi karbon dioksida.

Setelah tahun 1997, para perwakilan dari penandatangan Protokol Kyoto bertemu secara reguler untuk menegoisasikan isu-isu yang belum terselesaikan seperti peraturan, metode dan pinalti yang wajib diterapkan pada setiap negara untuk memperlambat emisi gas rumah kaca. Para negoisator merancang sistem dimana suatu negara yang memiliki program pembersihan yang sukses dapat mengambil keuntungan dengan menjual hak polusi yang tidak digunakan ke negara lain. Sistem ini disebut perdagangan karbon. Sebagai contoh, negara yang sulit meningkatkan lagi hasilnya, seperti Belanda, dapat membeli kredit polusi di pasar, yang dapat diperoleh dengan biaya yang lebih rendah. Rusia, merupakan negara yang memperoleh keuntungan bila sistem ini diterapkan. Pada tahun 1990, ekonomi Rusia sangat payah dan emisi gas rumah kacanya sangat tinggi. Karena kemudian Rusia berhasil memotong emisinya lebih dari 5 persen di bawah tingkat 1990, ia berada dalam posisi untuk menjual kredit emisi ke negara-negara industri lainnya, terutama mereka yang ada di Uni Eropa.

Lihat pula

Gas rumah kaca Protokol Kyoto

Globalisasi

Referensi

1. ^ a b c d "Summary for Policymakers" (PDF). Climate Change 2007: The Physical Science Basis. Contribution of Working Group I to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change. Intergovernmental Panel on Climate Change. 5 Februari 2007. http://www.ipcc.ch/SPM2feb07.pdf. Diakses pada 2 Februari 2007.

2. ̂ NASA: Global Warming to Cause More Severe Tornadoes, Storms, Fox News, August 31, 2007.

3. ^ a b Soden, Brian J. (01-11-2005). "An Assessment of Climate Feedbacks in Coupled Ocean-Atmosphere Models" (PDF). Journal of Climate 19 (14): 3354-3360. http://www.gfdl.noaa.gov/reference/bibliography/2006/bjs0601.pdf. Diakses pada 21 April 2007. "Interestingly, the true feedback is consistently weaker than the constant relative humidity value, implying a small but robust reduction in relative humidity in all models on average" "clouds appear to provide a positive feedback in all models".

4. ̂ Stocker, Thomas F. (20-01-2001). "7.5.2 Sea Ice". Climate Change 2001: The Scientific Basis. Contribution of Working Group I to the Third Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change. Intergovernmental Panel on Climate

Page 24: TUGAS PLANKTON

Change. http://www.grida.no/climate/ipcc_tar/wg1/295.htm. Diakses pada 11 Februari 2007.

5. ̂ Buesseler, K.O., C.H. Lamborg, P.W. Boyd, P.J. Lam, T.W. Trull, R.R. Bidigare, J.K.B. Bishop, K.L. Casciotti, F. Dehairs, M. Elskens, M. Honda, D.M. Karl, D.A. Siegel, M.W. Silver, D.K. Steinberg, J. Valdes, B. Van Mooy, S. Wilson. (2007) "Revisiting carbon flux through the ocean's twilight zone." Science 316: 567-570.

6. ̂ Marsh, Nigel (November 2000). "Cosmic Rays, Clouds, and Climate" (PDF). Space Science Reviews 94 (1-2): 215-230. doi:10.1023/A:1026723423896. http://www.dsri.dk/~hsv/SSR_Paper.pdf. Diakses pada 17 April 2007.

7. ̂ "Climate Change 2001:Working Group I: The Scientific Basis (Fig. 2.12)". 14 Februari 2011. http://www.grida.no/climate/ipcc_tar/wg1/fig2-12.htm. Diakses pada 8 Mei 2007.

8. ̂ Hegerl, Gabriele C. (07-05-2007). "Understanding and Attributing Climate Change" (PDF). Climate Change 2007: The Physical Science Basis. Contribution of Working Group I to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change. Intergovernmental Panel on Climate Change. pp. 690. http://www.ipcc.ch/pdf/assessment-report/ar4/wg1/ar4-wg1-chapter9.pdf. Diakses pada 20 Mei 2007. "Recent estimates (Figure 9.9) indicate a relatively small combined effect of natural forcings on the global mean temperature evolution of the seconds half of the 20th century, with a small net cooling from the combined effects of solar and volcanic forcings"

9. ̂ Ammann, Caspar (06-04-2007). "Solar influence on climate during the past millennium: Results from ransient simulations with the NCAR Climate Simulation Model". Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America 104 (10): 3713-3718. http://www.pnas.org/cgi/reprint/104/10/3713. "However, because of a lack of interactive ozone, the model cannot fully simulate features discussed in (44)." "While the NH temperatures of the high-scaled experiment are often colder than the lower bound from proxy data, the modeled decadal-scale NH surface temperature for the medium-scaled case falls within the uncertainty range of the available temperature reconstructions. The medium-scaled simulation also broadly reproduces the main features seen in the proxy records." "Without anthropogenic forcing, the 20th century warming is small. The simulations with only natural forcing components included yield an early 20th century peak warming of ≈0.2 °C (≈1950 AD), which is reduced to about half by the end of the century because of increased volcanism.".

10. ̂ Scafetta, Nicola (09-03-2006). "Phenomenological solar contribution to the 1900-2000 global surface warming" (PDF). Geophysical Research Letters 33 (5). doi:10.1029/2005GL025539. L05708. http://www.fel.duke.edu/~scafetta/pdf/2005GL025539.pdf. Diakses pada 8 Mei 2007.

11. ̂ Stott, Peter A. (03-12-2003). "Do Models Underestimate the Solar Contribution to Recent Climate Change?". Journal of Climate 16 (24): 4079-4093. doi:10.1175/1520-0442(2003)016%3C4079:DMUTSC%3E2.0.CO;2. http://climate.envsci.rutgers.edu/pdf/StottEtAl.pdf. Diakses pada 16 April 2007.

Page 25: TUGAS PLANKTON

12. ̂ Foukal, Peter (14-09-2006). "Variations in solar luminosity and their effect on the Earth's climate.". Nature. http://www.nature.com/nature/journal/v443/n7108/abs/nature05072.html. Diakses pada 16 April 2007.

13. ̂ "Changes in Solar Brightness Too Weak to Explain Global Warming". National Center for Atmospheric Research. 14 September 2006. http://www.ucar.edu/news/releases/2006/brightness.shtml#. Diakses pada 13 Juli 2007.

14. ̂ Lockwood, Mike. "Recent oppositely directed trends in solar climate forcings and the global mean surface air temperature". Proceedings of the Royal Society A. doi:10.1098/rspa.2007.1880. http://www.pubs.royalsoc.ac.uk/media/proceedings_a/rspa20071880.pdf. Diakses pada 21 Juli 2007. "Our results show that the observed rapid rise in global mean temperatures seen after 1985 cannot be ascribed to solar variability, whichever of the mechanisms is invoked and no matter how much the solar variation is amplified.".

15. ̂ http://www.ipcc.ch/ipccreports/ar4-syr.htm

16. ̂ Hansen, James (2000). "Climatic Change: Understanding Global Warming". One World: The Health & Survival of the Human Species in the 21st Century. Health Press. http://books.google.com/books?id=sx6DFr8rbpIC&dq=robert+lanza&printsec=frontcover&source=web&ots=S7MXYzoDqR&sig=jfUo33FtVZ3PSUS2fcc_EtawEnQ. Diakses pada 18 Agustus 2007.

17. ̂ "Summary for Policymakers". Climate Change 2001: The Scientific Basis. Contribution of Working Group I to the Third Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change. Intergovernmental Panel on Climate Change. Kesalahan: waktu tidak valid. http://www.grida.no/climate/ipcc_tar/wg1/007.htm. Diakses pada 28 April 2007.

18. ̂ Torn, Margaret (26-05-2006). "Missing feedbacks, asymmetric uncertainties, and the underestimation of future warming". Geophysical Research Letters 33 (10). L10703. http://www.agu.org/pubs/crossref/2006/2005GL025540.shtml. Diakses pada 4 Maret 2007.

19. ̂ Harte, John (30-10-2006). "Shifts in plant dominance control carbon-cycle responses to experimental warming and widespread drought". Environmental Research Letters 1 (1). 014001. http://www.iop.org/EJ/article/1748-9326/1/1/014001/erl6_1_014001.html. Diakses pada 2 Mei 2007.

20. ̂ Scheffer, Marten (26-05-2006]]). "Positive feedback between global warming and atmospheric CO2 concentration inferred from past climate change.". Geophysical Research Letters 33. doi:10.1029/2005gl025044. http://www.pik-potsdam.de/~victor/recent/scheffer_etal_T_CO2_GRL_in_press.pdf. Diakses pada 4 Mei 2007.

21. ̂ Stocker, Thomas F. (20-01-2001). "7.2.2 Cloud Processes and Feedbacks". Climate Change 2001: The Scientific Basis. Contribution of Working Group I to the Third

Page 26: TUGAS PLANKTON

Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change. Intergovernmental Panel on Climate Change. http://www.grida.no/climate/ipcc_tar/wg1/271.htm. Diakses pada 4 Maret 2007.

22. ^ a b Hart, John. "Global Warming." Microsoft® Encarta® 2006 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation, 2005.

Pranala luar

Global Warming Information from the Ocean & Climate Change Institute , Woods Hole Oceanographic Institution

Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)

o [1] Draft of 4th IPCC Report 2007 (news story)

o IPCC Third Assessment Report dipublikasikan 2001

o Climate Change 2001: Working Group II: Impacts, Adaptation and Vulnerability

o A summary of the above IPCC report - oleh GreenFacts

NASA's Global Hydrology and Climate Center

Mauna Loa Observatory, Hawaii - Hasil pengukuran terakhir CO 2

Peta dan grafik pemanasan global dari Program Lingkunag PBB GRID-Arendal

NOAA's Global Warming FAQ

RealClimate - Blog para ilmuan tentang iklim

National Center for Atmospheric Research - Penelitian NCAR tentang perubahan iklim

Potsdam Institute for Climate Impact Research

Pew Center on Global Climate Change — ilmu dasar

NOAA ESRL Global Monitoring Division

Global Warming Site , U.S. Environmental Protection Agency

Final Report of U.S. Climate Change Science Program

Melting lakes in Siberia emit greenhouse gas

Danish National Space Centre: SKY Experiment

Climate Change: Discovery of Global Warming

IPCC report Climate Change 2007: The Physical Science Basis, Feb 2007

Page 27: TUGAS PLANKTON

Apa Kata PBB & Tokoh PBB Tentang Pemanasan Global: Solusi Terbaik Pemanasan Global

Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global"Kategori: Atmosfer | Perubahan iklim | Masalah ekonomi

Peralatan pribadi

Masuk log / buat akun

Ruang nama

Halaman Pembicaraan

Varian

Tampilan

Baca Lihat sumber

Versi terdahulu

Tindakan

Cari

Navigasi

Halaman Utama Perubahan terbaru

Peristiwa terkini

Halaman sembarang

Komunitas

Warung Kopi Portal komunitas

Bantuan

Wikipedia

Page 28: TUGAS PLANKTON

Tentang Wikipedia Pancapilar

Kebijakan

Menyumbang

Cetak/ekspor

Buat buku Unduh sebagai PDF

Versi cetak

Kotak peralatan

Pranala balik Perubahan terkait

Halaman istimewa

Pranala permanen

Kutip halaman ini

Bahasa lain

Afrikaans Alemannisch

Aragonés

Ænglisc

العربية

مصرى

Žemaitėška

Беларуская

Беларуская (тарашкевіца)

Български

বাং��লা�

Brezhoneg

Bosanski

Page 29: TUGAS PLANKTON

Català

Cebuano

Česky

Cymraeg

Dansk

Deutsch

Ελληνικά

English

Esperanto

Español

Eesti

Euskara

فارسی

Suomi

Võro

Français

Furlan

Gaeilge

Gàidhlig

Galego

עברית

हि�न्दी�

Hrvatski

Kreyòl ayisyen

Magyar

Հայերեն

Interlingua

Page 30: TUGAS PLANKTON

Ido

Íslenska

Italiano

日本語

Basa Jawa

ქართული

ಕನ್ನ�ಡ

한국어

Latina

Lietuvių

Latviešu

Македонски

മലയാ�ളം�

Монгол

मरा�ठी

Bahasa Melayu

မြ�န်��ဘသ

Nederlands

Norsk (nynorsk)

Norsk (bokmål)

Occitan

Polski

پنجابی

Português

Rumantsch

Română

Русский

Page 31: TUGAS PLANKTON

Саха тыла

Srpskohrvatski / Српскохрватски

සිං�හල

Simple English

Slovenčina

Slovenščina

Shqip

Српски / Srpski

Basa Sunda

Svenska

Kiswahili

தமி�ழ்

తెలు�గు�

То ҷ ик ӣ

ไทย

Tagalog

Türkçe

Українська

Tiếng Việt

Winaray

吴 语

יִידיש

中文

文言

Bân-lâm-gú

粵語

Page 32: TUGAS PLANKTON

Halaman ini terakhir diubah pada 08:30, 8 Februari 2011.

Teks tersedia di bawah Lisensi Atribusi/Berbagi Serupa Creative Commons; ketentuan tambahan mungkin berlaku. Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.

Kebijakan privasi

Tentang Wikipedia

Penyangkalan