tugas pendahuluan modul 2_nurmalia saraswati_260110140087
DESCRIPTION
tugas farmakologi dasarTRANSCRIPT
TUGAS PENDAHULUAN
1. Sebutkan keuntungan serta kerugian pemakaian masing-masing hewan
tersebut di atas!
Jawab:
1.1. Mencit
1.1.1. Keuntungan:
- Reproduksi mencit yang cepat membuat hewan ini mudah ditemukan dan
dikembangbiakkan,
- Variasi sifat-sifatnya tinggi,
- Mudah ditangani (Malole dan Pramono, 1989, seperti dikutip Alim, 2013).
- Selang generasi yang pendek,
- reaksi obat yang digunakan pada hewan percobaan ini dapat cepat terlihat
(Kurnianto, dkk. 2001).
1.1.2. Kerugian:
- Tidak memiliki kelenjar keringat,
- Mencit penakut dan fotofobik,
- Jika dilakukan secara kasar akan memberontak (Tim Pengajar, 2011, seperti
dikutip Yustika, R. 2012).
1.2. Tikus
1.2.1. Keuntungan:
- Cerdas dan mudah ditangani
- Lebih resisten terhadap infeksi
- Tidak bersifat fotofobik (Tim Pengajar, 2011, seperti dikutip Yustika, R.
2012).
1.2.2. Kerugian:
- Jika makanannya kurang akan mudah memberontak,
- Jika diperlakukan secara kasar akan menjadi liar dan galak (Tim Pengajar,
2011, seperti dikutip Yustika, R. 2012).
1.3. KELINCI
1.3.1. Keuntungan:
- Bersih
- Jinak
1.3.2. Kerugian:
- Sulit dikembangbiakkan
- Harga lebih mahal dibandingkan dengan tikus
1.4. MARMUT
1.4.1. Keuntungan:
- Ukuran tubuh relatif kecil sehingga tidak sulit untuk mencengkramnya
1.4.2. Kerugian:
- Mudah sakit sehingga perlu perhatian ekstra untuk merawatnya
1.5. KATAK
1.5.1. Keuntungan:
- Mudah dikembangbiakkan
- Sudah memiliki susunan saraf sehingga mudah untuk dipelajari
- Harga relatif murah
1.5.2. Kerugian :
- Memiliki tubuh yang licin sehingga sulit untuk digenggam
2. Mencit adalah hewan yang paling banyak digunakan dalam percobaan di
laboratorium. Mengapa ?
Jawab:
Mencit banyak digunakan dalam percobaan di laboratorium karena
reproduksi mencit yang cepat membuat hewan ini mudah ditemukan dan
dikembangbiakkan,variasi sifat-sifatnya tinggi, dan mudah ditangani (Malole dan
Pramono, 1989, seperti dikutip Alim, 2013). Selang generasi yang pendek, reaksi
obat yang digunakan pada hewan percobaan ini dapat cepat terlihat (Kurnianto,
dkk. 2001). Selain itu adalah bahwa mencit merupakan hewan yang memiliki
kesamaan secara fisiologi dengan manusia.
3. Faktor-faktor apa yang perlu diperhatikan dalam memilih spesies hewan
percobaan yang berifat skrining ataupun pengujian suatu efek khusus?
Jawab:
- Mudah untuk dipelihara
- Menggunakan hewan yang dapat bereproduksi dengan cepat
- Memperhatikan rasio kawin
- Memiliki kemiripan dengan manusia
4. Jelaskan secara spesifik dengan contoh-contoh, mengenai karakteristik
lingkungan fisiologis, anatomis, dan biokimiawi yang berada pada daerah
kontak mula antara obat dan tubuh!
Jawab:
- Lingkungan fisiologis pada daerah kontak mula antara obat dan tubuh adalah
bergantung pada posisi dan fungsinya itu sendiri. Organ mulut merupakan organ
pertama yang dilewati oleh obat dalam bentuk oral.
- Lingkungan anatomis, yaitu menjelaskan tentang bentuk/struktur dari organ
pada makhluk hidup. Struktur anatomi yang berbeda:
Contoh : absorpsi obat diusus halus lebih cepat daripada dilambung karena
permukaan epitel usus halus jauh lebih luas dibandingkkan dnegan epitel
lambung
Akibatnya: efek obat lebih cepat bila bat diabsorpsi di usus halus daripada obat
yang diabsorpsi di lambung.
- Enzim-enzim dan getah-getah fisiologis yang berbeda
Contoh: enzim – enzim dari saluran cerna dan enzim – enzim dalam hati
Akibatnya: semakin baik fungsi enzim maka jumlah obat yang mencapai
sirkulasi sistemik semakin banyak.
5. Uraikan secara terperinci kondisi-kondisi penerimaan obat yang
menentukan rute pemberian obat yang dipilih!
Jawab :
- Sifat kimiawi dan sifat fisik obat
- Tempat kerja yang diinginkan
- Kecepatan respon yang diinginkan
- Lengkap tidaknya resorpsi suatu obat
rute pemberian obat :
a. Oral, rute pemberian obat yang paling umum dan paling banyak digunakan
akrena ekonomis, paling nyaman, dan aman. Obat juga dapat diabsorpsi
melalui rongga mulut (sublingual) seperti tablet ISDN. Bentuk sediaan
obatnya dapat berupa tablet, kapsul sirup, dll.
b. Parenteral, memberikan obat dengan cara injeksi ke dalam jaringan tubuh
tanpa melalui mulut (tanpa melalui saluran pencernaan) tetapi langsung ke
pembuluh darah. Misalnya injeksi, suntikan.
c. Rektal, dapat diberikan melalui rute ini berupa enema atau supositoria
yang akan mencair pada suhu tubuh.
d. Transdermal, rute administrasi di mana bahan aktif yang disampaikan
dikulit untuk distribusi sistemik. Cara pemakaian melalui permukaan kulit,
berupa plester.
6. Sebutkan implikasi-implikasi praktis dari rute pemberian obat
(umpamanya persyaratan sediaan farmasi yang diberikan dengan rute
tertentu, dosis obat jika dipilih rute pemberian tertentu dsb)!
Jawab:
Cara pemberian obat yang paling umum dilakukan adalah pemberian obat per
oral, karena mudah, aman, dan murah . Dengan cara ini tempat absorpsi utama
adalah usus halus, karena memiliki permukaan absorpsi yang sangat luas, yakni
200m2. Pada pemberian secara oral, sebelum obat masuk ke peredaran darah dan
didistribusikan ke seluruh tubuh, terlebih dahulu harus mengalami absorbsi pada
saluran cerna (Anonim,2007).
Injeksi subkutan (SC) atau pemberian obat melalui bawah kulit, hanya boleh
digunakan untuk obat yang tidak menyebabkan iritasi jaringan. Absorpsinya
biasanya terjadi secara lambat dan konstan sehingga efeknya bertahan lama.
Injeksi intramuskular (IM) atau suntikkan melalui otot, kecepatan dan
kelengkapan absorpsinya dipengaruhi oleh kelarutan obat dalam air. Absorpsi
lebih cepat terjadi di deltoid atau vastus lateralis daripada di gluteus maksimus.
Injeksi intraperitoneal atau injeksi pada rongga perut tidak dilakukan untuk
manusia karena ada bahaya infeksi dan adesi yang terlalu besar. Pemberian secara
injeksi intravena menghasilkan efek yang tercepat, karena obat langsung masuk
ke dalam sirkulasi. Efek lebih lambat diperoleh dengan injeksi intramuskular, dan
lebih lambat lagi dengan injeksi subkutan karena obat harus melintasi banyak
membran sel sebelum tiba dalam peredaran darah. Banyak faktor lain yg juga
mempengaruhi absorpsi obat salah satu nya adalah faktor patofisiologi tubuh.
Telah diperiksa Asisten
Tanggal :
Nilai :
Paraf Asisten:
Daftar Pustaka
Kurnianto, Edy, dkk. 2001. Perkembangbiakkan dan Penampilan Mencit sebagai
Hewan Percobaan. Tersedia online di http://eprints.undip.ac.id/7905/1/1165-
ki-fpet-05.pdf [diakses pada 24 Maret 2015 pukul 20.09].
Malole, M.B.M. dan Pramono, C.S.U. 1989. Pengantar Hewan-Hewan Percobaan
di Laboratorium. Bogor: Pusat Antara Universitas Bioteknologi IPB.
Tim pengajar. 2011. Praktikum Perkembangan Hewan pemberin Obat pada
Hewan Uji. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.