tugas pemikiran ekonomi

24
Tugas Pemikiran Ekonomi & Bisnis PTPN X Negative Externalities Solution Nama Kelompok : 1. Nico Yoshua(3121003) 2. Johannes R. Liamri (3121004)

Upload: yohanes-yannes-ujuto

Post on 28-Dec-2015

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Pemikiran Ekonomi

Tugas Pemikiran Ekonomi & Bisnis

PTPN X Negative Externalities Solution

Nama Kelompok : 1. Nico Yoshua(3121003)

2. Johannes R. Liamri (3121004)

3. Yerikho C. Tuasela (3121064) 4. Yohanes Yannes Ujuto. (3121074)

ILMU EKONOMI

FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA

UNIVERSITAS SURABAYA

Page 2: Tugas Pemikiran Ekonomi

SURABAYA 2014

1

Page 3: Tugas Pemikiran Ekonomi

Bab 1

Pendahuluan

A. Latar Belakang Gula adalah merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok (sembako) kebutuhanpangan yang sangat penting bagi kebutuhan kita sehari-hari baik dalam rumah tanggamaupun industri makanan dan minuman baik yang berskala besar maupun yang kecil.Gula juga sudah menjadi sangat penting karena gula mengandung kalori yang sangatpenting bagi kesehatan kita dan gula juga digunakan sebagai bahan pemanis utamayang digunakan oleh banyak industri makanan dan minuman.

PT Perkebunan Nusantara X (Persero) sebagai salah satu badan usaha Milik negara (BUMN) yang memiliki 11 (sebelas) pabrik gula di Jawa Timur, 3 (tiga) kebun tembakau cerutu, 3 (tiga) unit rumah sakit dan 1 (satu) anak perusahaan dan berbasis Sumber Daya Alam (SDA), namun PTPN X ini lebih berfokus kepada produksi gula, dikarenakan sejak awal perusahaan ini berdiri, tujuan utama perusahaan tersebut adalah memproduksi gula, dan setelah melalui banyak proses dari tahun ke tahun, perusahaan melakukan inovasi-inovasi, yaitu ikut berkecimpung dalam produksi tembakau, mendirikan 3 rumah sakit, dan juga bekerjasama dengan perusahaan lain yang menjadi anak perusahaan PTPN X.

Kontribusi pendapatan terbesar perusahaan ini berasal dari gula sebesar 76,42% berasal dari unit usaha gula yang didukung oleh 11 pabrik gula. Tingginya harga gula sebesar Rp 10.200/kg atau sekitar 5% diatas harga rata-rata nasional sebesar Rp 9.707/kg tidak mempengaruhi permintaan pasar yang terus meningkat. Hal ini karena kualitas produksi gula yang bagus dan pengiriman produk yang tepat waktu demi menjaga loyalitas pelanggan terhadap perusahaan.

Selain itu, dalam proses produksinya PTPN X menghasilkan ampas tebu. Ampas tebu merupakan limbah padat produk stasiun gilingan pabrik gula, diproduksi dalam jumlah 32 % tebu, atau sekitar 10,5 juta ton per tahun atau per musim giling se Indonesia. Ampas tebu juga dapat dikatakan sebagai produk pendamping, karena ampas tebu sebagian besar dipakai langsung oleh pabrik gula sebagai bahan bakar ketel untuk memproduksi energi keperluan proses, yaitu sekitar 10,2 juta ton per tahun (97,4 % produksi ampas). Sisanya (sekitar 0,3 juta ton per tahun) terhampar di lahan pabrik sehingga dapat menyebabkan polusi udara, pandangan dan bau yang tidak sedap di sekitar pabrik gula. Ampas tebu mengandung air, gula, serat dan mikroba, sehingga bila ditumpuk akan mengalami fermentasi yang menghasilkan panas. Jika suhu tumpukan mencapai 94oC akan terjadi kebakaran spontan.

Dan juga selain menghasilkan ampas tebu dalam proses produksinya juga menghasilkan blotong. Blotong merupakan limbah padat produk stasiun pemurnian

2

Page 4: Tugas Pemikiran Ekonomi

nira, diproduksi sekitar 3,8 % tebu atau sekitar 1,3 juta ton. Limbah ini sebagian besar diambil petani untuk dipakai sebagai pupuk, sebagian yang lain dibuang di lahan tebuka, dapat menyebabkan polusi udara, pandangan dan bau yang tidak sedap di sekitar lahan tersebut. Sedangkan belerang dioksida (SO2) merupakan limbah gas yang keluar dari cerobong reaktor sulfitir pada proses pemurnian nira tebu yang kurang sempurna menyebabkan polusi udara di atas pabrik dan pemakaian belerang menjadi lebih tinggi dari normal.

Tetes (molasses) sebagai limbah di stasiun pengolahan, diproduksi sekitar 4,5 % tebu atau sekitar 1,5 juta ton. Tetes tebu sebagai produk pendamping karena sebagian besar dipakai sebagai bahan baku industri lain seperti vitsin (sodium glutamate), alkohol atau spritius dan bahkan untuk komoditas ekspor dalam pembuatan L-lysine dan lain-lain. Namun untuk hal ini dibutuhkan kandungan gula dalam tetes yang cukup tinggi, sehingga tidak semua tetes tebu yang dihasilkan dimanfaatkan untuk itu. Akibatnya tidak sedikit pabrik gula yang mengalami kendala dalam penyimpanan tetes sampai musim giling berikutnya, tangki tidak cukup menampung karena tetes kurang laku, atau memungkinkan terjadinya ledakan dalam penyimpanan di tangki tetes sehubungan dengan kondisi proses atau komposisi.

Dalam analisa kontrol kualitas bahan alur proses di laboratorium dihasilkan limbah bekas analisa yang berbentuk cairan dan padatan yang mengandung logam berat (Pb). Logam tersebut berasal dari bahan penjernih Pb-asetat basa yang digunakan untuk analisa gula dalam pengawasan pabrikasi. Bahan penjernih tersebut telah digunakan sudah cukup lama, sejak satu abad yang lalu. Diperkirakan untuk pabrik gula yang berkapasitas 4000 ton tebu per hari diperlukan tidak kurang dari 100 kg Pb per musim giling. Dapat dibayangkan untuk pabrik gula seluruh Indonesia, khususnya di Jawa, diperkirakan sekitar 5 ton Pb per tahun dibuang sebagai limbah analisa gula, atau sekitar 500 ton Pb tersebar di perut bumi Pulau Jawa selama seabad.

Dari uraian di atas tampaknya penanganan, pencegahan dan pemanfaatan limbah pabrik gula yang lebih “tajam” perlu digalakkan agar limbah yang mengganggu, polusi udara, tidak ramah lingkungan, membuat pandangan dan bau yang kurang sedap dapat diatasi dengan baik. Yang terpenting dalam penanganan, pencegahan dan pemanfaatan limbah adalah menangani masalah limbah tanpa menimbulkan masalah

limbah baru yang berdampak lebih negatif pada lingkungan

Oleh sebab itu, permasalahan tentang proses pengolahan limbah dalam produksi gula PTPNX akan menjadi pokok pembahasan dalam makalah ini dengan judul “PTPN X Negative Externalities Solution” dimana PTPN X mampu mengubah limbah tebu menjadi lebih bermanfaat sehingga meningkatkan efisiesnsi dan keuntungan dalam perusahaan.

3

Page 5: Tugas Pemikiran Ekonomi

Bab 2Pembahasan

Definisi GulaGula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis dan keadaan makanan atau minuman. Gula sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam), menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel. Gula sebagai sukrosa diperoleh dari nira tebu, bit gula, atau aren. Meskipun demikian, terdapat sumber-sumber gula minor lainnya, seperti kelapa. Sumber-sumber pemanis lain, seperti umbi dahlia, anggir, atau jagung, juga menghasilkan semacam gula/pemanis namun bukan tersusun dari sukrosa. Proses untuk menghasilkan gula mencakup tahap ekstrasi (pemerasan) diikuti dengan pemurnian melalui distilasi (penyulingan).Negara-negara penghasil gula terbesar adalah negara-negara dengan iklim hangat seperti Australia, Brazil, dan Thailand. Hindia-Belanda (sekarang Indonesia) pernah menjadi produsen gula utama dunia pada tahun 1930-an, namun kemudian tersaingi oleh industri gula baru yang lebih efisien. Pada tahun 2001/2002 gula yang diproduksi di negara berkembang dua kali lipat lebih banyak dibandingkan gula yang diproduksi negara maju. Penghasil gula terbesar adalah Amerika Latin, negara-negara Karibia, dan negara-negara Asia Timur. Sumber gula di Indonesia sejak masa lampau adalah cairan bunga (nira) kelapa atau enau, serta cairan batang tebu. Tebu adalah tumbuhan asli dari Nusantara, terutama di bagian timur. Ketika orang-orang Belanda mulai membuka koloni di Pulau Jawa kebun-kebun tebu monokultur mulai dibuka oleh tuan-tuan tanah pada abad ke-17, pertama di sekitar Batavia, lalu berkembang ke arah timur.Puncak kegemilangan perkebunan tebu dicapai pada tahun-tahun awal 1930-an, dengan 179 pabrik pengolahan dan produksi tiga juta ton gula per tahun. Penurunan harga gula akibat krisis ekonomi merontokkan industri ini dan pada akhir dekade hanya tersisa 35 pabrik dengan produksi 500 ribu ton gula per tahun. Situasi agak pulih menjelang Perang Pasifik, dengan 93 pabrik dan prduksi 1,5 juta ton. Seusai Perang Dunia II, tersisa 30 pabrik aktif. Tahun 1950-an menyaksikan aktivitas baru sehingga Indonesia menjadi eksportir netto. Pada tahun 1957 semua pabrik gula dinasionalisasi dan pemerintah sangat meregulasi industri ini. Sejak 1967 hingga sekarang Indonesia kembali menjadi importir gula.

Definisi LimbahLimbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya

4

Page 6: Tugas Pemikiran Ekonomi

karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.Karakteristik limbah1. Berukuran mikro2. Dinamis3. Berdampak luas (penyebarannya)4. Berdampak jangka panjang (antar generasi)

Limbah industriBerdasarkan karakteristiknya limbah industri dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu: - ----1. Limbah cair biasanya dikenal sebagai entitas pencemar air. Komponen pencemaran air pada umumnya terdiri dari bahan buangan padat, bahan buangan organik dan bahan buangan anorganik2. Limbah padat3. Limbah gas dan partikelProses Pencemaran Udara Semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk ke atmosfer yang “bersih” disebut kontaminan. Kontaminan pada konsentrasi yang cukup tinggi dapat mengakibatkan efek negatif terhadap penerima (receptor), bila ini terjadi, kontaminan disebut cemaran (pollutant).Cemaran udara diklasifihasikan menjadi 2 kategori menurut cara cemaran masuk atau dimasukkan ke atmosfer yaitu: cemaran primer dan cemaran sekunder. Cemaran primer adalah cemaran yang diemisikan secara langsung dari sumber cemaran. Cemaran sekunder adalah cemaran yang terbentuk oleh proses kimia di atmosfer. Sumber cemaran dari aktivitas manusia (antropogenik) adalah setiap kendaraan bermotor, fasilitas, pabrik, instalasi atau aktivitas yang mengemisikan cemaran udara primer ke atmosfer. Ada 2 kategori sumber antropogenik yaitu: sumber tetap (stationery source) seperti: pembangkit energi listrik dengan bakar fosil, pabrik, rumah tangga,jasa, dan lain-lain dan sumber bergerak (mobile source) seperti: truk,bus, pesawat terbang, dan kereta api.Lima cemaran primer yang secara total memberikan sumbangan lebih dari 90% pencemaran udara global adalah:a. Karbon monoksida (CO),b. Nitrogen oksida (Nox),c. Hidrokarbon (HC),d. Sulfur oksida (SOx)e. Partikulat.

Selain cemaran primer terdapat cemaran sekunder yaitu cemaran yang memberikan dampak sekunder terhadap komponen lingkungan ataupun cemaran yang dihasilkan akibat transformasi cemaran primer menjadi bentuk cemaran yang berbeda. Ada beberapa cemaran sekunder yang dapat mengakibatkan dampak penting baik lokal,regional maupun global yaitu:

5

Page 7: Tugas Pemikiran Ekonomi

a. CO2 (karbon monoksida),b. Cemaran asbut (asap kabut) atau smog (smoke fog),c. Hujan asam,d. CFC (Chloro-Fluoro-Carbon/Freon),e. CH4 (metana).

Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan debu, cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3).Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3.

MacamLimbahBeracun Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan. Limbah mudah terbakar adalah limbah yang bila berdekatan dengan api, percikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan bila telah menyala akan terus terbakar hebat dalam waktu lama. Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi. Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau sakit bila masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, kulit atau mulut. Limbah penyebab infeksi adalah limbah laboratorium yang terinfeksi penyakit atau limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan tubuh manusia yang terkena infeksi. Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang menyebabkan iritasi pada kulit atau mengkorosikan baja, yaitu memiliki pH sama atau kurang dari 2,0 untuk limbah yang bersifat asam dan lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.Pengelolaan Limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan limbah B3. Pengelolaan Limbah B3 ini bertujuan untuk mencegah, menanggulangi pencemaran dan

6

Page 8: Tugas Pemikiran Ekonomi

kerusakan lingkungan, memulihkan kualitas lingkungan tercemar, dan meningkatan kemampuan dan fungsi kualitas lingkungan.

PROSES PEMBUATAN GULA

1. Persiapan Pembuatan Gula TebuTebu adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tebu ini termasuk jenis rumput-rumputan. Tanaman tebu dapat tumbuh hingga 3 meter di kawasan yang mendukung. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Tahapan-tahapan dalam proses pembuatan gula dimulai dari penanaman tebu, proses ektrasi, pembersihan kotoran, penguapan, kritalisasi, afinasi, karbonasi, penghilangan warna, dan sampai proses pengepakan sehingga sampai ketangan konsumen.

2. Ekstraksi Tahap pertama pembuatan gula tebu adalah ekstraksi jus atau sari tebu. Caranya dengan menghancurkan tebu dengan mesin penggiling untuk memisahkan ampas tebu dengan cairannya. Cairan tebu kemudian dipanaskan dengan boiler. Jus yang dihasilkan masih berupa cairan yang kotor: sisa-sisa tanah dari lahan, serat-serat berukuran kecil dan ekstrak dari daun dan kulit tanaman, semuanya bercampur di dalam gula. Jus dari hasil ekstraksi mengandung sekitar 50 % air, 15% gula dan serat residu, dinamakan bagasse, yang mengandung 1 hingga 2% gula. Dan juga kotoran seperti pasir dan batu-batu kecil dari lahan yang disebut sebagai “abu”.

3. Pengendapan Kotoran Dengan Kapur (Liming)Jus tebu dibersihkan dengan menggunakan semacam kapur (slaked lime) yang akan mengendapkan sebanyak mungkin kotoran , kemudian kotoran ini dapat dikirim kembali ke lahan. Proses ini dinamakan liming. Jus hasil ekstraksi dipanaskan sebelum dilakukan liming untuk mengoptimalkan proses penjernihan. Kapur berupa kalsium hidroksida atau Ca(OH)2 dicampurkan ke dalam jus dengan perbandingan yang diinginkan dan jus yang sudah diberi kapur ini kemudian dimasukkan ke dalam tangki pengendap gravitasi: sebuah tangki penjernih (clarifier). Jus mengalir melalui clarifier dengan kelajuan yang rendah sehingga padatan dapat mengendap dan jus yang keluar merupakan jus yang jernih. Kotoran berupa lumpur dari clarifier masih mengandung sejumlah gula sehingga biasanya dilakukan penyaringan dalam penyaring vakum putar (rotasi) dimana jus residu diekstraksi dan lumpur tersebut dapat dibersihkan sebelum dikeluarkan, dan hasilnya berupa cairan yang manis. Jus dan cairan manis ini kemudian dikembalikan ke proses.

4. Penguapan (Evaporasi)Setelah mengalami proses liming, proses evaporasi dilakukan untuk mengentalkan jus menjadi sirup dengan cara menguapkan air menggunakan uap panas (steam). Terkadang sirup dibersihkan lagi tetapi lebih sering langsung menuju ke tahap pembuatan kristal tanpa adanya pembersihan lagi. Jus yang sudah jernih mungkin hanya mengandung 15% gula tetapi cairan (liquor) gula jenuh (yaitu cairan yang

7

Page 9: Tugas Pemikiran Ekonomi

diperlukan dalam proses kristalisasi) memiliki kandungan gula hingga 80%. Evaporasi dalam ‘evaporator majemuk’ (multiple effect evaporator) yang dipanaskan dengan steam merupakan cara yang terbaik untuk bisa mendapatkan kondisi mendekati kejenuhan (saturasi).

5. Pendidihan/ KristalisasiPada tahap akhir pengolahan, sirup ditempatkan ke dalam wadah yang sangat besar untuk dididihkan. Di dalam wadah ini air diuapkan sehingga kondisi untuk pertumbuhan kristal gula tercapai. Pembentukan kristal diawali dengan mencampurkan sejumlah kristal ke dalam sirup. Sekali kristal terbentuk, kristal campur yang dihasilkan dan larutan induk (mother liquor) diputar di dalam alat sentrifugasi untuk memisahkan keduanya, bisa diumpamakan seperti pada proses mencuci dengan menggunakan pengering berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan udara panas sebelum disimpan.Larutan induk hasil pemisahan dengan sentrifugasi masih mengandung sejumlah gula sehingga biasanya kristalisasi diulang beberapa kali. Sayangnya, materi-materi non gula yang ada di dalamnya dapat menghambat kristalisasi. Hal ini terutama terjadi karena keberadaan gula-gula lain seperti glukosa dan fruktosa yang merupakan hasil pecahan sukrosa. Olah karena itu, tahapan-tahapan berikutnya menjadi semakin sulit, sampai kemudian sampai pada suatu tahap di mana kristalisasi tidak mungkin lagi dilanjutkan.Sebagai tambahan, karena gula dalam jus tidak dapat diekstrak semuanya, maka terbuatlah produk samping (byproduct) yang manis: molasses. Produk ini biasanya diolah lebih lanjut menjadi pakan ternak atau ke industri penyulingan untuk dibuat alkohol (etanol) . Belakangan ini molases dari tebu di olah menjadi bahan energi alternatif dengan meningkatkan kandungan etanol sampai 99,5%.

6. PenyimpananGula kasar yang dihasilkan akan membentuk gunungan coklat lengket selama penyimpanan dan terlihat lebih menyerupai gula coklat lunak yang sering dijumpai di dapur-dapur rumah tangga. Gula ini sebenarnya sudah dapat digunakan, tetapi karena kotor dalam penyimpanan dan memiliki rasa yang berbeda maka gula ini biasanya tidak diinginkan orang. Oleh karena itu gula kasar biasanya dimurnikan lebih lanjut ketika sampai di negara pengguna.

7. Afinasi (Affination)Tahap pertama pemurnian gula yang masih kasar adalah pelunakan dan pembersihan lapisan cairan induk yang melapisi permukaan kristal dengan proses yang dinamakan dengan “afinasi”. Gula kasar dicampur dengan sirup kental (konsentrat) hangat dengan kemurnian sedikit lebih tinggi dibandingkan lapisan sirup sehingga tidak akan melarutkan kristal, tetapi hanya sekeliling cairan (coklat). Campuran hasil (‘magma’) di-sentrifugasi untuk memisahkan kristal dari sirup sehingga kotoran dapat dipisahkan dari gula dan dihasilkan kristal yang siap untuk dilarutkan sebelum proses karbonatasi.Cairan yang dihasilkan dari pelarutan kristal yang telah dicuci mengandung berbagai zat warna, partikel-partikel halus, gum dan resin dan substansi bukan gula lainnya. Bahan-bahan ini semua dikeluarkan dari proses.

8

Page 10: Tugas Pemikiran Ekonomi

8. KarbonatasiTahap pertama pengolahan cairan (liquor) gula berikutnya bertujuan untuk membersihkan cairan dari berbagai padatan yang menyebabkan cairan gula keruh. Pada tahap ini beberapa komponen warna juga akan ikut hilang. Salah satu dari dua teknik pengolahan umum dinamakan dengan karbonatasi. Karbonatasi dapat diperoleh dengan menambahkan kapur/ lime [kalsium hidroksida, Ca(OH)2] ke dalam cairan dan mengalirkan gelembung gas karbondioksida ke dalam campuran tersebut. Gas karbondioksida ini akan bereaksi dengan lime membentuk partikel-partikel kristal halus berupa kalsium karbonat yang menggabungkan berbagai padatan supaya mudah untuk dipisahkan. Supaya gabungan-gabungan padatan tersebut stabil, perlu dilakukan pengawasan yang ketat terhadap kondisi-kondisi reaksi.Gumpalan-gumpalan yang terbentuk tersebut akan mengumpulkan sebanyak mungkin materi-materi non gula, sehingga dengan menyaring kapur keluar maka substansi-substansi non gula ini dapat juga ikut dikeluarkan. Setelah proses ini dilakukan, cairan gula siap untuk proses selanjutnya berupa penghilangan warna.

9. Penghilangan warnaAda dua metoda umum untuk menghilangkan warna dari sirup gula. Salah satunya dengan menggunakan karbon teraktivasi granular [granular activated carbon, GAC] yang mampu menghilangkan hampir seluruh zat warna. GAC merupakan cara modern setingkat “bone char”, sebuah granula karbon yang terbuat dari tulang-tulang hewan. Karbon pada saat ini terbuat dari pengolahan karbon mineral yang diolah secara khusus untuk menghasilkan granula yang tidak hanya sangat aktif tetapi juga sangat kuat. Karbon dibuat dalam sebuah oven panas dimana warna akan terbakar keluar dari karbon. Cara yang lain adalah dengan menggunakan resin penukar ion yang menghilangkan lebih sedikit warna daripada GAC tetapi juga menghilangkan beberapa garam yang ada. Resin dibuat secara kimiawi yang meningkatkan jumlah cairan yang tidak diharapkan. Cairan jernih dan hampir tak berwarna ini selanjutnya siap untuk dikristalisasi kecuali jika jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan konsumsi energi optimum di dalam pemurnian. Oleh karenanya cairan tersebut diuapkan sebelum diolah di panci kristalisasi.

10. PendidihanSejumlah air diuapkan di dalam panci sampai pada keadaan yang tepat untuk tumbuhnya kristal gula. Sejumlah bubuk gula ditambahkan ke dalam cairan untuk mengawali/memicu pembentukan kristal. Ketika kristal sudah tumbuh campuran dari kristal-kristal dan cairan induk yang dihasilkan diputar dalam sentrifugasi untuk memisahkan keduanya. Proses ini dapat diumpamakan dengan tahap pengeringan pakaian dalam mesin cuci yang berputar. Kristal-kristal tersebut kemudian dikeringkan dengan udara panas sebelum dikemas dan/ atau disimpan siap untuk didistribusikan.

11. Blok Diagram Proses Persiapan Pembuatan Gula TebuPersiapan Pembuatan Gula Tebu , Ekstraksi Cairan Kental (jus), air 50 %, Gula 15 %Pengendapan Kotoran Dengan Kapur (Liming) di campurkan Ca(OH)2 menjadi cairan manis. Penguapan (Evaporasi) terdapat gula 80 %

9

Page 11: Tugas Pemikiran Ekonomi

Pengolahan dan pemanfaatan kembali limbah pabrik gula PTPN X

Secara umum pengelolaan limbah seperti limbah cair, yang dikeluarkan pabrik gula merupakan limbah organik dan bukan Limbah B3 (bahan beracu dan berbahaya). Limbah cair ini dikelola melalui dua tahapan, yaitu:

Pertama, penanganan di dalam pabrik (in house keeping). Sistem ini dilakukan dengan cara mengefisienkan pemakaian air dan penangkap minyak (oil trap) serta pembuatan bak penangkap abu bagasse (ash trap).

Kedua, penanganan setelah limbah keluar dari pabrik, melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). IPAL dibangun di atas tanah seluas lebih dari 8 ha, terdiri dari 13 kolam dengan kedalaman bervariasi dari 2 m (kolam aerasi) sampai 7 m (kolam anaerob). Total daya tampung lebih dari 240.000 m3, sehingga waktu inap (retention time) dapat mencapai 60 hari.

Sedangkan pengelolaan limbah dengan cara pemanfaatan limbah dari pabrik tebu dapat memberikan nilai lebih. Pemanfaatan limbah pabrik tebu bisa berupa pembuatan bioetanol, pemanfaatan pucuk tebu sebagai bahan pakan ternak, ampas tebu untuk pakan ternak dan pembuatan senyawa furfural beserta turunannya, serta pembuatan pupuk kompos dari blotong. Sedangkan untuk limbah berupa asap dapat dikelola dengan jalan menekan pengeluaranya diudara bebas.

Berikut adalah sejumlah hal tentang pemanfaatan dan pengelolaan hasil samping pabrik gula yang dapat digunkan untuk menekan tingkat pencemaran:

1. Pembuatan Bioetanol

Pada dasarnya unit pembuatan etanol dari tebu terdiri dari 4 bagian, yaitu:

1. Unit gilingan

2. Unit preparasi bahan baku

3. Unit fermentasi

4. Unit destilasi.

Unit gilingan berfungsi untuk menghasilkan nira mentah dari tebu. Komponen unit gilingan terdiri dari pisau pencacah dan tandem gilingan. Sebelum masuk gilingan, tebu dipotong-potong terlebih dulu dengan pisau pencacah. Cacahan tebu selanjutnya masuk kedalam tandem gilingan 3 rol yang biasanya terdiri atas 4 atau 5 unit gilingan yang disusun secara

10

Page 12: Tugas Pemikiran Ekonomi

seri. Pada unit gilingan pertama, tebu diperah menghasilkan nira perahan pertama (npp). Ampas tebu yang dihasilkan diberi imbibisi, kemudian digiling oleh unit gilingan kedua. Nira yang terperah ditampung, ampasnya kembali ditambah air imbibisi dan digiling lebih lanjut oleh unit gilingan ketiga, dan demikian seterusnya. Semua nira yang keluar dari setiap unit gilingan dijadikan satu dan disebut nira mentah.

Unit preparasi berfungsi untuk menjernihkan dan memekatkan nira mentah yang dihasilkan unit gilingan. Klarifikasi bisa dilakukan secara fisik dengan penyaringan atau secara kimiawi. Klarifikasi terutama bertujuan untuk menghilangkan beberapa impurities yang bisa mengganggu proses fermentasi. Nira yang dihasilkan dari proses ini disebut nira jernih. Selanjutnya tahap ini dilanjutkan untuk memproduksi gula dan sisanya berupa molase bisa dilanjutkan masuk ke tahapan pembuatan etanol.

Unit fermentasi berfungsi untuk mengubah molase menjadi etanol, melalui aktivitas fermentasi ragi. Jumlah unit fermentasi biasanya terdiri dari beberapa unit (batch) atau system kontinyu tergantung kepada kondisi dan kapasitas pabrik. Beberapa nutrisi ditambahkan untuk optimalisasi proses. Etanol yang terbentukdibawa ke dalam unit destilasi. Unit destilasi berfungsi untuk memisahkan etanol dari cairan lain khususnya air. Unit ini juga terdiri dari beberapa kolom destilasi. Etanol yang dihasilkan biasanya memiliki kemurnian sekitar 95-96%. Proses pemurnian lebih lanjut akan menghasilkan etanol dengan tingkat kemurnian lebih tinggi (99%/ethanol anhydrous), yang biasanya digunakan sebagai campuran unleaded gasoline menjadi gasohol.

Selain dari nira, ampas yang dihasilkan sebagai hasil ikutan dari unit gilingan bisa diproses lebih lanjut menjadi etanol, dengan menambah unit pretreatment dan sakarifikasi. Unit pretreatment berfungsi untuk mendegradasi ampas menjadi komponen selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Dalam unit sakarifikasi, selulosa dihidrolisa menjadi gula (glukosa) yang akan menjadi bahan baku fermentasi, selanjutnya didestilasi menghasilkan etanol.

Pembuatan etanol selain dari molase juga dari ampas tebu. Ampas tebu sebagian besar mengandung ligno-cellulose. Bahan lignoselulosa dapat dimanfaatkan untuk memproduksi bioetanol.

Limbah dari pabrik gula yaitu tetes, dapat dipakai sebagai bahan baku pabrik alcohol. Limbah cair yang dikeluarkan pabrik merupakan limbah organik dan bukan Limbah B3 (bahan beracu dan berbahaya). Limbah cair ini dikelola melalui dua tahapan.

Pertama, penanganan di dalam pabrik (in house keeping). Sistem ini dilakukan dengan cara mengefisienkan pemakaian air dan penangkap minyak (oil trap) serta pembuatan bak penangkap abu bagasse (ash trap).

Kedua, penanganan setelah limbah keluar dari pabrik, melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). IPAL dibangun di atas tanah seluas lebih dari 8 ha, terdiri dari 13 kolam dengan kedalaman bervariasi dari 2 m (kolam aerasi) sampai 7 m (kolam anaerob). Total

11

Page 13: Tugas Pemikiran Ekonomi

daya tampung lebih dari 240.000 m3, sehingga waktu inap (retention time) dapat mencapai 60 hari.

Manfaat yang di peroleh PTPN X dalam proses pengolahan dan pemanfaatan limbah Pabrik gula :

PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X Persero memaksimalkan potensi ampas tebu (bagasse). Pengembangan ampas ini untuk energi terbarukan sebagai ganti Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk produksi gula. Diprediksi, ada 1,8 Juta ton ampas tebu yang diperoleh dari sisa giling pabrik gula (PG). Sekitar 30 persen bagian tebu dalam proses produksi gula menjadi ampas. Sementara dari 1,8 juta ton ampas tebu, PG membutuhkan sebanyak 1,3-1,5 Juta ton untuk bahan bakar sendiri. Sehingga ada 300 ribu-500 ribu ton ampas dapt dikonversi menjadi bioetanol. Optimalisasi ampas tebu ini berdampak positif pada efisiensi dan meningkatkan keuntungan perusahaan. Sebab, bahan bakar dari ampas dan hasil konversi ini mampu sebagai pengganti BBM  Konsumsi BBM di PG-PG milik PTPN X mengalami penurunan. Tercatat konsumsi BBM sebesar Rp130 miliar pada tahun 2007 menjadi Rp4 Milliar pada tahun 2012.

Dengan rincian 1 liter bioetanol membutuhkan 5 kilogram (kg) ampas tebu. Kemudian, 5 kg  ampas tebu ini harganya Rp1.000. Dibanding menggunakan tetes tebu, 1 liter bioetanol membutuhkan 4 kg tetes tebu. Sementara harga 4 kg tebu itu sekitar Rp4.000.  Dengan mengembangkan ampas tebu menjadi bioetanol menjanjikan keuntungan yang cukup besar.optimalisasi ampas tebu ini juga dapat dijadikan salah satu indikator kinerja Pabrik Gula di lingkungan PTPN X. Sebuah Pabrik Gula sudah bisa menghasilkan ampas dalam proses produksi tidak perlu mengkonsumsi banyak BBM. Dengan memaksimalkan potensi ampas tebu ini memberi banyak manfaat dan menunjukkan indikator kinerja budidaya dan pengolahan.

Dalam tiga tahun terakhir PT Perkebunan Nasional (PTPN) X mampu memangkas biaya bahan bakar minyak saat musim giling tiba. Pengurangan biaya produksi secara signifikan bisa dilakukan karena memanfaatkan ampas tebu sebagai energi penegrak mesin giling. Pengalihan bahan bakar penggerak mesin produksi tidak sulit, karena sejak masa penjajahan Hindia Belanda, hampir seluruh pabrik gula di Indonesia disiapkan menggunakan energi dari ampas tebu. Sejak 1870, di Jawa Timur telah berdiri sejumlah pabrik gula dan hingga kini masih beroperasi.

Jawa timur bahkan menjadi lokomotif dalam kancah industri gula di Indonesia dengan kontribusi produksi gula nasional rata-rata antara 45 - 55 persen per tahun. Untuk mewujudkan efisiensi bahan bakar serta konservasi sumberdaya, PTPN X terus menekan BBM dalam proses produksinya dengan mengoptimalkan ampas tebu sebagai bahan bakar pengolahan. Perseroan telah berhasil menekan biaya BBM dari sekitar Rp 130 miliar pada 2007 menjadi hanya Rp 4 miliar pada 2012, tahun 2013 ditargetkan Rp 1,5 miliar, dan pada 2014 bebas dari biaya BBM. Apalagi PTPN X merupakan perusahaan gula pertama di

12

Page 14: Tugas Pemikiran Ekonomi

Indonesia yang memulai program diversifikasi dengan serius. Pabrik Gula Ngadiredjo (Kediri), sudah memulai program co-generation tahun 2012 dengan produksi listrik 2 Mega Watt (MW). Program co-generation mengolah ampas tebu menjadi listrik ini juga akan diterapkan di sejumlah Pabrik Gula milik PTPN X antara lain di Pabrik Gula Pesantren Baru (Kediri), Pabrik Gula Gempolkrep (Mojokerto).

Selama ini, tetes tebu dijual ke industri lain seperti pabrik makanan, sehingga nilai tambah minim. PTPN X juga bekerja sama dengan pihak ketiga untuk membangun pembangkit listrik tenaga biofuel dari limbah bioetanol yang memasok listrik ke pasar dan kepentingan PTPN X sendiri. Ke depan, setiap pengembangan usaha didesain secara terintegrasi untuk memaksimalkan produk turunan nongula, seperti pembangunan pabrik gula terintegrasi dengan pabrik bioetanol di Pulau Madura. Pabrik Gula ini nantinya akan menjalankan program co-generation. Langkah ini dinilai penting setelah mengalami kasus Pabrik Gula Gempolkrep di Mojokerto yang sempat diprotes bahkan berhenti produksi karena mencemari sungai akibat limbah.

PTPN X ingin menciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman di semua kompleks Pabrik Gula. Dana untuk pembenahan lingkungan di seluruh Pabrik Gula pada 2013 mencapai Rp 40,8 miliar atau hampir dua kali lipat dibanding anggaran pengelolaan lingkungan tahun 2012 sebesar Rp 13,5 miliar.

Pengelolaan limbah masih menjadi persoalan di industri gula, karena limbah tak bisa diolah dengan baik, sehingga produksi terhambat dan kinerja Pabrik Gula merosot. Padahal,semakin baik pengelolaan lingkungan, akan makin mengefisienkan biaya perusahaan. Sehingga mampu meningkatkan laba perusahaan. Sehingga pabrik gula bisa beroperasi lancar.

Adapun roadmap in-house keeping PTPN X terdiri atas tiga pilar, yaitu in-house keeping secara umum, revitalisasi sistem instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan manajemen penguatan sumber daya manusia(SDM). In-house keeping yang baik akan meningkatkan efisiensi serta kenyamanan di lingkungan pabrik gula bia menyamai situasi di sebuah pusat perbelanjaan modern.

Kondisi pabrik prima dan bersih berpengaruh pada tingkat kehilangan pol yang kecil. Pol adalah jumlah gula yang ada dalam setiap 100 gram larutan yang diperoleh dari teknis pengukuran di pabrik. Pabrik bisa menekan tingkat kehilangan bahan olahan sehingga bisa mengoptimalkan efisiensi. In-house keeping yang baik bisa mencegah kebocoran dan tumpahan dalam rantai produksi di pabrik gula. Swasembada gula Meningkatnya konsumsi masyarakat, otomatis beban 31 pabrik gula di provinsi ini bertambah. Secara nasional produksi gula mencapai 2,3 juta ton, sementara kebutuhan 5 juta ton, sehingga pemerintah perlu impor 2,7 juta ton atau (54 persen) berupa gula kristal putih dan gula kristal rafinasi untuk industri.

13

Page 15: Tugas Pemikiran Ekonomi

BAB 3

KESIMPULAN

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa limbah pabrik gula yang  terasa mempunyai konotasi mengganggu dan mencemari lingkungan tampaknya dapat diatasi  dengan baik oeh PTPN X, sehingga memberi manfaat pada lingkungan dan juga memberikan keuntungan yang besar bagi internal perusahaan. Upaya penanganan limbah cair dilakukan melalui elektrolisis cairan bekas analisa di laboratorium dan  mengolah limbah cair yang keluar dari pabrik gula dengan   biotray. Penanganan limbah padat dilakukan dengan cara menangkap debu hasil pembakaran ampas dengan dustcollector dan menanam  atau membakar limbah padat bekas analisa di laboratorium  kepembuangan. Upaya pencegahan limbah cair dan gas melalui penggunaan bahan penjernih aman lingkungan (PAL) dalam analisa di laboratorium, kontrol pembakaran ampas dan kontrol pemurnian nira. Upaya  pemanfaatan limbah padat melalui pemanfaatan ampas dan blotong sebagai bahan baku pupuk   kompos, ampas untuk energi listrik di perumahan dan tetes  sebagai bahan baku industri etanol, spiritus dan vitsin. Pemanfaatan kembali CO2 dari gas cerobong untuk pemurnian nira sebagai pengganti gas SO2. Dengan penanganan, pencegahan dan pemanfaatan limbah pabrik gula tersebut diharapkan program langit biru dan bumi hijau akan terlaksana dengan baik di sektor industri gula. Namun yang terpenting dari semua  pemanfaatan  limbah pabrik gula  tersebut adalah mempunyai prinsip menangani masalah limbah tanp menimbulkan masalah limbah baru yang berdampak lebih negatif pada lingkungan.

14

Page 16: Tugas Pemikiran Ekonomi

DAFTAR PUSTAKA

2011.”PTPN X mag majalah triwulan”.Volume 001

Sumedi .P Diananta.” PTPN X Optimalkan Ampas Tebu untuk Bioetanol “.15 Juni 2014. http://www.tempo.co/read/news/2013/10/10/092520873/PTPN-X-Optimalkan-Ampas-Tebu-untuk-Bioetanol.

Swetta Agnes.” Ampas Tebu pun Jadi Bahan Bakar “.15 Juni 2014. http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/01/29/15230175/Ampas.Tebu.pun.Jadi.Bahan.Bakar.

Arifin Nurul.” Kurangi Konsumsi BBM, PTPN X Optimalkan Ampas Tebu “.15 Juni 2014. http://economy.okezone.com/read/2013/10/10/320/879944/kurangi-konsumsi-bbm-ptpn-x-optimalkan-ampas-tebu.

2011.Laporan Tahunan Annual report PTPN X.

2012.Laporan Tahunan Annual report PTPN X.

15