tugas pandangan sosiolgi pada layanan kesehatan primer
DESCRIPTION
sosiologi, kesehatanTRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Gangguan kesehatan dapat datang dari lingkungan sosial. Manusia sering hidup dalam
lingkungan sosial yang membuat mereka marah, frustrasi atau cemas, dan perasaan-perasaan
demikian dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan. House, Landis dan Umberson
mengemukakan hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan antara hubungan sosial
dan kesehatan. Antara lain dikemukakan pada arti penting social support bagi kesehatan.1,2
Ancaman lingkungan terhadap kesehatan ditanggapi warga masyarakat dengan
berbagai ragam reaksi. Ada yang bermigrasi ke kawasan lain. Ada pula warga masyarakat
yang berupaya menanggulanginya. Kesadaran ataupun kecurigaan warga masyarakat bahwa
lingkungan fisik mereka menyebabkan penyakit kemudian sering diikuti dengan berbagai
bentuk tindakan terhadap mereka yang dianggap bertanggung jawab.3
Aspek fisik dan aspek non fisik merupakan aspek utama dalam masalah kesehatan
masyarakat. Aspek fisik merupakan suatu keadaan dimana ada tidaknya sarana kesehatan dan
pengobatan masyarakat, dan aspek non fisik lebih mengarah kepada tindakan atau perilaku
kesehatan. Pengetahuan, sikap, dan tindakan merupakan perwujudan dari perilaku individu.
Dengan memiliki pengetahuan dan sikap tentang kesehatan, maka individu akan bertindak
dan berperilaku yang berhubungan tentang kesehatan. Sehingga faktor perilaku memiliki
pengaruh besar bagi status kesehatan individu maupun masyarakat.3
Upaya mewujudkan kesehatan ini dilakukan oleh individu, kelompok masyarakat,
lembaga pemerintahan, ataupun swadaya masyarakat (LSM). Kesehatan perlu ditingkatkan
karena kesehatan itu relatif dan mempunyai bentangan yang luas. Oleh sebab itu upaya
kesehatan promotif mengandung makna bahwa kesehatan seseorang, kelompok, atau
individu, harus selalu diupayakan sampai tingkat yang optimal.2,3
Dalam mengoptimailkan kesehatan baik individu maupun kelompok maka diperlukan
pelayanan kesehatan yang dekat dengan masyarakat sekaligus yang menyentuh langsung
masalah kesehatan di lapangan. Pelayanan kesehatan primer (Primary health care) adalah
strategi yang dapat dipakai untuk menjamin tingkat minimal dari pelayanan kesehatan untuk
semua penduduk. Dengan demikian layanan kesehatan primer menjadi pelayanan yang
bersifat mendasar dan terdepan dalam melayani masyarakat sehingga dapat tercipta
masyarakat yang sehat. Sehat dalam hal ini tidah hanya keadaan sejahtera dari badan, jiwa
dan sosial juga yang memungkinkan hidup menjadi lebih produktif secara sosial dan
ekonomi.4
ISI
I. Pendekatan Sosiologi
Sosiologi terdiri dari kata socius = masyarakat dan logos = ilmu
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari masyarakat, perilaku sosial manusia (perilaku
kelompok, interaksi kelompok dan menganalisis pengaruh kegiatan kelompok pada
anggotanya) atau merupakan pengetahuan tentang hubungan sosial manusia & produk dari
hubungan tersebut.1
Sosiologi kesehatan merupakan suatu ilmu terapan sosiologi, kajian sosiologi dalam
konteks kesehatan sedangkan sosiologi kedokteran adalah studi tentang faktor-faktor sosial
dalam etiogi (penyebab), prevalensi (angka kejadian), profesi kedokteran & hubungan dokter-
masyarakat, perilaku kesehatan, pengaruh norma sosial terhadap perilaku, interaksi antar
petugas & petugas kesehatan-masyarakat. Prinsip dasar dengan penerapan konsep & metode
sosiologi dalam mendeskripsikan, menganalisis, memecahkan masalah kesehatan.2
Peran Sosiolog :
• Sebagai ahli riset : penelitian ilmiah & pembinaana pola pikir terhadap masyarakat
• Konsultan kebijakan : menganalisis fakta sosial, dinamika sosial & kecenderungan
proses serta perubahan sosial
• Teknisi dalam perencanaan & pelaksanaan program kegiatan masyarakat
• Peran sebagai pendidik kesehatan : wawasan & pemahaman terhadap tenaga kesehatan/
pengambil kebijakan kesehatan
Manfaat Sosiologi bagi kesehatan :
– Mempelajari cara orang meminta pertolongan medis
– Mengetahui latar belakang sosial-ekonomi masyarakat dalam pemanfaatan layanan
kesehatan
– Menganalisis faktor – faktor sosial dalam hubungannya dg etiologi penyakit
– Menganalisis fakta – fakta sosial (sakit, cacat fisik)
A. Pendekatan Sosiologi tentang Kesehatan
Dari sudut pandang medis, kesehatan ialah ketiadaan gejala dan tanda penyakit. Menurut
WHO kesehatan itu mencakup baik kesejahteraan fisik, mental maupun sosial dan tidak semata-
mata terbatas pada ketiadaan penyakit. Blum mengemukakan bahwa kesehatan manusia terdiri
atas tiga unsur, yaitu kesehatan somatik, kesehatan psikis, dan kesehatan sosial. Definisi yang
menyerupai definisi WHO kita jumpai dalam UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.1
Menurut definisi Parson seseorang dianggap sehat manakala ia mempunyai kapasitas
optimum untuk melaksanakan peran dan tugas yang telah dipelajarinya melalui proses sosialisasi,
lepas dari soal apakah secara ilmu kesehatan ia sehat atau tidak. Menurut Parson pula, kesehatan
sosiologis seseorang bersifat relatif karena tergantung pada peran yang dijalankannya dalam
masyarakat. Parson memandang masalah kesehatan dari sudut pandang kesinambungan sistem
sosial. Dari sudut pandang ini tingkat kesehatan terlalu rendah atau tingkat penyakit terlalu tinggi
mengganggu berfungsinya sistem sosial karena gangguan kesehatan menghalangi kemampuan
anggota masyarakat untuk dapat melaksanakan peran sosialnya. Selain mengganggu berfungsinya
manusia sebagai suatu sistem biologis, penyakit pun mengganggu penyesuaian pribadi dan sosial
seseorang.2,3
Anggota masyarakat yang merasakan penyakit akan menampilkan perilaku sakit. Menurut
Mechanic perilaku sakit merupakan perilaku yang ada kaitannya dengan penyakit. Di bidang
sosiologi kesehatan dikenal pula konsep lain yang berkaitan, yaitu perilaku upaya kesehatan.
B. Pendekatan Sosiologi tentang Penyakit
Dalam sosiologi kesehatan dikenal perbedaan antara konsep penyakit (disease) dan sakit
(illness). Menurut Field disease adalah konsep medis mengenai keadaan tubuh tidak normal yang
menurut para ahli dapat diketahui dari tanda dan gejala tertentu. Sarwono merumuskan disease
sebagai gangguan fungsi fisiologis organisme sebagai akibat infeksi atau tekanan lingkungan,
baginya disease bersifat objektif.3
Bagi Field illness adalah perasaan pribadi seseorang yang merasa kesehatannya terganggu.
Sarwono merumuskan illness sebagai penilaian individu terhadap pengalaman menderita
penyakit, baginya maupun bagi Field illness bersifat subjektif. Sarwono pun menerjemahkan
istilah disease menjadi penyakit dan illness menjadi sakit.3
Dalam setiap masyarakat dijumpai suatu sistem medis. Menurut definisi Foster, sistem
medis mencakup semua kepercayaan tentang usaha meningkatkan kesehatan dan tindakan serta
pengetahuan ilmiah maupun keterampilan anggota kelompok yang mendukung sistem tersebut.
Foster mengidentifikasikan pula beberapa unsur universal dalam berbagai sistem medis tersebut.3
Masyarakat berkepentingan terhadap pengendalian mortalitas dan morbiditas. Menurut
Parson ini disebabkan karena penyakit mengganggu berfungsinya seseorang sebagai anggota
masyarakat dan penyakit yang mengakibatkan kematian dini dapat merugikan kepentingan
masyarakat yang telah mengeluarkan biaya besar bagi kelahiran, pengasuhan dan sosialisasi
anggota masyarakat.1,3
Penyakit merupakan suatu produk budaya. Sejumlah pengamat masalah kesehatan
mengemukakan bahwa penyakit merupakan konstruksi sosial. Contoh mengenai penyakit sebagai
konstruksi sosial ini antara lain disajikan oleh Conrad dan Kern, yang membahas konstruksi
sosial perempuan sebagai makhluk lemah dan tidak rasional yang terkungkung oleh faktor khas
keperempuanan seperti organ reproduktif dan keadaan jiwa mereka, dan kecenderungan untuk
mengkonstruksikan sindrom pramenstruasi dan menopause sebagai gangguan kesehatan yang
memerlukan terapi khusus.3
II. Pelayanan Kesehatan Primer
Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang digunakan dalam memberikan layanan kesehatan kepada
masyarakat. Definisi pelayanan kesehatan menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo adalah sebuah sub sistem
pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif ( peningkatan
kesehatan ) dengan sasaran masyarakat. Sedangkan menurut Depkes RI, 2009 pelayanan kesehatan adalah setiap
upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan,
keluarga, kelompok dan atupun masyarakat.3,4
Tujuan Pelayanan Kesehatan :
1. Promotif (memelihara dan meningkatkan kesehatan), hal ini diperlukan misalnya dalam
peningkatan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan.
2. Preventif (pencegahan terhadap orang yang berisiko terhadap penyakit), terdiri dari :
a. Preventif primer.
Terdiri dari program pendidikan, seperti imunisasi,penyediaan nutrisi yang baik, dan
kesegaran fisik.
b. Preventif sekunder.
Terdiri dari pengobatan penyakit pada tahap dini untuk membatasi kecacatan dengan
cara mengindari akibat yang timbul dari perkembangan penyakit tersebut.
c. Preventif tersier.
Pembuatan diagnosa ditunjukan untuk melaksanakan tindakan rehabilitasi, pembuatan
diagnosa dan pengobatan.
3. Kuratif (penyembuhan penyakit).
4. Rehabilitasi (pemulihan), usaha pemulihan seseorang untuk mencapai fungsi normal
atau mendekati normal setelah mengalami sakit fisik atau mental , cedera atau
penyalahgunaan.
Bentuk pelayanan kesehatan adalah:3
1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primer)
Pelayanan yang lebih mengutamakan pelayanan yang bersifat dasar dan dilakukan
bersama masyarakat dan dimotori oleh dokter umum (Tenaga Medis), perawat mantri
(Tenaga Paramedis). Pelayanan kesehatan primer (primary health care), atau pelayanan
kesehatan masyarakat adalah pelayanan kesehatan yang paling depan, yang pertama
kali diperlukan masyarakat pada saat mereka mengalami gangguan kesehatan atau
kecelakaan. Primary health care pada pokoknya ditunjukan kepada masyarakat yang
sebagian besarnya bermukim di pedesaan, serta masyarakat yang berpenghasilan
rendah di perkotaan. Pelayanan kesehatan ini sifatnya berobat jalan (Ambulatory
Services). Diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat yang sehat
untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Contohnya :
Puskesmas, Puskesmas keliling, klinik.
2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua (sekunder)
Pelayanan kesehatan sekunder adalah pelayanan yang lebih bersifat spesialis dan
bahkan kadang kala pelayanan subspesialis, tetapi masih terbatas. Pelayanan kesehatan
sekunder dan tersier (secondary and tertiary health care), adalah rumah sakit, tempat
masyarakat memerlukan perawatan lebih lanjut (rujukan). Di Indonesia terdapat
berbagai tingkat rumah sakit, mulai dari rumah sakit tipe D sampai dengan rumah sakit
kelas A. Pelayanan kesehatan dilakukan oleh dokter spesialis dan dokter subspesialis
terbatas. Pelayanan kesehatan ini sifatnya pelayanan jalan atau pelayanan rawat
(inpantient services). Diperlukan untuk kelompok masyarakat yang memerlukan
perawatan inap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan primer.
Contoh : Rumah Sakit tipe C dan Rumah Sakit tipe D.
3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tersier)
Pelayanan kesehatan tersier adalah pelayanan yang lebih mengutamakan pelayanan
subspesialis serta subspesialis luas. Pelayanan kesehatan dilakukan oleh dokter
subspesialis dan dokter subspesialis luas. Pelayanan kesehatan ini sifatnya dapat
merupakan pelayanan jalan atau pelayanan rawat inap (rehabilitasi). Diperlukan untuk
kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan
kesehatan sekunder. Contohnya: Rumah Sakit tipe A dan Rumah sakit tipe B
Pelayanan kesehatan primer (PHC) adalah strategi yang dapat dipakai untuk menjamin
tingkat minimal dari pelayanan kesehatan untuk semua penduduk. PHC menekankan pada
pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah
dan sosial yang dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam
masyarakat, melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau
oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setaip tingkat perkembangan mereka dalam
semangat untuk hidup mandiri (self reliance) dan menentukan nasib sendiri (self
Detemination).4
PHC merupakan hasil pengkajian, pemikiran, pengalaman dalam pembangunan
kesehatan dibanyak negara yang diawali dengan kampanye masal pada tahun 1950-an dalam
pemberantasan penyakit menular, karena pada waktu itu banyak negara tidak mampu
mengatasi dan menaggulangi wabah penyakit TBC, Campak, Diare dan sebagainya.5
Pada tahun 1960 teknologi Kuratif dan Preventif dalam struktur pelayanan kesehatan
telah mengalami kemajuan. Sehingga timbulah pemikiran untuk mengembangkan konsep
”Upaya Dasar Kesehatan”. Pada tahun 1972/1973, WHO mengadakan studi dan
mengungkapkan bahwa banyak negara tidak puas atas sistem kesehatan yang dijalankan dan
banyak isu tentang kurangnya pemerataan pelayanan kesehatan di daerah – daerah pedesaan.
Akhirnya pada tahun 1977 dalam Sidang Kesehatan Sedunia ( World Health Essembly )
dihasilkan kesepakatan ”Health For All by The Year 2000 atau Kesehatan Bagi Semua Tahun
2000, dengan Sasaran Semesta Utamanya adalah :”Tercapainya Derajat Kesehatan yang
Memungkinkan Setiap Orang Hidup Produktif Baik Secara Soial Maupun Ekonomi”.5,6
Health For All by the Year 2000 (HFA 2000) atau sehat untuk semua ditahun 2000 adalah
merupakan target resmi dari bangsa-bangsa yang tergabung dalam WHO. Pada tahun 1978, dalam
konferensi Alma Ata ditetapkan prinsip-prinsip PHC sebagai pendekatan atau strategi global
guna mencapai kesehatan bagi semua. Lima prinsip PHC sebagai berikut:4
a. Pemerataan upaya kesehatan
Distribusi perawatan kesehatan menurut prinsip ini yaitu perawatan primer dan layanan
lainnya untuk memenuhi masalah kesehatan utama dalam masyarakat harus diberikan
sama bagi semua individu tanpa memandang jenis kelamin, usia, kasta, warna, lokasi
perkotaan atau pedesaan dan kelas sosial.
b. Penekanan pada upaya preventif
Upaya preventif adalah upaya kesehatan yang meliputi segala usaha, pekerjaan dan
kegiatan memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan dengan peran serta individu
agar berprilaku sehat serta mencegah berjangkitnya penyakit.
c. Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan
Teknologi medis harus disediakan yang dapat diakses, terjangkau, layak dan diterima
budaya masyarakat (misalnya penggunaan kulkas untuk vaksin cold storage).
d. Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian
Peran serta atau partisipasi masyarakat untuk membuat penggunaan maksimal dari lokal,
nasional dan sumber daya yang tersedia lainnya. Partisipasi masyarakat adalah proses di
mana individu dan keluarga bertanggung jawab atas kesehatan mereka sendiri dan orang-
orang di sekitar mereka dan mengembangkan kapasitas untuk berkontribusi dalam
pembangunan masyarakat. Partisipasi bisa dalam bidang identifikasi kebutuhan atau
selama pelaksanaan.
Masyarakat perlu berpartisipasi di desa, lingkungan, kabupaten atau tingkat pemerintah
daerah. Partisipasi lebih mudah di tingkat lingkungan atau desa karena masalah
heterogenitas yang minim.
e. Kerjasama lintas sektoral dalam membangun kesehatan
Pengakuan bahwa kesehatan tidak dapat diperbaiki oleh intervensi hanya dalam sektor
kesehatan formal; sektor lain yang sama pentingnya dalam mempromosikan kesehatan
dan kemandirian masyarakat. Sektor-sektor ini mencakup, sekurang-kurangnya:
pertanian (misalnya keamanan makanan), pendidikan, komunikasi (misalnya
menyangkut masalah kesehatan yang berlaku dan metode pencegahan dan pengontrolan
mereka); perumahan; pekerjaan umum (misalnya menjamin pasokan yang cukup dari air
bersih dan sanitasi dasar) ; pembangunan perdesaan; industri; organisasi masyarakat
(termasuk Panchayats atau pemerintah daerah , organisasi-organisasi sukarela , dll).
Konsep pelayanan primer merupakan pelayanan kesehatan essensial yang dibuat dan
bisa terjangkau secara universal oleh individu dan keluarga di dalam masyarakat. fokus dari
pelayanan kesehatan primer luas jangkauannya dan merangkum berbagai aspek masyarakat
dan kebutuhan kesehatan. PHC merupakan pola penyajian pelayanan kesehatan dimana
konsumen pelayanan kesehatan menjadi mitra dengan profesi dan ikut seerta mencapai tujuan
umum kesehatan yang lebih baik.2,4
Tujuan umum mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang
diselenggarakan sehingga akan dicapai tingkat kepuasaan pada masyarakat yang menerima
pelayanan. Tujuan khusus adalah pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang
dilayani, pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dialami, pelayanan harus
berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayani, serta pelayanan harus secara
maksimum menggunakan tenaga dan sumber-sumber daya lain dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat. Adapun ciri-ciri layanan kesehatan primer :4
1. Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat,
2. Pelayanan yang menyeluruh,
3. Pelayanan yang terorganisasi,
4. Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat,
5. Pelayanan yang berkesinambungan,
6. Pelayanan yang progresif,
7. Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga serta pelayanan yang tidak berpandangan
kepada salah satu aspek saja.
Ruang Lingkup Layanan Kesehatan Primer :4
1. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta
pengendaliannya.
2. Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi
3. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar.
4. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
5. Immuniasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama
6. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemik setempat
7. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa.
8. Penyediaan obat-obat essensial.
Pelaku primary health care adalah pemerintah dan swasta. Di jajaran pemerintah, PHC
dilaksanakan oleh Puskesmas dan jejaringnya. Sedangkan di kalangan swasta, PHC
dilaksanakan oleh dokter praktik, bidan praktik, dan bahkan oleh pengobat tradisional
(Battra). Reformasi PHC yang mengadopsi pendekatan WHO dalam the WHO Annual Report
2008 dengan judul: “Primary Health Care, Now More Than Ever”, terdiri empat pilar yaitu:6
1. Reformasi pembiayaan kesehatan, pembiayaan pemerintah lebih diarahkan pada upaya
kesehatan masyarakat (public goods) dan pelayanan kesehatan bagi orang miskin,
2. Reformasi kebijakan kesehatan, kebijakan kesehatan harus berbasis fakta (evidence
based public health policy),
3. Reformasi kepemimpinan kesehatan (kepemimpinan kesehatan harus bersifat inklusif,
partisipatif, dan mampu menggerakkan lintas sektor melalui kompetensi advokasi)
4. Reformasi pelayanan kesehatan (pelayanan kesehatan dasar harus mengembangkan
sistem yang kokoh dalam konteks puskesmas dengan jejaringnya serta dengan
suprasistemnya (Dinkes Kab/kota, dan RS Kab/Kota)
Tanggung jawab tenaga kesehatan dalam PHC lebih dititik beratkan kepada hal-hal
sebagai berikut :
a. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan implementasi
pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan
b. Kerjasama dengan masyarakat, keluarga, dan individu
c. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik asuhan diri sendiri pada masyarakat
d. Memberikan bimbingan dan dukungan kepada petugas pelayanan kesehatan dan kepada
masyarakat
e. Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat.
Di Indonesia, PHC memiliki 3 (tiga) strategi utama, yaitu kerjasama multisektoral,
partisipasi masyarakat, dan penerapan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dengan
pelaksanaan di masyarakat. Menurut Deklarasi Alma Ata (1978) PHC adalah kontak pertama
individu, keluarga, atau masyarakat dengan sistem pelayanan. Pengertian ini sesuai dengan
definisi Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009, yang menyatakan bahwa Upaya
Kesehatan Primer adalah upaya kesehatan dasar dimana terjadi kontak pertama perorangan
atau masyarakat dengan pelayanan kesehatan.4
Dalam mendukung strategi PHC yang pertama, Kementerian Kesehatan RI mengadopsi
nilai inklusif, yang merupakan salah satu dari 5 nilai yang harus diterapkan dalam
pelaksanaan pembangunan kesehatan, yaitu pro-rakyat, inklusif, responsif, efektif, dan bersih.
Strategi PHC yang kedua, sejalan dengan misi Kementerian Kesehatan, yaitu :4
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat,
termasuk swasta dan masyarakat madani;
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang
paripurna, merata bermutu dan berkeadilan;
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan; dan
4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
Di Indonesia, pelaksanaan Primary Health Care secara umum dilaksanakan melaui
pusat kesehatan dan di bawahnya (termasuk sub-pusat kesehatan, pusat kesehatan berjalan)
dan banyak kegiatan berbasis kesehatan masyarakat seperti Rumah Bersalin Desa dan
Pelayanan Kesehatan Desa seperti Layanan Pos Terpadu (ISP atau Posyandu).
Untuk strategi ketiga, Kementerian Kesehatan saat ini memiliki salah satu program
yaitu saintifikasi jamu yang dimulai sejak tahun 2010 dan bertujuan untuk meningkatkan
akses dan keterjangkauan masyarakat terhadap obat-obatan. Program ini memungkinkan
jamu yang merupakan obat-obat herbal tradisional yang sudah lazim digunakan oleh
masyarakat Indonesia, dapat teregister dan memiliki izin edar sehingga dapat diintegrasikan
di dalam pelayanan kesehatan formal. Untuk mencapai keberhasilan penyelenggaraan PHC
bagi masyarakat, diperlukan kerjasama baik lintas sektoral maupun regional, khususnya di
kawasan Asia Tenggara.
III. Masyarakat Sehat
A. Individu & Masyarakat
Individu berasal dari kata Individuum artinya yang tak terbagi. Individu memiliki
jasmani - rohani (fisik-psikis) yang menyatu atau utuh. Setiap individu memiliki
keunikan tersendiri dan tidak ada orang yang persis sama. Manusia sebagai makhluk
sosial tunduk pada aturan maupun norma sosial. Dengan demikian dapat
mengembangkan potensi yang ada didalam dirinya bila hidup bersama orang lain.2
Masyarakat adalah suatu kelompok manusia di bawah tekanan kebutuhan dan
pengaruh kepercayaan, ideal dan tujuan, tersatukan dalam suatu rangkaian kesatuan
kehidupan bersama. Unsur dasar masyarakat :2
– Interaksi antar individu tindakan yang saling berkaitan
– Hubungan antar-individu terbentuk dalam satu komunikasi yang saling
ketergantungan (interdependensi)
– Menempati wilayah ukuran kecil maupun sangat luas
– Adaptasi budaya daya / kekuatan internal masyarakat untuk menyesuaikan diri dgn
perubahan sosial
– Memiliki identitas
– Kelompok perkumpulan secara formal
Berdasarkan tingkah lakunya, masyarakat dapat digolongkan sebagai :
– Social episode : bereaksi thd seseorang dalam hubungannya dg orang lain
– Potentially social episode : tidak bereaksi walaupun hanya terhadap satu orang saja
yang dihadapinya sikap tidak kooperatif
– Nonsocial episode : apatis, menyendiri atau egois
Masyarakat pedesaan yaitu warga memiliki hubungan yang lebih erat. Sistem
kehidupan berkelompok atas dasar kekeluargaan. Umumnya hidup dari pertanian.
Golongan orang tua memegang peranan penting. Dari sudut pemerintah, hubungan antara
penguasa & rakyat bersifat informal dimana perhatian masyarakat lebih pada keperluan
utama kehidupan dan kehidupan keagamaan lebih kental. Sekarang, banyak berurbanisasi
ke kota.2
Masyarakat perkotaan jumlah penduduknya tidak tentu dan cenderung bersifat
individualistis. Pekerjaan lebih bervariasi, lebih tegas batasannya & lebih sulit mencari
pekerjaan. Perubahan sosial terjadi secara cepat, menimbulkan konflik antara golongan
muda dengan golongan orang tua. Interaksi antar individu lebih disebabkan faktor
kepentingan daripada faktor pribadi. Perhatian lebih pada penggunaan kebutuhan hidup
yang dikaitkan dengan masalah prestise. Kehidupan keagamaan lebih longgar serta
banyak migran yang berasal dari daerah berakibat pengangguran, naiknya kriminalitas,
dll.2
Komunitas adalah masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (geografis )
dgn batas-batas tertentu, dimana faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang
lebih dibandingkan dg penduduk di luar batas wilayahnya Kriteria klasifikasi
masyarakat:2
– Jumlah penduduk
– Luas, kekayaan & kepadatan penduduk
– Fungsi khusus thd seluruh masyarakat
– Organisasi masyarakat setempat yang bersangkutan
B. Konsep umum tentang kesehatan2,3
• Health for all : kesehatan adalah kebutuhan setiap individu dari berbagai kalangan
status kesehatan (sakit–sehat), ekonomi (kaya-miskin), sosial (kelas atas-bawah),
geografik (desa-kota) dan psikologi perkembangan (bayi, anak, remaja, dewasa,
manula), promotif (peningkatan), preventif (pencegahan), kuratif (penyembuhan),
rehabilitatif (perbaikan).
• All for health : seluruh aktifitas manusia terkait dan berpengaruh thd kesehatan
• Perspektif nilai kesehatan : kemampuan menggali unsur budaya/sumber daya alam
untuk kesehatan
• Dimensi kesehatan manusia :
1. Jasmaniah material keseimbangan nutrisi
2. Kesehatan fungsional organ energi aktivitas jasmaniah
3. Kesehatan pola sikap dikendalikan pikiran
4. Kesehatan emosi-rohaniah aspek spiritual keagamaan
C. Upaya Kesehatan
Upaya kesehatan ialah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan/ atau masyarakat. Hal ini berarti bahwa
peningkatan kesehatan ini, baik kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat, harus
diupayakan. Upaya mewujudkan kesehatan ini dilakukan oleh individu, kelompok
masyarakat, lembaga pemerintahan, ataupun swadaya masyarakat (LSM). Upaya
mewujudkan kesehatan tersebut, dapat dilihat dari dua aspek, yakni pemeliharaan
kesehatan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan mencakup dua aspek,
yaitu aspek kuratif (pengobatan penyakit) dan aspek rehabilitatif (pemulihan kesehatan
setelah sembuh dari sakit atau cacat). Sedang peningkatan kesehatan mencakup 2 aspek,
aspek preventif (pencegahan penyakit) dan aspekpromotif (peningkatan kesehatan itu
sendiri). Kesehatan perlu ditingkatkan karena kesehatan itu relatif dan mempunyai
bentangan yang luas. Oleh sebab itu upaya kesehatan promotif mengandung makna
bahwa kesehatan seseorang, kelompok, atau individu, harus selalu diupayakan sampai
tingkat yang optimal.4
Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan diwujudkan dalam suatu wadah
pelayanan kesehatan yang disebut sarana kesehatan. Jadi sarana kesehatan adalah tempat
yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya penyelenggaraan
pelayanan kesehatan, pada umunmya dibedakan menjadi tiga, yaitu :2,4
- Sarana pemeliharaan kesehatan primer (primary care)
Sarana atau pelayanan kesehatan bagi kasus-kasus atau penyakit ringan. Sarana
kesehatan primer ini adalah sarana yang paling dekat pada masyarakat, artinya,
pelayanan kesehatan paling pertama yang menyentuh masalah kesehatan di masyarakat.
Misalnya puskesmas, poliklinik, dokter praktik swasta, dan sebagainya.
- Sarana pemeliharaan kesehatan tingkat dua (secondary care)
Sarana atau pelayanan kesehatan rujukan bagi kasus-kasus atau penyakit-penyakit dari
sarana pelayanan kesehatan primer. Artinya, sarana pelayanan kesehatan ini menangani
kasus-kasus yang tidak atau belum bisa ditangani oleh sarana kesehatan primer karena
peralatan atau keahliannya belum ada. Misalnya puskesmas dengan rawat inap
(puskesmas pusat), rumah sakit kabupaten, rumah sakit tipe D dan C, dan rumah
bersalin.
- Sarana pemeliharaan kesehatan tingkat tiga (tertier care)
Sarana pelayanan kesehatan rujukan bagi kasus-kasus yang tidak dapat ditangani oleh
sarana-sarana pelayanan kesehatan primer dan pelayanan kesehatan sekunder. Misalnya
rumah sakit provinsi, rumah sakit tipe B atau A.
PENUTUP
Setiap individu ingin hidup sehat. Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya
terbebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang
meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual. Pendekatan sosiologi bagi kesehatan
bermanfaat untuk mempelajari cara orang meminta pertolongan medis, mengetahui latar
belakang sosial – ekonomi masyarakat dalam pemanfaatan layanan kesehatan, menganalisis
faktor – faktor sosial dalam hubungannya dengan etiologi penyakit serta menganalisis fakta
– fakta sosial (sakit, cacat fisik). Pelayanan kesehatan merupakan upaya yang dilakukan
sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara kesehatan, mencegah
dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan.
Primary Health Care ( PHC ) atau pelayanan kesehatan primer menjadi ujung tombak
layanan kesehatan di masyarakat. Pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan kepada
metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum baik oleh
individu maupun keluarga dalam masyarakat melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta
dengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap
tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri (self reliance) dan
menentukan nasib sendiri (self determination).
Sarana pelayanan kesehatan primer di samping melakukan pelayanan kuratif, juga
melakukan pelayanan rehabilitatif, preventif, dan promotif. Oleh sebab itu puskesmas,
dikatakan melakukan pelayanan kesehatan yang komprehensif (preventif, promotif, kuratif,
dan rehabilitatif). Berdasarkan empat dimensi kesehatan yakni fisik, mental, sosial, dan
ekonomi, maka pelayanan kesehatan tersebut harus juga melakukan pelayanan kesehatan
fisik, mental, sosial, dan bahkan ekonomi. Dalam realisasi sosial memang keempat aspek
tersebut sulit dipisahkan, oleh karena itu pelayanan kesehatan yang baik adalah bersifat
holistik, artinya mencakup keempat jenis pelayanan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Momon Sudarma. Sosiologi untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. 2008.
2. White Kevin. Pengantar Sosiologi Kesehatan dan Penyakit Edisi 3. Jakarta: Rajawali
Pers. 2011.
3. Soekidjo Notoatmojo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2009.
4. Depkes RI. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta. 2009. Available from:
www.depkes.go.id/sistem/kesehatan/nasional.html (6 Oktober 2014)
5. WHO. Primary Health Care Now More Than Ever. 2008. Available from:
http://www.who.int/whr/2008/whr08_en.pdf. (6 Oktober 2014)
6. Depkes. Implementasi Primary Helath Care di Indonesia. 2010. Available from :
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1558-implementasi-primary-
health-care-di-indonesia.html (6 Oktober 2014)
Pendekatan Sosiologi pada Pelayanan Kesehatan Primer Menuju
Masyarakat yang Sehat
Disusun oleh :
KELOMPOK 6
1. Juriko Piter Pandean
2. Linda Pengalila
3. Krety Welong
4. Renny Limboki
5. Vania Soplanit
6. Dame Angjelina Sitorus
7. Arini Sylvia Ayusangiang
8. Justitia N Lantu
9. Lyanda Watung
PASCASARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2 0 1 4
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................ I
PENDAHULUAN ................................................................... 1
ISI ............................................................................................. 2
PENDEKATAN SOSIOLOGI ........................................... 2
LAYANAN KESEHATAN PRIMER ............................... 4
MASYARAKAT SEHAT ................................................... 10
PENUTUP ................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 14