tugas p3tt analisa ta
DESCRIPTION
tugas sistem tenagaTRANSCRIPT
TUGAS ANALISIS
MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR
FUAD HIDAYANTO - L2F 002 579
”PERHITUNGAN OUTAGE RATE AKIBAT SAMBARAN KILAT TIDAK
LANGSUNG PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV (STUDI KASUS :
FEEDER SRL 4 GI SRONDOL)”
Disusun Oleh :
- Muhammad Addin B (21060111120009)
- Seno Yudho P. Ritonga (21060111120015)
- Tri Ujianto (21060111130059)
- Arif Setiawan (21060111130073)
- Rizky Pranata B (21060111130097)
- Ladislaus Risangpajar (21060111130109)
- Rainerus Alva Jati P. (21060111130102)
- Muhammad Hadyan Raif (21060111110124)
- Dony Prahasto (21060111110125)
- Henri Matius Naibaho (21060111140134)
- Aries Frananda Panjaitan (21060111140147)
- Lambertus Sinaga (21060111140156)
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan energi listrik di Indonesia baik dalam bidang konsumsi
maupun dalam bidang produksinya semakin meningkat dari tahun ketahun.
Perkembangan yang pesat ini haruslah diikuti dengan perbaikan dalam bidang
mutu energi listrik yang dihasilkan. Dimana energi listik yang dihasilkan harus
berkualitas dan memiliki kehandalan yang tinggi, baik dari segi teknis maupun
ekonomis. Dari segi teknis yang menjadi parameter kebaikan energi listrik yaitu
tegangan, frekuensi dan kehandalan.
Tegangan dan frekuensi yang dihasilkan oleh suatu pembangkit harus
mempunyai besaran yang tertentu dengan suatu penyimpangan yang diijinkan.
Kehandalan merupakan angka yang menunjukkan kemampuan pembangkit
menyalurkan energinya ke konsumen dalam batas mutu yang diijinkan. Jadi
merupakan kontinyuitas pelayanan energi. Adanya gangguan yang terjadi pada
sistem akan mengakibatkan turunnya kesinanggungan penyaluran energi listrik.
Salah satu gangguan yang sering terjadi adalah gangguan tegangan lebih pada
daerah penyaluran baik transmisi maupun distribusi.
Kondisi daerah Indonesia yang mempunyai tingkat kerapatan kilat yang
tinggi dan curah hujan yang besar menyebabkan banyaknya gangguan yang terjadi
akibat sambaran kilat baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada saluran
distribusi pengaruh sambaran kilat tidak langsung memegang peranan yang lebih
besar dibandingkan sambaran langsung. Terkait dengan hal ini maka perlu
dihitung besarnya angka keluaran akibat sambaran kilat tidak langsung yang
menunjukkan tingkat kehandalan sistem.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan analisa makalah seminar tugas akhir ini adalah
1. Mempelajari mengenai contoh dari penulisan makalah seminar tugas akhir.
2. Mengetahui perhitungan besarnya tegangan induksi yang dihasilkan oleh
sambaran kilat tidak langsung dan mengetahui angka keluarannya.
2
3. Mengetahui besarnya tegangan induksi dan outage rate pada feeder Srl 4
GI Srondol.
4. Memenuhi tugas mata kuliah “Gejala Medan Tinggi” yang diampu oleh
Bapak Abdul Syakur, ST. MT.
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam penulisan makalah ini hanya membahas mengenai penelitian yang
dilakukan oleh penulis makalah seminar tugas akhir yang kami analisa. Adapun
batasan masalah pada makalah seminar TA tersebut adalah :
1. Jaringan yang digunakan adalah feeder utama Srl 4 GI Srondol 20 kV tiga
fasa, bukan pada feeder cabang.
2. Tidak dibahas jaringan satu fasa dan double circuit.
3. Perhitungan angka keluaran yang dilakukan akibat sambaran tidak
langsung saja, perhitungan akibat sambaran langsung tidak dilakukan.
4. Perhitungan tegangan induksi dan angka keluaran didasarkan pada metode
RUSCK.
5. Tidak dibahas mengenai sistem proteksi saluran.
6. IKL yang digunakan berdasarkan hasil pengamatan BMG (Badan
Geofisika dan Meteorologi) untuk wilayah semarang dan sekitarnya
sebesar 154 hari guruh / tahun.
1.4 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan serta pemahaman terhadap topik yang
sedang dibahas, maka dibuat sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang permasalahan, tujuan, pembatasan masalah, dan
sistematika penulisan.
BAB II PEMBAHASAN
Berisi tujuan percobaan, dasar teori, pengujian alat, analisa
pembahasan, dan penutup.
BAB III PENUTUP
Berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
3
PEMBAHASAN
2.1 Hasil Penelitian
Penelitian yang disusun oleh Fuad Hidayanto bertujuan untuk mengetahui
besarnya tegangan induksi yang dihasilkan oleh sambaran kilat tidak langsung dan
mengetahui angka keluaran (Outage Rate) pada feeder utama SRL 04 GI Srondol
20 kV tiga fasa. Penelitian dilakukan dengan menggunakan perhitungan tegangan
induksi dan angka keluaran didasarkan pada metode RUSCK. Perhitungan angka
keluaran (outage rate) didasarkan pada asumsi bahwa bila ada tegangan induksi
yang melebihi batas ketahanan impuls isolator (V50%) maka penghantar akan
terganggu. Dimana semakin kecil angka keluaran menunjukkan bahwa tingkat
kehandalan energi listrik semakin baik.
Berdasarkan metode RUSCK, diberikan persamaan sebagai berikut
…………… (2.1)
Harga c/co = 0,1 sampai 0,5 jadi
…………… (2.2)
Tegangan induksi pada saluran di titik yang jauh dari sambaran, yaitu saat x = ± ∞
maka diperoleh nilai
…………… (2.3)
di mana :
Vi = tegangan induksi pada kawat, dalam kV
Io = besar arus kilat, dalam kA
h = tinggi rata-rata di atas tanah, dalam m
y = jarak horizontal antara sambaran kilat dengan kawat, dalam m
4
Bila saluran itu dilengkapi dengan kawat tanah, maka besar tegangan induksi
pada kawat fasa adalah
…………… (2.4)
dimana :
V’i = tegangan induksi dengan kawat tanah, kV
Vi = tegangan induksi tanpa kawat tanah, kV
Z22 = impedansi surja sendiri , ohm
Z12 = impedansi surja bersama , ohm
h1 = tinggi rata-rata kawat fasa, meter
h2 = tinggi rata-rata kawat tanah, meter
R = tahanan pentanahan, ohm
Jumlah sambaran pada daerah Δy untuk panjang 100 km saluran,
ΔN = 0,015 IKL Δy .........………….(2.5)
dimana :
ΔN = Jumlah sambaran
IKL = Jumlah sambaran petir dalam 1 tahun
Δy = Bidang sambar , dalam m
Gambar 2.1 Saluran udara tegangan menengah dengan kawat tanah
Menurut persamaan (2.3), besar tegangan induksi kawat,
5
Supaya tegangan induksi sama atau melebihi ketahanan impuls isolasi V50%
Probabilitas arus yang demikian diperoleh dari persamaan
atau
Jadi jumlah sambaran pada bidang Δy yang dapat menimbulkan tegangan
melebihi V50% adalah,
Bila Δy dibuat kecil sekali, Δy berubah menjadi dy dan ΔNFL berubah
menjadi dNFL, dan setelah dilakukan integrasi dari ymin (=2h1,09) sampai ymaks (=
tak terhingga) untuk kedua sisi saluran diperoleh,
atau
………………………(2.6)
Persamaan (2.6) di atas adalah untuk keadaan tidak ada kawat tanah. Bila
ada kawat tanah maka menurut persamaan (2.4)
6
di mana :
FP = faktor perisaian
h = tinggi kawat fasa, m
y = jarak sambaran petir terhadap saluran, m
Dari persamaan
Jadi jumlah lompatan api adalah :
………… (2.7)
Tidak semua lompatan api dapat beralih menjadi busur apai atau
gangguan, dan besarnya gangguan itu tergantung dari besar probabilitas η.
Dengan demikian jumlah gangguan karena sambaran induksi adalah :
(a) Tanpa kawat tanah
(b) Dengan kawat tanah
di mana :
Ni = Angka keluaran (Outage rate) atau jumlah gangguan terinduksi
(gangguan per 100 km per tahun)
IKL = Jumlah sambaran petir dalam 1 tahun
FP = Faktor perisaian
h = Tinggi kawat fasa, dalam m
η = Probabilitas terjadinya busur api
V50% = Ketahanan impuls isolator (kV)
7
2.2 Flowchart Perhitungan Outrage Rate
Dalam makalahnya, penulis menggunakan bantuan program komputer
untuk melakukan perhitungan. Flowchart dari program komputer tersebut adalah
sebagai berikut :
Gambar 2.2 Flowchart Program
8
2.3 Program Perhitungan
Dalam perhitungan dengan menggunakan bantuan program komputer ini,
data yang perlu dimasukkan adalah sebagai berikut :
Konfigurasi tiang tipe C1A
- Tinggi kawat fasa (HF) : 12 m
- Tinggi kawat netral (HN) : 11 m
- Jari-jari kawat netral (JR) : 0,065 m
- Jarak pisah antar kawat fasa (A) : 0,8 m
- Panjang lengan tiang (B) : 1,4 m
- Tahanan pentanahan (R) : 7 ohm
IKL : 154
Arus Kilat : 30-60
Gambar 2.3 Form Input Data
Dari data yang telah dimasukkan, didapat hasil perhitungan :
9
Gambar 2.4 Form Perhitungan
10
2.4 Analisa Hasil Program
Dari program komputer tersebut kita juga dapat melihat grafik dari
gelombang induksi petir yang dianalisa.
2.4.1 Gelombang Tegangan Induksi Petir
Gambar 2.5 Grafik karakteristik tegangan induksi
Dari gambar 2.5 ditunjukkan harga tegangan induksi terhadap waktu
mengikuti fungsi eksponensial. Hal ini dikarenakan bentuk tegangan induksi
impuls petir menyerupai bentuk gelombang tipikal yang mempunyai persamaan.
dimana : E, a, b adalah konstanta.
11
2.4.2 Pengaruh Perubahan Arus Petir dan Jarak Sambar terhadap
Besarnya Tegangan Induksi
Gambar 2.6 Grafik hubungan tegangan induksi dengan jarak sambaran
Dari gambar 2.6 ditunjukkan bahwa harga tegangan induksi berbanding
lurus dengan besarnya arus kilat. Sedangkan dengan jarak tempat terjadinya
sambaran kilat adalah berbanding terbalik.
12
2.4.3 Pengaruh Konduktor Netral Terhadap Besarnya Tegangan Induksi
Petir
Gambar 2.7 Grafik perbandingan tegangan induksi dengan kawat netral dan tanpa kawat netral
Dari gambar 2.7 ditunjukkan bahwa harga tegangan induksi dengan kawat
netral lebih kecil daripada tegangan induksi tanpa kawat netral. Dimana pengaruh
kawat netral menurunkan harga tegangan induksi. Hal ini dikarenakan pada
konstruksi tanpa kawat netral mempunyai harga faktor perisaian = 1, sedangkan
harga faktor perisaian konstruksi tiang dengan kawat netral sebesar :
Dari rumus diatas terlihat bahwa nilai FP < 1, dan harga tegangan induksi
sebanding dengan harga faktor perisaian
Dimana : Vi adalah tegangan induksi dan FP adalah faktor perisaian.
2.4.4 Pengaruh Perubahan Tahanan Pentanahan Terhadap Outage Rate
13
Gambar 2.8 Grafik perbandingan outage rate dengan tahanan pentanahan
Dari gambar 2.8 ditunjukkan bahwa harga tegangan induksi dan harga
angka keluaran (outage rate) berbanding lurus dengan besarnya tahanan
pentanahan. Hal ini dapat dilihat dari rumus
dimana FR (faktor perisaian) berbanding lurus dengan tahanan pentanahan.
Hubungan tegangan induksi dengan faktor perisaian juga berbanding lurus seperti
telah dibahas diatas. Semakin besar tegangan induksi yang terjadi memungkinkan
bertambah besarnya jatuh atau terganggunya penyaluran, yang berarti makin
besarnya harga angka keluaran (outage rate).
2.4.5 Perbandingan Tegangan Induksi untuk Berbagai Konstruksi Tiang
14
Gambar 2.9 Grafik perbandingan tegangan induksi untuk berbagai konstruksi tiang
Dari gambar 2.9 ditunjukkan bahwa harga tertinggi tegangan induksi
terjadi pada konfigurasi tiang tipe C8, kemudian C1-A, B1, B2 dan C1. Tingginya
tegangan induksi pada masing-masing konstruksi tiang dipengaruhi oleh tingginya
konduktor fasa, jenis konstruksi tiang yang menpengaruhi harga faktor perisaian
dan jenis isolator yang digunakan.
2.5 Studi Kasus Feeder 04 GI SRL
15
Berdasarkan single line diagram dan hasil survai lapangan, didapatkan data
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Data Konstruksi Tiang Feeder 04 GI SRL
Data diatas merupakan pengelompokan konstruksi tiang berdasarkan tipe
tiang yang dominan.Ketinggian semua tiang rata-rata adalah 13 m dengan panjang
gawang 60 m. Sesuai standar PLN, tahanan pentanahan tiang rata-rata sebesar 7
ohm. Berdasarkan data dari BMG Semarang besarnya IKL daerah Semarang
adalah 154.
Dari hasil perhitungan melalui program diatas dapat dibuat tabel hasil
perhitungan angka Keluaran (Outage Rate) feeder 04 GI SRL, sebagai berikut :
Tabel 2.2 Konstruksi Tiang dan Angka Keluaran (Outage Rate)
Jumlah angka keluaran (outage rate) feeder SRL 04 GI Srondol adalah
sebagai berikut :
16
Dari perhitungan yang dilakukan didapatkan bahwa pada konstruksi tiang
C1, C2, C1-A dan C2-A outage rate atau kegagalan saluran terjadi pada arus petir
60 kA, untuk tipe B1, dan B2 terjadi pada arus petir 55 kA, sedangkan untuk tipe
C8 terjadi pada arus petir 50 kA. Dari hasil perhitungan didapatkan total angka
keluaran (outage rate) feeder SRL 04 GI Srondol adalah sebesar 6 gangguan per
tahun.
2.6 Kontribusi Hasil Penelitian terhadap IPTEK
17
Hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah berupa data yang
ditampilkan dalam grafik karakteristik tegangan induksi, hubungan arus petir dan
jarak sambaran terhadap tegangan inuksi petir, pengaruh kawat netral, hubungan
tegangan induksi dan harga angka keluaran (outage rate) terhadap besar tahanan
pentanahan dan yang terakhir adalah hubungan tegangan induksi dengan
konstruksi tiang.
Dari data hasil penelitian tersebut kita dapat menggunakannya sebagai data
untuk melakukan upaya proteksi dan perkiraan besarnya gangguan pada feeder
utama saluran distribusi 20kV yang sudah ada terhadap gangguan tegangan
induksi yang dihasilkan oleh sambaran kilat tidak langsung.
Selain itu kita juga dapat menggunakannya sebagai landasan atau standar
dalam perencanaan pembangunan suatu feeder utama saluran distribusi dalam
rangka upaya pencegahan gangguan atau masalah yang bisa timbul akibat
tegangan induksi sambaran kilat tidak langsung tersebut.
BAB III
18
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari data hasil perhitungan dan analisa dalam makalah seminar tugas akhir
tersebut, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1. Harga tegangan induksi terhadap waktu mengikuti fungsi eksponensial.
2. Harga tegangan induksi berbanding lurus dengan besarnya arus kilat.
Sedangkan dengan jarak tempat terjadinya sambaran kilat adalah
berbanding terbalik.
3. Harga tegangan induksi dengan kawat netral lebih kecil daripada tegangan
induksi tanpa kawat netral. Hal ini dikarenakan pada konstruksi tanpa
kawat netral mempunyai harga faktor perisaian = 1, sedangkan harga
faktor perisaian konstruksi tiang dengan kawat netral < 1, dan harga
tegangan induksi sebanding dengan harga faktor perisaian.
4. Harga tegangan induksi dan harga angka keluaran (outage rate) berbanding
lurus dengan besarnya tahanan pentanahan. Semakin besar tegangan
induksi yang terjadi memungkinkan bertambah besarnya harga angka
keluaran (outage rate), yang berarti makin besarnya jatuh atau
terganggunya penyaluran.
5. Tingginya tegangan induksi pada masing-masing konstruksi tiang
dipengaruhi oleh tingginya konduktor fasa, jenis konstruksi tiang yang
menpengaruhi harga faktor perisaian dan jenis isolator yang digunakan.
6. Besar tegangan induksi pada feeder Srl 4 GI Srondol adalah 116 kV -
181kV
7. Total Angka keluaran (Outage rate) pada feeder SRL 4 GI Srondol sebesar
6 gangguan per tahun.
8. Pada konstruksi tiang C1, C2, C1-A dan C2-A outage rate atau kegagalan
saluran terjadi pada arus petir 60 kA, untuk tipe B1, dan B2 terjadi pada
arus petir 55 kA, sedangkan untuk tipe C8 terjadi pada arus petir 50 kA.
Harga tertinggi tegangan induksi terjadi pada konfigurasi tiang tipe C8,
kemudian C1-A, B1, B2 dan C1.
19
9. Kontribusi Hasil Penelitian terhadap IPTEK adalah kita dapat
menggunakannya sebagai data untuk melakukan upaya proteksi dan
perkiraan besarnya gangguan pada feeder utama saluran distribusi 20kV
yang sudah ada dan dapat digunakan sebagai landasan atau standar dalam
perencanaan pembangunan suatu saluran distribusi 20 kV dalam rangka
upaya pencegahan gangguan atau masalah yang bisa timbul akibat
tegangan induksi yang dihasilkan oleh sambaran kilat tidak langsung.
3.2 Saran
1. Data yang didapat pada penelitian yang kami analisa ini mungkin
sebaiknya juga perlu dibandingkan dengan data sebenarnya yang terjadi
pada feeder saluran distribusi tersebut dengan melakukan pengukuran saat
terjadi gangguran sambaran kilat tidak langsung untuk mengetahui
kemungkinan faktor lain yang dapat membedakan dengan hasil
perhitungan dengan menggunakan rumus atau bantuan program komputer.
2. Penelitian ini hanya menghitung pada feeder utama, sehingga dapat
dilanjutkan perhitungan pada saluran cabang.
3. Hasil dari penelitian ini sebaiknya bisa dimanfaatkan dengan baik untuk
proteksi maupun perencanaan feeder utama pada saluran distribusi 20kV
terhadap sambaran kilat tidak langsung.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Hutauruk, T. S, “ Gelombang Berjalan dan Proteksi Surja”, Erlangga,
Jakarta, 1989
2. Sulasno, Ir., “Teknik dan Sistem Distribusi Tenaga Listrik”, Jilid I, Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang
3. Makalah Seminar Tugas Akhir yang disusun oleh Fuad Hidayanto dengan
judul “Perhitungan Outage Rate Akibat Sambaran Kilat Tidak Langsung
Pada Saluran Distribusi 20 Kv (Studi Kasus : Feeder Srl 4 Gi Srondol)”.