tugas observasi merajan
DESCRIPTION
Tugas arsitektur baliTRANSCRIPT
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Mengenai Merajan atau Sanggah
Merajan atau sanggah dalam sebuah keluarga Hindu di Bali merupakan sebuahtempat
suci yang bedasarkan konsep Tri Angga, Tri Mandala, dan juga Tri Hita Karana. Merupakan
sebuah tempat untuk memuja Tuhan juga roh leluhur.
Orang Bali pada zaman batu kira-kira 2500 SM hingga 500 SM sudah memiliki
sebuah keyakinan akan roh leluhur. Namun media untuk melakukan sebuah pemujaan
sangatlah sederhana, mereka hanya menggunakan tumpukan batu yang sederhana. Baru
setelah agama Hindu datang ke Bali, tempat pemujaan itu dibentuk dengan konsep yang
dibawa oleh masing-masing orang suci seperti Dang Hyang Siddhimantra, Dang Hyang
Nirartha dan juga 4 putra dari Hyang Geni Jaya, barulah dibuatkan sebuah tempat bernama
Merajan.
Seperti yang tercantum pada beberapa lontar seperti Lontar Loka Pala, Lontar Raja
Purana, Lontar Padma Bhuwana, Lontar Bhumi Kamulan, Lontar Siwa Gama dan juga
Lontar Bhama Krtih, Prakerti, dapat disimpulkan bahwa merajan adalah sebuah tempat suci
untuk memuja kebesaran Tuhan Yang Maha Esa dan juga para roh leluhur. Seluruhnya
adalah sebuah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, dan merupakan sebuah
upaya manusia untuk menuju sebuah keadaan yang sejahtera.
Menurut Ida Bagus Anom pada buku “Tentang Membangun Merajan”, syarat suatu
merajan atau tempat suci menurut agama Hindu antara lain :
a. Arah Gunung yaitu Kaja (Utara)
b. Tempat matahari terbit yakni Timur. Dari gunung Tuhan memberikan sebuah
kehidupan dan matahari itu adalah sebuah simbol dari cahaya terang yang menuntun
manusia. Jadi arah yang paling baik adalah timur laut.
c. Jika terdapat rumah bertingkat, maka sebaiknya tempat paling atas adalah digunakan
untuk merajan
d. Tempat di arah timur laut haruslah ditinggikan agar tidak terkena cucuran atap atau
cucuran dari rumah orang lain
e. Jika dalam satu pekarangan rumah, arah timur laut tidak memungkinkan, maka
diperbolehkan untuk memakai tempat di barat laut
f. Jika tinggal di kota besar yang tanahnya sempit, maka bisa membuat sebuah pelinggih
turus lumbung yang sah
2.2 Hasil Observasi
Identitas Obyek
Pemilik : I Wayan Armana
Alamat : Jalan Tengal Wangi II, Gg. Ratna Sari No. 58, Denpasar
Luas tanah : 1.12 are
Luas bangunan: 1 area
Fungsi : hunian
Rumah tadisional bali merupakan rumah yang dibangun dengan berlandaskan konsep
Asta Kosala Kosali yang merupakan fengshui-nya Bali yaitu sebuah tata cara, tata letak dan
tata bangunan untuk bangunan tempat tinggal serta bangunan tempat suci yang ada di Bali,
yang disesuikan dengan landasan filosofi, etis dan ritual dengan memperhatikan konsepsi
perwujudan, pemilihan lahan, hari baik (dewasa) membangun rumah , serta pelaksanaan
yadya.
Gambar1. Sanggah yang terdapat pada Jalan Tengal Wangi, Denpasar
Namun seiringnya perkembangnan zaman konsep Asta Kosala Kosali pada tempat
tinggal yang ada di Bali mulai mengalami penyesuain karena penerapan konsep tersebut sulit
untuk diterapkan dikarenakan oleh beberapa faktor salah satunya yaitu keterbatasan lahan
yang dimiliki untuk membanguan rumah/ tempat tinggal, tetapi kebutuhan ruang yang harus
dimiliki cukup banyak, sehingga muncul bangunan atau rumah bertingkat.
Bangunan atau rumah bertingkat akan berpengaruh terhadap tata letak bangunan dan
tidak tersedinya pekarangan yang cukup pada tempat tinggal tersebut. Dengan sempitnya
pekarangan yang dimiliki sehingga penataan pekaranga sesuai dengan ketentuan Asta Bumi
sulit dilakukan. Dengan demikian membangun atau meletakan tempat pemujaan/ sanggah di
lantai teratas pada bangunan sudah lazim untuk dilakukan karena untuk rumah bertingkat bila
tidak memungkinkan membangun tempat pemujaan di hulu halaman bawah maka
diperbolehkan untuk membuat tempat pemujaan di bagian hulu lantai teratas pada tempat
tinggal tersebut.
Membuat tempat pemujaan di bagian hulu lantai teratas pada tempat tinggal
diperbolehkan karena menurut konsepsi perwujudan perumahan umat hindu murupakan
perwujudan landasan dan tata ruang, tata letak dan atau bangunan yang menerapkan konsep
Tri Angga. Pekarangan Rumah Umat hindu secara garis besar di bagi menjadi 3 bagian
secara vertikal (Tri Angga) yaitu Utama Angga untuk penempatan bangunan yang bernilai
utama(seperti tempat pemujaan ) yang berada di bagian atap. Madyama Angga adalah badan
bangunan yang terdiri dari tiang dan dinding, serta Kanista Angga adalah batur(pondasi).
Jadi penempatan tempat pemujaan (sanggah) di atas sudah termasuk dalam Utama Angga
yang berada pada bagian atas bangunan yang merupakan tempat yang bernilai utama.
Gambar2. Pemesuan sanggah (kiri), Pelinggih Tugu dan Pelinggih Padmasari (kanan)
Karena perletakan sanggah di atas juga tidak mempunyai luasan yang cukup luas,
pada umumnya sanggah hanya memiliki 2 sampai 3 pelinggih. Seperti salah satu merajan
yang diobservasi di Jalan Tegal Wangi, Denpasar. Hanya terdapat pelinggih Padmasari dan
Tugu. Padmasari merupakan saran pemujaan kepada Sanghyang Tri Purusha, Sanghyang
Widhi dalam manifestasi sebagai Siwa – Sada Siwa – Parama Siwa. Keberadaan bale piyasan
jika memungkinkan diikutsertakan walaupun dengan skala yang lebih kecil. Ruangan tepat di
bawah sanggah, hendaknya tidak digunakan untuk dapur dan kamar mandi. Jika digunakan
sebagai garasi atau membuka akses ekonomis bisnis seperti tempat berjualan bisa saja. Tetapi
yang paling baik digunakan untuk perpustakaan dan tempat menempatkan peralatan upacara.
Satu pendapat kontradiktif yang dipercaya masyarakat Bali terkait dengan keberadaan
sanggah diletakkan di atas adalah tidak adanya pertemuan antara pertiwi dan akasa pada
natah sanggah tersebut. Letak bataran pelinggih yang seharusnya menyentuh tanah, menjadi
melayang. Walaupun pendapat tersebut benar, namun pada kenyataannya keberadaan
sanggah yang berada di atas tidak terlalu dipermasalahkan. Karena sanggah merupakan salah
satu sarana pemujaan, dan tingkat kerohanian seseorang tidak sebatas ada atau tidaknya
sanggah melainkan hubungan pribadi manusia dengan Tuhan.
SUMBER
Anom, Ida Bagus. 2009. Tentang Membangun Mrajan. Denpasar : CV. Kayumas Agung
Andre,Adi. 2012. Makna Palinggih Paumahan, https://ngiringmabasabali.wordpress.com/2012/04/02/makna-palinggih-ring-paumahan/, (diakses 12 April 2015)
Anonim. 2012. Merajan, http://paduarsana.com/tag/sanggah/, (diakses 12 April 2015)