tugas mata kuliah tumbuhan racun 03

14
TUGAS MATA KULIAH TUMBUHAN RACUN DAN PESTISIDA MIMBA (Azadirachta indica A. Juss) OLEH Mahadi N11111104 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASAR 2015

Upload: nidrahasan

Post on 17-Dec-2015

30 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

hgefh

TRANSCRIPT

TUGAS MATA KULIAH TUMBUHAN RACUN DAN PESTISIDAMIMBA

(Azadirachta indica A. Juss)

OLEH

MahadiN11111104FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASAR

2015A. TAKSONOMI TANAMAN

MIMBA

Divisi

:SpermatophytaSubdivisi

:AngiospermaeKelas

:DicotyledonaeAnak kelas:DialypetaleaeBangsa

:RutalesSuku

:MeliaceaeMarga

:AzadirachtaJenis

: Azadirachta indica Juss.Sinonim:

Antelaea azadirachta (L.) Adelb., Azedarach fraxinifolia Moench, Melia azadirachta

L., M. fraxinifolia Adelb., M. indica (A.Juss.) Brandis, M. pinnata Stokes

Nama lokal/daerah: Mimba

Penyebaran dan habitat :

Penyebaran alami tidak jelas karena sudah dibudidayakan tetapi diyakini asli Burma dan India Timur Laut. Ditanam dan menyebar ke sebagian besar area agak kering di India dan Burma. Keberadaannya di Kamboja, Laos dan Iran tidak jelas. Dikenal sebagai tanaman pada areal agak kering dan sedikit lembab di Asia dan Afrika dan baru-baru ini dijumpai di Australia, Amerika Latin Amerika Selatan. Hidup pada rentang suhu dan curah hujan sangat lebar. Tahan hidup pada daerah iklim musim dengan musim kering yang lama dan curah hujan tahunan 450-2250 mm. Banyak dijumpai pada ketinggian 0-700 mdpl, tetapi dapat juga tumbuh pada ketinggian di atas 1500 apabila suhunya tidak terlalu tinggi. Tidak dapat hidup di daerah dingin atau bersalju. Dapat tumbuh pada lokasi dengan berbagai type tanah tetapi tidak pada daerah bergaram, tergenang atau tanah liat.

Morfologi Tanaman

Tanaman Azadirachta indica Juss. Merupakan pohon yang tingi batangnya dapat mencapai 20 m. Kulit tebal, batang agak kasar, daun menyirip genap, dan berbentuk lonjong dengan tepi bergerigi dan runcing, sedangkan buahnya merupakan buah batu dengan panjang 1 cm. Buah mimba dihasilkan dalam satu sampai dua kali setahun, berbentuk oval, bila masak daging buahnya berwarna kuning, biji ditutupi kulit keras berwarna coklat dan didalamnya melekat kulit buah berwarna putih. Batangnya agak bengkok dan pendek, oleh karena itu kayunya tidak terdapat dalam ukuran besar. Daun mimba tersusun spiralis, mengumpul di ujung rantai, merupakan daun majemuk menyirip genap. Anak daun berjumlah genap diujung tangkai, dengan jumlah helaian 8-16. tepi daun bergerigi, bergigi, beringgit, helaian daun tipis seperti kulit dan mudah laya. Bangun anak daun memanjang sampai setengah lancet, pangkal anak daun runcing, ujung anak daun runcing dan setengah meruncing, gandul atau sedikit berambut. Panjang anak daun 3-10,5 cm. Tumbuhan liar di hutan dan di tempat lain yang tanahnya agak tandus, ada juga yang ditanam orang ditepi-tepi jalan sebagai pohon perindang (Mardisiswodjo, 1985). Banyak terdapat di daerah Jawa Barat, Jawa Timur, Madura 1-300 meter. Umumnya di tempat yang sangat kering, di pinggir jalan, pada hutan yang terbuka (Backer dan Van der Brink, 1965).Mimba merupakan tanaman yang memenuhi persyaratan untuk dikembangkan menjadi sumber bahan dasar pembuatan pestisida nabati. Adapun persyaratan-persyaratan tersebut menurut Ahmed (1995) antara lain :a. merupakan tanaman tahunan,

b. tidak perlu dimusnahkan apabila suatu saat bagian tanamannya diperlukan,

c. mudah dibudidayakan,

d. tidak menjadi gulma atau inang bagi organisme pengganggu tumbuhan (OPT)

e. mempunyai nilai tambah

f. mudah diproses, sesuai dengan kemampuan petani.

B. KANDUNGAN KIMIADaun Azadirachta indica Juss mengandung senyawa-senyawa diantaranya adalah -sitosterol, hyperoside, nimbolide, quercetin, quercitrin, rutin, azadirachtin, dan nimbine. Beberapa diantaranya diungkapkan memiliki aktivitas antikanker (Duke , 1992). Daun Azadirachta indica Juss mengandung nimbin, nimbine, 6-desacetylbimbine, nimbolide dan quercetin (Neem Foundation, 1997).

Mimba, terutama dalam biji dan daunnya mengandung beberapa komponen dari produksi metabolit sekunder yang diduga sangat bermanfaat, baik dalam bidang pertanian (pestisida dan pupuk), maupun farmasi (kosmetik dan obat-obatan). Beberapa diantaranya adalah azadirachtin, salanin, meliantriol, nimbin dan nimbidin (Ruskin, 1993). Azadirachtin sendiri terdiri dari sekitar 17 komponen dan komponen yang mana yang paling bertanggung jawab sebagai pestisida atau obat, belum jelas diketahui (Rembold, 1989). Mimba tidak membunuh hama secara cepat, namun mengganggu hama pada proses makan, pertumbuhan, reproduksi dan lainnya (Senrayan, 1997).

Azadirachtin berperan sebagai ecdyson blocker atau zat yang dapat menghambat kerja hormon ecdyson, yaitu suatu hormon yang berfungsi dalam proses metamorfosa serangga. Serangga akan terganggu pada proses pergantian kulit, ataupun proses perubahan dari telur menjadi larva, atau dari larva menjadi kepompong atau dari kepompong menjadi dewasa. Biasanya kegagalan dalam proses ini seringkali mengakibatkan kematian (Chiu, 1988).

Salanin berperan sebagai penurun nafsu makan (anti-feedant) yang mengakibatkan daya rusak serangga sangat menurun, walaupun serangganya sendiri belum mati. Oleh karena itu, dalam penggunaan pestisida nabati dari mimba, seringkali hamanya tidak mati seketika setelah disemprot (knock down), namun memerlukan beberapa hari untuk mati, biasanya 4-5 hari. Namun demikian, hama yang telah disemprot tersebut daya rusaknya sudah sangat menurun, karena dalam keadaan sakit (Ruskin, 1993).

Meliantriol berperan sebagai penghalau (repellent) yang mengakibatkan serangga hama enggan mendekati zat tersebut. Suatu kasus terjadi ketika belalang Schistocerca gregaria menyerang tanaman di Afrika, semua jenis tanaman terserang belalang, kecuali satu jenis tanaman, yaitu mimba (Sudarmadji, 1999). Mimbapun dapat merubah tingkah laku serangga, khususnya belalang (insect behavior) yang tadinya bersifat migrasi, bergerombol dan merusak menjadi bersifat solitair yang bersifat tidak merusak (informasi lisan Prof. K. Untung).

Nimbin dan nimbidin berperan sebagai anti mikro organisme seperti anti-virus, bakterisida, fungisida sangat bermanfaat untuk digunakan dalam mengendalikan penyakit tanaman (Ruskin, 1993). Tidak terbatas hal itu, bahan-bahan ini sering digunakan dan dipercaya masyarakat sebagai obat tradisional yang mampu menyembuhkan segala jenis penyakit pada manusia (Kardinan dan Taryono, 2003).C. CARA PEMBUATAN PESTISIDAA. DAUNBahanDaun mimba, umbi gadung, detergen, air, timbangan alat penumbuk tempat pencamburan pengaduk saringan.

Cara Pembuatan :1. Tumbuk halus 1 kg daun mimba dan 2 buah umbi gadung racun, tambah dengan 20 liter air + 10 g detergen, aduk sampai rata2. Diamkan rendaman tersebut selama semalam.3. Saring larutan hasil rendaman dengan kain halus.4. Semprotkan larutan hasil penyaringan ke pertanaman.

B. Kue biji MimbaKue biji mimba adalah kepingan berbentuk seperti kue yang terbuat dari biji mimba yang ditumbuk. Kue mimba digunakan sebagai pupuk hijau berisi nitrogen, pospor, dan kalium serta azadiractin untuk mengendalikan hama tanaman.

Cara pengolahan1. Bungkus dengan kain 100 g kue biji mimbadan rendam dalam air selama satu malam

2. Saring supaya ekstraknya keluar.

3. Campur dengan air sehingga jumlah air menjadi 1 liter. Tambahkan 1 ml sabun.

4. Semprotkan pada hama tanaman.C. MinyakCara pembuatan

1. Daun direndam didalam air selama semalam

2. Saring seperti ekstrak biji mimba.

Cara pengolahan

1. Campur 30 ml minyak mimba dengan 1 liter air

2. Tambahkan 1 ml sabun supayaminyak mimba bercampur dengan air.D. HAMA TANAMANHama yg bisa dibasmi, seperti : Wereng, Ulat, Tungau Jingga, Keong Mas, Tungro, Kaper dan jenis kutu lain dll.

E. MANFAAT DAN BERBAGAI PRODUK DARI MIMBA Mimba sebagai obat tradisional Sangat banyak berita-berita yang menginformasikan khasiat mimba dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit, bahkan saat ini daun mimba sudah dijual dalam berbagai macam kemasan, mulai dari kapsul, tepung daun, daun kering ataupun teh mimba instant. Dalam kemasan tersebut disebutkan bahwa daun mimba mampu menanggulangi penyakit tumor, kanker, diabetes, kolesterol, asma, darah tinggi, asam urat dan lainnya. Diberitakan oleh Karjono dalam majalah Trubus (1998) mengenai suatu kasus seorang pasien yang sudah divonis dokter bahwa yang bersangkutan tidak bisa tertolong, namun berkat meminum 7 (tujuh) lembar daun mimba, berangsur-angsur si pasien sembuh, sampai akhirnya sembuh total dan sampai saat ini masih segar bugar dan meneruskan meminum teh mimba.

Sampai saat ini masih terjadi kontroversi mengenai digunakannya daun mimba sebagai obat tradisional. Disatu pihak bersikeras bahwa mimba adalah racun yang apabila digunakan sebagai obat akan sangat membahayakan si pasien. Dilain pihak bersikeras pula bahwa mimba dapat digunakan sebagi obat tradisional untuk berbagai jenis penyakit, karena telah digunakan sejak jaman dahulu dan sudah banyak bukti akan khasiat mimba dalam menanggulangi berbagai macam penyakit, hanya proses pembuatan dan dosisnya yang harus diperhatikan secara tepat dan benar. Suatu contoh bahwa untuk digunakan sebagai obat, hanya 7 (tujuh) lembar daun mimba atau setara dengan sendok teh tepung daun mimba yang perlu digodok dalam 2 (dua) dua gelas air, sehingga menjadi 1 (satu) gelas air atau langsung diseduh air panas dalam satu gelas dan diminum selagi hangat, jangan sampai dibiarkan/diendapkan sampai keesokan harinya, karena akan berubah menjadi racun. Dalam hal ini banyak kasus pasien keracunan karena si pasien ingin puas dan cepat sembuh, sehingga mengkonsumsi over dosis yang sangat membahayakan si pasien itu sendiri. Selain itu banyak kasus bahwa dengan alasan lupa meminum, akhirnya seduhan tadi mengendap sampai keesokan harinya dan diminum yang akhirnya juga membahayakan si pasien.

Mimba sebagai pestisida Sudah sejak lama mimba digunakan sebagai pestisida nabati dengan kemanjuran dan peruntukan yang luas (Broad spectrum), baik digunakan secara sederhana di negara berkembang, maupun digunakan secara terformula di negara maju, seperti Amerika Serikat. Di Amerika Serikat sendiri mimba sudah digunakan secara meluas, yang pada awalnya hanya diperuntukan untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) pada tanaman yang bukan untuk dikonsumsi (non-food crops), namun belakangan ini sudah diperkenankan dipergunakan untuk mengendalikan OPT pada tanaman pangan (food crops), dengan berbagai jenis merk dagang, diantaranya adalah Margosan, Aligin, Turpex, Azatin dan Bio-neem. Negara lainpun di Asia sudah banyak yang memproduksi pestisida nabati dari mimba, diantaranya India dengan berbagai merk dagang, satu diantaranya yang sudah masuk ke Indonesia adalah Neemazal, Singapura yang juga telah memproduksi pestisida nabati mimba dan telah masuk pula ke Indonesia, namun dengan mengaku/mengklaim sebagai pupuk organik cair, yaitu Bionature, dan masih banyak merk dagang lain yang telah dibuat oleh Thailand, Myanmar dan Singapura.

Indonesiapun saat ini telah banyak yang memproduksi pestisida nabati dari mimba,diantaranya oleh Institut Teknologi Bandung (ITB), Balai penelitian Tanaman Serat dan Kapas (Balittas-Malang), Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro-Bogor) dan pihak-pihak swasta (PT. Nihon Seima), maupun LSM lainnya.Namun demikian hanya satu yang telah terdaftar dan mendapat ijin dari Komisi Pestisida Departemen Pertanian. Prosesnya pendaftaran pestisida agak rumit (disamakan dengan pestisida kimia sintetis), yang paling utama adalah Biaya yang harus dikeluarkan relatif besar bila diukur dari para pengembang lokal yang umumnya bukan merupakan pengusaha besar dengan skala impor-ekspor. Untuk itu, jika pemerintah mempunyai itikad baik (Political will) untuk membatasi berkembangnya penggunaan pestisida kimia sintetis yang semakin waktu semakin meningkat dengan pencemaran lingkungan dan dampak negatif yang semakin meningkat pula, maka pemerintah harus mendukung berkembangnya penggunaan pestisida nabati, khususnya dari mimba ini, salah satunya dengan memberikan kemudahan perijinan dan keringanan biaya pendaftarannya.

Mimba sebagai bahan pupuk organik Bungkil atau dedak biji mimba yang telah diambil minyaknya, baik secara di pres, maupun diekstrak dengan heksan, merupakan bahan pupuk organik yang kaya akan nutrisi yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Selain bahan nutrisi tanaman, baik unsur makro, maupun mikro, bungkil biji mimba ini juga masih mengandung bahan aktif pestisida nabati, seperti azadirachtin yang akan bermanfaat mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan yang berada di dalam tanah, seperti hama rayap, uret/kuul/lundi, nematoda dan hama lainnya, sehingga penggunaannya sebagai pupuk organik akan bermanfaat ganda, yaitu secara tidak langsung akan bermanfaat sebagai pestisida juga. Keuntungan lain yang diperoleh adalah bahwa azadirachtin bersifat sistemik, yaitu dapat meresap kedalam jaringan tumbuhan, sehingga apabila diaplikasikan sebagai pupuk di tanah, maka apabila terisap oleh tanaman akan ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya, seperti daun dan akan berfungsi melindungi tanaman dari gangguan OPT. Pupuk organik dari bungkil biji mimba ini telah diproduksi oleh Balittro, yaitu dengan penambahan pupuk kandang, kompos ataupun guano kedalamnya, sehingga diperoleh pupuk organik plus.

Selain bungkil biji mimba, daunnyapun dapat digunakan sebagai bahan kompos untuk dijadikan pupuk organik yang juga mengandung kandungan bahan aktif pestisida nabati, sehingga dapat berfungsi ganda. Pohon mimba berdaun lebat, sehingga daun mudah diperoleh. Walaupun pohon mimba hanya akan berbiji bila ditanam ditempat yang panas dan kering di dataran rendah, namun mimba akan tetap berdaun walaupun ditanam di dataran tinggi dengan curah hujan yang tinggi.

Mimba sebagai pohon penghijauan dan reboisasi Pohon mimba termasuk pohon yang mampu beradaptasi di daerah marginal yang panas dan kering, bahkan berbatu. Di Situbondo pohon mimba dapat ditemukan dari mulai pesisir pantai, rawa-rawa sampai di perbukitan berbatu sekalipun, sehingga pohon ini akan sangat cocok digunakan sebagai pohon penghijauan ataupun reboisasi di Indonesia, khususnya di daerah yang panas dan kering di dataran rendah. Walaupun tidak berbiji apabila ditanam di dataran tinggi (di atas 300 m dpl.), namun pohon mimba masih mampu berdaun dengan lebat.

Pohon mimba dengan tinggi yang mampu mencapai 20 m, bersifat mampu meresap CO2 dari udara relatif lebih banyak dibanding pohon-pohon lainnya, juga dengan sendirinya mampu mengeluarkan O2 relatif lebih banyak pula dibandingkan pohon pohon lainnya, sehingga pohon ini dianggap mampu meminimalkan polusi udara dan memberikan kesegaran pada lingkungan. Oleh karena itu pohon ini sangat cocok dijadikan pohon penghijauan di perkotaan khususnya kota-kota besar seperti Jakarta yang memang sudah sangat tinggi dengan polusi udaranya.

Pohon mimba mempunyai perakaran yang kuat dan dalam, sehingga sangat memungkinkan mampu mengangkat unsur hara di dalam tanah dan mengeluarkannya ke permukaan melalui jatuhnya bagianbagian tanaman ke permukaan tanah. Oleh karena itu pohon ini diharapkan mampu memperbaiki kesuburan tanah dan akan sangat cocok ditanam di daerah yang kurang subur. Untuk keperluan ini sebaiknya bibit mimba yang digunakan adalah yang berasal dari biji (generatif), bukan yang berasal dari stek batang atau ranting (vegetatif), karena bibit yang berasal dari biji memiliki akar tunggang (dari perbanyakan vegetatif tidak memiliki akar tunggang) dan akan lebih tahan dalam menghadapi terpaan angin ataupun gangguan goyangan lainnya agar tidak tumbang.

Pohon mimba memiliki diameter batang yang cukup besar dan kayunya termasuk kayu kelas satu, sehingga akan sangat bermanfaat untuk digunakan sebagai bahan bangunan, sedangkan daunnya yang lebat dapat digunakan sebagai pakan ternak yang juga bersifat sebagai obat cacing untuk ternak. Namun demikian, saat ini tidak dianjurkan menebang pohon mimba untuk digunakan kayunya, karena populasinya di Indonesia masih relatif rendah.

Saat ini bibit pohon mimba yang berasal dari biji tersedia di BPT Situbondo dalam jumlah besar, sehingga siap mendukung program reboisasi dan penghijauan di Indonesia.F. Produk Mimba