tugas makalah kesehatan kerja industri-angga

19
Tugas Mata Kuliah Kesehatan Kerja Industri TF-6102 TUGAS MAKALAH PRINSIP KESELAMATAN PLTN Disusun oleh: Angga Kautsar 23309010 Program Studi Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung 2009

Upload: angga-kautsar

Post on 24-Jun-2015

895 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Makalah Kesehatan Kerja Industri-Angga

Tugas Mata Kuliah Kesehatan Kerja Industri

TF-6102

TUGAS MAKALAHPRINSIP KESELAMATAN PLTN

Disusun oleh:

Angga Kautsar

23309010

Program Studi Teknik Fisika

Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Bandung

2009

Page 2: Tugas Makalah Kesehatan Kerja Industri-Angga

BAB I

PENGENALAN PLTN

Masyarakat pertama kali mengenal tenaga nuklir dalam bentuk bom atom yang

dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki dalam Perang Dunia II tahun 1945. Sedemikian

dahsyatnya akibat yang ditimbulkan oleh bom tersebut sehingga pengaruhnya masih dapat

dirasakan sampai sekarang.

Di samping sebagai senjata pamungkas yang dahsyat, sejak lama orang telah

memikirkan bagaimana cara memanfaatkan tenaga nuklir untuk kesejahteraan umat

manusia. Sampai saat ini tenaga nuklir, khususnya zat radioaktif telah dipergunakan secara

luas dalam berbagai bidang antara lain bidang industri, kesehatan, pertanian, peternakan,

sterilisasi produk farmasi dan alat kedokteran, pengawetan bahan makanan, bidang

hidrologi, yang merupakan aplikasi teknik nuklir untuk non energi.

Salah satu pemanfaatan teknik nuklir dalam bidang energi saat ini sudah

berkembang dan dimanfaatkan secara besar-besaran dalam bentuk Pembangkit Listrik

Tenaga nuklir (PLTN), dimana tenaga nuklir digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik

yang relatif murah, aman dan tidak mencemari lingkungan.

Pemanfaatan tenaga nuklir dalam bentuk PLTN mulai dikembangkan secara

komersial sejak tahun 1954. Pada waktu itu di Rusia (USSR), dibangun dan dioperasikan

satu unit PLTN air ringan bertekanan tinggi (VVER = PWR) yang setahun kemudian

mencapai daya 5 Mwe. Pada tahun 1956 di Inggris dikembangkan PLTN jenis Gas Cooled

Reactor (GCR + Reaktor berpendingin gas) dengan daya 100 Mwe.

Pada tahun 1997 di seluruh dunia baik di negara maju maupun negara sedang

berkembang telah dioperasikan sebanyak 443 unit PLTN yang tersebar di 31 negara dengan

kontribusi sekitar 18 % dari pasokan tenaga listrik dunia dengan total pembangkitan

dayanya mencapai 351.000 Mwe dan 36 unit PLTN sedang dalam tahap kontruksi di 18

negara.

Dalam pembangkit listrik konvensional, air diuapkan di dalam suatu ketel melalui

pembakaran bahan fosil (minyak, batubara dan gas). Uang yang dihasilkan dialirkan ke

turbin uap yang akan bergerak apabila ada tekanan uap. Perputaran turbin selanjutnya

digunakan untuk menggerakkan generator, sehingga akan dihasilkan tenaga listrik.

Pembangkit listrik dengan bahan bakar batubara, minyak dan gas mempunyai

potensi yang dapat menimbulkan dampak lingkungan dan masalah transportasi bahanbakar

dari tambang menuju lokasi pembangkitan. Dampak lingkungan akibat pembakaran bahan

fosil tersebut dapat berupa CO2 (karbon dioksida), SO2 (sulfur dioksida) dan Nox (nitrogen

oksida), serta debu yang mengandung logam berat. Kekhawatiran terbesar dalam

Page 3: Tugas Makalah Kesehatan Kerja Industri-Angga

pembangkit listrik dengan bahan bakar fosil adalah dapat menimbulkan hujan asam dan

peningkatan pemanasan global.

PLTN berperasi dengan prinsip yang sama seperti PLK, hanya panas yang

digunakan untuk menghasilkan uap tidak dihasilkan dari pembakaran bahan fosil, tetapi

dihasilkan dari reaksi pembelahan inti bahan fisil (uranium) dalam suatu reaktor nuklir.

Tenaga panas tersebut digunakan untuk membangkitkan uap di dalam sistem pembangkit

uap ( Steam Generator) dan selanjutnya sama seperti pada PLK, uap digunakan untuk

menggerakkan turbingenerator sebagai pembangkit tenaga listrik. Sebagai pemindah panas

biasa digunakan air yang disirkulasikan secara terus menerus selama PLTN beroperasi.

Proses pembangkitan listrik ini tidak membebaskan asap atau debu yang

mengandung logam berat yang dibuang ke lingkungan atau melepaskan partikel yang

berbahaya seperti CO2, SO2, Nox ke lingkungan, sehingga PLTN ini merupakan

pembangkit listrik yang ramah lingkungan. Limbah radioaktif yang dihasilkan dari

pengoperasian PLTN adalah berupa elemen bakar bekas dalam bentuk padat. Elemen

bakar bekas ini untuk sementara bisa disimpan di lokasi PLTN sebelum dilakukan

penyimpanan secara lestari.

Jenis reaktor yang paling banyak dibangun saat ini adalah tipe Pressurized Water

Reactor dan Boiling Water Reactor. Perbedaannya adalah fasa pendingin pada siklus

pendingin primer. Untuk BWR pada siklus pendingin primer, pendingin berupa air ringan

mendidih menjadi uap yang selanjutnya digunakan untuk memutar turbin. Pada PWR

pendingin dengan tekanan tinggi dijaga dalam keadaan fasa cair yang selanjutnya melalui

steam generator memanaskan pendingin sekunder menjadi uap untuk memutar turbin.

Page 4: Tugas Makalah Kesehatan Kerja Industri-Angga

Bagian-bagian dari PLTN yang utama antara lain teras reaktor, moderator, sistem

pendingin dan pengungkung. Teras reaktor terdiri dari bahan bakar, batang kendali dan

sistem pemantauan reaktivitas. Bahan bakar untuk tipe reaktor PWR maupun BWR adalah

uranium diperkaya 2-5 persen. Moderator dan pendingin reaktor adalah air ringan (H2O).

Moderator berfungsi untuk memperlambat neutron cepat hasil reaksi fisi sehingga akan

menjadi neutron thermal yang akan bereaksi dengan bahan bakar.

Teras reaktor memiliki potensi bahaya yang berasal dari energi panas dari reaksi

berantai dan bahaya radioaktif. Penyediaan sistem pengungkungan fisik terhadap material

radioaktif dalam reaktor dan sistem yang akan terus menjaga keutuhan pengungkung fisik

harus diimplemetasikan dalam desain dan direalisasikan dalam desain dan pembangunan

PLTN. Implementasi dari sistem keselamatan tersebut adalah berbentuk penghalang ganda

dan pertahanan berlapis.

Page 5: Tugas Makalah Kesehatan Kerja Industri-Angga

BAB II

KECELAKAAN NUKLIR

Pengertian Kecelakaan Nuklir

Menurut definisi dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 Tentang

Ketenaganukliran, yang dimaksud Kecelakaan Nuklir adalah setiap kejadian atau rangkaian

kejadian yang menimbulkan kerugian nuklir. Adapun pengertian dari Kerugian Nuklir sendiri

adalah setiap kerugian yang dapat berupa kematian, cacat, cedera atau sakit, kerusakan

lingkungan hidup yang ditimbulkan oleh radiasi atau gabungan radiasi dengan sifat racun,

sifat mudah meledak, atau sifat bahaya lainnya sebagai akibat kekritisan bahan bakar nuklir

dalam instalasi nuklir atau selama pengangkutan, termasuk kerugian sebagai akibat

tindakan preventif dan kerugian sebagai akibat atau tindakan untuk pemulihan lingkungan

hidup.

Berdasarkan definisi tersebut maka suatu kejadian dapat dikategorikan sebagai

kecelakaan nuklir apabila menimbulkan kerugian nuklir. Kerugian tersebut bisa terjadi

kepada pekerjanya sendiri, masyarakat ataupun lingkungan hidup.

International Nuclear Event Scale

Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) telah mengeluarkan suatu skala mengenai

kejadian dan kecelakaan nuklir. Skala ini pertama kali ditetapkan pada tahun 1989 dan

hanya berlaku untuk reaktor nuklir namun kemudian diperluas untuk semua instalasi nuklir.

Pada tahun 2006, untuk mengakomodasi perkembangan maka diperluas untuk semua

kejadian penting yang terkait pengangkutan, penyimpanan dan penggunaan zat radioaktif.

Kelompok ahli nuklir yang tergabung dalam Badan Tenaga Atom Internasional

(IAEA) dan Organisasi Masyarakat Ekonomi Eropa (OECD) telah merumuskan INES yang

terdiri atas tujuh tingkat ukuran kecelakaan. Tolok ukur itu kini telah menjadi acuan semua

negara anggota IAEA dan OECD. Kecelakaan yang paling serius merupakan kecelakaan

yang paling jarang terjadi, demikian pula sebaliknya. Versi terakhir dari manual INES

ditetapkan pada 1 Juli 2008.

Seperti halnya dengan gempa bumi, tanpa adanya skala seperti Richter akan sulit

untuk menentukan besaran dari gempa tersebut. INES menjelaskan seberapa besar suatu

kejadian,dalam penggunaan radiasi dalam industri dan kesehatan, pengoperasian reaktor

nuklir dan pengangkutan zat radioaktif.

Dalam INES, kejadian diklasifikasikan dalam 7 tingkat. Skala 1 sampai 3 disebut

dengan incident atau kejadian, Skala 4 sampai 7 disebut dengan accidents atau kecelakaan.

Skala tersebut disusun berdasarkan tingkat keparahan suatu kejadian, dan keparahannya

Page 6: Tugas Makalah Kesehatan Kerja Industri-Angga

berlipat sepuluh kali lipat untuk setiap tingkatnya. Suatu kejadian tanpa adanya pengaruh

disebut deviasi dan diklasifikasikan pada tingkat 0.

Berdasarkan akibatnya, INES menggolongkan kejadian dan kecelakaan nuklir dan

radiologi ke dalam 3 kelompok dampak, yaitu:

1. Masyarakat dan Lingkungan, kelompok ini mempertimbangkan dosis radiasi ke

masyarakat yang berada di sekitar kejadian dan di wilayah yang terkena penyebaran

lepasan zat radioaktif dari instalasi. Merupakan efek ke luar tapak. Pada skala INES

kelompok ini mencakup skala 2 sampai 7.

2. Penghalang dan Pengendalian Radiologi, mencakup kejadian yang tidak

menimbulkan dampak langsung ke ke masayarakat atau lingkungan dan hanya

mempengaruhi fasilitas utama berupa level radiasi tinggi dan penyebaran sejumlah

besar zat radioaktif yang masih terkungkung di dalam instalasi. Pada skala INES

kelompok ini mencakup skala 2 sampai 5.

3. Pertahanan berlapis, kelompok ini juga mencakup kejadian yang tidak menimbulkan

dampak langsung ke masyarakat dan lingkungan tetapi untuk keadaan dimana

tindakan pencegahan kecelakaan tidak berfungsi sesuai dengan tujuannya. Pada

skala INES kelompok ini mencakup skala 1 sampai 3.

Adapun perincian dari masing-masing skala adalah sebagai berikut:

1. Skala 1, disebut juga anomali. Skala ini hanya mempengaruhi sistem pertahanan

berlapis. Ditandai dengan:

- Terlewatinya batas operasi pada reaktor.

- Ketidaknormalan unjuk kerja peralatan yang dioperasikan.

2. Skala 2, kejadian biasa. Skala ini ditandai dengan:

- mempengaruhi masyarakat dan lingkungan ditandai dengan paparan pada

masyarakat melebihi 10 mSv dan paparan kepada pekerja melebihi batas

tahunan yang ditetapkan. Contoh kejadian skala 1 adalah di Atucha, Argentina

Page 7: Tugas Makalah Kesehatan Kerja Industri-Angga

pada tahun 2005 dimana terjadi paparan berlebih kepada pekerja PLTN yang

melebihi batas tahunan.

- Mempengaruhi sistem pertahanan radiologi ditandai dengan tingkat radiasi di

area operasi lebih dari 50 mSv/jam dan terjadi kontaminasi yang signifikan di

fasilitas. Contoh kejadian ini adalah di Cadarache, Perancis pada tahun 1993

dimana terjadi kontaminasi di area yang tidak direncankan dalam desain.

- Mempengaruhi sistem pertahanan berlapis ditandai dengan kegagalan dari

perlengkapan keselamatan tapi tanpa adanya konsekuensi. Contoh kejadian ini

adalah di Forsmark, Swedia, pada tahun 2006. Terjadi penurunan fungsi

keselamatan untuk kegagalan penyebab sama dalam sistem catu daya darurat

pada PLTN.

3. Skala 3, kejadian serius. Skala ini ditandai dengan:

- mempengaruhi masyarakat dan lingkungan ditandai dengan paparan 10 kali lipat

batas tahunan pekerja.

- Mempengaruhi sistem pertahanan radiologi ditandai dengan laju paparan di area

operasi lebih dari 1 Sv/jam. Terjadi kontaminasi parah di area dengan

probabilitas rendah adanya paparan ke masyarakat. Contoh kejadian ini adalah

di Sellafield, Inggris tahun 2005. Terjadi lepasan zat radioaktif dalam jumlah

besar di dalam instalasi.

- Mempengaruhi sistem pertahanan berlapis ditandai dengan mendekati suatu

kecelakaan dengan tidak tersisanya sistem pertahanan berlapis . Contoh

kejadian ini PLTN Vandellos, Spanyol tahun 1989, mendekati kecelakaan

dikarenakan kebakaran yang mengakibatkan hilangnya sistem keselamatan.

4. Skala 4, kejadian tanpa risiko dampak ke lingkungan. Skala ini ditandai dengan:

- mempengaruhi masyarakat dan lingkungan ditandai paparan kecil. Dosis

masyarakat masih dalam batas yang ditetapkan. Contoh kejadian ini adalah di

Tokaimura, Jepang, 30 September 1999. Terjadi reaksi berantai yang tak

terkendali pada instalasi pemroses bahan bakar uranium. Kejadian ini

mengakibatkan terlepasnya gas radioaktif ke udara dan dilaporkan

mengakibatkan satu orang pekerja meninggal.

- Mempengaruhi sistem pertahanan radiologi ditandai dengan lelehnya bahan

bakar atau kerusakan bahan bakar menyebabkan lebih 0,1 % lepas ke teras.

Dosis radiasi besar di dalam instalasi dengan kemungkinan adanya paparan

kepada masyarakat. Contoh kejadian ini adalah di Saint Laurent des Eaux,

Perancis tahun 1980. Terjadi pelelehan bahan bakar di salah satu kanal reaktor.

Tanpa adanya lepasan keluar tapak.

5. Skala 5, kecelakaan dengan risiko dampak ke lingkungan. Skala ini ditandai dengan:

Page 8: Tugas Makalah Kesehatan Kerja Industri-Angga

- mempengaruhi masyarakat dan lingkungan ditandai dengan paparan terbatas.

Dampak terhadap masyarakat dan lingkungan. Contoh kejadian ini adalah di

PLTN Windscale No.1, Liverpool Inggris, 7 Oktober 1957. Terjadi kebakaran di

dalam bangunan PLTN tipe pendingin gas bermoderator grafit (graphite-cooled

reactor, GCR). Kejadian ini mengakibatkan terjadi kontaminasi di sekitar tampak

seluas 200 mile persegi.

- Mempengaruhi sistem pertahanan radiologi ditandai.. Contoh kejadian ini adalah

kerusakan parah di teras reaktor dan pelindung radiologis, lepasan sejumlah

besar zat radioaktif di instalasi dengan probabilitas tinggi paparan ke masyarakat.

Contoh kejadian ini adalah di PLTN Three Mile Islands, Amerika Serikat, 28

Maret 1979. Salah satu dari dua reaktor yang beroperasi terjadi kehilangan

sistem pendinginan yang diakibatkan terjadi kenaikan temperatur. Kejadian ini

mengakibatkan terjadi pelelehan teras parsial. Air dan gas radioaktif terlepas dari

sistem pendingin.

6. Skala 6, kecelakaan serius. Skala ini mempengaruhi masyarakat dan lingkungan

ditandai dengan lepasan signifikan zat radioaktif ke lingkungan. Contoh kejadian ini

adalah di Kyshtym, Rusia, tahun 1957. Adanya lepasan zat radioaktif signifikan

akibat ledakan tangki limbah.

7. Skala 7, kecelakaan besar. Skala ini mempengaruhi masyarakat dan lingkungan

ditandai dengan lepasan besar zat radioaktif ke lingkungan secara luas. Contoh

kejadian ini adalah di Chernobyl, Ukraina, 26 April 1986. Terjadi peledakan dan

kebakaran di dalam teras grafit pada salah satu dari 4 PLTN Rusia tipe RMBK.

Kejadian ini mengakibatkan terjadinya pelepasan material radioaktif ke beberapa

daerah Soviet, Eropa Timur, Scandinavia dan sampai ke Eropa bagian barat. Pada

kejadian ini dilaporkan telah terjadi kematian sebanyak 31 orang dan akibat yang lain

tidak diketahui dengan pasti.

Page 9: Tugas Makalah Kesehatan Kerja Industri-Angga

BAB III

MULTIPLE BARRIERS

Sumber potensi bahaya dalam reaktor nuklir adalah kandungan produk fissi yang

ada dalam bahan bakar reaktor. Produk fissi yang terkandung dalam bahan bakar nuklir

mempunyai beragam sifat radioaktif baik dalam tingkat aktivitas maupun panjang umur

waktu paronya. Sifat fisik produk fissi dapat berupa gas, bahan mudah menguap dan

padatan.

Konsep multiple barriers disebut juga dengan penghalang ganda. Bertujuan untuk

menghalangi penyebaran zat radioaktif dari bahan bakar ke lingkungan bebas. Dalam

desain PLTN tipe reaktor ringan yang banyak beroperasi pada saat ini terdapat empat

penghalang fisik untuk mencegah penyebaran zat radioaktif. Penghalang tersebut adalah:

1. Matriks bahan bakar (fuel matrix)

2. Kelongsong bahan bakar (fuel cladding)

3. Bejana reaktor (reactor pressure vessel)

4. Sungkup reaktor (reactor containment) dan struktur pendukungnya.

5. Gedung reaktor (reactor building)

A. Matriks bahan bakar

Matriks bahan bakar merupakan penghalang fisik pertama dalam sistem

penghalang ganda suatu PLTN. Matriks bahan bakar yang secara fisik berbentuk

pelet berdiameter berdiamnater lebih kurang satu sentimeter dan tebal sekitar satu

Page 10: Tugas Makalah Kesehatan Kerja Industri-Angga

setengah sentimeter cukup efektif untuk menahan pergerakan serpihan nuklida hasil-

hasil reaksi fissi agar tetap di tempat. Walaupun matriks bahan bakar berada dalam

kondisi lingkungan yang berat karena tekanan dan temparatur yang tinggi, tetapi

sebagaian besar radionuklida produk fissi tetap tertahan dalam kisi matriks uranium

dioksida dalam pil bahan bakar. Produk fissi berbentuk zat padat akan keluar dari

matrik pil bahan bakar jika terjadi kondisi yang sangat parah.

Produk fissi berbentuk gas dan bersifat mudah menguap sebagian besar

akan berdifusi ke luar pelet bahan bakar dipicu oleh adanya perbedaan temperatur.

B. Kelongsong Bahan Bakar

Bentuk penghalang fisik yang kedua adalah kelongsong bahan bakar

berbentuk tabung panjang dengan diameter beberapa milimeter lebih besar dari

pelet bahan bakar. Pil bahan bakar disusun dan dimasukkan dalam tabung

kelongsong, selanjutnya kedua ujung tabung ditutup rapat dan kedap. Dalam tabung

kelongsong terdapat celah ruang kosong antara pil dan tabung kelongsong. Celah

tersebut diisi dengan gas helium bertekanan untuk memperbaiki sifat perpindahan

panas anatara pil dan dinding tabung kelongsong bahan bakar. Selain itu ruang

kosong juga berfungsi untuk menampung gas produk fissi yang terbebaskan dari

matrik bahan bakar.

C. Bejana reaktor.

Penghalang fisik yang ketiga adalah bejana tekan reaktor bersama sistem

perpipaan saluran pendingin primer. Bejana tekan reaktor adalah tabung yang

mengungkung teras reaktor dan tahan terhadap tekanan operasi. Bejana terbuat

dasri sejenis baja karbon yag dicetak dengan sistem cetak tekan dan memiliki

ketebalan lebih kurung 25 cm untuk PWR. Kegagalan sistem pendingin primer

mengakibatkan kebocoran sehingga radionuklida yang terkandung di dalamnya

keluar.

D. Sungkup reaktor

Sungkup reaktor dan struktur bangunan pendukung sungkup adalah

implementasi penghalang fisik yang keempat. Bagian dalam struktur sungkup reaktor

mempunyai penguat dalam bentuk liner baja yang kedap. Di dalam sungkup terdapat

sistem pendingin primer. Antara sungkup reaktor dan gedung reaktor terdapat

rongga yang disebut annulus. Rongga tersebut akan memberikan ruang pendinginan

liner baja dan akan menampung apabila tedapat kebocoran gas di sistem pendingin

primer.

E. Gedung reaktor

Gedung reaktor adalah penghalang fisik yang termakhir. Terbuat dari pelat

baja dan beton setebal dua meter.

Page 11: Tugas Makalah Kesehatan Kerja Industri-Angga

BAB IV

PERTAHANAN BERLAPIS

Sistem pertahanan berlapis, secara umum dapat diartikan sebagai suatu sistem yang

harus menjaga keutuhan penghalang fisik dalam berbagai kondisi operasi reaktor. Kondisi

operasi reaktor secara umum dibagi menjadi dua kondisi yaitu kondisi operasional dan

kondisi kecelakaan. Kondisi operasional terdiri dari operasi normal dan kejadian operasional

terantisipasi sedangkan kondisi kecelakaan terdiri dari kecelakaan dasar desain (DBA) dan

kecelakaan melampaui dasar desain (BDBA).

Sistem pertahanan berlapis harus mampu mempertahankan keutuhan penghalang

fisik dengan melakukan tindakan pencegahan maupun mitigasi terhadap segala kejadian

yang muncul dari kondisi-kondisi di atas kecuali BDBA. Sistem pertahanan berlapis terdiri

dari lima lapis yaitu:

A. Lapisan 1: Pencegahan operasi abnormal dan menghindari terjadinya kegagalan.

Lapisan ini dimulai sejak pemilihan tapak, desain, perakitan dan kontruksi

hingga komisioning dan dilanjutkan dengan tahap operasi daya. Tapak reaktor nuklir

untuk PLTN dipilih sedemikian rupa sehingga semua faktor lingkungan di sekitar

tapak tidak membawa pengaruh negatif terhadap keselamatan nuklir. Lingkungan

sekitar tapak juga diperhitungkan kemampuannya untuk menerima limbah reaktor

baik dalam kondisi normal maupun kecelakaan, dapat mendukung pembebasan zat

radioaktif dalam manajemen kecelakaan, dan mampu menyerap dan mengambil

energi panas yang dikandung reaktor setelah reaktor dipadamkan.

Desain reaktor nuklir harus mampu mempertimbangkan berbagai kejadian

yang mengancam keselamatan reaktor, termasuk kecelakaan dasar desain.

Komponen sistem dan struktur yang dipilih harus mempunyai karakteristik yang

sesuai dan dapat memenuhi persyaratan spesifikasi unjuk kerja. Teknologi yang

akan diterapkan dalam desain harus sudah teruji baik dalam pengalaman maupun

pengujian khusus. Untuk PLTN yang akan dibangun di Indonesia, disyaratkan desain

tersebut telah proven technology.

B. Lapisan 2: Pengendalian kondisi abnormal dan deteksi kegagalan.

Fitur ini bertujuan untuk mengendalikan kondisi operasi yang abnormal

kembali ke kondisi normal dengan aman. Selain itu fitur ini juga akan mampu

melakukan deteksi dini terhadap kegagalan sehingga dampaknya dapat diatasi

secara lebih awal. Bentuk dari lapisan ini adalah sistem proteksi yang dapat

membatasi kondisi operasi sehingga berada pada batas aman. Juga dilakukan

pengawasan terhadap sistem, struktur, dan komponen secara teliti sehingga setiap

ada kelainan akan terdeteksi dengan cepat. Untuk menghindari human error,

Page 12: Tugas Makalah Kesehatan Kerja Industri-Angga

personil pengoperasi reaktor harus terdidik dan terlatih sesuai dengan kompetensi

yang disyaratkan. Tanggung jawab keselamatan harus jelas, sehingga tidak akan

menimbulkan kesalahan tindakan dan salah interpretasi terhadap kondisi

operasional.

C. Lapisan 3: Pengendalian kecelakaan dasar desain

Fitur ketiga ini akan berperan jika terjadi suatu kecelakaan dasar desain, yaitu

kecelakaan yang sudah diperhitungkan pada saat mendesain reaktor. Bentuk dari

sistem keselamatan ini adalah sistem keselamatan teknis dan prosedur kecelakaan.

Sistem tersebut antara lain sistem reactor trip, sistem pendinginan teras darurat,

sistem pendinginan panas sisa, pengambilan radioaktifitas pasca kecelakaan dan

keutuhan sungkup reaktor.

D. Lapisan 4. Pengendalian kondisi kecelakaan parah

Fitur ini berupa tindakan pelengkap yang mnyempurnakan tindakan

penanganan kecelakaan serta manajemen kecelakaan. Dilakukan untuk

mengendalikan kecelakaan tidak berkembang menjadi lebih parah, termasuk mitigasi

akibat kecelakaan parah.

E. Lapisan 5: Tindakan tanggap darurat nuklir di luar tapak.

Fitur ini adalah suatu tindakan lebih lanjut untuk melindungi kelangsungan

hidup manusia apabila sistem proteksi mengalami kegagalam. Tindakan yang

dilakukan diantaranya melindungi penduduk dengan penyelamatan, evakuasi,

sheltering, dan food controling. Fitur ini selain dilakukan oleh organisasi pengoperasi

dan badan pengawas juga melibatkan pemerintah dan sistem penanggulangan

bencana nasional dan daerah.

Page 13: Tugas Makalah Kesehatan Kerja Industri-Angga

BAB V

KESIMPULAN

PLTN memiliki potensi bahaya radiasi dan panas di terasnya. IAEA sebagai badan

tenaga atom nasional telah mengeluarkan suatu skala kecelakaan nuklir. Berdasar dari

keparahan dan dari kecelakaan tersebut. Untuk itu diperlukan sistem keselamatan yang

akan menjamin keselamatan pengoperasian PLTN dan menjamin keselamatan pekerja,

masyarakat dan lingkungan. Terdapat dua sistem keselamatan utama dari PLTN yaitu

penghalang ganda dan pertahanan berlapis. Sistem penghalang ganda berupa penghalang

fisik yang mengungkung zat radioaktif tetap di dalam instalasi dari mulai bentuk fisik bahan

bakar sampai gedung reaktor. Sementara penghalang berlapis adalah suatu sistem untuk

menjaga keutuhan penghalang fisik. Sistem ini lebih kepada suatu filosofi keselamatan yang

menyeluruh dimulai dari tahap desain, konstruksi dan pengoperasian reaktor. Termasuk

manajemen dan personil pengoperasi.

Page 14: Tugas Makalah Kesehatan Kerja Industri-Angga

Daftar Pustaka

Widodo, Surip. Materi Basic Profesional Training Course on Nuclear Safety.

BAPETEN, 2009

Undang-Undang No. 10 Tahun 1997 Tentang Ketenaganukliran

Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 Tentang Keselamatan Radiasi Pengion

Dan Keamanan Sumber Radioaktif

IAEA, The International Nuclear Event Scale User’s Manual, 2001

Matsuno, Yoshiaki. Basic Concept of Nuclear Power Plant Safety. JAEA, 2009

Aoki, Tadao. Case Study of Nuclear Events in Japanese NPP. JAEA. 2009

JNES, Safety Design of Nuclear Power Plant, 2001

IAEA, INSAG 10: Defence In Depth In Nuclear Safety. 1996