tugas makalah 8dvbd juni

18
I. PENDAHULUAN Masalah obesitas pada saat ini adalah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat dunia. Saat ini banyak sekali jumlah masyarakat yang menderita obesitas dengan berkembangnya jaman serta perubahan kehidupan modern dan pola hidup yang kurang sehat. Obesitas dianggap sebagai sinyal pertama munculnya kelompok penyakit-penyakit non infeksi (Non Communicable Diseases) yang saat ini banyak terjadi di negara-negara maju maupun negara berkembang, seperti Indonesia. Faktor-faktor diet dan aktivitas fisik mempunyai pengaruh yang kuat terhadap keseimbangan energi dan dapat dikatakan sebagai faktor-faktor utama yang dapat diubah, dimana faktor-faktor tersebut memiliki banyak kekuatan dari luar yang dapat memicu penambahan berat badan. Faktor yang tidak dapat diubah, salah satunya adalah faktor genetik. Orang dengan riwayat keluarga menderita obesitas, berkemungkinan besar untuk menderita obesitas juga. Pola makan yang tidak beraturan dan berlebihan juga sangatlah berpengaruh terhadap risiko obesitas. Masalah ini yang menjadikan bahasan dalam diskusi kasus dengan topik obesitas menjadi sangat menarik untuk diangkat dan dipelajari, semoga apa yang saya tulis dalam karya saya dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas PalangkaRaya khususnya dan Khalayak ramai pada umumnya.

Upload: listamimo

Post on 17-Dec-2015

14 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gfhfhgf

TRANSCRIPT

I. PENDAHULUANMasalah obesitas pada saat ini adalah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat dunia. Saat ini banyak sekali jumlah masyarakat yang menderita obesitas dengan berkembangnya jaman serta perubahan kehidupan modern dan pola hidup yang kurang sehat.Obesitas dianggap sebagai sinyal pertama munculnya kelompok penyakit-penyakit non infeksi (Non Communicable Diseases) yang saat ini banyak terjadi di negara-negara maju maupun negara berkembang, seperti Indonesia.Faktor-faktor diet dan aktivitas fisik mempunyai pengaruh yang kuat terhadap keseimbangan energi dan dapat dikatakan sebagai faktor-faktor utama yang dapat diubah, dimana faktor-faktor tersebut memiliki banyak kekuatan dari luar yang dapat memicu penambahan berat badan. Faktor yang tidak dapat diubah, salah satunya adalah faktor genetik. Orang dengan riwayat keluarga menderita obesitas, berkemungkinan besar untuk menderita obesitas juga. Pola makan yang tidak beraturan dan berlebihan juga sangatlah berpengaruh terhadap risiko obesitas.Masalah ini yang menjadikan bahasan dalam diskusi kasus dengan topik obesitas menjadi sangat menarik untuk diangkat dan dipelajari, semoga apa yang saya tulis dalam karya saya dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas PalangkaRaya khususnya dan Khalayak ramai pada umumnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian ObesitasObesitas atau kegemukan didefinisikan sebagai kelebihan akumulasi lemak tubuh sedikitnya 20 % dari berat rata-rata untuk usia, jenis kelamin dan tinggi badan. Prognosis umum untuk peningkatan dan mempertahankan penurunan berat badanburuk.Namunkeinginan untuk pola hidup lebih sehat dan penurunan faktor resiko sehubungan dengan ancaman penyakit terhadap hidup memotivasi beberapa orang mengikuti diet dan program penurunan berat badan.Obesitas juga merupakan suatu keadaan patologis dengan terdapatnya penimbuan lemak yang berlebihan daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Masalah gizi karena kelebihan kalori biasanya disertai kelebihan lemak dan protein hewani, kelebihan serat dan mikro nutrien. Nutrien yang kelak dapat merupakan faktor resiko untuk terjadinya berbagai jenis penyakit degeneratif seperti ; DM, hipertensi, penyakit jantung koroner, reumatik dan berbagai jenis penyakit keganasan (kanker) dan gangguan kesehatan lain yang akan memerlukan biaya pengobatan yang sangat besar.

2. KlasifikasiObesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:1.Obesitas ringan: kelebihan berat badan 20-40%2. Obesitas sedang: kelebihan berat badan 41-100%3.Obesitas berat: kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk)Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index, BMI)BMIKlasifikasi

< 18.5berat badan di bawah normal

18.524.9Normal

25.029.9normal tinggi

30.034.9Obesitas tingkat 1

35.039.9Obesitas tingkat 2

40.0Obesitas tingkat 3

Body Mass Index (BMI) merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan (membandingkan) berat badan dengan tinggi badan.Dengan Rumus:Satuan Metrik menurutsistem satuan internasional:BMI=kilogram/meter2Rumus:BMI=b/t2Dimana badalah berat badan dalam satuan metrikkilogramdantadalah tinggi badan dalammeter. Tipe-tipe obesitas :

Berdasarkan kondisi selnya, kegemukan dapat digolongkan Dalam beberapa tipe (Purwati, 2001) yaitu : 1) Tipe Hiperplastik, adalah kegemukan yang terjadi karena jumlah sel yang lebih banyak dibandingkan kondisi normal, tetapi ukuran sel-selnya sesuai dengan ukuran sel normal terjadi pada masa anak-anak.Upaya menurunkan berat badan ke kondisi normal pada masa anak-anak akan lebih sulit.

2) Tipe Hipertropik, kegemukan ini terjadi karena ukuran sel yang lebih besar dibandingkan ukuran sel normal. Kegemukan tipe ini terjadi pada usia dewasa dan upaya untuk menurunkan berat akan lebih mudah bila dibandingkan dengan tipe hiperplastik.

3) Tipe Hiperplastik dan Hipertropik kegemukan tipe ini terjadi karena jumlah dan ukuran sel melebihi normal. Kegemukan tipe ini dimulai pada masa anak - anak dan terus berlangsung sampai setelah dewasa. Upaya untuk menurunkan berat badan pada tipe ini merupakan yang paling sulit, karena dapat beresiko terjadinya komplikasi penyakit, seperti penyakit degeneratif.

Berdasarkan penyebaran lemak didalam tubuh, ada dua tipe obesitas yaitu :a. Tipe buah apel (adroid), pada tipe ini ditandai dengan pertumbuhan lemak yang berlebih di bagian tubuh sebelah atas yaitu sekitar dada, pundak, leher dan muka. Tipe ini pada umumnya dialami pria dan wanita yang sudah menopause. Lemak yang menumpuk adalah lemak jenuh.

b. Tipe buah pear (Genoid), tipe ini mempunyai timbunan lemak pada bagian bawah, yaitu sekitar perut, pinggul, paha dan pantat. Tipe ini banyak diderita oleh perempuan. Jenis timbunan lemaknya adalah tidak jenuh.

3. Patofisiologi Obesitas Pengaturan jumlah energi yang kita ambil dari makanan melibatkan beberapa jaringan dan mekanisme yang menghubungkan otak dengan usus. Proses ini merupakan kunci dari pengaturan BB dan modifikasi perilaku makan jangka panjang. Obesitas ditandai dengan peningkatan jaringan adiposa subkutan. Konsekuensi metaboliknya seperti resistensi insulin terutama terjadi akibat deposit lemak pada tempat2 tertentu seperti omentum, hati dan otot-otot rangka. Akhir-akhir ini telah pula ditemukan sejenis virus yang menyertai terjadinya obesitas. Human adenovirus Ad-36 menyebabkan peningkatan diferensiasi dan akumulasi lipid pada manusia. Pre adiposit 3T3-L1 dapat menerangkan efek adipogenik dari Ad-36. Regulasi BB dapat terjadi baik jangka pendek maupun jangka panjang. Obesitas terjadi sebagai akibat ketidakseimbangan dalam asupan dan pengeluaran energi. Sejumlah informasi telah tersedia tentang gen, peptida, neurotransmiter dan reseptor di hipothalamus serta area disekitarnya yang mengatur nafsu makan dan berat badan.Neuropeptida utama yang meningkatkan nafsu makan adalah neuropeptida Y. Namun masih terdapat berbagai neuropeptida lain yang dapat meningkatkan nafsu makan, antara lain :- Orexin A dan B- Agouti related peptides (AgRP)- Melanin concentrating hormones (MCH)Sebaliknya, neuropeptida yang dapat menurunkan nafsu makan antara lain adalah :- Pro-opio melanocortin (POMC) yang bekerja pada reseptor MC4- Cocaine and amphetamine related transcript (CART)- Corticotropin releasing hormone (CRH)- Prolactin releasing peptide (PrRP)- a-melanocyte stimulating hormone (a-MSH)- 5- hydroxy triptamine (5-HT)- Serotonin- Leptin Receptor (LEPR)

Ada 4 hipotesis yang dapat menerangkan mekanisme yang terlibat dalam regulasi nafsu makan, yaitu :1. Hipotesis lipostatikBerdasarkan hipotesis ini, jaringan adiposa menghasilkan sinyal hormonal yang proporsional dengan jumlah lemak. Obesitas dikatakan sebagai kondisi inflamasi didalam tubuh. Saat ini telah ditemukan beberapa adipositokin yang terlibat dalam proses inflamasi, yaitu :- IL-1 beta - IL-10 - TGF-beta- IL-6 - IL-18- IL-8 - TNF-alpha

Disamping itu respons fase akut berupa serum amyloid A dan PAI-1, ditemukan meningkat pada sindrom metabolik. Dari jaringan lemak putih (White Adipose Tissue) terjadi pelepasan leptin dan resistin yang menurunkan nafsu makan. Juga terjadi pelepasan adiponektin dan adipocytokine like TNF-a dan IL-6 yang meningkatkan nafsu makan. Jaringan lemak coklat (Brown Adipose Tissue) juga melepaskan PPAR-g dan uncoupled protein-1 (UCP-1) yang bertanggung jawab dalam terjadinya peningkatan laju metabolisme dan penurunan BB.2. Hipotesis peptida ususDidalam lambung dilepaskan berbagai peptida yang berhubungan dengan asupan makan, antara lain GRP (Gastrin Related Peptide). Glukagon dan somatostatin dari pankreas menyebabkan penurunan nafsu makan dan berperan dalam mengendalikan berat badan.Beberapa peptida lain seperti Cholecystokinin dan PYY yang dilepaskan dari usus dan kolon juga bertanggung jawab dalam pengaturan nafsu makan dan berat badan. Polipeptida ghrelin yang dilepaskan dari gaster memiliki efek Oreksigenik melalui jalur NPY/AGRP didalam nucleus arcuatus. 3. Hipotesis glukostatikHipotesis ini menyatakan bahwa penurunan kadar glukosa darah akan meningkatkan nafsu makan. 4. Hipotesis thermostatikHipotesis ini menyatakan bahwa penurunan suhu tubuh dibawah normal akan merangsang nafsu makan dan sebaliknya peningkatan suhu tubuh akan mengurangi nafsu makan.

4. Komplikasi ObesitasObesitas dapat menimbulkan berbagai komplikasi serius yang akan menurunkan kualitas hidup, meningkatkan morbiditas dan kematian prematur, antara lain :1. Sindrom DismetabolikDikenal juga dengan sindrom metabolik atau sindrom resistensi insulin atau sindrom X yang merupakan kumpulan faktor-faktor risiko metabolik untuk terjadinya Penyakit Jantung Koroner.Gambaran sindrom ini meliputi : resistensi insulin disertai hiperinsulinemi gangguan toleransi glukosa diabetes melitus tipe 2 dislipidemi yang ditandai dengan hipertrigliseridemi dan kadar HDL kholesterol yang rendah hipertensiFaktor risiko metabolik lain berupa peningkatan kadar apolipoprotein B, partikel2 small dense LDL, dan PAI1 disertai dengan gangguan fibrinolisis dapat terjadi pada obesitas abdominal.Sindrom dismetabolik biasanya terjadi pada individu dengan obesitas yang nyata, namun beberapa penelitian juga mendapatkan bahwa sindrom ini dapat terjadi pada individu dengan BB yang normal namun memiliki jumlah lemak abdominal yang berlebihan. Patogenesis yang mendasari sindrom dismetabolik sampai saat ini belum jelas, namun terdapat hipotesis yang kuat bahwa resistensi insulin merupakan dasar patogenik yang umum.2. Diabetes Melitus tipe 2Peningkatan yang tajam dari prevalensi obesitas memainkan peran penting dalam terjadinya peningkatan prevalensi diabetes selama 20 tahun terakhir di Amerika Serikat.Berdasarkan data dari NHANES III, dua pertiga dari laki-laki dan wanita di Amerika Serikat yang didiagnosis DM tipe 2 mempunyai IMT 27 kg/m2.Risiko terjadinya diabetes meningkat secara linear dengan IMT, sebagai contoh, prevalensi diabetes dalam penelitian NHANES III meningkat dari 2 % pada kelompok individu dengan IMT antara 25 sampai 29,9 kg/m2 menjadi 8% pada IMT antara 30 - 34,9 kg/m2 dan 13% pada IMT yang lebih dari 35 kg/m2.Dalam the Nurses Health Study, risiko diabetes mulai meningkat bila IMT melampaui nilai normal 22 kg/m2. Risiko diabetes juga meningkat dengan meningkatnya berat badan selama masa remaja. Diantara laki-laki dan wanita umur 35 sampai 60 tahun, risiko diabetes 3 kali lebih besar pada kelompok yang mengalami penambahan berat badan seberat 5 sampai 10 kg sejak mereka berusia 18 sampai 20 tahun, dibandingkan dengan mereka yang hanya mengalami penambahan berat badan tidak lebih dari 2 kg.3. DislipidemiObesitas disertai dengan abnormalitas lipid didalam serum, berupa hipertrigliseridemi, kadar HDL yang menurun dan peningkatan fraksi small dense LDL. Abnormalitas lipid ini terutama jelas terlihat pada individu dengan obesitas abdominal. Disamping itu banyak studi yang membuktikan bahwa kadar kolesterol total dan kolesterol LDL mengalami peningkatan pada obesitas. Data dari NHANES III menunjukkan bahwa pada laki-laki terjadi peningkatan progresif dari prevalensi hiperkolesterolemi (total kolesterol 240 mg/ dl atau 6.21 mmol/L) dengan meningkatnya IMT. Sebaliknya pada wanita, prevalensi hiperkolesterolemi tertinggi pada IMT 25 - 27 kg/m2, dan tidak meningkat lebih lanjut pada IMT yang lebih tinggi. Abnormalitas lipid yang menyertai obesitas merupakan faktor risiko penting untuk terjadinya Penyakit Jantung Koroner.4. HipertensiTerdapat hubungan linear antara hipertensi dan Indeks Massa Tubuh. Dalam studi NHANES III, prevalensi hipertensi pada laki-laki dan wanita obes sebesar 42% dan 38%.Angka ini 2 kali lebih tinggi dibandingkan pada laki2 dan wanita dengan BB normal (diperkirakan 15%). Risiko hipertensi juga meningkat dengan penambahan BB.Diantara subjek pada Studi Framingham, terjadi peningkatan tekanan darah sebesar 6,5 mmHg pada setiap 10% peningkatan berat badan.5. Penyakit Jantung KoronerRisiko penyakit jantung koroner pada individu obes meningkat terutama pada individu dengan distribusi lemak abdominal yang dominan dan yang memiliki berat badan berlebih mulai usia dewasa muda. Dalam the Nurses Health Study, risiko infark miokard fatal dan non fatal lebih besar pada wanita yang mempunyai IMT yang terendah tapi dengan rasio lingkar perut-paha yang paling tinggi dibandingkan dengan wanita dengan IMT tertinggi namun dengan rasio lingkar perut-paha terendah.6. Penyakit Tromboemboli dan SerebrovaskularRisiko terjadinya stroke iskemik fatal dan non fatal 2 kali lebih tinggi pada individu obes dibandingkan individu kurus dan akan meningkat secara progresif dengan pertambahan IMT. Risiko terjadinya stasis vena, trombosis vena dalam dan emboli paru juga meningkat pada obesitas, terutama pada individu dengan obesitas abdominal. Penyakit trombosis vena ekstremitas bawah dapat terjadi akibat meningkatnya tekanan intraabdominal, gangguan fibrinolisis dan peningkatan mediator2 inflamasi.7. Batu empeduObesitas disertai dengan meningkatnya produksi kolesterol didalam empedu, disertai supersaturasi cairan empedu dan tingginya insiden batu empedu, terutama batu empedu yang mengandung kolesterol.Individu yang mempunyai kelebihan berat badan 50% diatas berat badan ideal mempunyai risiko untuk mengalami batu empedu sebesar 6 kali dibandingkan individu dengan berat badan normal.8. KankerObesitas pada laki-laki disertai dengan angka kematian yang tinggi akibat kanker, termasuk kanker esofagus, kolon, rektum, pankreas, hati dan prostat; sedangkan obesitas pada wanita disertai dengan angka kematian yang tinggi akibat kanker kantong empedu, saluran empedu, payudara, endometrium, cervix uteri dan ovarium. Data terbaru menunjukkan bahwa angka kematian akibat kanker pada obesitas di Amerika sebesar 14% pada laki-laki dan 20% pada wanita.9. Penyakit tulang, sendi dan kulitObesitas disertai dengan peningkatan risiko osteoartritis, yang terjadi akibat beban berat badan yang disanggah oleh persendian. Diantara kelainan kulit yang menyertai obesitas adalah acanthosis nigricans, yang ditandai dengan penebalan kulit yang kehitaman dari lipatan kulit didaerah leher, siku dan ruang interfalang dorsal. Acanthosis nigricans menunjukkan beratnya resistensi insulin dan akan berkurang dengan penurunan berat badan. Disamping itu stasis vena meningkat pada individu obes.10. Obstructive Sleep Apnea (OSA)Obstructive sleep apnea (OSA) merupakan kelainan pernafasan pada saat tidur, dimana terjadi penurunan aliran udara pada saat bernafas yang akan menyebabkan hipoksemia dan hiperkapnia. Periode apnoe atau hipopnoe okstruktif ini disebabkan karena penutupan sempurna atau sebagian dari aliran udara faring. Hal ini terjadi karena otot2 dibelakang lidah mengalami relaksasi pada saat tidur. Akibatnya akan menutup saluran nafas yang akan menyebabkan penghentian total atau sebagian dari proses bernafas, yang berlangsung sekitar 10 detik. Keadaan ini akan menyebabkan penurunan saturasi oksigen didalam darah sehingga dapat terjadi hipoksemia dan hiperkapnia. Obstructive sleep apnea ditandai dengan mendengkur (snoring) yang dapat terjadi berulang-ulang selama tidur. Pasien biasanya disertai rasa mengantuk pada siang hari. Diagnosis klinik OSA ditegakkan bila frekwensi apnoe/hipopnoe per jam selama tidur (apnea-hypopnea index [AHI]) lebih dari 5 kali pada orang dewasa. Berat ringannya OSA ditentukan berdasarkan perhitungan AHI :OSA ringan > AHI 6 - 10 kali perjamOSA sedang > AHI 21-40 kali perjamOSA berat > AHI lebih dari 40 kali perjamBukti terbaru menunjukkan bahwa OSA merupakan faktor risiko independen untuk terjadinya hipertensi, morbiditas dan mortalitas kardiovaskular serta mati mendadak.

III. DAFTAR PUSTAKA1. Misnadiarly. Obesitas Sebagai Faktor Risiko Beberapa Penyakit. Jakarta: Pustaka Obor Populer, 2007.2. Mutadin, Z. Obesitas dan Faktor Penyebabnya.[serial online]. 2002. [cited 2011 oct 6]. Avaible from: URL : http://www.e-psikologi.com/epsi/individual_detail.asp?id=3783. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta : EGC, 2001.

OBESITAS MODUL METABOLIK ENDOKRIN

NAMA : NI WAYAN LISTARI SETIA WATINIM : FAA 111 0047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERUNIVERSITAS PALANGKARAYA2015