tugas analisis jurnal juni

42
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bayi Prematur adalah bayi yang lahir kurang dari usia kehamilan yang normal (37 minggu) dan juga dimana bayi mengalami kelainan penampilan fisik. Prematuritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama diantara bayi dengan badan 1500 gr atau kurang saat lahir, sehingga keduanya berkaitan dengan terjadinya peningkatan mordibitas dan mortalitas neonatus dan sering di anggap sebagai periode kehamilan pendek (Nelson 1988 dan Sacharin 1996). Bayi prematur karena sistem imunnya belum matur maka sering mengalami penyakit infeksi termasuk infeksi nosokomial Infeksi nosokomial adalah penyebab signifikan morbiditas dan kematian pada bayi prematur. Pada bayi, infeksi perinatal telah dikaitkan dengan hasil yang merugikan neurologis. Selain itu, infeksi nosokomial telah dikaitkan dengan peningkatan biaya yang berhubungan dengan perpanjangan hari rawat di rumah sakit, hal ini akan mempengaruhi terhadap sosial ekonomi. Beberapa penyakit infeksi pada bayi premature dapat dicegah dengan profilaktik probiotik. Probiotik adalah bakteri non patogen yang menguntungkan yang hidup berkoloni dalam usus halus dan dapat menyebabkan perubahan mikroflora usus dan

Upload: miftakhul-khoery

Post on 28-Jan-2016

38 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas analisis jurnal Juni

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Analisis Jurnal Juni

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bayi Prematur adalah bayi yang lahir kurang dari usia kehamilan yang normal (37

minggu) dan juga dimana bayi mengalami kelainan penampilan fisik. Prematuritas dan

berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama diantara bayi dengan

badan 1500 gr atau kurang saat lahir, sehingga keduanya berkaitan dengan terjadinya

peningkatan mordibitas dan mortalitas neonatus dan sering di anggap sebagai periode

kehamilan pendek (Nelson 1988 dan Sacharin 1996). Bayi prematur karena sistem

imunnya belum matur maka sering mengalami penyakit infeksi termasuk infeksi

nosokomial

Infeksi nosokomial adalah penyebab signifikan morbiditas dan kematian pada bayi

prematur. Pada bayi, infeksi perinatal telah dikaitkan dengan hasil yang merugikan

neurologis. Selain itu, infeksi nosokomial telah dikaitkan dengan peningkatan biaya

yang berhubungan dengan perpanjangan hari rawat di rumah sakit, hal ini akan

mempengaruhi terhadap sosial ekonomi. Beberapa penyakit infeksi pada bayi

premature dapat dicegah dengan profilaktik probiotik.

Probiotik adalah bakteri non patogen yang menguntungkan yang hidup berkoloni

dalam usus halus dan dapat menyebabkan perubahan mikroflora usus dan

mempengaruhi aktivitas metabolik dengan hasil yang menguntungkan bagi host.

Probiotik telah banyak dimanfaatkan untuk penanggulangan penyakit

gastroenteritis seperti diare (Salazar et al., 2007; Pant et al., 2007 ; Tabbers dan

Benninga, 2007; Collado et al., 2009 ), menstimulasi sistem kekebalan (immune)

tubuh (Isolauri et al., 2001 ; Isolauri dan Salminen, 2008), menurunkan kadar

kolesterol (Pereira et al., 2003; Yulinery et al., 2006; Belviso et al., 2009; Lee et al.,

2010), pencegahan kanker kolon dan usus (Brady et al., 2000; Pato, 2003; Liong,

2008), penanggulangan dermatitis atopik pada anak-anak (Betsi et al., 2008; Torii et

al., 2010), menanggulangi penyakit irritable bowel syndrome (Malinen et al., 2010;

Lyra et al., 2010), penatalaksanaan alergi (Vanderhoof, 2008), pencegahan dan

penanganan penyakit infeksi (Wolvers et al., 2010). Oleh karena itulah penulis

Page 2: Tugas Analisis Jurnal Juni

tertarik untuk menganalisis jurnal yang berjudul “Prophylactic Probiotics to Prevent

Death and Nosocomial Infection in Preterm Infants”

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Menganalisis jurnal penelitian keperawatan anak yaitu: “ Prophylactic Probiotics

to Prevent Death and Nosocomial Infection in Preterm Infants”

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan analisis jurnal internasional hasil penelitian yang telah dilakukan

penelitian

b. Memberikan saran terkait dengan penerapan hasil jurnal penelitian yang dapat

diaplikasikan di Indonesia

C. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada makalah ini terdiri dari BAB I pendahuluan, BAB II ,

tinjauan teori, BAB III Analisis Jurnal Penelitian, serta BAB IV pembahasan, BAB V

penutup.

Page 3: Tugas Analisis Jurnal Juni

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Infeksi Nosokomial

1. Definisi

Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit dalam sistem

pelayanan kesehatan yang berasal dari proses penyebaran sumber pelayanan

kesehatan, baik melalui pasien, petugas kesehatan, maupun sumber lain.

2. Tujuan pengendalian infeksi nosokomial ini terutama :

a. Melindungi pasien

b. Melindungi tenaga kesehatan, pengunjung

c. Mencapai cost effective

3. Sumber Infeksi Nosokomial

Beberapa sumber penyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah :

a. Pasien. Pasien merupakan unsur pertama yang dapat menularkan infeksi ke

pasien laimnya, petugas kesehatan, pengunjung.

b. Petugas Kesehatan. Petugas kesehatan dapat menyebarkan infeksi melalui

kontak langsumg yang dapat rnenularkan berbagai kuman ke tempat lain.

c. Pengunjung. Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang didapat dari luar ke

dalam lingkungan rumah sakit atau sebaliknya, yang didapat dari dalam rumah

sakit ke luar rumah sakit.

d. Sumber Lain. Sumber lain yang dimaksud di sini adalah iingkungan rumah

sakit yang meliputi lingkungan umum atau kondisi kebersihan rumah sakit atau

alat yang ada di rumah sakit yang dibawa oleh pengunjung atau petugas

kesehatan kepada pasien, dan sebaliknya.

4. Jenis-jenis infeksi nosokomial

a. Bakteriemia

Bakteriemia adalah keadaan pasien dengan menunjukkan demam tinggi setelah

3x24 jam dirawat di rumah sakit dengan suhu mencapai 38,5C. Dikatakan

bakteriemia nosokomial apabila terjadi tindakan invasif di rumah sakit seperti

pemasangan infus, lumbal fungsi dan kateterisasi.

Page 4: Tugas Analisis Jurnal Juni

b. Infeksi saluran kemih

Infeksi saluran kemih terjadi setelah dilakukan tindakan keteterisasi buli-buli

dan tindakan invasif pada system reproduksi.

c. Infeksi luka operasi

Infeksi luka operasi dikatakan infeks nosokomial bila keadaan pra bedah dan

selama pembedahan terjadi infeksi pada luka operasi.

d. Infeksi hepatitis akut

Timbul setelah 2 minggu dirawat inap atau atau 6 bulan setelah keluar dari

rumah sakit. Dengan tanda-tanda klinik yang khas yaitu kenaikan SGOT,

SGPT dan billirubin.

e. Infeksi saluran cerna

Infeksi saluran cerna yang terjadi diruang rawat inap dengan tanda dan gejala

seperti mencret dengan atau tanpa muntah, nyeri perut, dan disertai demam.

f. Infeksi saluran napas bagian bawah

Infeksi ini terjadi setelah 3x24 jam sejak mulai dirawat gejala demam 38,8C,

lekositosis, batuk dengan dahak dan ditemukan ronki basah.

5. Tindakan-tindakan dalam pencegahan infeksi :

a. Asepsis atau teknik aseptik

sepsis atau teknik aseptik adalah semua usaha yang dilakukan dalam

mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang mungkin akan

menyebabkan infeksi. Caranya adalah menghilangkan dan/atau menurunkan

jumlah mikroorganisme pada kulit, jaringan dan benda-benda mati hingga

tingkat aman.

b. Antisepsis

Antisepsis adalah usaha mencegah infeksi dengan cara membunuh atau

menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh

lainnya.

c. Dekontaminasi

Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa

petugas kesehatan dapat menangani secara aman benda-benda (peralatan

medis, sarung tangan, meja pemeriksaan) yang terkontaminasi darah dan cairan

tubuh. Cara memastikannya adalah segera melakukan dekontaminasi terhadap

benda-benda tersebut setelah terpapar/terkontaminasi darah atau cairan tubuh.

Page 5: Tugas Analisis Jurnal Juni

d. Mencuci dan membilas

Mencuci dan membilas adalah tindakan-tindakan yang dilakukan untuk

menghilangkan semua darah, cairan tubuh atau benda asing (debu, kotoran)

dari kulit atau instrumen.

e. Disinfeksi

Disinfeksi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir

semua mikroorganisme penyebab penyakit pada benda-benda mati atau

instrumen.

f. Disinfeksi tingkat tinggi (DTT)

Disinfeksi tingkat tinggi (DTT) adalah tindakan yang dilakukan untuk

menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri, dengan cara

merebus atau cara kimiawi.

g. Sterilisasi

Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua

mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit), termasuk endospora bakteri

pada benda-benda mati atau instrumen.

6. Dampak Infeksi Nosokomial

a. Bagi pasien

1) LOS lebih panjang

2) Cost / pembiayaan meningkat

3) Penyakit lain yang mungkin lebih berbahaya daripada penyakit dasarnya

4) GDR meningkat

b. Bagi staff: medis dan non medis

1) Beban kerja bertambah

2) Terancam rasa aman dalam menjalankan tugas / pekerjaan

3) Memungkinkan terjadi tuntutan malpraktek

7. Peran Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial

a. Bertanggung jawab melaksanakan dan menjaga kesalamatan kerja

dilingkungan. wajib mematuhi intruksi yang dibeikan dalam rangka kesehatan

dan keselamatan kerja, dan membantu mempertahankan lingkungan bersih dan

aman.

b. Mengetahui kebijakan dan menerapkan prosedur kerja, pencegahan infeksi, dan

mematuhinya dalam pekerjaan sehari-hari.

Page 6: Tugas Analisis Jurnal Juni

c. Tenaga kesehatan yang menderita penyakit yang dapat meningkatkan resiko

penularan infeksi, baik dari dirinya kepada pasien atau sebaliknya, sebaiknya

tidak merawat pasien secara langsung.

d. Sebagai contoh misalnya, pasien penyakit kulit yang basah seperti eksim,

bernanah, harus menutupi kelainan kulit tersebut dengan plester kedap air, bila

tidak memungkinkan maka tenaga kesehatan tersebut sebaiknya tidak merawat

pasien.

e. Bagi tenaga kesehatan yang megidap HIV mempunyai kewajiban moral untuk

memberi tahu atasannya tentang status serologi bila dalam pelaksanaan

pekerjaan status serologi tersebut dapat menjadi resiko pada pasien, misalnya

tenaga kesehatan dengan status HIV positif dan menderita eksim basah.

(Depertemen Kesehatan, 2003).

B. Konsep Bayi Prematur

1. Pengertian

Bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang atau sama dengan

37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir. (Donna L Wong 2004)

Bayi premature adalah bayi yang lahir sebelu minggu ke 37, dihitung dari mulai hari

pertama menstruasi terakhir, dianggap sebagai periode kehamilan memendek.

(Nelson. 1998 dan Sacharin, 1996)

Prematoritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama

diantara bayi dengan berat 1500 gr atau kurang saat lahir. Keduanya berkaitan

dengan terjadinya peningkatan morbilitas dan mortalitas neonatus.

2. Etiologi

Penyebab dari kelahiran prematur menurut Surasmi, Handayani, & Kusuma (2003)

faktor-faktor yang berpengaruh meliputi:

a. Faktor ibu merupakan kelainan atau penyakit yang diderita ibu pada sebelum

kehamilan maupun saat hamil, seperti: toksemia gravidarum yaitu preeklamsi dan

eklamsi; kelainan bentuk uterus; tumor; penyakit akut dengan gejala panas tinggi

mis. tifus abdominalis, malaria dan kronis; serta trauma pada masa kehamilan baik

trauma fisik (misal jantung) maupun psikologis (misal stress).

Page 7: Tugas Analisis Jurnal Juni

b. Faktor janin seperti kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini, cacat

bawaan, infeksi, (misal rubeolla, sifilis, toksoplasmosis), insufisiesi plasenta,

inkompatibilitas darah ibu dan janin (faktor Rhesus, golongan darah ABO)

c. Faktor plasenta meliputi solusio plasenta dan plasenta previa

Faktor yang berhubungan dengan kelahiran premature :

a. Kehamilan

Malformasi Uterus, Kehamilan ganda, TI. Servik Inkompeten, KPD,  Pre eklamsia,

Riwayat kelahiran premature,  Kelainan Rh

b. Penyakit

Diabetes Maternal, Hipertensi Kronik, UTI, Penyakit akut lain

c. Sosial Ekonomi

Tidak melakukan perawatan prenatal, status sosial ekonomi rendah, mal nutrisi,

kehamilan remaja.

Faktor Resiko Persalinan Prematur :

a. Resiko Demografik

Ras, Usia (<> 40 tahun), Status sosio ekonomi rendah, Belum menikah,Tingkat

pendidikan rendah

b. Resiko Medis

Persalinan dan kelahiran premature sebelumnya, Abortus trimester kedua (lebih dari

2x abdomen abortus spontan atau elektif),  Anomali uterus,  Penyakit-penyakit medis

(diabetes, hipertensi), Resiko kehamilan saat ini :

Kehamilan multi janin, Hidramnion, kenaikan BB kecil, masalah-masalah plasenta

(misal : plasenta previa, solusio plasenta), pembedahan, infeksi (misal : pielonefritis,

UTI), inkompetensia serviks, KPD, anomaly janin

c. Resiko Perilaku dan Lingkungan

Nutrisi buruk, Merokok (lebih dari 10 rokok sehari), Penyalahgunaan alkohol dan zat

lainnya (mis. kokain), Jarang / tidak mendapat perawatan prenatal

d. Faktor Resiko Potensial

Stres, Iritabilitas uterus, Perestiwa yang mencetuskan kontraksi uterus, Perubahan

serviks sebelum awitan persalinan, Ekspansi volume plasma yang tidak

adekuat, Defisiensi progesterone, Infeksi. (Bobak, Ed 4. 2005)

Page 8: Tugas Analisis Jurnal Juni

3. Patofisiologi

Persalinan preterm dapat diperkirakan dengan mencari faktor resiko mayor atau

minor. Faktor resiko minor ialah penyakit yang disertai demam, perdarahan

pervaginam pada kehamilan lebih dari 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok

lebih dari 10 batang perhari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada

trimester I lebih dari 2 kali, Faktor resiko mayor adalah kehamilan multiple,

hidramnion, anomali uterus, serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32

minggu, serviks mendatar atau memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32

minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan

preterm sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi

konisasi, dan iritabilitas uterus.

Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai 1 atau lebih faktor resiko mayor atau

bila ada 2 atau lebioh resiko minor atau bila ditemukan keduanya. (Kapita selekta,

2000 : 274)

4. Klasifikasi pada bayi premature :

a. Bayi prematur digaris batas

37 mg, masa gestasi, 2500 gr, 3250 gr, 16 % seluruh kelahiran hidup, Biasanya

normal

Masalah : Ketidak stabilan, Kesulitan menyusu, Ikterik, RDS mungkin muncul

Penampilan :  Lipatan pada kaki sedikit, Payudara lebih kecil, Lanugo

banyak, Genitalia kurang berkembang

b. Bayi Prematur Sedang

31 mg – 36 gestasi, 1500 gr – 2500 gram, 6 % - 7 % seluruh kelahiran hidup

Masalah :  Ketidak stabilan, Pengaturan

glukosa, RDS, Ikterik, Anemia, Infeksi, Kesulitan menyusu

Penampilan :  Seperti pada bayi premature di garis batas tetapi lebih parah, Kulit

lebih tipis, lebih banyak pembuluh darah yang tampak

c. Bayi Sangat Prematur

24 mg – 30 mg gestasi, 500 gr – 1400 gr, 0,8 % seluruh kelahiran hidup

Masalah : semua

Penampilan :Kecil tidak memiliki lemak, Kulit sangat tipis, Kedua mata mungkin

berdempetan (Bobak. Ed 4. 2005)

Page 9: Tugas Analisis Jurnal Juni

5. Karakteristik Bayi Prematur :

a.  Ekstremitas tampak kurus dengan sedikit otot dan lemak sub kutan

b.  Kepala dan badan disporposional

c. Kulit tipis dan keriput

d. Tampak pembuluh darah di abdomen dan kulit kepala

e. Lanugo pada extremitas, punggung dan bahu

f. Telinga lunak dengan tulang rawan min dan mudah terlipat

g. Labia dan clitoris tampak menonjol

h.  Sedikit lipatan pada telapak tangan & kaki

6. Kondisi yang menimbulkan masalah bayi prematur :

a. Sistem Pernapasan

Otot-otot pernapasan susah berkembang, Dinding dada tidak stabil, Produksi

surfaktan penurunan, Pernafasan tidak teratur dengan periode apnea dan

ajanosis, Gag reflek dan batuk

b. Sistem Pencernaan

Ukuran Lambung Kecil, Enzim penurunan, Garam Empedu Kurang, Keterbatasan

mengubah glukosa menjadi glikogen, Keterbatasan melepas insulin, Kurang

koordinasi reflek menghisap dan menelan

c. Kestabilan Suhu

Lemak subkutaneus sedikit, simpanan glikogen & lipid sedikit, Kemampuan

menggigil menurunan, Aktivitas kurang, Postur flaccid, permukaan terexpose

meningkat

d. Sistem Ginjal

Ekskresi sodium meningkat, Kemampuan mengkonsentrasi & mengeluarkan urin

menurun, Jumlah tubulus glomerulus tidak seimbang untuk protein, as. Amino &

sodium

e. Sistem Syaraf

Respon untuk stimulasi lambat, Reflek gag, menghisap & menelan kurang, Reflek

batuk lemah, Pusat kontrol pernafasan, suhu & vital lain belum berkabung

f. Infeksi

Pembentukan antibodi kurang, Tidak ada imunoglobulin M, Kemotaksis

terbatas, Opsonization penurunan, Hypo fungsi kel. axrenal

Page 10: Tugas Analisis Jurnal Juni

g. Fungsi Liver

  Kemampuan mengkonyugasi bilirubin kurang, Penurunan Hb setelah lahir

7. Permasalahan yang sering terjadi pada bayi premature

Masalah yang terjadi pada bayi prematur menurut Bobak, Lowdermilk, & Jensen

(2004), pada bayi prematur digaris batas memiliki masalah yang sering muncul

meliputi adanya ketidakstabilan tubuh, kesulitan menyusu, ikterik, respiratory

distress syndrome (RDS) mungkin muncul. Dan pada bayi prematur sedang

mengalami masalah adanya ketidakstabilan tubuh, pengaturan glukosa, RDS, ikterik,

anemia, infeksi, kesulitan menyusu. Serta hampir semua bayi sangat prematur

memiliki masalah komplikasi yang berat. Menurut Priyono (2010), bayi prematur

tidak memiliki perlindungan yang cukup dalam menghadapi suhu luar yang lebih

dingin dibanding suhu di dalam rahim ibu. Selain itu pengontrolan suhu tubuh bayi

prematur belum mampu bekerja sempurna sehingga walaupun didalam ruangan yang

bersuhu normal, bayi sering mengalami kedinginan. Diperjelas menurut Farrer

(1999), masalah pada bayi prematur salah satunya adalah hipotermia. Suhu rektal

bayi di bawah 35 °C diartikan sebagai keadaan hipotermia, tapi dalam prakteknya

setiap suhu yang lebih rendah dari 36 °C sudah memerlukan perhatian khusus dan

pelaksanaan prosedur untuk mempertahankan panas tubuh. Bayi yang paling berisiko

untuk mengalami hipotermia salah satunya adalah bayi-bayi prematur. Bayi yang

menderita hipotermia tampak lemah dan letargik, tidak mau menghisap susu dan

terasa dingin ketika disentuh. Jika tidak diatasi, keadaan hipotermia dapat

menimbulkan neonatal cold injury di mana terjadi edema yang padat (sklerema),

‘marble baby’, yaitu suatu keadaan serius yang seringkali fatal. Sedangkan menurut

Hull, & Johnston (2008), masalah yang terjadi pada bayi prematur adalah sebagai

berikut :

a. Kesulitan pernapasan

Akibat imaturitas, banyak bayi prematur mengalami kesulitan dalam

mengembangkan paru dan kerja pernapasan sangat meningkat karena sindrom gawat

napas idiopatik. Gerakan pernapasan juga bervariasi. Hal ini tampak pada pola

pernapasan periodik yang dapat menjadi masalah jika menjurus pada serangan apneu

yang lama.

Page 11: Tugas Analisis Jurnal Juni

b. Perdarahan intraventricular haemorrhage (IVH)

Perdarahan kecil dalam lapisan germinal ventrikel leteral otak sering dijumpai pada

pemeriksaan ultrasonografi bayi prematur, terutama yang mengalami asfiksia atau

masalah pernapasan yang berat. Perdarahan ini meluas ke dalam sistem ventricular

dan sebagian bayi akan menderita hidrosefalus. Tetapi, sebagian besar bayi hanya

mengalami perdarahan kecil dan akan pulih tanpa pengaruh jangka panjang yang

serius.

c. Imaturitas hati

Ikterus fisiologi sering menjadi lebih nyata dan lebih lama pada bayi prematur.

Namun, dengan perawatan yang cermat, pemberian minum sejak dini serta

penggunaan fototerapi, transfuse tukar jarang diperlukan. Diduga bahwa otak bayi

prematur mempunyai risiko kerusakan yang lebih besar akibat kadar bilirubin yang

tinggi.

d. Infeksi

Akibat kulit yang tipis dan daya imunitas yang terbatas, bayi prematur lebih rentan

terhadap infeksi. Karena daya tahan yang lemah, mereka tidak memperhatikan gejala

dan tanda seperti yang terjadi pada bayi yang lebih tua. Keadaan klinis mereka

berubah dengan cepat dari bakteremia menjadi septikemia dan akhirnya kematian.

Meningitis yang menyertai dapat mudah terlewatkan. Oleh karena itu, pada bayi

yang dicurigai mengalam infeksi perlu dilakukan skrining sepsis meliputi biakan

darah, urin, cairan serebrospinal serta memulai terapi antibiotik spektrum luas

sebelum hasil skrining tiba.

e. Leukomalasia periventrikular (LPV)

Iskemia parenkim otak dapat menjurus pada perubahan yang pada mulanya dikenal

sebagai ‘flare’ pada pemeriksaan ultrasonografi kranial. Kadang-kadang kelainan ini

menghilang, tetapi pada bayi lain kerusakan otak ini berubah bentuk menjadi kista.

Leukomalasia perivertrikular kistik mempunyai prognosis jauh lebih buruk

dibanding perdarahan yang hanya terbatas pada ventrikel, yaitu sekitas 9 dari 10 bayi

akan menderita palsi serebral spastik.

f. Enterokolitis nekrotikans (EKN)

Enterokolitis nekrotikans merupakan keadaan serius yang mempengaruhi usus dalam

3 minggu pertama. Hal ini lebih sering terjadi pada bayi prematur yang paling kecil.

Penyebabnya belum diketahui, tapi cedera hipoksia pada dinding usus mungkin

Page 12: Tugas Analisis Jurnal Juni

berhubungan dengan keteterisasi vena umbilikalis, serangan apneu, septokemia, dan

kolonisasi usus oleh organisme tertentu mungkin merupakan faktor presipitasi.

g. Retinopathy of prematurity (ROP)

Bayi prematur yang menghirup gas campuran dengan konsentrasi oksigen yang

tinggi, mempunyai risiko terjadinya vaskularisasi abnormal dibelakang mata.

Walaupun telah dilakukan pengendalian kadar oksigen secara ketat, beberapa bayi

yang sangat imatur mengalami retinopathy of prematurity dan sebagian akan

menjadi buta parsial ataupun buta komplet.

h. Defisiensi nutrisi

Segera setelah bayi prematur beradaptasi dengan kehidupan ekstrauteri dan makanan

telah diberikan, bayi prematur dapat tumbuh dengan laju yang serupa dengan

pertumbuhan yang akan dicapai in utero. Laju pertumbuhan yang tinggi ini dapat

menimbulkan defisiensi vitamin, sehingga perlu diberikan suplemen vitamin.

i. Bahaya lain

Bayi prematur sering lahir tanpa diduga dan punya risiko lebih besar untuk

mengalami asfiksia selama kelahiran dan cedera pada jaringan yang rentan. Bayi

prematur yang rentan juga mudah cedera akibat prosedur perawatan dan prosedur

medis.

8. Penatalaksanaan Bayi Prematur

Penatalaksanaan bayi prematur bertujuan untuk memberikan lingkungan, nutrisi dan

dukungan yang memungkinkan bayi tersebut mengatasi semua cacat/kekurangannya

akibat kelahiran prematur beserta segala komplikasinya. Menurut Priyono (2010), bayi

yang lahir prematur akan diletakan dalam alat khusus, yaitu inkubator. Inkubator

merupakan alat yang dilengkapi dengan pengatur suhu dan kelembaban udara agar bayi

selalu hangat. Bayi yang berat badannya dibawah 2000 gram, suhu dalam inkubator

berkisar antara 32°C. Bila berat badan <2500 gram, suhu inkubator 30°C. Menurut

Surasmi, Handayani, & Kusuma (2003), bayi prematur atau berat lahir rendah, fungsi

sistem organnya belum matur sehingga dapat mengalami kesulitan untuk beradaptasi

dengan lingkungan. Berikut ini merupakan penatalaksanaan pada bayi prematur:

a. Mengupayakan suhu lingkungan netral

Untuk mencegah akibat buruk dari hipotermi karena suhu lingkungan yang rendah atau

dingin harus dilakukan upaya untuk merawat bayi dalam suhu lingkungan yang netral,

Page 13: Tugas Analisis Jurnal Juni

yaitu suhu yang diperlukan agar konsumsi oksigen dan pengeluaran kalori minimal.

Keadaan suhu inti bayi dapat dipertahankan 36,6 °C- 37,5 °C.

b. Bantuan pernapasan

Segera setelah lahir jalan napas orofaring dan nasofaring dibersihkan dengan isapan

yang lembut. Pemberian terapi oksigen harus hati-hati dan diikuti dengan pemantauan

terus menerus tekanan oksigen darah arteri antara 80-100 mmHg. Untuk memantau

kadar oksigen secara rutin dan efektif dapat digunakan elektroda oksigen melalui kulit.

c. Pencegahan infeksi

Tindakan pencegahan infeksi sangat penting karena akan memperburuk keadaan bayi

yang sudah bermasalah. Bayi prematur dan berat badan lahir rendah mudah menderita

sakit. Yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi, yaitu: mengunjungi

bayi harus mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi, baik perawat maupun

pengunjung menggunakan masker, pakaian penutup khusus yang disediakan, sarung

tangan.

c. Makanan bayi prematur

Menurut Wiknjosastro (dalam penelitian Nani & Utami, 2012) alat pencernaan bayi

prematur masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan belum matang,

sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg berat badan dan kalori 110 Kal/kg berat badan,

sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minuman kepada bayi

dilakukan sekitar 3 jam setelah kelahiran dan didahului dengan menghisap cairan

lambung. Refleks menghisap masih lemah, sehingga pemberian minuman sebaiknya

sedikit demi sedikit, tetapi frekuensi yang lebih sering. Air Susu Ibu (ASI) merupakan

makanan yang paling utama, sehingga ASI yang paling dahulu diberikan. Bila kurang,

maka ASI dapat diperas dan diminumkan perlahan-lahan atau memasang sonde menuju

lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50–60 cc/kg BB/hari dan terus dinaikkan

sampai mencapai sekitar 200 cc/kg BB/hari.

C. Konsep Probiotik

1. Definisi

Probiotik adalah mikroorganisme hidup, yang jika diberikan dalam jumlah yang

adekuat akan memberi keuntungan menyehatkan pada individu.

Page 14: Tugas Analisis Jurnal Juni

Probiotik adalah bakteri non patogen yang menguntungkan yang hidup berkoloni

dalam usus halus dan dapat menyebabkan perubahan mikroflora usus dan

mempengaruhi aktivitas metabolik dengan hasil yang menguntungkan bagi host.

 

2. Manfaat

Bakteri probiotik memberikan efek yang menguntungkan bagi keseimbangan

mikroba usus host dan dapat memperbaiki atau meningkatkan sistem imun.

L.Reuteri, satu dari spesies lactobacillus, sudah digunakan secara luas selama

beberapa tahun sebagai suplemen makanan. Beberapa studi menunjukkan efek

positif pada gangguan pencernaan sperti diare dan konstipasi.

Lactobacillus dan bifidobacterium secara umum merupakan bakteri non patogen,

karena mereka secara alami ada di dalam usus. Efikasi dari beberapa probiotik

tergantung dari genus, spesies dan strain. Tidak semua bakteri tahan asam

mempunyai efek probiotik.Probiotik multipel strain lebih efektif daripada single

strain.

Lactobacillus GG yang diisolasi dari manusia, stabil terhadap asam lambung dan

empedu, dan mempunyai kemampuan berkolonisasi di usus manusia. Bahan

antimicrobial yang diproduksi oleh Lactobacillus GG dapat mengontrol proliferasi

dari organisme gram negatif dan gram positif. Bahan antimikrobial ini tidak

menghambat aktivitas lactobacillus lainnya. Strain ini sudah digunakan dengan

sukses dalam terapi terhadap Colitis yang relaps akibat clostridium difficile.

Pemberian makan disertai susu fermentasi yang mengandung lactobacillus casei atau

lactobacillus acidophilus dapat memproduksi imunostimulasi pada host dengan

mengaktivasi makrofag dan limfosit. Hal ini berhubungan dengan bahan yang

diproduksi oleh organisme-organisme ini selama proses fermentasi yaitu beberapa

bahan metabolit, peptide dan enzim.

Pada anak dengan malnutrisi, diare akut menyebabkan perubahan keseimbangan

mikroflora secara drastis, pada kasus ini pemberian produk yang difermentasi dapat

membantu rekolonisasi.

Tambahan probiotik pada makanan sehari-hari merupakan cara yang efektif untuk

mengurangi demam, flu dan angka kejadian batuk, serta menurunkan durasi dari

pemggunaan antibiotik, pada usia 3-5 tahun.

Page 15: Tugas Analisis Jurnal Juni

Kondisi-kondisi lain yang dapat diatasi dengan probiotik antara lain diare kronik,

inflammatory bowel disease, irritable bowel syndrome dan alergi makanan, dan

dapat mencegah kondisi yang lebih buruk, dari travelers diare dan NEC menjadi

infeksi urogenital, penyakit atopik dan karies gigi. Vanderhoff dan peneliti lain

menilai adanya kemungkinan penggunaan pada bayi dan anak sehat.

Susu formula bayi yang mengandung Bifidobacterium lactis atau Lactobacillus

reuteri, dapat menurunkan resiko diare, gejala gangguan saluran pernapasan, demam

dan parameter kelainan lainnya. Anak-anak yang mempunyai resiko terhadap

penyakit ini seperti anak-anak di TPA, dapat diberikan formula probiotik profilaksis

secara teratur. Beberapa penulis melaporkan adanya penurunan episode penyakit dan

jumlah hari kesakitan akibat diare dan demam.

Pada suatu studi jangka panjang menunjukkan bahwa probiotik yang digunakan

selama beberapa bulan pada bayi adalah aman dan ketika digunakan selamam

beberapa tahun pada populasi umum, dilakukan skrining terhadapa bakteremia

karena bakteri probiotik. Weizman dkk membandingkan 2 probiotik dan placebo

yang berbeda dapat menunjukkan tingkat keuntungan yang berbeda pula pada

berbagai kondisi. Hal ini mungkin terjadi, karena kondisi lingkungan yang kompleks

pada usus manusia, probiotik dengan multipel strain dapat lebih efektif daripada

single strain.

 3. Mekanisme

Pada saluran cerna manusia, probiotik menginduksi kolonisasi dan dapat tumbuh

secara in situ di lambung, duodenum dan ileum. Pada epitel ileum manusia,

mikroorganisme ini dapat menginduksi aktivitas immunomodulatory, termasuk

pengambilan CD4+ T Helper cells. Probiotik menginduksi sistem imun, produksi

musin, down regulation dari respon inflamasi, sekresi bahan antimikroba, pengaturan

permeabilitas usus, mencegah perlekatan bakteri patogen pada mukosa, stimulasi

produksi immunoglobulin dan mekanisme probiotik lainnya. Enzim akan

memproduksi bakteri asam laktat yang dapat mempengaruhi proses metabolisme

host. Yogurt mempunyai aktivitas laktase yang tinggi, yang dapat membantu

keadaan malabsorbsi laktosa. Selama proses fermentasi susu, secara umum,

mikroorganisme akan menggunakan laktosa sebagai substrat. Hasilnya, konsentrasi

laktosa dalam yogurt akan lebih rendah daripada susu yang tidak difermentasi.

Page 16: Tugas Analisis Jurnal Juni

Malabsorbsi laktosa dapat mempengaruhi mekanisme diare dengan memproduksi

tekanan osmotic intraluminal sehingga mendorong air dan elektrolit ke dalam lumen

usus, akibatnya karbohidrat yang tidak diabsorbsi dapat menyebabkan kolonisasi

bakteri di usus kecil.

4. Dosis Penggunaan

Tergantung perkiraan populasi normal bakteri tersebut. Menurut Mitsuoka (ahli

probiotik dari Jepang), lactobacilli populasinya adalah 10 pangkat 6, sedangkan

bifidobacteria adalah 10 pangkat 8. Namun memang para produsen melebihkan

jumlahnya 2 - 3 log (pangkat 10) untuk mengantisipasi kerusakan akibat melalui

saluran cerna bagian atas (lambung).

Dosis probiotik yang dianjurkan adalah 10 pangkat 7 hingga 10 pangkat 9.

Rekomendasi dari Mitsuoka untuk bakteri Lactobacillus memang sekitar 10

pangkat 6. Jika kita memberikan kurang dari itu, maka proses keseimbangan tidak

tercapai yang berarti tidak bisa disebut probiotik. Oleh karena itu, preparat

probiotik Lactobacillus umumnya diberikan pada dosis 10 pangkat 7 hingga

pangkat 9.Untuk Dialac® yang mengandung heat-killed bacteria, memang agak

berbeda. Perbedaannya, jumlah yang dihitung tersebut (10 pangkat 10) adalah pada

saat fermentasi dan preparasi sel Tyndallized. Selain itu karena bakteri sudah

dimatikan, maka tidak akan berproliferasi hingga mencapai target. Berbeda dengan

bakteri yang hidup yang masih bisa bertambah jumlahnya pada saat mencapai sel

target. Tentu hal ini juga sudah memperhitungkan adanya sebagian bakteri yang

mati pada perjalanan sebelum mencapai target.

Sebuah penelitian di Bangladesh merekomendasikan penggunaan Lactobacillus

paracasei strain ST 11, dalam bentuk Lypholized ST 11 (5 x 109 colony forming

units) 2 kali sehari selama 5 hari, disertai dengan pemberian ORS (oral rehydration

solution). Hung-Chih dan kawan-kawan, menggunakan Bifidobacterium bifidum

dan Lactobacillus acidophilus yang ditambahkan ke dalam ASI atau susu formula

untuk mencegah terjadinya NEC(Necrotizing Enterocolitis) pada bayi dengan berat

badan sangat rendah <1500 gram, yaitu dalam bentuk Infloran (L.acidophilus 109

colony forming units dan B.bifidum 109 colony forming units) 125mg/kgBB per

dosis, 2 kali sehari selama 6 minggu.

Page 17: Tugas Analisis Jurnal Juni

BAB III

RESUME JURNAL DAN ANALISIS JURNAL PENELITIAN

Prophylactic Probiotics to Prevent Death and Nosocomial Infection in Preterm Infants

Mario A. Rojas et al (2012)

abstrak

Latar belakang dan tujuan : ia telah mengemukakan bahwa probiotik dapat menurunkan

angka kematian bayi dan infeksi nosokomial karena kemampuan mereka untuk menekan

kolonisasi dan translokasi bakteri patogen pada saluran pencernaan . Kami merancang

penelitian besar ini menggunakan percobaan control –plasebo dan Lactobacillus reuteri

untuk menguji hipotesis pada bayi prematur .

Metode : Bayi yang memenuhi syarat secara acak selama 48 jam hidup baik probiotik atau

placebo setiap hari . bayi pada kelompok intervensi diberikan secara enteral 5 tetes

probiotik sediaan yang mengandung 10 unit pembentuk koloni L reuteri DSM 17938

sampai meninggal atau sampai pasien pulang di ruang NICU .

Hasil : Sebanyak 750 bayi ≤ 2000 g yang terdaftar . frekuensi dari hasil primer , kematian,

atau infeksi nosokomial , adalah sama pada kelompok probiotik dan plasebo (risiko relatif

0,87 , 95 % confi -Interval dence : 0,63-1,19 ; P = 0,376 ) . Ada kecenderungan yang lebih

rendah tingkat pneumonia nosokomial pada kelompok probiotik ( 2,4 % vs 5,0% ; P

= .06 ) dan tidak signifikan 40 % penurunan necrotizing enterocolitis ( 2,4 % vs 4,0% , P =

.23 ) . Episode intoleransi makan dan durasi rawat inap lebih rendah pada bayi ≤ 1500 g

( 9,6 % vs 16,8%[P=.04 ] ; 32,5 hari vs 37 hari [ P = .03 ] ) .

Kesimpulan : Meskipun L reuteri tampaknya tidak menurunkan tingkat dari hasil

komposit , tren menunjukkan peran pelindung yang konsisten dengan apa yang telah

diamati dalam literatur . intoleransi Feeding dan durasi rawat inap yang menurun pada bayi

prematur ≤ 1500 gram .

Page 18: Tugas Analisis Jurnal Juni

Analisis Jurnal Penelitian

N

o

Elemen Kritik

RisetUlasan Kritik Riset

1. Dimensi substansi dan teori

Tingkat kepentingan

masalah

Masalah yang diteliti dalam jurnal ini sangat penting dan

menarik karena tujuan penelitian ini untuk mengetahui

apakah prophylactic probiotik (Lactobacillus reuteri) dapat

mencegah kematian dan infeksi nosokomial pada bayi

premature karena bayi yang lahir premature sangat rentan

terjadi infeksi.

Kepentingan untuk perawat anak, penelitian ini merupakan

temuan baru dalam intervensi keperawatan pada kasus anak

dengan infeksi nosokomial pada bayi premature

Kekuatan konsep Konsep yang ada pada jurnal sudah cukup kuat menjelaskan

teori yang mendasari penelitian yang mengacu pada infeksi

nosokomial

Kreativitas dan

kelayakan kerangka

konsep teori

Kreativitas dan kelayakan kerangka konsep teori cukup jelas.

Dimana referensi teori yang digunakan banyak dan dapat

dipertanggungjawabkan.

Pertanyaan

memahami

fenomena

Pertanyaan memahami fenomena sudah baik yaitu untuk

mengetahui apakah pemberian profilaksis Lactobacillus

reuteri pada bayi prematur dapat mengurangi kematian atau

kejadian nosokomial Infeksi ( NI ) .

2. Dimensi metodologi

Desain Peneliti menggunakan desain penelitian randomized

controlled trial.

Bayi secara acak dibagi menjadi dua kelompok yaitu ada

kelompok kontrol dan kelompok intervensi.

Penelitian ini dilakukan pada 9 NICUs pada 4 besar kota di

Kolombia : Bogota , Medellin , Cali, dan Bucaramanga ,

mulai dari 10 Agustus 2008 sampai dengan 3 April 2011

Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah bayi premature pada 9

Page 19: Tugas Analisis Jurnal Juni

ruang NICUs pada 4 kota besar di Kolombia : Bogota ,

Medellin , Cali, dan Bucaramanga. Sebanyak 750 bayi yang

terdaftar; 372 secara acak ditugaskan untuk kelompok

probiotik dan 378 dengan kelompok plasebo Kriteria Inklusi

adalah yang bayi yang dirawat di ruang NICU , berat lahir

≤ 2000 g , hemodinamik stabil ( tekanan darah yang tidak

memerlukan

bolus atau pressors ) , dan usia bayi ≤ 48 jam. Kriteria

eksklusi adalah Bayi dengan bukti atau kecurigaan usus

bawaan, obstruksi atau perforasi, gastroschisis , omphalocele

besar , hernia diafragma bawaan, cacat jantung bawaan

besar, atau pasien yang diantisipasi akan pindah dari ruang

NICU

Metode Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan

desain uji coba terkontrol secara acak (randomized

controlled trial) dilakukan pada bayi prematur dengan usia ≤

48 jam atau berat badan lahir kurang dari 2000 g antara

tanggal 10 agustus 2008 sampai 3 april 2011, diberikan

profilaktik probiotik (Lactobacillus reuteri) kepada pada

kelompok intervensi dengan dosis 5 tetes diberikan setiap

hari, kelompok control diberikan placebo dengan dosis yang

sama yaitu 5 tetes/hari selama dirawat dirumah sakit sampai

pasien pulang atau sampai pasien meninggal.

Analisis statistik Uji statistik yang digunakan adalah Data demografi dan

klinis

dikumpulkan secara prospektif. Variabel kontinu dievaluasi

normalitas distribusi nya dengan menggunakan Kolmogorov

- Smirnov Z tes , dan kasus di mana normalitas distribusi

dikonfirmasi , hasilnya dibandingkan dengan menggunakan

uji t . Dalam kasus normalitas tidak dikonfirmasi, Wilcoxon

rank sum test digunakan . mutlak variabel dibandingkan

dengan menggunakan x². Tingkat signifikansi P<0,05.

Confidence interval nya 95%. analisis survival dilakukan

Page 20: Tugas Analisis Jurnal Juni

untuk mengevaluasi perbedaan waktu dan pemberian

makanan secara penuh. Semua analisis didasarkan pada

prinsip " Niat untuk mengobati " dan dilakukan dengan

menggunakan SAS 9.3

Instrumen Instrument yang digunakan dalam jurnal ini tidak terangkat

atau tidak tercantum secara jelas.

3. Dimensi Etik

Subjek penelitian Bayi prematur usia kurang dari 48 jam dengan berat badan

lahir kurang dari 2000 g yang dirawat di 9 ruang NICUs

pada 4 kota besar di Kolombia : Bogota , Medellin , Cali,

dan Bucaramanga

Dilema etik Pada penelitian ini terjadi dilema etik karena jumlah sampel

tidah sama antara kelompok kontrol dan kelompok

intervensi. Tetapi setiap responden diberikan kebebasan

untuk menjadi respondet atau tidak.

Pencegahan

pelanggaran etik

Setiap responden (orang tua bayi) yang ikut dalam penelitian

ini diberikan kebebasan bersedia atau tidaknya bayinya

menjadi responden dan boleh keluar bila tidak ingin

mengikutinya. Sehingga penelitian ini tidak terjadi adanya

pelanggaran etik selama proses penelitian.

4. Dimensi Interpretasi

Pembahasan Dalam pembahasan cukup mendalam karena disertai teori

yang mendukung dengan hasil penelitian dan terdapat

perbandingan dengan hasil penelitian lain.

Simpulan Kesimpulan disampaikan dengan jelas profilaksis probiotik 5

tetes tidak signifikan dalam mencegah kematian atau

kejadian infeksi nosokomial pada bayi prematur, namun, itu

bisa menurunkan intoleransi makan, dan menurunkan

hospitalisasi

5. Dimensi penyajian dan penulisan hasil riset

Informasi penting

dan jelas

Dalam jurnal ini terdapat informasi yang penting dan cukup

jelas mengenai hasil penelitian. Dalam jurnal diterangkan

Page 21: Tugas Analisis Jurnal Juni

dan disertai dengan tabel hasil penelitian sehingga mudah

dipahami oleh pembaca.

Penyusunan baik Secara umum penyusunan jurnal sudah memenuhi kaidah

penulisan jurnal yang terdiri dari abstrak, pendahuluan,

metode, hasil, pembahasan dan kesimpulan.

Gaya tulisan Gaya tulisan dalam jurnal ini sudah baik dan memenuhi

standar ejaan yang baku.

Indikasi bias Indikasi bias dalam penelitian ini kemungkinan ada karena

jumlah sampel pada kelompok intervensi dan kelompok

kontrol tidak sama.

Akurat, tulisan jelas,

meyakinkan

Jurnal penelitian ini cukup jelas, dan meyakinkan serta dapat

dipertanggungjawabkan karena dalam jurnal ini dijelaskan

secara rinci prosedur penelitian, akan tetapi jurnal ini kurang

akurat karena jumlah sampel kelompok intervensi dan

kelompok kontrol tidak sama

BAB IV

PEMBAHASAN

Page 22: Tugas Analisis Jurnal Juni

Berdasarkan hasil analisis jurnal penelitan diatas dapat dibahas mengenai

kekuatan, kelemahan dan kemungkinan penerapannya di Indonesia terkait dengan

memberian profilaktik probiotik untuk mencegah kematian dan infeksi nosokomial

pada bayi prematur

1. Kekuatan

a. Sampel penelitian adalah bayi premature pada 9 ruang NICUs pada 4 kota

besar di Kolombia : Bogota , Medellin , Cali, dan Bucaramanga. Sebanyak 750

bayi yang terdaftar; 372 secara acak ditugaskan untuk kelompok probiotik dan

378 dengan kelompok placebo. Adapun Kriteria Inklusi adalah bayi yang

dirawat di ruang NICU , berat lahir ≤ 2000 g , hemodinamik stabil ( tekanan

darah yang tidak memerlukan bolus atau pressors ) , dan usia bayi ≤ 48 jam.

Kriteria eksklusi adalah Bayi dengan bukti atau kecurigaan usus bawaan,

obstruksi atau perforasi, gastroschisis , omphalocele besar , hernia diafragma

bawaan, cacat jantung bawaan besar, atau pasien yang diantisipasi akan pindah

dari ruang NICU

b. Desain penelitian menggunakan desain uji coba terkontrol secara acak

(randomized controlled trial). Terdapat kelompok intervensi dan kelompok

kontrol.

c. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian profilaksis probiotik

Lactobacillus reuteri pada dosis 5 tetes/ hari secara signifikan menurunkan

intoleransi makan dan menurunkan durasi rawat inap pada bayi premature ≤

1500 gram.

2. Kelemahan

a. Suplementasi Lactobacillus reuteri pada dosis 5 tetes/ hari tidak signifikan

dalam mengurangi kejadian kematian atau infeksi nosokomial pada bayi

prematur, namun, itu bisa menurunkan intoleransi makan dan menurunkan

durasi rawat inap pada bayi prematur

b. Pada penelitian ini tidak dijelaskan secara rinci intrumen penelitian yang

digunakan. Serta tidak dijelas apakah peneliti melakukan validitas dan

reliabilitas alat ukur yang digunakan.

c. Jumlah sampel dalam penelitian ini tidak seimbang atau sama antara kelompok

intervensi dan kelompok control

3. Kemungkinan dan Strategi Penerapannya di Indonesia

Page 23: Tugas Analisis Jurnal Juni

a. Perawat spesialis anak dapat mengaplikasikan pemberian suplementasi

Lactobacillus reuteri pada bayi premature sebagai intervensi keperawatan

untuk menurunkan intoleransi makan atau meningkatkan toleransi makan dan

menurunkan durasi rawat inap bayi prematur

b. Hasil penelitian ini dapat diterapkan pada tatanan kinik, dimana pemberian

suplementasi Lactobacillus reuteri pada bayi premature sebagai intervensi

keperawatan untuk meningkatkan toleransi makan dan menurunkan durasi

rawat inap pada bayi premature, sehingga dengan penurunan durasi rawat inap

pada bayi diharapkan akan menurunkan kejadian infeksi nosokomial pada bayi

premature.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Hasil penelitian ini penulis meyakini bahwa probiotik dapat menurunkan angka

kematian bayi dan infeksi nosokomial karena kemampuan mereka untuk menekan

Page 24: Tugas Analisis Jurnal Juni

kolonisasi dan translokasi bakteri patogen pada saluran pencernaan , walaupun

perbedaan itu tidak signifikan secara statistik

2. Studi kami menunjukkan bahwa suplementasi Lactobacillus reuteris secara

signifikan menurunkan intoleransi makanan dan menurunkan durasi rawat inap

pada bayi premature.

B. Saran

1. Perawat spesialis anak mampu mengaplikasikan pemberian suplementasi

Lactobacillus reuteri pada bayi premature sebagai intervensi keperawatan untuk

meningkatkan toleransi makan dan menurunkan durasi rawat inap bayi.

2. Pihak rumah sakit perlu menganalisis dan menerapkan pemberian terapi

Lactobacillus reuteri pada bayi prematur sebagai intervensi keperawatan untuk

meningkatkan toleransi makan dan menurunkan durasi rawat inap pada bayi

premature.

3. Perawat anak untuk dapat melanjutkan penelitian lebih lanjut dengan jumlah

sampel yang sama antara kelompok intervensi dan kelompok control sehingga

didapatkan hasil penelitian yang lebih akurat

DAFTAR PUSTAKA

Boback.( 2004). Keperawatan Maternitas. Ed. 4. Jakarta : EGC.

Carpenito, Lynda Juall. (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Edisi 8. Jakarta :

EGC.

Page 25: Tugas Analisis Jurnal Juni

Doenges, Marilynn E.( 2001). Rencana Perawatan Maternal. Ed. 2. Jakarta : EGC.

Mario A. Rojas et al. (2012). Prophylactic Probiotics to Prevent Death and

Nosocomia Infection in Preterm Infants. Official journal of the American

Academy of Pediatrics: American

Saccharin, Rossa M. (2004). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Ed. 2. Jakarta : EGC.

Wong, Donna L. (2004). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik.Jakarta : EGC.

TELAAH JURNAL

PROPHYLACTIC PROBIOTICS TO PREVENT DEATH AND NOSOCOMIAL

INFECTION IN PRETERM INFANTS

Page 26: Tugas Analisis Jurnal Juni

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar

Keperawatan Anak Kritis

Disusun Oleh :

Jumrotun Ni’mah

215114015

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN ANAK (S2)

STIKES JENDERAL AHMAD YANI

CIMAHI 2014

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT karena atas pertolongan Nya maka

penulis dapat menyelesaikan tugas mata ajar keperawatan anak kritis ini dengan baik.

Page 27: Tugas Analisis Jurnal Juni

Dalam makalah ini penulis mencoba membahas mengenai analisis Jurnal “prophylactic

probiotics to prevent death and nosocomial infection in preterm infants”. Penulis

menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan terdapat dalam makalah ini,

oleh karena itu semua masukan dan perbaikan akan penulis terima dengan senang hati.

Akhir kata penulis harapkan, makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terima kasih.

Cimahi, Mei 2015

Penulis

Page 28: Tugas Analisis Jurnal Juni