tugas kelompok pengetahuan bahan...
TRANSCRIPT
TUGAS KELOMPOK
PENGETAHUAN BAHAN AGROINDUSTRI
Dosen Pengampu : Arie Ferbrianto M, STP, MP.
Disusun Oleh :
1. Mey Wulandari 125100301111028
(blog.ub.ac.id/iyemey/)
2. Marisa Amalia 125100301111076
(blog.ub.ac.id/chica/)
3. Ria Martha Kristanti 125100307111045
(blog.ub.ac.id/riamarthakristanti/)
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
1. a. Vitamin A (Retinol)
Produk Kandungan
Wortel 835 mg 93%
Brokoli 31 mg 3%
Mentega 684 mg 76%
Ubi jalar 709 mg 79%
Pepaya 55 mg 6%
Mangga 38 mg 4%
Telur 140 mg 16%
Susu 28 mg 3%
Melon 169 mg 19%
(Rohn, 2012)
Fungsi Bagi Kesehatan
1. Mengoptimalkan perkembangan janin
Sifat vitamin A yang mudah larut dalam air dan lemak sehingga
diperlukan untuk kesehatan bayi, misal untuk membantu
perkembangan sel mata, organ mata, pertumbuhan tulang, dan
perkembagan jantung.
2. Menghambat sel kanker payudara
Bentuk turunan vitamin A yang berupa asam retinoat atau retinol yang
menghambat pertumbuhan jaringan kanker.
3. Meningkatkan kekebalan tubuh (imunitas)
Vitamin A yang mengandung retinil palmiat dan retinil asetat dapat
mencegah infeksi dari berbagai macam organisme kecil yang
metugikan tubuh misalnya, bakteri yang mencoba masuk ke dalam
tubuh melalui pernafasan dan makanan.
4. Menghambat proses penuaan dini
Vitamin A menhasilkan antioksidan untuk menangkal radikal bebas.
Radikal bebas adalah udara tidak bersih yang terhirup oleh pernafasan.
Dengan vitamin A maka kerusakan akibat radikal bebas dapat dicegah
untuk memperlambat proses penuaan dini pada kulit (Harjana, 2013).
Defisiensi
Akibat kekurangan vitamin A adalah dideritanya penyakit mata atau
kelainan pada mata. Misalnya saja rabun senja, katarak ,dan daya pandang
menurun. Penyakit lain seperti penyakit paru-paru autoimun dan ISPA
(Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Penyakit paru ini akibat kurangnya
berbagai vitamin termasuk vitamin A. Biasanya penyakit autonium pada
paru-paru ini menyerang orang dewasa yang punya kebiasaan merokok.
Namun dapat juga menyerang bayi jika kekurangan asupan vitamin A.
Penyakit lain yaitu penyumbatan saluran empedu dan pembedahan pada
usus atau pankreas (Anonim, 2013).
Suapan Anjuran
Vitamin A ditemukan dalam produk susu, ikan, dan buah-buahan dan
sayuran berwarna gelap. Konsumsi lima porsi buah dan sayuran setiap hari
memasok 5-6 miligram harian provitamin A karotenoid, yang
menyediakan sekitar 50-65% dari orang dewasa diperbolehkan untuk diet
(RDA) untuk vitamin A. Untuk anak berusia 1-3 tahun, 300 mikrogram
(1,000 IU) setiap hari, untuk anak 4-8 tahun, 400 mikrogram (1,300 IU)
setiap hari, dan untuk anak-anak berusia 9-13 tahun, 600 mikrogram
(2,000 IU) setiap hari. Untuk wanita hamil berusia 14-18 tahun, 750
mikrogram (2,500 IU) sehari dianjurkan. Untuk wanita menyusui berusia
14-18 tahun, 1.200 mikrogram (4,000 IU) sehari dianjurkan (Anonim,
2013).
Kehilangan akibat pemanasan (pengolahan) dan penyimpanan
Vitamin A tahan terhadap panas cahaya, alkali, dan oksidasi. Ketersediaan
biologik vitamin A meningkat dengan kehadiran vitamin E dan
antioksidan lain. Bentuk aktif vitamin A terdapat dalam pangan hewani.
Pangan nabati mengandung karotenoid yang merupakan prekursor
(provitamin A). Beta-karoten adalah bentuk provitamin paling aktif, yang
terdiri atas dua molekul retinol saling berkaitan. Karetanoid paling banyak
terdapat paling banyak terdapat dalam sayuran berwana hijau tua (Ahira,
2012).
b. B1 (Tiamin)
Produk Kandungan
Nanas 100 gram 0,08 mcg
Jeruk 100 gram 0,08 mcg
Anggur 100 gram 0,05 mcg
Bayam 100 gram 0,08 mcg
Terong 100 gram 0,039 mcg
Wortel 100 gram 0,04 mcg
Kacang hijau 100 gram 0,47 mcg
Daging 0,9 mcg
Telur 0,03 mcg
(Rohn, 2012)
Fungsi Bagi Kesehatan
Fungsi vitamin B1 dalam kesehatan yaitu dapat memperlancar
metabolisme, memperlancar sirkulasi darah, mengoptimalkan aktivitas
kognitif dari fungsi otak, mencegah terjadinya kerusakan syaraf,
memulihakan gangguan syaraf pusat dan tepi, serta memastikan fungsi
kerja dari jantung (Pressman, 2000).
Defisiensi
Defisiensi dari vitamin B1 adalah penyakit beri-beri. Selama proses
penyerapan yang terjadi di usus, thiamin mengalami fosforilasi untuk
menghasilkan thiamin pirophospat yang merupakan bentuk aktif dari
vitamin B1. Penyakit beri-beri muncul seiring dengan menurunnya fungsi
normal thiamin pada tubuh manusia yang mengalami defisiensi thiamin
(Anonim, 2013).
Suapan Anjuran
Untuk anak usia 0-6 bulan sebanyak 0.3 mg, usia 6-12 bulan sebanyak 0.5
mg, usia 1-18 tahun sebanyak 1-1,5 mg, usia 18 + tahun sebanyak 1,5 mg,
dan untuk ibu hamil / menyusui sebanyak 0,5 mg. Semuanya dalam
jumlah harian (Rohn, 2012).
Kehilangan akibat pemanasan (pengolahan) dan penyimpanan
Tiamin tidak dapat disimpan dalan jumlah banyak oleh tubuh, tetapi dalam
jumlah terbatas dapat disimpan dalam hati, ginjal, jantung, otak, dan otot.
Bila tiamin terlalu banyak dikonsumsi, kelebihannya akan dibuang melalui
air kemih. Vitamin B1 (thiamyne) adalah salah satu dari macam vitamin
yang mempunyai tingkat kestabilan yang kurang. Berbagai operasi
pengolahan makanan dapat sangat mereduksi kandungan vitamin B1
dalam bahan pangan. Panas, oksigen, belerang dioksida, dan pH netral
atau basa dapat mengakibatkan perusakan vitamin B1 ini sedangkan
cahaya tidak mengurangi vitamin ini (Ahira, 2012).
c. B2 (Riboflavin)
Produk Kandungan
Jamur 100 gram 0,31 mcg
Bayam 100 gram 0,189 mcg
Tomat 100 gram 0,49 mcg
Brokoli 0,18 mg
Susu 250 ml 0,1 mcg
Telur 100 gram 0,5 mcg
Keju 100 gram 0,163 mcg
(Rohn, 2012)
Fungsi Bagi Kesehatan
Berperan penting dalam metabolisme energi, berperan untuk pemecahan
senyawa karbohidrat menjadi gula yang lebih mudah dicerna. Antioksidan
untuk melindungi dari radikal bebas, terbentuknya redoks gluthatione yang
mampu menghilangkan radikal bebas. Pembentukan sel darah merah yang
kaya akan oksigen, mampu mengangkut oksigen melalui pembuluh darah
ke seluruh bagian tubuh. Pemeliharaan organ tubuh dan sistem syaraf
(Harjana, 2013).
Defisiensi
Gejala kekurangan vitamin B2 jarang terjadi pada manusia. Biasanya
vitamin B2 yang didapat bersama makanan dan yang disintesis
oleh bakteri usus sudah mencukupi. Defisiensi biasanya timbul
setelah diare kronis atau setelah terapi jangka panjang dengan antibiotika
atau sulfonamida. Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin
B2 yaitu turunnya daya tahan tubuh, kilit kering bersisik, mulut kering,
bibir pecah-pecah, sariawan, dan sebagainya (Anonim, 2013).
Suapan Anjuran
Untuk anak usia 0-6 bulan sebanyak 0.4 mg, usia 6-12 bulan sebanyak 0.6
mg, usia 1-18 tahun sebanyak 1-1,5 mg, usia 18 + tahun sebanyak 1.7 mg,
ibu hamil/menyusui sebanyak 0,5 mg. Semuanya dalam takaran harian
(Rohn, 2012).
Kehilangan akibat pemanasan (pengolahan) dan penyimpanan
Riboflavin yang larut dalam air memberi warna fluoresens kuning-
kehijauan. Riboflavin sangat mudah rusak oleh cahaya dan sinar dan sinar
ultra violet, tetapi tahan terhadap panas, oksidator, asam,dan sebaliknya
sangat sensitif terhadap basa (Ahira, 2012).
d. Asam Nikotinat
Produk Kandungan
Mangga 1,5 mcg
Kacang tanah 1 ons 3,8 mcg
Jamur 100 gram 3,6 mcg
Daging sapi 4 ons 9,25 mcg
Dada ayam 150 gram 33 mcg
Telur 0,004 mcg kuning dan 0,035 mcg
putih
Susu 0,1 mcg
(Rohn, 2012)
Fungsi Bagi Kesehatan
Mencegah penyakit pellagra (kulit kasar bersisik), membantu melepaskan
energi dari makanan, mempertahankan kesehatan sistim susunan syaraf,
mempertahankan kesehatan rambut. Berperan dalam kesehatan kulit,
rambut, dan kuku. Mengurangi resiko jantung koroner dan menurangi
kolestrol. Mengobati radang sendi, diabetes, dan jerawat (Anonim, 2013).
Defisiensi
Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin B3 yaitu
terganggunya sistem pencernaan, otot mudah keram dan kejang, insomnia,
bedan lemas, mudah muntah dan mual-mual (Pressman, 2000).
Suapan Anjuran
Untuk bayi usia 0-6 bulan membutuhkan 2 mcg, bayi usia 7-12 bulan
membutuhkan 4 mcg, balita usia 1-3 tahun membutuhkan 6 mcg, anak-
anak usia 4-8 tahun membutuhkan 8 mcg, anak-anak usia 9-13 tahun
membutuhkan 12 mcg, remaja usia 14 tahun keatas laki-laki membutuhkan
16 mcg, dan untuk wanita membutuhkan 14 mcg (Anonim, 2013).
Kehilangan akibat pemanasan (pengolahan) dan penyimpanan
Asam nikotinat tahan terhadap panas dan oksidasi. Asam nikotinat
merupakan vitamin yang paling stabil (Ahira, 2012).
e. Vitamin C (Asam Askorbat)
Produk Kandungan
Pepaya 157 gram 95,6 mg
Brokoli 132 mg
Kubis 2 cangkir 160,8 mg
Stroberi 147 gram 86,5 mg
Ubi jalar 35,3 mg
Kembang kol 4 inci 127,7 mg
Kiwi 137,2 mg
(Rohn, 2012)
Fungsi Bagi Kesehatan
Sebagai antioksidan yang menangkal radikal bebas sehingga membuat
imunitas tubuh menjadi terjaga. Meningkatkan daya tahan tubuh,
membantu penyembuhan luka, membantu peyerapan zat besi dan kalsium,
mempertahankan kesehatan kulit dan jaringan (Alegre, 2006).
Defisiensi
Jika tubuh kurang vitamin C menyebabkan skorbut (pendarahan gusi),
sariawan, hambatan pertumbuhan pada bayi dan anak-anak, mudah terjadi
luka dan infeksi tubuh. Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan
vitamin C yaitu mudah infeksi pada luka, gusi berdarah, rasa nyeri pada
persendian (Alegre, 2006).
Suapan Anjuran
Untuk dewasa 90 mg/hari, bayi 0-6 bulan 40 mg/hari, anak 7-23 bulan 40
mg/hari, anak 2-5 tahun 45 mg/hari, ibu hamil 90 mg/hari, dan untuk ibu
menyusui 100 mg/hari (Anonim, 2013).
Kehilangan akibat pemanasan (pengolahan) dan penyimpanan
Vitamin C merupakan vitamin yang paling mudah rusak. Vitamin C
mudah teroksidasi dan proses tersebut dipercepat oleh panas, sinar, alkali,
enzim, oksidator, serta oleh katalis tembaga dan besi. Oksidasi akan
terhambat bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam, atau pada suhu
rendah (Ahira, 2012).
f. Vitamin D (Kolkalsiferol)
Makanan Kandungan
Susu 1 gelas 98 UI
Udang 85 gram 129 UI
Tuna kalengan 85 gram 200 UI
Sereal 1 cangkir 40 UI
Keju swiss 1 lembar 12 UI
Jeruk 1 gelas 100 UI
Tiram 85 gram 272 UI
(Rohn, 2012)
Fungsi Bagi Kesehatan
Berperan penting dalam pembentukan tulang dan gigi, membantu
pembekuan darah. Membantu pembentukan dan pemeliharaan tulang.
Meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Menghancurkan bakteri dan virus
dalam tubuh. Memperlambat penambahan berat badan untuk wanita
menopause. Menghindarkan dari gangguan infeksi pernafasan (Feldman,
2011).
Defisiensi
Jika tubuh kurang vitamin D menyebabkan penyakit gastrointestinal
(malabsorpsi atau radang pankreas kronik). Kegagalan ginjal kronik, pada
anak-anak dapat menyebabkan rakhitis. Penyakit yang ditimbulkan akibat
kekurangan vitamin D yaitu gigi akan lebih mudah rusak, otok bisa
mengalami kejang-kejang, pertumbuhan tulang tidak normal yang
biasanya betis kaki akan membentuk huruf O atau X (Feldman, 2011).
Suapan Anjuran
Untuk pria dan wanita yang berusia 14-50 tahun dianjurkan untuk
mengkonsumsi vitamin D sebanyak 200 IU per hari. Untuk usia diatas 51
tahun, asupan vitamin D dalam tubuh harus ditambah menjadi 400 IU per
hari. Jika menginjak usia 71 tahun, asupan pun bertambah menjadi 600 IU
per hari (Anonim, 2013).
Kehilangan akibat pemanasan (pengolahan) dan penyimpanan
Bagian tubuh yang paling banyak dipengaruhi oleh vitamin ini adalah
tulang. Vitamin D ini dapat membantu metabolisme kalsium dan
mineralisasi tulang. Sel kulit akan segera memproduksi vitamin D saat
terkena cahaya matahari (sinar ultraviolet) (Ahira, 2012).
g. Vitamin E (Tokoferol)
Makanan Kandungan
Bayam 100 gram 3,5 mg
Kacang almond 100 gram 26,3 mg
Paprika merah 100 gram 30 mg
Bubuk cabe merah 100 gram 30 mg
Daun kemangi 100 gram 7, 38 mg
Kiwi 100 gram 1,5 mg
Pisang 44 mg
(Rohn, 2012)
Fungsi Bagi Kesehatan
Mencegah dari kerusakan radikal bebas. Menjaga kesegaran dan
keremajaan kulit, mencegah kerusakan kulit akibat paparan sinar
ultraviolet langsung, menjaga kelembaban dan mencegah kekeringan kulit.
Mencegah penyakit kanker (Braunstein, 2006).
Defisiensi
Jika tubuh kurang vitamin E dapat terjadi hemolisis sel darah merah.
Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin E yaitu bisa mandul
baik pria maupun wanita, gangguan syaraf dan otot (Rohn, 2012).
Suapan Anjuran
UI dosis yang dianjurkan adalah 400 UI sampai 800 UI (Braunstein,
2006).
Kehilangan akibat pemanasan (pengolahan) dan penyimpanan
Vitamin E bisa stabil dalam pemanasan, tetapi bisa rusak pada pemanasan
tinggi karena vitamin E bersifat basa. Terutama jika tidak ada pengaruh
oksigen, serta tidak terpengaruh pada asam di suhu 100 Co. Jika vitamin E
terkena oksigen, maka akan mengalami oksidasi, dan jika terkena cahaya
maka vitamin E akan berubah warna menjadi gelap (Ahira, 2012).
2. Resume Tentang Mineral
a. Kalsium
Kandungan dalam beberapa makanan
Kandungan kalsium dalam beberapa jenis bahan makanan dan
minuman (mg/100g)
Bahan Makanan Kalsium
(mg)
Tepung susu 904
keju 777
Susu sapi segar 143
yoghurt 120
Udang kering 1209
Teri kering 1200
Sardines (kaleng) 354
Telur bebek 56
Telur ayam 54
Belut goreng 840
Ikan kakap 20
kerang 133
Rebon segar 757
Mujair goreng 654
Susu kental manis 275
Kacang kedelai
kering
227
Tempe kedelai
murni
129
tahu 124
Kacang merah 80
Kacang tanah 58
oncom 96
Tepung kacang
kedelai
196
bayam 265
Bayam merah 368
sawi 220
Daun melinjo 219
katuk 204
Selada air 182
Daun singkong 165
Daun beluntas 156
Daun kacang
panjang
134
Daun mengkudu 300
Daun sintrong 398
Daun tales 302
Daun kecipir 134
Daun mangkokan 474
Daun melinjo 219
leunca 274
(Wirakusumah, 2007)
Fungsi
Fungsi utama kalsium adalah mengisi kepadatan (densitas) tulang.
Kalsium di dalam tulang mempunyai dua fungsi yaitu sebagai bagian
integral dari struktur tulang dan sebagai tempat penyimpanan kalsium.
Kalsium juga berperan dalam pembentukan gigi. Mineral yang
membentuk dentin dan email gigi adalah mineral yang sama dengan
yang membentuk tulang. Asupan kalsium yang mencukupi sejak awal
kehidupan dapat memperkuat massa tulang, mencegah pengaruh
negative dari berkurangnya keseimbangan kalsium, dan mengurangi
tingkat penurunan massa tulang pada tahun-tahun selanjutnya. Kalsium
dibutuhkan juga antara lain untuk pembekuan darah, transmisi saraf,
stimulasi otot, stabilitas asam-basa (pH) darah, dan mempertahankan
keseimbangan air. Kalsium juga bersifat penting dalam reaksi enzim,
tekanan darah, dan dapat mencegah kanker usus besar. (Wurakusumah,
2007)
Defisiensi
Kekurangan kalsim selama masa pembentukan gigi dapat
menyebabkan kerentanan terhadap kerusakan gigi. Cadangan kalsium
tubuh terdapat dalam tulang. Jika kekurangan kalsium tubuh akan
mengambil cadangan kalsium di bank tulang. Semakin lama semakin
banyak kalsium yang diambil, tulang semakin tipis, dan kemudian
keropos. Densitas tulang berbeda-beda menurut umur, meningkat pada
bagian pertama kehidupan dan menurun secara berangsur setelah
dewasa. Proses densitas tulang hanya berlangsung hingga seseorang
berusia 30 tahun.
Suapan anjuran
Angka kecupukan kalsium rata-rata per hari bagi orang Indonesia
ditetapkan menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi LIPI
(1998) sebagai berikut :
Bayi : 300-400mg
Anak-anak : 500mg
Remaja : 600-700mg
Dewasa : 500-800mg
Ibu hamil-menyusui : +> 400mg (ditambah >400mg dari
konsumsi seharusnya)
Saat ini, Departemen Kesehatan Amerika menyarankan untuk
meningkatkan asupan kalsium sampai 1500mg per hari, terutama pada
wanita menopause umur lebih dari 65 tahun (Wirakusumah, 2007).
Kehilangan akibat pengolahan
Dalam proses pemanasan yang berlebihan pada bahan-bahan yang
mengandung kalsium, kalsium akan susut seperduapuluh dari
kandungan semula (Nadesul, 2013).
b. Besi
Kandungan dalam beberapa makanan
Bahan
makanan
Kadar besi
(mg/100g)
daging 2,8
ayam 1,5
hati 6,6
otak 3,6
usus 4,0
bayam 3,9
bluntas 5,6
katuk 2,7
kangkung 2,5
sawi 2,9
Kacang hijau 6,7
kedelai 8,0
Kacang tanah 5,0
Kacang merah 5,0
(Anwar, 2009)
Fungsi
Zat besi merupakan mineral terpenting bagi berfungsinya semua
organ vital dengan baik. Zat besi merupakan salah satu mineral penting
yang sangat diperlukan tubuh manusia untuk membentuk komponen
haem dari hemoglobin, komponen darah yang membawa oksigen dari
paru-paru ke seluruh bagian tubuh dan membawa balik karbon dioksida
dari jaringan tubuh ke paru-paru. Zat besi juga merupakan bagian dari
myoglobin, yang membantu otot menyimpan oksigen, beberapa jenis
enzim, dan jaringan tubuh lainnya (Persatuan Ahli Gizi Indonesia
(PERSAGI), 2009).
Defisiensi
Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia, akibatnya mudah
lelah karena tubuh kekurangan oksigen karena adenosine triphosphate
(ATP) tidak dapat disintesis dengan baik (Persatuan Ahli Gizi Indonesia
(PERSAGI), 2009).
Suapan anjuran
Pada tubuh orang dewasa terdapat 4-5 gram zat besi, dimana 60-
70% dalam komponen haem dari hemoglobin. Konsumsi zat besi dari
makanan rata-rata 10-15 mg per hari dimana 0,5-1,5 mg dapat diserap
tubuh. Penyerapan zat besi bervariasi menurut jenis makanan, adanya
zat pemacu penyerapan dan penghambat, serta status besi tubuh
(Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI), 2009).
Kehilangan akibat pengolahan
Pada umumnya, garam-garam mineral tidak terpengaruh secara
signifikan dengan perlakuan kimia dan fisik selama pengolahan.
Dengan adanya oksidasi, mineral Fe menjadi mineral bervalensi lebih
tinggi. Perlakuan panas akan sangat mempengaruhi absorbsi atau
penggunaan beberapa mineral, terutama melalui pemecahan ikatan,
yang membuat mineral-mineral tersebut kurang dapat diabsorbsi oleh
usus (Sari, 2012).
c. Natrium
Kandungan dalam beberapa makanan
Bahan makanan Kandungan
natrium
(mg/100gram)
Ikan asin 6000
Kecap 4000
Saus tomat 2100
Keju 1250
Corned beef 1250
Margarine 987
Crackers 710
Roti bakar
(toast)
700
Selai kacang
tanah
607
Biscuit 500
(Apriadji, 2007)
Fungsi
Fungsi utama natrium adalah menjaga keseimbangan cairan dalam
tubuh, serta menjaga dan mengatur tekanan osmotic agar cairan tidak
keluar dari darah dan masuk ke dalam sel. Natrium juga berperan dalam
transmisi saraf, kontraksi otot, absorbsi glukosa, dan sebagai alat
angkut zat-zat gizi melalui membrane sel (Wirakusumah, 2005).
Defisiensi
Kurangnya asupan natrium pada tubuh akan menyababkan badan
lemas, nafsu makan menurun, mual, bahkan sampai muntah-muntah,
tekanan darah rendah, dan meningkatnya denyut nadi. Keterbatasan
asupan natrium akan menyusutkan cairan di luar sel. Akibatnya, bukan
hanya tekanan darah yang akan menurun, tapi oksigen dan zat gizi yang
bias diedarkan ke seluruh jaringan pembuluh darah juga menjadi sangat
terbatas (Apriadji, 2007).
Suapan anjuran
Asupan natrium per hari yang baik untuk dikonsumsi adalah
sebagai berikut :
Bayi : 115-750 mg
Anak-anak : 325-1800 mg
Remaja : 900-2700 mg
Dewasa : 1100-3300 mg
(Apriadji, 2007)
Kehilangan akibat pengolahan
Semakin lama proses pemanasan akan menyebabkan kandungan
natrium semakin rendah. Kerusakan pangan yang disebabkan perlakuan
kimia biasanya saling terkait dengan jenis kerusakan lainnya. Pencetus
kerusakan pangan yang menyebabkan perubahan kimia pangan dapat
dipengaruhi suhu selama reaksi berlangsung; oksigen yang
mempercepat reaksi oksidasi; reaksi biologis seperti enzimatik; pH
yang mempengaruhi denaturasi protein atau perubahan warna dan
adanya logam yang menjadi prekursor reaksi serta penyimpanan yang
terlalu lama (Dachlan, 2001).
d. Iodin
Kandungan dalam beberapa makanan
Sumber iodine sempurna berasal dari rumput laut sedangkan
sumber laiinnya yang juga mempunyai kandungan iodine yang bagus
adalah yogurt, susu sapi, telur, straeberry, mozzarella cheese, roti
dengan adonan beryodium, ikan laut, dan kerang-kerangan (Anonim,
2013).
Fungsi
Fungsi iodine adalah membantu pemeliharaaan kelenjar tiroid dan
sebagai pembentuk hormone tiroksin (Karmana, 2010). Fungsi lain dari
iodine adalah untuk pertumbuhan normal, membakar kelebihan lemak
tubuh, serta menjaga kesehatan rambut, kuku, kulit, dan gigi
(Wirakusumah, 2005). Sedangkan dalam obat merah, iodine digunakan
sebagai antiseptic. Iodine dsalam laboratorium digunakan untuk
menguji dan mengidentifikasi amilum. Iodine dalam bentuk kalium
iodat (KIO3) ditambahkan pada garam dapur untuk mencegah penyakit
gondok. Iodine dalam bentuk Iodoform (CHI3) merupakan zat organic
yang dapat digunakan sebagai antiseptic. Dan iodine dalam bentuk
perak iodide (AgI)dapat digunakan dalam pembuatan film fotografi
(Lestari, 2012).
Defisiensi
Defisiensi iodium akan menimbulkan penyakit gondok (goiter).
Hal ini terjadi karena kelenjar tiroid dipacu untuk menghasilkan
hormone tiroksin sehingga kelenjar tersebut berusaha memperbesar
ukurannya. Rendahnya kandungan tiroksin akan mengakibatkan
rendahnya pertumbuhan (Karmana, 2010).
Suapan anjuran
Asupan iodine dari makanan yang direkomendasikan oleh WHO
adalah sebagai berikut :
Bayi, 0-59 bulan : 90 µg/hari
Anak sekolah, 6-12 tahun : 120 µg/hari
Anak-anak, >12 tahun dan orang dewasa : 150 µg/hari
Ibu hamil dan menyusui : 200 µg/hari
(Gibney, 2009)
Kehilangan akibat pengolahan
Pengolahan makanan seringkali meningkatkan jumlah iodine
dalam makanan. Selain itu, adonan-adonan berbasis iodine itu umum
digunakan dalam pembuatan roti komersial, yang meningkatkan
kandungan iodine dari roti (Anonim, 2013).
3. Resume Jurnal
a. Karbohidrat
Kajian Pemanfaatan Tepung Bonggol Pisang sebagai Substitusi Tepung Terigu
dalam Pembuatan Mie Basah
Oleh : Bernatal Saragih dkk
Jurnal Teknologi Pertanian, Volume 3. Nomer 2. Desember 2007
Cara Pembuatan Produk
Bahan dan Alat :
Bahan yang digunakan yaitu bonggol pisang kepok, tepung terigu,
soda kue, telur, garam, kunyit, minyak goreng, air, air mineral, aquades,
CMC, Natrium bisulfit, NaOH, (NH4)2SO4, H2SO4, Na2SO4, HgO, K2SO4,
CuSO4, HCl.
Sedangkan alat yang digunakan adalah alat pencetak mie, alat
pemotong, pisau, gunting, baskom, tampah, meja, sendok, sendok pengaduk,
serok kasa, kompor, panci, blender, mixer, oven, alat penggiling tepung,
timbangan kue, timbangan analitik, gelas piala, pipet tetes, beaker glass,
gelas ukur, cawan petri, desikator, kertas tissue, erlenmeyer dan ayakan (60
mesh).
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dalam dua tahap yaitu pembuatan tepung
bonggol pisang dan pembuatan mie basah. Pembuatan tepung dari bonggol
pisang dilakukan mengikuti tahapan-tahapan yang meliputi pengupasan kulit
bonggol pisang, pengirisan, perendaman dalam natrium bisulfit 0,1 %,
pengeringan serta penepungan (60 mesh). Dari hasil tepung bonggol pisang
dilakukan substitusi tepung bonggol pisang terhadap tepung terigu. Rancangan
penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) masing-masing
dengan tiga kali kali ulangan, dengan perlakuan sebagai berikut: 0 % tepung
bonggol pisang (b0), 10 % tepung bonggol pisang (b1), 20 % tepung
bonggol pisang (b2), 30 % tepung bonggol pisang (b3) dan 40 % tepung bonggol
pisang (b4).
Proses pembuatan mie basah dimula dengan cara mencampur telur,
soda kue Natrium karbonat, telur, ekstrak kunyit CMC dan garam dengan
menggunakan mixer. Kemudian ditambahkan tepung terigu dan tepung bonggol
pisang sesuai perlakuan sambil diaduk hingga merata sampai terbentuk
adonan, kemudian diaduk dan dicetak. Adonan dimasukkan pada alat press
dan dilakukan pelembaran awal dengan 2,5 mm lalu diulang 3,5 mm dan
diulang lagi dengan 5,5 mm. Pelembaran akhir diulang lagi tiga kali dengan
ukuran 3,5 mm, 2,5 mm dan 1,5 mm. Kemudian alat pencetak atau pemotong
dipasang dan lembaran yang ada dipotong-potong sepanjang kira-kira 30 cm.
Potongan-potongan mie kemudian dikumpulkan untuk diperciki minyak goreng
sambil diaduk lalu dikukus selama 10 menit. Mie kemudian diangkat,
ditiriskan dan kemudian ditebarkan diatas meja, lalu mie dianginkan sampai
cukup dingin. Selanjutnya dilakukan analisa kadar air, kadar abu, protein,
lemak dan serat kasar, serta uji organoleptik oleh 30 orang penelis meliputi
tekstur, warna, rasa dan aroma.
Indikator Kualitas Produk yang Diuji
Untuk mengetahui perbedaan perlakuan terhadap zat gizi dilakukan
uji ANOVA (Analysis of Covariance) taraf 5 %, dari hasil ANOVA yang berbeda
nyata dilanjutkan beda nyata terkecil (BNT). Sedangkan data hasil
organoleptik ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Kadar air mie yang
dihasilkan antara 15,50-17.50 %. Hasil uji ANOVA menunjukkan perbedaan
nyata (P<0,05) antar perlakuan substitusi bonggol pisang terhadap kadar air
mie yang dihasilkan. Semakin tinggi substitusi tepung bonggol pisang kadar
air mie juga semakin tinggi. Berdasarkan uji BNT 5 % perlakuan substitusi
bonggol pisang terhadap rata-rata kadar air, substitusi 0 persen berbeda
nyata dengan semua perlakuan lainnya. Sedangkan perlakuan b1 menunjukkan
berbeda tidak nyata dengan b2. Mie basah dengan kadar air tertinggi diperoleh
pada perlakuan b4 yaitu 17.50 % dan terendah pada perlakuan b0 yaitu 15.50
%. Rata-rata kadar abu berdasarkan hasil uji ANOVA menunjukkan
perbedaan tidak nyata (P>0,05) antar perlakuan substitusi tepung bonggol
pisang terhadap. Kadar abu mie antara 1,23 - 1,90 %. Kadar abu mie yang
dihasilkan masih memenuhi kriteria SNI yaitu maksimum 3 persen b/b. Hal
yang sama juga diperoleh pada kadar lemak mie yang dihasilkan
menunjukkan Kadar protein mie yang diasulkan menunjukkan perbedaan tidak
nyata antar perlakuan substitusi bonggol pisang terhadap rata-rata kadar protein
mie. Kadar protein mie antara 8,26 - 8,28 %. Demikian juga halnya kadar
karbohidrat mie yang dihasilkan menunjukkan perbedaan tidak nyata antar
perlakuan substitusi bonggol pisang. Kadar karbohdrat mie semua perlakuan
antara 54,10 - 55,89 %. Kadar serat kasar mie tertinggi diperoleh pada
perlakuan b4 yaitu 2,35 %. Hasil uji ANOVA menunjukkan perbedaan yang
nyata antar perlakuan substitusi bonggol pisang terhadap rata-rata kadar serat
kasar mie. Berdasarkan uji BNT 5 % perlakuan substitusi bonggol pisang
terhadap rata-rata kadar serat kasar menunjukkan perlakuan b0 berbeda nyata
dengan semua perlakuan lainnya, sedangkan perlakuan b4 berbeda tidak nyata
dengan b3 namun berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hasil uji ANOVA
menunjukkan perbedaan tidak nyata antar perlakuan substitusi bonggol pisang
terhadap rata-rata total energi mie yang dihasilkan. Total energi mie yang
dihasilkan antara 413,70 - 431,87 kkal. Total energi yang dihasilkan juga lebih
tinggi dengan kadar energi mie basah dan kering menurut SNI untuk mie
basah 86 kal dan mie kering 337 kal. Kadar energi semakin menurun dengan
semakin tingginya substitusi tepung bonggol pisang. Hasil uji kesukaan terhadap
warna mie yang dihasilkan menunjukkan bahwa substitusi tepung bonggol
pisang maksimum perbedaan tidak nyata antar perlakuan substitusi bonggol
pisang terhadap rata-rata kadar lemak mie. Kadar lemak mie yang dihasilkan
antara 18,22 - 19,43 %.
b. Lemak
Pembuatan Mentega Mangga (Kajian Pengaruh Proporsi Minyak dan Shortening
Terhadap Sifat Fisik, Kimia, dan Organoleptik Mentega Mangga)
Oleh : Michelle Noviria dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri, Volume 1. Nomer 1. Oktober 2013
Cara Pembuatan Produk
Bahan dan Alat :
Bahan pembuat mentega mangga adalah buah mangga jenis podang yang
sudah dibeli di Kediri. Sedangkan bahan tambahan yang digunakan yaitu
pektin dan lesitin di Sari Kimia, minyak dan gula di Carefour, shortening di
toko Avia. Sedangkan bahan kimia untuk menganalisis adalah aquades,
glukosa anhidrat, H2SO4, CaCO3, Pb Asetat, pereaksi anthrone, dan Natrium
Oksalat. Semua bahan kimia didapatkan dari toko Panadia, laboratorium
Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan THP, dan laboratorium Biologi Universitas
Brawijaya.
Alat yang digunakan dalam pembuatan mentega mangga ini adalah
pisau, panci, kompor, gelas ukur, pengaduk adonan, kain saring, timbangan
digital merk Denver Instrument M-310, termometer, timer, dan blender buah.
Alat yang digunakan untuk analisis adalah soxhlet, beaker glass, gelas ukur,
pipet volum, pipet tetes, timbangan analitik merk Denver Instrument M-
310, pH meter merek Rex model S-3C, labu ukur, erlenmeyer, corong,
spatula, oven kering “WTB Binder”, spektrofotometer “Spectronic 20 Genesys”,
desikator, tabung reaksi, dan color reader “Minolta CR-10”.
Tahapan Penelitian :
Tahap pelaksanaan penelitian meliputi identifikasi masalah, percobaan
pendahuluan, penentuan faktor penelitian, proses pembuatan dan analisis fisik,
kimia, yang dialnjutkan analisis data. Tahap-tahap proses pembuatan mentega
mangga adalah sebagai berikut:
a) Sortasi
Bertujuan untuk memilih buah mangga yang masih baik dan dapat
digunakan sebagai bahan baku mentega.
b) Pengupasan
Sebaiknya menggunakan pisau yang tajam dan terbuat dari stainless steel.
c) Pemotongan
Dilakukan dengan pisau. Pemotongan bertujuan untuk mempermudah
penghancuran
agar diperoleh bubur buah yang halus.
d) Penambahan Air dan Pemasakan
Sebaiknya menggunakan panci stainless steel agar panas yang dapat
diperoleh merata.
Pemasakan bertujuan untuk mendapatkan bubur mangga guna
selanjutnya untuk
diperoleh sari buah mangga dari penyaringan
e) Penyaringan
Dilakukan dengan menggunakan kain saring. Penyaringan bertujuan
untuk
mendapatkan sari buah mangga yang bebas ampas.
f) Penimbangan dan Penambahan Bahan-Bahan Tambahan
Bahan-bahan yang akan ditambahkan yaitu gula, lesitin, pektin, minyak,
dan shortening. Sebelum dilakukan penambahan bahan-bahan tambahan ke
dalam sari buah, dilakukan penimbangan bahan-bahan tambahan sehingga
diharapkan nantinya diperoleh kualitas mentega mangga yang diinginkan.
g) Pencampuran dan Pemasakan
Setelah penambahan, agar adonan tercampur sempurna, maka
dilakukan pemasakan sehingga diperoleh mentega mangga yang cair.
h) Pendinginan
Mentega cair yang diperoleh dari pemasakan, selanjutnya didinginkan
agar diperoleh mentega yang padat.
i) Pengemasan
Mentega mangga yang telah memadat, dikemas dengan wadah plastik
yang kedap udara guna menghindari kontaminasi.
Metode Penelitian
Metode penelitian dalam penelitian ini dengan menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial dengan dua
faktor. Faktor I adalah konsentrasi minyak yang terdiri dari 3 level. Faktor II
adalah konsentrasi shortening yang terdiri dari 3 level.
Indikator Kualitas Produk yang Diuji
Pengamatan dan analisis dilakukan pada bahan baku (sari buah
mangga) dan produk akhir (mentega mangga). Analisis fisik meliputi analisis
warna dan daya oles. Analisis kimia meliputi pH, kadar air, total gula
anthrone dan kadar lemak. Analisis organoleptik meliputi tekstur, warna, rasa,
aroma dan kenampakan dengan uji hedonik. Data hasil pengamatan dianalisis
menggunakan ANOVA (Analysis of Variant) metode Rancangan Acak
Kelompok. Apabila hasil uji menunjukkan adanya interaksi maka dilakukan uji
DMRT (Duncan Multiple Range Test) tetapi jika tidak ada interaksi maka
dilakukan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) dengan selang kepercayaan 5%.
Data organoleptik dianalisis dengan Hedonic Scale Scoring. Pemilihan
perlakuan terbaik data organoleptik dengan menggunakan metode
pembobotan. Sedangkan perlakuan terbaik analisis fisik dan kimia dengan
metode multiple attribute.
c. Protein
Pengaruh Temperatur dalam Pembuatan Yogurt dari Berbagai Jenis Susu dengan
Menggunakan Lactobacillus Bulgarius dan Streptococcus Thermophilus
Oleh : Nurzainah Ginting dan Elsegustri Pasaribu
Jurnal Agribisnis Peternakan, Volume 1. Nomer 2. Agustus 2005.
Cara Pembuatan Produk
Bahan dan Alat :
Bahan yang digunakan adalah susu sapi segar, susu kerbau, susu full krim,
susu skim, dan air. Selain itu adalah bakteri Streptococcus thermophilus dan Lact
obacillus bulgaricus dengan perbandingan 1:1.
Cara Pembuatan
Pada pelaksanaan penelitian, susu sapi dan kerbau segar dikumpulkan dari
peternak, sementara susu skim dan full krim dilarutkan sebanyak 500g dalam
462,5 ml air masak. Banyaknya susu yang digunakan adalah 500 cc untuk tiap
jenis susu. Susu sapi dan kerbau dipasteurisasi selama 30 menit pada suhu 60-70°
C. Kemudian bakteri biakan ditimbang sebanyak 50g untuk setiap perlakuan.
Setiap susu yang sudah diberi biakan ditutup dalam wadah dan dimasukkan ke
dalam inkubator bersuhu 30° C dan dibiarkan selama 20 jam. Setelah itu wadah
yang berisi susu yang sudah berubah menjadi yoghurt dikeluarkan dari inkubator,
dibiarkan sebentar pada suhu kamar dan dimasukkan ke refrigerator bersuhu 5° C.
Untuk perlakuan temperatur 37° C, proses awalnya sama, hanya saja
wadah yang sudah berisi susu dimasukkan ke inkubator bersuhu 37°C selama 10-
11 jam. Berikutnya perlakuan bersuhu 44° C, wadah berisi susu dimasukkan ke
dalam inkubator bersuhu 44°C selama 8 jam dan terakhir perlakuan 51° C
dimasukkan ke dalam inkubator bersuhu 51 ° C selama 6 jam. Sesudah susu
berubah menjadi yoghurt selalu disimpan di dala m refrigerator untuk
menghambat perkembangbiakan yang berlebihan agar yoghurt tidak menjadi
terlalu asam.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan acak kelompok
(RAK) faktorial 4 x 4 dengan 2 (dua) kali ulangan. Faktor yang diteliti adalah
faktor Temperatur (T) yaitu T1 (30° C), T2 (37 ° C), T3 (44° C) dan T4 (51°C).
Selain faktor temperatur adalah jenis susu (S) yaitu S1 (susu skim), S2 (susu sapi
segar), S3 (susu full krim), dan S4 (susu kerbau segar). Pengaruh perlakuan
terhadap semua peubah yang diamati, dipelajari dengan sidik ragam dengan model
matematik:
Yijk= µ + αi + αj + β k+ ( αβ)ij + ∑ ijk
Indikator Kualitas Produk yang Diuji
Pengambilan data dari uji organoleptik terdiri atas:
1. uji warna
Skala Hedonik Skala Numerik
Putih 1
Putih Kekuningan 2
Kuning 3
Kuning Tua 4
2. uji tekstur
Skala Hedonik Skala Numerik
Encer 1
Agak Kental 2
Kental 3
Menggumpal 4
3. uji rasa
Skala Hedonik Skala Numerik
Tidak Suka 1
Agak Suka 2
Suka 3
Sangat Suka 4
Selain uji di atas, dilakukan juga uji mikrobiologik untuk mengetahui ada
tidaknya aktivitas bakteri untuk setiap perlakuan temperatur. Pada uji keragaman
pengaruh temperatur inkubasi dan jenis susu pada warna yoghurt, ternyata faktor
perlakuan suhu yang berbeda terhadap jenis susu.
DAFTAR PUSTAKA
Alegre, Leoner dkk. 2006. Vitamin C New Research. Nova Science
Publisher, Inc. New York.
Anonim. 2013. http://biologimediacentre.com. Diakses pada 3 November
2013 jam 20.13
Braunstein, Matthew. 2006. Focus on Vitamin E Research. Nova Science
Publisher, Inc. New York.
Feldman, David dkk. 2011. Vitamin D. Elsevier, Inc. British.
Harjana, Dadan. 2013. manfaatnyasehat.blogspot.com. diakses pada 2
November jam 16.06
Pressman AH, Buff S. 2000. Vitamin and Minerals. Penguin Group. USA.
Anwar, Faisal dan Ali Khomsan. 2009. Makan Tepat Badan Sehat. Jakara :
Penerbit Hikmah
Apriadji, Wied Harry. 2007. Makan Enak untuk Sehat, Bahagia, dan Awet Muda.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Dachlan, D.M, dan Thaha,A.R, 2001. Survei Gangguan Akibat Kekurangan Iodin
(GAKI) di 8 Kecamatan Endemik Propinsi Maluku Utara, Laporan Hasil
Penelitian, Kerjasama Pusat Pangan Gizi dan Kesehatan LP Unhas dan
Kanwil Depkes Propinsi Maluku Utara.
Karmana, Oman. 2010. Cerdas Belajar Biologi. Jakarta : PT Grafindo Media
Pratama
Nadesul, Hendrawan. 2013.
https://www.sahabatnestle.co.id/Page/hidup/makanan/tahukah/benarkah-
susu-tidak-boleh-dipanaskan Diakses pada tanggal 31 Oktober 2013
pukul 21.00 WIB
Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI). 2009. Kamus Gizi : Pelengkap
Kesehatan Keluarga. Jakarta : PT Kompas Media Nusantara
Sari, Diesna dkk. 2012. Pengaruh Lama Pemanasan Dalam Rice Cooker Terhadap
Kandungan Zat Besi (Fe) Dan Total Mikroba Nasi Putih. Media Gizi
Masyarakat Indonesia, Vol. 2, No.1, Agustus 2012 : 22-26, Universitas
Hasanuddin, Makassar
Wirakusumah, Emma S. 2005. Jus Buah & Sayuran. Depok : Penebar Swadaya
Wirakusumah, Emma S. 2007. Mencegah Osteoporosis. Jakarta : Niaga Swadaya
Lestari, Iis. 2012. http://www.kamuslife.com/2012/11/fungsi-iodin-manfaat-dan-
kegunaan-unsur.html Diakses pada tanggak 1 November 2013 PUKUL
08.30 WIB
Anonym. 2013. http://1001-diet.blogspot.com/2013/01/iodine.html Diakses pada
tanggal 1 November 2013 pukul 08.00 WIB
Anonym. 2013. http://1001-diet.blogspot.com/2013/01/iodine.html Diakses pada
tanggal 1 November 2013 PUKUL 10.00 WIB
Rohn, Jim. 2012. www.wikivitamin.com. Diakses pada 2 November jam
16.45
Ahira, Anne. 2012. www.anneahira.com. Diakses pada 4 November pada
jam 01.00
Anonim. 2013. www.naturalstandard.com. Diakses pada 3 November 2013
jam 19.48