makalah kuljarr mey

29
MAKALAH KULTUR JARINGAN FARMASI PERBANYAKAN BENIH NILAM MURAH DAN SEHAT” DISUSUN OLEH MEGA CAHAYANI 1313015099 S1 B Farmasi UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA FAKULTAS SARJANA FARMASI 2014 1

Upload: memeycahayani

Post on 18-Jan-2016

43 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Kultur jaringan

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Kuljarr Mey

MAKALAH KULTUR JARINGAN

FARMASI

“PERBANYAKAN BENIH NILAM MURAH DAN SEHAT”

DISUSUN OLEH

MEGA CAHAYANI

1313015099

S1 B Farmasi

UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA

FAKULTAS SARJANA FARMASI

2014

1

Page 2: Makalah Kuljarr Mey

Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah Kultur Jaringan. Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi tugas

mata kuliah Kultur Jaringan, Program Studi S1 Farmasi.

Dalam menyusun makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta

bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih kepada dosen yang telah membina saya. Penulis menyadari

bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis

sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna

sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat

bagi semuanya.

Samarinda, September 2014

Penulis

2

Page 3: Makalah Kuljarr Mey

Daftar Isi

Kata Pengantar………………………………………………………………..….2

Daftar isi…………………………………………………………………….……3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………………4

B. Rumusan Masalah.……………………………………………………………..5

C. Tujuan…………………………………………………………………………..6

BAB II

METODE PENELITIAN………………………………………………………….7

BAB III

PEMBAHASAN…………………………………………………………………16

BAB IV

PENUTUP………………………………………………………………………..17

DAFTAR PUSTAKA

3

Page 4: Makalah Kuljarr Mey

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu kendala dalam budidaya nilam adalah serangan Organisme

Pengganggu tanaman (OPT) yang dapat menurunkan hasil secara signifikan. Tiga

varietas unggul nilam (Sidikalang, Lhokseumawe, dan Tapak Tuan) asal PPBS

Bogor dilaporkan telah terinfeksi oleh penyakit mosaik yang disebabkan oleh

virus golongan potyvirus (Noveriza et al., 2009). Oleh karena itu, perlu

diupayakan teknik perbanyakan tanaman yang dapat menghasilkan tanaman bebas

virus. Salah satu teknik yang dapat dilakukan adalah kultur apikal meristem dan

perlakuan air panas pada bahan stek.

Beberapa jenis penyakit pada tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.)

adalah layu bakteri (Ralstonia solanacearum), daun kuning atau daun merah yang

disebabkan oleh nematoda parasit Pratylenchus spp (Pratylenchus coffeae, P.

brachyurus), Meloidogyne spp. (Meloidogyne incognita, M. hapla) dan

Radopholus similis, hawar daun (Rhizoctonia sp.), bercak daun (Colletotrichum

sp.), busuk akar (Sclerotium sp. dan Fusarium sp.), budok (Synchitrium sp.) dan

penyakit mosaik yang disebabkan oleh virus golongan potyvirus (Djiwanti dan

Momota, 1991; Mustika et al. 1995; Sitepu dan Asman, 1989; Mustika dan

Nazaruddin, 1998; Nasrun et al., 2005; Kusnata, 2005; Sukamto et al., 2007,

Sukamto et al., 2008). Tiga varietas unggul nilam (Sidikalang, Lhokseumawe, dan

Tapak Tuan) asal IPBS Bogor telah terinfeksi oleh penyakit mosaik yang

disebabkan oleh virus golongan potyvirus (Noveriza et al., 2009). Oleh sebab itu

perlu dilakukan perbanyakan tanaman nilam yang bebas virus dengan kultur

meristem apikal dan perlakuan air panas. Untuk meminimalkan biaya, maka tidak

dilakukan penggunaan antiviral. Dengan teknik kultur meristem dan perlakuan

panas pada stek, diyakini sudah mampu mendapatkan tanaman bebas virus.

Selain serangan OPT, kendala lain yang dihadapi dalam budidaya tanaman

nilam adalah penyediaan benih. Secara konvensional, penyediaan benih belum

dapat mencukupi kebutuhan. Untuk mengatasinya, dapat dilakukan dengan teknik

4

Page 5: Makalah Kuljarr Mey

kultur jaringan. Namun, teknik kultur jaringan memerlukan biaya yang besar.

Untuk mengurangi besarnya biaya perbanyakan benih nilam dengan teknik kultur

jaringan, dilakukan dengan cara mengganti media dasar kimia (MS), dengan

media Hyponex (pupuk majemuk) dan ZPT kimia dengan ZPT alternatif dengan

harga yang lebih murah.

Dalam satu kurun produksi (5 bulan) kemampuan untuk menyediakan

benih sebar nilam varietas Sidikalang, Tapak Tuan dan Lhokseumawe hanya

22.000 setek,jauh di bawah kebutuhan benih yang mencapai 451.840.000

setek/tahun (Ditjenbun, 2007 dan Litbang Deptan, 2008). Salah satu usaha yang

dilakukan untuk memecahkan kendala tersebut adalah melakukan perbanyakan

benih dengan teknik kultur jaringan, akan tetapi masalah yang dihadapi dengan

teknik ini adalah biaya proses produksi benih yang cukup tinggi dan berdampak

pada harga jual benih. Harga benih hasil kultur biasanya 3 – 4 kali lipat dari harga

benih hasil perbanyakan secara konvensional, saat ini dijual dengan harga Rp

3.500,-/setek, sedangkan harga benih penjenis adalah Rp. 200,-/setek dan untuk

benih Rp. 500,- (Permentan, 2008), sedangkan benih sebar Rp. 750,-/polybag

(Litbang Deptan, 2008). Perbanyakan benih secara kultur jaringan adalah

perbanyakan di atas media dengan nutrisi yang cukup dalam kondisi yang aseptik

(bebas dari mikroba).

Perbanyakan nilam dengan kultur jaringan ini sangat efektif dan efisien,

karena dapat mengeliminir penyakit (bebas dari mikroba/virus), dalam jumlah

besar dan seragam. Untuk mengurangi biaya produksi benih nilam, dicoba

dilakukan teknik perbanyakan benih dengan cara penggunaan biaya input yang

minimal. Analisis harga pokok dan skala usaha yang optimal akan dilakukan

untuk menentukan harga jual yang sesuai dan skala usaha yang tepat.

B. Rumusan Makalah

1. Metode apa yang digunakan untuk mendapatkan benih nilam yang

banyak,sehat dan murah?

2. Apa saja zat pengatur yang dapat mempengaruhi pertumbuhan benih

nilam ?

5

Page 6: Makalah Kuljarr Mey

C. Tujuan

Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan metode perbanyakan benih nilam murah dan sehat (bebas virus).

6

Page 7: Makalah Kuljarr Mey

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan mulai bulan Januari 2010 sampai Desember 2010

di Laboratorium Kultur Jaringan, Kelti Plasma Nutfah dan Pemuliaan, dan di

Rumah Kaca, Kelti Hama dan Penyakit, Balai Penelitian Tanaman Obat dan

Aromatik di Bogor.

B. Tahap Penelitian

Penelitian terdiri dari dua sub kegiatan yaitu :

1. Sub kegiatan 1: perbanyakan benih nilam bebas virus, dengan 2 percobaan:

a. Perbanyakan benih nilam bebas virus dengan kultur apikal meristem,

b. Perbanyakan benih nilam bebas virus dengan perlakuan air panas.

2. Sub kegiatan ke-2: perbanyakan benih nilam murah dan sehat.

1. Perbanyakan benih nilam bebas OPT

1.1 Perbanyakan benih nilam bebas virus dengan Kultur Apikal

Meristem

Penyiapan Sterilisasi Eksplan

Eksplan yang digunakan adalah tanaman nilam varietas Sidikalang,

Lhokseumawe, Tapak tuan. Potongan pucuk apikal meristem nilam

dengan ukuran 3-5 mm dicuci dengan 0,1% Tween 20 menggunakan

stirrer kemudian dicuci beberapa kali dengan akuades. Sterilisasi

permukaan dilakukan dengan merendam pucuk apikal tersebut dalam

larutan 1% sodium hypochlorite dan 30% ethanol selama 15 menit dan 1

menit, dan terakhir dicuci dengan akuades steril.

Kultur Apikal Meristem secara In Vitro

Apikal meristem dikultur berdasarkan metode Sugimura et al.

(1995) sebagai berikut: Isolasi meristem dilakukan secara aseptik dibawah

mikroskop untuk memotong eksplan dengan ukuran 0,5-1 mm. Regenerasi

plantlet dari apikal meristem secara in vitro dengan beberapa tahapan

7

Page 8: Makalah Kuljarr Mey

sebagai berikut: (1) untuk inisiasi pucuk, eksplan diinkubasi pada media

MS + 0,2 ppm 6-benzylaminopurine (BAP) selama 4 minggu; (2) untuk

proliferasi pucuk, kultur ditransfer pada media MS + 0,2 ppm BAP dan

0,9% Bakto agar, kemudian diinkubasi pada suhu 28ºC selama 8-10

minggu dibawah cahaya secara terus-menerus (2000 lux); dan (3) untuk

pertumbuhan akar, kultur akhirnya ditransfer pada media MS+ vermiculite

steril tanpa phytohormon dan diinkubasi selama 3 minggu dibawah cahaya

terus-menerus (4500 lux). Plantlet yang dihasilkan diaklimatisasi dalam

pot yang berisi tanah dan diinkubasi pada ruangan dengan kelembaban

tinggi selama 3 minggu, kemudian dipindahkan ke rumah kaca selama 2

bulan. Hasil tanaman nilam kultur jaringan dikonfirmasi bebas potyvirus

dengan uji serologi (ELISA). Deteksi sampel secara serologi dengan

metode Indirect-ELISA mengikuti metode DNMZ (Clark & Adam,1977).

Daun tanaman ditimbang 0,2 g di gerus dalam 1 ml buffer coating+0,05 M

DIECA, kemudian sebanyak 100 μl dimasukkan ke dalam plat mikrotiter,

dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 2-4 jam atau overnight pada suhu

4°C. Plat kemudian dikosongkan dan dicuci dengan PBS-T (buffer fosfat

ditambah Tween) 5 kali. Plat selanjutnya diisi dengan 100 μl 2% skim

milk dalam PBS-Tween dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 30 menit.

Plat dikosongkan dari larutan blocking dan biarkan kering

sebentar, kemudian masukkan 100 μl Mab dalam buffer konjugat

dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 2-4 jam. Plat kemudian

dikosongkan dan dicuci dengan PBS-T (buffer fosfat ditambah Tween) 5

kali. Tambahkan 100 μl konjugat RaM-AP dalam buffer konjugat dan

diinkubasi selama 2 jam. Plat kemudian dikosongkan lagi dan dicuci

dengan PBS-T (buffer fosfat ditambah Tween) 5 kali. Tambahkan 100 μl

p-nitrophenyl fosfat dan diinkubasi pada suhu kamar selama 30-60 menit.

Reaksi dibaca dengan menggunakan microplate reader pada panjang

gelombang 405 nm. Tanaman nilam bebas virus digunakan untuk

perbanyakan vegetatif dengan setek.

8

Page 9: Makalah Kuljarr Mey

1.2. Perbanyakan benih nilam bebas virus dengan Perlakuan Air Panas

pada Bahan Setek

Penyiapan Bahan Tanaman

Bahan tanaman diambil dari tanaman nilam yang menunjukkan

gejala penyakit mosaik (diverifikasi dengan ELISA) dan tanaman sehat

sebagai kontrol negatif dari UPBS Balittro Bogor. Bahan setek yang

digunakan adalah setek batang (Sidikalang, Lhokseumawe, Tapak tuan).

Perbanyakan Benih Nilam bebas virus dengan Perlakuan Air Panas.

Perendaman bahan setek di dalam air panas dengan suhu 35ºC

selama 10 menit sebagai pre-treatment. Perlakuan terdiri dari dua faktor

yaitu perlakuan air panas dan jenis setek. Faktor perlakuan air panas terdiri

dari empat perlakuan:

1. perlakuan air panas 50ºC selama 60 menit, 120 menit, 180 menit pada

setek tanaman sakit;

2. perlakuan air panas 55ºC selama 60 menit, 120 menit, 180 menit pada

setek tanaman sakit;

3. perlakuan air panas 60ºC selama 30 menit;

4. Sebagai kontrol: tanpa perlakuan air panas pada tanaman sakit (kontrol

positif) dan tanpa perlakuan air panas pada tanaman sehat (kontrol

negatif).

Faktor kedua yaitu jenis setek, terdiri dari 2 taraf: setek pucuk dan

setek batang. Dengan demikian, pengujian ini terdiri dari 8 kombinasi

perlakuan. Lamanya perendaman tidak dijadikan kombinasi perlakuan.

Setiap kombinasi perlakuan diulang 3 kali, setiap ulangan terdiri dari 10

unit pengujian sehingga terdapat 240 unit pengujian.

Penanaman Setek.

Setek setelah perlakuan ditanam pada polibag yang berisi media

tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1. Benih dipelihara

sampai 4 minggu, dan dilakukan pengamatan jumlah daun yang tumbuh

dan tinggi tanaman. Kemudian daun di panen untuk deteksi Potyvirus

dengan ELISA.

9

Page 10: Makalah Kuljarr Mey

Rancangan yang digunakan Rancangan Acak Kelompok: 8

perlakuan dengan 3 ulangan. Masing–masing perlakuan dengan 10

tanaman. Data dianalisa dengan menggunakan ANOVA dalam Rancangan

Acak Kelompok dan uji lanjut LSD.

2. Perbanyakan benih nilam yang sehat dan murah

Pengadaan biakan steril (sterilisasi eksplan dari tunas)

Pengadaan biakan steril/sterilisasi dilakukan sebagai sumber

eksplan dari tunas terminal/aksilar nilam varietas Sidikalang,

Lhokseumawe dan Tapaktuan yang diambil di Jawa Barat (Ciamis dan

Cicurug). Ukuran eksplan ± 2 cm eksplan dicuci dengan menggunakan air

mengalir dan detergen sampai bersih. Kemudian disterilisasi berturut-turut

dengan larutan Hg Cl2 0,2% selama 1 menit, kloroks 30% selama 2 menit,

kloroks 20% selama 5 menit dan dibilas dengan air steril sebanyak 3 kali.

Eksplan steril (masing – masing varietas, 50 eksplan steril) ditanam pada

media untuk induksi tunas dengan media Hyponex (pupuk majemuk)

sebagai pengganti media dasar MS, ditambah dengan ZPT alternatif

dengan konsentrasi 10 %.

Pembuatan media

Media dasar yang digunakan untuk induksi tunas adalah dengan

media Hyponex, dengan penambahan ZPT alternatif sebagai pengganti

ZPT kimia (IBA, NAA, IAA) dengan konsentrasi 10%. Sebagai sumber

energi ditambahkan gula 30 g/l, sebagai pengganti sukrosa dan sebagai

pemadat digunakan agar swallow 8 g/l sebagai pengganti bacto agar. pH

diatur 5.7-5.8. Sterilisasi media menggunakan autoclave selama 20 menit

pada suhu 1210C dan tekanan 18-20 psi.

Untuk induksi tunas menggunakan eksplan dari tiga varietas

unggul nilam (Sidikalang, Lhokseumawe dan Tapaktuan) dengan media

Hyponex, ditambah ZPT alternatifi (air kelapa) 10% dengan 10 ulangan

(10 botol), masing-masing botol berisi 3 potongan tunas. Parameter yang

diamati adalah pertumbuhan eksplan yang tumbuh membentuk tunas,

penampakan kultur secara visual, warna dan struktur tunas.

10

Page 11: Makalah Kuljarr Mey

Regenerasi dan perbanyakan tunas dengan ZPT alternatif

Pembuatan media

Media dasar digunakan untuk induksi tunas adalah Hyponex

dengan penambahan ZPT alternatif (air kelapa) masing-masing dengan

konsentrasi 10 % sebagai pengganti ZPT kimia. Sebagai sumber energi

ditambahkan gula 30 g/l, sebagai pengganti sukrosa dan sebagai pemadat

digunakan agar swallow 8 g/l sebagai pengganti bacto agar. pH diatur 5.7-

5.8. Sterilisasi media menggunakan autoclave selama 20 menit pada suhu

1210C dan tekanan 18-20 psi.

Regenerasi dan perbanyakan tunas

Tunas diperbanyak pada media dasar Hyponex dengan

penambahan ZPT alternatif (air kelapa, dengan konsentrasi 10 %). Untuk

regenerasi tunas dan perbanyakan tunas digunakan tiga varietas unggul

nilam (Sidikalang, Lhokseumawe, dan Tapaktuan).

11

Page 12: Makalah Kuljarr Mey

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Eliminasi Virus melalui Perlakuan Perendaman Air Panas

Hasil pada Tabel 1 dibawah menunjukkan bahwa perendaman setek

batang nilam yang terinfeksi oleh virus (yang ditunjukkan oleh positif adanya

gejala mosaik pada daun nilam) pada suhu 500C-600C belum mampu

menginaktifkan virus tersebut, hal ini ditunjukkan dengan masih munculnya

gejala mosaik pada daun dari setek batang nilam sampai pada 2 bulan setelah

persemaian. Setek batang nilam dari ketiga varietas yang di uji (Sidikalang,

Lhokseumawe dan Tapaktuan) tidak mampu tumbuh setelah dilakukan

perendaman pada suhu lebih besar dari 500C. Varietas Sidikalang tidak dapat

tumbuh jika waktu perendaman diatas 10 menit, sedangkan kedua varietas

lainnya masih dapat tumbuh setelah dilakukan perendaman pada suhu 500C

selama 20 menit dan 30 menit. Daya tumbuh setek nilam varietas

Lhokseumawe setelah di rendam pada suhu 500C selama 10, 20 dan 30 menit

adalah 63,6%, 30% dan 10%, sedangkan varietas Tapaktuan adalah 14,3%,

42,9% dan 12,5% dan varietas Sidikalang adalah 90,9%,0% dan 0%. Teknik

perendaman air panas tidak mampu untuk mengeliminasi virus yang

menyebabkan penyakit mosaik pada tanaman nilam, lain halnya jika di

perlakukan pada tanaman pertanian lainnya seperti nanas. Berdasarkan hasil

penelitian Sutrawati (2009), perlakuan perendaman air panas pada suhu 580C

selama 40 menit dapat menginaktifkan dan mengeliminasi virus PMWaV

(Pineapple mealybug wilt-associated virus) yang menyerang tanaman nanas

dan daya tumbuh setek daun serta batang nanas masih diatas 60%.

Untuk selanjutnya, di rencanakan untuk memodifikasi teknik kultur

jaringan dan perendaman air panas karena perendaman setek pada air panas

belum dapat mengeliminasi virus pada daun nilam.

12

Page 13: Makalah Kuljarr Mey

Eliminasi virus dengan Perlakuan Kultur Jaringan Apikal Meristem

13

Page 14: Makalah Kuljarr Mey

Eksplan meristem apikal, varietas N3 (Tapak Tuan) menunjukkan

tingkat pembentukan tunas yaitu 88,89 persen, ternyata lebih tinggi di

bandingkan varietas N1 (Sidikalang) yaitu 80 persen dan N2

(Lhokseumawe) 66.67 persen, dapat dilihat pada Tabel 2.

Pertumbuhan kultur jaringan apikal meristem varietas N3 (Tapak

tuan) lebih cepat jika dibandingkan dengan pertumbuhan ke dua varietas

lainnya yaitu N1 (sidikalang dan N2 (Lhokseumawe). Tetapi pertumbuhan

non apikal meristem varietas N1 sangat lambat sekali, sedangkan untuk

varietas N2 dan N3 tidak tumbuh sama sekali.

Eksplan kultur jaringan tersebut di sub kulturkan kembali pada

media MS + 0,5 mg/l BAP dan media MS + IBA untuk perbanyakan dan

pembentukan akar. Selanjutnya kultur jaringan tersebut di aklimatisasi dan

dipindahkan ke polibeg berisi media tanah + pupuk kandang.

Pertumbuhan Vegetatif Kultur In Vitro

Pertumbuhan eksplan meristem apikal nilam varietas N3 lebih baik

di bandingkan varietas N1 dan N2 (Tabel 3).

14

Page 15: Makalah Kuljarr Mey

Deteksi Virus

Deteksi virus pada sampel nilam hasil kultur jaringan menunjukan

47,37% bebas virus, hal ini mungkin disebabkan karena eksplan yang di

tanam belum benar-benar pada bagian meristem yang bebas virusnya

sehingga masih hasil kultur jaringan tersebut masih membawa virus

golongan Potyvirus tersebut (Tabel 4).

Menurut Visessuwan et.al 1988 tanaman tebu yang di perbanyak

dari kultur meristem apikal menghasilkan 88 persen bebas virus dengan

ukuran meristem apikal 0.2 – 0.5 mm. Langhans et.al melaporkan bahwa

eksplan meristem apikal yang berukuran 0.3 – 0.5 mm merupakan ukuran

optimal dalam menghasilkan eskplan bebas virus.

Eksplan non meristem apikal varietas N1 100% terinfeksi virus,

sedangkan eksplan maristem apikal pada varietas yang sama hanya

menunjukkan 47,37% yang terinfeksi virus. Hal ini dimungkinkan karena

belum optimalnya dalam pengambilan besarnya ukuran jaringan meristem.

Menurut Sugimura et al. (1995) ukuran meristem apikal yang optimum

pada tanaman nilam menghasilkan eksplan bebas virus adalah 0.5 – 1 mm.

Hasil laporan ini menunjukkan bahwa teknik kultur jaringan apikal

meristem dari eksplan tanaman nilam yang terinfeksi virus (Potyvirus)

dapat menghasilkan kultur jaringan nilam yang bebas virus, walaupun

hasilnya belum maksimal karena tergantung ketepatan ukuran jaringan

eksplan yang ditanamkan. Hal ini juga tergantung kecepatan pertumbuhan

dari varietas nilam yang ditumbuhkan, semakin cepat pertumbuhannya

maka makin butuh ketepatan ukuran jaringan meristem apikal yang

ditumbuhkan.

15

Page 16: Makalah Kuljarr Mey

Perbanyakan Benih Nilam yang Sehat dan Murah

Induksi tunas pada media dasar hyponex dengan zpt alternatif

Untuk induksi tunas menggunakan eksplan (tunas ± 2 cm) varietas

Sidikalang, Lhokseumawe dan Tapak Tuan dengan media dasar hyponex

ditambah zpt alternatif alami air kelapa dengan masing-masing botol berisi

3 potongan tunas. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan eksplan

yang tumbuh membentuk tunas, penampakan kultur secara visual, warna

dan struktur tunas.

Presentase tunas hidup pada umur 1 bulan mencapai 100 %. Zat

pengatur tumbuh alternatif air kelapa tertinggi dicapai pada konsentrasi

10%. Dari hasil pengamatan, pada penambahan ZPT alternatif air kelapa

dengan konsentrasi 10 %, didapatkan rata – rata jumlah tunas sebanyak 10

tunas, dengan tinggi tunas 1,2 cm dan jumlah daun 5,1 pada umur kultur i

bulan. Media dengan kandungan alami (zpt alternatif air kelapa)

mempunyai kandungan IAA sebesar 0,0075%, GA3 sebesar 0,0096% dan

Zeatin 0,0067%.

Regenerasi dan Perbanyakan Tunas dengan ZPT Alternatif

Multiplikasi tunas pada kegiatan ini menggunakan media Hyponex

(pupuk majemuk yang dapat berfungsi sebagai penyedia unsur hara makro

dan mikro) dan sebagai pengganti ZPT dan vitamin digunakan air kelapa.

Konsentrasi air kelapa yang terbaik diperoleh pada penelitian terdahulu

yaitu sebesar 10 %. Persentase tunas yang hidup 100%, rata-rata jumlah

tunas pada ke tiga varietas yang dicobakan adalah 20 buah per 3 bulan

setelah kultur. Pada periode subkultur selanjutnya telah diperoleh tunas –

tunas baru sebanyak 30 planlet pada setiap botol. Dengan demikian, pada

5 bulan setelah kultur, untuk varietas Sidikalan, Lhokseumawe dan Tapak

Tuan, telah diperoleh 300 planlet , yang didapatkan dari 10 botol kultur

untuk masing–masing varietas.

16

Page 17: Makalah Kuljarr Mey

BAB IV

KESIMPULAN

1. Perlakuan perendaman dalam air panas pada suhu 50⁰-60⁰C dan waktu

perendaman 10-30 menit tidak dapat mengeliminasi Potyvirus yang

menginfeksi ketiga varietas nilam yang diuji. Varietas Tapak Tuan dan

Lhokseumawe lebih toleran terhadap air panas dibandingkan varietas

Sidikalang, walaupun demikian daya tumbuh setek nilam semakin menurun

seiring semakin lama waktu perendaman.

2. Kultur jaringan meristem apikal tanaman nilam ketiga varietas tersebut

berhasil dilakukan pada media MS yang ditambah BAP 0,5 mg/l. Varietas

Tapak Tuan menunjukkan pertumbuhan tunas yang berbeda nyata dengan ke

dua varietas lainnya. Persentase pertumbuhan tunas varietas Tapak Tuan

mencapai 90% dengan periode inisiasi lebih cepat yaitu 14 hari. Varietas

Sidikalang dan Lhokseumawe menghasilkan pertumbuhan tunas berturut-

turut 71,43% dan 69,23% dengan periode inisiasi berturut-turut 17 hari dan

21 hari.

3. Dengan penambahan ZPT alternatif air kelapa dengan konsentrasi 10 %,

didapatkan rata – rata jumlah tunas sebanyak 10 tunas, dengan tinggi tunas

1,2 cm dan jumlah daun 5,1 pada umur kultur 1 bulan.

4. Persentase tunas yang hidup 100%, rata-rata jumlah tunas pada ke tiga

varietas yang dicobakan adalah 20 buah per 3 bulan setelah kultur.

17

Page 18: Makalah Kuljarr Mey

DAFTAR PUSTAKA

Clark MF, Adams AN. 1977. Characteristics of the microplate method of enzyme-

linked immunosorbent assay for the detection of plant viruses. Journal of

General Virology 34:475-483.

Ditjenbun. 2007. Nilam. Statistik Perkebunan Indonesia 2003 - 2006. h 1-19.

Djiwanti, S.R. dan Y. Momota. 1991. Parasitic nematodes associated with

patchouli disease in West Java. Indust. Crops Res. J. 3 (2): 31-34.

Kusnata, A. 2005. Identifikasi dan pengendalian penyakit karat palsu pada nilam

(Pogostemon cablin) dengan fungsida Thesis Pasca Sarjana, Univ Gadjah

Mada.

Mustika, I dan S.B. Nazaruddin. 1998. Gangguan nematoda dan cara

pengendaliannya. Monograf Nilam. Monograf No. 5. Balittro, Badan

Litbang Pertanian. p89-95.

Mustika, I., A. Rachmat S. Dan Suyanto. 1995. Pengaruh pupuk, pestisida dan

bahan organik terhadap pH tanah, populasi nematoda dan produksi nilam.

Media Komunikasi Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri No.

15: 70-74.

Nasrun, Christanti, T. Arwiyanto dan I. Mariska. 2005. Pengendalian penyakit

layu bakteri nilam menggunakan Pseudomonad fluoresecens. Jurnal

Penelitian Tanaman Industri II(1):19-20.

Noveriza, R., G. Suastika, S.H. Hidayat and U. Kartosuwondo. 2009. Detection of

a Potyvirus Causing Mosaic Disease on Patchouli Plants in West Java.

Seminar dan Kongres Perhimpunan Fitopatologi Indonesia XX Makasar,

2009. Unpublish.

Permentan. 2008. Harga Referensi Benih Penjenis Tanaman dan Bibit Ternak

Lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Peraturan

Mentri Pertanian No.33/Permentan/O.T140/2008.Departemen Pertanian.

Jakarta.

Sitepu, D. Dan A. Asman. 1989. Observasi penyakit nilam di Sumatera Barat.

Laporan Hasil Penelitian Balittro. p19.

18