tugas kelompok analisis kp

15
 TUGAS KELOMPOK ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA 2015 Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebijakan Publik Dosen Pengampu: Eko Handoyo Novia Wahyu Wardhani  Oleh: Endah Sri Saptaningrum 3301413030 Anni Lailatus Sarifah 3301413081  Nurul Faozi 3301413087 Kunta Bagus Setiananda 3301413100 Endah Nova Kusumawati 3301413113 JURUSAN POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

Upload: nrulfaozien

Post on 05-Jul-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Kelompok Analisis KP

8/15/2019 Tugas Kelompok Analisis KP

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-kelompok-analisis-kp 1/15

TUGAS KELOMPOK

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA 2015

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebijakan Publik

Dosen Pengampu: Eko Handoyo

Novia Wahyu Wardhani

Oleh:

Endah Sri Saptaningrum 3301413030

Anni Lailatus Sarifah 3301413081

Nurul Faozi 3301413087

Kunta Bagus Setiananda 3301413100

Endah Nova Kusumawati 3301413113

JURUSAN POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016

Page 2: Tugas Kelompok Analisis KP

8/15/2019 Tugas Kelompok Analisis KP

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-kelompok-analisis-kp 2/15

1. Kebijakan Publik

a. Alokasi Dana Desa

Pembangunan daerah dan desa menjadi salah satu agenda utama pemerintahan baru

sebagaimana yang tercantum dalam Nawa Cita ketiga ”membangun Indonesia dari pinggiran

dengan memperkuat daerah- daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan”. Hal tersebut

sekiranya selaras dengan kebijakan yang sudah dijalankan oleh pemerintah terkait pola

hubungan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dimana sejak 1 Januari 2001 Indonesia resmi

mengimplementasikan pola otonomi daerah dari sisi kewenangan serta desentralisasi fiskal dari

sisi keuangannya. Kebijakan tersebut didasarkan kepada Undang-Undang (UU) Nomor 32

Tahun 2004 yang sudah direvisi menjadi UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

serta UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah.

Meskipun sudah dijalankan sejak era Orde Lama, ada hal yang membedakan

pelaksanaan desentralisasi fiskal di era reformasi saat ini. Jika sebelumnya otonomi daerah

diletakkan di level provinsi, maka desentralisasi fiskal yang dijalankan saat ini justru

menitikberatkan penyerahan kewenangan di level kabupaten/kota demi memperpendek rentang

birokrasi. Di sisi lain, desentralisasi fiskal juga dimaksudkan sebagai salah satu policy bagi

pemerintah untuk menciptakan aspek kemandirian dalam memenuhi aspek penciptaan

kesejahteraan masyarakat dan pelayanan umum. Karenanya, seluruh fungsi kewenangan

diserahkan kepada daerah, kecuali di 5 bidang kewenangan yakni keuangan dan moneter,

pertahanan dan keamanan, sistem peradilan, keagamaan, dan politik luar negeri yang masih

menjadi urusan Pemerintah Pusat.

Sebagai konsekuensi penyerahan kewenangan kepada daerah, pemerintah juga wajib

mengalihkan sumber-sumber pembiayaan kepada daerah sesuai asas money follows function.

Selain penyerahan sumber-sumber pembiayaan tersebut, kepada masing-masing daerah juga

diberikan keleluasaan untuk menciptakan sumber-sumber penerimaan daerahnya sendiri

dengan tetap memperhatikan aspek legalitas hukum nasional. Sayangnya, heterogenitas daerah

di Indonesia sangat beragam. Beberapa daerah memiliki kekayaan sumber daya alam (SDA)

yang luar biasa. Beberapa daerah lainnya memiliki sumber pajak yang besar. Namun hampir

sebagian besar daerah lainnya justru tidak dikaruniai SDA dan sumber pajak yang memadai.

Akibatnya, pemerintah tetap harus memberikan bantuan kepada daerah melalui mekanisme

Transfer ke Daerah (TkD).

TkD dalam APBN terdiri dari Dana Perimbangan (Daper) dan Dana Otonomi Khususdan Penyesuaian (Otsus). Daper terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum

Page 3: Tugas Kelompok Analisis KP

8/15/2019 Tugas Kelompok Analisis KP

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-kelompok-analisis-kp 3/15

(DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). DBH dan DAU diberikan kepada daerah dalam

bentuk block grant, dan dapat digunakan secara mandiri oleh daerah tanpa ada aturan

penggunaannya. Sementara DAK bersifat spesifik dengan aturan yang tegas dalam mekanisme

pemanfaatan di daerah. Secara filosofi, DAU dan DAK digunakan sebagai alat pemerataan

antardaerah ( horizontal imbalances ), sementara DBH digunakan sebagai pemerataan fiskal

antara pusat dan daerah sekaligus sebagai koreksi atas eksploitasi SDA di era Orde Baru.

Sebagai sebuah mekanisme penyeimbang, idealnya besaran TkD ini berkurang seiring

dengan meningkatnya aspek kemandirian di daerah. Faktanya, kondisi ini justru tidak terjadi

di lapangan. Secara umum, besaran TkD justru terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan

data pemerintah, dalam tahun 2006, alokasi TkD telah mencapai Rp226,4 triliun atau 33,7%

total Belanja Negara. Sementara dalam APBN-P 2012, besaran TkD mencapai Rp478,7 triliun

atau 30,9% dari total Belanja Negara. Hasil kesepakatan APBN-P 2014 menetapkan besaran

TkD sebesar Rp596,5 dengan tambahan alokasi Dana Desa (DD).

Bersama dengan alokasi belanja subsidi, anggaran TkD ini kemudian membebani

APBN setiap tahunnya. Ketika pemerintah berhasil mereformasi kebijakan subsidi BBM di era

pemerintahan yang baru, beban TkD dalam APBN masih terjadi hingga saat ini. TkD juga

menimbulkan pola ketergantungan baru daerah terhadap Pemerintah Pusat. Jika sebelumnya

alokasi subsidi BBM dianggap sebagai salah satu pemicu munculnya kemacetan di beberapa

kota besar, alokasi TkD khususnya DAU, justru habis hanya untuk belanja rutin pegawai

semata. Hampir di semua daerah, persentase alokasi belanja rutin pegawainya mencapai di atas

50%, bahkan ada beberapa daerah yang mencapai 70%.

Dengan persentase alokasi tersebut, tujuan penciptaan kemandirian di daerah terasa

semakin jauh dari harapan. Ruang fiskal APBD yang sedianya dialokasikan untuk belanja

pembangunan dan infastruktur, semakin lama semakin mengecil serta tidak signifikan dalam

mengentaskan permasalahan pembangunan dan kemiskinan di daerah. Sebetulnya daerah

masih memiliki sumber pendanaan asli daerah (PAD) yang berasal dari pajak dan retribusi

daerah, BUMD dan berbagai PAD lainnya. Namun dengan rata-rata kemampuan PAD seluruh

daerah hanya berkisar antara 15%-20% dari total kebutuhan daerah, tentu jauh dari yang

diharapkan. Angka tersebut sekaligus mengindikasikan rendahnya kemandirian daerah dalam

membiayai pelaksanaan kewajiban dan kewenangannya.

2. Analisis Kebijakan

a. Faktor yang mempengaruhi proses implementasi kebijakan alokasi dana desa.

Page 4: Tugas Kelompok Analisis KP

8/15/2019 Tugas Kelompok Analisis KP

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-kelompok-analisis-kp 4/15

Kebijakan mengenai alokasi dana desa dalam proses implementasinya menggunakan

pendekatan top down , karena kebijakan tersebut merupakan kebijakan yang ditentukan dari

pemerintah pusat dengan produk kebijakan berupa Undang-Undang.

1) Faktor Karakteristik dan Kapabilitas Instansi Pelaksana

Subarsono (2005) menyatakan bahwa Karakteristik dan Kapabilitas Instansi Pelaksana

adalah ciri-ciri, sifat-sifat, sikap perilaku, kemampuan dan peran instansi pelaksana dalam

mengimplementasikan program/kegiatan dalam mencapai keberhasilan dan atau

kegagalan. Faktor karakteristik dan kapabilitas instansi pelaksana, meliputi:

a. Content of policy /Isi Kebijakan.

b. Kesiapan Pemerintah Desa

2) Faktor Struktur Birokrasi

Menurut Sutarto (1995) organisasi adalah sistem saling pengaruh antar orang

dalam kelompok yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan Struktur

Organisasi/Birokrasi adalah sebagai tata pola yang menghubungkan antara bagian-bagian

kerja berdasarkan kedudukan dan jenis kewenangan pejabat, bidang-bidang dan hubungan

pekerjaan, garis perintah dan tanggung jawab, rentang kendali dan sistem manajemen

dalam organisasi yang diatur berdasarkan ketentuan yang berlaku. Faktor struktur

birokrasi ini, meliputi:

a. Aktor yang terlibat.

b. Struktur organisasi.

c. Pembagian kerja.

3) Faktor Sumber Daya Organisasi.

Menurut Winarno (2002) menyebutkan bahwa sumber daya organisasi adalah

sumber-sumber yang akan mendukung kebijakan Program ADD yang efektif terdiri dari

jumlah staf yang mempunyai ketrampilan yang memadai serta jumlah yang cukup,

kewenangan, informasi dan fasilitas. Faktor sumber daya organisasi meliputi:

a. Pengetahuan sumber daya pelaksana.

b. Fasilitias-fasilitas pendukung.

c. Pengetahuan masyarakat.

4) Faktor Sikap

Menurut Mar’at (1982) menyatakan bahwa Sikap merupakan kumpulan dari

berpikir, keyakinan dan pengetahuan. Namun di samping itu evaluasi negatif maupun

positif yang bersifat emosional yang disebabkan oleh komponen afeksi. Semua hal inidengan sendirinya berhubungan dengan obyek. Pengetahuan dan perasaan yang

Page 5: Tugas Kelompok Analisis KP

8/15/2019 Tugas Kelompok Analisis KP

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-kelompok-analisis-kp 5/15

merupakan kluster dalam sikap akan menghasilkan tingkah laku tertentu. Obyek yang

dihadapi pertama adalah berhubungan langsung dengan pemikiran dan penalaran

seseorang. Sehingga komponen kognisi melukiskan obyek tersebut, dan sekaligus

dikaitkan dengan obyek-obyek lain di sekitarnya. Faktor ini meliputi:

a. Dukungan para elit politik.

b. Dukungan dari para pelaksana ADD.

c. Seberapa besar respon para pelaksana ADD atas kebijakan ADD di desanya.

d. Tindak lanjut para pelaksana ADD.

5) Faktor Kondisi Lingkungan

Robbins (2003) menyatakan bahwa lingkungan adalah segala sesuatu yang berada

di luar batas organisasi. Lingkungan organisasi itu sendiri terdiri dari lembaga-lembaga

atau kekuatan-kekuatan yang berada di luar organisasi dan berpotensi mempengaruhi

kinerja organisasi itu. Faktor ini meliputi:

a. Pengawasan penyaluran dana desa.

Pengawasan ini meliputi:

1. Badan Permusyawaratan Desa dan lembaga-lembaga kemasyarakatan desa

mempunyai kemampuan memadai untuk berperan dalam mendukung kebijakan

Alokasi Dana Desa.

2. Badan Permusyawaratan Desa dan lembaga-lembaga kemasyarakatan desa berperan

secara kontinyu dalam mendukung kebijakan Alokasi Dana Desa.

3. Banyak lembaga-lembaga diluar organisasi pelaksana ADD yang mempengaruhi

kebijakan Alokasi Dana Desa .

6) Faktor Komunikasi

Menurut Widjaja (2000) mengatakan bahwa komunikasi adalah proses

penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu

yang mengandung arti dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan.

Dalam proses komunikasi kebersamaan tersebut diusahakan melalui tukar menukar

pendapat, penyampaian informasi, serta perubahan sikap dan perilaku. Faktor ini

meliputi:

a. Sosialisasi kebijakan.

b. Kebijakan dikomunikasikan dan dipahamai secara jelas hingga pelaksana tingkat

desa.

c. Ketentuan dan aturan kebijakan disampaikan secara konsisten dari tingkat Kabupatenhingga Desa

Page 6: Tugas Kelompok Analisis KP

8/15/2019 Tugas Kelompok Analisis KP

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-kelompok-analisis-kp 6/15

b. Kesesuaian antara tujuan dan outcome hasil implementasi.

Tujuan Kebijakan ADD:

Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia

serta penanggulangan kemiskinan, prioritas, penanggulangan kemiskinan. Prioritas

penggunaan dana desa diarahkan untuk pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan

desa:

1. Pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan infrasruktur atau sarana dan

prasarana fisik untuk penghidupan, termasuk ketahanan pangan dan permukiman;

2. Pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana dan prasarana kesehatan

masyarakat;

3. Pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan,

sosial dan kebudayaan;

4. Pengembangan usaha ekonomi masyarakat, meliputi pembangunan dan pemeliharaan

sarana prasarana produksi dan distribusi; atau

5. Pembangunan dan pengembangan sarana-prasarana energi terbarukan serta kegiatan

pelestarian lingkungan hidup.

Antara tujuan dengan outcome hasil implementasi kebijakan ADD mempunyai dua

sisi yang berbeda karena ada desa yang sudah menerima dana desa untuk pengembangan

infrastruktur atau pembangunan desa akan tetapi desa yang mempunyai kendala dalam

pencairan dana desa. Berikut adalah contoh dana desa yang sesuai harapan dan dana desa

yang tidak sesuai dengan harapan:

1. Dana desa bantu pengembangan kampong wisata di Papua

Program dana desa yang digelontorkan pemerintah pusat dimanfaatkan Kabupaten

Teluk Wondama, Papua Barat untuk mendukung pembangunan kampong wisata. Kepala

Badan Pemberdayaan Masyarakat Teluk Wondama Hendrik Telelepta mengatakan dana

desa yang dikucurkan sebesar Rp47,9 miliar, 60 persen dana sudah masuk ke kas daerah

pada 1 April dengan nilai Rp28,7 miliar. Selain dana desa, pemda mengalokasikan

anggaran sebesar Rp45 miliar dari APBD 2016. Hendrik menjelaskan, setiap kampong

di Teluk Wondama akan mengelola dana sekitar RP1,2-1,4 miliar. Jumlah tersebut

mampu mengembangkan potensi wisata melalui konsep kampong wisata. Tak hanya itu,

anggaran pembangunan juga dibantu oleh dana otonomi khusus sebesar 100 juta.

Pemerintah daerah bersama Balai Taman Nasional Teluk Cendrawasih dan Word Wide

Fun (WWF) telah menyusun peraturan daerah tentang pengelolaan pariwisata berbasis

Page 7: Tugas Kelompok Analisis KP

8/15/2019 Tugas Kelompok Analisis KP

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-kelompok-analisis-kp 7/15

masyarakat. Perda tersebut akan sangat menopang pengembangan konsep kampong

wisata saat ini yang tengah digodok.

Sumber: m.metrotvnews.com/read/2016/04/17/514795 (diunduh 22 April 2016)

2. Dana desa belum cair ke desa-desa Kabupaten Jepara

Alokasi dana desa dari pemerintah pusat dicairkan dalam tiga tahap. Tahap pertama

dicairkan 60 persen dari total dana desa yang akan di terima pada Maret 2016. Namun,

sampai saat ini belum satu pun desa di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah menerima dana

desa. Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Jepara, Deni Hendrako

menyampaikan belum diterimanya dana desa oleh pemerintah desa lantaran syarat

administrasi yang diserahkan belum dilengkapi. Salah satunya masih ditemukannya

kesalahan dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Desa. Beliau mengatakan “Dari

pemerintah pusat sudah ditransfer ke kas daerah. Tapi dari kas daerah belum di transfer

ke kas desa karena berkas- berkas persyaratannya belum lengkap”. Selain menunggu

berkas, Deni Ardiyansah selaku pendamping desa mengungkapkan pencairan dana desa

mengalami kesulitan lantaran perubahan aturan karena pemerintah desa menemui

kendala dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah desa dan banyak yang belum

memahami penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa serta membuat

Rencana Anggaran Biaya ( Sumber: m.metrotvnews,com/read/2016/04/18/515269

[diunduh 22 April 2016]).

3. Pengaruh faktor-faktor terhadap proses implementasi kebijakan alokasi dana desa.

Pengaruh setiap faktor terhadap implementasi kebijakan Alokasi Dana Desa di setiap

desa/kelurahan dapat diuraikan lebih mendalam dengan hasil sebagai berikut:

1) Faktor Karakteristik dan Kapabilitas Instansi Pelaksana

Subarsono (2005) menyatakan bahwa Karakteristik dan Kapabilitas Instansi

Pelaksana adalah ciri-ciri, sifat-sifat, sikap perilaku, kemampuan dan peran instansi

pelaksana dalam mengimplementasikan program/kegiatan dalam mencapai keberhasilan

dan atau kegagalan. Semakin baik dan positif karakteristik dan kapabilitas instansi

pelaksana terhadap kebijakan ADD, maka proses implementasi dapat berjalan secara

maksimal.

Berikut ini akan dijelaskan pengaruh faktor karakteristik dan kapabilitas instansi

pelaksana.

a. Content of policy /Isi Kebijakan

Page 8: Tugas Kelompok Analisis KP

8/15/2019 Tugas Kelompok Analisis KP

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-kelompok-analisis-kp 8/15

Keberhasilan suatu implemenasi kebijakan dipengaruhi oleh, pertama yaitu

sejauh mana kepentingan sasaran termuat dalam isi kebijakan, dalam kebijakan alokasi

dana desa kepentingan dari desa atau masyarakat desa sudah termuat dalam isi

kebijakan hal, ini dapat dilihat pada tujuannya yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan,

prioritas, penanggulangan kemiskinan. Prioritas penggunaan dana desa diarahkan untuk

pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan desa. Sehingga dapat dilihat bahwa

kepentingan dalam pembangunan infrastuktur dan ekonomi desa atau masyarakat desa

merupakan kepentingan yang diprioritaskan.

Kedua yaitu, jenis manfaat yang diterima oleh kelompok sasaran. Dalam

kebijakan alokasi dana desa ini, desa desa diseluruh Indonesia menerima berupa

sejumlah dana dari pemerintah pusat yang disesuaikan dengan kebutuhan desa yang

tercantum RPJMdes. Yang selanjutnya dana tersebut digunakan untuk membangun atau

memperbaiki infrastuktur fisik dan membangun perekonomian masyarakat desa.

Ketiga yaitu, sejauhmana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan.

Perubahan yang terjadi setelah adanya kebijakan alokasi dana desa yaitu di desa desa

kini infrastrukturnya sudah mulai membaik, seperti jalan menuju desa yang sebelumnya

belum diaspal kini jalannya sudah halus karena sudah diaspal. Hal tersebut terjadi

karena pihak desa memanfaatkan dana desa tersebut untuk melakukan perbaikan

infrastruktur.

Keempat yaitu apakah letak program tersebut sudah tepat. Program alokasi dana

desa menurut analisis kelompok saya sudah tepat. Karena isi kebijakan atau program

tersebut telah memuat kepentingan dari kelompok sasaran yaitu desa atau masyarakat

desa. Di mana kelompok sasaran tersebut memang memerlukan dana untuk

membangun dan memperbaiki infrastruktur desa dan mengembangkan ekonomi desa,

utamanya bagi desa tertinggal dan terbelakang.

b. Kesiapan Pemerintah Desa

Kesiapan Pemerintah Desa Dalam desentralisasi fiskal, kesiapan pemerintah

desa tergantung pada kemampuan perangkat desa dalam mempersiapkan kemampuan

personal dan mencari sumber-sumber keuangan potensial. Persiapan personal dalam

pemerintahan desa antara lain meliputi : Penataan struktur pemerintahan desa sesuai

karakteristik masing-masing desa, Kemampuan akunting ( accounting ) perangkat desa,

Akuntabilitas pelaporan keuangan, Meningkatkan kematangan dalam melaksanakan peraturan yang terkait dengan pemerintahan desa, Mempersiapkan pembangunan desa

Page 9: Tugas Kelompok Analisis KP

8/15/2019 Tugas Kelompok Analisis KP

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-kelompok-analisis-kp 9/15

yang cermat, termasuk di dalamnya keseluruhan tahap perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan, Menyusun dan membenahi Sistem Informasi Desa yang meliputi

informasi kependudukan dan sosial, neraca sumberdaya, kondisi. Sumber-sumber

keuangan potensial bisa berasal dari aktivitas masyarakat desa. Aktivitas-aktivitas

ekonomis masyarakat desa yang belum efisien bisa dikembangkan dengan mengacu

pada peraturan desa yang berlaku.

Dalam melakukan upaya ini, pemerintah desa melakukan dua hal penting, yaitu

mendapatkan sumber keuangan baru dan meningkatkan pendapatan masyarakat desa.

Terciptanya pelaksanaan pembangunan di wilayah pedesaan lebih dinamis, lebih cepat,

lebih tepat dan transparan. Pendanaan yang bersumber dari pusat dan daerah tersebut

diharapkan mampu dimanfaatkan dengan maksimal. kesiapannya untuk mengelola dan

memanfaatkan dana desa, dan begitu juga masyarakat sudah banyak mengetahui aturan

main pendanaan melalui sosialisasi pemerintahan desa. Melalui RPJMDesa, RKPdes

dan APBDes, desa telah dengan secara bersungguh-sungguh menyiapkan sejumlah

program unggulan dan program pilihan.

2) Faktor Struktur Birokrasi

Menurut Sutarto (1995) organisasi adalah sistem saling pengaruh antar orang

dalam kelompok yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan Struktur

Organisasi/Birokrasi adalah sebagai tata pola yang menghubungkan antara bagian-bagian

kerja berdasarkan kedudukan dan jenis kewenangan pejabat, bidang-bidang dan hubungan

pekerjaan, garis perintah dan tanggung jawab, rentang kendali dan sistem manajemen

dalam organisasi yang diatur berdasarkan ketentuan yang berlaku.

Struktur birokrasi ini meliputi, sistem birokrasi, struktur organisasi pelaksana,

pembagian tugas, dan koordinasi para pelaksana kebijakan.

a. Sistem Birokrasi

Dalam proses implementasi kebijakan alokasi dana desa dari pemerintah pusat

sampai ke daerah mengalami hambatan. Karena mekanismenya berbelit belit.

Mekanismenya, Dana Desa ditransfer dari rekening Bendahara Umum Negara ke kas

umum daerah. Maksimal seminggu kemudian, pemerintah kabupaten harus

mentransfernya ke rekening Desa. Pencairan pertama dilakukan jika syarat awal seperti

APBD telah disahkan dipenuhi. Pencairan tahap kedua dan ketiga baru dilakukan setelah

pemerintah pusat menerima laporan realisasi penggunaan Dana Desa.

Page 10: Tugas Kelompok Analisis KP

8/15/2019 Tugas Kelompok Analisis KP

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-kelompok-analisis-kp 10/15

Masalah lain dalam birokrasi yaitu lamanya proses verifikasi pada tingkat

kabupaten. Dan dalam penyaluran dana ke desa, kepala desa diharuskan untuk membuat

RPMJDes (Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Desa). Oleh karena itu masalah

maslah tersebut yang menjadi terhambatnya realisasi Dana Desa.

Hal itu bisa menjadi kendala penyaluran Dana Desa dari pemerintah pusat karena

APB Desa merupakan syarat yang harus dipenuhi jika ingin mendapatkan Dana Desa,

mengingat Dana Desa merupakan alokasi pemerintah pusat ke pemerintah Desa yang

menjadi salah satu sumber pendapatan Desa, selain dari APBD dan pendapatan asli Desa.

Setelah disusun, Rancangan APB Desa diajukan ke Badan Pemberdayaan Masyarakat

Desa (Bapermasdes) di tingkat kabupaten selaku fasilitator dan pengawasan Dana Desa.

APB Desa itu kemudian dikoreksi dan tidak sedikit penyusunan Rancangan APB Desa

yang tidak sesuai prosedur penyusunan. APB Desa dikembalikan kepada kepala Desa atau

perangkat Desa untuk diperbaiki. Kesalahan dalam penyusunan APB Desa dapat berupa

kesalahan administratif, kesalahan sasaran program, dan APB Desa yang tidak disetujui

oleh musyawarah Desa. Sehingga untuk mendapatkan dana alokasi desa memerlukan

proses yang panjang dan tidak mudah.

b. Aktor/Pelaksana Kebijakan

Aktor yang terlibat dalam proses implementasi kebijakan alokasi dana desa yaitu:

1. Pemerintah Pusat yaitu Menteri Keuangan, Menteri Desa sebagai pembuat kebijakan.

2. Pemerintah Daerah yaitu pemerintah Kabupaten/Kota sebagai perantara dalam

penyaluran dana desa.

3. Desa melalui Kepala Desa yaitu sebagai sasaran dari kebijakan alokasi dana tersebut.

Dari kebijakan tersebut desa memperoleh sejumlah uang untuk membangun atau

memperbaiki infrastruktur desa dan untuk mengembangkan ekonomi desa, misalnya

saja untuk perbaikan jalan. Dan sejauh ini, masyarakat merespon dengan baik

kebijakan ini.

Agar kebijakan dapat terselenggara dengan baik maka, aktor/pelaksana kebijakan

ini adalah orang yang benar-benar mengetahui kondisi lapangan serta dapat melaksanakan

tugas dan tanggung jawab dengan baik. Pelaksanaan kebijakan yang dilakukan oleh para

aktor yang memiliki pengetahuan dan kemampuan mumpuni akan memungkinkan

terlaksananya kebijakan ADD secara maksimal.

d. Pembagian Tugas dan Koordinasi para Pelaksana Kebijakan

Pembentukan struktur organisasi pelaksana ADD harus dilakukan di setiap desaagar ada kejelasan tugas dan tanggung jawab para pelaksana ADD. Dengan adanya

Page 11: Tugas Kelompok Analisis KP

8/15/2019 Tugas Kelompok Analisis KP

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-kelompok-analisis-kp 11/15

kejelasan tugas dari para pelaksana maka setiap kegiatan atau program yang ada dalam

kebijakan ini akan dapat terselenggara secara maksimal. Dalam menjalankan tugasnya

para pelaksana juga harus melakukan koordinasi antar para pelaksana kebijakan agar

masing-masing pelaksana memahami tugas dan perannya masing-masing, mengetahui

kegiatan yang akan dilaksanakan serta menjalin komunikasi yang efektif sehingga

membentuk tim yang solid. Ketiga unsur di atas, jika diterapkan dengan benar maka,

proses implementasi kebijakan ADD dapat terselenggara secara maksimal.

3) Faktor Sumber Daya Organisasi.

Sumber daya organisasi adalah sumber-sumber yang akan mendukung kebijakan

Program ADD yang efektif terdiri dari jumlah staf yang mempunyai ketrampilan yang

memadai serta jumlah yang cukup, kewenangan, informasi dan fasilitas. Faktor sumberdaya organisasi meliputi:

a. Pengetahuan Sumber Daya Pelaksana

Sumber daya manusia pelaksana ADD harus mempunyai pengetahuan dan

kemampuan yang memadai untuk menyelesaikan seluruh kegiatan ADD. Pengetahuan

atau kemampuan yang dimaksud meliputi: penataan struktur pemerintahan desa sesuai

karakteristik masing-masing desa, Kemampuan akunting ( accounting ) perangkat desa,

Akuntabilitas pelaporan keuangan, meningkatkan kematangan dalam melaksanakan

peraturan yang terkait dengan pemerintahan desa, mempersiapkan pembangunan desa

yang cermat, termasuk di dalamnya keseluruhan tahap perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan, menyusun dan membenahi Sistem Informasi Desa yang meliputi informasi

kependudukan dan sosial, neraca sumberdaya, kondisi. Tanpa adanya pengetahuan dan

kemampuan yang memadai dari para pelaksana ADD maka, proses implementasi

kebijakan tidak dapat berjalan secara optimal.

b. Fasilitias-Fasilitas Pendukung

Fasilitas-fasilitas pendukung dalam hal ini berfungsi untuk membantu

pelaksanaan kegiatan ADD. Semakin lengkap ketersediaan fasilitas pendukung maka,

proses implementasi kebijakan dapat berjalan secara optimal.

c. Pengetahuan Masyarakat

Pentingnya pengetahuan tentunya akan banyak membutuhkan informasi,

pengetahuan dan pemahaman serta teknologi terapan yang diperlukan dalam membangun

wilayah dan masyarakatnya. Pentingnya pengetahuan itu akan lebih menambah wawasan

untuk masyarakat desa. Hal ini dikarenakan akan berdampak lebih banyak dana yang akan

Page 12: Tugas Kelompok Analisis KP

8/15/2019 Tugas Kelompok Analisis KP

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-kelompok-analisis-kp 12/15

mengalir ke desa, sehingga diharapkan masyarakat desa akan lebih sejahtera. Dengan

lebih banyak dana yang akan mengalir ke desa, diharapkan juga pembangunan di desa-

desa akan mencapai titik yang optimal. Infrastruktur desa akan lebih mudah dibangun,

dan kinerja perangkat desa akan dapat ditingkatkan.

Pengelolaan dana yang besar, tentunya akan menjadi faktor pendukung utama

dalam kebijakan pembangunan desa. Besarnya anggaran yang diterima oleh desa akan

mempercepat akselerasi pembangunan desa yang di dalamnya terdapat dusun-dusun yang

selama ini anggaran pembangunannya lebih banyak dari dana APBD Kabupaten atau

Provinsi. Pembangunan di desa juga akan mempercepat perputaran roda ekonomi desa

yang nantinya akan mempengaruhi wilayah-wilayah diatasnya. desa akan butuh banyak

pendampingan dari berbagai pihak dalam meng-implementasikan pembangunan

diwilayahnya.

Bukan hanya pendampingan dalam hal administrasi, pengelolaan keuangan dan

pembuatan laporan saja, namun juga pendampingan dalam pelaksanaan pembangunan

masyarakat dan wilayahnya. Dengan kebutuhan pendampingan tersebut, tentunya desa

akan sangat memerlukan kehadiran fasilitator sebagai pendamping masyarakat dan

aparatur desa yang dapat membantu kerja-kerja para aparat desa serta pembangunan

masyarakatnya

4) Faktor Sikap

Menurut Mar’at (1982) menyatakan bahwa Sikap merupakan kumpulan dari

berpikir, keyakinan dan pengetahuan. Namun di samping itu evaluasi negatif maupun

positif yang bersifat emosional yang disebabkan oleh komponen afeksi. Semua hal ini

dengan sendirinya berhubungan dengan obyek. Pengetahuan dan perasaan yang

merupakan kluster dalam sikap akan menghasilkan tingkah laku tertentu. Obyek yang

dihadapi pertama adalah berhubungan langsung dengan pemikiran dan penalaran

seseorang. Sehingga komponen kognisi melukiskan obyek tersebut, dan sekaligus

dikaitkan dengan obyek-obyek lain di sekitarnya. Faktor ini meliputi:

a. Dukungan para Elit Politik

Kebijakan tentang alokasi dana desa merupakan salah satu nawacita dari Presiden

Jokowi, yaitu ” Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah

dan desa dalam kerangka negara kesatuan ”. Oleh karena itu kebijakan tersebut harus

direalisasikan dan diimplementasikan secara maksimal. Dalam proses implementasinya

tentu harus mendapat dukungan dari para elite politik yang berada di parlemen. Baik itu

Page 13: Tugas Kelompok Analisis KP

8/15/2019 Tugas Kelompok Analisis KP

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-kelompok-analisis-kp 13/15

berasal dari partai pengusung Jokowi maupun partai partai lain, agar dapat meminimalisir

terjadinya pro kontra dalam pemerintah proses implementasi.

b. Dukungan dari para Pelaksana ADD

Dukungan dari para pelaksana kebijakan ADD sangat membantu proses

terwujudnya implementasi kebijakan ADD ini. Dukungan yang dimaksud adalah berupa

keseriusan dan ketekunan dari para pelaksana dalam menjalankan tugas serta tanggung

jawab masing-masing.

c. Seberapa Besar Respon para pelaksana ADD atas Kebijakan ADD di Desanya.

Semakin besar respon para pelaksana ADD atas kebijakan ADD maka, masalah-

masalah yang timbul dalam proses implementasi kebijakan dapat tertangani secara cepat

dan tepat, sehingga kemungkinan implementasi kebijakan ADD secara maksimal semakin

besar.

d. Tindak Lanjut para Pelaksana ADD

Pelaksana ADD melakukan tindak lanjut atas kebijakan ADD sesuai dengan

prosedur dan ketentuan yang ditentukan serta memperhatikan berbagai kondisi lain di

daerah masing-masing. Sehingga meminialisir masalah yang timbul dalam proses

implementasi.

5) Faktor Kondisi Lingkungan

Robbins (2003) menyatakan bahwa lingkungan adalah segala sesuatu yang berada

di luar batas organisasi. Lingkungan organisasi itu sendiri terdiri dari lembaga-lembaga

atau kekuatan-kekuatan yang berada di luar organisasi dan berpotensi mempengaruhi

kinerja organisasi itu. Faktor ini meliputi:

a. Pengawasan penyaluran dana desa.

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai lembaga desa yang mewakili unsur

masyarakat desa berkewajiban melakukan control terhadap pelayanan yang diberikan

aparat desa kepada masyarakat apakah sudah sesuai prosedur dan sudah benar. Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai lembaga pengawasan pemerintahan desa harus

mencermati setiap aliran-aliran dana yang ditetapkan dan disalurkan kemasing-masing

pos pekerjaan yang telah ditetapkan untuk dikerjakan tepat guna dan tepat

pengalokasiannya sebagai bentuk pengawasan preventif dari tindakan penyelewengan

yang timbul. Pengawasan preventif adalah pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan

dilaksanakan atau dikerjakan yang bertujuan untuk mencegah kesalahan yang terjadi.

Kesiapan pemerintah daerah dalam menerima anggaran desa, menyatakan bahwa jikaanggaran Desa benar dicairkan maka perlu dipersiapkan beberapa proses untuk

Page 14: Tugas Kelompok Analisis KP

8/15/2019 Tugas Kelompok Analisis KP

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-kelompok-analisis-kp 14/15

memastikan agar anggaran ini digunakan dengan sebagaimana mestinya. Proses tersebut

antara lain perlunya disiapkan aturan yang mengawal transfer dana desa dari APBN ke

Desa dan aturan terkait pengelolaan keuangan dan asset desa. Hingga saat ini kesiapan

terkait regulasi dana desa hingga ke level pemerintah daerah belum ada.

Selain peraturan, perlu juga dipersiapkan juga koordinasi yang bagus di

pemerintah pusat mengenai kementerian yang nantinya mengawal dana desa ini. Dari

amanatnya, anggaran desa ini akan dikawal oleh Kementerian Desa dan Pembangunan

Daerah Tertinggal, namun seluruh perangkat desa dan perangkat pemerintah daerah yang

ada, berada di bawah kewenangan Kementerian Dalam Negeri. Hal ini juga menjadi

potensi masalah jika tidak dikoordinasi dengan baik. Kualitas SDM yang bermutu di

pemerintah desa juga perlu disiapkan dengan serius oleh pemerintah, mengingat belumada program capacity building bagi perangkat desa dalam mendukung pembangunan di

daerah. Kemudian yang tidak kalah penting adalah perlu.

6) Faktor Komunikasi

Menurut Widjaja (2000) mengatakan bahwa komunikasi adalah proses

penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu

yang mengandung arti dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan.

Dalam proses komunikasi kebersamaan tersebut diusahakan melalui tukar menukar pendapat, penyampaian informasi, serta perubahan sikap dan perilaku. Faktor ini

meliputi:

a. Sosialisasi kebijakan

Sosialisasi kebijakan ADD hendaknya diaksanakan dari tingkat Kabupaten hingga

Desa. Sosialisasi ini sangat penting agar pelaksana ADD sampai pada tataran masyarakat

mengetahui dan memahami kebijakan ADD. Sehingga pada proses implementasi

kebijakan para pelaksana ADD dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab secara

benar. Sementara pada tataran masyarakat, mereka dapat berpartisipasi, memberi

dukungan atau dapat juga ikut melakukan pengawasan terhadap proses implementasi

kebijakan ADD.

b. Kejelasan Komunikasi

Kebijakan dikomunikasikan dan dipahamai secara jelas hingga pelaksana tingkat

desa. Sehingga meminimalisir adanya kesalahan dalam proses implementasi kebijakan

yang memungkinkan terwujudnya proses implementasi kebijakan secara maksimal.

c. Konsistensi Pesan

Page 15: Tugas Kelompok Analisis KP

8/15/2019 Tugas Kelompok Analisis KP

http://slidepdf.com/reader/full/tugas-kelompok-analisis-kp 15/15

Ketentuan dan aturan kebijakan disampaikan secara konsisten dari tingkat

Kabupaten hingga Desa. Semua informasi telah disampaikan secara jelas dan

menganggap tidak ada yang tumpang tindih penjelasan. Jika pesan yang disampaikan

tidak konsisten dan tumpang tindih maka, proses implementasi kebijakan akan tersendat.

Hal ini disebabkan karena para pelaksana ADD akan dibingungkan dengan berbagai

informasi, ketentuan, atau prosedur yang berbeda antar satu pihak dengan pihak lain.