tugas kelompok

13
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Etika merupakan yang berbicara nilai etika dan norma etika, membicarakan perilaku manusia dalam hidupnya. Sebagai cabang filsafat, etika sangat menekankan pendekatan kritis dalam melihat nilai etika dan mengenai norma etika. Etika merupakan sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai etika dan pola perilaku hidup manusia. Etika membicarakan soal nilai yang merupakan salah satu dari cabang filsafat. Etika bermaksud membantu manusia untuk bertindak secara bebas dan dapat dipertanggung jawabkan karena setiap tindakannya selalu dipertanggung jawabkan. Etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Etika sama dengan moralitas yang artinya adat istiadat atau kebiasaan. Secara harfiah merupakan sistem nilai tentang bagaimana manusia harus hidup baik. Etika merupakan refleksi kritis dan rasional mengenai dua hal, yaitu 1. nilai dan norma yang menyangkut bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia 2. masalah kehidupan manusia dengan mendasarkan diri pada nilai dan norma yang diterimaDalam bermasyarakat tentunya wajib beretika yang benar agar bisa diterima di masyarakat. Jika seseorang tidak bisa bermasyarakat maka seseorang itu akan masuk suatu lembaga untuk dimasyarakat sebagaimana harusnya.

Upload: muthia

Post on 29-Jan-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gizi

TRANSCRIPT

Page 1: tugas kelompok

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Etika merupakan yang berbicara nilai etika dan norma etika, membicarakan

perilaku manusia dalam hidupnya. Sebagai cabang filsafat, etika sangat menekankan

pendekatan kritis dalam melihat nilai etika dan mengenai norma etika. Etika merupakan

sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai etika dan pola perilaku hidup manusia.

Etika membicarakan soal nilai yang merupakan salah satu dari cabang filsafat. Etika

bermaksud membantu manusia untuk bertindak secara bebas dan dapat dipertanggung

jawabkan karena setiap tindakannya selalu dipertanggung jawabkan.

Etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang

baik dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu generasi ke generasi

berikutnya. Etika sama dengan moralitas yang artinya adat istiadat atau kebiasaan.

Secara harfiah merupakan sistem nilai tentang bagaimana manusia harus hidup baik.

Etika merupakan refleksi kritis dan rasional mengenai dua hal, yaitu 1. nilai dan norma

yang menyangkut bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia 2. masalah

kehidupan manusia dengan mendasarkan diri pada nilai dan norma yang diterimaDalam

bermasyarakat tentunya wajib beretika yang benar agar bisa diterima di masyarakat. Jika

seseorang tidak bisa bermasyarakat maka seseorang itu akan masuk suatu lembaga untuk

dimasyarakat sebagaimana harusnya.

Pada dewasa ini terlihat gejala-gejala kemerosotan etika. Cara pasti kiranya agak

sukar menentukan faktor penyebabnya. Kata-kata etika, tidak hanya terdengar dalam

ruang kuliah saja bdan tidak hanya menjadi monopoli kaum cendikiawan. Diluar

kalangan intelektual pun sering disinggung tentang hal-hal seperti itu. Jika seseorang

membaca surat kabar atau majalah, hampir setiap hari ditemui kata-kata etika. Berulang

kali dibaca kalimat-kalimat semacam ini. Dalam dunia bisnis etika semakin merosot. Di

televisi akhir-akhir ini banyak iklan yang kurang memerhatikan etika. Bahkan dalam

pidato para pejabat pemerintah kata etika banyak digunakan, tetapi kenyataaannya masih

banyak pejabat justru melanggar etika.

Etika sebagai cabang filsafat merupkan sebuah peranan seperti halnya agama,

politik, bahasa, dan ilmu-ilmu pendukung yang telah ada sejak dahulu kala dan

Page 2: tugas kelompok

diwariskan secara turun temurun. Etika sebagai cabang filsafat menjadi refleksi krisis

terhadap tingkah laku manusia, maka etika tidak bermaksud untuk membuat orang

bertindak sesuatu dengan tingkah laku bagus saja. Ia harus bertindak berdasarkan

pertimbangan akal sehat, apakah bertentangan atau membangun tingkah laku baik.

Adapun buah pemikiran dari filsafat itu sendiri diantaranya adalah hal yang

menyangkut tentang permasalahan etika. Karena itulah etika menjadi salah satu cabang

dari filsafat yang di dalamnya menyangkut tentang masalah seputar moralitas (norma-

norma) dan teori tentang masalah moral lainnya. Masalah etika itu sendiri merupakan

cabang filsafat yang mencari hakikat nilai-nilai baik dan jahat yang berkaitan dengan

perbuatan dan tindakan seseorang yang dilakukan dengan penuh kesadaran berdasarkan

pertimbangan pemikirannya. Persoalan etika itu pula merupakan persoalan yang

berhubungan dengan eksistensi manusia dalam segala aspeknya baik individu maupun

masyarakat, baik hubungannya dengan Tuhan maupun dengan sesama manusia dan

dirinya.2[2]Oleh karena etika merupakan salah satu cabang dari kajian filsafat, maka

sangatlah perlu untuk mengupas tuntas tentang permasalahan etika yang bersandarkan

pada ruang lingkup filsafat. Sehingga dapat diketahuilah tentang pandangan para pemikir

atau para ahli filsafat terutama dari pandangan Socrates tentang etika. Karena Socrates

merupakan salah satu filosof yang arah pandangannya berbicara tentang etika.

1.2 Tujuan

- Mengetahui ruang lingkup filsafat

- Mengetahui ruang lingkup norma

- Mengetahui ciri-ciri kesadaran moral

Page 3: tugas kelompok

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Filsafat

Pengertian filsafat dalam sejarah perkembangan pemikiran kefilsafatan antara

satu ahli filsafat dan ahli filsafat lainnya selalu berbeda dan hampir sama banyaknya

dengan ahli filsafat itu sendiri. Menurut Surajiyo Pengertian filsafat dapat ditinjau dari

dua segi, yakni secara etimologi dan terminologi. (Surajiyo: 2010)

2.2 Ruang Lingkup Filsafat

Filsafat sebagai induk ilmu-ilmu lainnya pengaruhnya masih terasa. Setelah

filsafat ditingkalkan oleh ilmu-ilmu lainnya, ternyata filsafat tidak mati tetapi hidup

dengan corak tersendiri yakni sebagai ilmu yang memecahkan masalah yang tidak

terpecahkan oleh ilmu-ilmu khusus. Akan tetapi jelaslah bahwa filsafat tidak termasuk

ruangan ilmu pengetahuan yang khusus. Filsafat boleh dikatakan suatu ilmu

pengetahuan, tetapi obyeknya tidak terbatas, jadi mengatasi ilmu-ilmu pengetahuan

lainnya merupakan bentuk ilmu pengetahuan yang tersendiri, tingkatan pengetahuan

tersendiri. Filsafat itu erat hubungannya dengan pengetahuan biasa, tetapi mengatasinya

karena dilakukan dengan cara ilmiah dan mempertanggungjawabkan jawaban-jawaban

yang diberikannya.

2.3 Filsafat etika

Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sebuah

sesuatu di mana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau

kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup

analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. St.

John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian filsafat praktis

(practical philosophy).

Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-

pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena

pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah

diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.

Page 4: tugas kelompok

Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai

etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi.

Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah

tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga

tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat

dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.

2.3.1 Etika Filosofis

Etika filosofis secara harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang berasal dari

kegiatan berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Karena itu, etika

sebenarnya adalah bagian dari filsafat; etika lahir dari filsafat.

Etika termasuk dalam filsafat, karena itu berbicara etika tidak dapat dilepaskan

dari filsafat. Karena itu, bila ingin mengetahui unsur-unsur etika maka kita harus

bertanya juga mengenai unsur-unsur filsafat. Berikut akan dijelaskan dua sifat etika:

1. Non-empiris Filsafat digolongkan sebagai ilmu non-empiris. Ilmu empiris adalah

ilmu yang didasarkan pada fakta atau yang konkret. Namun filsafat tidaklah

demikian, filsafat berusaha melampaui yang konkret dengan seolah-olah

menanyakan apa di balik gejala-gejala konkret. Demikian pula dengan etika. Etika

tidak hanya berhenti pada apa yang konkret yang secara faktual dilakukan, tetapi

bertanya tentang apa yang seharusnya dilakukan atau tidak boleh dilakukan.

2. Praktis Cabang-cabang filsafat berbicara mengenai sesuatu “yang ada”. Misalnya

filsafat hukum mempelajari apa itu hukum. Akan tetapi etika tidak terbatas pada itu,

melainkan bertanya tentang “apa yang harus dilakukan”. Dengan demikian etika

sebagai cabang filsafat bersifat praktis karena langsung berhubungan dengan apa

yang boleh dan tidak boleh dilakukan manusia. Tetapi ingat bahwa etika bukan

praktis dalam arti menyajikan resep-resep siap pakai. Etika tidak bersifat teknis

melainkan reflektif. Maksudnya etika hanya menganalisis tema-tema pokok seperti

hati nurani, kebebasan, hak dan kewajiban, dsb, sambil melihat teori-teori etika

masa lalu untuk menyelidiki kekuatan dan kelemahannya. Diharapakan kita mampu

menyusun sendiri argumentasi yang tahan uji.

Page 5: tugas kelompok

2.3.4 Etika Teologis

Ada dua hal yang perlu diingat berkaitan dengan etika teologis. Pertama, etika

teologis bukan hanya milik agama tertentu, melainkan setiap agama dapat memiliki

etika teologisnya masing-masing. Kedua, etika teologis merupakan bagian dari etika

secara umum, karena itu banyak unsur-unsur di dalamnya yang terdapat dalam etika

secara umum, dan dapat dimengerti setelah memahami etika secara umum.

Secara umum, etika teologis dapat didefinisikan sebagai etika yang bertitik tolak

dari presuposisi-presuposisi teologis. Definisi tersebut menjadi kriteria pembeda

antara etika filosofis dan etika teologis. Di dalam etika Kristen, misalnya, etika

teologis adalah etika yang bertitik tolak dari presuposisi-presuposisi tentang Allah

atau Yang Ilahi, serta memandang kesusilaan bersumber dari dalam kepercayaan

terhadap Allah atau Yang Ilahi. Karena itu, etika teologis disebut juga oleh Jongeneel

sebagai etika transenden dan etika teosentris. Etika teologis Kristen memiliki objek

yang sama dengan etika secara umum, yaitu tingkah laku manusia. Akan tetapi, tujuan

yang hendak dicapainya sedikit berbeda, yaitu mencari apa yang seharusnya

dilakukan manusia, dalam hal baik atau buruk, sesuai dengan kehendak Allah.

Setiap agama dapat memiliki etika teologisnya yang unik berdasarkan apa yang

diyakini dan menjadi sistem nilai-nilai yang dianutnya. Dalam hal ini, antara agama

yang satu dengan yang lain dapat memiliki perbedaan di dalam merumuskan etika

teologisnya.

2.4 Filsafat norma

Norma adalah Kaidah, ketentuan / hukum/ aturan yang merupakan perwujudan

martabat manusia sebagai mahluk Tuhan, mahluk social dan budaya.

Adapun nilai-nilai itu akan dijabarkan dalam suatu norma-norma yang ada di

dalam masyarakat. Norma-norma itu meliputi:

(1). Norma Moral, yakni norma (aturan, kaidah) yang berkaitan dengan tingkah laku

manusia (behavior) yang dapat diukur/dinilai dari baik atau buruk, susila atau tidak

susila serta sopan atau tidak sopan. Norma moral adalah sistem aturan yang berlaku

bagi manusia yang bersumber dari setiap hati manusia (hati nurani) yang bekerja atas

dasar kesadaran manusia terhadap sekitarnya (consciousness), Manusia oleh Tuhan

Page 6: tugas kelompok

dikaruniai kemampuan untuk menimbang segala perbuatannya. Jika berbuat salah akan

merasa bersalah (guilty feeling) dan penyesalan yang mendalam. Didalam hati nurani

terdapat fungsi yang sudah ada sejak manusia lahir, kesadaran ini muncul bersamaan

dengan proses perkembangan kedewasaan seseorang.

(2). Norma Agama, adalah sistem aturan (norma) yang diperoleh manusia berdasarkan

ajaran agama yang dianutnya, Sumber agama berasal dari Tuhan. Alat pengontrol

agama adalah janji, akan dapat pahala dan sorga kalau melaksanakan perintah Tuhan,

dan sanksi dosa dan neraka apabila melanggar aturan/ perintah Tuhan. Norma moral

maupun norma agama bersifat otonom artinya pelaksanannya tergantung pada individu

masing-masing.

(3). Norma Etika atau Norma Sopan Santun (Tata Krama), adalah sistem aturan (norma)

hidup yang bersumber pada kesepakatan-kesepakatan (konsensus) yang diciptakan oleh

dan dalam suatu komunitas masyarakat pada wilayah tertentu. Ukuran norma etika

adalah kepatutan, kelayakan atau kepantasan yang tumbuh dalam komunitas wilayah

tertentu.

2.5 Filsafat Hukum

Pengertian Filsafat Hukum menurut Soerjono Soekanto adalah kegiatan

perenungan nilai-nilai, penyerasian nilai-nilai dan perumusan nilai-nilai yang

berpasangan tetapi kadangkala bersitegang.

Menurut Apeldoorn, Pengertian Filsafat Hukum ialah petunjuk-petunjuk

mengenai nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat dan sekaligus menunjukkan ke arah

mana nilai-nilai tersebut akan berkembang.

Lili Rasjidi mendefinisikan Pengertian Filsafat Hukum merupakan refleksi

teoritis (intelektual) tentang hukum yang paling tua dan dapat dikatakan merupakan

induk dari semua refleksi teoritis tentang hukum.

Pengertian Filsafat Hukum menurut J. Gejssels adalah filsafat umum yang

mengarahkan refleksinya terhadap hukum dan gejala hukum.  Hal yang sama juga dalam

dalil D.H.M. Meuwssen, bahwa Pengertian Filsafat Hukum yaitu filsafat yang

merenungkan semua persoalan fundamental dan masalah-masalah perbatasan yang

berkaitan dengan gejala hukum.

Page 7: tugas kelompok

Berkaitan dengan ajaran filsafat hukum, maka Ruang Lingkup Filsafat Hukum tidak

lepas dari ajaran filsafat  itu sendiri, seperti :

Antology hukum merupakan ilmu yang mempelajari hakekat hukum,

contohnya hakekat demokrasi, hubungan hukum dan moral lainnya.

Axiology hukum yaitu mempelajari isi dari nilai seperti : kebenaran,

keadilan, kebebasan, kewajaran, penyalahgunaan wewenang lainnya.

ideology hukum, yakni mempelajari secara terperinci dari keseluruhan orang

dan masyarakat yang memberikan dasar atau legitimasi bagi keberadaan

lembaga-lembaga hukum yang akan datang,  sistem hukum atau bagian-bagian

dari sistem hukum.

Teleology hukum merupakan ilmu yang menentukan isi dan tujuan hukum.

Keilmuan hukum ialah ilmu meta teori bagi hukum.

2.6 Filsafat agama

Istilah filsafat dan agama mengandung pengertian yang dipahami secara

berlawanan oleh banyak orang. Filsafat dalam cara kerjanya bertolak dari akal,

sedangkan agama bertolak dari wahyu. Oleh sebab itu, banyak kaitan dengan berfikir

sementara agama banyak terkait dengan pengalaman. Filsafat mebahas sesuatu dalam

rangka melihat kebenaran yang diukur, apakah sesuatu itu logis atau bukan. Agama

tidak selalu mengukur kebenaran dari segi logisnya karena agama kadang-kadang

tidak terlalu memperhatikan aspek logisnya.

Perbedaan tersebut menimbulkan konflik berkepan-jangan antara orang yang

cenderung berfikir filosofis dengan orang yang berfikir agamis, pada hal filsafat dan

agama mempunyai fungsi yang sama kuat untuk kemajuan, keduanya tidak bisa

dipisahkan dari kehidupan manusia. Untuk menelusuri seluk-beluk filsafat dan

agama  secara mendalam perlu diketahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan

agama dan filsafat  itu.

2..7 Ruang lingkup norma agama, sosial dan hukum

a. Norma sosial adalah kebiasaan umum yang menjadi patokan perilaku dalam suatu

kelompok masyarakat dan batasan wilayah tertentu. Norma akan berkembang

Page 8: tugas kelompok

seiring dengan kesepakatan-kesepakatan sosial masyarakatnya, sering juga disebut

denganperaturan sosial. Norma menyangkut perilaku-perilaku yang pantas

dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya. Keberadaan norma

dalammasyarakat bersifat memaksa individu atau suatu kelompok agar bertindak

sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun

agar hubungan di antara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung tertib

sebagaimana yang diharapkan.

b. Norma Agama

Norma agama adalah petunjuk hidup yang berasal dari Tuhan yang disampaikan

melalui utusan-Nya yang berisi perintah, larangan dan anjuran-anjuran. Pelanggar

norma agama mendapatkan sanksi secara tidak langsung, artinya pelanggarnya

baru akan menerima sanksinya nanti di akhirat berupa siksaan di neraka.

c. Norma Hukum

Norma hukum adalah aturan sosial yang dibuat oleh lembaga-lembagatertentu,

misalnya pemerintah, sehingga dengan tegas dapat melarang serta memaksa orang

untuk dapat berperilaku sesuai dengan keinginan pembuat peraturan itu sendiri.

Pelanggaran terhadap norma ini berupa sanksi denda sampai hukuman fisik

(dipenjara, hukuman mati).

Kehidupan manusia dalam bermasyarakat, selain diatur oleh hukum juga diatur oleh

norma - norma agama, kesusilaan, dan kesopanan, serta kaidah - kaidah lainnya. Kaidah -

kaidah sosial itu mengikat dalam arti dipatuhi oleh anggota masyarakat di mana kaidah itu

berlaku. Hubungan antara hukum dan kaidah - kaidah sosial lainnya itu saling mengisi.

Artinya kaidah sosial mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat dalam hal - hal hukum

tidak mengaturnya. Selain saling mengisi, juga saling memperkuat. Suatu kaidah hukum,

misalnya “kamu tidak boleh membunuh” diperkuat oleh kaidah sosial lainnya. Kaidah agama,

kesusilaan, dan adat juga berisi suruhan yang sama.

Dengan demikian, tanpa adanya kaidah hukum pun dalam masyarakat sudah ada

larangan untuk membunuh sesamanya. Hal yang sama juga berlaku untuk “pencurian”,

“penipuan”, dan lain - lain pelanggaran hukum. Hubungan antara norma agama, kesusilaan,

kesopanan dan hukum yang tidak dapat dipisahkan itu dibedakan karena masing - masing

Page 9: tugas kelompok

memiliki sumber yang berlainan. Norma Agama sumbernya kepercayaan terhadap Tuhan

Yang Maha Esa. Norma kesusilaan sumbernya suara hati (insan kamil). Norma kesopanan

sumbernya keyakinan masyarakat yang bersangkutan dan norma hukum sumbernya peraturan

perundang - undangan.