tugas kelompok 1
TRANSCRIPT
RISET KELOMPOK
Latar Belakang
Etika profesi disusun oleh suatu organisasi profesi dalam bentuk kode
etik. Kode etik bertujuan memberitahu anggota profesi tentang standar
perilaku yang diyakini dapat menarik kepercayaan masyarakat dan
memberitahu masyarakat bahwa profesi berkehendak untuk melakukan
pekerjaan yang berkualitas bagi kepentingan masyarakat. Kode Etik Akuntan
Indonesia melarang akuntan publik melakukan advertensi. Larangan
beradvertensi dinyatakan secara eksplisit dalam pernyataan Etika Profesi
Nomor 4 tentang iklan bagi KAP. Pernyataan tersebut secara tegas
menyebutkan larangan bagi akuntan publik mengiklankan diri atau
mengijinkan orang lain untuk mengiklankan nama atau jasa yang diberikanya
kecuali yang sifatnya pemberitahuan. Kode Etik tentang larangan
beradvertensi ditetapkan berdasarkan pertimbangan bahwa advertensi dapat
merusak manfaat profesi akuntan publik bagi masyarakat. Larangan
melakukan advertensi bertujuan menjaga kualitas layanan jasa akuntan publik
terutama kualitas opininya sehingga manfaat profesi akuntan publik dapat
dirasakan oleh masyarakat.
Di Indonesia, pelarangan iklan bagi kantor akuntan publik telah
dirumuskan bersama konsep awal aturan kode Etik IAI yang pertama kali
tahun 1972, menjelang kongres ke – 2, bahkan jauh sebelum kongres IAI yang
pertama (Tuanakotta, 1982: 51). Dalam kurun waktu 10 tahun, konsep ini
mengalami beberapa perubahan dan penyempurnaan. Akhirnya di tahun 2000
aturan tentang iklan bagi KAP mengalami pelonggaran. Aturan etika Profesi
yang disahkan dalam rapat anggota KAP-IAI tanggal 6 Juni 2000 di Bandung
merupakan aturan Etika pertama yang dimiliki IAI kompartemen. Aturan
tersebut terdapat dalam ketentuan No. 502 yang berbunyi: “Anggota dalam
menjalankan praktik akuntan publik diperkenankan mencari klien melalui
pemasangan iklan, melakukan promosi pemasaran dan kegiatan pemasaran
lainnya sepanjang tidak merendahkan citra profesi” (Iskak, 2000).
Alasan Kegiatan Pemasaran diperbolehkan
Dalam perkembangannya, suatu perubahan besar telah terjadi dalam
Aturan Etika Profesi. Setelah 28 tahun dilarang, Kantor Akuntan Publik saat
ini telah bebas beriklan. Rapat Anggota Luar Biasa Ikatan Akuntan Indonesia-
Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP) tanggal 5-6 Juni 2000 di Bandung
telah mengesahkan Aturan Etika IAI-KAP yang membolehkan anggotanya,
Akuntan Publik, memasang iklan. Aturan ini merupakan aturan etika pertama
yang dimiliki oleh IAI Kompartemen. Aturan tentang iklan terdapat dalam
ketentuan Nomor 502, “Anggota dalam menjalankan praktek akuntan publik
diperkenankan mencari klien melalui pemasangan iklan, mengadakan promosi
pemasaran, dan kegiatan pemasaran lainnya sepanjang tidak merendahkan
citra profesi”. Yang dimaksud merendahkan citra profesi di dalam Aturan
Etika No. 502 adalah jika anggota dalam upaya memperoleh klien, memasang
iklan, melakukan promosi pemasaran atau kegiatan pemasaran lainnya yang
bersifat palsu, menyesatkan, menipu atau memaksa, berlebihan atau
pelecehan.
Tipe Pemasaran (Periklanan) yang telah terjadi
Iklan yang dilakukan melalui media tertentu seperti majalah, surat kabar,
radio, televisi, dan surat yang bertujuan untuk mempengaruhi orang untuk
membeli suatu produk atau jasa, atau untuk menghasilkan reaksi tertentu.
Iklan bagi suatu KAP bisa menjadi media yang efektif untuk menyediakan
informasi bagi calon klien mengenai jasa yang tersedia (Cooper et. al., 1990).
Contohnya, KAP besar, Big Four dalam urusan mengangkat brand masuk
dalam skala prioritas utama mereka, karena ini penting untuk menjaga
kelanggenan dominasi dalam persaiangan bisnis jasa KAP. Hal yang telah
dilakukan dalam berbagai medium dan channel-mulai dari :
a. Event (lokal dan internasional)
b. Meluncurkan portal-portal online
c. Sponsorship event-event besar (sampai sepak bola)
d. Iklan di TV dan koran
Keberhasilan Kantor Akuntan Publik (KAP) atas Pemasaran
Dengan diperbolehkan advertensi bagi akuntan publik merupakan salah
satu cara mempromosikan atau menjual jasa agar para konsumen (pengguna
jasa akuntan) dapat mengetahui akuntan mana yang akan meraka jadikan
pilihan. Serta akuntan mempromosikan diri agar para klien atau konsumen
dalam hal ini pengguna jasa akuntan benar-benar mengetahui kemampuan
akuntan tersebut dalam bidang akuntansi. Secara tidak langsung dari kegiatan
periklanan dapat menambah klien bagi KAP itu sendiri.
Reaksi Akuntan terhadap Pemasaran (Periklanan)
Sebagian besar kaum profesional menganggap advertensi sebagai
aktivitas yang tabu sebab mereka berpendapat bahwa advertensi merupakan
aktivitas yang tidak profesional. Advertensi dipersepsikan dapat menurunkan
kualitas jasa profesi. Namun sebagian professional berpendapat bahwa
advertensi yang baik justru akan meningkatkan rasa tanggungjawab sehingga
kualitas jasa profesi tetap terjaga.
Dalam lingkup khusus yaitu profesi akuntan publik, akuntan terikat pada
kode etik yang merupakan etika yang telah disepakati bersama oleh anggota
suatu profesi. Kode etik ini berhubungan dengan kebebasan disiplin pribadi
dan integritas moral dan profesi.
Reaksi Positif :
Marts et. Al. (1989: 113) menyatakan bahwa advertensi jasa akuntan
publik efektif jika advertensi tersebut mengungkapkan jenis jasa yang
ditawarkan dan menggunakan ahli pemasaran. Saran lain dikemukakan oleh
Allen dan Arnold (1991: 33), mereka menyarankan bahwa akuntan publik
seharusnya mengembangkan sebuah program advertensi yang disebut
“advertise”, yang terdiri dari 9 langkah yaitu sebagai berikut :
1. Menganalisis pasar
2. Mendefinisikan tujuan advertensi
3. Isu-isu kunci diverbalkan
4. Menetapkan tingkat pengeluaran uang
5. Mengkaji ulang alternatif media
6. Menentukan media yang akan digunakan
7. Membuat pesan-pesan yang akan disampaikan
8. Mulai melakukan advertensi
9. Mengevaluasi hasil.
Kelonggaran di bidang pemasaran bagi akuntan ini dipengaruhi oleh
sikap dari akuntan publik sendiri. Artinya, meskipun seorang akuntan sudah
diberi kelonggaran untuk beriklan namun kemungkinan ia lebih memilih
untuk tetap menggunakan cara-cara lamanya dalam beriklan. (Jan Hoesada,
2001). Dalam menyikapi advertensi jasa akuntan publik, terdapat komponen-
komponen pembentuk sikap. Komponen tersebut dia antaranya adalah :
1. Keyakinan individu terhadap objek sikap : Keyakinan tentang hasil dari
advertensi jasa akuntan publik merupakan judgment individu terhadap
advertensi tersebut. Pakar-pakar marketing berpendapat bahwa advertensi
akan membawa hasilyang menguntungkan.
2. Norma subjektif : Berdasarkan beberapa penelitian diperoleh kesimpulan
adanya dampak negatif terhadap advertensi yang memunculkan sikap
negatif dari berbagai pihak, terutama akuntan publik sendiri. Keyakinan
mengenai perilaku yang diharapkan dari orang lain dan motivasi untuk
bertindak sesuai dengan harapan normatif tersebut membentuk norma
subjektif dalam diri individu.
3. Aturan yang membatasi aktivitas akuntan berkaitan dengan objek sikap
tersebut : aturan dalam Kode Etik juga mempengaruhi sikap akuntan
terhadap advertensi jasa akuntan publik. Orang cenderung bersikap positif
terhadap suatu objek apabila aturan yang ada memang melegalkan objek
tertentu.
Akuntan secara umum sudah memiliki sikap positif terhadap advertensi
jasa akuntan publik. Namun berdasarkan analisis deskriptif, akuntan publik
masih bersikap negatif dalam aspek harga dan intervensi pemerintah. Akuntan
non publik justru telah memiliki sikap positif pada semua aspek. Akuntan
publik berpendapat bahwa spesialisasi merupakan jasa yang paling cocok
diadvertensikan. Sedangkan, akuntan non publik berpendapat ketersediaan
jasa yang paling cocok. Akuntan publik dan akuntan non publik menganggap
media yang paling cocok digunakan untuk beriklan adalah majalah
profesional. Aturan Etika Profesi IAI-KAP yang memperbolehkan advertensi
bagi akuntan publik merupakan alasan yang paling, mendasar bagi akuntan
untuk menunjukkan sikap positifnya.
Reaksi Negatif :
Nasyiah dan Payamta (2001) menemukan bukti empiris bahwa akuntan
publik masih bersikap negatif dari aspek harga jasa dan intervensi pemerintah.
Akuntan publik meyakini bahwa mereka yang beriklan akan membebankan
biaya iklannya kepada konsumen sehingga harga jasa akan meningkat.
Temuan lain dalam penelitian tersebut adalah anggapan bahwa advertensi
yang diijinkan justru akan meningkatkan intervensi pemerintah bagi profesi
akuntan publik.
Beberapa hasil penelitian yang memperkuat dugaan bahwa akuntan
publik tidak bersikap positif adalah Sellers dan Solomon (1978). Sebanyak
52,7% responden akuntan publik beranggapan bahwa image profesi akan
ternodai bila akuntan publik beriklan. Ambarriani (1996) berkesimpulan
bahwa akuntan tidak memiliki persepsi positif. Prabowo (1998) dan Munawar
(2000) menyimpulkan bahwa akuntan publik tidak memiliki sikap yang
positif. Haggai (1980) yang dikutip Ambarriani (1996) menyatakan bahwa
berkaitan dengan dibolehkannya akuntan publik melakukan adevertensi dan
solitisasi, hanya 7% dari responden akuntan publik merencanakan advertensi
dan solitisasi. Gamble (2000) menemukan bahwa meskipun iklan telah selama
lebih dari 20 tahun namun KAP lokal masih enggan menggunakan iklan untuk
mempromosikan jasa-jasanya.
Hal-hal yang membatasi Kegiatan Periklanan yang dilakukan Akuntan
Publik
Advertensi yang bersifat informasi dan obyektif diperkenankan selama
iklan tersebut tidak menyesatkan (UU NO.5 Tahun 2011 tentang Akuntan
Publik, Pasal 31 (ayat 5))
Suatu contoh mengenai advertensi yang informatif, obyektif, dan tidak
menyesatkan berisi :
1. Informasi tentang anggota dan anggota kantor akuntan, seperti :
a. Nama, alamat, nomor telepon, jumlah sekutu/partner, pemegang saham,
atau karyawan, jama kerja, bahasa asing yang dikuasai, dan tanggal
pendirian kantor akuntan.
b. Jasa yang ditawarkan dan honorarium/fee untuk jasa tertentu, termasuk
tarif per jam dan tarif tetap.
c. Pendidikan dan profesionalisme yang dimiliki, tanggal, dan tempat
diperolehnya ijasah, pendidikan yang diikuti, tanggal kelulusan, gelar
yang diperoleh dan keanggotaan organisasi professional.
2. Pernyataan tentang kebijaksanaan atau posisi yang ditentukan oleh
anggota atau sekutu kantor akuntan dalam hubungannya dengan praktik
auditing yang ditunjukkan kepada kepentingan masyarakat.
3. Pengalaman Akuntan Publik dan /atau KAP
Walapun advertensi informasional diizinkan, akuntan publik dilarang
mengadvertensi dirinya sebagai expert atau specialist, karena :
1. Belum diperkembangkan program IAPI dengan metodenya untuk
mengakui kompetensi antara lain bidang-bidang spesialis.
2. Mungkin sekali akan mengakibatkan salah paham atau kesesatan.
Advertensi atau bentuk permintaan lain yang mengandung sifat palsu,
menyesatkan, atau menipu adalah tidak sesuai dengan kepentingan masyarakat
dan dilarang. Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam kelompok ini adalah :
1. Menimbulkan kesalahan dan ketidakwajaran dalam memperkirakan hasil-
hasil yang menguntungkan.
2. Menunjukkan adanya kemampuan untuk mempengaruhi pengadilan,
mahkamah, atau bentuk lembaga-lembaga pemerintah lainnya.
3. Berisi memuji diri sendiri yang tidak didasarkan pada fakta dan dapat
dibuktikan.
4. Memuat perbandingan dengan kantor akuntan yang lain.
5. Berisi surat penghargaan atau pembenaran dengan pembubuhan tanda
tangan.
6. Berisi representasi (pernyataan) lain yang dapat membuat orang salah
mengerti atau dibohongi.
Kode Etik Akuntan Indonesia menyebutkan bahwa “seorang akuntan publik”,
diperkenankan menawarkan jasanya secara tertulis kepada calon-calon klien,
kecuali atas permintaan calon klien yang bersangkutan. Secara lebih khusus
untuk profesi akuntan publik, kode etik Akuntan Indonesia pasal 23
menyebutkan bahwa “seorang akuntan publik dilarang mengiklankan nama
dan jasa yang diberikannya, kecuali yang sifatnay pemberitahuan”. Semua
bentuk advertensi (reklame), sepanjang tidak bersifat palsu, menyesatkan dan
penipuan dapat diterima atau diperbolehkan dalam profesi akuntan, bahkan
untuk sebagian besar profesi lainnya.