tugas kelompok 1

11
RISET KELOMPOK Latar Belakang Etika profesi disusun oleh suatu organisasi profesi dalam bentuk kode etik. Kode etik bertujuan memberitahu anggota profesi tentang standar perilaku yang diyakini dapat menarik kepercayaan masyarakat dan memberitahu masyarakat bahwa profesi berkehendak untuk melakukan pekerjaan yang berkualitas bagi kepentingan masyarakat. Kode Etik Akuntan Indonesia melarang akuntan publik melakukan advertensi. Larangan beradvertensi dinyatakan secara eksplisit dalam pernyataan Etika Profesi Nomor 4 tentang iklan bagi KAP. Pernyataan tersebut secara tegas menyebutkan larangan bagi akuntan publik mengiklankan diri atau mengijinkan orang lain untuk mengiklankan nama atau jasa yang diberikanya kecuali yang sifatnya pemberitahuan. Kode Etik tentang larangan beradvertensi ditetapkan berdasarkan pertimbangan bahwa advertensi dapat merusak manfaat profesi akuntan publik bagi masyarakat. Larangan melakukan advertensi bertujuan menjaga kualitas layanan jasa akuntan publik terutama kualitas opininya sehingga manfaat profesi akuntan publik dapat dirasakan oleh masyarakat. Di Indonesia, pelarangan iklan bagi kantor akuntan publik telah dirumuskan bersama konsep awal

Upload: suhendrodwi

Post on 01-Jan-2016

10 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Kelompok 1

RISET KELOMPOK

Latar Belakang

Etika profesi disusun oleh suatu organisasi profesi dalam bentuk kode

etik. Kode etik bertujuan memberitahu anggota profesi tentang standar

perilaku yang diyakini dapat menarik kepercayaan masyarakat dan

memberitahu masyarakat bahwa profesi berkehendak untuk melakukan

pekerjaan yang berkualitas bagi kepentingan masyarakat. Kode Etik Akuntan

Indonesia melarang akuntan publik melakukan advertensi. Larangan

beradvertensi dinyatakan secara eksplisit dalam pernyataan Etika Profesi

Nomor 4 tentang iklan bagi KAP. Pernyataan tersebut secara tegas

menyebutkan larangan bagi akuntan publik mengiklankan diri atau

mengijinkan orang lain untuk mengiklankan nama atau jasa yang diberikanya

kecuali yang sifatnya pemberitahuan. Kode Etik tentang larangan

beradvertensi ditetapkan berdasarkan pertimbangan bahwa advertensi dapat

merusak manfaat profesi akuntan publik bagi masyarakat. Larangan

melakukan advertensi bertujuan menjaga kualitas layanan jasa akuntan publik

terutama kualitas opininya sehingga manfaat profesi akuntan publik dapat

dirasakan oleh masyarakat.

Di Indonesia, pelarangan iklan bagi kantor akuntan publik telah

dirumuskan bersama konsep awal aturan kode Etik IAI yang pertama kali

tahun 1972, menjelang kongres ke – 2, bahkan jauh sebelum kongres IAI yang

pertama (Tuanakotta, 1982: 51). Dalam kurun waktu 10 tahun, konsep ini

mengalami beberapa perubahan dan penyempurnaan. Akhirnya di tahun 2000

aturan tentang iklan bagi KAP mengalami pelonggaran. Aturan etika Profesi

yang disahkan dalam rapat anggota KAP-IAI tanggal 6 Juni 2000 di Bandung

merupakan aturan Etika pertama yang dimiliki IAI kompartemen. Aturan

tersebut terdapat dalam ketentuan No. 502 yang berbunyi: “Anggota dalam

menjalankan praktik akuntan publik diperkenankan mencari klien melalui

pemasangan iklan, melakukan promosi pemasaran dan kegiatan pemasaran

lainnya sepanjang tidak merendahkan citra profesi” (Iskak, 2000).

Page 2: Tugas Kelompok 1

Alasan Kegiatan Pemasaran diperbolehkan

Dalam perkembangannya, suatu perubahan besar telah terjadi dalam

Aturan Etika Profesi. Setelah 28 tahun dilarang, Kantor Akuntan Publik saat

ini telah bebas beriklan. Rapat Anggota Luar Biasa Ikatan Akuntan Indonesia-

Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP) tanggal 5-6 Juni 2000 di Bandung

telah mengesahkan Aturan Etika IAI-KAP yang membolehkan anggotanya,

Akuntan Publik, memasang iklan. Aturan ini merupakan aturan etika pertama

yang dimiliki oleh IAI Kompartemen. Aturan tentang iklan terdapat dalam

ketentuan Nomor 502, “Anggota dalam menjalankan praktek akuntan publik

diperkenankan mencari klien melalui pemasangan iklan, mengadakan promosi

pemasaran, dan kegiatan pemasaran lainnya sepanjang tidak merendahkan

citra profesi”. Yang dimaksud merendahkan citra profesi di dalam Aturan

Etika No. 502 adalah jika anggota dalam upaya memperoleh klien, memasang

iklan, melakukan promosi pemasaran atau kegiatan pemasaran lainnya yang

bersifat palsu, menyesatkan, menipu atau memaksa, berlebihan atau

pelecehan.

Tipe Pemasaran (Periklanan) yang telah terjadi

Iklan yang dilakukan melalui media tertentu seperti majalah, surat kabar,

radio, televisi, dan surat yang bertujuan untuk mempengaruhi orang untuk

membeli suatu produk atau jasa, atau untuk menghasilkan reaksi tertentu.

Iklan bagi suatu KAP bisa menjadi media yang efektif untuk menyediakan

informasi bagi calon klien mengenai jasa yang tersedia (Cooper et. al., 1990).

Contohnya, KAP besar, Big Four dalam urusan mengangkat brand masuk

dalam skala prioritas utama mereka, karena ini penting untuk menjaga

kelanggenan dominasi dalam persaiangan bisnis jasa KAP. Hal yang telah

dilakukan dalam berbagai medium dan channel-mulai dari :

a. Event (lokal dan internasional)

b. Meluncurkan portal-portal online

c. Sponsorship event-event besar (sampai sepak bola)

d. Iklan di TV dan koran

Page 3: Tugas Kelompok 1

Keberhasilan Kantor Akuntan Publik (KAP) atas Pemasaran

Dengan diperbolehkan advertensi bagi akuntan publik merupakan salah

satu cara mempromosikan atau menjual jasa agar para konsumen (pengguna

jasa akuntan) dapat mengetahui akuntan mana yang akan meraka jadikan

pilihan. Serta akuntan mempromosikan diri agar para klien atau konsumen

dalam hal ini pengguna jasa akuntan benar-benar mengetahui kemampuan

akuntan tersebut dalam bidang akuntansi. Secara tidak langsung dari kegiatan

periklanan dapat menambah klien bagi KAP itu sendiri.

Reaksi Akuntan terhadap Pemasaran (Periklanan)

Sebagian besar kaum profesional menganggap advertensi sebagai

aktivitas yang tabu sebab mereka berpendapat bahwa advertensi merupakan

aktivitas yang tidak profesional. Advertensi dipersepsikan dapat menurunkan

kualitas jasa profesi. Namun sebagian professional berpendapat bahwa

advertensi yang baik justru akan meningkatkan rasa tanggungjawab sehingga

kualitas jasa profesi tetap terjaga.

Dalam lingkup khusus yaitu profesi akuntan publik, akuntan terikat pada

kode etik yang merupakan etika yang telah disepakati bersama oleh anggota

suatu profesi. Kode etik ini berhubungan dengan kebebasan disiplin pribadi

dan integritas moral dan profesi.

Reaksi Positif :

Marts et. Al. (1989: 113) menyatakan bahwa advertensi jasa akuntan

publik efektif jika advertensi tersebut mengungkapkan jenis jasa yang

ditawarkan dan menggunakan ahli pemasaran. Saran lain dikemukakan oleh

Allen dan Arnold (1991: 33), mereka menyarankan bahwa akuntan publik

seharusnya mengembangkan sebuah program advertensi yang disebut

“advertise”, yang terdiri dari 9 langkah yaitu sebagai berikut :

1. Menganalisis pasar

2. Mendefinisikan tujuan advertensi

3. Isu-isu kunci diverbalkan

4. Menetapkan tingkat pengeluaran uang

5. Mengkaji ulang alternatif media

6. Menentukan media yang akan digunakan

Page 4: Tugas Kelompok 1

7. Membuat pesan-pesan yang akan disampaikan

8. Mulai melakukan advertensi

9. Mengevaluasi hasil.

Kelonggaran di bidang pemasaran bagi akuntan ini dipengaruhi oleh

sikap dari akuntan publik sendiri. Artinya, meskipun seorang akuntan sudah

diberi kelonggaran untuk beriklan namun kemungkinan ia lebih memilih

untuk tetap menggunakan cara-cara lamanya dalam beriklan. (Jan Hoesada,

2001). Dalam menyikapi advertensi jasa akuntan publik, terdapat komponen-

komponen pembentuk sikap. Komponen tersebut dia antaranya adalah :

1. Keyakinan individu terhadap objek sikap : Keyakinan tentang hasil dari

advertensi jasa akuntan publik merupakan judgment individu terhadap

advertensi tersebut. Pakar-pakar marketing berpendapat bahwa advertensi

akan membawa hasilyang menguntungkan.

2. Norma subjektif : Berdasarkan beberapa penelitian diperoleh kesimpulan

adanya dampak negatif terhadap advertensi yang memunculkan sikap

negatif dari berbagai pihak, terutama akuntan publik sendiri. Keyakinan

mengenai perilaku yang diharapkan dari orang lain dan motivasi untuk

bertindak sesuai dengan harapan normatif tersebut membentuk norma

subjektif dalam diri individu.

3. Aturan yang membatasi aktivitas akuntan berkaitan dengan objek sikap

tersebut : aturan dalam Kode Etik juga mempengaruhi sikap akuntan

terhadap advertensi jasa akuntan publik. Orang cenderung bersikap positif

terhadap suatu objek apabila aturan yang ada memang melegalkan objek

tertentu.

Akuntan secara umum sudah memiliki sikap positif terhadap advertensi

jasa akuntan publik. Namun berdasarkan analisis deskriptif, akuntan publik

masih bersikap negatif dalam aspek harga dan intervensi pemerintah. Akuntan

non publik justru telah memiliki sikap positif pada semua aspek. Akuntan

publik berpendapat bahwa spesialisasi merupakan jasa yang paling cocok

diadvertensikan. Sedangkan, akuntan non publik berpendapat ketersediaan

jasa yang paling cocok. Akuntan publik dan akuntan non publik menganggap

media yang paling cocok digunakan untuk beriklan adalah majalah

Page 5: Tugas Kelompok 1

profesional. Aturan Etika Profesi IAI-KAP yang memperbolehkan advertensi

bagi akuntan publik merupakan alasan yang paling, mendasar bagi akuntan

untuk menunjukkan sikap positifnya.

Reaksi Negatif :

Nasyiah dan Payamta (2001) menemukan bukti empiris bahwa akuntan

publik masih bersikap negatif dari aspek harga jasa dan intervensi pemerintah.

Akuntan publik meyakini bahwa mereka yang beriklan akan membebankan

biaya iklannya kepada konsumen sehingga harga jasa akan meningkat.

Temuan lain dalam penelitian tersebut adalah anggapan bahwa advertensi

yang diijinkan justru akan meningkatkan intervensi pemerintah bagi profesi

akuntan publik.

Beberapa hasil penelitian yang memperkuat dugaan bahwa akuntan

publik tidak bersikap positif adalah Sellers dan Solomon (1978). Sebanyak

52,7% responden akuntan publik beranggapan bahwa image profesi akan

ternodai bila akuntan publik beriklan. Ambarriani (1996) berkesimpulan

bahwa akuntan tidak memiliki persepsi positif. Prabowo (1998) dan Munawar

(2000) menyimpulkan bahwa akuntan publik tidak memiliki sikap yang

positif. Haggai (1980) yang dikutip Ambarriani (1996) menyatakan bahwa

berkaitan dengan dibolehkannya akuntan publik melakukan adevertensi dan

solitisasi, hanya 7% dari responden akuntan publik merencanakan advertensi

dan solitisasi. Gamble (2000) menemukan bahwa meskipun iklan telah selama

lebih dari 20 tahun namun KAP lokal masih enggan menggunakan iklan untuk

mempromosikan jasa-jasanya.

Hal-hal yang membatasi Kegiatan Periklanan yang dilakukan Akuntan

Publik

Advertensi yang bersifat informasi dan obyektif diperkenankan selama

iklan tersebut tidak menyesatkan (UU NO.5 Tahun 2011 tentang Akuntan

Publik, Pasal 31 (ayat 5))

Suatu contoh mengenai advertensi yang informatif, obyektif, dan tidak

menyesatkan berisi :

1. Informasi tentang anggota dan anggota kantor akuntan, seperti :

Page 6: Tugas Kelompok 1

a. Nama, alamat, nomor telepon, jumlah sekutu/partner, pemegang saham,

atau karyawan, jama kerja, bahasa asing yang dikuasai, dan tanggal

pendirian kantor akuntan.

b. Jasa yang ditawarkan dan honorarium/fee untuk jasa tertentu, termasuk

tarif per jam dan tarif tetap.

c. Pendidikan dan profesionalisme yang dimiliki, tanggal, dan tempat

diperolehnya ijasah, pendidikan yang diikuti, tanggal kelulusan, gelar

yang diperoleh dan keanggotaan organisasi professional.

2. Pernyataan tentang kebijaksanaan atau posisi yang ditentukan oleh

anggota atau sekutu kantor akuntan dalam hubungannya dengan praktik

auditing yang ditunjukkan kepada kepentingan masyarakat.

3. Pengalaman Akuntan Publik dan /atau KAP

Walapun advertensi informasional diizinkan, akuntan publik dilarang

mengadvertensi dirinya sebagai expert atau specialist, karena :

1. Belum diperkembangkan program IAPI dengan metodenya untuk

mengakui kompetensi antara lain bidang-bidang spesialis.

2. Mungkin sekali akan mengakibatkan salah paham atau kesesatan.

Advertensi atau bentuk permintaan lain yang mengandung sifat palsu,

menyesatkan, atau menipu adalah tidak sesuai dengan kepentingan masyarakat

dan dilarang. Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam kelompok ini adalah :

1. Menimbulkan kesalahan dan ketidakwajaran dalam memperkirakan hasil-

hasil yang menguntungkan.

2. Menunjukkan adanya kemampuan untuk mempengaruhi pengadilan,

mahkamah, atau bentuk lembaga-lembaga pemerintah lainnya.

3. Berisi memuji diri sendiri yang tidak didasarkan pada fakta dan dapat

dibuktikan.

4. Memuat perbandingan dengan kantor akuntan yang lain.

5. Berisi surat penghargaan atau pembenaran dengan pembubuhan tanda

tangan.

6. Berisi representasi (pernyataan) lain yang dapat membuat orang salah

mengerti atau dibohongi.

Page 7: Tugas Kelompok 1

Kode Etik Akuntan Indonesia menyebutkan bahwa “seorang akuntan publik”,

diperkenankan menawarkan jasanya secara tertulis kepada calon-calon klien,

kecuali atas permintaan calon klien yang bersangkutan. Secara lebih khusus

untuk profesi akuntan publik, kode etik Akuntan Indonesia pasal 23

menyebutkan bahwa “seorang akuntan publik dilarang mengiklankan nama

dan jasa yang diberikannya, kecuali yang sifatnay pemberitahuan”. Semua

bentuk advertensi (reklame), sepanjang tidak bersifat palsu, menyesatkan dan

penipuan dapat diterima atau diperbolehkan dalam profesi akuntan, bahkan

untuk sebagian besar profesi lainnya.