tugas kardiologi anak

34
TUGAS KARDIOLOGI ANAK GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM PADA NEONATUS DAN PEDIATRI SERTA PENYAKIT JANTUNG BAWAAN Oleh: Galuh Martin Maytasari G0007077 / E-29-12 Wahyu Agung Susilo G0007171 / E-30-12 Putri Amengkutyas Pribadi G0007133 / E- 09-12 Anggie Ariandhita G0007035 / E-08-12 Charina Situmorang G0007051 / F-01-12 Frieska Dyanneza G0007074 / F-02-12 Novarina Ratnaningtyas G0007114 / F-32-12 Farah Hafidzah Rahmawati G0007196 / F-31-12 Dian Ajeng Atikaningrum G9911112049 / F-15- 12 Katia Amanda Sinoel G9911112084 / F-16- 12 1

Upload: farah-hafidzah-rahmawati

Post on 23-Nov-2015

53 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

kardiologi

TRANSCRIPT

TUGAS KARDIOLOGI ANAK

GAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAM PADA NEONATUS DAN PEDIATRI SERTA PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

Oleh:Galuh Martin MaytasariG0007077 / E-29-12Wahyu Agung SusiloG0007171 / E-30-12Putri Amengkutyas PribadiG0007133 / E-09-12Anggie AriandhitaG0007035 / E-08-12Charina SitumorangG0007051 / F-01-12Frieska DyannezaG0007074 / F-02-12Novarina RatnaningtyasG0007114 / F-32-12Farah Hafidzah RahmawatiG0007196 / F-31-12Dian Ajeng AtikaningrumG9911112049 / F-15-12Katia Amanda SinoelG9911112084 / F-16-12Pembimbing:dr. Sri Lilijanti Widjaja, Sp.A (K)

KEPANITERAAN KLINIK SMF / BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAKFAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD Dr. MOEWARDISURAKARTA2012BAB IELEKTROKARDIOGRAFI

Elektrokardiografi (EKG) merupakan pencatatan aktivitas jantung atas dasar perbedaan potensial listrik. Pemeriksaan EKG harus dilakukan pada setiap pasien yang tersangka menderita kelainan kardiovaskuler termasuk pada bayi maupun anak. Nilai-nilai EKG pada bayi dan anak sangat bergantung pada umur, maka perlu dilakukan pemeriksaan EKG secara berkala. Pemeriksaan EKG berguna untuk :1. Menentukan terdapatnya hipertrofi atau pembesaran ruang jantung2. Menentukan terdapatnya gangguan miokardium3. Membantu diagnosis spesifik disritmia4. Membantu diagnosis perikarditis atau efusi perikardium5. Mengetahui efek berbagai obat terhadap sistem kardiovaskuler6. Mnentukan terdapatnya gangguan metabolik atau elektrolit

Gambaran EKG

A. GELOMBANG PGelombang P menunjukkan depolarisasi atrium. Amplitudo gelombang normalnya tidak lebih dari 2,5 mm, sedangkan waktu gelombang P berkisar antara 0,03-0,09 detik pada anak umur < 3 tahun, dan 0,05 -0,1 detik pada umur > 3 tahun.Gelombang P positif pada lead I, II, aVF dan V3-V4. Gelombang P negatif pada lead aVR dan V1. Gelombang P dapat positif, difasik, mendatar atau negatif pada lead III dan aVL. Gelombang P yang tinggi (>2,5 mm) disebut P pulmonal sedangkan gelombang P dengan puncak berlekuk (> 0,08 detik) disebut P mitral.B. INTERVAL PRInterval PR diukur dari awal gelombang P sampai awal kompleks QRS, dinilai pada lead II. Interval PR menggambarkan waktu antara depolarisasi atrium sampai awal depolarisasi ventrikel.C. KOMPLEKS QRSKompleks QRS merupakan gambaran dari depolarisasi ventrikel. Amplitudo QRS khususnya di V1 dan V6 menjadi petunjuk utama untuk menentukan apakah terdapat hipertrofi ventrikel kiri atau kanan.D. INTERVAL QRSInterval QRS diukur dari awal gelombang Q sampai ke akhir gelombang S. Nilai interval tersebut adalah 0,06-0,08 detik.E. GELOMBANG QGelombang Q adalah defleksi negatif pertama pada gelombang QRS yang menggambarkan depolarisasi septum ventrikel, dalam keadaan normal berlangsung dari kiri ke kanan. Pada bayi dan anak gelombang Q terdapat pada lead II, III, aVF, V5 dan V6. Gelombang Q dalamnya tidak lebih dari 3 mm, dan lamanya < 0,015 detik. Jika gelombang Q > 0,03 detik dianggap abnormal.F. GELOMBANG R DAN SGelombang R adalah defleksi positif pertama pada gelombang QRS. Sedangkan gelombang S adalah defleksi negatif sesudah gelombang R. Gelombang R umumnya positif pada lead I, II, V5 dan V6.

G. SEGMEN STSegmen ST disebut juga segmen RS-T, yang diukur dari akhir gelombang S sampai gelombang T. Penilaian terpenting adalah ada tidaknya elevasi atau depresi segmen ini terhadap garis isolelektris. Pada anak, perubahan segmen ini dapat menunjukkan adanya keterlibatan miokard, misalnya miokarditis, gangguan metabolik atau iskemia miokard akibat sindrom gawat nafas.Untuk menentukan deviasi segmen ST diambil patokan segmen PR sebagai isoelektris.Elevasi segmen ST dapat terjadi pada : (1) infark miokard akut, (2) perikarditis, (3) hiperkalemia, (4) aneurisme ventrikel, (5) bangsa-bangsa Asia-Afrika. Segmen ST elevasiSegmen ST depresiDepresi segmen ST dapat terlihat pada : (1) iskemia miokard, (2) pola strain ventrikel, (3) takikardia, (4) hipokalemia, (5) hipertrofi ventrikel, (6) Bundle branch block, (7) denyut ektopik, (8) kardiomiopati.

H. GELOMBANG TGelombang T merupakan gambaran proses repolarisasi ventrikel. Arah defleksi gelombang T: Lead dasar I : positif II : umumnya positif III : dapat positif, isoelektrik atau negatif

Lead ekstremitas aVR : negatif VL : umumnya positif dapat isoelektrik atau negatif aVF : umumnya positif dapat isoelektrik atau negatif Lead prekordium V1 : hari III negatif sampai 16 tahun V2 : hari III negatif sampai 12 tahun atau difasik sampai 16 tahun V3 : hari III negatif sampai 10 tahun atau difasik sampai 15 tahun V4 : hari III negatif sampai 5 tahun atau difasik sampai 11 tahun V5 : dapat negatif atau difasik sampai umur 15 jam V6 : dapat negatif sampai 8 jam atau difasik sampai 24 jam

I. GELOMBANG UGelombang U adalah gelombang yang timbul setelah gelombang T dan sebelum gelombang P berikutnya. Gelombang U menunjukkan fase akhir repolarisasi ventrikel.

J. INTERVAL QTInterval QT diukur dari awal kompleks QRS sampai akhir gelombang T. Nilai normal tergantung dari frekuensi jantung dan umur. Pada waktu lahir nilai atas normal adalah 0,2 detik, masa pubertas adalah 0,4 detik.

K. PENILAIAN EKGPenilaian EKG meliputi :1. Penilaian frekuensi denyut jantungPada pemeriksaan EKG rutin, kecepatan pencatatan pada kertas EKG adalah 25 mm per detik, maka terdapat hubungan sebagai berikut:1 kotak kecil = 1 mm = 0,04 detik1 kotak sedang = 5 mm = 0,2 detik5 kotak besar = 25 mm = 1 detikBeberapa cara menentukan frekuensi denyut jantung, yaitu :

1500Jumlah kotak kecil antara 2 puncak R

Jumlah kotak kompleks QRS dalam 5 kotak besar x 60Jika frekuensi jantung tidak teratur, frekuensi rata-rata didapat dengan :

siklus tiap 6 detik (30 kotak besar) x 10

2. Menentukan irama jantungIrama sinus adalah gelombang P diikuti QRS. Irama jantung dikatakan irregular atau aritmia. Syarat irama sinus adalah : Irama teratur (jarak antara R-R sama P-P) Gelombang P normal, setiap gelombang P selalu diikuti QRS dan T. Interval PR normal (0,12-0,20 detik) Gelombang QRS normal (0,06-0,12 detik) Semua gelombang sama3. Menentukan aksis jantungAksis atau sumbu jantung menunjukkan kegiatan dan arah listrik jantung. Pada bayi sampai umur 6 bulan, sumbu QRS pada bidang frontal menunjukkan deviasi sumbu ke kanan (1300). Antara umur 1-5 tahun sumbu QRS bergeser ke kiri, mendekati +500. Setelah itu sumbu QRS kembali ke arah kanan, sehingga saat pubertas sumbu QRS rata-rata adalah 650. Akhirnya akan tercapai arah sumbu QRS rata-rata dewasa, yaitu 600 . Cara menentukan axis jantung adalah:a. Jumlahkan defleksi positif dan negatif pada gelombang QRS di lead Ib. Jumlahkan defleksi positif dan negatif pada gelombang QRS di lead IIIc. Buatlah garis tegak lurus melalui kedua titik tersebut terhadap sumbu masing-masing. Garis yang ditarik dari titik tengan ke titik potong kedua garis tegak lurus tersebut menunjukkan sumbu QRS.

Gambar Aksis JantungDeviasi sumbu QRS ke kanan (Right Axis Deviation) ditemukan pada : Hipertrofi ventrikel kanan Right bundle branch block Penyakit paru kronik Dekstrokardia Hemiblok posterior kiri Irama ventrikel kiri ektopik Bayi/anak sampai 8 tahun Posisi jantung vertikal, misalnya anak sangat kurusDeviasi sumbu QRS ke kiri (Left Axis Deviation) didapatkan pada : Hipertrofi ventrikel kiri Left bundle branch block Sindrom wolff-parkinson-white Irama ventrikel kanan ektopik Letak jantung transversal : orang gemuk, wanita hamil Normal pada 10%

4. Menentukan ada tidaknya tanda hipertrofiHipertrofi ventrikel pada bayi dan anak terutama didasarkan pada kriteria voltase,yaitu kriteria amplitudo gelombang R dan S.a. Hipertrofi ventrikel kananHipertrofi ventrikel kanan dapat didiagnosis apabila pada EKG ditemukan salah satu atau lebih di bawah ini : R di V1 > nilai maksimum S di V6 > nilai maksimum Rasio R/S di V1 > nilai maksimum T positif di V1 setelah umur 3 hari dengan rasio R/S di V1> 1 VAT di lead prekordium kanan > nilai maksimum Pola QR di lead prekordium kanan Pola RSR`di V1 Right Axis Deviationb. Hipertrofi ventrikel kiriHipertrofi ventrikel kiri dapat didiagnosis apabila EKG ditemukan salah satu atau lebih di bawah ini : Gelombang R yang tinggi di V6 Perubahan gelombang T di V5 dan V6 R di V5 dan V6 > nilai maksimum S di V1 > nilai maksimum Rasio R/S di V1 < nilai minimum Gelombang Q yang dalam di V5 dan V6 VAT di lead prekordium kiri > nilai maksimumc. Pembesaran Atrium kiri (Left Atrial Enlargement/LAE)Pembesaran atrium kiri ditandai dengan gelombang P abnormal. Seharusnya dalam keadaan normal atrium kiri mengalami depolarisasi setelah atrium kanan sehingga jika terjadi pembesaran atrium kiri memperpanjang depolarisasi atrium yang menimbulkan gelombang P abnormal dengan puncak datar atau berlekuk dengan puncak terpisah sekurangnya 0,03 detik.Tanda penting pembesaran atrium kiri adalah defleksi negatif gelombang P di antaran V1. Defleksi negatif komponen terminal gelombang P > 1 mm dengan waktu > 0,04 detik V1 pada anak maupun dewasa menunjukkan terdapatnya LAE.d. Pembesaran atrium kanan dan kiriKombinasi pembesaran atrium kiri dan kanan secara EKG didiagnosis apabila terdapat tanda pembesaran atrium kiri dan kanan secara bersama. Terlihat gelombang P yang tinggi (> 2,5 mm) pada awal gelombang diikuti komponen terminal lebar, lebih rendah, dan difasik terutama di dada kanan.5. Menentukan ada tidaknya iskemia/infark miokardPenentuan ada tidaknya iskemia dan infark miokard berdasarkan segmen ST, yaitu elevasi dan depresi seperti yang telah dijelaskan.6. Menentukan ada tidaknya tanda akibat gangguan lain seperti efek obat atau gangguan keseimbangan elektrolit.Gangguan keseimbangan elektrolit berupa :a. HiperkalemiaPada hiperkalemia didapatkan gelombang T tinggi (T tall), runcing dan simetris. Namun, hal ini tidak patognomonik karena beberapa keadaan seperti infark miokard posterior bahkan orang normal memberikan gambaran gelombang T tersebut. Pada hiperkalemia berat dapat terjadi gambaran fibrilasi ventrikel.b. HipokalemiaHipokalemia ringan akan menyebabkan gelombang T rendah.c. HiperkalsemiaGambaran EKG memperlihatkan memendeknya Q-Tc sedang segmen ST dan gelombang T tidak mengalami perubahan.d. HipokalsemiaPada EKG tampak pemanjangan repolarisasi ventrikel dan pemanjangan interval Q-Tc.

BAB IIGAMBARAN ELEKTROKARDIOGRAFI PADA PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

A. DEFEK SEPTUM ATRIUM (DSA)Merupakan defek pada sekat yang memisahkan atrium kiri dan kanan.

Defek Septum AtriumPada pasien dengan defek ostium sekundum, elektrokardiografi (EKG) biasanya menunjukkan hasil sebagai berikut: Right axis deviation (deviasi sumbu QRS ke kanan) Pola RBBB yang menunjukkan terdapatnya beban volume ventrikel kanan (adanya hipertrofi ventrikel kanan), terdapat pada 95% kasus. Pola rSR di lead prekordial kanan dengan durasi QRS normal. Keterlambatan aktivasi ventrikel kanan merupakan manifestasi dari kelebihan beban volume ventrikel kanan atau gangguan konduksi di cabang berkas kanan dan sistem Purkinje perifer masih belum jelas. Blok AV derajat 1 (pemanjangan interval PR) terdapat pada 10% kasus pada ASD sekundum.Pada pasien dengan defek ostium primum, hasil EKG menunjukkan hasil sebagai berikut: Left axis deviation pada gelombang P di bidang frontal (dimanifestasikan oleh gelombang P negatif di lead III). Left axis deviation dan rotasi berlawanan dari QRS menunjukkan adanya defek baik pada DSA primum atau DSA sekundum dan berhubungan dengan prolaps katup mitral. Perpanjangan interval PR dapat dilihat pada semua jenis DSA, termasuk defek ostium primum. Waktu konduksi yang panjang mungkin terkait dengan pembesaran ukuran atrium dan peningkatan jarak konduksi yang dikarenakan terdapatnya defek tersebut.

Gambaran EKG di atas menunjukkan adanya pembesaran atrium kanan, yaitu tampak gelombang P yang tinggi (P pulmonal, lebih dari 2-3 mm) serta gelombang R slurred (rsR pattern) di V1, V2 dan aVR.

B. DEFEK SEPTUM VENTRIKELMerupakan kelainan jantung bawaan berupa lubang pada septum interventrikuler.

Pada bayi dan anak dengan defek kecil, gambaran EKG sama sekali normal, atau sedikit terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kiri. Pada defek septum ventrikel sedang biasanya terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kiri dan kanan, akan tetapi aktivitas ventrikel kiri lebih meningkat. Pada defek septum ventrikel besar, elektrokardiogram memperlihatkan hipertrofi biventrikuler dengan tanda deviasi sumbu QRS ke kanan maka perlu dipikirkan adanya hipertensi pulmonal atau hipertrofi infundibulum ventrikel kanan yang menunjukkan adanya peningkatan aktivitas yang hebat baik ventrikel kann, maupun ventrikel kiri.Adanya gelombang R tinggi di V1 dan perubahan aksis ke kanan menunjukkan hipertrofi ventrikel kanan danhipertensi pulmonal. Adanya gelombang T yang teratur,mengindikasikan adanya kelebihan beban sistolik ventrikel kanan dalam beberapabulan awalkehidupan. Kadang tampak gambaran pembesaran atrium kiri (P mitral). Bila telah terjadi hipertensi pulmonal maka hipertrofi ventrikel kanan tampak makin menonjol; pada sindrom Eisenmenger dominasi kanan yang makin jelas, bahkan hipertrofi ventrikel kiri yang semula ada dapat menghilang. Pembesaran atrium kanan (P pulmonal) dapat menyertai hipertrofi ventrikel kanan yang berat.

Gambaran EKG pasien VSD. Menunjukkan deviasi aksis ke kiri dan pembesaran ventrikel kiri.

C. DUKTUS ARTERIOSUS PERSISTENMerupakan duktus arteriosus yang tetap terbuka setelah bayi lahir.

Gambaran EKG pada duktus arteriosus persisten: Duktus arteriosus persisten kecilGambaran EKG biasanya dalam batas normal. Duktus arteriosus persisten sedangEKG menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri dengan atau tanpa dilatasi atrium kiri.

Gambaran EKG pasien PDA, menunjukkan adanya hipertrofi ventrikel kiri. Duktus arteriosus persisten besarPada duktus arteriosus persisten yang besar, gambaran EKG menunjukkan kesan hipertrofi ventrikel kiri dan bila tekanan arteri pulmonal tinggi akan menunjukkan gambaran hipertrofi biventrikular. Gambaran EKG yang ditemukan pada duktus arteriosus persisten antara lain: Abnormalitas atrial kiri Hipertrofi ventrikel kiri Bila duktus arteriosus persisten besar besar akan terbentuk aorticopulmonary window, dan akan memberikan gambaran hipertrofi biventricular. PR interval memanjang. Gelombang S yang dalam pada V1 dan gelombang R tinggi di V5 dan V6.

D. STENOSIS PULMONALMerupakan suatu keadaan terdapatnya obstruksi anatomis jalan keluar ventrikel kanan yang menyebabkan terjadinya perbedan tekanan antara ventrikel kanan dan kiri.

Gambaran EKG pada Stenosis Pulmonal: Pada stenosis pulmonal ringan : gambaran EKG normal. Stenosis sedang dan stenosis berat ditemukan deviasi aksis ke kanan dan hipertrofi ventrikel kanan dan dilatasi atrium kanan.Berikut beberapa contoh laporan kasus stenosis pulmonal :1. Stenosis pulmonal pada bayi perempuan 4 tahun dengan rubella syndrome. terdapat gambaran hipertrofi ventrikel kanan dan gelombang t memanjang (Tumbnail Guides to Congenital Heart Disease, 2005).

2. Stenosis pulmonal berat pada bayi 6 minggu. Pada EKG didapatkan deviasi aksis ke kanan, hipertrofi ventrikel kanan, dan tekanan yang meningkat pada ventrikel kanan (gelombang T datar / meninggi di sadapan prekordial anterior) (Boston Childrens Hospital, 2010).

E. STENOSIS AORTAMerupakan penyempitan aorta yang dapat terjadi pada tingkat subvalvular, valvular, atau supravalvular. Stenosis aorta ini biasanya berkombinasi dengan koarktasio aorta atau duktus arteriosus persisten.

Pada pemeriksaan EKG dapat menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri (LVH) umumnya terjadi pada stenosis aorta dan timbul sebagai akibat dari stenosis setelah mendapatkan tekanan tinggi pada ventrikel kiri pada waktu yang lama (LVH dengan respon yang timbul menjadi tekanan sebelah kiri ventrikel, tidak peduli apa penyebabnya). Bila ada tanda ini berarti stenosis biasanya berat, tapi bisa juga EKGnya normal. Pada beberapa keadaan gejala dan penemuan klinis lebih penting daripada EKG.

F. DEFEK SEPTUM ATRIOVENTRIKULARIS (DSAV)Defek Septum Atrioventrikularis (DSAV) ditandai dengan penyatuan defek septum atrium dan defek septum ventrikel disertai abnormalitas katup atrioventrikular.

Gambaran EKG pada pasien dengan DSAV: Kebanyakan memiliki irama jantung sinus, PR interval bisa memanjang akibat pembesaran pada atrium yang terlihat juga dari gelombang P. Aksis jantung akan bergeser menjadi left axis deviation akibat letak AV node dan His bundle yang tidak tepat. Axis QRS akan berada di antara -30 dan -90. Hipertrofi ventrikel kanan dan terdapatnya RSR pada lead prekordial kanan didapatkan akibat adanya peningkatan volume dan tekanan yang ada pada ventrikel dextra.

Sinus Takikardia 140 x/menit, Left Axis Deviation

Irama Sinus, 115 kali/menit, Left Axis Deviation, CRBBB

G. KOARKTASIO AORTAMerupakan penyempitan terlokalisasi pada aorta yang umumnya terjadi pada daerah duktus arteriosus dan dapat pula terjadi praduktal atau pascaduktal. Dua per tiga kasus koarktasio aorta disertai kelainan lain, yang paling sering adalah stenosis aorta dan defek septum vertikel (VSD).

Gambaran elektrokardiografi (EKG):1. Koarktasio aorta pada neonatus.Pada koarktasio berat dapat menunjukkan gambaran hipertrofi ventrikel kanan dan Right Bundle Branch Block (RBBB) (Sastroasmoro, et al., 1994).

Gambaran EKG Koarktasio Aorta pada Neonatus (The University of Chicago, 2012).Pada EKG di atas tampak rsR di V1 dan V2, dan S yang dalam di V6, menunjukkan adanya hipertrofi ventrikel kanan dan Right Bundle Branch Block (RBBB)2. Koarktasio aorta pada anak.Gambaran EKG: mungkin ditemukan gambaran hipertrofi ventrikel kiri, tetapi hal ini jarang ditemukan pada anak. Kalaupun ada menunjukkan adanya lesi lain misalnya stenosis aorta (Sastroasmoro, et al., 1994).

Gambaran EKG Koarktasio Aorta pada Anak (The University of Chicago, 2012)Pada EKG di atas tampak S yang dalam di V1, dan R yang tinggi di V6, menunjukkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.

H. TETRALOGI OF FALLOT (TOF)Merupakan salah satu macam penyakit jantung bawaan tipe sianotik. Terdapat empat kelainan anatomi, antara lain: Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara keduarongga ventrikel Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot di bawah klep juga menebaldan menimbulkan penyempitan Aorta overriding di mana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel kiri mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluardari bilik kanan Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karenapeningkatan tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonal. (Israr, 2010)

Elektrokardiografi pada tetralogi fallot menunjukkan deviasi sumbu ke kanan dan hipertrofi ventrikel kanan. Tanpa penemuan ini diagnosa tetralogi fallot, dengan atau tanpa atresiapulmonalis, meragukan. Bila ada stenosis pulmonal minimal dengan dengan shunt dari kiri ke kanan yang besar. Pada neonatus EKG tidak berbeda dengan anak normal. Pada anak mungkin gelombang T positif di V1, disertai deviasi sumbu QRS ke kanan dan hipertrofi ventrikel kanan. Gelombang P di hantaran II tinggi (P pulmonal) (Nasution, 2008).Biasanya terdapat ventrikel hipertrofi kanan dengan deviasi aksis ke kanan. Deviasi aksis superior terlihat pada pasien dengan tetralogi fallot dan defect kanal AV. Hipertrofi ventrikel kiri dan hipertrofi ventrikel kanan terlihat pada bayi dengan acyanotic pirau kiri ke kanan yang menyebabkan gagal jantung kongestif.

Gelombang P menonjol menunjukkan pembesaran atrium kanan. Deviasi sumbu kanan, gelombang R menonjol anterior dan gelombang S posterior, gelombang T tegak di V1 (setelah dua hari kehidupan), dan pola qR di lead dada sisi kanan juga dapat dilihat (Doyle, et al, 2000)

I. TRANSPOSISI ARTERI BESAR (TAB)KKondisi dimana pembuluh darah utama aorta (Ao) dan pembuluh darah paru (PA) posisinya tertukar. Aorta seharusnya keluar dari bilik kiri (LV) yang memompa darah bersih, sedangkan pembuluh darah paru keluar dari bilik kanan (RV) yang memompa darah kotor untuk dibersihkan di paru (Rahayu, 2007).

Gambaran EKG pada Transposisi Arteri Besar (TAB):1. Menunjukkan gelombang P mencolok dan hipertofi ventrikel kanan murni atau hipertrofi biventrikel.2. Terkadang, ada dominasi ventrikel kiri3. Sumbu QRS ke kanan, tetapi kadang-kadang normal atau bahkan ke kiri

Elektrokardiogram pada pasien dengan transposisi arteri besar mengikuti atrium tingkat perbaikan. Tampak sinus bradikardi dengan irama junctional bergantian dengan sinus ritme lambat dan adanya hipertrofi ventrikel kanan (Love, 2008).J. DOUBLE OUTLET RIGHT VENTRICLE (DORV)Pada kelainan ini, kedua arteri besar (aorta dan arteri pulmonalis) keluar dari ventrikel kanan, masing-masing dengan konusnya; kedua arteri besar ini tidak menunjukkan kontinuitas dengan katup mitral.

EKG pada sebagian besar kasus menunjukkan deviasi sumbu ke kanan dengan hipertrofi ventrikel kanan.

DAFTAR PUSTAKA

Alpaslan M. Patent Ductus Arteriosus (PDA) and the ECG. http://www.metealpaslan.com/ecg/pdaen.htm (diakses tanggal 14 Juni 2012).Aru W. Sudoyo dkk, 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Bambang M., Endah S. R., Rubian S. 2005. Penanganan Penyakit Jantung pada Bayi dan Anak.. Jakarta: IDAI.Behrman R. E. et al. 1996. Nelson Textbook of Pediatrics 15th Edition. Philadelpia : W.B. Saunders Company.Boston Childrens Hospital.2010. Pulmonary Stenosis: Electrocardiogram- Infant. Diakses dari http://www.childrenshospital.org/cfapps/mml/index.cfm?CAT=media&MEDIA_ID=322 (14 Juni 2012).Boston Childrens Hospital.2010. Pulmonary Stenosis: Electrocardiogram- Infant. Diakses dari http://www.childrenshospital.org/cfapps/mml/index.cfm?CAT=media&MEDIA_ID=322 (14 Juni 2012)Doyle, Thomas, et al. 2000. Pathophysiology; Clinical Features; and Diagnosis of Tetralogy of Fallot. http://cmbi.bjmu.edu (diakses tanggal 15 Juni 2012)Fogoros RN. 2011. Stenosis Aorta. http://heartdisease.about.com/cs/valvulardisease/a/aorticstenosis.htm (14 juni 2012)Guyton A. C., Hall J. E. 2007. Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. EGC : Jakarta.Israr, Yayan Akhyar. 2010. Tetralogi Fallot (TOF). Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru. http://www.Files-of-DrsMed.tk (diakses tanggal 15 Juni 2012)Love, BA, Mehta D, Fuster VF. 2008. Evaluation and management of the adult patient with transposition of the great arteries following atrial-level (Senning or Mustard) repair. Nature Clinical Practice Cardiovascular Medicine (2008) 5, 454-467Nasution, Akhyar H. 2008. Tetralogi Fallot. Majalah Kedokteran Nusantara Volume 41 No 1 Universitas Sumatra UtaraPettersen, MD. 2011. Pediatric Complete Atrioventricular Septal Defects Workup. Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/893914-workup#a0721 (diakses tanggal 15 Juni 2012)Rahayu, AU. 2007. Transposisi Arteri Besar. http://www.pjnhk.go.id/content/view/209/31/ (diakses 14 Juni 2012)Sastroasmoro S., Madiyono B. 1994. Buku Ajar Kardiologi Anak. Jakarta : IDAI.Surawicz, B, Knilans, T. 2001. Chou's Electrocardiography in Clinical Practice. Adult and Pediatric. 5th ed. Philadelphia: WB Saunders. The University of Chicago. 2012. Coarctation of the Aorta (CoA). http://pediatriccardiology.uchicago.edu/MP/CHD/Coarctation/Coarctation.htmTipple Marion. 2011. ECG Answer for March 9th 2011. Diakses dari http://www.paedcard.com/files/9mar11a.html (14 Juni 2012).Tipple Marion.2011. ECG Answer for March 9th 2011. Diakses dari http://www.paedcard.com/files/9mar11a.html (14 Juni 2012)Tumbnail Guides to Congenital Heart Disease. 2005. Pulmonary Stenosis (4 Years Old Girl with Rubella Syndrome).Diakses dari http://www.med.nus.edu.sg/paed/resources/cardiac_thumbnail/common/ps/ECG_ps.htm (14 Juni 2012).Tumbnail Guides to Congenital Heart Disease. 2005. Pulmonary Stenosis (4 Years Old Girl with Rubella Syndrome).Diakses dari http://www.med.nus.edu.sg/paed/resources/cardiac_thumbnail/common/ps/ECG_ps.htm (14 Juni 2012)University of Chicago. 2003. Patent Ductus Arteriosus (PDA). http://pediatriccardiology.uchicago.edu/MP/ECG/ECG1.htm (diakses tanggal 13 Juni 2012)Wahab A. S. 2009. Kardiologi Anak Penyakit Jantung Kongenital yang Tidak Sianotik. Jakarta : EGC.Wahab, A. S.,2009. Kardiologi Anak Penyakit Jantung Kongenital yang Tidak Sianotik. EGC: Jakarta.

25