tugas filsafat ilmu
DESCRIPTION
tugas filsafat ilmuTRANSCRIPT
-
5/26/2018 Tugas Filsafat Ilmu
1/9
0
FILSAFAT ILMU
TUGAS I
-
5/26/2018 Tugas Filsafat Ilmu
2/9
1
DAFTAR ISI
Daftar Isi 1
A. Cara Memperoleh Hukum dan Teori 2
B. Kritik Chalmers terhadap Induksi dan Deduksi 2
1. Induksi 2
2. Deduksi 3
C. Pandangan Metodologis Karl Popper 3
1. Pembelaan Popper yang Tidak Memadai 4
2. Popper Tentang Pendekatan ke Kebenaran 6
D. Implikasi Pandangan Karl Popper terhadap Pengembangan
Prodi Gizi & Kesehatan 6
-
5/26/2018 Tugas Filsafat Ilmu
3/9
2
A. Cara Memperoleh Hukum dan Teori
Pengetahuan ilmiah ialah pengetahuan yang telah dibuktikan kebenarannya. Teori-
teori ilmiah ditarik dengan cara ketat dari fakta-fakta pengalaman yang diperoleh lewat
observasi dan eksperimen. Dari pernyataan-pernyataan yang dihasilkan lewat observasi atau
yang bisa disebut dengan keterangan-keterangan observasi, kemudian menjadi dasar untuk
menarik hukum-hukum dan teori-teori yang membentuk pengetahuan ilmiah.
"Ilmu berpijak pada suatu dasar yang kukuh yang diperoleh melalui observasi dan
eksperimen, dan pada pikiran bahwa ada semacam prosedur penarikan kesimpulan yang
memungkinkan kita menarik teori teori ilmiah lewat observasi dan eksperimen dengan cara
yang dapat dipercaya."
Teori-teori dapat berubah seiring dengan penemuan fakta-fakta baru yang dapat
menyangkal teori sebelumnya.
B. Kritik Chalmers terhadap Induksi dan Deduksi
1. InduksiMenurut Chalmers, pandangan kaum induktivis sangat keliru dan bahkan
menyesatkan secara berbahaya karena menurut mereka ilmu bertolak dari observasi.
Keterangan-keterangan observasi menjadi dasar untuk menarik hukum dan teori yang
membentuk pengetahuan ilmiah. Penyimpulan induktif yang jelas valid karena
memenuhi kriteria yang telah dispesifikasi oleh prinsip induksi, dapat membawa ke satu
keimpulan yang salah, sekali pun fakta menunjukkan bahwa semua premisnya benar.
Dengan demikian, jelas induksi tidak dapat dibenarkan berdasarkan logika semata.
Disamping berputar-putar dalam usaha untuk membenarkan prinsip induksi,
prinsip induksi masih menderita banyak kekurangan dan kelemahan. Kelemahan-
kelemahan tersebut berpangkal pada kekaburan dan kebimbangan dari tuntutan bahwa
sejumlah besar observasi harus dilakukan pada variasi keadaan yang luas. Variasi
kondisi yang luas dalam prinsip induksi telah menimbulkan persoalan-persoalan serius
bagi kaum induktivis.
Makin besar jumlah observasi yang membentuk dasar suatu induksi, makin
besar variasi kondisi di mana observasi dilakukan, maka makin besarlah pula probabilitas
-
5/26/2018 Tugas Filsafat Ilmu
4/9
3
hasil generalisasi itu benar. Sekalipun, prinsip induksi dalam bentuk versi probabilitas
dapat dibenarkan, ia tetap masih menimbulkan persoalan lanjutan yang harus dihadapi
oleh kaum induktivis yang sangat berhati-hati. Persoalan itu berhubungan dengan
kesulitan yang dijumpai bila mencoba menentukan secara persis bagaimana probabilitas
suatu hukum atau teori dilihat dari segi pembuktian yang terperinci.
Hume telah menunjukkan bahwa induksi tidak dapat dibenarkan dengan
mengajukan appeal kepada logika atau pengalaman lalu menyimpulkan bahwa ilmu
tidak dapat dibenarkan secara rasional. Selain itu, salah satu yang melemahkan
induktivitas adalah bahwa semua pengetahuan non-logis mesti berasal dari pengalaman
dan menentang masuk akalnya prinsip induksi atas dasar beberapa pertimbangan lain.
Bagaimanapun, menganggap prinsip induksi sebagai suatu hal yang sudah jelas tidaklah
diterima. Karena jelas itu relatif dan banyak tergantung pada tingkat pendidikan
seseorang. Respon ketiga terhadap problema induksi melibatkan penolakan bahwa ilmu
didasarkan pada induksi.
2. DeduksiMenurut Chalmers, prinsip deduktif bagi kalangan ilmuwan adalah hukum-
hukum dan teori yang bersifat universal, maka dari situ dimungkinkan baginya menarik
konsekuensi-konsekuensi yang bisa digunakan untuk memberikan penjelasan-penjelasan
dan ramalan-ramalan. Prinsip dari suatu deduksi apabila premis-premis suatu deduksi
benar secara logis, maka kesimpulan mesti benar. Akan tetapi, logika dan deduksi saja
tidak dapat mengukuhkan kebenaran mengenai keterangan fakta-fakta. Suatu argumen
bisa merupakan deduksi logis yang sempurna, walau pun ada premis yang tidak sesuai
dengan kenyataan sebenarnya. Oleh karenanya, deduksi logika saja tidak dapat berlaku
sebagai sumber suatu keterangan yang benar tentang dunia. Deduksi berkaitan dengan
penarikan keterangan-keterangan dari keterangan-keterangan lain yang sudah diketahui.
C. Pandangan Metodologis Karl Proper
Pada masa itu, Karl Popper melakukan kritik terhadap kecenderungan metodologi
sains yang didominasi oleh Positivisme. Positivisme adalah sebuah aliran filsafat yang
bahkan sampai detik ini masih berjaya dan dianggap sebagai aksioma oleh para saintis
maupun masyarakat umum. Karl Popper mengajukan sebuah gagasan yang menarik
mengenai falsifikasi. Penggunaan istilah falsifikasi adalah untuk menyatakan bahwa setiap
-
5/26/2018 Tugas Filsafat Ilmu
5/9
4
penelitian ilmiah dituntun oleh teori tertentu yang mendahuluinya atau suatu keadaan yang
salah, tidak benar, tidak correct.
Dalam filsafat ilmu Karl Popper, selama suatu teori belum bisa difalsifikasi, maka ia
akan dianggap benar. Artinya, keyakinan kebenaran teori tersebut tidak mutlak, hanya
merupakan keyakinan yang memadai. Namun ketika teori itu difalsifikasi, maka akan
menimbulkan keyakinan mutlak bahwa teori tersebut salah. Artinya yang akan memberikan
keyakinan mutlak adalah falsifikasi, bukan verifikasi. Contoh, Semua zat akan memuai jika
dipanaskan. Teori ini telah menjadi sebuah mitos selama berabad-abad dalam dunia fisika.
Namun dalam paradigma filsafat ilmu Popper, teori tersebut tidaklah dianggap sebagai
kebenaran mutlak. Namun ia akan dianggap benar dengan keyakinan yang memadai.
Kemudian terjadi penemuan air yang mendekati titik beku dapat menggugurkan teori itu.
Inilah yang dimaksud dengan falsifikasi oleh Karl Popper.
Dengan senang hati saya mengakui bahwa falsifikasionis seperti saya sendiri jauh
lebih suka berusaha memecahkan persoalan yang menarik dengan melakukan dugaan yang
berani, walaupun (dan terutama) apabila tidak lama kemudian ternyata salah, daripada
mengulang suatu rangkaian kebenaran-basi yang tidak relevan. Kami lebih suka ini karena
kami percaya bahwa begitu lah caranya kita dapat belajar dar i kesalahan kesalahan ki ta,
dan setelah mengetahui bahwa dugaan kita salah, kita akan belajar banyak tentang
kebenaran, dan akan makin mendekati kebenaran.
1. Pembelaan Popper yang Tidak MemadaiBuku Popper berjudul The Problem of the Empirical Base, ia menguraikan
suatu pandangan tentang observasi dan keterangan-observasi yang memperhitungkan
fakta bahwa keterangan-observasi yang tidak fallibel tidak dihasilkan langsung
melalui persepsi indera. Pandangan Popper menyoroti pentingnya perbedaan antara
keterangan-observasi publik di satu pihak dan pengalaman-pengalaman persepsual
pribadi pengaman individual di lain pihak.
Tiap keterangan empiris ilmiah dapat dikemukakan (dengan menguraikan
aturan-aturan eksperimennya, dsb.) sedemikian rupa sehingga siapapun yang
mengetahui teknik bersangkutan dapat mengujinya. Apabila sebagai hasil, si penguji
menolak keterangan itu, maka hal itu tidak akan memberikan kepuasan kepada kita
apabila ia hanya memberitahukan kepada kita segala rasa sangsinya atau perasaan
keyakinannya akan persepsinya saja. Apa yang harus si penguji lakukan ialah
merumuskan suatu keterangan yang bertentangan dengan keterangan kita, dan
-
5/26/2018 Tugas Filsafat Ilmu
6/9
5
memberikan instruksinya kepada kita untuk mengujinya. Apabila ia gagal beruat
demikian, kita hanya dapat menasehatinya untuk memandang sekali lagi dan mungkin
dengan lebih cermat eksperimen kita, dan memikirkannya sekali lagi.
Inti sari dari pandangan Popper tentang keterangan-obsevasi adalah bahwa
akseptabilitas mereka diukur dengan kemampuannya untuk dapat tahan uji. Yang
gagal dalam ujian harus ditolak, sedangkan yang lulus dari segala ujian dipertahankan
dengan percobaan. Popper menekankan pada peranan keputusan individu-individu
atau grup-grup individu untuk menerima atau menolak apa yang disebut sebagai
keterangan dasar.Ia menulis :Keterangan-keterangan dasar diterima sebagai hasil
suatu keputusan atau persetujuan dan dalam batas itu mereka adalah konvensi-
konvensi.
Penekanan Popper pada kesadaran keputusan individual telah
memperkenalkan unsur subjektif yang sebenarnya bertentangan dengan apa yang ia
kemukakan tentang ilmu sebagai suatu proses tanpa subjek. Suatu keterangan
observasi dapat diterima dengan percobaan , pada suatu tingkat tertentu
perkembangan ilmu apabila ia dapat bertahan terhadap segala ujian yang
dimungkinkan oleh ilmu bersangkutan pada tingkat perkembangan ilmu itu.
Menurut pandangan kaum Popperian, keterangan-observasi yang membentuk
dasar teori ilmiah adalah fallible. Popper menekankan hal ini dengan metafora yang
sangat menarik :
Dasar empiris ilmu yang objektif dengan demikian tidak ada yang absolut.
Ilmu tidak terletak di atas satu batu besar yang kukuh. Struktur teorinya berdiri
seakan-akan diatas rawa. Bagaikan rumah yang dibangun diatas tiang-tiang. Tiang-
tiang itu dipancangkan ke dalam rawa, tapi tidak sampai pada suatu dasar yang
wajar, dan apabila kita berhenti memancangkan tiang-tiang itu lebih dalam, maka itu
bukan karena kita telah mencapai dasar rawa yang kukuh. Kita berhenti hanya
karena merasa puas bahwa tiang-tiang itu telah cukup kuat untuk menahan bangunan
itu, sekurang-kurangnya untuk sementara waktu.
Akan tetapi justru karena keterangan-observasi adalah fallible dan
penerimaannya hanya secara percobaan serta terbuka untuk di revisi, maka ia
bertentangan dengan pandangan falsifikasionis. Teori - teori tidak dapat konklusif
difalsifikasi, karena keterangan-observasi yang menjadi dasar untuk falsifikasi itu
sendiri mungkin salah dilihat dari perkembangannya selanjutnya.
-
5/26/2018 Tugas Filsafat Ilmu
7/9
6
2. Popper Tentang Pendekatan ke KebenaranSumbangan penting Popper dalam usaha untuk menerangkan bahwa ilmu
adalah pencarian akan kebenaran,ialah pengakuannya akan arti penting ide untuk
mendekat ke kebenaran.Misalnya mereka ingin bisa berkata bahwa teori Newton lebih
dekat ke kebenaran daripada teori Galileo, walaupun kedua-duanya salah. Popper
menyadari bahwa penting baginya untuk membuat ide tentang mendekat ke kebenaran
itu sedemikian rupa, sehingga masuk akal untuk mengatakan, misalnya bahwa teori
Newton merupakan pendekatan ke kebenaran yang lebih baik daripada teori Galileo.
Popper menganggap kemajuan sebagai pendekatan beruntun ke kebenaran
mempunyai ciri instrumentalis yang menyimpang dari aspirasi-aspirasinya yang
realis.
Objektivitas Popper jika dibahas dari segi pandangan materialistis , dipandang
sebagai objektivitas yang kepalang-tanggung. Kesalahan utama terlihat pada Popper.
Bagi Popper, tujuan ilmu adalah kebenaran. Popper sering menulis seakan-akan
eksistensi suatu metode ilmiah yang tepat, ditentukan oleh ilmuwan individual yang
mempunyaisikap yang tepat. Popper menyebut hal ini sebagai metode ilmiah yang
tepat dengan istilah rasionalisme kritis. Subjektivisme Popper menjadi jelas secar
paradox, ketika ia membedakan tiga dunianya. Dunia 1 adalah dunia yang dihuni oleh
objek-objek fisik dan dunia. Dunia 2 dihuni oleh proses berpikir subjektif. Dunia 3
dihuni oleh teori, problema, argument, dsb. Keputusan-keputusan Popper hanya
mengenai penerimaan keterangan tunggal saja.
Notes :
a. Metodologi Popper tentang program-program riset ilmiah menjadikan pandanganobjektivis tentang ilmu didukung oleh Lakatos.
D. Implikasi Pandangan Karl Popper terhadap Pengembangan Prodi Gizi & Kesehatan
Ilmu berkembang maju melalui percobaan dan kesalahan serta melalui dugaan dan
penolakan. Hanya teori yang paling cocok yang dapat bertahan. Suatu hipotesa adalah
falsifiable apabila terdapat suatu keterangan observasi atau suatu perangkat keterangan
observasi yang tidak konsisten dengannya yakni, apabila ia dinyatakan sebagai benar maka ia
akan memfalsifikasi hipotesa itu. Kegiatan ilmu mengandung hipotesa-hipotesa yang tinggi
falsifiabilitasnya, diikuti dengan usaha-usaha yang matang dan tekun untuk memfalsifikasi.
-
5/26/2018 Tugas Filsafat Ilmu
8/9
7
Seperti yang dikatakan oleh Popper, Berusaha memecahkan persoalan yang menarik dengan
melakukan dugaan berani walaupun kemudian ternyata salah. Dengan begitu kita dapat
belajar dari kesalahan-kesalahan kita dan akan banyak belajar tentang kebenaran dan akan
semakin mendekati kebenaran.
Jika dihubungkan dengan ilmu Gizi dan Kesehatan yang berkembang saat ini, pastinya
akan banyak penelitian baru yang muncul di permukaan atas dasar masalah-masalah yang
berkembang di masyarakat. Karena dasar itu akan makin banyak hipotesa atas penelitian
yang berkembang, semakin banyak kesalahan atas hipotesa tersebut maka penelitian yang
dilakukan akan terus berlanjut sehingga ilmu yang didapatkan semakin banyak dan penelitian
tersebut akan semakin dekat dengan titik kebenarannya.
Selain itu, Popper juga menguraikan bahwa Suatu pandangan observasi dan
keterangan-observasi yang memperhitungkan fakta bahwa keterangan observasi yang tidak
falibel tidak dihasilkan langsung melalui persepsi indra. Kaitannya dengan ilmu Gizi dan
Kesehatan ialah suatu penelitian dari sebuah masalah harus diteliti sedemikian detail dan
sesuai dengan fakta yang terjadi agar hasil atau ilmu yang didapatkan bisa berguna ataupun
bermanfaat untuk masalah yang sedang dipecahkan, dan bisa membuat ilmu itu bertahan
dalam jangka waktu yang lama bukan hanya untuk sekarang tapi untuk masa yang akan
datang pula.
Tujuan ilmu menurut Popper adalah kebenaran. Dia menulis seakan-akan eksistensi
suatu metode ilmiah yang tepat, ditentukan oleh ilmuwan individual yang mempunyai sikap
yang tepat. Dia menyebut metode ini dengan istilah rasionalisme kritis. Sehingga perlu
dilakukan praktek oleh para individu yang bersikap dan bertujuan tegas untuk mencapai
kebenaran dengan cara menemukan dan mengoreksi kesalahan-kesalahan mereka.
Apabila dihubungkan dengan perkembangan prodi Gizi dan Kesehatan, maka dapat
dikatakan tujuan dari ilmu Gizi dan Kesehatan adalah untuk mencapai sebuah kebenaran
ilmiah. Setiap tahunnya pasti akan ada suatu inovasi-inovasi baru yang mendukung kemajuan
ilmu Gizi dan Kesehatan agar selalu bisa mengikuti perkembangan zaman dan kasus yang
ada. Namun tentunya inovasi-inovasi tersebut butuh beberapa pengujian kritis dan
eksperimental secara tegas. Hal tersebut dimaksudkan agar nantinya inovasi-inovasi tersebut
tidak berdampak buruk di kemudian hari.
Kemudian salah satu hubungan antara teori-teori ilmiah dengan dunia yang menjadi
sasaran pentrapan teori ilmiah adalah realisme. Realisme adalah teori-teori yang bertujuan
untuk menguraikan bagaimana dunia ini sebenarnya. Bagi kaum realis, ilmu bertujuan untuk
membuat keterangan-keterangan yang benar tentang bagaimana keaadaan dunia ini
-
5/26/2018 Tugas Filsafat Ilmu
9/9
8
sebetulnya. Kebenaran yang dipahami sebagai karakterisasi yang tepat mengenai realitas,
merupakan kebenaran yang objektif bagi kaum realis, seperti Popper.
Popper selalu berusaha untuk mempertahankan klaimnya yang menganggap penting
untuk berbicara tentang kebenaran sebagai tujuan ilmu dengan menjabarkan apa yang
dimaksud dengan klaim ilmiah bahwa ini adalah benar atau bahwa itu sesuai dengan fakta.
Contoh yang Popper berikan itu diambil dari kehidupan sehari-hari. Sama halnya dengan
perkembangan ilmu Gizi dan Kesehatan yang tentu saja membicarakan fakta-fakta dan
kebenaran yang bersumber dari pengetahuan serta penelitian. Ilmu ini tentu saja juga dapat
diaplikasikan di kehidupan sehari-hari karena memang subjek utama dari ilmu Gizi dan
Kesehatan adalah manusia.
Popper juga memandang bahwa fikiran manusia menjadi penentu dalam membentuk
hubungan antara dunia pertama tentang objek fisik dan dunia ketiga tentang teori, problema,
argumen, serta lainnya. Dengan demikian fikiran menjadi mediator antara dunia pertama
dan dunia ketiga. Sehingga dapat dikatakan juga bahwa nantinya fikiran manusia akan
mengubungkan objek-objek di alam dengan teori-teori kegizian. Tentunya fikiran manusia
jugalah yang menentukan bagaimana perkembangan prodi Gizi dan Kesehatan untuk
kedepannya, apakah akan menjadi lebih baik atau lebih buruk dari masa sekarang.