tugas jojo filsafat ilmu

151
PENGERTIAN FILSAFAT ILMU A. Pengertiaan Filsafat Ilmu Kata Filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia yang terdiri dari dua suku kata yakni philos yang berarti cinta, atau philia yang berarti persahabatan, dan kata sophos yang berarti inteligensi, kebijaksanaan, keterampilan, pengalaman, dan pengetahuan. Imam Bernadib menganggap bahwa kata filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia dan philosophos. Kata ini terambil dari kata philos dan sophia atau philos dan sophos. Philos berarti cinta dan sophia atau sophos berarti kebijaksanaan, pengetahuan dan hikmah. Seseorang dapat disebut telah berfilsafat menurut Bernadib, apabila seluruh ucapan dan perilakunya mengandung makna dan ciri sebagai orang yang cinta terhadap kebijaksanaan, cinta terhadap pengetahuan dan cinta terhadap hikmah. Menurut Harun Nasution, falsafat berasal dari bahasa Yunani yang tersusun dari dua kata, yakni philein dalam arti cinta dan sophos dalam arti hikmat (wisdom). Harun mengatakan bahwa orang Arab memindahkan kata Yunani philosophia ke dalam bahasa mereka dan menyesuaikannya dengan tabiat susunan kata-kata Arab, yaitu falsafa dengan pola fa’lala, fa’lalah dan fi’lal. Berdasarkan pola kalimat (kata) tersebut, maka penyebutan kata filsafat dalam bentuk kata benda seharusnya falsafah atau filsaf. Lebih lanjut Harun mengatakan bahwa kata filsafat yang banyak digunakan dalam bahasa Indonesia, sebetulnya bukan murni berasal dari bahasa Arab falsafah dan juga bukan murni dari bahasa Barat philosophy. Akan tetapi, kata filsafat ini merupakan gabungan dari keduanya (bahasa Arab dan Barat). Kata fil diambil dari bahasa Barat dan safah dari bahasa Arab. Berfilsafat menurut Harun adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma dan agama) dan dengan sedalam-dalamnya sampai ke dasar-dasar persoalan. 1

Upload: suherdi-priuk

Post on 24-Jun-2015

1.944 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

PENGERTIAN FILSAFAT ILMUA. Pengertiaan Filsafat IlmuKata Filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia yang terdiri dari dua suku kata yakni philos yang berarti cinta, atau philia yang berarti persahabatan, dan kata sophos yang berarti inteligensi, kebijaksanaan, keterampilan, pengalaman, dan pengetahuan. Imam Bernadib menganggap bahwa kata filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia dan philosophos. Kata ini terambil dari kata philos dan sophia atau philos dan sophos. Philos berarti cinta dan sophia atau sophos berarti kebijaksanaan, pengetahuan dan hikmah. Seseorang dapat disebut telah berfilsafat menurut Bernadib, apabila seluruh ucapan dan perilakunya mengandung makna dan ciri sebagai orang yang cinta terhadap kebijaksanaan, cinta terhadap pengetahuan dan cinta terhadap hikmah. Menurut Harun Nasution, falsafat berasal dari bahasa Yunani yang tersusun dari dua kata, yakni philein dalam arti cinta dan sophos dalam arti hikmat (wisdom). Harun mengatakan bahwa orang Arab memindahkan kata Yunani philosophia ke dalam bahasa mereka dan menyesuaikannya dengan tabiat susunan kata-kata Arab, yaitu falsafa dengan pola fa’lala, fa’lalah dan fi’lal. Berdasarkan pola kalimat (kata) tersebut, maka penyebutan kata filsafat dalam bentuk kata benda seharusnya falsafah atau filsaf.Lebih lanjut Harun mengatakan bahwa kata filsafat yang banyak digunakan dalam bahasa Indonesia, sebetulnya bukan murni berasal dari bahasa Arab falsafah dan juga bukan murni dari bahasa Barat philosophy. Akan tetapi, kata filsafat ini merupakan gabungan dari keduanya (bahasa Arab dan Barat). Kata fil diambil dari bahasa Barat dan safah dari bahasa Arab. Berfilsafat menurut Harun adalah berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma dan agama) dan dengan sedalam-dalamnya sampai ke dasar-dasar persoalan.

Bedasarkan pengertian itulah, maka Harun mendefinisikanfilsafatsebagai:•Pengetahuantentanghikmah;•Pengetahuantentangprinsipataudasar-dasar;•Mencarikebenaran;dan•Membahasdasar-dasardariapayangdibahas. M. Rasjidi dan Harifuddin Cawidu menyatakan bahwa falsafah (dalam bahasa Arab) berasal dari bahasa Yunani yakni dari kata philosophia, yang terambil dari akar kata philo atau philein yang berarti cinta (loving) dan shopia yang berarti pengetahuan, kebijaksanaan (hikmah atau wisdom). Jadi philosophia artinya cinta kebijaksanaan. Orang yang cinta kepada kebijaksanaan atau pengetahuan atau kebenaran menurut Rasjidi disebut philosophos, dalam bahasa Arab disebut failasuf.Dengan demikian, philosophos atau failasuf adalah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai usa dan tujuan hidupnya. Dengan kata lain, philosophos atau failasuf adalah orang yang mengabdikan dirinya kepada pengetahuan dan

1

Page 2: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

kebenaran. Rasjidi lebih lanjut menyatakan bahwa meskipun falsafah berasal dari bahasa Yunani sebagai daerah sumber awal kegiatan berfalsafah, tetapi dalam bahasa Arab asli terdapat suatu kata yang mirip dengan makna filsafat, yaitu kata hikmat.Menurut Rasjidi, makna asal dari kata hikmat adalah tali kendali yang digunakan pada seekor kuda untuk mengekang keliarannya. Juga berarti pengetahuan atau kebijaksanaan. Atas dasar itu, maka diambillah kata hikmat sebagai sinonim dari kata filsafat. Karena seseorang yang memiliki hikmat (pengetahuan) itu, seharusnya dapat lebih bijaksana dan dapat membentengi dirinya dari perbuatan rendah dan hina. Ali Mudhafir berpendapat bahwa kata filsafat dalam bahasa Indonesia memiliki padanan kata falsafah (bahasa Arab), philosophy (bahasa Inggris), philosophie (bahasa Jerman, Belanda dan Francis). Menurut Ali Mudhafir, semua kata itu berasal dari bahasa Yunani philosophia. Sedangkan kata philosophia itu sendiri terdiri dari dua suku kata, yakni philein, philos dan sophia. Philein berarti mencintai, philos berarti teman, sophos berarti bijaksana dan sophia berarti kebijaksanaan.Dengan demikian, kata filsafat secara etimologi menurut Mudhafir memiliki dua pengertian yang berbeda. Pertama, istilah filsafat dilihat dari asal kata philein dan sophos, maka ia berarti mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana (filsafat sebagai kata sifat). Kedua, istilah filsafat dilihat dari asal kata philos dan sophia, maka ia berarti teman kebijaksanaan.Sejarah telah mencatat bahwa istilah philosophia digunakan pertama kali oleh Pythagoras pada tahun 572 – 497 SM (sekitar abad ke-6 SM). Istilah philosophia ini muncul berawal ketika Pythagoras ditanya tentang apakah ia termasuk orang yang bijaksana. Pythagoras dengan rendah hati menjawab pertanyaan tersebut bahwa dirinya adalah pencinta kebijaksanaan (lover of wisdom).Tetapi istilah philosophia dan philosophos (falsafah dan failasuf) itu sendiri baru menjadi popular dan lazim digunakan pada masa Sócrates dan Plato (sekitar abad ke-5 SM). Plato (427-384 SM) mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli. Aristóteles (382-322 SM) mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan yang meliputi kebenaran yang objek kajiannya adalah ilmu metafísica, logika, retórika, etika, ekonomi dan estétika. Selain itu, Al-Farabi (870-950 M) seorang filosof Islam mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bagaimana hakekat alam yang sebenarnya. Sedangkan Descartes (1590-1650 M) mendefinisikan filsafat sebagai kumpulan ilmu pengetahuan yang meliputi pengetahuan tentang Tuhan, alam dan manusia. Sejalan dengan Descartes, Imanuel Kant (1724-1804 M) mengasumsikan bahwa filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan.Berdasarkan asumsi itulah, maka menurut Kant persoalan yang menjadipokok kajian filsafat, yaitu1. Apakah yang dapat manusia ketahui (dijawab oleh metafisika);2. Apa yangn seharusnya kita ketahui / dikerjakan manusia (dijawab oleh etika).3. Sampai dimana harapan manusia (dijawab oleh agama).

2

Page 3: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

4. Apa yang dinamakan manusia (dijawab oleh antropologi)

Dari pengertian dan definisi filsafat yang dikemukakan oleh para ahli an filosof sebagaimana tersebut di atas, dapat dipahami bahwa: 1. Filasafat adalah usaha spekulatif yang rasional, sistematik dan konseptual untuk memperoleh pengetahuan atau pandangan yang selengkap mungkin mengenai realitas (kebenaran). Tujuannya adalah untuk mengungkapkan atau menggambarkan dengan kata-kata, hakekat realitas akhir yang mendasar dan nyata.2 Filsafat adalah wacana tempat berlangsungnya penelusuran kritis terhadap berbagai pernyataan dan asumsi yang umumnya merupakan dasar suatu pengetahuan.3 Filsafat adalah wacana tempat berlangsungnya penelusuran kritis terhadap berbagai pernyataan dan asumsi yang umumnya merupakan dasar suatu pengetahuan.Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, maka dapat dipahami bahwa ruang lingkup pembahasan filsafat adalah, pertama, kajian yang berkenaan dengan pencarian kebenaran fundamental dengan cara : (a) argumentatif, yakni pemaparan pendapat yang rasional dengan disertai dasar-dasar penalarannya; (b) non-empirik, yakni tidak berdasarkan pemahaman inderawi. Kedua, penalaran filosofis yang umumnya sibuk menanyakan serta menelusuri makna dan penyebab dasar dari berbagai pengetahuan tanpa mengenal batas apapun, baik batas alamiah, apalagi batas buatan manusia, seperti batas ruang, waktu, agama atau kepercayaan, adat istiadat, etnik, ilmu, dan hal-hal lainnya. Penalaran filosofis yang dimaksud adalah penalaran yang selalu mengandung ciri-ciri skeptis (meragukan), menyeluruh (holistic, comprehensive), mendasar (radikal), kritis, dan analitis. Filsafat adalah upaya manusia untuk menemukan kebenaran hakiki melalui cara berpikir yang sistematis, komprehensif (menyeluruh, meluas), dan radikal (sampai ke akar-akarnya). Melalui berfikir filsafati, diharapkan manusia menjadi lebih mampu bersikap.

B.Cabang FilsafatDilihat dari kriteria dan sifat berfikir filsafat, maka filsafat dapat dibedakan dalam dua jenis pengertian. Pertama, filsafat sebagai reflective thinking, artinya filsafat sebagai aktivitas pikir murni. Dengan kata lain, kegiatan akal piker manusia dalam usahamengerti secara mendalam atas segala sesuatu. Dalam hal ini filsafat merupakan suatu daya atau kemampuan berpikir yang tinggi dari manusia dalam usaha memahami kesemestaan. Kedua, filsafat sebagai produk kegiatan berpikir murni dan terbentuk dalam suatu disiplin ilmu. Seiring dengan perkembangan dan dinamika masyarakat, filsafat kemudian berkembang dan melahirkan tiga cabang besar dan sekaligus sebagai objek kajiannya. Ketiga cabang pemikiran filsafat itu adalah ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Dari ketiga cabang filsafat ini kemudian berkembang lagi dan masing-

3

Page 4: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

masing melahirkan cabang tersendiri. Berikut penjelasan ketiga cabang filsafat tersebut dan perkembangannya.

1. OntologiOntologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti sesuatu yang berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi dapat diartikan sebagai ilmu atau teori tentang wujud hakekat yang ada. Menyoal tentang wujud hakiki obyek ilmu dan keilmuan (setiap bidang ilmu dalam jurusan dan program studi) itu apa ? Objek ilmu atau keilmuan itu adalah dunia empirik, dunia yang dapat dijangkau pancaindera. jadi objek ilmu adalah pengalaman inderawi. Dengan kata lain, ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hakekat sesuatu yang berwujud (yang ada) dengan berdasarkan pada logika logika senata.Ontologi sebagai cabang filsafat yang membicarakan tentang hakekat benda bertugas untuk memberikan jawaban atas pertanyaan “apa sebenarnya realitas benda itu ? apakah sesuai dengan wujud penampakannya atau tidak ?”

Dari teori hakekat (ontologi) ini kemudian muncullah bebrapa aliran dalam filsafat, antara lain :1. Filsafat Dualisme2. Filsafat Idialisme 3. Filsafat Materalisme4. Filsafat Skeptisisme5. Filsafat OgnotisismeJujun S. Suriasumantri menyatakan bahwa pokok permasalahan yang menjadi objek kajian filsafat mencakup tiga segi, yakni (a) logika (Benar-Salah), (b) etika (Baik-Buruk), dan (c) estetika (Indah-Jelek). Ketiga cabang utama filsafat ini lanjut Suriasumantri, kemudian bertambah lagi yakni, pertama, teori tentang ada: tentang hakekat keberadaan zat, hakekat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran yang semuanya terangkum dalam metafisika; kedua, kajian mengenai organisasi sosial / pemerintahan yang ideal, terangkum dalam politik. Kelima cabang filsafat ini – logika, etika, estetika, metafisika dan politik – menurut Suriasumantri, kemudian berkembang lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian lebih spesifik lagi yang disebut filsafat ilmuArgumen ontologis ini pertama kali dilontarkan oleh Plato (428-348 SM) dengan teori ideanya. Menurut Plato, tiap-tiap yang ada di alam nyata ini mesti ada ideanya. Idea yang dimaksud oleh Plato adalah definisi atau konsep universal dari tiap sesuatu. Plato mencontohkan pada seekor kuda, bahwa kuda mempunyai idea atau konsep universal yang berlaku untuk tiap-tiap kuda yang ada di alam nyata ini, baik itu kuda yang berwarna hitam, putih ataupun belang, baik yang hidup ataupun udah mati. Demikian pula manusia punya idea. Idea manusia menurut Plato adalah badan hidup yang kita kenal dan bisa berpikir. Dengan kata lain, idea manusia adalah ”binatang berpikir” ( _Êämlãq~1 – Arab). Konsep binatang berfikir atau _Êämlãq~1 ini bersifat universal, berlaku untuk seluruh manusia besar-kecil, tua-

4

Page 5: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

muda, lelaki-perempuan, manusia Eropa, Asia, India, China, dan sebagainya. Tiap-tiap sesuatu di alam ini mempunyai idea. Idea inilah yang merupakan hakekat sesuatu dan menjadi dasar wujud sesuatu itu. Idea-idea itu berada dibalik yang nyata dan idea itulah yang abadi. Benda-benda yang kita lihat atau yang dapat ditangkap dengan panca indera senantiasa berubah. karena itu, ia bukanlah hakekat, tetapi hanya bayangan, kopi atau gambaran dari idea-ideanya. Dengan kata lain, benda-benda yang dapat ditangkap dengan panca indera hanyalah khayalan dan ilusterasi sajan.Argumen ontologis kedua dimajukan oleh St. Augustine (354 – 430 M). Menurut Augustine, manusia mengetahui dari pengalaman hidupnya bahwa dalam alam ini ada kebenaran. Namun, akal manusia terkadang merasa bahwa ia mengetahui apa yang benar, tetapi terkadang pula merasa ragu-ragu bahwa apa yang diketahuinya itu adalah suatu kebenaran. Menurutnya, akal manusia mengetahui bahwa di atasnya masih ada suatu kebenaran tetap (kebenaran yang tidak berubah-ubah), dan itulah yang menjadi sumber dan cahaya bagi akal dalam usahanya mengetahui apa yang benar. Kebenaran tetap dan kekal itulah kebenaran yang mutlak. Kebenaran mutlak inilah oleh Augustine disebut Tuhan.

2. EpistimologiEpistemologi berasal dari kata episteme yang berati pengetahuan dan logos yang berarti ilmu. Jadi epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang pengetahuan dan cara memperolehnya. Epistemologi disebut juga teori pengetahuan, yakni cabang filsafat yang membicarakan tentang cara memperoleh pengetahuan, hakekat pengetahuan dan sumber pengetahuan. . Dengan kata lain, epistemologi adalah suatu cabang filsafat yang menyoroti atau membahas tentang tata-cara, teknik, atau prosedur mendapatkan ilmu dan keilmuan. Tata cara, teknik, atau prosedur mendapatkan ilmu dan keilmuan adalah dengan metode non-ilmiah, metode ilmiah dan metode problem solving. Pengetahuan yang diperoleh melalui pendekatan/metode non-ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh dengan cara penemuan secara kebetulan; untung-untungan (trial and error); akal sehat (common sense); prasangka; otoritas (kewibawaan); dan pengalaman biasa. Metode ilmiah adalah cara memperoleh pengeahuan melalui pendekatan deduktif dan induktif. Sedangkan metode problem solving adalah memecahkan masalah dengan cara mengidentifikasi permasalahan; merumuskan hipotesis; mengumpulkan data; mengorganisasikan dan menganalisa data; menyimpulkan dan conlusion; melakukan verifikasi, yakni pengujian hipotesis. Tujuan utamanya adalah untuk menemukan teori-teori, prinsip-prinsip, generalisasi dan hukum-hukum. Temuan itu dapat dipakai sebagai basis, bingkai atau kerangka pemikiran untuk menerangkan, mendeskripsikan, mengontrol, mengatasi atau meramalkan suatu kejadian secara lebih tepat.

3. AksiologoAksiologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang orientasi atau nilai suatu kehidupan. Aksiologi disebut juga teori nilai, karena ia dapat menjadi sarana

5

Page 6: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

orientasi manusia dalam usaha menjawab suatu pertanyaan yang amat fundamental, yakni bagaimana manusia harus hidup dan bertindak ? Teori nilai atau aksilogi ini kemudian melahirkan etika dan estetika. Dengan kata lain, aksiologi adalah ilmu yang menyoroti masalah nilai dan kegunaan ilmu pengetahuan itu. Secara moral dapat dilihat apakah nilai dan kegunaan ilmu itu berguna untuk peningkatan kualitas kesejahteraan dan kemaslahatan umat manusia atau tidak. Nilai (values) bertalian dengan apa yang memuaskan keinginan atau kebutuhan seseorang, kualitas dan harga sesuatu, atau appreacitive. Ilmu penegetahuan itu hanya alat (means) dan bukan tujuan (ends).Substansi ilmu itu bebas nilai (value-free), tergantung pada pemakaianya. Karena itu, sangat dihawatirkan dan berbahaya jika ilmu dan pengetahuan yang sarat muatan negatif itu dikendalikan atau jatuhnya ke orang-orang yang berakal picik, sempit, dan sektarian; berjiwa kerdil, kumuh dan jahat, bertangan besi dan kotor. Sekarang coba kita lihat, dimana-mana terjadi krisis-krisis: ketidak-berdayaan, kemerosotan, kebodohan, keresahan, kemiskinan, kesakitan, keterbelakangan, ketidak-percayaan, dan lainnya sebagai dampak mismanagement, misdirection, mismanipulation, dan lain sebagainya.

C. Pengertian ilmu dan pengetahuan.Data ilmu dan pengetahuan adalah dua buah kata yang merupakan kata majemuk, sehingga dalam penggunaannya sehari-hari selalu dirangkai dan membentuk satu arti, yakni ilmu pengetahuan. Namun, apabila dilihat dalam perspektif kemuliaan, ternyata kata ilmu dan pengetahuan mempunyai arti tersendiri.Pengetahuan mempunyaimakna yang sama dengan knowledge dalam bahasa Inggris. Dalam hal ini, antara pengetahuan dengan ilmu (science – Inggris) memiliki perbedaan makna utamanya pada penggunaannya. Menurut al-Ghazali sebagaimana yang dikutip oleh Cecep Sumarna bahwa, pengetahuan adalah hasil aktivitas mengetahui, yakni tersingkapnya suatu kenyataan ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan di dalamnya.Pengetahuan merujuk kepada apa yang kita kenal, ketahui atau fahami atau dapatkan melaui pengalaman, penginderaan, penyuluhan, pelatihan, percobaan, belajar, refleksi, intuisi, dan lainnya. Dengan kata lain, pengatahuan adalah apa yang kita ketahui. Pengetahuan berlangsung dalam dua bentuk dasar yang berbeda. Pertama, pengetahuan yang berfungsi untuk dinikmati dan memberikan rasa puas dalam hati manusia. Kedua, pengetahuan yang patut digunakan atau diterapkan dalam menjawab kebutuhan praktis. Dari dua bentuk dasar pengetahuan tersebut, kemudian melahirkan tiga macam pengetahuan, yakni pengetahuan tentang sains, filsafat dan mistik. Pengetahuan selalu memberi rasa puas dengan menangkap tanpa ragu terhadap sesuatu. Pengertian pengetahuan seperti itulah yang telah membedakannya dengan ilmu yang selalu menghendaki penjelasan lebih lanjut dari apa yang sekedar dituntut oleh pengetahuan. Muhammad Hatta memberikan pengertian yang berbeda antara pengetahuan dengan ilmu pengetahuan.Menuurut Hatta sebagaimana dikutip oleh M. Rasjidi dan Harifuddin Cawidu

6

Page 7: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

bahwa: ”pengetahuan yang didapat dari pengalaman disebut pengetahuan”, sedangkan ”yang didapat dengan jalan keterangan.disebut ilmu”. Ilmu (science – Yunani; ’Alima – Arab) secara etimologi berarti tahu atau pengetahuan. Tetapi secara terminologi ilmu atau science adalah pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri dan syarat-syarat tertentu.

Para ahli telah memberikan rumusan batasan ilmu pengetahuan (science) dengan formulasi yang berbeda-beda, antara lain1. Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag memberikan batasan defenisi ilmu. Menurutnya, ”ilmu adalah yang empiris, yang rasional, yang umum dan kumulatif (bertimbun-timbun) dan keempat-empatnya serentak.”2. Ashley Montagu: ”Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan pengalaman untuk menentukan hakikat dan prinsip tentang hal yang sedang dipelajari.”3. Dalam Ensiklopedi Indonesia sebagaimana dikutip Rasjidi dirumuskan bahwa: ”Ilmu Pengetahuan adalah suatu sistem dari pelbagai pengetahuan, yang masing-masing mengenai suatu lapangan pengalaman tertentu, yang disusun sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu, hingga menjadi kesatuan; suatu sistem dari pelbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasil pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan memakai metode-metode tertentu (induksi, deduksi).”4. Sutari Imam Barnadib: ”Ilmu pengetahuan adalah suatu uraian yang lengkap dan tersusun tentang suatu obyek.”5. Amir Daien Indrakusuma: ”Ilmu pengetahuan adalah uraian yang sistematis dan metodis tentang suatu hal atau masalah.”Ilmu adalah cabang pengetahuan dengan ciri-ciri tertentu. Ciri-cirinya adalah memiliki obyek, memiliki metode, memiliki sistematika, dapat diuji kebenarannya. Menurut Quraish Shihab, kata ilmu digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan. Dari segi bahasa, kata ilmu berasal dari bahasa Arab, ’ilm yang berarti kejelasan. Jadi ilmu adalah pengetahuan yang jelas tentang sesuatu.Quraish Shihab lebih lanjut mengatakan bahwa ilmu itu ada dua macam berdasarkan perspektif al-Quran. Pertama, ilmu yang diperoleh tanpa upaya manusia, yang disebut ilmu ladunni. Kedua, ilmu yang diperoleh karena usaha manusia, yang disebut ilmu kisbi. Sedangkan berdasarkan fungsinya, ilmu-ilmu itu dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelompok yaitu:

a. Ilmu untuk ibadah dalam arti khusus atau ritualb. Ilmu untuk mengembangkan pribadi manusia mencapai ahsani taqwimc. Ilmu untuk hidup berbudaya dengan sesama manusiad. Ilmu untuk memelihara, mengembangkan dan menciptakan lingkungan hidup yang lebih baik.Malik bin Nabi di dalam kitabnya, Intaj al-Mustasyriqin wa at-Saruhu Fi al-Fikriy al-Hadits sebagaimana yang dikutip oleh Quraish Shihab ”Ilmu pengetahuan adalah sekumpulan masalah serta sekumpulan metode yang dipergunakan menuju tercapainya masalah tersebut”. Dalam hal ini, Malik bin Nabi tidak membedakan

7

Page 8: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

antara ilmu dengan pengetahuan., Lebih lanjut Malik bin Nabi mengatakan:“Kemajuan ilmu pengetahuan bukan hanya terbatas dalam bidang- bidang tersebut, tetapi bergantung pula pada sekumpulan syarat-syarat psikologis dan sosial yang mempunyai pengaruh negatif dan positif sehingga dapat menghambat kemajuan ilmu pengetahuan atau mendorongnya lebih jauh. Ini menunjukkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan tidak hanya dinilai dengan apa yang dipersembahkannya kepada masyarakat, tetapi juga diukur dengan wujudnya suatu iklim yang dapat mendorong kemajuan ilmu pengetahuan itu.”Ilmu (science) merupakan pengetahuan yang menelaah dunia empirik, cara perolehannya melalui observasi, penginderaan, pengkajian, atau percobaan yang sistematik, metodis, dan koheren. Objek ilmu pengetahuan adalah dunia empirik atau alam materi yang diserap melalui panca indera yang lugas maupun yang dibantu oleh teknologi modern. Ilmu adalah dasar untuk peradaban manusia, dan perkembangan ilmu diwadahi oleh perguruan tinggi. Kita mengembangkan ilmu secermat-cermatnya untuk mengambil manfaat sebesar-besarnya dalam kehidupan manusia, dalam rangka pengabdian manusia (sebagai mahluk) kepada penciptanya (khaliq).Ilmu sangat erat kaitannya dengan kebenaran. Kita percaya bahwa kebenaran mutlak diwahyukan tuhan kepada manusia, sedangkan kebenaran yang dicapai itu sifatnya relatif, dan diantara kebenaran relatif ini dibagi dua, ialah filsafat yang bersifat ‘spekulatif’ dan ilmu atau sains yang bersifat ‘positif’.

Dalam sains (yang tidak melandaskan diri kepada tuhan), sebagai pemula keberadaan sains ditetapkan dalam empat asumsi dasar, yaitu:1. Bahwa dunia ini ada2. Kita bisa mengetahui dunia3. Kita mengetahui dunia melalui panca indera4. Fenomena-fenomena terkait dengan kausalDalam upaya quest for knowledge manusia menggunakan segala akal budinya, ialah rasio dan rasa. Bila ilmu barat hanya menyandarkan pada akal atau rasionya saja, sedangkan ilmu timur menekankan pada kalbu dan hanya sedikit rasio. Akan tetapi kita menghendaki untuk menggunakan rasio dan rasa secara seimbang pada tempat dan takaran yang benar.Kemampuan rasio terletak pada membedakan (atau menyamakan) dan menggolongkan (berdasarkan kesamaan itu). Selain itu menyatakan secara kuantitatif atau kualitatif, menyatakan hubungan-hubungan dan mendeduksinya (atau menginduksinya). Semua kemampuan itu berdasarkan ketentuan atau patokan-patokan yang sangat terperinci. Rasio tidak berdusta; dalam keadaan murni ia menyatakan secara tegas ya atau tidak. Kemampuan rasa terletak pada kreativitas, yang merupakan kegaiban, karena itu langsung berhubungan dengan tuhan. Kreativitas inilah yang merupakan pemula di segala bidang, nalar, ilmu, etika dan estetika. Sebagai pemula, kemampuan ini disebut intuisi. Etika (love) dan estetika (beauty) seluruhnya terletak pada rasa, sehingga tiadanya rasa tak mungkin ada etika dan estetika. Rasa tidak berpatokan sebagaimana dipunyai oleh rasio. Patokan ini

8

Page 9: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

disebut inferensi. Rasa adalah media kontak manusia dengan tuhan. Rasa yang terjaga menjadikan manusia berderajad lebih tinggi dari malaikat, sedangkan rasa yang tidak terjaga dari godaan syeitan menjadikan manusia jatuh martabat menjadi lebih rendah dari binatang sekalipun.Daya quest for knowledge (penguasaan ilmu) muslim melemah, ada hubungannya dengan melemahnya penggunaan akal dan nalar, sehubungan dengan pandangan teologis yang terlalu menonjolkan takdir, yang harus diupayakan adalah perenungan dalam melakukan nalar.Istilah science atau ilmu dalam pengertiannya yang lengkap dan menyeluruh adalah serangkaian kegiatan manusia dengan pikirannya dan menggunakan berbagai tata cara sehingga menghasilkan sekumpulan pengetahuan yang teratur mengenai gejala-gejala alami, kemasyarakatan dan perorangan untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, dan memberikan penjelasan atau melakukan penerapan. Ilmu pengetahuan itu timbul disebabkan oleh adanya kebutuhan-kebutuhan dan kemauan manusia untuk hidup bahagia dan sejahtera. Sehingga dalam mencapai dan memenuhi kebutuhan hidupnya itu, maka manusia menggunakan akal pikirannya. Hasil dari pemikiran manusia itulah, kemudian melahirkan berbagai ilmu pengetahuan seperti: ilmu pertanian, perikanan, humaniora, kesehatan, ilmu hukum, ilmu bahasa, Ilmu Pengetahuan Alam, dan lain sebagainya.Sesungguhnya masih banyak rumusan tentang definisi ilmu (science) yang dikemukakan oleh para ahli ilmu pengetahuan yang tidak dapat disebutkan semua. Tetapi kalau dicermati dari semua definisi atau batasan yang bermacam-macam itu dapat diketahui bahwa ilmu (science) merupakan pengetahuan yang bercirikan sistematik, rasional, empiris dan bersifat kumulatif. Sementara syarat-syarat sesuatu dapat disebut sebagai ilmu pengetahuan adalah harus mempunyai:1. obyek formal sendiri;2. metode penelitian;3. sistematika uraian; dan4. tujuan.Berdasarkan berbagai definisi dan pembagian ilmu sebagaimana yang disebutka di atas, maka secara garis besarnya objek ilmu dapat dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu alam materi dan nonmateri. Sains mutakhir yang mengarahkan pandangannya kepada alam materi, menyebabkan manusia membatasi ilmunya pada bidang tersebut. Bahkan sebagian mereka tidak mengakui adanya realitas yang tidak dapat dibuktikan di alam materi. Karena itu, objek ilmu menurut mereka hanya mencakup sains kealaman dan terapannya yang dapat berkembang secara kualitatif dan penggandaan, variasi terbatas, dan pengalihan antar budaya. Sedangkan ilmuwan muslim menyatakan bahwa objek ilmu mencakup alam materi dan nonmateri. Karena itu, ilmuwan muslim – kususnya kaum sufi – memperkenalkan ilmu untuk menggambarkan hirarki keseluruhan realitas wujud yang mereka sebut lima kehadiran Ilahi, yaitu :1. Alam materi2. Alam kejiwaan3. Alam ruh4. Sifat-sifat ilahiyah, dan

9

Page 10: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

5. Wujud zat ilahiCara memperoleh ilmu-ilmu tersebut ada dua macam sebagaimana yang dikemukakan oleh Quraish Shihab, yakni dengan ladunni dan dengan kasbi. Adapun sarana yang digunakan untuk memperoleh ilmu-ilmu tersebut adalah dengan melalui pendengaran, penglihatan (mata), akal dan hati. Sedangkan trial and error (coba-coba), pengamatan, percobaan dan tes-tes kemungkinan (probability) merupakan cara-cara yang digunakan ilmuwan untuk meraih pengetahuan

PENGANTAR KE FILSAFAT Manusia di atas bumi memiliki kebebasan untuk bertindak!, akan tetapi kita (manusia) mengikatkan diri, sekaligus membebaskan diri berdasarkan agama. Menurut pendekatan Islam, manusia bertugas sebagai abid dan khalifah. Dalam diri manusia terdapat 3 model yang harus diterima dan dilakukan :• Ikhtiar => Kemerdekaan manusia berusaha• Taqdir => Keharusan universal• Ikhlas => Kunci kebahagian hidup manusia, tidak ada kebahagiaan sejati tanpa keikhlasan, dimana keikhlasan selalu ada. Keikhlasan yang insani tidak mungkin ada tanpa kemerdekaan, (kemerdekaan dalam arti) :• Kerja sukarela tanpa paksaan yang didorong oleh kemauan murni• Kebebasan memilih sehingga pekerjaan itu benar-benar dilakukan sejalan dengan hati nurani Keikhlasan, merupakan pernyataan kreatif kehidupan manusia yang berasal dari perkembangan tidak terkekang daripada kemauan yang sebaik-baiknya. Dua aspek kehidupan manusiaa. Dunia : bersifat temporerAmal perbuatan dengan akibat baik dan buruk yang harus ditanggung secara individual dan komunal sekaligus.b. Akhirat : Abadi/Kekal/EternalPertanggung jawaban secara individual dan mutlak.

Jadi Individualitas :Kenyataan azasi yang pertama dan terakhir daripada kemanusiaan dan letak sebenarnya daripada nilai kemanusiaan itu sendiri, maka individualitas hanyalah yang azasi dan primer saja daripada kemanusiaan.Kenyataan lain, sekalipun bersifat sekunder ialah bahwa individu dalam suatu bentuk hubungan tertentu dengan dunia sekitarnya. Manusia hidup ditengah sesamanya. Kemerdekaan harus diciptakan untuk pribadi dalam konteks hidup ditengah alam dan masyarakat, sekalipun kemerdekaan adalah aesensi daripada kemanusiaan tidaklah berarti manusia selalu dan dimana saja merdeka adanya batas-batas tertentu itu dikarenakan adanya hukum. Hukum yang menguasai benda dan masyarakat, manusia sendiri tidak tunduk dan tidak pula tergantung kepada kemauan manusia, "keharusan universal" atau kepastian hukum atau takdir.Jadi kalau kemerdekaan pribadi diwujudkan dalam kontek hidup di tengah alam

10

Page 11: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

dan masyarakat dimana terdapat "keharusan universal" yang tidak tertaklukkan, maka apakah bentuk hubungan yang dipunyai oleh seseorang kepada dunia sekitarnya, sudah tentu hubungan penyerahan.

Pengakuan adanya kepastian hukum atau takdir hanyalah pengakuan akan adanya BATAS-BATAS KEMERDEKAAN. Sebaliknya suatu persaratan yang positif daripada kemerdekaan adalah: “pengetahuan tentang adanya kemungkinan-kemungkinan kreatif manusia, yaitu tempat bagi adanya usaha yang bebas dan bertanggungjawab' (dinamakan IKHTIAR artinya pilihan merdeka).

Ikhtiar adalah kegiatan merdeka dari individu yang berarti kegiatan dari manusia merdeka.

Pengetahuan adalah : segala hal yang diketahui tentang obyek tertentu Berdasarkan fungsi/kegunaan pengetahuan dibagi tiga katagori yaitu :• ETIKA => Pengetahuan tentang baik dan buruk• ESTETIKA => Pengetahuan tentang yang indah dan jelek• LOGIKA => Pengetahuan tentang yang benar dan yang salah Berdasarkan sumbernya, pengetahuan dibagi atas :1. FIKIRAN; PERASAAN; INDERA; INTUISI; WAHYU ILMU merupakan pengetahuan yang termasuk katagori logika dan gabungan dari sumber fikiran (rasio) dan indra yang disusun secara sistematis, diolah dengan metode tertentu, sehingga diperoleh hubungan kausalitas, fakta teori atau hukum. Berfilsafat adalah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran dengan berfikir seradikal-radikalnya, sistematis dan universal tentang fenomena alam semesta.

BERFILSAFAT => ketika ilmu sudah mencapai batas kemampuan BERNALAR => kegiatan berolah fikir => prosesnya disebut penalaran

MENGAPA KITA PERLU MEMPELAJARI FILSAFAT ILMU? Tujuannya adalah untuk mengembangkan kemampuan melakukan penalaran secara ilmiah. Filsafat ilmu dapat ditelusuri melalui tiga pembeda:1. ONTOLOGI => Melalui apa ? => Substansi2. EPISTOMOLOGI => Bagaimana ? => Proses3. AKSIOLOGI => Untuk apa ? => Manfaat Pengetahuan tersebut diketahui, disusun dan dimanfaatkan. Dalam upaya menemukan kebenaran ilmu, mencerdaskan kepada kriteria/ciri/teori:• KOHERENSI : Ciri kebenaran yang bertumpu kepada azas konsistensi• KORENPONDENSI : Ciri kebenaran yang bertumpu kepada kesesuaian antara materi yang dikandung oleh suatu pernyataan dengan obyek yang dikenai pernyataan dengan obyek yang dikenai pernyataan itu• PRAGMATISME : Ciri kebenaran yang bertumpu kepada berfungsi atau

11

Page 12: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

tidaknya suatu pernyataan dalam lingkup, ruang dan waktu tertentu. Tingkat kebenaran dalam AL-QUR'AN :1. ILMUL YAKIN => Kebenaran berdasarkan nalar/rasio2. AINNUL YAKIN => Kebenaran berdasarkan fakta3. HAQQUL YAKIN => Kebenaran yang haq/mutlak

Pengertian dari Aksiologi, Ontologi dan Epistemologi

I. PENGERTIAN AKSIOLOGIMenurut bahasa Yunani, aksiologi berasal dari kata axios artinya nilai dan logos artinya teori atau ilmu. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Aksiologi bisa juga disebut sebagai the theory of value atau teori nilai. Berikut ini dijelaskan beberapa definisi aksiologi. Menurut Suriasumantri (1987:234) aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang di peroleh. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (1995:19) aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Menurut Wibisono aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normative penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu.Jadi Aksiologi adalah bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong), serta tentang cara dan tujuan (means and and). Aksiologi mencoba merumuskan suatu teori yang konsisten untuk perilaku etis. Menurut Bramel Aksiologi terbagi tiga bagian :1. Moral Conduct, yaitu tindakan moral, Bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu etika.2. Estetic expression, yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan keindahan3. Socio-politcal life, yaitu kehidupan social politik, yangakan melahirkan filsafat social politik.Dalam Encyslopedia of philosophy dijelaskan aksiologi disamakan dengan value and valuation:1. Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak, Dalam pengertian yang lebih sempit seperti baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas mencakup sebagai tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran dan kesucian.2. Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai atau nilai-nilai. Ia sering dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya atau nilai dia.3. Nilai juga dipakai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai atau dinilai.Dari definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada masalah etika dan estetika.2. ILMU DAN MORALIlmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia. Karena dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan

12

Page 13: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

lebih mudah. Dan merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat berhutang kepada ilmu. Singkatnya ilmu merupakan sarana untuk membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.Ilmu tidak hanya menjadi berkah dan penyelamat manusia, tetapi juga bisa menjadi bencana bagi manusia. Misalnya pembuatan bom yang pada awalnya memudahkan untuk kerja manusia, namun kemudian digunakan untuk hal-hal yang bersifat negatif yang meninbulkan malapetaka bagi manusia itu sendiri, seperti bom yang terjadi di Bali. Disinilah ilmu harus diletakkan secara proporsional dan memihak kepada nilai-nilai kebaikan dan kemanusiaan. Sebab jika ilmu tidak berpihak kepada nilai-nilai, maka yang terjadi adalah bencana dan malapetaka.Setiap ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang kemudian akan diterapkan pada masyarakat. Teknologi dapat diartikan sebagai penerapan konsep ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah praktis baik yang berupa perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software). Dalam tahap ini ilmu tidak hanya menjelaskan gejala alam untuk tujuan pengertian dan pemahaman, namun lebih jauh lagi memanipulasi faktor-faktor yang terkait dalam gejala tersebut untuk mengontrol dan mengarahkan proses yang terjadi. Di sinilah masalah moral muncul kembali namun dalam kaitannya dengan faktor lain. Kalau dalam tahap kontempolasi moral berkaitan dengan metafisika maka dalam tahap manipulasi ini masalah moral berkaitan dengan cara penggunaan ilmu pengetahuan. Atau secara filsafati dalam tahap penerapan konsep terdapat masalah moral ditinjau dari segi aksiologi keilmuwan.3. KATEGORI DASAR AKSIOLOGITerdapat dua kategori dasar aksiologi :1. Objectivism, yaitu penilaian terhadap sesuatu yang dilakukan apa adanya sesuai keadaan objek yang dinilai.2. Subjectivism, yaitu penilaian terhadap sesuatu dimana dalam proses penilaian terdapat unsur intuisi (perasaan).Dari sini muncul empat pendekatan etika, yaitu :1. Teori nilai intuitif2. Teori nilai rasional3. Teori nilai alamiah4. Teori nilai emotifTeori nilai intuitif dan teori nilai rasional beraliran obyectivis sedangkan teori nilai alamiah dan teori nilai emotif beraliran subyektivis.1. Teori Nilai intuitif (The Intuitive theory of value)Teori ini berpandangan bahwa sukar jika tidak bisa dikatakan mustahil untuk mendefinisikan suatu perangkat nilai yang absolut. Bagaimanapun juga suatu perangkat nilai yang absolute itu eksis dalam tatanan yang bersifat obyektif. Nilai ditemukan melalui intuisi karena ada tatanan moral yang bersifat baku. Mereka menegaskan bahwa nilai eksis sebagai piranti obyek atau menyatu dalam hubungan antar obyek, dan validitas dari nilai tidak bergantung pada eksistensi atau perilaku manusia. Sekali seseorang menemukan dan mengakui nilai tersebut melalui proses intuitif, ia berkewajiban untuk mengatur perilaku individual atau sosialnya selaras dengan preskripsi moralnya.

13

Page 14: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

2. Teori nilai rasional (The rational theory of value)Bagi mereka janganlah percaya padanilai yang bersifat obyektif dan murni independent dari manusia. Nilai tersebut ditemukan sebagai hasil dari penalaran manusia. Fakta bahwa seseorang melakukan suatu yang benar ketika ia tahu degan nalarnya bahwa itu benar, sebagai fakta bahwa hanyaorang jahat atu yang lalai ynag melakukan sesuatu berlawanan dengan kehendak atau wahyu tuhan. Jadi dengan nalar atau peran tuhan nilai ultimo, obyektif, absolut yang seharusnya mengarahkan perilakunya.3. Teori nilai alamiah (The naturalistic theory of value)Nilai menurutnya diciptakan manusia bersama dengan kebutuhan-kebutuhan dan hasrat-hasrat yang dialaminya. Nilai adalah produk biososial, artefak manusia, yang diciptakan , dipakai, diuji oleh individu dan masyarakat untuk melayani tujuan membimbing perilaku manusia. Pendekatan naturalis mencakup teori nilai instrumental dimana keputusan nilai tidak absolute tetapi bersifat relative. Nilai secara umum hakikatnya bersifat subyektif, bergantung pada kondisi manusia.

4. Teori nilai emotif (The emotive theory of value)Jika tiga aliran sebelumnya menentukan konsep nilai dengan status kognitifnya, maka teori ini memandang bahwa konsep moral dan etika bukanlah keputusan factual tetapi hanya merupakan ekspresi emosi dan tingkah laku. Nilai tidak lebih dari suatu opini yang tidak bisa diverivikasi, sekalipun diakui bahwa penelitian menjadi bagian penting dari tindakan manusia.4. SIKAP ILMUWANSikap seorang ilmuwan menghadapi cara berfikir yang keliru pada hakikatnya adalah manusia yang biasa berfikir dengan teratur dan teliti. Bukan saja jalan pikirannya yang mengalir melalui pola-pola yang teraur namun juga segenap materi yang menjadi bahan pemikirannya dikaji dengan teliti. Disinilah kelebihan seorang ilmuwan dibandingkan dengan cara berfikir orang awam.Kumpulan dari pengetahuan yang sudah teruji kebenarannya secara ilmiah. Menurut Endrotomo Dalam ilmu dan teknologi, ilmu merupakan suatu aktivitas tertentu yang menggunakan metode tertentu untuk menghasilkan pengetahuan tertentu.Fungsi ilmu :1. Menjelaskan, contohnya menjelaskan semua fenomena kejadian alam2. Memprediksi,memprediksi segala sesuatu yang akan terjadi3. Mengontrol atau mengendalikan, dari hasil prediksi maka kita dapat mengontrol atau mengendalikan sesuatu yang akan terjadi.II. Pengertian OntologiOntologi sebenarnya merupakan bagian dari cabang ilmu filsafat yang merupakan klasifikasi dari kategori dan telah dipikirkan sejak Parmenides dan Aristoteles untuk menjawab pertanyaan esensi dari “sesuatu”. Penting untuk ditekankan disini adalah perbedaan dari ontologi dan suatu ontologi. Ontologi merupakan cabang dari filsafat sedangkan yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah suatu ontologi. Banyak peneliti yang membuat definisi tentang suatu ontologi. Untuk kepentingan tulisan ini, kita akan menggunakan definisi dari Oscar Corcho et.al [2006, hal 4]:Suatu ontologi adalah spesifikasi yang formal dan eksplisit dari suatu

14

Page 15: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

konsepsualisasi yang dipahami bersama. Konsepsualisasi merujuk pada suatu model abstrak dari fenomena di dunia ini dengan mengidentifikasikan konsep yang relevan dari fenomena tersebut. Eksplisit mempunyai arti bahwa tipe konsep yang digunakan, konsep yang digunakan, serta kendalakendala dalam penggunaannya didefinisikan secara eksplisit. Formal merujuk pada fakta bahwa ontologi tersebut seharusnya bisa terbaca oleh mesin. Dipahami bersama merefleksikan bahwa suatu ontologi berisi pengetahuan berdasarkan konsensus, yaitu bukan merupakan area privat atau beberapa individu tetapi diterima oleh kelompok.1. Komponen Utama Suatu OntologiA. Suatu ontologi secara minimal mempunyai komponen minimal berikut ini:• Kelas, merepresentasikan konsep. Konsep ini meliputi berbagai hal yang ada pada suatu domain tertentu. Sebagai contoh, dalam domain akuntansi, kos merupakan pengorbanan untuk memperoleh suatu aset tertentu sedangkan dalam domain perguruan tinggi kos merupakan tipe pemondokan. Konsep pada setiap domain ini bisa berbeda, bisa sama.• Relasi, merepresentasikan tipe asosiasi antar berbagai konsep dalam suatu domain.• Instance, merepresentasikan elemen atau individu dalam suatu ontologi.2. Siklus Hidup Pengembangan Suatu OntologiBeberapa peneliti telah melakukan berbagai penelitian dan merumuskan siklus hidup pengembangan suatu ontologi. Suatu ontologi dihasilkan melalui suatu siklus metodologi. Banyak metodologi yang didefinisikan, misalnya: Cyc, Uschold and King, Gruninger and Fox, Kactus, Methontologi, Sensus, OnToKnowledge1. Cyc mempunyai tiga fase yaitu pengkodean manual dari artikel dan berbagai pengetahuan, memperoleh pengetahuan baru melalui natural language atau machine learning tools (fase kedua, akuisisi ini dilakukan oleh manusia sedangkan pada fase yang ketiga digunakan tools untuk akuisisi ini.2. Uschold and King menetapkan 4 fase, yaitu:• Identifikasi kegunaan dari suatu ontologi• Membangun ontologi• Evaluasi ontologi, dan• Mendokumentasikan ontologi.3. Metodologi KACTUS menekankan pada arti penting dari aplikasi knowledge base sebagai dasar dari pembangunan ontologi. Ontologi dibangun menggunakan KB melalui proses abstraksi.

4. Metodologi Sensus menekankan pada pendekatan topdown untuk menurunkan ontologi untuk suatu domain yang spesifik dari ontologi yang sangat besar. Pada tahap awal diidentifikasikan sekumpulan cikal bakal istilah (seed terms) yang relevan untuk suatu domain. Istilah ini kemudian dihubungkan secara manual dengan ontologi besar yang mempunyai ruang lingkup luas (berisi lebih dari 50.000 konsep).

15

Page 16: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

5. Metodologi METHONTOLOGY memungkinkan untuk membangun suatu ontologi dari awal, reuse, atau melalui proses reengineering. Proses yang dilaksanakan pada metodologi ini terdiri atas fase utama berikut ini:

• Mengelola (terdiri atas penjadwalan, pengendalian, serta jaminan kualitas)• Proses membangun (terdiri atas masa sebelum pengembangan studi lingkungan dan studi kelayakan, masa pengembangan spesifikasi,konsepsualisasi, formalisasi, impelementasi)• Masa setelah pengembangan ¬ pemeliharaan dan penggunaan)• Proses dukungan (akuisisi pengetahuan, evaluasi, integrasi, dokumentasi, penggabungan, pengelolaan konfigurasi, serta alignment).3. Pengertian EpistemologiManusia dengan latar belakang, kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti, dari manakah saya berasal? Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam? Apa hakikat manusia? Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia? Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia? Mana pemerintahan yang benar dan adil? Mengapa keadilan itu ialah baik? Pada derajat berapa air mendidih? Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya? Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain. Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinya.Pada dasarnya, manusia ingin menggapai suatu hakikat dan berupaya mengetahui sesuatu yang tidak diketahuinya. Manusia sangat memahami dan menyadari bahwa:1. Hakikat itu ada dan nyata;2. Kita bisa mengajukan pertanyaan tentang hakikat itu;3. Hakikat itu bisa dicapai, diketahui, dan dipahami;4. Manusia bisa memiliki ilmu, pengetahuan, dan makrifat atas hakikat itu. Akal dan pikiran manusia bisa menjawab persoalan-persoalan yang dihadapinya, dan jalan menuju ilmu dan pengetahuan tidak tertutup bagi manusia.Apabila manusia melontarkan suatu pertanyaan yang baru, misalnya bagaimana kita bisa memahami dan meyakini bahwa hakikat itu benar-benar ada? Mungkin hakikat itu memang tiada dan semuanya hanyalah bersumber dari khayalan kita belaka? Kalau pun hakikat itu ada, lantas bagaimana kita bisa meyakini bahwa apa yang kita ketahui tentang hakikat itu bersesuaian dengan hakikat eksternal itu sebagaimana adanya? Apakah kita yakin bisa menggapai hakikat dan realitas eksternal itu? Sangat mungkin pikiran kita tidak memiliki kemampuan memadai untuk mencapai hakikat sebagaimana adanya, keraguan ini akan menguat khususnya apabila kita mengamati kesalahan-kesalahan yang terjadi pada indra lahir dan kontradiksi-kontradiksi yang ada di antara para pemikir di sepanjang sejarah manusia?Persoalan-persoalan terakhir ini berbeda dengan persoalan-persoalan sebelumnya, yakni persoalan-persoalan sebelumnya berpijak pada suatu asumsi bahwa hakikat itu ada, akan tetapi pada persoalan-persoalan terakhir ini, keberadaan hakikat itu justru masih menjadi masalah yang diperdebatkan. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini. Seseorang sedang melihat suatu

16

Page 17: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

pemandangan yang jauh dengan teropong dan melihat berbagai benda dengan bentuk-bentuk dan warna-warna yang berbeda, lantas iameneliti benda-benda tersebut dengan melontarkan berbagai pertanyaan-pertanyaan tentangnya. Dengan perantara teropong itu sendiri, ia berupaya menjawab dan menjelaskan tentang realitas benda-benda yang dilihatnya. Namun, apabila seseorang bertanya kepadanya: Dari mana Anda yakin bahwa teropong ini memiliki ketepatan dalam menampilkan warna, bentuk, dan ukuran benda-benda tersebut? Mungkin benda-benda yang ditampakkan oleh teropong itu memiliki ukuran besar atau kecil?. Keraguan-keraguan ini akan semakin kuat dengan adanya kemungkinan kesalahan penampakan oleh teropong. Pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan keabsahan dan kebenaran yang dihasilkan oleh teropong. Dengan ungkapan lain, tidak ditanyakan tentang keberadaan realitas eksternal, akan tetapi, yang dipersoalkan adalah keabsahan teropong itu sendiri sebagai alat yang digunakan untuk melihat benda-benda yang jauh.Keraguan-keraguan tentang hakikat pikiran, persepsi-persepsi pikiran, nilai dan keabsahan pikiran, kualitas pencerapan pikiran terhdap objek dan realitas eksternal, tolok ukur kebenaran hasil pikiran, dan sejauh mana kemampuan akal-pikiran dan indra mencapai hakikat dan mencerap objek eksternal, masih merupakan persoalan-persoalan aktual dan kekinian bagi manusia. Terkadang kita mempersoalkan ilmu dan makrifat tentang benda-benda hakiki dan kenyataan eksternal, dan terkadang kita membahas tentang ilmu dan makrifat yang diperoleh oleh akal-pikiran dan indra. Semua persoalan ini dibahas dalam bidang ilmu epistemologi. Dengan demikian, definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan, dasar dan pondasi, alat, tolok ukur, keabsahan, validitas, dan kebenaran ilmu, makrifat, dan pengetahuan manusia.[3]A. Pokok Bahasan EpistemologiDengan memperhatikan definisi epistemologi, bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu, makrifat dan pengetahuan. Dalam hal ini, dua poin penting akan dijelaskan:1. Cakupan pokok bahasan, yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushûl. Ilmu itu sendiri memiliki istilah yang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu. Istilah-istilah ilmu tersebut adalah sebagai berikut:a. Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki, sains, teknologi, keterampilan, kemahiran, dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhûrî hushûlî, ilmu Tuhan, ilmu para malaikat, dan ilmu manusia.b. Ilmu adalah kehadiran (hudhûrî) dan segala bentuk penyingkapan. Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam. Makna ini mencakup ilmu hushûlî dan ilmu hudhûrî.c. Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushûlî dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik).d. Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakini.e. Ilmu adalah pembenaran yang diyakini.

17

Page 18: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

f. Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternal.g. Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan.h. Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografi.i. Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik.j. Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik.2. Sudut pembahasan, yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat, maka dari sudut mana subyek ini dibahas, karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi, logika, dan psikologi. Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu. Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu. Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat. Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi. Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika. Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu. Sudut pandang pembahasan akan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaan-perbedaan ilmu.Dalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan, pembagian dan observasi ilmu, dan batasan-batasan pengetahuan, dan dari sisi ini, ilmu hushûlî dan ilmu hudhûrî juga akan menjadi pokok-pokok pembahasannya. Dengan demikian, ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi.3. Metode EpistemologiDengan memperhatikan definisi dan pengertian epistemologi, maka menjadi jelaslah bahwa metode ilmu ini adalah menggunakan akal dan rasio, karena untuk menjelaskan pokok-pokok bahasannya memerlukan analisa akal. Yang dimaksud metode akal di sini adalah meliputi seluruh analisa rasional dalam koridor ilmu-ilmu hushûlî dan ilmu hudhûrî. Dan dari dimensi lain, untuk menguraikan sumber kajian epistemologi dan perubahan yang terjadi di sepanjang sejarah juga menggunakan metode analisa sejarah.4. Hubungan Epistemologi dengan Ilmu-Ilmu Laina. Hubungan Epistemologi dengan Ilmu Logika. Ilmu logika adalah suatu ilmu yang mengajarkan tentang metode berpikir benar, yakni metode yang digunakan oleh akal untuk menyelami dan memahami realitas eksternal sebagaimana adanya dalam penggambaran dan pembenaran. Dengan memperhatikan definisi ini, bisa dikatakan bahwa epistemologi jika dikaitkan dengan ilmu logika dikategorikan sebagai pendahuluan dan mukadimah, karena apabila kemampuan dan validitas akal belum dikaji dan ditegaskan, maka mustahil kita membahas tentang metode akal untuk mengungkap suatu hakikat dan bahkan metode-metode yang ditetapkan oleh ilmu logika masih perlu dipertanyakan dan rekonstruksi, walhasil masih menjadi hal yang diragukan.b. Hubungan epistemologi dengan Filsafat. Pengertian umum filsafat adalah

18

Page 19: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

pengenalan terhadap eksistensi (ontologi), realitas eksternal, dan hakikat keberadaan. Sementara filsafat dalam pengertian khusus (metafisika) adalah membahas kaidah-kaidah umum tentang eksistensi dalam dua pengertian tersebut, telah diasumsikan mengenai kemampuan, kodrat, dan validitas akal dalam memahami hakikat dan realitas eksternal. Jadi, epistemologi dan ilmu logika merupakan mukadimah bagi filsafat.

c. Hubungan epistemologi dengan Teologi dan ilmu tafsir. Ilmu kalam (teologi) ialah suatu ilmu yang menjabarkan proposisi-proposisi teks suci agama dan penyusunan argumentasi demi mempertahankan peran dan posisi agama. Ilmu tafsir adalah suatu ilmu yang berhubungan dengan metode penafsiran kitab suci. Jadi, epistemologi berperan sentral sebagai alat penting bagi kedua ilmu tersebut, khususnya pembahasan yang terkait dengan kontradiksi ilmu dan agama, atau akal dan agama, atau pengkajian seputar pluralisme dan hermeneutik, karena akar pembahasan ini terkait langsung dengan pembahasan epistemologi.5. Urgensi EpistemologiJika kita perhatikan definisi epistemologi dan hubungannya dengan ilmu-ilmu lainnya, maka jelaslah mengenai urgensi kajian epistemologi, terkhusus lagi apabila kita menyimak ruang pemikiran dan budaya yang ada serta kritikan, keraguan, dan persoalan inti yang dimunculkan seputar keyakinan agama dan dasar-dasar etika, fiqih, penafsiran, dan hak-hak asasi manusia dimana sentral dari semua pembahasan tersebut berpijak pada epistemologi.Hubungan epistemologi dengan persoalan politik adalah hal yang juga tak bisa disangkal dan saling terkait. Plato berkata pada penguasa Yunani ketika itu, “Anda tidak layak memerintah, karena Anda bukan seorang hakim (filosof).” Dan juga berkaitan dengan pemerintahan Islam bisa dikatakan bahwa karena manusia tak bisa memahami hakikat dirinya sendiri sebagaimana yang semestinya, maka penetapan hukum hanya berada ditangan Tuhan, dan para ulama yang adil adalah wakil Tuhan yang memiliki hak memerintah. Pada sisi lain, sebagian beranggapan bahwa makrifat agama adalah bukan bagian dari ilmu, dan untuk memerintah mesti dibutuhkan ilmu politik dan pemerintahan, sementara kaum ulama tersebut tak menguasainya, dengan demikian, mereka tidak berhak memerintah.Pembahasan seperti tersebut di atas membuktikan kepada kita pentingnya pengkajian epistemologi dan konklusi-konklusinya, dan dari aspek lain, begitu banyak ayat al-Quran berkaitan dengan argumentasi akal, memotivasi manusia untuk menggapai ilmu dan makrifat, dan menolak segala bentuk keraguan. Semua kenyataan ini berarti bahwa pencapaian keyakinan dan kebenaran adalah sangat mungkin dengan perantaraan akal dan argumentasi rasional, dan jika ada orang yang ragu atas realitas ini, maka minimalnya iaharus menerimanya untuk menjawab segala bentuk kritikan.Perbedaan hakiki manusia dan hewan terletak pada potensi akal-pikiran. Rahasia kemanusiaan manusia adalah bahwa ia mesti menjadi maujud yang berakal dan mengaplikasikan kekuatan akal dalam semua segmen kehidupannya serta seluruh kehendak dan iradahnya terwujud melalui pancaran petunjuk akal. Hal ini berarti bahwa jika akal dan rasionalitasnya dipisahkan dari kehidupannya, maka yang tertinggal hanyalah sifat kehewannya, dengan demikian, segala dinamika

19

Page 20: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

hidupnya berasal dari kecenderungan hewaninya.Manusia ialah maujud yang berakal dan seluruh aktivitasnya dinapasi oleh akal dan pengetahuan, maka dari itu, suatu rangkaian persoalan yang prinsipil menjadi terkonstruksi dengan tujuan untuk mencarikan solusi atas segala permasalahan yang timbul berkaitan dengan pengetahuan dan akal manusia, dimana hal itu merupakan pembatas substansial antara iadengan hewan.Yang pasti, jawaban atas segala persoalan mendasar niscaya dengan upaya-upaya rasional dan filosofis, karena ilmu-ilmu alam dan matematika tidak mampu memberikan solusi komprehensif dan universal atasnya. Karena telah jelas urgensi upaya rasional untuk kehidupan hakiki manusia, maka persoalan yang kemudian muncul ialah apakah akal manusia mampu menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut? Jika nilai dan validitas pengenalan akal belum ditegaskan, maka tidaklah berguna pengakuan akal dalam mengajukan solusi atas segala permasalahan yang dihadapi manusia, dan keraguan akan senantiasa bersama manusia bahwa apakah akal telah memberikan solusi yang benar atas perkara-perkara tersebut? Pertanyaan-pertanyaan ini adalah inti pembahasan epistemologi. Dengan begitu, sebelum melangkah ke arah upaya-upaya rasional dan filosofis, langkah pertama yang mesti diambil adalah membedah persoalan-persoalan epistemologi.Dengan ungkapan lain, apabila kita merujuk kepada daftar isi persoalan-persoalan yang berkaitan dengan pengetahuan, misalnya persoalan tentang keberadaan realitas eksternal dan kemungkinan terjalinnya hubungan manusia dengan realitas eksternal itu, maka akan menjadi jelas bagi kita bahwa epistemologi merupakan pemberi validitas dan nilai kepada seluruh pemikiran filsafat dan penemuan ilmiah manusia sedemikian sehingga kalau persoalan-persoalan yang berhubungan dengan ilmu dan pengetahuan tersebut belumlah menjadi jelas, maka tak satu pun pemikiran filsafat manusia dan penemuan ilmiah yang akan bernilai, karena semua aliran filsafat dan ilmu mengaku telah berhasil mengungkap hakikat alam, manusia, dan rahasia fenomena eksistensial lainnya.Berkenaan dengan urgensi epistemologi, kami akan kutip ungkapan seorang pemikir dan filosof Islam kontemporer asal Iran , Murthada Muthahhari , ia berkata “Pada era ini kita menyaksikan keberadaan aliran-aliran filsafat sosial dan ideologi yang berbeda dimana masing-masingnya mengusulkan suatu jalan dan solusi hidup. Aliran-aliran ini memiliki sandaran pemikiran yang bersaing satu sama lain untuk merebut pengaruh. Muncul suatu pertanyaan, mengapa aliran-aliran dan ideologi-ideologi tersebut memiliki perbedaan? Jawabannya, penyebab lahirnya perbedaan-perbedaan tersebut terletak pada perbedaan pandangan dunianya (word view) masing-masing. Hal ini karena, semua ideologi berpijak pada pandangan dunia dan setiap pandangan dunia tertentu akan menghadirkan ideologi dan aliran sosial tertentu pula. Ideologi menentukan apa yang mesti dilakukan oleh manusia dan mengajukan bagaimana metode mencapai tujuan itu. Ideologi menyatakan kepada kita bagaimana hidup semestinya. Mengapa ideologi mengarahkan kita? Karena pandangan dunia menegaskan suatu hukum yang mesti diterapkan pada masyarakat dan sekaligus menentukan arah dan tujuan hidup masyarakat. Apa yang ditentukan oleh pandangan dunia, itu pula yang akan diikuti oleh ideologi. Ideologi seperti filsafat praktis, sedangkan pandangan dunia menempati filsafat teoritis. Filsafat praktis bergantung kepada filsafat teoritis.

20

Page 21: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

Mengapa suatu ideologi berpijak pada materialisme dan ideologi lainnya bersandar pada teisme? Perbedaan pandangan dunia tersebut pada hakikatnya bersumber dari perbedaan dasar-dasar pengenalan, pengetahuan, dan epistemologi.

Epistemologi pada Zaman Yunani Kuno dan Abad PertengahanPerjalanan historis epistemologi dalam filsafat Islam dan Barat memiliki perbedaan bentuk dan arah. Perjalanan historis epistemologi dalam filsafat barat ke arah skeptisisme dan relativisme. Skeptisisme diwakili oleh pemikiran David Hume, sementara relativsime nampak pada pemikiran Immanuel Kant.Sementara perjalanan sejarah epistemologi di dalam filsafat Islam mengalami suatu proses yang menyempurna dan berhasil menjawab segala bentuk keraguan dan kritikan atas epistemologi. Konstruksi pemikiran filsafat Islam sedemikian kuat dan sistimatis sehingga mampu memberikan solusi universal yang mendasar atas persoalan yang terkait dengan epistemologi. Pembahasan yang berhubungan dengan pembagian ilmu, yakni ilmu dibagi menjadi gagasan/konsepsi (at-tashawwur)dan penegasan (at-tashdiq)atau hushûlî dan hudhûrî, macam-macam ilmu hudhûrî, dan hal yang terkait dengan kategori-kategori kedua filsafat Walaupun masih dibutuhkan langkah-langkah besar untuk menyelesaikan persoalan-persoalan partikular yang mendetail di dalam epistemologi.1. Sejarah Epistemologi dalam Filsafat BaratApabila kita membagi perjalanan sejarah filsafat Barat dalam tiga zaman tertentu (Yunani kuno, abad pertengahan, dan modern) dan menempatkan Yunani kuno sebagai awal dimulainya filsafat Barat, maka secara implisit bisa dikatakan bahwa pada zaman itu juga lahir epistemologi. Pembahasan-pembahasan yang dilontarkan oleh kaum Sophis dan filosof-filosof pada zaman itu mengandung poin-poin kajian yang penting dalam epistemologi.Hal yang mesti digaris bawahi ialah pada zaman Yunani kuno dan abad pertengahan epistemologi merupakan salah satu bagian dari pembahasan filsafat, akan tetapi, dalam kajian filsafat pasca itu epistemologi menjadi inti kajian filsafat dan hal-hal yang berkaitan dengan ontologi dikaji secara sekunder. Dan epistemologi setelah Renaissance dan Descartes mengalami suatu perubahan baru.

2. Epistemologi di Zaman Yunani KunoBerdasarkan penulis sejarah filsafat, orang pertama yang membuka lembaran kajian epistemologi adalah Parmenides. Hal ini karena iamenempatkan dan menekankan akal itu sebagai tolok ukur hakikat. Pada dasarnya, iamengungkapkan satu sisi dari sisi-sisi lain dari epistemologi yang merupakan sumber dan alat ilmu, akal dipandang sebagai yang valid, sementara indra lahir hanya bersifat penampakan dan bahkan terkadang menipu.Heraklitus berbeda dengan Parmenides, ia menekankan pada indra lahir. Heraklitus melontarkan gagasan tentang perubahan yang konstan atas segala sesuatu dan berkeyakinan bahwa dengan adanya perubahan yang terus menerus pada segala sesuatu, maka perolehan ilmu menjadi hal yang mustahil, karena ilmu memestikan kekonstanan dan ketetapan, akan tetapi, dengan keberadaan hal-hal yang senantiasa berubah itu, maka mustahil terwujud sifat-sifat khusus dari ilmu

21

Page 22: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

tersebut. Oleh karena itu, sebagian peneliti sejarah filsafat menganggap pemikirannya sebagai dasar Skeptisisme.Kaum Sophis ialah kelompok pertama yang menolak definisi ilmu yang bermakna kebenaran yang sesuai dengan realitas hakiki eksternal, hal ini karena terdapat kontradiksi-kontradiksi pada akal dan kesalahan pengamatan yang dilakukan oleh indra lahir.Pythagoras berkata, “Manusia merupakan parameter segala sesuatu, tolok ukur eksistensi segala sesuatu, dan mizan ketiadaan segala sesuatu. Gagasan Pythagoras ini kelihatannya lebih menyuarakan dimensi relativitas dalam pemikiran.Gorgias menyatakan bahwa sesuatu itu tiada, apabila ia ada, maka mustahil diketahui, kalau pun iabisa dipahami, namun tidak bisa dipindahkan.Socrates ialah filosof pertama pasca kaum Sophis yang lantas bangkit mengkritisi pemikiran-pemikiran mereka, dan dengan cara induksi dan pendefinisian, ia berupaya mengungkap hakikat segala sesuatu. Iamemandang bahwa hakikat itu tidak relatif dan nisbi.Democritus beranggapan bahwa indra lahir itu tidak akan pernah mengantarkan pada pengetahuan benar dan segala sifat sesuatu iabagi menjadi sifat-sifat majasi dimana dihasilkan dari penetapan pikiran seperti warna dan sifat-sifat hakiki seperti bentuk dan ukuran. Pembagian sifat ini kemudian menjadi perhatian para filosof dan sumber lahirnya berbagai pembahasan.Plato, murid Socrates, ialah filosof pertama yang secara serius mendalami epistemologi dan menganggap bahwa permasalahan mendasar pengetahuan indriawi itu ialah terletak pada perubahan objek indra. Iajuga berkeyakinan, karena pengetahuan hakiki semestinya bersifat universal, pasti, dan diyakini, maka objeknya juga harus tetap dan konstan, dan perkara-perkara yang senantiasa berubah dan partikular tidak bisa dijadikan objek makrifat hakiki. Oleh karena itu, pengetahuan indriawi bersifat keliru, berubah, dan tidak bisa diyakini, sementara pengetahuan hakiki (baca: pengetahuan akal) itu yang berhubungan dengan hal-hal yang konstan dan tak berubah ialah bisa diyakini, universal, tetap, dan bersifat pasti. Dengan dasar ini, iakemudian melontarkan gagasan tentang mutsul (maujud-maujud non-materi di alam akal).Pengetahuan hakiki dalam pandangan Plato ialah keyakinan benar yang bisa diargumentasikan, dimana pengetahuan jenis ini terkait dengan hal-hal yang konstan. Pengetahuan-pengetahuan selain ini ialah bersifat prasangka, hipotesa, dan perkiraan belaka. Begitu pula, definisi plato tentang pengetahuan dan makrifat lantas menjadi perhatian serius para epistemolog kontemporer.Lebih lanjut ia berkata bahwa panca indra lahir itu tidak melakukan kesalahan, melainkan kekeliruan itu bersumber dari kesalahan penetapan makna-makna maujud di ruang memori pikiran atas perkara-perkara indriawi.Aristoteles, murid Plato, lebih menekankan penjelasan ilmu dan pembuktian asumsi-asumsinya daripada menjelaskan persoalan yang berkaitan dengan probabilitas pengetahuan. Iayakin bahwa setiap ilmu berpijak pada kaidah-kaidah awal dimana hal itu bisa dibuktikan di dalam ilmu-ilmu lain, akan tetapi, proses pembuktian ini harus berakhir pada kaidah yang sangat gamblang yang tak lagi membutuhkan pembuktian rasional. Dalam hal ini, prinsip non-kontradiksi

22

Page 23: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

merupakan kaidah pertama yang sangat gamblang yang diketahui secara fitrah.Epicure (270-341 M) memandang indra lahir sebagai pondasi dan tolok ukur kebenaran pengetahuan. Makrifat yang diperoleh lewat indra itu merupakan makrifat yang paling diyakini kebenarannya, dengan perspektif ini, ilmu matematika dianggap hal yang tidak valid.Kaum Skeptis beranggapan bahwa kesalahan indra lahir dan akal itu merupakan dalil atas ketidakabsahannya. Sebagian dari mereka bahkan menolak secara mutlak adanya kebenaran dan sebagian lain memandang kemustahilan pencapaiannya. Perbedaan kaum Skeptis dengan kaum Sophis adalah bahwa argumentasi-argumentasi kaum Sophis menjadi pijakan utama kaum Skeptis. Gagasan Skeptisisme muncul sebelum Masehi hingga abad kedua Masehi yang dipropagandai oleh Agrippa (di abad pertama) dan kemudian dilanjutkan oleh Saktus Amirikus (di abad kedua).Walhasil, epistemologi di zaman Yunani kuno dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan dan kemudian dibahas dalam bentuk yang berbeda dalam filsafat. Dan semua persoalan, keraguan, jawaban, dan solusinya hadir dalam bentuk yang semakin kuat dan sistimatis serta terlontarnya pembahasan seputar probabilitas pengetahuan, sumber ilmu, dan tolok ukur kesesuaian dengan realitas eksternal.

3. Epistemologi pada Abad Pertengahan (dari Awal Masehi hingga Abad Kelimabelas)Inti pembahasan di abad pertengahan adalah persoalan yang terkait dengan universalitas dan hakikat keberadaannya, disamping itu, juga mengkaji dasar-dasar pengetahuan dan kebenaran.Plotinus, penggagas maktab neo platonisme, di abad ketiga masehi melontarkan gagasan-gagasan penting dalam epistemologi.Ia membagi tiga tingkatan persepsi (cognition): 1. Persepsi panca indra (sensuous perception), 2. Pengertian (understanding), 3. Akal (logos, intellect). Tingkatan pertama berkaitan dengan hal-hal yang lahir, tingkatan kedua adalah argumentasi, dan akal sebagai tingkatan ketiga, bisa memahami hakikat ‘kesatuan dalam kejamakan’ dan ‘kejamakan dalam kesatuan’ tanpa lewat proses berpikir. Dan tingkatan di atas akal adalah intuisi (asy-syuhud).Augustine (354-430 M) beranggapan bahwa ilmu terhadap jiwa dan diri sendiri itu tidak termasuk dalam ruang lingkup yang bisa diragukan oleh kaum Skeptis dan Sophis, di samping itu iamemandang bahwa ilmu itu sebagai ilmu yang paling benar dan proposisi-proposisi matematika adalah bersifat gamblang yang tidak bisa diragukan lagi. Pengetahuan indriawi itu, karena objeknya senantiasa berubah, tidak tergolong sebagai makrifat hakiki.Dalam pandangannya, ilmu dan pengetahuan dimulai dari diri sendiri, karena ilmu terhadap jiwa tidak bisa diragukan. Salah satu ungkapan beliau adalah “Saya ragu, oleh karena itu, saya ada“.

TEORI KEALAMAN1. Teori Atom John DaltonPada tahun 1803, John Dalton mengemukakan mengemukakan pendapatnya tentang atom. Teori atom Dalton didasarkan pada dua hukum, yaitu hukum

23

Page 24: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

kekekalan massa (hukum Lavoisier) dan hukum susunan tetap (hukum prouts). Lavosier mennyatakan bahwa “Massa total zat-zat sebelum reaksi akan selalu sama dengan massa total zat-zat hasil reaksi”. Sedangkan Prouts menyatakan bahwa “Perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa selalu tetap”. Dari kedua hukum tersebut Dalton mengemukakan pendapatnya tentang atom sebagai berikut:1. Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat dibagi lagi2. Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil, suatu unsur memiliki atom-atom yang identik dan berbeda untuk unsur yang berbeda3. Atom-atom bergabung membentuk senyawa dengan perbandingan bilangan bulat dan sederhana. Misalnya air terdiri atom-atom hidrogen dan atom-atom oksigen4. Reaksi kimia merupakan pemisahan atau penggabungan atau penyusunan kembali dari atom-atom, sehingga atom tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.Hipotesa Dalton digambarkan dengan model atom sebagai bola pejal seperti pada tolak peluru. Seperti gambar berikut ini:

Kelemahan:Teori dalton tidak menerangkan hubungan antara larutan senyawa dan daya hantar arus listrik.2. Teori Atom J. J. ThomsonBerdasarkan penemuan tabung katode yang lebih baik oleh William Crookers, maka J.J. Thomson meneliti lebih lanjut tentang sinar katode dan dapat dipastikan bahwa sinar katode merupakan partikel, sebab dapat memutar baling-baling yang diletakkan diantara katode dan anode. Dari hasil percobaan ini, Thomson menyatakan bahwa sinar katode merupakan partikel penyusun atom (partikel subatom) yang bermuatan negatif dan selanjutnya disebut elektron.Atom merupakan partikel yang bersifat netral, oleh karena elektron bermuatan negatif, maka harus ada partikel lain yang bermuatan positifuntuk menetrallkan muatan negatif elektron tersebut. Dari penemuannya tersebut, Thomson memperbaiki kelemahan dari teori atom dalton dan mengemukakan teori atomnya yang dikenal sebagai Teori Atom Thomson. Yang menyatakan bahwa:“Atom merupakan bola pejal yang bermuatan positif dan didalamya tersebar muatan negatif elektron”Model atomini dapat digambarkan sebagai jambu biji yang sudah dikelupas kulitnya. biji jambu menggambarkan elektron yang tersebar marata dalam bola daging jambu yang pejal, yang pada model atom Thomson dianalogikan sebagai bola positif yang pejal. Model atom Thomson dapat digambarkan sebagai berikut:

Kelemahan:Kelemahan model atom Thomson ini tidak dapat menjelaskan susunan muatan positif dan negatif dalam bola atom tersebut.3. Teori Atom RutherfordRutherford bersama dua orang muridnya (Hans Geigerdan Erners Masreden) melakukan percobaan yang dikenal dengan hamburan sinar alfa (λ) terhadap lempeng tipis emas. Sebelumya telah ditemukan adanya partikel alfa, yaitu

24

Page 25: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

partikel yang bermuatan positif dan bergerak lurus, berdaya tembus besar sehingga dapat menembus lembaran tipis kertas. Percobaan tersebut sebenarnya bertujuan untuk menguji pendapat Thomson, yakni apakah atom itu betul-betul merupakan bola pejal yang positif yang bila dikenai partikel alfa akan dipantulkan atau dibelokkan. Dari pengamatan mereka, didapatkan fakta bahwa apabila partikel alfa ditembakkan pada lempeng emas yang sangat tipis, maka sebagian besar partikel alfa diteruskan (ada penyimpangan sudut kurang dari 1°), tetapi dari pengamatan Marsden diperoleh fakta bahwa satu diantara 20.000 partikel alfa akan membelok sudut 90° bahkan lebih.Berdasarkan gejala-gejala yang terjadi, diperoleh beberapa kesipulan beberapa berikut:1. Atom bukan merupakan bola pejal, karena hampir semua partikel alfa diteruskan2. Jika lempeng emas tersebut dianggap sebagai satu lapisanatom-atom emas, maka didalam atom emas terdapat partikel yang sangat kecil yang bermuatan positif.3. Partikel tersebut merupakan partikelyang menyusun suatu inti atom, berdasarkan fakta bahwa 1 dari 20.000 partikel alfa akan dibelokkan. Bila perbandingan 1:20.000 merupakan perbandingan diameter, maka didapatkan ukuran inti atom kira-kira 10.000 lebih kecil daripada ukuran atom keseluruhan.Berdasarkan fakta-fakta yang didapatkan dari percobaan tersebut, Rutherford mengusulkan model atom yang dikenal dengan Model Atom Rutherford yang menyatakan bahwa Atom terdiri dari inti atom yang sangat kecil dan bermuatan positif, dikelilingi oleh elektron yang bermuatan negatif. Rutherford menduga bahwa didalam inti atom terdapat partikel netral yang berfungsi mengikat partikel-partikel positif agar tidak saling tolak menolak.Model atom Rutherford dapat digambarkan sebagai beriukut:

Kelemahan:Tidak dapat menjelaskan mengapa elektron tidak jatuh ke dalam inti atom.4. Teori Atom Bohrada tahun 1913, pakar fisika Denmark bernama Neils Bohr memperbaiki kegagalan atom Rutherford melalui percobaannya tentang spektrum atom hidrogen. Percobaannya ini berhasil memberikan gambaran keadaan elektron dalam menempati daerah disekitar inti atom. Penjelasan Bohr tentang atom hidrogen melibatkan gabungan antara teori klasik dari Rutherford dan teori kuantum dari Planck, diungkapkan dengan empat postulat, sebagai berikut:1. Hanya ada seperangkat orbit tertentu yang diperbolehkan bagi satu elektron dalam atom hidrogen. Orbit ini dikenal sebagai keadaan gerak stasioner (menetap) elektron dan merupakan lintasan melingkar disekeliling inti.2. Selama elektron berada dalam lintasan stasioner, energi elektron tetap sehingga tidak ada energi dalam bentuk radiasi yang dipancarkan maupun diserap.3. Elektron hanya dapat berpindah dari satu lintasan stasioner ke lintasan stasioner lain. Pada peralihan ini, sejumlah energi tertentu terlibat, besarnya sesuai dengan persamaan planck, ΔE = hv.4. Lintasan stasioner yang dibolehkan memilki besaran dengan sifat-sifat tertentu,

25

Page 26: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

terutama sifat yang disebut momentum sudut. Besarnya momentum sudut merupakan kelipatan dari h/2∏ atau nh/2∏, dengan n adalah bilangan bulat dan h tetapan planck.Menurut model atom bohr, elektron-elektron mengelilingi inti pada lintasan-lintasan tertentu yang disebut kulit elektron atau tingkat energi. Tingkat energi paling rendah adalah kulit elektron yang terletak paling dalam, semakin keluar semakin besar nomor kulitnya dan semakin tinggi tingkat energinya.

Kelemahan:Model atom ini tidak bisa menjelaskan spektrum warna dari atom berelektron banyak.5. Teori Atom ModernModel atom mekanika kuantum dikembangkan oleh Erwin Schrodinger (1926).Sebelum Erwin Schrodinger, seorang ahli dari Jerman Werner Heisenberg mengembangkan teori mekanika kuantum yang dikenal dengan prinsip ketidakpastian yaitu “Tidak mungkin dapat ditentukan kedudukan dan momentum suatu benda secara seksama pada saat bersamaan, yang dapat ditentukan adalah kebolehjadian menemukan elektron pada jarak tertentu dari inti atom”.Daerah ruang di sekitar inti dengan kebolehjadian untuk mendapatkan elektron disebut orbital. Bentuk dan tingkat energi orbital dirumuskan oleh Erwin Schrodinger.Erwin Schrodinger memecahkan suatu persamaan untuk mendapatkan fungsi gelombang untuk menggambarkan batas kemungkinan ditemukannya elektron dalam tiga dimensi.

Persamaan Schrodinger

x,y dan zYmђEV = Posisi dalam tiga dimensi= Fungsi gelombang= massa= h/2p dimana h = konstanta plank dan p = 3,14= Energi total= Energi potensialModel atom dengan orbital lintasan elektron ini disebut model atom modern atau model atom mekanika kuantum yang berlaku sampai saat ini, seperti terlihat pada gambar berikut ini.Awan elektron disekitar inti menunjukan tempat kebolehjadian elektron. Orbital menggambarkan tingkat energi elektron. Orbital-orbital dengan tingkat energi yang sama atau hampir sama akan membentuk sub kulit. Beberapa sub kulit bergabung membentuk kulit.Dengan demikian kulit terdiri dari beberapa sub kulit dan subkulit terdiri dari beberapa orbital. Walaupun posisi kulitnya sama tetapi posisi orbitalnya belum tentu sama.

26

Page 27: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

Ciri khas model atom mekanika gelombang1. Gerakan elektron memiliki sifat gelombang, sehingga lintasannya (orbitnya) tidak stasioner seperti model Bohr, tetapi mengikuti penyelesaian kuadrat fungsi gelombang yang disebut orbital (bentuk tiga dimensi darikebolehjadian paling besar ditemukannya elektron dengan keadaan tertentu dalam suatu atom)2. Bentuk dan ukuran orbital bergantung pada harga dari ketiga bilangan kuantumnya. (Elektron yang menempati orbital dinyatakan dalam bilangan kuantum tersebut)3. Posisi elektron sejauh 0,529 Amstrong dari inti H menurut Bohr bukannya sesuatu yang pasti, tetapi bolehjadi merupakan peluang terbesar ditemukannya elektron.Susunan atom terdiri dari : partikel proton, neutron dan elektron.1. Teori atom menurut Leokippos dan DemokratosAtom adalah suatu partikel yang paling kecil yang tidak dapat dibagi-bagi lagi.2. Teori atom menurut AristotelesAtom adalah suatu materi yang dapat dibagi-bagi secara terus-menerus atau sekecil-kecilnya tanpa batas.3. Teori atom menurut Dalton- Senyawa terbentuk dari gabungan dua atau lebih atom yang berbeda- Atom adalah materi yang tersusun dari partikel-partikel yang terkecil- Atom tidak dapat diciptakan dan juga tidak dapat dimusnahkan serta tidak dapat dipecah atau diperkecil lagi dengan sifat yang sama- Unsur disusun oleh dua atau lebih atom yang sama, di mana setiap unsur memiliki sifat dan bentuk yang berbeda- Reaksi kimia adalah penggabungan yang disertai pemisahan atom-atom dari unsur atau senyawa pada pereaksian tersebut.Pengetahuan para ilmuwan tentang atom bukan berdasarkan pengamatan langsung terhadap atom per atom, sebab ato terlalu kecil untuk dapat diamati dan diukur sacara langsung. Diameter atom dinyakini berkisar antara 30 sampai 150 pm. Dengan alat pembesar apapun kita belum dapat melihat atom, tetapi gejala yang ditimbulkan oleh atom itu dapat diukur seperti jejak atom, nyala, difraksi, dan lain-lain. Teori-teori atom yang ada sekarang hanya merupakan model yang dibangun oleh para ilmuwan sebagai kesimpulan dari hasil berbagai kajian teoritis dan gejala empiris dengan berbagai pendekatan dan metode ilmiah. Itulah sebabnya terdapat beberapa model atom yang telah dikembangkan dan dipublikasikan menurut tenemuan-tenemuan yang secara sinergetis saling mendukung atau bahkan menolak usulan model atom sebelumnya. Sampai saat ini, teori atom yang paling muktahir adalah berdasarkan teori mekanika kuantum atau mekanika gelombang dengan berbagai asumsi dan teorema.Perkembangan Model AtomDefinisi awal tentang konsep atom berlangsung > 2000 thn. Dulu atom dianggap sebagai bola keras sedangkan sekarang atom dianggap sebagai awan materi yang kompleks. Dibawah ini akan dipaparkan konsep Yunani tentang atom:1. Pandangan filosof YunaniAtom adalah Konsep kemampuan untuk dipecah yg tiada berakhir2. Leucippus (Abad ke-5 SM)

27

Page 28: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

Ada batas kemampuan untuk dibagi, sehingga harus ada bagian yang tidak dapat dibagi lagi3. Democritus (380-470 SM)A: tidak, tomos: dibagi. Jadi atom adalah partikel yang tidak dapat dibagi lagi. Atom setiap unsur memilki bentuk & ukuran yang berbeda.4. LucretiusSifat atom suatu bahan dalam “On the Nature of Things”

Perkembangan Model Atom Secara IlmiahPengembangan konsep atom-atom secara ilmiah dimulai oleh John Dalton (1805), kemudian dilanjutkan oleh Thomson (1897), Rutherford (1911) dan disempurnakan oleh Bohr (1914). Setelah model atom Bohr, Heisenberg mengajukan model atom yang lebih dikenal dengan model atom mekanika gelombang atau model atom modern. Hasil eksperimen yang memperkuat konsep atom ini menghasilkan gambaran mengenai susunan partikel-partikel tersebut di dalam atom. Gambaran ini berfungsi untuk memudahkan dalam memahami sifat-sifat kimia suatu atom. Gambaran susunan partikel-partikel dasar dalam atom disebut model atom.

EPISTEMOLOGI

Epistemologi membicarakan sumber pengetahuan dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan.

Tatkala manusia baru lahir, ia tidak mempunyai pengetahuan sedikit pun. Nanti, tatkala ia 40 tahunan, pengetahuannya banyak sekali sementara kawannya yang seumur dengan dia mungkin mempunyai pengetahuan yang lebih banyak daripada dia dalam bidang yang sama atau berbeda. Bagaimana mereka itu masing-masing mendapat pengetahuan itu? Mengapa dapat juga berbeda tingkat akurasinya? Hal-hal semacam ini dibicarakan di dalam epistemologi.

Runes dalam kamusnya (1971) menjelaskan bahvva epistemologi/ is the branch of philosophy which investigates the origin, structure, methods and validity of knowledge. I tu lah sebabnya kita sering menyebutnya dengan isti lah filsafat pengetahuan karena ia membicarakan hal pengetahuan. Istilah epistemologi untuk pertama kalinya muncul dan digunakan oleh J.F. Ferrier pada tahun 1854 (Runes, 1971:94).

Fengetahuan manusia ada tiga macam, ya i tu pengetahuan sains, pengetahuan f i l sa fa t , dan pengetahuan m i s t i k . Fengetahuan itu diperoleh manusia melalui berbagai cara dan dengan menggunakan berbagai alat. Ada beberapa al i ran yang berbicara tentang ini.

Kata ini berasal dari kata Yunani empeirikos yang berasal dari kata empeiria, artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan bila dikembalikan kepada kata Yunaninya, pengalaman yang dimaksud ialah pengalaman inderawi. Manusia tahu es dingin karena ia menyentuhnya, gula manis karena ia mencicipinya.

28

Page 29: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

John Locke (1632-1704), bapak al iran ini pada zaman modern mengemukakan teori tabula rusa yang secara bahasa berarti meja lilin. Maksudnya ialah bahwa manusia i tu pada mulanya kosong dari pengetahuan, lantas pengalamannya mengisi jiwa yang kosong itu, iantas ia memiliki pengetahuan. Mula-mula tangkapan indera yang masuk itu sederhana, lama-kelamaan ruwet, lalu tersusunlah pengetahuan berarti. Berarti, bagaimana pun kompleks (ruwet) nya pengetahuan manusia, ia selalu dapat dicari ujungnya pada pengalaman indera. Sesuatu yang tidakf dapat diamati dengan indera bukanlah pengetahuan yang benar. jadi, pengalaman indera itulah sumber pengetahuan \jan$ benar, Karena itulah metode penelitian yang menjadi tumpuan aliran Ini adalah metode eksperimen.

Secara singkal aliran Ini menyatakan bahwa nknl adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia, menurut a l i ran ini, memperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal menangkap objek. Orang mengatakan (biasanya) bapak aliran ini ialah Rene Descartes (1596-1650); ini benar. Akan tetapi, sesungguhnya paham seperti ini sudah ada j auh sebelum itu. Orang-orang Yunani Kuno lelah meyakini juga bahwa akal adalah alat dalam memperoleh pengetahuan yang benar, lebih-lebih pada Aristoteles.

Bagi a l i ran ini kekeliruan pada aliran empirisme, yang ciisebabkan kelemahan alat indera tadi, dapat dikoreksi seandainya akal digunakan. Benda yang jauh kelihatan kecil karena bayangannya yang jatuh di mata kecil, kecil karena jauh. Gula pahit bagi orang yang demam karena lidah orang yang demam memang tidak normal. Fatamorgana adalah gejala alam. Begitulah seterusnya.

Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan; pengalaman indera diperlukan untuk merangsang akal dan memberikan bahan-bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja. Akan, tetapi, untuk sampainya manusia kepada kebenaran adalah semata-mata dengan akal. Laporan indera menurut rasionalisme merupakan bahan yang belum jelas, kacau. Bahan ini kemudian dipertimbangkan oleh akal dalam pengalaman berpikir. Akal mengatur bahan itu sehingga dapatlah terbentuk pengetahuan yang benar. Jadi, akal bekerja karena ada bahan dari indera. Akan tetapi, akal dapat juga menghasilkan pengetahuan yang tidak berdasarkan bahan inderawi sama sekali, jadi akal dapat juga menghasilkan pengetahuan tentang objek yang betul-betul abstrak.

Kelihatannya sudah jelas hal pengetahuan itu sampai di sini. Namun, ternyata belum. Indera dan akal yang bekerja sama belum juga dapat diper-caya mampu memperoleh pengetahuan yang lengkap, yang utuh. Dengan indera,manusia hanya mampu mengetahui bagian-bagian tertentu tentang objek. Dibantu oleh akal, manusia juga belum mampu memperoleh pengetahuan yang utuh. Akal hanya sanggup memikirkan sebagian dari objek. Manusia mampu menangkap keseluruhan objek hanyalah dengan intuisinya. Inilah aliran ketiga. Akan tetapi, sebelum membicarakan aliran ketiga ini baiklah diulas lebih dulu empirisisme dan rasionalisme itu.

Kerja sama empirisisme dan rasionalisme atau rasionalisme dan empirisisme inilah yang melahirkan metode sains (scientific method), dan dari metode ini lahirlah pengetahuan sains, (scientific knowledge) yang dalam

29

Page 30: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

bahasa Indonesia sering disebut pengetahuan ilmiah atau ilmu pengetahuan. Istilah-istilah in i membingungkan. Oleh karena itu, dalam

Akal hanya dapal memahami suatu objek bila ia mengon-sentrasikan dlrlnya pada objek itu, jadi dalam hal seperti itu manusia tidak mengetahul keseluruhan (unique), t i d a k juga dapat memahami sifat-sifat yang tetap pada objek. Akal hanya mampu memahami bagian-bagian dari objek, kemudian bagiJin-bagkn itu digabungkan oleh akal. Itu t i d a k sama dengan pengetahuan menyeluruh tentang objek itu. Ambillah contoh: adil. Apa itu adil? Akal memahaminya dari segi si terhukum, timbul pemahaman akali; memahaminya dari segi hakim, timbul pemahaman akali; dari segi keluarga si terhukum, timbul pemahaman akali; dari segi jaksa, dan seterusnya. Nanti disimpulkan, adil ialah jumlah pemahaman akali itu. Itu belum tentu benar. Nah, di sinilah intuisionisme masuk.

Dengan menyadari keterbatasan indera dan akal seperti di-terangkan di atas, Bergson mengembangkan satu kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki manusia, yaitu intuisi. Ini adalah hasil evolusi pemahaman yang tertinggi. Kemampuan ini mirip dengan instinct, tetapi berbeda dalam kesadaran dan kebebasannya. Pengembangan kemampuan ini (intuisi) memerlukan suatu usaha. Kemampuan inilah yang dapat memahami kebenaran yang utuh, yang tetap, yang unique. Intuisi ini menangkap objek secara langsung tanpa melalui pemikiran. Jadi, indera dan akal hanya mampu menghasilkan pengetahuan yang tidak utuh (spatial), sedangkan intuisi dapat menghasilkan pengetahuan yang utuh, tetap (lihat Encyclopedia Americana, 3:580-1).

Ada sebuah isme lagi yang barangkali mi r ip sekali dengan intuisionisme, namanya iiuminasionisme. Al i r an ini berkembang di kalangan tokoh-tokoh agama; di dalam Islam disebut teori kasyf. Peori ini menyatakan bahwa manusia, yang hatinya telah bersih. telah "siap", sanggup menerima pengetahuan dari Puhan. Aliran ini terbentang juga di dalam sejarah pemikiran Islam, boleh dikatakan sejak avval dan memuncak pada Mulla Shadra.

Kemampuan menerima pengetahuan secara langsung itu diperoleh dengan cara la t ihan , yang di dalam Islam disebut suluk, secara lebih spesifik disebut riyadlah. Riyadlah artinva la t ihan . Secara lebih umum metode ini diajarkan di dalam thariqat. Konon, kemampuan orang-orang itu ialah sampai m e l i h a t Tuhan, berbincang dengan Puhan, melihat surga, neraka, dan alam gaib l a innya . Dari kemampuan ini dapat dipahami bahwa mereka tentu mempunyai pengetahuan tingkat tinggi yang b a n y a k seka l i dan amat meyakinkan. Pengetahuan itu diperoleh bukan lewat indera dan bukan lewat akal, melainkan lewat hati. Dalam hal i n i ia sama dengan intuisionisme.

Menurut ajaran tashawwuf atau thariqat pada khususnya, manusia itu dipengaruhi (ditutupi) oleh hal-hal yang material, dipengaruhi oleh nafsunya. Bila nafsu itu dapat dikendalikan, penghalang material (hijab) disingkirkan, maka kekuatan rasa itu mampu bekerja, laksana antene. mampu menangkap objek-objek gaib. Di dalam tashawwuf ini digam-barkan sebagai dalam keadaan fana jiwa mampu melihat yang gaib; dari situ diperolehlah pengetahuan.

Di dalam Islam pertumbuhan tashawwuf itu berakar pada diri Nabi Muhammad Saw. Nabi ini mempunyai kemampuan (atas izin Tuhan) melihat atau mengetahui yang gaib. Dia pernah mendengarkan orang yang sedang disiksa

30

Page 31: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

di dalam kubur, pernah bertemu dengan nabi-nabi terdahulu, yaitu tatkala mikraj, mampu menghitung tiang-tiang Masjid Al-Aqsha dari Mekkah, dan Iain-lain. Jadi iluminasionisme agaknya dekat sekali, kalaupun tidak persis sama, dengan intuisionisme.

Berdasarkan uraian di atas (tentang epistemologi) dapat diketahui bahwa manusia memperoleh pengetahuan dengan tiga cam, yaitu cara sains, cara filsafat (logika, akal), dan cara latihan rasa (intuisi, knsyf). Itu dalam garis besarnya. Namun, secara umum semua pengetahuan itu sebenarnya diperoleh dengan cara berpikir benar. Sains dan filsafat jelas menggunakan cara berpikir benar; mistik sekurang-kurangnya berawal dari berpikir benar juga. Norma-norma atau aturan-aturan berpikli benar itulah yang dibicarakan oleh logika; i n i ada l ah bagian dftrl teori pengetahuan.

ONTOLOGI

Setelah membenahi cara memperoleh pengetahuan, fllimol mulai menghadapi objek-objeknya untuk memperoleh pengetflhunn I >b)t'k objek itu dipikirkan secara mendalam sampai pada hal Ikfltnyn Inllah sebabnya bagian ini dinamakan teori hakikat. Ada yanfl mtmnmrtkan bagian ini ontologi.

Bidang pembicaraan teori hakikat luas sekali, segfllfl \ ,\\\y, .i.l.i dan yang mungkin ada, yang boleh juga mencakup pengetahurtn dun nllai (yang dicarinya ialah hakikat pengetahuan dan h, 1 k11 ,n nllnl) nmn lain untuk teori hakikat ialah teori tentang keadaan (LangtfVt'ld)

Kosmologi membicarakan hakikat asal, hakikat susunan, hakikat berada, juga hakikat tujuan kosmos. Adapun hakikat manusia dibicarakan oleh antropologi; ini juga cabang teori hakikat. Pembahasan hakikat Tuhan dilakukan oleh flieodicea, juga cabang dari teori hakikat. Theodicea sering juga disebut theologia; namun theologia lebih sering digunakan untuk filsafat agama. Filsafat agama juga termasuk ke dalam teori hakikat, ciemikian pula filsafat hukum, filsafat pendidikan, dan Iain-lain. Berikut ini cabang-cabang itu dibicarakan sedikit. Dan itu bukan berarti filsafat di dalam teori hakikat hanya i tu; cabangnya banyak sekali, termasuk filsafat sejarah, filsafat administrasi, dan Iain-lain.

Mula-mula kita bicarakan realitas benda-benda. Apakah sesuai dengan penampakannya (appearance) atau sesuatu yang bersembunyi di balik penampakan itu? Menjawab pertanyaan ini muncul 4 atau 5 aliran, yaitu matcrialisme, idealisme, dualisme, skeptisisme, dan agnostisisme,

Menurut materialisme (sering juga disebut naturalisme), hakikat benda adalah materi, benda i tu sendiri. Rohani, jiwa, spirit, dan sebang-sanya muncul dari benda. Rohani dan kawan-kavvannya itu tidak akan ada seandainya tidak ada benda. Bagi naturalisme, roh, jiwa, itu malahan tidak diakui adanya, tentu saja termasuk Tuhan. Materialisme tidak menyangkal adanya spirit, roh, termasuk Tuhan. Akan tetapi, spirit, Tuhan, itu muncul dari benda. Jadi, roh, Tuhan, spirit, itu bukan hakikat.

Aliran ini adalah aliran yang tertua. Ada beberapa alasan mengapa aliran ini dapat berkembang.

31

Page 32: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

(1) Pada pikiran yang masih sederhana, apa yang kelihatan, yang dapat diraba, biasanya dijadikan kebenaran terakhir. Pikiran yang masih sederhana tidak mampu memikirkan sesuatu di luar ruang, yang abstrak.

(2) Penemuan-penemuan menunjukkan betapa bergantungnya jiwa pada badan. Maka peristiwa jiwa selalu di l ihat sebagai peristiwa jasmani. Jasmani lebih menonjol dalam peristiwa itu.

(3) Dalam sejarahnya manusia memang bergantung pada benda, seperti pada padi. Dewi Sri dan tuhan muncul dari situ. Kesemua-nya ini memperkuat dugaan bahwa yang merupakan hakikat adalah benda.

Idealisme berpendapat sebaliknya; hakikat benda adalah rohani, spirit, atau sebangsanya. Alasan mereka ialah sebagai berikut.

(1) Nilai roh lebih tinggi daripada badan.(2) Ma nusia lebih dapat memahami dirinya daripada dunia luar dirinya.(3) Materi ialah kumpulan energi yang menempati ruang; benda tidak ada, yang

ada energi itu saja (Oswald).

Aliran ditnlisme mudah ditebak. Yang merupakan hakikat pada benda itu ada dua, material dan imaterial, benda dan roh, jasad dan spirit. Materi bukan muncul dari roh, dan roh bukan muncul dari benda. Sama-sama hakikat. Kesulitan yang dihadapi aliran ini ialah menjawab pertanyaan: Bagaimana kesesuaian kedua-duanya seperti pada manusia? Javvab dualisme: Itu sudah distel seperti tenaga dan jarum pada jam. Per-soalannya lebih rumit: Siapa yang menyetelnya? Bagaimana cara menyetelnya?

Karena itulah'mungkin para penganut skeptisisme berpendapat: Diragukan apakah manusia mampu mengetahui hakikat. Mungkin dapat, mungkin tidak.

Aliran agnostisisme menyerah sama sekali. Mereka berpendapat bahwa manusia tidak dapat mengetahui hakikat benda. A artinya not, gno = know. Di dalam bahasa Grik ngnostos berarti unknown Baiklah sekarang kita pindah kepada kosmologi.

Kosmologi adalah cabang filsafat yang menyelidlkl h«l Ikrtl asal, susunan, tujuan alam besar (kosmos). Dibicarakan dalam cabang ini misalnya hakikat kosmos, asalnya, tujuannya, bagaimana <,u.i I.I monjadi (how does it come into being), bagaimana evolusi (bila ia berev OIUHI) I iagai mana susunannya, dan Iain-lain (lihat Runes, 1971:68 9) H'lltang asal kosmos ada spekulasi teori kabut, teori pasang, icon ledfll nil ilnhsyal; tentang susunan kosmos ada teori geosentris, heliosentrls Rohani manusia memang ada, tetapi bukan hakikat. Kepuasan dan kebahagiaan terletak pada badan; jika badan hancur, karena mencuri atau karena mempertahankan kebenaran, maka selesailah manusia itu, rohnya hiking tidak keruan bersama badan. Tentu tidak ada soal neraka atau surga.

Menurut orang-orang idealis justru sebaliknya. Yang hakikat adalah rohnya. Paham ini akan berujung pada Tuhan, surga, neraka.

Mengenai asal manusia, menurut materialisme adalah materi; menurut idealisme, hidup manusia berasal dari Yang Hidup. Demikian juga pikiran aliran-aliran ini mengenai tujuan manusia. Bagi materialisme, mati adalah hal yang amat sederhana, tetapi tidak demikian pada idealisme. Bagi paham ini, mati adalah lanjutan hidup di dunia ini.

32

Page 33: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

Filsafat yang membicarakan Tuhan adalah theodicea atau theologia. Theodicea membicarakan Tuhan dari segi pikiran (akal); untuk membeda-kannya dari pembicaraan Tuhan dari segi wahyu atau iman, yang pertama itu sering disebut teologi naturalis (membicarakan Tuhan dari segi akal).

Theodicea (teologi naturalis) membicarakan Tuhan. Apanya? Banyak. Apakah Tuhan itu ada? Bukti-buktinya apa? Sifatnya, susunannya, kemauannya, dan Iain-lain? Tentang ini secara umum muncul isme-isme berikut.

Teisme adalah paham yang menyatakan bahwa Tuhan ada. Kata itu berasal dari kata Theus, bahasa Yunani, berarti Tuhan. Tuhan itu ada, Pencipta, Pengatur. Ini semua dicapai dengan pemikiran. Hampir sama dengan ini ialah deisive yang mengajarkan bahwa Tuhan menciptakan alam ini pada permulaannya. Setelah dicipta yang pertama itu, Tuhan membiarkan alam ini masing-masing berkembang atau berjalan senciiri. Deisme hanyalah variasi dalam teisme (lihat Kamus Latin-Indonesia: 241; Gazalba, 111:314-5).

Monoteisme adalah teisme yang mengajarkan bahwa Tuhan itu esa. Triniteisme mengajarkan bahwa Tuhan itu satu, tetapi beroknum tiga. Politeisme ialah paham teis yang mengajarkan bahwa Tuhan itu banyak, masing-masing mempunyai tugas dan wewenang sendiri. Dalam pemujaannya juga mesti dibedakan untuk satu tuhan dan tuhan lainnya. Jumlahnya boleh bertambah atau berkurang sesuai dengan kebutuhan. Ada dewa (tuhan) perang, dewa dagang, dewa hujan, dewa matahari, dan sebagainya. Pokoknya, dalam politeisme tuhan itu banyak, lebih dari tiga. Sedangkan panteisme mengajarkan bahwa antara Tuhan dan alam tidak ada jarak; Tuhan i tu ialah alam ini. Spinoza mengatakan alam yang menjadikan dan alam yang dijadikan (lihat Gazalba, 111:315). Ada pula panenteisme. Paham ini mengajarkan bahwa Tuhan adalah kesa-

daran jagat raya. Paham ini tidak menyatukan Tuhan dengan alam seperti pada panteisme.

Ateisme adalah isme yang mengajarkan bahwa Tuhan tidak ada. Orang yang mengatakan Tuhan tidak ada karena ketidaktahuan, tidak termasuk ateis. Contoh penting penganut aliran ini ialah Marxisme, Holbach, dan masih banyak yang lain (lihat Mark dan Engels, 1955:7.9). Ateisme adalah anak materialisme. Sekalipun mungkin ada orang materialis tidak terang-terangan mengaku ateist, pada hakikatnya ia pasti ateis.

Agnostisisme adalah paham ketuhanan yang terletak antara teisme dan ateisme. Mereka itu bertuhan tidak dan tidak bertuhan juga tidak; sama dengan pandangan agnostisisme dalam ontologi. Mereka ber-anggapan bahwa manusia tidak mampu mengetahui hakikat Tuhan. Boleh saja Tuhan itu ada atau tidak ada, manusia toh tidak akan dapat memastikannya. Pokoknya, kita tidak tahu Tuhan itu ada atau tidak ada.

Filsafat agama membicarakan hakikat agama. Persoalannya misalnya mengenai apa agama itu sebenarnya, apa tujuannya, dari mana agama itu. Filsafat agama membicarakan hal-hal umum yang terdapat <_ 1 i dalam semua agama seperti tentang Tuhan, iman, sembahyang, dan kurban atau sesajen. Konsep-konsep yang hanya ada pada agama tertentu saja tidak dibicarakan dalam filsafat

33

Page 34: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

agama. Ini dibicarakan di dalam filsafat agama tertentu itu, misalnya filsafat agama Islam filsafat again,i Kristen.

Sejalan dengan filsafat agama ialah filsafat hukimi. I i l s a l a l hukum membicarakan hakikat hukum: apa hukum itu, apa adil itu. I n n v a l a untuk menjawab pertanyaan apa hukum itu muncul banyak ma/hab (lihat Pound, 1972: 38- 41). Tidak kurang dari dua belas pendfipal vang dicatat dalam buku Roscoe Pound.

Filsafat pendidikan membicarakan hakikat pendidikan npa pen-didikan itu, apa tujuannya, apa hakikat guru, dan lain lain pertanyaan mendasar di sekitar pendidikan. Park menyatakan b a h w a f i l safa t pendidikan itu attempting to answer some ultimate quest ion i OfU i - inu i r education (Park, 1960:3-4).

Bagi Dewey pendidikan adalah rekonstruksi pengalamnn memberikan nilai-nilai yang lebih sosial melalui peningkatan eflsleilHl Ind lv idu (Eby: 16). Banyak pendapat mengenai apa pendidikan, npfl "um apa kurikulum, dan sebagainya. Inilah persoalan-persoalan \.111j• . him aral an di dalam filsafat pendidikan. Yang dibicarakannya ialah pertanya-an-pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh sains pendldll nil I ii it'tli'i' of education).

I ,oglka adalah salah satu cabang f i lsafat (katakanlah demikian) yang telah dikembangkan oleh Aristoteles. Logika membicarakan norma-normaberpikir I >enar agar diperoleh d^n terbentuk pengetahuan yang benar. Ada dua macam logika: logika formal dan logika material. Logika formal, yang biasa disebut logika saja, adalah logika yang memberikan norma berpikir benar dari segi bentuk (form) berpikir. Logika formal adalah logika bentuk. Logikanya ialah agar diperoleh pengetahuan yang benar, maka bentuk berpikirnya harus benar. Soal apakah isinya benar atau salah, ini dibicarakan oleh logika material.

Dalam logika dikenal perbedaan antara kesimpulan yang tepat dan kesimpulan yang benar. Kesimpulan yang tepat diperoleh bila bentuk berpikirnya benar (logika formal); kesimpulan yang benar berasal dari penyelidikan terhadap isi kesimpulan itu. Yang meneliti isi kesimpulan adalah logika material. Bila isinya benar, pasti bentuknya tepat; belum t e n t u sebaliknya. jadi, ketepatan dibicarakan oleh logika formal, kebenaran isi dibicarakan oleh logika material. Deduksi ini bentuknya benar (tepat) dan isinya benar:

Setiap manusia akan mati. Muhammad adalah manusia. Jadi, Muhammad akan mati.

Contoh ini bentuknya tepat, tetapi isinya tidak benar:

Manusia adalah sejenis hewan. Kuda adalah (salah satu) sejenis hewan. Jadi, kuda sama dengan manusia.

Suatu kesimpulan dikatakan benar bila isi kesimpulan itu sesuai dengan objeknya, sesuai dengan keadaan sebenarnya. Untuk mengetahui kese-suaian i tulah tugas logika material. Dalam garis besarnya, logika formal atau logika saja membicarakan masalah pengertian, putusan, dan penuturan.

Apa itu pengertian? Tatkala seseorang melihat pohon, maka orang itu segera mengetahui bahwa yang dilihatnya adalah pohon, yaitu pohon sebagaimana

34

Page 35: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

adanya. Pohon sebagaimana adanya, itulah hakikat pohon. Gambar pohon itu diterima oleh pengindera, lalu masuk ke dalam jiwa. Setelah masuk ke dalam jiwa, jadilah gambar itu pengertian pohon. Di dalam jiwa tergambarlah pohon itu, berupa kayu, dahan, daun. Tergambar dalam jiwa sekalipun mata tidak lagi melihat pohon itu. Kesan tentang pohon i t u l ah yang disebut pengertian. Tentang bagaimana proses terbentuknya pengertian pohon tersebut, itu memer-lukan keterangan tersendiri.

Lalu, pengertian pohon i t u tadi dilambangkan dengan meng-gunakan kata, dalam hal ini digunakan kata "pohon" dalam bahasa In-

donesia. Kata "pohon" bukanlah pengertian; itu hanya simbol untuk pengertian pohon. Kata itu digunakan berdasarkan persetujuan orang banyak. Jika orang banyak setuju diganti dengan simbol lain, "pehen" misalnya, itu boleh-boleh saja. Akan tetapi, bila orang setuju meng-gantinya dengan kata "ikan", tentulah tidak boleh kecuali bila kata untuk lkan yang asli diubah dulu.

Bagaimana membentuk pengertian itu? Membentuk pengertian ialah dengan jalan abstraksi; ini suatu istilah yang sering sekali dianggap suht oleh para pelajar filsafat. Membentuk pengertian ialah dengan cara membuat gambaran dalam jiwa kita tentang objek itu dengan mem-buang seluruh ciri aksidensinya. Bi la suatu objek kita buang ciri aksidensinya, maka yang tertinggal ialah ciri esensinya. Nah itulah pengertian objek itu. Jadi, pengertian selalu abstrak; karena itulah proses itu tadi disebut proses abstraksi. Mari kita ambil lagi contoh pohon tadi Pohon ialah kayu yang berakar, berbatang, berdaun. Ini abstrak, bukan pohon mi, atau pohon itu, atau pohon anu. Andaikata kepada pohon itu kita lekati ciri aksidensi, maka jadilah ia pohon ini atau pohon ami misalnya pohon kelapa. Pohon adalah abstrak, pohon kelapa kongkret karena sudah dilekati ciri aksidensi.

Apa itu ciri esensi dan aksidensi? Ciri esensi ialah ciri yang me-nunjukkan bahwa ia adalah ia, ciri yang menunjukkan ke-"ada"-annya Gampangnya ciri esensi ialah ciri yang tidak boleh tidak ada pada objek itu; bila salah satu ciri esensinya hilang maka objek itu bukan objek itu lagi. Misalnya ciri esensi kursi ialah tempat duduk dan sandaran. Bila dibuang sandaran itu menjadi bangku; bila dibuang tempat duduk ia menjadi dinding. Ciri aksidensi adalah ciri pelengkap, sifat yang mele'kat pada esensi objek. Pada kursi ciri aksidensinya antara lain ialah jumlah kaki, bahan, warna, tempat tangan, ukirannya, fungsinva (kursi kantor, kursi makan). Suatu objek yang hanya disebut ciri esensinya, ia abstrak; untuk menjadikannya kongkret hams ditambahkan ciri aksidensinya.

Pengetahuan tentang pengertian dan pelatihan membual pengertian amat penting bagi pelajar filsafat karena pengertian bersifal umum mencakup. Membentuk pengertian berarti berlatih berpikir abstrak' sua tu kemampuan yang harus ada pada pelajar filsafat. Perlunya pengertian juga amat jelas karena int i pengetahuan terletak pada pengertian di dalam pengetahuan itu. Penguasaan pengertian berarti menguasai inti pengetahuan tersebut.

Gnzalba (1973:11:145-6) menyebutkan macam macam ciri aksidensi sebagai berikut:

(I) sifat, seperti gagah, lemah, kuat, merah, pahlt; i ') jumlah, seperti satu, dua, banyak;

35

Page 36: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

( I) hubungan, seperti hubungan waktu, hubungan milik, hubungan tempat, hubungan keluarga;

(4) aksi, seperti berjalan, menari;(5) pasivitas, segala sesuatu yang dapat menjadikan substansi meng-alami

perubahan keadaan, seperti juara, kalah, gagal, dengan melihat struktur kalimat;

(6) isi, seperti besar, kecil;(7) waktu, seperti pagi, sore;(8) situasi, keadaan yang melibatkan substansi;(9) tempat.

Selanjutnya tugas logika ialah membentuk pengertian itu menjadi definisi. Sebetulnya bukan lagi membentuk, melainkan memindahkannya ke dalam kalimat, menuliskannya atau mengucapkannya. Rumusan definisi itu harus henar-benar mewakili (menggambarkan) pengertian objek yang ada di dalam jiwa kita. Definisi ialah penyebutan ciri esensi suatu objek. Bila yang didefinisikan adalah objek yang amat umum, sebutkan saja ciri esensinya; bila yang akan didefinisikan objek tertentu yang lebih khusus, sebutkan seluruh ciri esensinya ditambah dengan ciri aksidensi yang menunjukkan kekhususan objek itu. Kudn adalah pengertian umum. Katakanlah definisinya ialah hewan berkaki empat berkuku tunggal. Kudn Sumba ialah hewan berkaki empat berkuku tunggal yang berasal dari Pulau Sumba. Kuda Sumba pun lebih umum daripada kuda Sumba tertentu. Demikianlah seterusnya. Pada dasarnya setiap definisi bersifat umum, tetapi keumumannya dapat tidak sama, sebagaimana contoh definisi kuda itu. Selengkapnya Bakry (1971:26) dan Mehra (1968) menjelaskan bahwa definisi ialah pengertian yang lengkap tentang suatu istilah yang mencakup semua unsur yang menjadi ciri utama istilah itu. Secara lebih operasional definisi ialah penyebutan seluruh ciri esensi suatu objek dengan membuang seluruh ciri aksidensinya. Ada empat syarat definisi yang benar (lihat Bakry, 1971:24-7; Mehra, 1968:24-5);

(1) Ciri esensi yang disebut tidak boleh berlebihan dan tidak boleh kurang.(2) Tidak memakai kata yang berulang-ulang.(3) Tidak memakai perkataan yang terlalu umum.(4) Tidak memakai kata negatif.

tstilah lain untuk definisi i a l a h konsep (concept). Penguasaan beberapa konsep atau definisi telah banyak menolong kehidupan kila. Akan tetapi, banyak sekali permasalahan kehidupan yang tidak dapat diselesaikan hanya dengan menguasai konsep-konsep. Konsep-konsep itu hams dihubung-hubungkan untuk membentuk pengetahuan yang lebih operasional, misalnya membentuk hipotesis, teori, ataupun aksioma. Tahap ini di dalam logika disebut tahap memutuskan, hasilnya disebut putusan.

Pengertian yang bersifat abstrak dilambangkan dengan simbol berupa kata atau dirumuskan dalam bentuk definisi agar dapat dipahami oleh orang lain; inilah pengertian. Kita mempunyai banyak pengertian atau ko nsep. Katakanlah ki ta tahu "pohon", "mangga", "manis". Apa gunanya ini? Ada, yaitu kita dapat mengenali objek-objek yang berupa pohon, mangga, rasa manis. Nah, untuk membuat putusan, konsep-konsep itu dihubungkan sampai terbentuk pengetahuan baru. Inilah yang disebut memutuskan, hasilnya putusan. Kita hubungkan, (buah) pohon mangga (rasanya) manis. Putusan tidak selalu benar ia benar bila sesuai

36

Page 37: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

dengan kenyataan, bila sesuai dengan objeknya. Kegiatan memutuskan harus mempertimbangkan beberapa hal berikut.

(1) Menguasai struktur kalimat.(2) Menyadari mana esensi dan mana aksidensi.(3) Mengetahui mana esensi dan mana aksidensi yang telah menjadi aksidensi

untuk objek yang lebih khusus.(4) Memahami pola putusan. Dilihat dari

segi jumlah ada:putusan umum atau universal: Semua mahasiswa X hadir. putusan sebagian atau partikular: Sebagian mahasiswa X hadir. putusan tunggal atau singular: Seorang mahasiswa X hadir.

Dilihat dari segi hubungan subjek-predikat:

Putusan tanpa syarat, hubungan antara subjek predikal tidak

mempunyai syarat apa-apa: Si A lulus.

Putusan bersyarat, hubungan antara subjek dan predikat

bersyarat: Bila si A mendapat angka minimal en , u lulus.

Putusan pilihan, untuk subjek hanya ada SfltU predikal yang benar: Si A lulus atau tidak lulus.

Pengertian ialah gambaran di dalam jivva tentang objel yang telah diabstraksikan. Putusan ialah pengetahuan yang dibentul dfll I pengerti-an-pengertian yang dihubungkan. Adapun penuturan i.il.ih putusan bnru yang dibentuk dari putusan-putusan yang telah ada. 1 eglfltnn membuat

dalam penuturan digunakan dua metode; deduksi daninduksi.

(1) Metode deduksi bila penuturan dilakukan dari putusan umummembentuk putusan khusus. Contoh:

Jika penavvaran besar, harga akan turun. Karena penawaran beras besar, maka harga beras akan turun.

(2) Metode i n d u k s i bila penuturan sebaliknya, bahannya putusan-putusan yang khusus, lantas ditarik putusan umum. Misalnya:

Penavvaran baras besar; harga beras turun. Penawaran kang-kung besar; harga kangkung turun. Jadi, bila penawaran besar, maka harga turun.

Salah satu bentuk induksi yang terkenal sekali di dalam logika ialah silogisme. Penuturan yang dimulai dari yang khusus ke yang umum disebut induksi.

Bila putusan ditarik dari dua putusan yang tersedia, penuturan itu disebut silogisme; bila ditarik dari satu putusan, itu disebut penuturan langsung; bila ditarik dari lebih dari dua putusan, penuturan ini disebut induksi saja. (Ingat, semuanya adalah induksi.)

37

Page 38: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

Penuturan langsung contohnya: Firman Tuhan melarang mencuri; dari sini langsung diambil putusan bahwa mencuri jelek. Biasanya jenis penuturan ini dasarnya adalah agama, adat, moral.

Silogisme ialah cara menuturkan dengan menggunakan dua putusan. Contoh:

A adalah manusia, A = B

Manusia itu mortal. B = C

Jadi, A itu mortal. A = C

Manusia (B) di sini dipakai sebagai pembanding; istilahnya ialah term tengah (M = Median). Kalimat atau putusan A = B dan B = C itu disebut prernis, dari bahasa Latin praemissa yang berarti proposition. Karenanya orang sering menyatakan bahwa silogisme ialah metode penuturan yang menggunakan dua prernis. A = B disebut prernis kecil (minor); B = C premis besar (mayor); prernis mayor harus melingkupi prernis minor.

Di dalam menuturkan, selain memperhatikan teknik itu, kita juga harus memperhatikan kebenaran isi premis-premis itu, demikian kata Aristoteles. Sama juga h a l n y a d a l a m penuturan langsung, atau penuturan induksi. Tentang kebenaran isi proposisi (bahan penuturan) itu memang merupakan t u g a s logika material sebagaimana telah

disinggung sebelum ini. Akan tetapi/ mehurut Aristoteles, ada putusan (premis) yang tidak usah diragukan kebenaran isinya, jadi tidak perlu melalui pengujian logika material. Putusan seperti ini disebut principitl atau principium. Dari sini sebenarnya kata prinsip diambil. Prinsip (ia, ium) adalah kebenaran yang tidak perlu dibuktikan. Aristo menge-mukakan tiga pola yang dianggap principium:

(1) principium identitntis,(2) principium contrndictoris,(3) principium exclusi tertii.

Principium identitntis (prinsip persamaan) mengajarkan bahvva sesuatu hanya sama dengan sesuatu itu saja (A hanya sama dengan A). Ini prinsip, ini pasti benar, tidak perlu pembuktian. Principium contrndictoris (prinsip pertentangan) merupakan kebalikan dari A = A. Prinsip ini sebenarnya hanya menegaskan prinsip pertama. Bentuknya adalah A ^ bukan A (A tidak sama dengan bukan A). Principium exclusi tertii (prinsip menolak kemungkinan ketiga) juga merupakan penegasan prinsip pertama A = A. Prinsip ini mengajarkan bahvva bila dua putusan bertentangan, hanya mungkin kedua-duanya salah atau salah satu yang benar, tidak mungkin ada kebenaran ketiga (juga t i d a k mungkin kedua-duanya benar). Jika A bukan B, maka hanya mungkin A atau B saja yang benar, bahkan mungkin A dan B salah.

Ketiga principium itu pada hakikatnya hanya satu. Dan principium itu amat mudah. Betul, amat mudah. Dalam memahaminya. Akan tetapi, ternyata prinsip itu sering kali dilanggar manusia. Jadi, mudah memahaminya, sulit memenuhinya. Perhatikanlah keterangan ini. Saya setuju Pancasila. Pancasila hanya sama dengan Pancasila. |<uli, saya harus hidup sesuai dengan Pancasila. Bila saya membenarkan juga sedikit atau banyak komunisme, maka saya

38

Page 39: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

sebenarnya telah melanggar prinsip ini. Bila saya tidak beribadah menurut salah satu agama vang dibenarkan oleh Pancasila, saya berarti telah melanggar prinsip ini. Itu sekadar contoh bahvva prinsip i tu memang mudah. Yang Bulil ialah filsafat yang terkandung di dalam prinsip itu serta melaksanakan filsafat tersebut. Logika mengajarkan kejujuran, konsistensi, dfllam hidup. Logika bukan saja berisi aturan berpikir benar.

Dengan modal penguasaan teknik penuturan deduksl dan Induksi (yang isi pokoknya silogisme), kita belum mampu menyelesaikan semua persoalan kehidupan. Mengapa? Karena banyak masalflh kellldupan yang tidak clapat diselesaikan dengan penggunaan teknik teknik itu. Logika tidak menyelesaikan seluruh persoalan. Makfl dlperlukanlah metode dinlektika Plato mengakul masalah m a n u s i a iitl.ik dap . i t seluruhnya diselesaikan m e l a l u i cara lurus yang diajarkan oleh log ika . Masalah masalah begini diselesaikan melalui dialektika; Plato menyebutnya dinlog.

Dia lek t ika itu sejajar dengan logika, bukan bagian dari logika. rekniknya berbeda, sifat masalah yang dihadapinya berbeda. Dialektika tidak menyangkal keunggulan logika. Dialektika diperlukan karena banyak masalah yang dihadapi manusia yang tidak dapat diselesaikan oleh logika. Memang Aristoteles kurang meyakini kekuatan dialektika karena teknikya kurang kuat. Akan tetapi; bila Aristoteles kita ikuti, bagaimana kita menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh logika? Hegel mengakui keabsahan penggunaan dialektika.

Logika mengatakan: tidak ada kebenaran ketiga, tidak ada "jalan tengah" tidak ada "nuansa". Nah, dialektika melihat ada permasalahan vang penyelesaiannya justru harus berupa jalan tengah. Untuk menyelesaikan persoalan ini dialektika bekerja pada tesis dan nntitesis menuju sintesis. Kata sintesis itu saja telah menunjukkan jalan tengah. lidak sama dengan logika, dialektika menggunakan tesis-antitesis-sintesis boleh dalam jumlah yang tidak terbatas. Mari kita pelajari contoh berikut, mudah-mudahan merupakan contoh yang tepat.

Masalah: Seorang pegavvai negeri, gajinya Rp50.000,00. Lidak cukup untuk biaya hidup sebulan menunggu gaji bulan berikutnya. la banyak membolos karena mencari tambahan pendapatan di luar kantornya. Bagaimana penyelesaiannya? Bila digunakan logika, maka penyelesaiannya ialah: Pegavvai digaji untuk bekerja, bukan untuk membolos; membolos itu salah; salah harus dihukum; jadi, pegavvai itu harus dihukum. Hukumannya dapat bermacam-macam. Mungkin sampai ke tingkat pemecatan. Penyelesaian logika dapat juga begini: Pegavvai membolos karena gajinya kurang; si A membolos; jadi, gaji si A harus dinaikkan. Penyelesaian-penyelesaian itu sama tidak menyelesaikan persoalan. Dipecat akan menimbulkan problem bagi si pegavvai dan juga bagi kantor; dinaikkan gajinya dapat timbul persoalan pada keuangan negara (anggaran) dan belum tentu juga ia pasti tidak membolos. Jadi, logika t i d a k mampu menyelesaikan m a s a l a h ini. Bagaimana penyelesaian dialektika?

Penyelesaian dialektika mungkin begini. Gaji kecil menjadi tesis; membolos menjadi antitesis; sintesis (mungkin) gaji naik dan yang bersangkutan berjanji tidak akan membolos lagi; atau gaji dinaikkan sedikit dan pegavvai berjanji mengurangi jumlah membolosnya dengan pengertian tugas kantornya harus

39

Page 40: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

selesai. Sintesis ini menimbulkan atau menjadi tesis baru: anggaran belanja negara bertambah; antitesis ialah

defisit anggaran; sintesis mungkin menaikkan pajak. Nab, menaikkan pajak ini segera menjadi tesis baru, dan seterusnya. Inilah yang menarik sekali pada metode dialektika. Pola pikir dialektika ini memberikan kemungkinan yang besar untuk perkembangan pemikiran, perkem-bangan sains, dan perkembangan budaya pada umumnya.

Etika

Ada beberapa teori tentang nilai baik-buruk (etika). Pertama, misalnya, teori nilai dari Islam. Dalam Islam nilai (etika) direntang menjadi lima kategori: baik sekali, baik, netral, buruk, buruk sekali (wajib, sunah, mubah, makruh, haram). Nilai dalam Islam ditentukan oleh Tuhan. Teori baik-buruk dari hedonisme mengajarkan bahwa sesuatu dianggap baik bila mengandung hedone (kenikmatan, kepuasan) bagi manusia. Teori ini telah ada sejak zaman Yunani kuno. Bagi vittilisme, baik-buruk ditentukan oleh ada atau tidak adanya kekuatan hidup yang dikandung oleh objek yang dinilai. Manusia yang kuat, ulet, cerdas, itulah manusia yang baik. Manusia yang mengandung daya hidup yang besar, i tu lah manusia yang baik. Utilitarianisme menyatakan bahwa yang baik ialah yang berguna {utility = kegunaan). Utilitarianisme terbagi dua: utilitarianisme pribadi dan utilitarianisme sosial. Bagi Bentham, utilitarianisme merupakan perkembangan hedonisme. Baginya, etika harus mem-perhitungkan jumlah kenikmatan dikurangi jumlah penderitaan tentang hasil perbuatan; itulah yang menentukan nilai perbuatan itu. Menang-gung derita dalam melakukan kebaikan adalah tidak baik. Jadi, mesti dihitung lebih dulu, banyak mana kenikmatan ataukah penderitaan yang terdapat di dalam perbuatan itu.

Yang terakhir dibicarakan di sini ialah pragmatisme, suatu aliran yang segolongan darah dengan utilitarianisme. Prinsip van;; diajarkan oleh aliran ini ialah yang baik adalah yang berguna secara praktls dalam kehidupan. Tokoh utamanya ialah Charles P. Peirce, William lames, John Dewey, dan Scott Schiller. Peirce adalah yang mula mula meng-umumkan pragmatisme dan dikembangkan oleh James, Bagi lames, ukuran kebenaran suatu teori ialah kegunaan praktis teori Itu, hukan d i l i h a t secara teoretis. Bagi Pierce, untuk mengerti suatu pikiran cukuplah kita memastikan tindakan apa yang dapal dihasilkan oleh ide itu. Namun, perlu diketahui bahwa di da l am pragmatisme terdapat berbagai variasi pemikiran. Nilai baik sebanding dengan nilai indah, tetapi kata "indah" lebih sering dikenakan pada seni,'sedangkan "baik" pada perbuatan. Di dalam kehidupan, indah lebih berpengaruh ketimbang baik. Orang lebih tertarik pada rupa ketimbang pada tingkah laku. Orang yang tingkah lakunya baik (etika), tetapi kurang indah (estetika), akan dipilih belakangan; yang dipilih lebih dulu adalah orang yang indah, sekalipun kurang baik.

Ukuran indah tidak dan indah sama dengan baik dan tidak baik: membingungkan, bermacam-macam, subjektif, sering diperdebatkan. Meskipun demikian, estetika berusaha menemukan ukuran yang dapat berlaku umum. Akan tetapi, sama dengan dalam etika, usaha itu tidak berhasil. Memang ditemukan ukuran tentang indah-tidak indah, tetapi ukuran yang ditemukan begitu banyak, pakarnya sendiri tidak mampu bersepakat.

40

Page 41: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

Teori lama tentang keindahan bersifat metafisis, teori modern bersifat psikologis. Menurut Plato, keindahan adalah realitas yang sungguh-sungguh, suatu hakikat yang abadi, tidak berubah. Sekalipun ia menyatakan bahwa harmoni, proporsi, dan simetri adalah yang membentuk keindahan, ia tetap berpendapat bahwa ada unsur metafisik dalam keindahan. Baginya keindahan suatu objek bukan berasal dari objek itu; keindahan itu menyertai objek tersebut. Pandangan ini benar-benar metafisis. Bagi Plotinus, keindahan adalah pancaran akal llahi; bila llahi memancarkan diri-Nya atau memancarkan sinar-Nya, maka i t u l a h keindahan. Seniman adalah orang yang tajam daya tangkapnya, yang dapat menangkap sinar llahi. Di dalam Islam disebutkan bahwa Tuhan itu indah dan mencintai keindahan.

Kant memulai studi psikologi tentang keindahan. Menurut pendapatnya, jiwa kita memiliki indera ketiga di atas p ik i r dan kemauan, ya i tu indera rasa. Ia mampu menikmati keindahan tanpa kepentingan, jadi bukan seperti menilai manisnya gula karena ia mempunyai hubungan dengan gula itu.

Persoalan tadi: Apakah nilai indah-tidak indah itu sifat objek atau terletak di luar objek (sebagaimana kata Plato)? Kalau melekat pada objek, mestinya semua orang akan memberikan nilai yang sama terhadap objek itu; kalau ni la i terletak pada subjek (yang menilai), berarti sifal objek tidak menentu. Dalam hal ini Kant berpendapat bahwa indah itu sifat objek. Aljisr berpendapat bahwa nilai berada pada objek. Memang perasaan kita kadang-kadang mengubah nilai suatu objek, tetapi perasaan itu masih tetap bersih pada objek itu. Oleh karena itu, anak dan orang dewasa, orang pintar dan orang bodoh, dapat mempunyai nilai yang sama terhadap indahnya bunga, indahnya kicau burung, dan

sebagainya (Aljisr, 1970, II: 133). Mengenai unsur yang membangun keindahan ia mengatakan: ketel i t ian, kelurusan, keseimbangan, keserasian, koordinasi (Aljisr,II:134).

AKSIOLOGI

Seandainya ditanyakan kepada Socrates atau Nietzsche apa guna filsafat, agaknya mereka akan menjawab bahwa filsafat dapat menjadi manusia menjadi manusia. Dengan filsafat orang akan mungkin menjadi orang bijaksana. Kegunaan filsafat dalam rumusan itu terlalu umum sehingga sulit dipahami. Berikut ini dicoba menjelaskan kegunaan filsafat hampir ke tingkat teknis operasional.

Untuk mengetahui kegunaan filsafat atau untuk apa filsafat itu digunakan atau apa sih guna filsafat itu, kita dapat memulainya dengan melihat filsafat sebagai tiga hal, pertama filsafat sebagai kumpulan teori, ked.ua filsafat sebagai pandangan hidup (philosophy of life), dan ketiga filsafat sebagai metode pemecahan masalah.

Filsafat sebagai kumpulan teori filsafat digunakan untuk memahami-dan mereaksi-dunia pemikiran. Kita sudah tahu -sudah diuraikan sebelum ini-bahwa dunia dibangun atau dibentuk oleh dua kekuatan yaitu agama dan filsafat. Nah, j ika Anda-umpamanya-tidak senang pada komunisme maka Anda harus mengetahui lebih dahulu teori-teori filsafat Marxisme karena teori filsafat dalam

41

Page 42: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

komunisme itu ada di dalam filsafat Marxisme. Jika Anda menyenangi Syi'ah Iran (Syi'ah Dua Belas Imam), maka sebaiknya Anda tidak terburu-buru mempelajari rincian ajarannya lantas mempraktekkannya dalam kehidupan Anda, Anda sebaiknya mempelajari lebih dahulu teori-teori f i l sa fa t yang menjadi pegangan Syi'ah Iran tersebut. Teori-teori itu ada dalam ajaran Mulla Shadra. Pendeknya, jika Anda hendak ikut membentuk d u n i a atau hendak ikut mendukung sesuatu ide yang membentuk d u n i a atau hendak menentang sesuatu sistem kebudayaan atau sistem ekonomi atau sistem politik, maka Anda sebaiknya terlebih dahulu mempelajari teori-teori filsafatnya. I n i l a h kegunaan mempelajari teori-teori f i lsafat .

Filsafat sebagai philosophy of life juga penting dipelajari. |ika yang pertama itu filsafat dipandang sebagai teori filsafat, maka van;; kedua ini filsafat dipandang sebagai pandangan hidup, fungsinya mirip sekali dengan agama. Nah, filsafat sebagai "agama" itu apa gunanya? Ya, gunanya sama dengan kegunaan agama. Dalam posisi Ini filsafat itu menjadi jalan kehidupan. Jika dalam agama (Islam) dikatakan bahwa Agama Islam Itu adalah al-shirath nl- mustaqim (jalan kehidupan), maka filsafat sebagai filsafat h i d u p demikian juga halnya. la menjadi pedoman. Isinya berupa ajaran dan ajaran itu dilaksanakan dalam kehidupan. Di d u n i a ini ada agama yang tadinya adalah filsafat (dalam ,II n dibuat oleh manusia persis seperti membuat filsafat). Perbedaannya dengan yang pertama ialah bila filsafat dipandang sebagai teori, maka teori itu ada yang d i p a k a i ada yang tidak, ada yang diakui kebe-narannya ada yang tidak, filsafat dalam posisi kedua ini semua teori (ajaran)-nya diterima kebenarannya dan dilaksanakan dalam kehidupan. Singkatnya, f i l safa t sebagai philosophy of life gunanya ialah untuk petunjuk dalam menjalani kehidupan, lebih singkat lagi: untuk dijadikan agama.

Yang amat penting ialah yang ketiga, yaitu filsafat sebagai methodology dalam memecahkan masalah. Ada berbagai cara yang ditempuh orang bila ia hendak menyelesaikan sesuatu masalah. Kemungkinan ia menyelesaikan masalah itu melalui cara sains. Berarti pusat per-hatiannya pada fakta empirik; biasanya penyelesainnya tidak utuh karena fakta empirik tidak pernah utuh. Mungkin orang menyelesaikan masalah melalui cara filsafat; inilah yang sedang kita dibahas. Mungkin juga orang menyelesaikannya melalui cara mistik, bagaimana cara filsafat menyelesaikan (to solve) masalah?

Dalam hidup ini kita menghadapi banyak masalah. Masalah artinya kesulitan. Bila ada batu di depan pintu, setiap keluar dari pintu itu kaki kita tersandung, maka batu itu masalah. Kehidupan akan dijalani lebih enak bila masalah-masalah dapat diselesaikan. Ada banyak cara menyelesaikan masalah mulai dari cara yang sederhana sampai dengan cara yang amat rumit. Bila cara yang digunakan amat sederana biasanya masalah tidak-terselesaikan secara tuntas. Penyelasaian yang rumit itulah biasanya yang dapat menyelesaikan masalah secara tuntas.

Ada rapat di kantor ketua rukun tetangga (RT). Yang dibicarakan masalah keamanan. Ketua RT mengatakan bahwa akhir-akhir ini di kampung kita banyak pencurian, tidak seperti biasanya. Menanggapi hal itu hampir semua orang yang hadir mengusulkan agar ronda malam dipergiat. Inilah -kira-kira- cara orang awam menyelesaikan masalah.

Di situ ada seorang yang berpendapat lain. Ia bertanya apa saja barang-barang yang biasanya dicuri, sejak bulan apa, pada pukul berapa dan hari apa

42

Page 43: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

biasanya pencurian terjadi, dan Iain-lain pertanyaan. Ia sedang mencari penyebab yang paling awal. la juga berpikir, bila dia pergi ronda, tidakkah ada kemungkinan orang yang ronda justru mencuri? Ia berpikir, orang mencuri i tu apa biasanya penyebabnya. Ia temukan satu di antaranya: iman yang lemah. Maka orang itu meng-

usulkan selain menggiatkan ronda malam, juga bantu orang miskm, dan selain itu dipergiat pengajian agama. Sekalipun dalam benUik amal sederhana, cara penyelesaian terakhir itu sudah dapat dikatakan memakai cara filsafat, yaitu memecahkan masalah dengan mencari penyebab paling awal.

Sesuai dengan sifat filsafat, ia menyelesaikan masalah secara mendalam dan universal. Penyelesaian masalah secara mendalam artinya ia menyelesaikan masalah dengan cara pertama-tama mencari penyebab yang paling awal munculnya masalah. Universal artinya melihat masalah dalam hubungan seluas-luasnya. Seperti kasus pencurian tadi, ia tidak hanya melihat dari segi penjagaan keamanan f is ik yaitu ronda malam, tapi juga dari segi kemiskinan yang menyebabkan orang terpaksa mencuri, selain itu dilihat dari segi keimanan, biasanya orang mencuri karena lemah imannya.

Contoh lain: banyak orang Islam tidak menyenangi kebudayaan Barat, khususnya,tentang kebebasan seks. Mereka mengatakan kebeba-san seks harus diberantas. Pelacur ditangkapi, warung remang-remang dibakar, dan sebagainya. I n i penyelesaian langsung yang dangkal. Biasanya cara dangkal seperti itu tidak mampu menyelesaikan masalah secara tuntas. Sedikit mendalam bila mengusulkan agar diperketat masuknya informasi dari Barat terutama mengenai kebebasan seks, atau mengusulkan sensor film diperketat. Filsafat belum puas dengan penyelesaian seperti itu karena belum mendalam dan belum universal, belum ditemukan akar penyebab munculnya kekebasan seks.

Bila Anda menyelesaikan masalah ini melalui cara f i l safa t , barangkali Anda mula-mula mempelajari asal usul kebebasan seks. Ditemukan, itu muncul dari humanisme; humanisme melahirkan liberalisme; liberalisme melahirkan pragmatisme, dari sini muncul hedonisme. Hedonisme inilah (sebagai isme) yang menganjurkan seks bebas itu. Maka "perangi" Humanisme dan anak turunannya itu. Penyelasaian ini mendalam dan universal sekaligus.

Selanjutnya, dapatlah dikatakan bahwa kegunaan filsafat itu luas sekali, di mana pun dan pada apa pun f i l safa t diterapkan di situ memiliki kegunaan. Bila digunakan dalam pendidikan kita akan melihat bahwa filsafat berguna bagi pendidikan; bila digunakan dalam bahasa, ia berguna bagi bahasa, dan seterusnya.

Berdasarkan uraian singkat i tu saja sudah dapai diketahui bahwa filsafat itu bagus sekali dipelajari karena besar sekali kegunaannya. Sayangnya, sebagian besar mahasiswa "takut" pada filsafat, Mereka mengatakan filsafat itu membingungkan, filsafal ilu kalnir, filsafat itu

INSTITUT KEBENARANManusia adalah mahluk pencari kebenaran. Ada tiga cara/jalan untuk mencari,

43

Page 44: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

menghampiri dan menemukan kebenaran yaitu : ilmu, filsafat dan agama. Ke tiga institut tersebut mempunyai titik persamaan, titik perbedaan dan titik singgung yang selalu terdapat dengan yang lainnya.A. ILMUMohammad Hatta (1954), mengatakan bahwa pengetahuan yang didapat dari pengetahuan disebut pengetahuan pengalaman (pengetahuan), sedangkan pengetahuan yang didapat dari keterangan/penjelasan disebut ilmu.Langeveld (1955) mengemukakan bahwa pengetahuan adalah kesatuan subyek yang mengetahui dan obyek yang diketahui. Suatu kesatuan dalam obyek itu dipandang oleh subyek sebagai diketahuinya.Jame K. Feibleman (1963) merumuskan Knowledge : relation between object and subject (pengetahuan adalah hubungan antara obyek dan subyek).Dalam Ensiklopedia Indonesia : Menurut epistomologi setiap pengetahuan manusia adalah hasil dari berkontaknya dua macam besaran, yaitu:a. Benda atau yang diperiksa, diselidiki dan akhirnya diketahui (obyek)b. Manusia yang melakukan pelbagai pemeriksaan dan penyelidikan dan akhirnya mengetahui/mengenal benda atau hal lainya.Hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu sistema mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian dan hukum tentang hal ikhwal yang diselidiki (alam, manusia dan juga agama).Sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu penginderaannya diuji secara empirik, riset dan eksperimental.

B. FILSAFAT Mencoba menjawab masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa, karena masalah-masalahnya diluar atau diatas jangkauan ilmu pengetahuan biasa. Hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami (mendalami, menyelami) secara radikal dan integral "HAKEKAT SARWA" yang ada. HAKIKAT => TUHAN, ALAM, DAN MANUSIA serta sikap manusia termaksud dalam konsekwensi dari faham (pemahamannya) tersebut.Pudjawijatna (1963), menerangkan : "Filo artinya cinta". Dalam arti seluas-luasnya yaitu ingin dan karena ingin itu lalu berusaha mencapai yang diinginkan. Sofia artinya kebijaksanaan. Bijaksana ini pun adalah kata asing, dan artinya pandai, mengerti dengan mendalam.Jadi filsafat menurut namanya dimaknakan: ingin mengerti dengan mendalam atau cinta kepada kebijaksanaan.Soemadi Soerjabrata (1970), menerangkan kata sophia dikenal pada zaman Homerus (kira-kira 700 sm) yang mempunyai arti (kira-kira 485 sm) yang berarti mencintai kebenaran.Kata philosophos dikemukakan oleh Herakleitos (540 - 480 sm), yang mempunyai arti ahli filsafat yang berpengetahuan luas sebagai pengejawantahan dari kecintaan akan kebenaran. Sementara orang mengatakan bahwa Phytagoras (580 - 500 sm) yang mengemukakan philosophos.Pada masa kaum Sofis dan Socrates memberi arti philosophein sebagai penguasaan secara sistimatis dari pengetahuan theoris. Philosophia adalah hasil dari perbuatan (philosophein), sedangkan philosophos adalah orang yang melakukan philosophein.Maka dari kata philosophia, timbul kata-kata Chilosophia (latin), philosophie (Belanda), phisolophie (Jerman), philosophy (Inggris), philosophie (Perancis) dan bahasa Indonesia disebut filsafat atau falsafah.

44

Page 45: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

C. AGAMA Satu sistema (tata keimanan atau tata keyakinan) atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia. Satu sistema RITUS (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya mutlak. Satu sistema NORMA (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia dan alam lainnya sesuai dengan sejalan peribadatan termaksud diatas.

TITIK PERSAMAAN Titik persamaan, baik ILMU, maupun FILSAFAT ataupun AGAMA bertujuan sekurang-kurangnya berurusan dengan hal yang sama => dalam segi KEBENARAN.ILMU PENGETAHUAN dengan metodenya sendiri mencari kebenaran tentang alam (termasuk di dalamnya manusia), kemudian FILSAFAT dengan wataknya sendiri pula menghampiri kebenaran baik tentang alam, maupun tentang manusia yang tidak dijawab oleh ilmu karena diluar jangkauannya ataupun tentang TUHAN.AGAMA dengan karakteristiknya pula memberikan jawaban atas persoalan azasi yang mempertanyakan manusia baik tentang alam maupun tentang manusia atau tentang TUHAN.

TITIK PERBEDAANBaik ILMU maupun FILSAFAT keduanya dari sumber yang sama yaitu RA'YU (akal, budi, rasio, nouse, ride, know), sedangkan AGAMA bersumber dari WAHYU ALLAH, SWT.ILMU PENGETAHUAN diperoleh dengan jalan riset dan pengalaman (EMPIRIK), percobaan (EXPERIMEN) sebagai batu ujian. FILSAFAT menghampiri KEBENARAN dengan cara mengembarakan atau mengelanakan akal budi secara RADIKAL (mengakar) dan INTEGRAL (menyeluruh) serta UNIVERSAL (mengalam), tidak merasa terikat oleh ikatan apapun kecuali karena tangannya sendiri (LOGIKA).Manusia mencari dan menemukan kebenaran dengan mendalami AGAMA dengan jalan mempertanyakan (mencari jawaban tentang berbagai masalah azasi dari ataupun kepada kitab suci, kodifikasi firman ILLAHI untuk manusia di atas planet bumi.Kebenaran ILMU adalah KEBENARAN POSITIF yaitu berlaku sampai saat ini, KEBENARAN FILSAFAT adalah kebenaran SPEKULATIF atau dugaan yang tidak dapat dibuktikan secara EMPIRIK atau EKSPERIMENTAL. Baik kebenaran ILMU maupun KEBENARAN FILSAFAT disebut KEBENARAN RELATIF (NISBI), sedangkan KEBENARAN AGAMA adalah KEBENARAN MUTLAK (absolut) ; karena AGAMA diturunkan oleh Yang Maha Sempurna.Baik ILMU maupun FILSAFAT kedua-duanya diawali oleh rasa SANKSI/TIDAK PERCAYA sedangkan AGAMA dimulai dengan sikap PERCAYA atau IMAN.

TITIK SINGGUNGTitik singgung FILSAFAT, ILMU dan AGAMA, tidak semua masalah yang dipertanyakan manusia bisa dijawab oleh ilmu pengetahuan, karena ilmu itu terbatas, oleh subyeknya, si peneliti (obyek) baik obyek materiil maupun obyek normanya, oleh metodologinya.

45

Page 46: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

Tidak semua masalah yang tidak terjawab oleh ILMU lantas dengan sendirinya bisa dijawab oleh FILSAFAT. Jawaban FILSAFAT sifatnya SPEKULATIF dan ALTERNATIF tentang sesuatu masalah azasi yang sama terdapat berbagai JAWABAN FILSAFAT atau FILSUF sesuai atau sejalan dengan titik tolak AKHLI FILSAFAT itu, sedangkan AGAMA memberikan jawaban tentang berbagai azasi yang sama sebab tidak terjawab oleh ILMU yang dipertanyakan (tidak terjawab) secara tuntas oleh FILSAFAT akan tetapi perlu ditegaskan disini, tidak semua persoalan manusia ada jawabannya dalam AGAMA, adapun soal-soal manusia yang tidak ada jawabannya dalam agama dapat kita sebutkan:

Soal-soal kecil, detail yang tidak prinsipil: contoh jalan sebelah kiri atau sebelah kanan, soal rambut panjang atau pendek, soal cek atau wesel. Persoalan-persoalan yang tidak secara jelas dan tegas, terdapat dalam AL-QUR'AN dan AS SUNNAH yang diserahkan kepada IJTIHAD (hasil daya pemikiran manusia yang tidak berlawanan dengan jiwa dan semangat AL-QUR'AN dan AS SUNNAH) Persoalan-persoalan yang tetap merupakan misteri, diliputi rahasia yang tidak terjangkau akal budi dan fakultas-fakultas rohani manusia lainnya karena keterbatasannya, yang merupakan ilmu (dengan sifat mutlak ALLAH AWT) yang karena kebijaksanaannya tidak dilimpahkan kepada manusia seperti HAKEKAT, ROH, QODLO, QADAR dan lain-lain. Dengan kekuatan akal budi (ILMU dan FILSAFAT) manusia "NAIK" menghampiri dan memetik kebenaran yang bisa dijangkau oleh kapasitasnya sendiri yang terbatas itu, disamping itu karena sifat rahmat-Nya berkenan menurunkan WAHYU kepada umat manusia di muka planet bumi ini agar mereka menemukan kebenaran AZASI yang tidak dapat dicapai dan ditemukan sekedar kekuatan akalbudinya semata.ALLAH SWT telah menganugerahkan kepada manusia; alam, akal budi, dan wahyu. Dengan akal budinya manusia dapat lebih memahami baik ayat QUR'ANIAH (WAHYU) maupun ayat KAUNIAH (ALAM) untuk kebahagiaan mereka yang hakiki.

RANGKUMAN 1A. Mustahil terdapat pertentangan antara AGAMA disatu pihak dengan ILMU PENGETAHUAN (filsafat yang benar) dipihak lainnya, sebab ILMU dan FILSAFAT yang benar adalah usaha manusia dengan kekuatan akal budinya yang relatif berhasil dalam memahami kenyataan alam.B. Susunan alam, pembagian alam, bagian-bagian alam dan hukum (yang berlaku) bagi alam misalnya AL-QUR'AN tidak lain adalah pembakuan segenap alam semesta (ayat kauniah) dalam satu AL-KITAB. Kedua ayat ALLAH Qur'aniah dan Kauniah saling menafsirkan. Perbedaan (bukan pertentangan) perumusan antar AGAMA disatu pihak dan ILMU dan FILSAFAT yang benar dipihak lainnya adalah mungkin saja. Perbedaan formulasi antara yang satu dengan yang lainnya tentang masalah tertentu adalah lazim dalam ILMU PENGETAHUAN. Bahkan formulasi antara dua antropologi (antropologi fisik disatu pihak dan antropologi budaya dipihak lainnya) mengenai manusia dan hewan, besar kemungkinan berbeda sama sekali.

RANGKUMAN 2A. AGAMA telah banyak dihayati (dipahami, diselami, dialami) dan oleh karena itu lebih banyak berbicara pada manusia yang berilmu pengetahuan (filsafat luas

46

Page 47: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

dan dalam)B. Bagi seorang seorang sarjana Ilmu Pengetahuan Alam, AL-QUR'AN merupakan buku/kitab tentang alam. Bagi sarjana Ilmu Pengetahuan Sosial dan Culture Scientist (budaya) AL-QUR'AN merupakan buku/kitab tentang manusia. Bagi seorang Theolog (sarjana studi ketuhanan) AL-QUR'AN ini merupakan buku tentang Tuhan dan Ketuhanan. Bagi seorang Filsuf (ahli filsafat) AL-QUR'AN mengenai berbagai masalah azasi yang menjadi bahan perbincangan filsafat dari masa ke masa. C. Agama memberikan arahan, dorongan dan tujuan kepada ilmu dan untuk mengembangkan ilmu lebih lanjut.

ONTOLOGIHAKIKAT APA YANG DIKAJIA. MetafisikaMetafisika merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafat termasuk pemikiran ilmiah.Diibaratkan pikiran adalah roket yang meluncur ke bintang-bintang, menembus galaksi dari awan gemawan, maka landasannya adalah metafisika.

B. Beberapa Tafsiran MetafisikaTafsiran manusia terhadap alam ini bahwa terdapat ujud-ujud yang bersifat gaib (supernatural) Animisme merupakan kepercayaan berdasarkan pemikiran supernatural, misalnya percaya bahwa terdapat roh-roh gaib yang terdapat dalam benda (batu, pohon dan air terjun) Naturalisme menolak pendapat bahwa terdapat ujud-ujud yang bersifat supernatural. Materialisme merupakan paham naturalisme, bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh kekuatan yang bersifat gaib, melainkan oleh kekuatan yang terdapat dalam alam itu sendiri. Materialisme dikembangkan oleh Democritos (460 - 370 sm) yang mengemukakan bahwa unsur dasar dari alam ini adalah atom.Apa itu manis ? manis itu manisApa itu panas ? panas itu panasApa itu dingin ? dingin itu dinginApa itu warna ? warna itu warna Manis, panas, dingin dan warna merupakan terminologi yang kita berikan pada gejala yang kita tangkap lewat indera. Artinya obyek dari penginderaan sering kita anggap nyata, padahal tidak demikian, hanya atom dan kehampaan itulah yang bersifat nyata. Aliran mekanistik, melihat gejala alam (termasuk mahluk hidup) hanya merupakan gejala kimia fisik. Aliran vitalistik, hidup adalah sesuatu yang unik yang berbeda secara substantif dengan proses kimia fisik. Aliran monistik, tidak membedakan antara pikiran dan zat, yang membedakannya hanya dalam gejala yang disebabkan proses yang berlainan, namun mempunyai substansi yang sama.Manusia berbeda dengan robot terletak dari komponen dan struktur yang membangunnya dan bukan terletak pada substansinya yang pada hakikatnya berbeda secara nyata. Aliran dualisme, dalam metafisika penafsiran dualistik membedakan antara zat

47

Page 48: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

dan kesadaran (pikiran).Rene Descartes (1596 - 1650), John Locke (1632 - 1714) dan George Berkeley (1685 - 1753) merupakan filsuf yang menganut aliran dualistik berpendapat bahwa apa yang ditangkap pikiran (termasuk penginderaan dari segenap pengalaman manusia) adalah bersifat mental.Rene Descartes (1596 - 1650), yang bersifat nyata adalah pikiran, sebab dengan berpikir maka sesuatu itu lantas ada. Cogito ergo sunn ! (saya berpikir maka saya ada !).John Locke (1632 - 1714), bahwa pikiran manusia pada mulanya dapat diibaratkan sebuah lempeng lilin yang licin (tabula rasa) dimana pengalaman indera kemudian melekat. Dengan kata lain pikiran dapat diibaratkan sebagai organ yang menangkap dan menyimpan pengalaman indera.George Berkeley (1685 - 1753) terkenal dengan pernyataannya "To be is to be perceived !" (ada adalah disebabkan persepsi !) Pada dasarnya tiap ilmuwan boleh mempunyai filsafat individu yang berbeda-beda : bisa menganut paham mekanistik, bisa menganut paham vitalistik, bisa menganut paham materialistik, bisa menganut paham idealistikTitik temu kaum ilmuwan dari semua ini adalah sifat pragmatis dari ilmu.

C. Beberapa Asumsi dalam Ilmu Kehidupan penuh dengan 1001 teka-teki dan sejuta rahasia. Pandangan itu berubah setelah dewasa, dunia ternyata tidak sebesar yang kita kira, ujud yang penuh dengan misteri ternyata begitu saja. Kesemestaanpun menciut, bahkan dunia bisa selebar daun kelor bagi orang yang putus asa. Mengapa terdapat perbedaan pandangan yang nyata terhadap obyek yang begitu kongkrit seperti sebuah bidang.Dalam bidang datar yang sama, ternyata masalah yang dihadapi arsitek-arsitek amuba berbeda dengan ahli ilmu ukur.Bagi amuba bidang datar itu tidak rata dan mulus seperti pipi wanita yang sudah dimake-up, melainkan bergelombang penuh dengan lekukan yang kurang mempesona.Jarak yang terdekat bukan garis lurus (seperti diformulasikan dalam ilmu ukur), melainkan garis lengkungan, seperti tetesan bianglala. Perbedaan ini diciptakan oleh skala observasi, bagi skala observasi anak kecil pohon-pohon natal itu begitu gigantik (megah/besar), sedangkan skala observasi amuba, bidang datar ini merupakan daerah pemukiman yang berbukit-bukit.Jadi secara mutlak sebenarnya tak ada yang tahu seperti apa sebenarnya bidang datar itu.Wallahu a'lam bishawab, hanya Tuhan yang tahu. Secara mekanistik terdapat empat komponen analisis utama yakni : Zat Gerak Ruang WaktuNewton (1986) keempat komponen tersebut bersifat absolut, maka zat berbeda secara substantif dengan energi.Einstein (1905) berasumsi bahwa keempat komponen itu bersifat relatif, tidak

48

Page 49: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

mungkin kita mengukur gerak secara absolut, bahkan zat sendiri tidak mutlak, hanya bentuk lain dari energi, dengan rumusnya : E = mc2 Indeterministik dalam gejala fisik muncul dengan penemuan Niels (1913), menyatakan bahwa elektron bisa berupa gelombang cahaya dan bisa juga berupa partikel, tergantung dari konteknya. Werner Heisenberg (1927) menyatakan bahwa untuk pasangan besaran tertentu (conjugate magnitude) pada prinsipnya tidak mungkin mengukur kedua besaran tersebut pada waktu yang sama dengan ketelitian yang tinggi. William Bernet (1962) menyatakan bahwa terdapat limit dalam kemampuan manusia untuk mengetahui dan meramal gejala-gejala fisik. Masalah asumsi ini akan lebih rumit lagi bila berbicara dengan ilmu-ilmu sosial : Manusia yang neurotik adalah mereka yang membangun rumah di atas awan Manusia yang psikotik adalah mereka yang tinggal di dalamnya Manusia yang psikiater adalah mereka yang menagih sewanya Siapakah kau sebenarnya oh . . . manusia ? Dalam kegiatan ekonomi, maka dia mahluk ekonomi Dalam kegiatan politik, maka dia political animal Dalam kegiatan pendidikan, maka dia homo educandum

D. Peluang Teori-teori keilmuan tidak akan pernah mendapatkan hal yang pasti mengenai kejadian, tetapi simpulan yang didapat hanya bersifat probalistik Berdasarkan Meteorologi dan Geofisika, tidak pernah penasaranpasti bahwa besok akan turun hujan atau tidak turun hujan Seorang ilmuan mengatakan dengan probalitas 0,8 besok akan turun hujan Peluang 0,8 secara sederhana dapat diartikan bahwa probalitas untuk turun hujan besok adalah 8 dari 10 (yang merupakan kepastian).Peluang 0,8 mencirikan bahwa pada 10 kali ramalan tentang akan jatuh hujan, 8 kali memang hujan itu turun, dan dua kali ramalan meleset. Ilmu tidak pernah ingin dan tidak pernah berpretensi untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat mutlak Dalam soal pretensi, maka ilmu kalah dengan pengetahuan perdukunan.Dukun mengatakan saudara akan sembuh dengan minum air ini, dia tidak pernah mengatakan minuman air ini dengan peluang 0,8 maka saudara akan sembuh. Ilmu memberikan pengetahuan sebagai dasar untuk mengambil keputusan, dimana keputusan tersebut harus didasarkan kepada penafsiran simpulan ilmiah yang bersifat relatif. Jadi kata akhir dari suatu keputusan terletak ditangan pengambil keputusan dan bukan pada teori-teori keilmuan (itulah sebabnya orang tidak pernah mau mengambil keputusan sendiri lebih senang pergi ke dukun). Berkonsultasi pada ahli psikologi atau psikiater paling-paling diberi alternatif-alternatif yang dapat diambil, tetapi kalau ke dukun pilih jalan ini dijamin berhasil.

E. Batas-batas Penjelasan Ilmu Ilmu memulai penjelajahannya pada pengalaman manusia dan berhenti dibatas pengalaman manusia. Apakah ilmu mempelajari hal ihwal surga dan neraka ?

49

Page 50: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

Jawabannya tidak, karena surga dan neraka di luar jangkauan pengalaman manusia. Apakah ilmu mempelajari sebab musabab kejadian terciptanya manusia ?Jawabannya tidak, karena kejadian itu berada diluar jangkauan pengalaman manusia. Mengapa ilmu hanya membatasi hal-hal yang berbeda dalam batas pengalaman manusia ?Jawabannya terletak pada fungsi ilmu itu sendiri dalam kehidupan manusia, yakni sebagai alat pembantu manusia dalam menanggulangi masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.Ilmu diharapkan dapat membantu dalam memerangi penyakit, membangun jembatan, membikin irigasi, membangkitkan tenaga listrik, mendidik anak, memeratakan pendapatan nasional dan sebagainya. Ilmu tanpa (bimbingan moral) agama adalah buta.Kebutuhan moral dari ilmu mungkin membawa kemanusiaan ke jurang malapetaka. Dewasa ini 40.000 kepala nuklir dengan kekuatan 1.000.000 kali bom atom yang dijatuhkan di Hirosima. Kekuatan ini cukup untuk menghancurkan bumi menjadi berkeping-keping. Ruang penjelajahan keilmuan menjadi kapling-kapling berbagai disiplin keilmuan.Kalau pada fase permulaan hanya terdapat ilmu-ilmu alam (natural philosophy) dan ilmu-ilmu sosial (moral philosophy), maka dewasa ini terdapat lebih dari 650 cabang keilmuan. Cabang-cabang Ilmu Pada dasarnya cabang-cabang ilmu berkembang dari dua cabang utama yakni : Filsafat Alam menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (the natural sciences) Filsafat Moral yang kemudian berkembang ke dalam ilmu-ilmu sosial (the social sciences) Ilmu-ilmu alam membagi menjadi : Ilmu Alam (the physical sciences) Ilmu Hayat (the biological sciences) Ilmu alam bertujuan mempelajari zat yang membentuk alam semesta. Bercabang menjadi : Fisika (mempelajari massa dan energi) Kimia (mempelajari substansi zat) Astronomi (mempelajari benda-benda langit) Ilmu Bumi (the earth sciences) mempelajari bumi Tiap cabang ilmu membagi menjadi ranting-ranting ilmu seperti : Fisika berkembang menjadi mekanika, hidrodinamika, bunyi, cahaya, panas, kelistrikan dan magnetisme, fisika nuklir dan kimia fisik. Ilmu-ilmu murni berkembang menjadi ilmu terapan :ILMU MURNI ---------------------- ILMU TERAPANMekanika ---------------------- Mekanika Teknik Hidrodinamika ---------------------- Tekni Aeronautikal/Teknik & desain KapalBunyi ---------------------- Teknik AkustikCahaya dan Optik ---------------------- Teknik IluminasiKelistrikan ---------------------- Teknik ElektronikMagnetisme ---------------------- Teknik KelistrikanFisika Nuklir ---------------------- Teknik Nuklir

50

Page 51: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

Cabang Ilmu Sosial berkembang agak lambat dibandingkan ilmu alam Antropologi, mempelajari manusia dalam perspektif waktu dan tempat Psikologi, mempelajari proses mental dan kelakuan manusia Ekonomi, mempelajari manusia dalam memenuhi kebutuhan kehidupan lewat proses pertukaran Sosiologi, mempelajari struktur organisasi sosial manusia Ilmu Politik, mempelajari sistem dan proses dalam kehidupan manusia berpemerintahan dan bernegara) Cabang utama ilmu-ilmu sosial kemudian mempunyai cabang-cabang, misalnya Antropologi terpecah menjadi lima yakni: Arkeologi Antropologi Fisik Linguistik Etnologi Antropologi Sosial/KulturEPISTEMOLOGICARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENARA. Jarum Sejarah Pengetahuan Sebelum Charles Darwin menyusun teori evolusi, tidak terdapat perbedaan antara berbagai pengetahuan. Segala apa yang kita ketahui adalah pengetahuan. Apakah itu cara memburu gajah Cara mengobati sakit gigi Menentukan kapan bercocok tanam Berkembangnya abad peradaban, maka konsep kesamaan berubah kepada perbedaan. Mulai terdapat perbedaan yang jelas antar berbagai pengetahuan, yang mengakibatkan timbulnya spesialisasi pekerjaan dan konsekuensinya mengubah struktur kemasyarakatan. Pohon pengetahuan mulai dibeda-bedakan paling tidak berdasarkan : Apa yang diketahui? Bagaimana cara mengetahui? Untuk apa pengetahuan itu dipergunakan? Secara metafisik ilmu mulai dipisahkan dengan moral. Berdasarkan obyek yang ditelaah mulai dibedakan ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial. Dari cabang ilmu yang satu sekarang ini diperkirakan berkembang lebih dari 650 ranting disiplin keilmuan. Perbedaan yang terperinci ini menimbulkan keahlian yang makin spesifik.

B. Pengetahuan Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tidak langsung turut memperkaya kehidupan kita. Pengetahuan merupakan sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan Apa yang harus kita lakukan apabila anak kita demam dan kejang? Lagu apa yang harus kita nyanyikan agar anak tertidur lelap? Kemana kita mesti berpaling, jika insan yang sangat dicintai meninggalkan kita? Pengetahuan pada dasarnya menjawab jenis pertanyaan tertentu yang diajukan, oleh karena itu agar kita dapat memanfaatkan segenap pengetahuan secara maksimal harus kita ketahui jawaban apa saja yang mungkin bisa diberikan oleh suatu pengetahuan tertentu. Terhadap pengetahuan mana suatu pertanyaan tertentu harus diajukan?

51

Page 52: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

Apakah yang akan terjadi sesudah manusia mati ? maka pertanyaan itu tidak bisa diajukan kepada ilmu melainkan kepada agama, sebab secara ontologis ilmu membatasi diri pada pengkajian obyek yang berada dalam lingkup pengalaman manusia. Sedangkan agama memasuki penjelajahan yang bersifat transendental yang berada di luar pengalaman manusia. Pada hakekatnya kita mengharapkan jawaban yang benar, maka bagaimana cara menyusun pengetahuan yang benar? Landasan epistomologi ilmu disebut metode ilmiah Metode ilmiah adalah cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar Apa yang disebut benar? sedangkan dalam khasanah filsafat terdapat teori kebenaran Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai: Apa (ontologi) Bagaimana (epistemologi) Untuk apa (aksiologi) Ketiga landasan ini saling berkaitan:Ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu, dan epistemologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya. Ilmu mempelajari alam sebagaimana adanya dan terbatas pada lingkup pengalaman. Pengetahuan dikumpulkan oleh ilmu dengan tujuan untuk menjawab permasalahan kehidupan yang sehari-hari dihadapi Pengetahuan ilmiah atau ilmu dapat diibaratkan alat bagi manusia dalam memcahkan berbagai persoalan yang dihadapi Pemecahan masalah pada dasarnya adalah dengan meramalkan dan mengontrol gejala alam. Oleh karena itu sering dikatakan bahwa dengan ilmu manusia mencoba memanipulasi dan menguasai alam. Berdasarkan landasan ontologi dan aksiologi maka bagaimana mengembangkan landasan epistemologi yang cocok? Agar mampu meramalkan dan mengontrol sesuatu, maka harus mengetahui mengapa sesuatu itu terjadi? Mengapa terjadi longsor? Mengapa terjadi kekurangan makanan di daerah yang tanahnya gersang? Mengapa anak remaja lebih dinamis?Untuk bisa meramalkan dan mengontrol sesuatu, maka harus menguasai pengetahuan yang menjelaskan peristiwa itu, dengan demikian penelaahan ilmiah diarahkan kepada usaha untuk mendapatkan penjelasan mengenai gejala alam. Ilmu mencoba mengembangkan sebuah model yang sederhana mengenai dunia empiris dengan mengabstraksikan realitas menjadi beberapa variabel yang terkait dalam sebuah hubungan yang bersifat rasional. Sedangkan seni (seni sastra) mencoba mengungkapkan obyek penelaahan, sehingga menjadi bermakna dan yang meresapinya lewat berbagai kemapuan manusia untuk mengungkapnya, seperti pikiran, emosi dan penginderaan. Ilmu mencoba mencarikan penjelasan mengenai alam menjadi simpulan yang bersifat umum dan impersonal. Sebaliknya, seni tetap bersifat individual dan personal, dengan memusatkan perhatian pada pengalaman hidup manusia perorangan. Nenek moyang kita sudah memperhatikan berbagai kekuatan alam, seperti

52

Page 53: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

hujan, banjir, topan, dan letusan gunung berapi, mereka tidak berdaya menghadapi kekuatan alam tersebut. Gejala alam tersebut pada waktu itu sukar diramalkan, maka berkembanglah tokoh-tokoh supernatural, sehingga muncullah dewa pemarah, dewa pendendam atau mudah jatuh cinta. Tahap selanjutnya manusia mulai mencoba menafsirkan dunia ini terlepas dari belenggu mitos, mereka menatap kehidupan ini tidak lagi dari balik harum dan asap kemenyan. Seperti Ebit G. Ade, tidak lagi berpaling kepada bermacam-macam spekulasi namun bertanya langsung kepada angin, awan dan rumput yang bergoyang. Mempelajari alam, maka pengetahuan akan berkembang untuk kegunaan praktis seperti membuat tanggul, pembasmi hama dan bercocok tanam, maka berkembanglah pengetahuan yang berakar pada pengalaman berdasarkan akal sehat (common sense) yang didukung oleh metode mencoba-coba (trial and error). Pengetahuan berkembanglah terus dan tumbuhlah: Seni terapan (applied arts), yang mempunyai kegunaan langsung dalam kehidupan badaniah sehari-hari. Seni halus (fine arts), yang bertujuan untuk memperkaya spiritual. Seni ini pada hakikatnya mempunyai dua ciri yaitu : Bersifat deskriptif dan fenomenologis, sifat deskriptif ini mencerminkan proses pengkajian yang menitik beratkan kepada penyelidikan gejala-gejala yang bersifat teoritis atomistis (misalnya konsep gravitasi atau magnetan yangbersifat teoritis). Ruang lingkup terbatas, sifat terbatas seni terapan tidak menunjang berkembangnya teori-teori yang bersifat umum seperti teori gravitasi Newton dan teori medan elektromagnetik Maxwell, sebab sebab tujuan analisisnya bersifat praktis. Tiap peradaban betapapun primitifnya mempunyai kumpulan pengetahuan yang berupa akal sehat. Randall dan Buchler (1969) mendefinisikan akal sehat sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat pengalaman secara tidak sengaja yang bersifat spontan dan kebetulan. Titus (1959) karakteristik akal sehat karena: Landasannya yang berakar pada adat dan tradisi, maka akal sehat cenderung untuk bersifat kebiasaan dan pengulangan. Landasannya yang berakar kurang kuat, maka akal sehat cenderung untuk bersifat kabur dan samar-samar. Simpulan yang ditarik sering berdasarkan asumsi yang tidak teruji. Berdasarkan akal sehat, adalah masuk akal setelah beberapa kali mengalami terbit dan terbenamnya matahari untuk menyimpulkan bahwa matahari berputar mengelilingi bumi. Oleh karena itu penemuan ilmiah yang mula-mula sukar diterima oleh masyarakat sebab bertentangan dengan akal sehat, seperti penemuan bahwa bukan matahari yang mengelilingi bumi melainkan sebaliknya. Perkembangan selanjutnya dari pengetahuan adalah tumbuhnya rasionalisme yang secara kritis mempermasalahkan dasar-dasar pikiran yang bersifat mitos. Pada dasarnya rasionalisme bersifat majemuk dengan berbagai kerangka pemikiran yang dibangun secara deduktif disekitar pemikiran tertentu. Dalam menafsirkan suatu obyek tertentu, maka berkembanglah berbagai pendapat, aliran, teori dan madhab filsafat. Rasionalisme dengan pemikiran deduktif sering menghasilkan simpulan yang

53

Page 54: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

benar bila ditinjau dari alur-alur logika, namun terkadang sangat bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya. Bagaimana caranya agar dapat mengembangkan ilmu yang mempunyai kerangka penjelasan yang masuk akal dan sekaligus mencerminkan yang sebenarnya? Dari pertanyaan tersebut, maka berkembanglah metode eksperimen yang merupakan jembatan antara penjelasan teoritis yang hidup di alam rasional dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris. Metode eksperimen dikembangkan oleh sarjana-sarjana Muslim pada abad keemasan Islam, ketika itu ilmu dan pengetahuan lainnya mencapai kulminasi antara abad IX dan XII Masehi. Semangat mencari kebenaran dimulai oleh pemikir-pemikir Yunani dan hampir padam dengan jatuhnya kaisar Romawi, kemudian dihidupkan kembali dalam kebudayaan Islam. Jika orang Yunani adalah bapak metode ilmiah, maka orang muslim adalah bapak angkat metode ilmiah. Dalam perjalanan sejarah, maka lewat muslimlah dan bukan lewat kebudayaan latin, dunia modern sekarang ini mendapat kekuatan dan cahayanya. Pertanian di Spanyol misalnya mendapat warisan peradaban Islam yang bermanfaat sampai saat ini yakni dalam bentuk irigasi yang bersumber pada penghargaan bangsa Arab yang sangat tinggi terhadap air yang sangat langka di padang pasir. Berkembang dan diterimanya metode ilmiah adalah sebagai paradigma oleh masyarakat keilmuan, maka sejarah kemanusiaan menyaksikan perkembangan pengetahuan yang sangat cepat. Metode ilmiah memanfaatkan kelebihan metode-metode berpikir yang ada dan mencoba untuk memperkecil kekurangannya. Pengetahuan ilmiah tidak sukar untuk diterima, sebab pada dasarnya adalah akal sehat, meskipun ilmu bukanlah sembarang akal sehat, meskipun ilmu bukanlah sembarang akal sehat melainkan akal sehat terdidik. Pengetahuan ilmiah tidak sukar untuk dipercaya, sebab dapat diandalkan, meskipun tentu saja tidak semua masalah dapat dipecahkan secara keilmuan.

C. Metode Ilmiah Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Ilmu merupakan pengetahuan yang didapat lewat metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu, karena ilmu harus memenuhi syarat-syarat tertentu yang tercantum dalam metode ilmiah. Menurut Senn (1971) : Metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan dalam metode tersebut. Metodologi ilmiah merupakan pengkajian dari peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah. Metodologi ini secara filsafat termasuk dalam epistemologi. Epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana mendapatkan pengetahuan : Apakah sumber pengetahuan ?

54

Page 55: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

Apakah hakikat, jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan ? Apakah manusia dimungkinkan untuk mendapatkan pengetahuan ? Sampai tahap mana pengetahuan yang mungin untuk ditangkap manusia ? Huxley (1964) metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerja pikiran, dengan cara bekerja, maka pengetahuan yang dihasilkan diharapkan mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan teruji dan dapat diandalkan. Sebelum teruji kebenarannya secara empiris semua penjelasan rasional yang diajukan statusnya hanya bersifat sementara yang disebut hipotesis. Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang sedang dihadapi. Dalam melakukan penelitian untuk mendapatkan jawaban yang benar seorang ilmuwan seakan-akan melakukan suatu interogasi terhadap alam. Hipotesis dalam hubungan ini berfungsi sebagai petunjuk jalan yang mungkin untuk mendapatkan jawaban, karena alam itu sendiri membisu dan tidak responsif terhadap pertanyaan-pertanyaan. Hipotesis bisa didasarkan secara deduktif, yaitu dengan mengambil premis-premis dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya. Dengan adanya hipotesis ini, maka metode ilmiah sering dikenal dengan logico-hypotheti-coverifikasi. Tyndall (1964) hipotesis merupakan perkawinan yang berkesinambungan antara deduksi dan induksi.Proses induksi mulai memegang peranan dalam tahap verifikasi atau pengkajian hipotesis, dimana dikumpulkan fakta-fakta empiris untuk menilai apakah sebuah hipotesis didukung oleh fakta atau tidak.Penyusunan hipotesis dilakukan dalam kerangka permasalahan yang bereksistensi secara empiris dengan pengamatan yang mau tidak mau mempengaruhi proses berpikir deduktif. Kerangka berpikir ilmiah yang berintikan proses logico-hypothetico-verifikasi terdiri dari : Perumusan masalah, merupakan pertanyaan mengenai obyek empiris yang jelas batas-batasannya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya. Penyusunan kerangka berpikir dalam penyusunan hipotesis, merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling terkait dan membentuk konstelasi permasalahan. Kerangka berpikir disusun secara rasional berdasarkan permis-permis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan. Perumusan hipotesis, merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan simpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan. Pengujian hipotesis, merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak. Penarikan simpulan, merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima.

BAGAN ALIR METODE ILMIAH

55

Page 56: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

D. Struktur Pengetahuan Ilmiah Pengetahuan yang diproses menurut metode ilmiah merupakan pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat keilmuan => Pengetahuan Ilmiah atau Ilmu. Sebuah hipotesis yang telah teruji secara formal diakui sebagai pernyataan pengetahuan ilmiah yang baru yang memperkaya khasanah ilmu yang telah ada. Metode ilmiah mempunyai mekanisme umpan balik yang bersifat korektif yang memungkinkan upaya keilmuan menemukan kesalahan. Sebaliknya bila ternyata pengetahuan ilmiah yang baru itu benar, maka pernyataan yang terkandung dapat dipergunakan sebagai premis baru dalam kerangka pemikiran yang menghasilkan hipotesis-hipotesis baru, kemudian ternyata dibenarkan pada proses pengujian, maka akan menghasilkan pengetahuan-pengetahuan ilmiah baru. Pada dasarnya ilmu dibangun secara bertahap dan sedikit demi sedikit dimana para ilmuwan memberikan sumbangan menurut kemampuannya. Tidak benar anggapan bahwa ilmu dikembangkan hanya oleh para jenius saja yang bergerak dalam bidang keilmuan. Secara kuantitatif ilmu dikembangkan oleh masyarakat keilmuan secara keseluruhan, meskipun secara kualitatif beberapa orang jenius seperti Newton atau Einstein merumuskan landasan-landasan baru yang bersifat mendasar. Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang bersifat menjelaskan berbagai gejala alam yang memungkinkan manusia melakukan serangkaian tindakan untuk mengatasi gejala tersebut berdasarkan penjelasan yang ada. Penjelasan keilmuan memungkinkan kita meramalkan apa yang akan terjadi dan berdasarkan ramalan tersebut kita bisa melakukan upaya untuk mengontrol agar ramalan itu menjadi kenyataan atau tidak. Secara garis besar terdapat empat jenis penjelasan yaitu : Penjelasan deduktif, menggunakan cara berpikir deduktif dalam menjelaskan suatu gejala dengan menarik simpulan logis dari premis-premis yang telah ditetapkan sebelumnya. Penjelasan probabilistik, merupakan penjelasan yang ditarik secara induktif dari sejumlah kasus. Penjelasan fungsional, merupakan penjelasan yang meletakkan sebuah unsur dalam kaitannya dengan sistem secara keseluruhan yang mempunyai karakteristik atau perkembangan tertentu. Penjelasan genetik, menggunakan faktor-faktor yang timbul sebelumnya dalam menjelaskan gejala yang muncul kemudian. Teori merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai

56

Page 57: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

suatu faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan. Ilmu Ekonomi => Teori ekonomi makro dan mikro Ilmu Fisika => Teori mekanika Newton Sebuah teori biasanya terdiri dari hukum-hukum. Misalnya dalam teori ekonomi mikro dikenal dengan hukum permintaan dan penawaran. Hukum disini pada hakekatnya merupakan pernyataan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat. Misalnya pada hukum ekonomi dapat dilihat hubungan sebab akibat antara permintaan, penawaran dan pembentukan harga. Pengetahuan ilmiah dalam bentuk teori dan hukum harus mempunyai tingkat keumuman yang tinggi, atau secara ideal harus bersifat universal. Makin tinggi tingkat keumuman sebuah konsep, maka makin teoritis konsep tersebut. Beberapa disiplin keilmuan sering mengembangkan apa yang disebut postulat dalam menyusun teorinya. Postulat merupakan asumsi dasar yang kebenarannya kita terima tanpa dituntut pembuktiannya. Kebenaran ilmiah harus disahkan lewat sebuah proses yang disebut metode keilmuan, sedangkan postulat ilmiah ditetapkan secara begitu saja.

AKSIOLOGINILAI KEGUNAAN ILMUA. Ilmu dan MoralMerupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat berhutang kepada ilmu dan teknologi. Berkat kemajuan dalam bidang ini maka pemenuhan kebutuhan manusia bisa dilakukan dengan cepat dan mudah, disamping itu kemudahan dibidang lainnya, seperti kesehatan, transportasi, pendidikan, pemukiman dan komunikasi.Namun dalam kenyataannya apakah ilmu selalu merupakan berkah terbebas dari kutuk yang membawa malapetaka dan kesengsaraan ? Sejak dalam tahap-tahap pertama pertumbuhan ilmu, sudah dikaitkan dengan perang. Ilmu bukan saja digunakan untuk menguasai alam, melainkan juga untuk memerangi sesama manusia dan menguasainya. Di pihak lain, perkembangan ilmu sering merupakan faktor (masalah) bagi manusia, dimana bukan lagi teknologi yang berkembang seiring dengan perkembangan dan kebutuhan manusia, namun justru sebaliknya, manusialah akhirnya yang harus menyesuaikan diri dengan teknologi. Teknologi tidak lagi berfungsi sebagai sarana yang memberikan kebutuhan bagi manusia, melainkan berada untuk tujuan eksistensinya sendiri. Kadang-kadang harus dibayar mahal oleh manusia yang kehilangan sebagian arti kemanusiannya. Manusia sering diharapkan dengan situasi yang tidak bersifat manusiawi, terpenjara dalam kisi-kisi teknologi, yang merampas kemanusiaan dan kebahagiannya. Dewasa ini ilmu bahkan sudah berada diambang kemajuan yang mempengaruhi reproduksi dan penciptaan manusia itu sendiri. Ilmu bukan saja menimbulkan gejala dehumanisasi, namun bahkan kemungkinan mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri, atau dengan perkataan lain ilmu bukan lagi merupakan sarana yang membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, namun juga menciptakan tujuan hidup itu sendiri.

57

Page 58: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

Menghadapi kenyataan ini, maka ilmu mempelajari alam sebagaimana adanya mulai mempertanyakan hal-hal yang bersifat seharusnya : Untuk apa sebenarnya ilmu itu harus digunakan ? Di mana batas wewenang penjelajahan keilmuan ? Ke arah mana perkembangan keilmuan harus diarahkan ? Pertanyaan di atas jelas tidak merupakan urgensi bagi ilmuwan seperti Copernicus, Galileo dan ilmuwan seangkatannya, namun bagi ilmuwan yang hidup dalam abad kedua puluh yang telah mengalami dua kali perang dunia hidup dalam kekhawatiran perang dunia ketiga, maka pertanyaan-pertanyaan tersebut tak dapat dielakkan, maka untuk menjawab pertanyaan ini ilmuwan berpaling kepada hakikat moral. Sejak pertumbuhannya ilmu sudah terkait dengan masalah-masalah moral, namun dalam perspektif yang berbeda. Copernicus (1473 - 1543) mengajukan teorinya tentang kesemestian alam dan menemukan bahwa bumi yang berputar mengelilingi matahari dan bukan sebaliknya seperti apa yang dinyatakan oleh ajaran agama, maka timbullah interaksi antara ilmu dan moral (yang bersumber pada ajaran agama) yang berkonotasi metafisik. Dalam tahap kontemplasi masalah moral berkaitan dengan metafisik keilmuan, maka dalam tahap manipulasi masalah moral berkaitan dengan cara penggunaan pengetahuan ilmiah. Secara filsafati dapat dikatakan dalam tahap pengembangan konsep terdapat masalah moral yang ditinjau dari segi ontologi keilmuan, sedangkan tahap penerapan konsep terdapat masalah moral ditinjau dari segi aksiologi. Ontologi diartikan sebagai pengkajian mengenai hakikat realitas dari obyek yang ditelaah dalam membuahkan pengetahuan. Aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan ilmiah. Teknologi yang mengakibatkan proses dehumanisasi sebenarnya lebih merupakan masalah kebudayaan daripada masalah moral, artinya dihadapkan dengan ekses teknologi yang bersifat negatif, maka masyarakat harus menentukan teknologi mana saja yang akan dipergunakan dan teknologi mana yang tidak. Secara konseptual berarti masyarakat harus menetapkan strategi pengembangan teknologi, sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dijunjungnya. Masalah moral tak bisa dilepaskan dengan tekad manusia untuk menemukan kebenaran, sebab untuk menemukan kebenaran diperlukan keberanian moral. Sejarah kemanusiaan dihiasi semangat para martir yang rela mengorbankan nyawanya dalam mempertahankan apa yang mereka anggap benar. Peradaban telah menyaksikan Sokrates dipaksa meminum racun dan John Huss dibakar. Kemanusiaan tak pernah urung dihalangi untuk menemukan kebenaran. Tanpa landasan moral, maka ilmuwan mudah sekali tergelincir dalam melakukan prostitusi intelektual.

B. Tanggung Jawab Sosial Ilmuwan Penciptaan ilmu bersifat individual, namun komunikasi dan penggunaannya bersifat sosial. Peranan individu inilah yang menonjol dalam kemajuan ilmu dimana penemuan seorang, seperti Newton atau Edison dapat mengubah wajah peradaban. Kreativitas individu yang didukung oleh sistem komunikasi sosial yang bersifat terbuka menjadi proses pengembangan ilmu yang berjalan sangat efektif.

58

Page 59: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

Secara historis fungsi sosial dari kaum ilmuwan telah lama dikenal dan diakui, misalnya : Raja Charles II dari Inggris mendirikan The Royal Society yang bertindak selaku penawar bagi fanatisme di masyarakat pada waktu itu. Andre Sakharov bukan saja mewakili sikap pribadinya, namun pada hakikatnya mencerminkan sikap kelembagaan profesi keilmuan dalam menanggapi masalah-masalah sosial. Penelaah ilmiah dimulai dengan menentukan masalah dan demikian juga halnya dengan proses keputusan dalam hidup bermasyarakat. Apakah mungkin suatu masalah diselesaikan sekiranya masyarakat itu sendiri tidak sadar akan pentingnya masalah tersebut? Beberapa masalah sedemikian eksoterik dan rumit, sehingga masyarakat tidak dapat meletakkan dalam proporsi yang sebenarnya. Dari masalah tersebut, maka peranan ilmuwan menjadi suatu yang imperatif. Ilmuwan mempunyai latar belakang pengetahuan yang cukup untuk menempatkan masalah tersebut pada proporsi yang sebenarnya. Oleh sebab itu ilmuwan mempunyai kewajiban sosial untuk menyampaikan hal tersebut kepada masyarakat banyak dalam bahasa yang dapat dicerna. Tanggung jawab ilmuwan dalam hal ini adalah memberikan perspektif yang benar, untung dan ruginya, baik dan buruknya, sehingga penyelesaian yang objektif dapat dimungkinkan. Ilmuwan berdasarkan pengetahuannya memiliki kemampuan untuk meramalkan apa yang terjadi. Misalnya apa yang akan terjadi dengan ilmu dan teknologi dimasa yang akan datang berdasarkan proses pendidikan keilmuan sekarang. Kemampuan analisis seorang ilmuwan mungkin menemukan alternatif dari obyek permasalahan yang sedang menjadi pusat perhatian. Kemampuan analisis seorang ilmuwan dapat dipergunakan untuk mengubah kegiatan non produktif yang menjadi kegiatan produktif yang bermanfaat bagi masyarakat banyak. Kemampuan pengetahuan seorang ilmuwan harus dapat mempengaruhi opini masyarakat terhadap masalah-masalah yang seyogyanya mereka sadari. Dalam hal ini berbeda dengan menghadapi masyarakat ilmuwan yang etis dan esoterik, ilmuwan harus berbicara dengan bahasa yang dapat dicernakan oleh orang awam. Proses menemukan kebenaran secara ilmiah mempunyai implikasi etis bagi seorang ilmuwan. Karakteristik proses tersebut merupakan kategori moral yang melandasi sikap etis seorang ilmuwan. Salah satu sendi masyarakat modern adalah ilmu dan teknologi. Kaum ilmuwan tidak boleh picik dan menganggap ilmu dan teknologi itu alpha dan omega dari segala-galanya, masih terdapat banyak lagi sendi-sendi lain yang menyangga peradaban manusia yang baik. Berdirinya pilar penyangga keilmuan ini merupakan tanggung jawab sosial seorang ilmuwan, sebab hal ini merupakan bagian dari hakikat ilmu itu sendiri.

C. Nuklir dan Pilihan Moral Seorang ilmuwan secara moral tidak akan membiarkan hasil penemuannya dipergunakan untuk menindas bangsa lain meskipun yang mempergunakan itu adalah bangsanya sendiri. Pilihan moral ini kadang-kadang memang getir, sebab tidak bersifat hitam di atas putih. Akibatnya bom atom di Hirosima dan Nagasaki masih berbekas dalam

59

Page 60: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

lembaran sejarah kemanusiaan. Salah satu musuh kemanusiaan yang besar adalah peperangan, karena perang menyebabkan kehancuran, pembunuhan dan kesengsaraan. Oleh karena itu tugas ilmuwan adalah untuk menghilangkan atau mengecilkan terjadinya peperangan. Kemajuan ilmu pengetahuan tidak melalui loncatan-loncatan yang tidak berketentuan, melainkan melalui proses kumulatif secara teratur. Misalnya penyembuhan penyakit kanker harus didahului dengan penemuan dasar dibidang biologi molekuler. Usaha menyembunyikan kebenaran dalam proses kegiatan ilmiah merupakan kerugian bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu ilmu pengetahuan itu bersifat netral, sehingga dengan kenetralan ini menjadikan ilmu bersifat universal. Ilmu mengabdi pada kemanusiaan dengan menyumbangkan penemuan-penemuan yang didapat lewat kegiatan ilmiah. Kemanusiaan bagi seorang ilmuwan tidak terikat oleh ruang dan waktu. Pengetahuan bisa merupakan berkah dan mungkin merupakan kutukan, tergantung bagaimana memanfaatkan pengetahuan tersebut. Bilamana ilmu pengetahuan dipergunakan tidak sebagaimana mestinya, tidak membawa berkah kepada kemanusiaan sebagaimana yang diharapkan dan bahkan menjadi kutukan. Oleh karena itu ilmuwan wajib bersikap dan tampil ke depan.

D. Revolusi Genetika Revolusi genetika merupakan babak baru dalam sejarah keilmuan manusia. Hal ini bukan berarti bahwa sebelumnya tidak pernah ada penelaahan ilmiah yang berkaitan dengan jasad manusia, tentu banyak sekali, namun penelaahan-penelaahan itu dimaksudkan untuk mengembangkan ilmu dan teknologi dan tidak membidik secara langsung manusia sebagai obyek penelaahan. Ilmu berfungsi sebagai pengetahuan yang membantu manusia dalam mencapai tujuan. Tujuan hidup berkaitan erat dengan hakikat kemanusiaan, dan bersifat otonom. Apa sebenarnya tujuan hidup manusia? Dalam hal ini maka ilmu tidak berwenang untuk menentukan, artinya ilmu tidak berhak menjamah daerah kemanusiaan yang akan mempunyai pengaruh terhadap kelangsungan hidupnya. Analisis substantif dari pemikiran tersebut diatas membawa kepada beberapa permasalahan seperti : Sekiranya mampu membiakan manusia yang IQ-nya 160, apakah ilmu memberi jaminan bahwa dia akan berbahagia (bila kebahagiaan merupakan tujuan manusia). Dalam hal ini ilmu tidak akan memberikan jawaban yang bersifat apriori (sebelumnya), sebab kesimpulan ilmiah baru bisa ditarik setelah proses pembuktian yang bersifat aposteori (sesudahnya). Jadi secara moral bersedia meluruskan penciptaan manusia yang mempunyai IQ 160, maka dengan ilmu-pun tidak bisa memberikan jaminan bahwa dia berbahagia. Secara moral kita lakukan evaluasi etis terhadap suatu obyek yang tercakup dalam obyek formal ilmu. Menghadapi nuklir yang sudah merupakan kenyataan, moral hanya mampu memberikan penilaian yang bersifat aksiologis, bagaimana sebaiknya mempergunakan tenaga nuklir untuk keluhuran martabat manusia.

RANGKUMAN NALARKONTEMPLASI DAN REALITA(HERMAN SOEWARDI, 1998)

60

Page 61: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

1. Dalam ilmu sejarah, barat memandang perjalanan sejarah dunia berlandaskan pada paradigma mereka, sedangkan di timur, merekapun memandang, bahwa barat banyak mengadopsi paradigma timur. Adapun Allah SWT "Dia mengajarkan kepada manusia yang tidak diketahuinya" Al-Alaq : 5. Bagaimana rasio ilmu manusia terhadap ilmu Allah.2. Evolusi di dunia itu ada dan itu adalah qudrat yaitu pergerakan dari simpel ke kompleks dan gerak itu selalu diayomi oleh Allah. Hal ini dibuktikan dengan diturunkannya para Nabi sebagai pengayom yang meluruskan kehidupan manusia di tiap periode. Puncak pengayoman adalah lahirnya Nabi Muhammad SAW dan kitab Al-Qur'an, untuk mengayomi manusia modern.3. Ilmu alamiah bersifat; phenomena dapat konseptualisasikan dengan tegas, pengukuran konsep dapat rasional atau mutlak, sistem komputasi menggunakan statistik para metrik. Adapun ilmu sosial bersifat; phenomena konsep bersifat overlapping, skala pengukuran nominal (A beda dengan B atau biru, putih, hijau), ordinal (A lebih besar dari B), interval (berbeda berskala).4. Tujuan fungsi Al-Qur'an; Nur Mubin (cahaya pembimbing, 4 : 17-40, Hudan (penyuluh/petunjuk), Shyifa (obat), Rohmah (rahmat), Ma'idzoh (nasehat, 10 : 57), Basyir (berita, pesan), Nadzir (peringatan, 41 : 3-4).5. Prestasi Nabi Muhammad; kecil sebagai yatim, ia hidup prihatin dan jadi penggembala maka berjiwa sayang lingkungan, muda menjadi pengusaha sukses, kenal dengan konglomerat dan tokoh kabilah, menjadi penengah pertikaian politik antara suku Quraisy saat membangun Ka'bah, berhasil membangun Negara Madinah.6. Golongan Jabariah, memandang bahwa manusia tidak berdaya karena dosa ada di tangan Tuhan, adapun Mu'tazillah menundukkan hukum naqli kepada hukum akal, karena alam dapat dipahami oleh akal manusia.7. Kelahiran faham freedom (kebebasan) dituntut kekuatan psikis yang memerlukan "nerving" (pembarnian), yang melahirkan "new scurity" yaitu sukses dalam pengumpulan harta merupakan keterpilihan, pengejaran harta merupakan perintah agama (berkembang di Eropa).8. Abad filsafat (abad 17) dan sains modern, Descartes memulai dengan pola pemikiran dedukatif dan Francis Bacon memulai dengan pemikiran induktif.9. Kemajuan Eropa meningkat (abad 18) pada abad enlightenment (pencerahan) yaitu untuk mencapai efektifitas pemikiran maka kukungan gereja sekalipun harus terlepas. Bidang eknomi, Adam Smith berpandangan bahwa kebangkitan ekonomi harus dilecit oleh self-interest.10. Abad 19 berkembang utilitarianisme (hedonisme) dimana dikatakan Marshall "the Good (moral) is resistance to pleasure" atau moral itu penghalang untuk tercapainya kenikmatan, lalu "variety is the spice of life" bahwa kebutuhan orang itu tidak ada batasnya.11. Ekonomi modern menjadi "wants" yaitu berbagai keinginan dan bukan "needs" atau kebutuhan.12. Konsep pembangunan Indonesia; Azas Sumitro-isme (membangun berlandaskan SDM murah), azas Ginanjar-isme (pemberdayaan masyarakat), azas Habibi-isme (fungsi nilai tambah).13. Ginanjar-isme disebut Mosher "The Progessive Rural Structure" tahun 1969. Dalam rangka Bimas, struktur progresif disebut Unit Desa dengan catur sarana yang telah melepaskan swasembada beras tahun 1984.14. Pengembangan konsep Ginanjar, di Jawa Barat dikembangkan Santri Raksa Desa (sarasa) pada pertengahan tahun 90-an.15. Adapun azas Habibiisme, mengembangkan teknologi strategis yang telah

61

Page 62: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

menghasilkan pesawat terbang CN-35 dan Gatot Kaca, namun dalam pemasarannya baru mampu dibarter dengan beras ketan dan gaplek singkong.16. Puncak keprihatinan bangsa adalah kegagalan ekonomi dan pemerintahan dibawah serangkaian kabinet "ORDE BARU" yang faktor penyebabnya diawali oleh terlalu lamanya kekuasaan dijalankan oleh satu kabinet pemerintahan yang disinyalir berjalan sejak 1965 hingga 1997. Perhatikan jalur kekeliruannya tersebut.17. Wara laba (lebih keuntungan) yaitu kerjasama antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil yang berkembang setelah Perang Dunia kedua di Eropa. Awalnya berkembang dengan wara laba asing seperti Kentucky (KFC) dan Dunkin Donnat dll. Di Indonesia dikenal dengan wara laba lokal, menggunakan produk lokal. Bisa menggunakan merek dagang, asistensi, pelatihan, pemasaran dll.18. Perhatikan perkembangan ; Demokrasi (politik), HAM (pembangunan), ANDAL (eksplorasi SDA dan pengembangan pembangunan), quality control (produk barang industri), dan haki (perlindungan hak cipta dan paten).19. Ali bin Abi Thalib ; hari ini lebih baik dari kemarin (untung), hari ini sama dengan kemarin (rugi), hari ini lebih buruk dari kemarin (celaka). Semangat bushido (pantang menyerah), keluar mulut harimau, masuk mulut buaya, keluar mulut buaya masuk mulut ular, tetapi mendapat harimau, kulit buaya dan kulit ular seklaigus.

PILIHAN NABI SAAT MI'RAJ MENJADI SAINS EMPIRIKAL (DASAR ILMU DAN PENGALAMAN)

TitikTetapan

Landasan filsafat Sains empirikalDasar ilmu dan pengalaman

Hasil akhirDiri (psikolog) Antar diri (Sosiologi) Keduanya (ekonomi) KUFURSains barat sekuler.Garis alkohol mengabdi pada self interest POSITIVISM(Rasionalisasi) Amarah (libido = nafsu birahi) 12 : 15 Nafsu menyuruh pada kejahatan Conflict Competition for Gain (serakah) HAPPINESSSesaat (diganti resah gelisah) 57 : 20MUKMIN Mengabdi kepada Allah. Garis susu, sains Tauhidullah ISLAMAqidah-syari'ah(iman dan taqwa) Akhlaq(mutmainnah) 89 : 27 - 30 jiwa yang tenang kembali pada Tuhannya Ukhuwah (semua muslim bersaudara) 49 : 10 Competition for achievment "fastabiqul khairat" (Hanif) 2 : 148 HASANAH"baldatun toyibatun, warabbun ghafuur" 2 : 201

Dua jalur dari orang yang mendapat hidayah dan yang tidak?(12 : 53) : Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh pada kejahatan(57 : 20) : Kehidupan dunia hanyalah permainan dan kesenangan yang menipu.

62

Page 63: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

(89 : 27-30) : Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai.(49 : 10) : Sesungguhnya orang-orang mukmin bersaudara (2 : 210) : Ya Tuhan kami, berilah kami kehidupan di dunia yang baik dan di akhirat yang baik.

Catatan : kehidupan di dunia yang baik, tidak identik dengan senang dan santai.

D. Hubungan antara Filsafat dan Ilmu Serta Objek Kajiannya

Dari zaman Plato (348 SM) sampai masa al-Kindi (1209 M), boleh dikatakan

tidak ada batas antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Karena seorang filosof pada

zaman tersebut pasti menguasai semua ilmu. Tetapi dengan adanya perkembangan

daya pikir manusia yang mengembangkan filsafat pada tingkat praktis, sehingga

ilmu mengalami loncatan perkembangan dibandingkan dengan loncatan filsafat.

Walaupun sesungguhnya ilmu lahir dari filsafat, tetapi dalam perkembangannya

dan dengan didukung oleh kecanggihan teknologi, maka perkembangan ilmu

pengetahuan telah mengalahkan perkembangan filsafat. Bahkan wilayah kajian

filsafat seolah menjadi lebih sempit dibandingkan dengan masa awal

perkembangannya dari pada wilayah kajian ilmu. Oleh karena itulah, muncul

suatu anggapan bahwa untuk saat ini, filsafat tidak lagi dibutuhkan bahkan

dianggapnya kurang relevan lagi dikembangkan. Sebab manusia saat ini lebih

membutuhkan ilmu yang sifatnya praktis dari pada filsafat yang terkadang sulit

”dibumikan”. Lalu pertanyaannya sekarang, benarkah demikian ?

Kartini Kartono (1996) seperti yang dikutip oleh Cecep Sumarna mengemukakan

bahwa ilmu telah menjadi sekelompok pengetahuan yang terorganisir dan

tersusun secara sistematis. Tugas ilmu menjadi lebih luas, yakni bagaimana ia

mempelajari gejala-gejala sosial lewat observasi dan eksperimen.

Di lain pihak berpendapat bahwa keinginan-keinginan melakukan observasi dan

eksperimen itu sendiri, dapat didorong oleh keinginannya untuk membuktikan

hasil pemikiran filsafat yang cenderung spekulatif ke dalam bentuk ilmu yang

praktis. Dengan demikian, menurut Sony Kerap ilmu pengetahuan dapat diartikan

sebagai keseluruhan lanjutan sistem pengetahuan manusia yang telah dihasilkan

oleh hasil kerja filsafat, kemudian dibukukan secara sistematis dalam bentuk ilmu

yang terteorisasi.

63

Page 64: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

Kebenaran ilmu dibatasi hanya pada sepanjang pengalaman dan sepanjang

pemikiran, sedangkan filsafat menghendaki pengetahuan yang komprehensif dan

itu tidak dapat diperoleh dalam ilmu, yakni; yang luas, yang umum dan universal

(menyeluruh).

Dari pandangan dan anggapan yang dikemukakan di atas, AM. Saefuddin justru

menyatakan bahwa filsafat merupakan sesuatu yang dibutuhkan manusia saat ini,

sebagaimana butuhnya manusia terhadap ilmu pengetahuan. Menurut AM.

Saefuddin, filsafat dapat ditempatkan pada posisi maksimal pemikiran manusia

yang pada tarap tertentu tidak mungkin dapat dijangkau oleh ilmu. Menurutnya,

menafikan kehadiran filsafat, sama artinya dengan melakukan penolakan terhadap

kebutuhan riil dari realitas kehidupan manusia yang memiliki sifat untuk terus

maju.

Di samping itu, ilmu dapat dibedakan dengan filsafat. Kalau ilmu bersifat

pasteriori; yakni kesimpulannya ditarik setelah malakukan pengujian-pengujian

secara berulang-ulang. Bahkan pada hal tertentu ilmu menuntut untuk

diadakannya percobaan dan pendalaman untuk mendapatkan esensinya.

Sedangkan filsafat bersifat priori; yakni kesimpulan-kesimpulannya ditarik tanpa

pengujian. Sebab filsafat tidak mengharuskan adanya data empiris, ia bersifat

spekulatif dan kontemplatif.

Kebenaran filsafat tidak dapat dibuktikan oleh filsafat itu sendiri, tetapi hanya

dapat dibuktikan oleh teori-teori keilmuan melalui observasi dan eksperimen atau

memperoleh justifikasi kewahyuan. Dengan demikian, tidak setiap filosof dapat

disebut sebagai ilmuwan. Sebaliknya, tidak semua ilmuwan dapat disebut filosof.

Meskipun cara kerjanya sama, yakni sama-sama menggunakan aktivitas berfikir,

tetapi aktivitas berfikir ilmuwan sangat berbeda dengan aktivitas berfikir filosof.

Penjelasan lebih lanjut mengenai aktivitas berfikir ilmuwan dan berfikir filosof

dapat dilihat pada pembahsan tentang ciri-ciri berfikir filsafat dan ciri-ciri

kebenaran ilmiah.

Selain itu, filsafat dan ilmu sama-sama mencari kebenaran. Ilmu bertugas

melukiskan, sedangkan filsafat bertugas untuk menafsirkan kesemestaan.

Aktivitas ilmu digerakkan oleh pertanyaan ’bagaimana menjawab pelukisan’,

64

Page 65: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

sedangkan filsafat menjawab atas pertanyaan lanjutan ’bagaimana sesungguhnya

fakta itu, dari mana awalnya dan akan ke mana akhirnya’.

Dari gambaran yang dikemukakan di atas memberikan pemahaman bahwa filsafat

di satu sisi dapat menjadi pembuka bagi lahirnya ilmu pengetahuan, tetapi pada

sisi yang lain ia juga dapat berfungsi sebagai cara kerja akhir ilmuwan. Tegasnya,

filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan dapat menjadi pembuka dan sekaligus

pamungkas keilmuan yang tidak dapat diselesaikan oleh ilmu.

Filsafat dapat merangsang lahirnya sejumlah keinginan dari temuan filosofis

melalui berbagai observasi dan eksperimen yang melahirkan berbagai cabang

ilmu. Pada kenyataannya hampir tidak ada satu cabang ilmupun yang terlepas atau

tidak terkait dengan persoalan filsafat. Bahkan untuk kepentingan perkembangan

ilmu itu sendiri, lahir suatu disiplin filsafat untuk mengkaji ilmu pengetahuan

yang kemudian dinamakan filsafat ilmu. Dengan demikian terlihat adanya pola

relasi antara filsafat dengan ilmu. Walaupun pola relasi (hubungan) ini dapat

berbentuk persamaan dan atau perbedaan antara filsafat dan ilmu.

E. Kedudukan dan Fungsi Filsafat Bagi Manusia

Seperti diketahui bahwa filsafat muncul sebagai manifestasi dari kegiatan berpikir

manusia yang selalu mempertanyakan, menganalisa, sampai ke akar-akarnya

tentang hakikat dari realitas yang ada dihadapannya. Naluri manusia yang selalu

ingin tahu dan selalu mempertanyakan segala sesuatu sampai ke radiksnya itulah

yang menimbulkan lahirnya filsafat. Hal-hal yang sering menggoda pikiran

manusia untuk selalu mempertanyakannya, antara lain: Apakah alam itu

sesungguhnya, apakah hanya ada dalam pikiran dan tidak mempunya wujud

secara realitas ?, apakah ia tunduk di bawah peraturan hukum mekanika ataukah ia

tunduk kepada suatu rencana, tujuan dan sasaran ?; Siapakah manusia itu

sesungguhnya ? apakah akal yang dimilikinya yang selalu berpikir adalah sesuatu

yang berbeda dari benda, ataukah ia hanya merupakan perpaduan atom-atom

seperti halnya benda-benda lain ? Manusia itu hidup; tetapi apakah hidup itu ?,

suatu ketika ia akan mati, lalu apakah kematian itu ? kemana ia pergi sesudah mati

? Siapakah yang menciptakan alam, manusia, kehidupan dan kematian itu ? Dan

65

Page 66: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

masih banyak sederetan pertanyaan-pertanyaan yang dapat dikemukakan dalam

mengungkap keingintahuan manusia. Tetapi kalau disimpulkan, maka semua

pertanyaan itu akan berkisar pada tiga persoalan pokok yang selalu dibahas

manusia, yaitu persoalan alam, manusia dan persoalan tentang Tuhan. Meskipun

ilmu pengetahuan dan agama telah berupaya untuk menjawab persoalan-persoalan

itu, namun manusia dengan naluri tanya dan pikirnya tetap mempersoalkan hal-hal

itu lebih jauh.

Perbedaan kemampuan, lingkungan serta perbedaan ruang dan waktu, di mana

manusia memberikan jawaban-jawabannya terhadap persoalan-persoalan tersebut,

menyebabkan terjadinya perbedaan-perbedaan jawaban dalam masalah-masalah

yang sama. Akhirnya muncullah aliran-aliran dan konsepsi-konsepsi pemikiran

tentang hal-hal tersebut di atas. Ada yang saling bersamaan, ada yang

bersinggungan dan tidak sedikit yang saling bertentangan. Karena sifat relatif akal

manusia itulah yang menjadi salah satu penyebab terjadinya perbedaan-perbedaan

itu

Persoala-persoalan yang dihadapi manusia dari zaman ke zaman memperlihatkan

gejala perkembangan ke arah yang semakin kompleks. Kalau zaman dahulu

persoalan manusia masih sangat sederhana, maka lambat laun persolan-persoalan

itu semakin banyak dan semakin beragam, yang tentunya mengundang pemikiran

yang beraneka ragam pula. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan dan bukan

merupakan sesuatu yang aneh kalau pemikiran-pemikiran yang muncul ke

permukaan semakin banyak, seirama dengan perkembangan zaman yang lebih

banyak menimbulkan problema.

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa persoalan yang dibicarakan oleh filsafat

dari dulu hingga kini tetap berkisar pada tiga masalah pokok di atas persoalan

alam, manusia dan Tuhan Tetapi aspek-aspek filosofis dari ketiga persoalan itu,

utamanya tentang alam dan manusia selalu berkembang dan bervariasi dari masa

ke masa. Perkembangan itu pulalah yang menimbulkan pemikiran-pemikiran

dalam bidang filsafat semakin banyak dan semakin bervariasi.

Di samping itu, filsafat yang semula merupakan induk dari ilmu pengetahuan,

kemudian ditinggalkan oleh anak-anaknya, kini kembali merajuk hubungan yang

66

Page 67: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

mesra antara keduanya (filsafat dan ilmu pengetahuan). Hubungan itu terlihat

pada usaha menggunakan filsafat sebagai pisau analisa terhadap disiplin ilmu

yang beragam itu.

Dalam hal ini filsafat berkedudukan sebagai mediator untuk mencari hubungan-

hubungan yang dapat merangkum disiplin yang berbeda-beda itu. Dengan kata

lain, bahwa dalam dunia ilmu pengetahuan, filsafat sekarang ini berfungsi sebagai

salah satu sarana dan alat pendekatan interdisiplin yang akan merangkum atau

sekurang-kurangnya mencari hubungan antara berbagai disiplin yang bermacam-

macam, sehingga menjadi suatu rangkaian yang saling berkaitan.

Dewasa ini terlihat dengan jelas filsafat dijadikan sebagai atribut dari satu disiplin

ilmu tertentu, misalnya: filsafat ekonomi, filsafat hukum, filsafat sosial, filsafat

politik, filsafat administrasi, filsafat sejarah, dan sebagainya. Dari hal-hal seperti

tersebut di atas, maka filsafat merupakan usaha pendalaman lebih lanjut dari ilmu

pengetahuan sebagai suatu hasil berpikir yang mendalam.

Karen filsafat berusaha mencari jawaban dari berbagai persoalan hidup manusi

yang tidak mampu dijawab oleh ilmu pengetahuan, maka filsafat sangat penting

kedudukannya bagi manusia. Dengan demikian, filsafat tidak hanya berada di

awang-awang seperti yang diduga oleh sebagian orang, tetapi ia memiliki nilai

praktis dan manfaatnya dapat dirasakan secara kongkrit oleh manusia pada

umumnya. Sebab filsafat itu sesungguhnya membimbing manusia untuk berpikir

secara utuh dan bulat, sehingga manusia dapat menjawab problema-problema

secara interdisiplin

F. Ciri-ciri Berpikir Filsafat dan Teori Kebenarannya

Berfilsafat berarti berpikir, tetapi tidak semua aktivitas berpikir dapat disebut

berfilsafat. Menurut Cecep Sumarna suatu kerangka berpikir tertentu, baru dapat

disebut berfilsafat apabila memenuhi ciri-ciri sebagai berikut:

a. Radikal (radix – Yunani), arti dasarnya adalah akar. Jadi berpikir radikal berarti

67

Page 68: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

berpikir sampai ke akar-akarnya, tidak tanggung-tanggung, tidak ada sesuatu yang

terlarang untuk dipikirkan

b. Sistemik, artinya berpikir logis, step by step, penuh kesadaran, berurutan dan

penuh tanggung jawab

c. Universal, artinya berpikir secara menyeluruh, tidak terbatas pada bagian-

bagian tertentu, tetapi mencakup keseluruhan aspek, baik yang kongkrit maupun

yang abstrak.

Sedangkan menurut Jujun S. Suriasumantri bahwa cirri-ciri berpikir filosofis

adalah:

a. Sifat berpikirnya menyeluruh. Seorang filosof tidak puas mengenal ilmu hanya

dari perspektif ilmu itu sendiri, tetapi ia ingin melihat hakikat ilmu itu dalam

perspektif yang lain. Ia ingin menghubungkan ilmu itu dengan aspek-aspek

lainnya. Ia ingin mengetahui kaitan ilmu dengan moral dan kaitan ilmu dengan

agama. Ia ingin meyakini apakah ilmu yang diketahuinya itu dapat membawa

manfaat atau tidak.

b. Sifat berpikirnya mendasar. Seorang filosof tidak percaya begitu saja kebenaran

ilmu yang diperolehnya. Ia selalu ragu dan mempertanyakannya; Mengapa ilmu

dapat disebut benar ? Bagaimana proses penilaian berdasarkan kriteria tersebut

dilakukan ? Apakah kriteria itu sendiri benar ? Lalu benar itu sendiri apa ? Seperti

sebuah lingkaran dan pertanyaan-pertanyaan pun selalu muncul secara

berkelindan.

c. Sifat berpikirnya spekulatif. Seorang filosof melakukan spekulasi terhadap

kebenaran. Sifat spekulatif itu pula seorang filosof terus melakukan uji coba lalu

melahirkan sebuah pengetahuan dan dapat menjawab pertanyaan terhadap

kebenaran yang dipercayainya.

Berdasarkan ciri-ciri filsafat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa berfilsafat

adalah suatu aktivitas yang menggunakan potensi akal seluas-luasnya dan

sebebas-bebasnya tanpa dibatasi oleh sesuatu apapun secara radikal, tersistematis,

universal dan menyeluruh serta bersifat spekulatif dan mendasar dalam

mengungkap hakikat suatu kebenaran.

68

Page 69: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

G. Ilmu Pengetahuan: Sumber dan Teori Kebenarannya

1. Sumber Pengetahuan

Dalam konteks filsafat Barat Moderen, ada dua sumber pengetahuan yang

dianggap melahirkan ilmu pengetahuan bagi manusia, yakni rasio dan

pengalaman. Mereka yang mendasarkan kebenaran pada rasio dalam

perkembangannya melahirkan paham rasionalisme. Sedangkan mereka yang

mendasarkan diri pada pengalaman yang dalam perkembangannya melahirkan

paham empirisme. Kedua paham inilah yang menjadi landasan lahirnya ilmu

pengetahuan di Barat Moderen. Tetapi jika ditelusuri lebih jauh melalui karya

filosof skolastik , Islam memperkenalkan sumber pengetahuan lain (selain

rasionalisme dan empirisme) yaitu, intuisi dan wahyu. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa sumber pengetahuan adalah rasionalisme, empirisme serta

intuisi dan wahyu. Berikut penjelasan mengenai sumber pengetahuan tersebut

a. Rasionalisme

Menurut penganut rasionalisme bahwa dalam setiap benda terdapat ide-ide

terpendam (innate ideas) dan proposisi-proposisi umum (general proposition)

yang kemudian disebut sebagai proposisi keniscayaan (necessary atau a priori)

yang dapat dibuktikan sebagai kebenaran dalam kesempurnaan atau keberadaan

verifikasi empiris.

Paham rasional menganggap bahwa ilmu lahir dari induk produk sebuah

rangkaian penalaran. Kelompok rasionalis ini mendasarkan diri pada cara kerja

deduktif dalam menyusun pengetahuannya. Premis-premis yang digunakan dalam

membuat rumusan keilmuan harus jelas dan dapat diterima. Menurutnya, ide-ide

bukanlah ciptaan manusia, tetapi itu sudah ada sebelum manusia memikirkannya.

Paham ini sering juga disebut idealisme atau realisme.

Sistem kefilsafatan kaum rasionalis menganggap bahwa dengan sesuatu atau cara

lain, ada hal-hal yang adanya terdapat di dalam dan tentang dirinya sendiri dan

yang hakikatnya tidak terpengaruh oleh seseorang. Paham ini menganggap bahwa

eksistensi objek tergantung pada diketahuinya objek tersebut. Penganut paham

rasionalis mampu membedakan antara ”apakah sesuatu itu yang senyatanya” atau

”bagaimanakah tampaknya barang sesuatu itu”. Menurutnya, kebenaran itu diukur

69

Page 70: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

dari apakah gagasan itu benar-benar memberikan pengetahuan kepada manusia

atau tidak. Tokoh paham rasionalis ini adalah Rene Descartes (1596-1650),

Baruch Spinoza (1632-1677) dan Gottfried Leibniz (1646-1716).

b. Empirisme

Empirisme adalah sebuah paham yang menganggap bahwa pengetahuan manusia

didapatkan lewat pengalaman yang kongkrit, bukan penalaran rasional yang

abstrak. Paham ini beranggapan bahwa seluruh ide yang datang dari pengalaman

(experience) dan tidak ada proporsi tentang suatu benda dalam kenyataan yang

dapat diketahui sebagai kebenaran yang independen dari pengalaman.

Gejala alamiah menurut empirisme bersifat kongkrit dan dapat dinyatakan lewat

tangkapan pancaindera manusia. Pengetahuan itu merupakan kumpulan fakta-

fakta. Paham empirisme ini pada perkembangan selanjutnya melahirkan ideologi

baru yang disebut naturalisme yang menganggap bahwa hanya alam otentik yang

dapat dipercaya. Tokoh empirisme adalah Jhon Locke (1632-1704), George

Barkeley (1685-1753) dan David Hume (1711-1776).

c. Intuisi dan Wahyu

Selain kedua cara di atas, terdapat pula cara lain sebagai sumber pengetahuan

yang disebut intuisi dan wahyu. Ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan cara

intuisi tidak melalui proses penalaran tertentu. Ia secara tiba-tiba menemukan

jawaban dari permasalahan yang dihadapinya. Menurut Maslow intuisi sebagai

pengalaman puncak (peak experience), sementara Nietzsche menyebutnya sebagai

sumber ilmu yang paling tinggi. Namun, menurut Nietzsche intuisi sifatnya sangat

personal dan tidak dapat ditransformasi kepada manusia lain. Dengan demikian

lanjutnya, intuisi tidak dapat diandalkan. Ia hanya dapat dijadikan hipotesis yang

membutuhkan analisis lanjutan.

Lain halnya dengan wahyu. Ia merupakan pengetahuan yang diperoleh manusia

melalui pemberian Tuhan secara langsung kepada hamba pilihan-Nya. Agamalah

yang menjadi kata kunci dalam wahyu. Ia memberi tahu tentang kehidupan

manusia saat ini dan proses selanjutnya yang akan diarungi manusia setelah

kehidupannya di dunia. Dengan demikian, ia merupakan sumber pengetahuan dan

sekaligus menjadi sumber keyakinan. Eksistensi intuisi ini oleh kaum filosof

70

Page 71: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

Barat-Moderen sebenarnya baru diakui di akhir abad ke 20, setelah produk

rasional dan empiris melahirkan sekularisme yang mekanistik mengenai relitas,

dan ketika sama sekali tidak ada tempat bagi ruh atau nilai dalam pengetahuan

manusia.

2. Teori Kebenaran Pengetahuan

Dalam menentukan suatu kebenaran, tidak semua manusia memiliki persyaratan

yang sama. Paradigma kebenaran akan terasa sangat berbeda antara teori satu

dengan teori lainnya karena sangat bergantung terhadap sasaran objek kebenaran

itu sendiri. Untuk mencapai kebenaran itu menurut konteks filsafat, paling tidak

ada tiga teori yang dapat digunakan untuk mengukur kebenaran itu. Ketiga teori

yang dimaksud adalah; koherensi, korespondensi dan pragmatisme. Berikut

penjelasan mengenai ketiga teori tersebut.

a. Teori Koherensi

Teori koherensi secara teoritis pertama kali dicetuskan oleh Benediet Spinoza dan

George Hegel. Meskipun demikian, menurut Titus, Smith dan Nolan bahwa bibit-

bibit teori ini sebenarnya sudah ada sejak zaman pra Socrates. Spinoza kemudian

mematangkan teorinya ini dan terus dikembangkan oleh penganut aliran ini

seperti Francis Herbert Bradly, Brand Blanshard, Edgar Sheffied Brightman dan

Rudolph Carnap. Teori ini dianut oleh kaum rasionalis dan idealis. Teori

koherensi ini memandang bahwa kebenaran adalah sebuah sistem dan seperangkat

proposisi yang saling berhubungan secara koheren. Sebuah pernyataan dianggap

benar apabila pernyataan itu dapat dimasukkan (incorporated) dengan cara yang

tertib dan konsisten dengan perangkat proposisi.

Sebab, menurutnya, alam ini konsisten dan koheren. Oleh karena itu, suatu

pernyataan dianggap benar apabila pernyataan itu dilaksanakan atas pertimbangan

konsistensi dan pertimbangan-pertimbangan lain yang telah diterima

kebenarannya. Suatu contoh, (1) ”semua manusia yang normal pasti akan

menikah”. Pernyataan ini adalah benar. Oleh karena itu, jika pernyataan yang

menyebutkan bahwa (2) ”Dessy adalah gadis yang normal, dan pasti ia akan

menikah” adalah pernyataan yang benar pula. Karena pernyataan kedua (2)

konsisten dengan pernyataan yang pertama (1). Sifat koheren atau konsisten

71

Page 72: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya itulah yang dianggap benar, dan inilah

yang menjadi ciri khas dari teori kebenaran ini.

b. Teori Korespondensi

Teori korespondensi ini dianut oleh kaum realis dan mulai berkembang sejak

zaman Aristoteles – Yunani Kuno, kenudian dikembangkan oleh Ibnu Sina dan

Thomas Aquinas di abad Skolastik. Menurut teori ini, kebenaran adalah kesetiaan

terhadap realitas objektif (fidelity to objektive reality), yaitu adanya kesesuaian

antara pernyataan tentang fakta, atau pertimbangan (judgement) dengan situasi

yang dilukiskan oleh pertimbangan itu. Artinya, suatu pernyataan baru dianggap

benar apabila materi pengetahuan yang dikandung oleh pernyataan itu

berkoherensi (berhubungan) dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut.

Dengan kata lain, menurut teori ini bahwa suatu pernyataan itu dapat dikatakan

benar jika berkorespondensi dengan realitas.

Apabila sebuah gagasan selaras dengan pasagannya (counterpart) dalam dunia

realitas, maka gagasan itu menjadi benar. Suatu contoh, jika seseorang

menyatakan bahwa ”Soeharto adalah Presiden Republik Indonesia yang kedua,

setelah Soekarno, maka pernyataan itu benar sesuai dengan objek yang bersifat

faktual. Seandainya ada pernyataan yang menyebutkan bahwa ” ”Soeharto adalah

Presiden Republik Indonesia yang pertama, maka pernyataan itu pasti salah, sebab

pernyataan itu tidak sesuai dengan realitas fakta, karena Presiden Republik

Indonesia yang pertama adalah Soekarno.

c. Teori Pragmatisme

Teori pragmatisme ini termasuk teori kebenaran yang paling baru. Teori ini

muncul dengan background telah berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan

pada abad ke-19, terutama setelah adanya teori evolusi yang dikembangkan oleh

Charles Darwin yang menempati posisi signifikan dalam percaturan ilmu

pengetahuan. Tokoh-tokoh teori pragmatisme ini adalah Charles Sanders Peirce,

William James dan Jhon Dewey. Menurut mereka, suatu pernyataan dianggap

benar apabila melalui pengukuran diketahui ada atau tidak adanya fungsi

kebenaran itu terhadap kehidupan praktis. Dengan kata lain, suatu pernyataan

menjadi benar atau konsekwensi pernyataan itu benar apabila mempunyai manfaat

72

Page 73: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

(kegunaan) praktis dalam kehidupan manusia.

Menurut penganut teori pragmatisme ini, gagasan yang benar adalah gagasan yang

dapat diasimilasi, dapat diuji validitasnya, berkolaborasi dan mampu dilakukan

verifikasi. Kebenaran terjadi pada suatu gagasan, dan gagasan menjadi benar atau

dibuat benar oleh suatu peristiwa. Oleh karena itu, kebenaran menurutnya adalah

partikular, sebab banyak kebenaran individual.

3. Ilmu Sebagai Sarana Pengembangan Daya Fikir

Secara garis besarnya, ilmu pengetahuan itu dapat dilihat dari dua sisi. Pertama,

ilmu sebagai hasil atau produk berpikir (ilmu sebagai kata benda). Kedua, ilmu

sebagai kegiatan dan pengembangan daya pikir (ilmu sebagai kata kerja). Sebagai

hasil atau produk berpikir, maka ilmu merupakan sekumpulan pengetahuan yang

disusun secara sistematis, bermetode dan kebenaran serta ketepatannya dapat diuji

secara empiris, dapat diriset dan dieksperimen. Inilah yang lazim disebut ilmu

pengetahuan yang mempunyai objek materi dan objek formal.

Dari segi materinya, maka sasaran ilmu pengetahuan adalah alam, manusia dan

Agama (Tuhan). Meskipun persoalan agama ini masih terkadang diperselisihkan

oleh para cendekiawan sebagai salah satu sasaran ilmu pengetahuan. Ilmu

pengetahuan membahas sasaran-sasarannya itu dengan meninjau dari berbagai

aspek atau sudut pandang yang disebut objek formal.

Objek formal inilah yang membedakan antara suatu ilmu pengetahuan dengan

ilmu pengetahuan lainnya. Dan objek formal ini pulalah yang menjadikan suatu

pengetahuan menjadi disiplin ilmu pengetahuan tersendiri. Selain sebagai hasil

produk berpikir, ilmu juga dapat dilihat sebagai alat atau sarana pengembangan

daya pikir. Karena ilmu sebagai produk akal manusia yang sifatnya relatif,

sehingga tidak ada kata final dalam suatu produk ilmu pengetahuan.

Kebenaran ilmu pengetahuan tidak bersifat absolut, sehingga terbuka peluang bagi

setiap orang dan setiap saat untuk memperbaiki dirinya. Di sinilah peranan daya

pikir manusia untuk terus menerus mengembangkan dan menghasilkan ilmu

pengetahuan baru dalam rangka memenuhi hajat atau keinginannya yang semakin

berkembang dan beraneka ragam pula.

Dilihat dari sisi ilmu sebagai sarana pengembangan daya pikir, maka ilmu

73

Page 74: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

mencerminkan aktivitas dan kegiatan berpikir yang dinamis dan tidak statis. Oleh

karena itu, setiap kegiatan dalam mencari pengetahuan tentang apapun, selama

berdasarkan pada objek empiris dan menggunakan metode keilmuan yang telah

dipersyaratkan, maka itu sah dan layak disebut sebagai ilmu pengetahuan. Di

sinilah urgensinya ilmu sebagai sarana atau alat pengembangan daya pikir

manusia, karena berpikir ilmiah bukanlah berpikir biasa, tetapi berpikir yang

teratur, berdisiplin, bermetode, dan bersistem, di mana idea dan konsep yang

sedang dipikirkan tidak dibiarkan berkelana tanpa arah dan tujuan. Berpikir ilmiah

selalu terarah pada suatu tujuan, yaitu pengetahuan.

4. Metode Berpikir Ilmiah dan Ciri-ciri Kebenarannya

Untuk sampai kepada kebenaran yang dituju diperlukan suatu jalan atau cara.

Jalan atau cara inilah yang disebut metode. Dalam Kamus Paedagogik

sebagaimana dikutip oleh M. Rasjidi disebutkan bahwa ”metode adalah cara

bekerja yang tetap yang dipikirkan dengan seksama guna mencapai tujuan”.

Bermacam-macam cara atau metode yang ditempuh dalam proses mencapai

kebenaran ilmiah, tergantung kepada objek atau sifat dan jenis ilmu itu sendiri.

Tetapi secara garis besarnya, metode ilmiah biasanya terbagi kepada dua macam

yaitu :

a. Metode Induktif, yakni suatu cara penganalisaan ilmiah yang bergerak dari hal-

hal yang bersifat khusus (individual) menuju kepada hal-hal yang bersifat umum

(universal). Metode ini berdasarkan fakta-fakta yang dapat diuji kebenarannya.

b. Metode Deduktif, yakni suatu cara penganalisaan ilmiah yang bergerak dari

hal-hal yang bersifat umum (universal) kemudian atas dasar itu ditetapkan hal-hal

yang bersifat khusus (individual).

Lain halnya dengan Sri Soeripto, menurutnya seperti yang dikutip Cecep Sumarna

bahwa metode berarti langkah-langkah yang diambil, menurut urutan tertentu,

untuk mencapai pengetahuan yang benar yaitu suatu tatacara, teknik atau jalan

yang ditempuh dan dipakai dalam proses memperoleh pengetahuan jenis apapun,

baik pengetahuan humanistik dan historik maupun pengetahuan filsafat dan

ilmiah. Jadi metode ilmiah menurut Sri Soeripto adalah suatu prosedur yang

mencakup berbagai tindakan pemikiran, pola kerja, cara, teknis dan tata langkah

74

Page 75: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

untuk memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang

sudah ada.

Kaidah keilmuan senantiasa mendasarkan pemikirannya pada penalaran yang

rasional dan empiris. Ilmu selalu melakukan observasi dan penjelajahan baru

terhadap masalah yang dihadapi dari pra anggapan, hipotesis dan pengujiannya

melalui studi dilapangan. Ia selalu mencari arti terhadap hakikat permasalahan

sambil terus melakukan antisipasi yang mungkin akan terjadi.

Metode ilmiah ini mencoba menggabungkan cara berpikir deduktif dengan cara

berpikir induktif dalam membangun sebuah tubuh pengetahuan. Dalam metode

ilmiah, diperlukan proses berpikir dengan menggunakan analisa. Dengan kata

lain, perlu prosedur berpikir ilmiah yang dimulai dari hipotesis sebagai pemandu

jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai, sehingga hasil yang hendak

dicapai tepat pada sasaran. Setelah hipotesis tersusun, maka langkah selanjutnya

adalah menguji hipotesis itu dengan mengkomunikasikan atau

mengkonfirmasikannya dengan dunia fisik yang nyata. Proses pengujian ini

lazimnya disebut sebagai pengumpulan data atau fakta yang relevan dengan

hipotesis yang diajukan

Menguji kebenaran melalui metode ilmiah harus secara empirik. Sebab seluruh

penjelasan rasional yang diajukan, statusnya hanya bersifat hipotesis (sementara).

Hipotesis disusun secara deduktif dengan berdasarkan premis-premis dari

pengetahuan ilmiah yang telah diketahui sebelumnya. Adanya penyusunan

hipotesis ini, menjadikan metode ilmiah sebagai proses perkawinan yang

berkesinambungan antara deduksi dan induksi (proses logico – hypo – tesico –

verifikasi).

Berpikir deduktif memberikan sifat rasional kepada pengetahuan ilmiah dan

bersifat konsisten dengan pengetahuan yang telah dikumpulkan atau ditentukan

sebelumnya. Penjelasan rasional dengan kebenaran koherensi tidak dapat

memberikan kesimpulan final karena hanya bersifat pluralistik, sehingga memberi

kemungkinan untuk menyusun berbagai penjelasan terhadap suatu objek

pemikiran tertentu. Untuk itu, dalam metode ilmiah diperlukan cara kerja berpikir

induktif yang mendasari kriteria kebenarannya pada teori korespondensi.

75

Page 76: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

Teori ini menyatakan bahwa suatu pernyataan itu benar apabila materi yang

terkandung dalam pernyatanan itu sesuai dengan objek faktual yang dituju oleh

pernyataan tersebut. Berikut bagan langkah-langkah dalam melakukan pengujian

berdasarkan metode ilmiah.

Langkah-langkah / Prosedur Berpikir Ilmiah

Kesimpulan

Dari uraayan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Filsafat secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia yang

terdiri dari kata philos yang berarti cinta, atau philia yang berarti persahabatan,

dan sophos yang berarti inteligensi, kebijaksanaan, keterampilan, pengalaman,

dan pengetahuan. Jadi filsafat adalah cinta kepada kebijaksanaan. Berfilsafat

berarti berfikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat pada

tradisi, dogma dan agama) dan dengan sedalam-dalamnya sampai ke dasar-dasar

persoalan. Objek kajian filsafat adalah persoalan-persoalan yang berkaitan dengan

alam, manusia dan Tuhan. Filsafat merupakan sumber dari segala ilmu

pengetahuan. Dengan kata lain, filsafat adalah induknya ilmu pengetahuan.

Adapun cabang dari filsafat adalah ontologi yang membicarakan tentang wujud

hakikat sesuatu objek; epistemologi yang mengkaji tentang metode atau tata cara

memperoleh pengetahuan, hakikat pengetahuan dan sumbernya; dan aksiologi

yang membahas tentang nilai dan kegunaan suatu pengetahuan, dalam arti

kebermanfaatannya terhadap kemaslahatan hidup manusia.

2. Ciri-ciri berpikir filsafat adalah radikal, tersistematis, universal dan menyeluruh

serta bersifat spekulatif dan mendasar dalam mengungkap hakikat suatu

kebenaran.

3. Ilmu dalam arti science adalah pengetahuan, yakni pengetahuan yang

mempunyai ciri-ciri dan syarat-syarat tertentu; memiliki objek, metode,

sistematika dan tujuan serta kebenarannya dapat dibuktikan secara empirik.

Sedangkan pengetahuan dalam arti knowledge adalah apa yang kita ketahui

melalui penginderaan, pengalaman, intuisi, percobaan, penyuluhan, pelatihan, dan

lain-lain. Sumber pengetahuan adalah rasionalisme, empirisme dan intuisis dan

76

Page 77: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

wahyu. Sedangkan teori kebenarannya adalah teori koherensi, teori korenpondensi

dan teori pragmatis. Adapun metode berpikir ilmiah adalah dengan deduktif dan

induktif. Kebenaran ilmu pengetahuan merupakan kebenaran relatif tidak absolut,

sehingga memungkinkan manusia mengembangkan daya pikirnya untuk

memenuhi hasrat dan naluri keingintahuannya tentang sesuatu yang diketahuinya

sebelumnya. Karena itu, ilmu pengetahuan di samping sebagi hasil produk

berpikir, juga sebagai sarana kegiatan pengembangan daya pikir manusia.

4. Ilmu pengetahuan dilihat dari cara memperolehnya dapat dibedakan menjadi

ilmu ladunni dan ilmu kisbi. Dilihat berdasarkan fungsinya, ilmu-ilmu itu dapat

diklasifikasikan menjadi ilmu untuk ibadah dalam arti khusus atau ritual; ilmu

untuk mengembangkan pribadi manusia mencapai ahsani taqwim; ilmu untuk

hidup berbudaya dengan sesama manusia; dan ilmu untuk memelihara,

mengembangkan dan menciptakan lingkungan hidup yang lebih baik. Ditinjau

dari segi essensialnya, ilmu dibedakan menjadi teoritical science dan applied

science / practical science. Ditinjau dari segi objeknya ilmu dibagi menjadi

Natural Science dan Social Science. Ditinjau dari segi prosesnya ilmu dibedakan

menjadi Historical Science dan Experimental Science. Kalau ditinjau dari segi

pengalaman ilmu dibagi menjadi Empirical Science dan Pure Science. Sedangkan

apabila ditinjau dari segi agama ilmu dapat dibedakan menjadi ilmu duniawi dan

ilmu ukhrawi.

5. Filsafat dan ilmu sama-sama mencari kebenaran. Ilmu bertugas melukiskan,

sedangkan filsafat bertugas untuk menafsirkan kesemestaan. Aktivitas ilmu

digerakkan oleh pertanyaan ’bagaimana menjawab pelukisan’, sedangkan filsafat

menjawab atas pertanyaan lanjutan ’bagaimana sesungguhnya fakta itu, dari mana

awalnya dan akan ke mana akhirnya’. Hal ini dapat dipahami bahwa filsafat di

satu sisi dapat menjadi pembuka bagi lahirnya ilmu pengetahuan, tetapi pada sisi

yang lain ia juga dapat berfungsi sebagai cara kerja akhir ilmuwan. Filsafat

sebagai induk ilmu pengetahuan dapat menjadi pembuka dan sekaligus

pamungkas keilmuan yang tidak dapat diselesaikan oleh ilmu. Filsafat dapat

merangsang lahirnya sejumlah keinginan dari temuan filosofis melalui berbagai

observasi dan eksperimen yang melahirkan berbagai cabang ilmu. Dengan

77

Page 78: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

demikian terlihat bahwa antara filsafat dengan ilmu terdapat pola relasi

(hubungan), baik dalam bentuk persamaan dan ataupun perbedaan.

Konon, orang yang mula-mula sekali menggunakan akal secara serius adalah

orang Yunani yang bernama Theles (kira-kira tahun 624-546 SM). Orang inilah

yang gelari bapak filsafat.

Manusia adalah makhluk mukallaf, yang dibebani kewajiban dan tangungjawab.

Dengan akal pikiran ia mampu menciptakan kreasi spektakuler berupa sains dan

teknologi. Manusia juga bagian dari realitas kosmos yang menurut para ahli pikir

disebut sebagai al-kain al-natiq, “makhluk yang berbicara” dan “makhluk yang

memiliki nilai luhur”.

Menurut Al-‘Aqqad (1973:21), manusia lebih tepat dijuluki “makhluk yang

berbicara” daripada sebagai “malaikat yang turun kebumi” atau “binatang yang

berevolusi”, sebab manusia lebih mulia dari pada semua itu. Oleh sebab itu, tidak

heran pula jika ada yang mengatakan, bahwa manusia adalah “pencipta kedua”

setelah Tuhan.hal ini dapat kita pahami, betapa manusia yang dianugerahi rasio

oleh Tuhan itu mampu menciptakan kreasi canggih berupa sains danteknologi,

78

Page 79: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

sementara malaikat diperintahkan sujud kepada-Nya karena tak mampu bersain

secara intelektual.

Betapa ilmu itu sangat penting artinya, sehimgga hampir setiap saat manusia tak

pernahlepas dari apa yang disebut sebagai aktifitas pencarian ilmu itu.

Keunggulan suatu umat manusia atau bangsa juga sangat tergantung kapada

seberapa banyank mereka menggunakan rasio, anugerah Tuhan itu untuk belajar

dan memahami ayat-ayat Allah SWT. Hingga pada akhirnya Tuhan pun

mengangkat derajat orang-orang yang ber ilmu ke derajat yang luhur. Apalagi

dalam konsep islam terdapat kredo yang menegaskan, bahwa mencari ilmu itu

suatu kewajiban, ibadah dan berdosa bagi yang meninggalkannya.

Dalam makalah ini penulis akan memaparkan tentang pengetahuan agama,

pengetahuan fisafat dan pengetahuan ilmu dari sudut tinjau ontologis,

epistemologis dan aksiologisnya. Jadi, disini penulis akan menjelaskan titik temu

ketiga pengetahuan tersebut tampa menyalahkan diantara satu dengan yang lain.

BAB II

PENJELASAN

Pengetahuan Filsafat, Ilmu, dan Agama

Tiori pengetahuan

Kajian tentang tiori pengetahuan disebut juga dengan epistimologi (Yunani:

episcmc = knowletge, pengetahuan + logos = teori). Istilah ini pertama kali

digunakan pada tahun 1854 oleh J.F.Ferrier yang membuat perbedaan antara dua

cabang filsafat yaitu antologi (Yunani: on = being, wujud, apa + logos = tiori) dan

epitimologi. Ontologi sering disinonimkan dengan metafisika, meskipun yang

disebutkan terakhir ini dapat berarti antologi yang merupakan tiori tentang apa,

juga berarti pula epitimologi sebagai tiori pengetahuan.

Epistimologi membandingkan kajian siatematik terhadap sifat, sumber dan

faliditas pengetahuan. Ia berbeda dengan logika dan psikologi. Logika berkaitan

dengan masalah penlara yang benar secara spesifik sedangkan epistimologi

79

Page 80: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

menyangkut sifat peanalara, kebenaran dan proses mengetahui itu sendiri. Adapun

kajian psikologi adalah kajian deskriptif terhadap perilaku, fenomena dan

keinginan, sedngkan epistimologi menyangkut pengetahuan dan apa yang kita

sebut denga “mengetahui”

Pengetahuan dapat di kelompokkoan dalam dua tiori, Tiori pengetahuan yang

bersifat subjektifistik akan memberikan jawaban, “Tiak, kita tidak mungkin

mengetahui sebuah dunia yang idependem sebagai penyebab dan ide-ide kita. Kita

tidak mungkin menemukan hal-hal yang ada dibalik pengalaman dan ide-ide kita,

dan kita tidak dapat bercerita tentang pengalaman itu”.

Sementara tiori pengetahuan yang objektivistik memberikan jawaban, “Ya, kita

dapat mengetahui sebuah dunia idependen dari suatu benda material (salah satu

bentuk dari materialisme dan realisme) atrau dunia ide-ide yang transenden

(idialisme platonik)”.

A. Pengetahuan Filsafat

Masih ada upaya lain untuk menjelaskan apa itu filsafat, yaitu dengen cara

memahami macam-macam pengetahuan manusia. Filsafat adalah salah satu jenis

pengetahuan manusia, yaitu pengetahuan filsafat. Akan tetapi, apa itu

pengetahuan? Pengetahuan ialah keadaan tahu; pengetahuah ialah semua yang

diketahui. Ini bukan definisi pengetahuan tapi sekedar menunjukkan apa kira-kira

pengetahuan. Manusia ingin tahu, lantas ia mencari dan memperoleh pengetahuan.

Nah, yang diperoleh itunya itulah pengetahuan. Pengetahuan adalah semua yang

diketahui.

Seorang ingin mengetahui jika jeruk ditanam, apa buahnya. Ia menanam bibit

jeruk,. Ia dapat melihat buahnya adalah jeruk. Pada dasarnya pengetahuan jenis ini

yang disebut pengetahuan sains (scientific knowledge). Pengetahuan sains adalah

pengetahuah yang logis dan di dukung oleh bukti yang empiris. Namun, pada

dasarnya, pengetahuan sains tetaplah suatu pengetahuan yang berdasarkan bukti

nyata (bukti empiris).

Jadi, jelas bahwa filsafat ialah sejenis pengetahuan yang diperoleh dengan cara

80

Page 81: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

berfikir yang logis tentang objek yang abstrak logis. Pengetahuan filsafat objek

abstrak tetapi logis, pradikmanya logis, metode rasio, ukuran kebenaran logis atau

tidak logis. Salah satu ciri filsafat yang mudah dilihat ialah kebenarannya hanya

diukur dengan kelogisan argumennya ia tidak dapat diukur dengan empiris. Dan

sering sekali disebutkan bahwa filsafat adalah pemikiran yang mendalam, yang

radikal (dari kata radik yang berarti akar), tentang sesuatu. Maka yang dimaksud

dengan mendalam atau radikal ialah berpikir tentang sesuatu yang tidak empiris,

misalnya tentang Tuhan, tentang adil, berani, penakut, makmur atau tentang

hukum yang mengatur jeruk selalu berbuah jeruk.

Filsafat adalah berfikir dan merasa sedalam-dalamnya terhadap segala sesuatu

sampai kepada inti persoalan. Katalain dari fisafat adalah hakikat dan hikmah, jadi

kalou ada orang yang mengatakan, “apa hikmah dari semua ini?”, berarti

menncari latar belakang terdalam kejadian sesuatu dengan kajian secara filsafati,

yaitu apa, bagai mana dan mengapa sesuatu terjadi, yang dalam filsafat disebut

dengan antologi, epistimologi dan aksiologo.

Tiap-tiap pengetahuan memiliki tiga komponen yang merupakan tiga penyangga

tubuh pengetahuan yang disusunnya, komponen tersebut adalah: antologi,

epistimologi dan aksiologi.

Antologi menjelaskan mengenai pertanyaan apa, epistimologi menjelaskan

pertanyan bagaimana dan aksiologi menjelaskan pertanyaan untuk apa. Antologi

merupakan salah satu diantara lapagan-lapangan penyelidikan kefilsafatan yang

paling kuno. Sejak dini dalam pikiran Barat sudah menunjukkan munculnya

perenungan antologi, sebagaimana Thales ketika ia merenungkan dan mencari apa

sesungguhnya hakikat “yang ada” (being) itu, yang pada akhirnya ia

berkesimpulan, bahwa asal usul dari segala sesuatu (yang ada) itu adalah air.

Antologi merupakan azaz dalam menetapkan batas ruang linkup wujud yang

menjadi objek penelaahan serta penafsiran tentang hakekat realitas (metafisika).

Antologi meliputi permasalahan apa hakekat ilmu itu , apa hakekat kebenaran dan

kenyataan yang inherem dengan pengetahuan itu, yang tidak terlepas dari

pandangan tentang apa dan bagai mana yang ada itu. Paham idialisme atou

spiritualisme,. Materialisme, dualisme, pluralisme dan seterusnya merupakan

81

Page 82: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

paham antologis yang akan menentukan pendapat dan bahkan keyakinan ketika

masing-masing tentang apa dan bagaimana kebenarandan kenyataan yang hendak

dicapai oleh ilmu itu.

Objek telaah ontolgi adalah yang ada tidak terikat pada satu perwujudan tertentu,,

antologi membahas tentang yang ada secara universal, yaitu berusaha mencari inti

yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala realitas dalam semua

bentuknya. Jadi yang menjadi landasan dalam tataran ontologi ini adalah apa

objek yang ditelaah, bagaimana wujut yang hakiki dari objek tersebut, bagai mana

pula objek tersebut dengan daya pikir dan penangkapan manusia.

Ada beberapa pertanyaan ontologis yang melahirkan aliran-alira dalam filsafat.

Misalnya prtanyaan: apa yang ada itu?, Bagaimana yang ada itu?, dan dimanakah

yang ada itu?.

Apa yang ada itu?

Dalam membari jawaban masalah ini lahir empat aliran filsafat, yaitu: monisme,

dualisme, idialisme, dan aknotisme.

1. aliran monisme. Aliran ini berpendapat, bahwa yang ada itu hanya satu. Bagi

yang berpendapat bahwa yang ada itu serba spirit, ideal, serba roh, maka

dikelompokkan dalam aliran monisme-idealisme.

2. aliran dualisme. Aliran ini menggabungkan antara idialisme dan materialisme

dengan mengatakan, bahwa alam wujut ini terdiri dari dua hakikat sebagai

sumber, yaitu hakikat materi dan hakikat rohani.

3. aliran pluralisme. Menurt aliran ini manusia adalah makhluk yang tidak hanya

terdiri dari jasmani dan rohani, tetapi juga tersusun dari api, tanah dan udara yang

merupakan unsur subtansi dari segala wujud.

4. aliran aknotisisme. Aliran ini mengingkari kesanggupan manusia untuk

mengetahui hakekat materi mupun hakekat rohani.

Bagai mana yang ada itu?

Apakah yang ada itu sesutu yang tetap, abadi atau berubah-ubah? Dalam hal ini

82

Page 83: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

Zeno (490_430 SM) menyatakan bahwa sesuatu itu sebenarnya khayalan belaka.

Pendapat ini dibantah oleh Berson dan Russel.seperti yang dikatakan oleh

Whiteheat, bahwa alam ini dinamis, terusbergerak dan merupakan sturuktur

peristiwa yamg mengalir terus secara kreatif.

Dimanakah yang ada itu?

Aliran ini berpendapat, bahwa yang ada itu berada dalam alam ide, adi kodrati,

uversal, tetap abadi dan abstraknya, bahwa yang ada itu bersifat fisik, kodrati,

individual, berubah-ubah dan riil.

Bertitik pangkal dari keakuan manusia pribadi, dengan kepastian mutlak

(metafisik) ditemuken suatu dtruktur funda mental dalam kenyataan, yakni:

pluralitas subtansi-subtansi atau pengada-pengada (3 macam); setiap pengada

memiliki kesendirian bentuk. Setiap pengada merupakan keutuhan tampa

perpecahan atau distinsi real intern. Setiap pengada berdikari secara otonom,

dengen berbeda dari yang lainnya.

Epistimologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal muasal, metode-metode

dan sahnya ilmu pengetahuan.

Terdapat tiga persoalan pokok dalam bidang epitimologi:

1. apa sumber pengetahuan itu? Dari manakah datangnya sumber pengetahuan

yang benar itu? Dan bagaimana cara mengetahuinya?.

2. apakah sifat dasar pengetahuan itu? Apa ada dunia yang benar-benar diluar

pikiran kita? Dan kalou ada, apakah kita bisa mengetahuinya?

3. apakah pengetahuan itu benar (valid)? Bagaimana kita dapat membedakan yang

benar dari yang salah?.

Objek telaah epistimologi adalah mempertanyakan bagaimana sesuatu itu datang,

bagai mana kita mengetahuinya, bagaimana kita membedakan dengan yang lain,

jadi berkenaan dengan situasi dan kondisi ruang serta waktu mengenai sesuatu

hal.

jadi yang menjadi landasan dalam tataran epistimologi ini adalah proses apa yang

memungkinkan mendapatkan pengetahuan logika, etika, estetika, bagaimana cara

dan prosedur memperoleh kebenaran ilmiah, kebaikan moral dan keindahan seni,

apa yamg disebut dengan kebenaran ilmiah, keindahan seni dan kebaikan moral.

83

Page 84: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

Epistimologi moral menelaah evaluasi epistemik tentang keputusan moral dan

tiori-tiori moral, walaupun hal ini membahas pula meta etik tetapi karena telah

mengarah pada makna sesuatu hal, maka dia menjadi kehilangan arah. Untuk ilmu

pengetahuan muncul pertanyaan mendasar yaitu, untuk apa penggunaan

pengetahuan ilmiah itu, adakah batas wewenang penelitian, kemana

perkembangan ilmu itu harus diarahkan, bagaimana mendapatkan pengetahuan

dengan biaik benar dan indah, apakah para ilmuan dan para seniman harus selalu

menjadi musuh penguasa, dan banyak pertanyaan-pertanyaan lain tentang

etimologis.

Epistimologi membicarakan sumber pengetahuan dan bagai mana cara

memperoleh pengetahuan, tatkala manusia baru lahir , ia tidak mempunyai

pengetahuan sedikitpun. Nanti, tatkala ia 40 tahun, pengetahuannya banyak sekali

sementara kawannya yang seumur dengan dia mungkin mempunyai pengetahuan

yang lebih banyak dari pada dia dalam bidang yang sama atau berbeda. Bagai

mana mereka itu masing-masing mendapat pengetahuan itu? Mengapa dapat juga

berbeda tingkat akurasinya? Hal-hal semacam ini yang dibicarakan dalam

epistimologi.

Namun epitimologi bukan hanya berusaha dengan pernyataan atau pertimbangan,

tetapi epistimoplogi bena-benar berusaha dengan pertanyaan mengenai dasar dan

pertimbangan. Nilai kebenaran pertimbangan harus diputuskan berdasar evidensi.

Dan keterlibatan epistimologis yang sebenarnya adalah dengen persoalan

evidensi.

Secara garis besar terdapat dua aliran pokok dalam epistimologi, yaitu

rasionalisme dan empirisme, yang ada giliranya muncul beberapa isme lain,

misalnya: rasionalisme kritis (kritisisme), (fenomenalisme), intuisionisme,

postifisme dan seterusnya.

Rasionalisme adalah suatu aliran pemikiran yang menekankan pentingnya peran

akal atau ide, sementara peran indera dinomorduakan.pemikiran para filosuf pada

dasarnya tidak lepas dari orientasi ini: rasio dan indera. Dari rasio kemudian

melahirkan rasionalisme yang berpijak pada dasar antologok dealisme atau

spiritualisme; dan dari indra lalu melahirkan empirisme yang berpijak pada dasar

84

Page 85: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

antologik materialisme.

B. Pengetahuan Ilmu

Berdasarkan teori helemorfisme Aristoteles, John Locke berpendapat bahwa

sumber ilmu pengetahuan adalah pengalaman empiris. Menurut Locke, ketika

manusia dilahirkan di dalam akal nya merupakan sejenis buku catatan yang

kosong yang lebih dikenal dengan tiori tabularasa, dan di dalam buku ini lah

tercatat pengalaman-pengalaman inderawi. Kebenaran yang diperoleh empirisme

bersifat korespodensi, hasil hubungan antara subjek dan objekmelalui

pengalaman, sehingga mudah dibuktikan dan diuji. Kebenaran didapat dari

pengalaman melalui proses induktif, dari suatu benda lalu ditarik kesimpulan.

Menurut Locke pengalaman ada dua macam: pengalaman ahiriah (sensation) dan

pengalaman batiniah (reflexion) yang keduanya saling jalin menjalin, karena

menurutnya segala sesuatu yang berada diluar dari kita menimbulkan ide-ide

dalam diri kita

Aksiologis adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang pada

umunya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Aksiologi meliputi nilai-nilia

parameter begi apa yang disebut sebagai kebenaran atau kenyataan itu,

sebagaimana kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan

sosial, kawasan simbolik yang masing-masing menunjukkan aspeknya sendiri-

sendiri. Lebih dari itu, aksiologi juga menunjukkan kaedah-kaedah apa yang harus

kita perhatikan didalam menerapkan ilmu kedalam praksis.

Objek telaah aksiologi adalah penerapan pengetahuan, jadi dibahas mulai dari

klasifikasinya, tujuan pengetahuan dan perkembengannya. Jadi yang menjadi

landasan dalam tataran aksiologi adalah untuk apa pengetahuan itu digunakan?

Bagaimana hubungan kaitan prosedur ilmiah dan mitode ilmiah dengan kaedah

moral?

Begitupula aksiologi pengembangan seni dengan kaedah moral, sehingga ketika

seni tari dangdut Inul Daratista memperlihatkan goyang ‘persetubuhanya’ diatas

panggung yang ditonton khalayak ramai, sejumlah ulama dan seniman lain

menjadi berang.

85

Page 86: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

Dalam pendekatan aksiologi ini, Jujun (1986: 6)menyebutkan bahwa, ilmu harus

digunakan dan dimamfaatkan untuk kemaslahatan manusia. Untuk kepentingan

manusia tersebut, maka pengetahuan ilmiah yang diperoleh dan disusun

dipergunakan secara komunal dan universal. Komunal berarti, bahwa ilmu

merupakan pengetahuan yang menjadi milik bersama. Setiap orang berhak

memanfatkan ilmu menurut kebutuhannya sesuai dengan komunalisme. Universal

berarti bahwa ilmu tidak mempunyai konotasi parokial, seperti: ras, idiologi atau

agama. Tidak ada ilmu barat dan ilmu timur.

Orang yang tahu sudah barang tentu berbeda dengan orang yang tidak tahu. Ada

berapa jenis yang membedakan orang yang tahu dengan orang yang tidak tahu ;

pertama, berdasarkan tingkat pengetahuan orang tersebut, sedangkan kedua,

berdasarkan luasnya wilayah jangkauan sesuatu yang perlu diketahui.

Berdasarkan tingkat pengetahuan seseorang dapat dibagi emapt kreteria, yaitu

senagai berikut:

1. Orang yang tahu ditahunya, yaitu orang yang sadar bahwa dirinya mengerti

dengan begitu yang bersangkutan dengan lapang dada menjelaskan kpada orang

lain yang tidak tahu.

2. Orang yang tahu di-tidak tahunya, yaitu orang yang sadarbahwa dirinya tidak

mengerti, dengan begitu yang bersangkutan akan belajar agar selanjutnya menjadi

tahu.

3. Orang yang tidak tahu ditahunya, yaitu orang yang tidak sadar bahwa dirinya

sebenarnya sudah cukup banyak pengetahuannya, dengan begitu yang

bersangkutan biasanya tidak percaya diri.

4. Orang yang tidak tahu di-tidak tahunya, yaitu orang yang tidak sadar bahwa

dirinya tidak tahu apa-apa, dengan begitu yang bersangkutan biasanya sombong

dan tidak sadar diri.

Itulah sebabnya, kemudian lahir berabagai kajian pokok dalam pengetahuan,

antara lain ontologi, epistimologi, dan aksiologi.

Antologhi adalah teori tentang ada dan realitas. Meninjau persoalan secara

antologi adalah mengadakan penyelidikan terhadap sifat dan realitas dengan

refleksi, rasional serta analisis dan sintesis logika.

86

Page 87: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

Epistimologi adalah bagaimana sesuatu datang dan bagaimana kita

mengetahuinya, serta bagaimana kita membedakannya dengan yang lain.

Aksiologi adalah penerapan pengetahuan, jadi dibahas mulai dari klasifikasinya,

kemudian dengan melihat tujuan pengetahuan itu sendiri, akhirnya dilihat

perkembangannya.

Di dalam pengetahuan inilah dikenal berbagai ilmu, berbagai moral, berbagai seni

yang secara keseluruhan disebut logika, etika, dan estetika.

Ilmu adalah suatu objek yang memiliki seklompok prinsip, dalil, rumus, yang

melalui percobaan sistematis dan dialakukan berulangkali, telah teruji

kebenarannya.

Ilmu adalah pengetahuan yang tersusun sistematis denag menggunakan kekuatan

pemikiaran, pengetahuan mana selalu dapat diperiksa dan ditelaah dengan kritis

oleh setiap orang lain yang mengetahuinya.

Ilmu adalah setiap kesatuan pengetauan, diamana masing-masing bergantungan

satu sama lain yang teratur secara pasti menurut azas-azas tertentu.

Dari pendapat tersebut diatas, maka setiap ilmu sudah pasti pengetahuan, akan

tetapi setiap pengetahuan tidak mesti ilmu, kemudian syarat yang paling penting

untuk keberadaan suatu pengetahuan disebut ilmu adalah adanya objek, baik objek

materiil atau objek formal. Pengetahuan yang bukan ilmu dapat saja berupa

pengetahuan berupa seni dan pengetahuan tentang moral.

C. Pengetahuan Agama

Perdebatan etimologi kata religion tidak bertolak dari pengertian mengenai agama

pada umumnya. Pengertian agama menyangkut dua unsur. Pertama orang

membalikkan diri terus menerus dan berkali-kali, mempertimbangkan sesuatu

sangat berhati-hati. Objek yang diperhatikan dalm agama merupakan objek yang

istimewa dan agung. Karena itu objek itu harus diberi perhatiankhusus dan

iswtimewa pula. Arti lain adalah bahwa agama memberi indikasi tentang sifat

“terikat kepada”. Dalam hal ini terikat kepada asal usul pertama dan tujuan

terakhir.

Agma berkaitan dengan masalah hubungan manusia dan dunianya dengan Allah.

87

Page 88: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

Segala sesuatu menerima eksistensinya dari Allah karenanya berasal dari Allah.

Dalam agama manusia secara keseluruhan berbalik kepada Allah. Agama sering

dibedakan menjadi dua macam: agama kodrati natural dan agma wahyu. Agama

natural bertumbuh dari kodrat manusia yang rohani dan yang diciptakan. Agama

wahyu meperlihatkan dengan jelas bagaimana kehidupan yang relegius bertumbuh

dan bekembang.

Nilai mutlak itu sering disebut numinous atou yang kudus. Tidak ada alasan

pokok untuk menolak alasan ini. Tetapi tidak boleh diartikan bahwa dengan

demikian agama adalah sesuatu yang rasional, tetapi yang terpisah sama sekali

dari pengetahuan. Tetap ada pengetahuan yang dalam mengalami yang mutlak itu,

tetapi bukan pengetahuan yang bersifat dirkursif, atau hasil penalaran melainkan

pengetahuan yang bersifat induksif.

Agama membutuhkan eksperesi, ungkapan entah dengan kata-kata atau perilaku

atau simbol-simbol tertentu. Alasannya, agama adalah untuk manusia yang

mempunyai tubuh dan perasaan. Dengan demikian agama menciptakan bagi

dirinya sendiri ungkapan-ungkapan yang kelihatan dalam bidang kata-kata,.

Perilaku dan simbol-simbol. Karena alasan ini, agama yang murni internal,

spritual berlawanan dengan kodrat manusia dan tidak dapat berlangsung lama.

Begitu juga hal yang paling lahiriah belaka tampa perasaan-perasaan batin yang

terkait memperlihatkan teanda-tanda kematian agama sejati.

Disiplin ilmu filsafat agama tidak lain dari analisis filosof yang diterapkan pada

data keagamaan. Sebagian filosuf yang disebutkan tadi misalnya Otto, dianngap

sebagai filosuf agama, lainnya sebagai tiolog, sejarawan, dan sosiologi. Selain

pandangan diatas filosuf agama telah menganalisisbahasa keagamaan.

88

Page 89: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

Ilmu pengetahuan adalah apa yang kita ketahui.

Sumber-sumber pengetahuan :

1. Panca indera, bersifat faktual dan konkrit

2. Pikiran, bersifat konkrit dan juga abstrak

3. Wahyu,

4. Intuisi, gabungan antara pikiran & perasaan

Arti ilmu pengetahuan :

Merupakan bagian dari pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan

yang telah diuji kebenarannya melalui metode ilmiah.

Perhatikan bahwa pengetahuan adalah semua yang kita ketahui tanpa

menghiraukan yang benar dan yang salah, sedangkan ilmu pengetahuan

membatasi pada yang benar saja.

89

Page 90: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

Terdapat 3 kebenaran :

1. Kebenaran Ilmu

Sesuatu dianggap benar jika baik ditinjau secara deduktif maupun secara

induktif adalah benar.

Deduktif = dari umum ke khusus, benar dimaksudkan masuk akal.

2. Kebenaran Filosofis

Kebenaran yang ukuran/kriteria kebenarannya didasarkan atas

logika/rasio. Cara yang digunakan untuk menguji kebenarannya yaitu

dengan logika analogi.

Contoh :

a) Pernyataan 1 :

”Semua mahasiswa ilmu komputer telah mengambil mata kuliah

PTI”

Pernyataan 2 :

”Paijo adalah mahasiswa ilmu komputer”

Kesimpulan :

”Paijo telah mengambil mata kuliah PTI”

b) Pernyataan 1 :

”Jika Tuti belajar, maka Tuti tidak gagal ujian Filsafat ilmu

komputer

Pernyataan 2 :

”Jika Tuti tidak main basket maka Tuti belajar”

90

Page 91: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

Pernyataan 3 :

”Tuti gagal ujian filsafat ilmu komputer”

Kesimpulan :

“Tuti main basket“

c) Pernyataan 1 :

“Muji adalah ilmuwan“

Pernyataan 2 :

“Setiap ilmuwan adalah peneliti“

Maka :

”Muji adalah peneliti”

Kebenaran yang didasarkan atas logika analogi disebut juga kebenaran

koherensi.

3. Kebenaran Pragmatis

Kriteria kebenaran yang digunakan adalah berfungsi atau tidaknya

pernyataan tersebut untuk kehidupan manusia. Pragmatisme dapat

menerima kebenaran ilmu dan filosofis asal berfungsi bagi kehidupan

praktis.

Ilmu pengetahuan merupakan bagian dari pengetahuan.

91

Page 92: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

Peninjauan ilmu pengetahuan dapat dari segi proses maupun dari segi

keluarannya.

Proses → dimaksudkan dari cara mendapat ilmu pengetahuan tersebut.

Output → dimaksudkan dari hasil proses atau kesimpulan dari ilmu

pengetahuan yang didapat.

Dari segi keluaran dapat dilihat dari ciri-ciri ilmu pengetahuan, yaitu :

1. Obyektif

Pengetahuan itu harus sesuai dengan obyeknya.

2. Metodik

Memperolehnya dengan menggunakan cara-cara tertentu yang teratur dan

terkendali.

3. Sistematik

Pengetahuan ilmiah harus tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri

sendiri, satu dengan yang lain saling berkaitan, saling menjelaskan

sehingga seluruhnya merupakan suatu kesatuan yang utuh.

4. Universal

Berlaku umum

Langkah-langkah dalam metode ilmiah :

1. Perumusan masalah

Merupakan pertanyaan ”apa”, ”mengapa”, ”bagaimana” tentang obyek

yang diteliti.

2. Penyusunan hipotesis

92

Page 93: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

Pernyataan yang menunjukkan kemungkinan-kemungkinan jawaban untuk

memecahkan masalah yang ditetapkan. Ia merupakan jawaban sementara

dari permasalahan yang ditetapkan di atas yang harus diuji kebenarannya

dalam suatu observasi atau eksperimen

3. Pengujian hipotesis

Usaha pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis. Fakta-

fakta dianalisis sehingga dapat dipakai untuk menarik kesimpulan.

4. Penarikan kesimpulan

Dari analisis dapat ditarik kesimpulan. Jika hipotesis diterima maka

kesimpulan itu merupakan ilmu.

1. tiang penyangga bagi eksistensinya ilmu!

Jawab : Terbagi menjadi 3, yaitu :

a. Ontologi ilmu

Meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan

kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang

tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan

bagaimana (yang) ”Ada” itu (being sein, het zijin). Paham

monoisme yang terpecah menjadi idealisme atau

spiritualisme, paham dualisme, pluralisme dengan berbagai

nuansanya, merupakan paham ontologik yang pada akhirnya

menentukan pendapat bahkan keyakinan kita masing-masing

mengenai apa dan bagaimana (yang) Ada sebagaimana

manifestasi kebenarang yang kita cari.

b. Epistemologi ilmu

Meliputi sumber, sarana, dan tatacara menggunakan sarana

tersebut untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). Akal

(verstand), akal budi (vernunft) pengalaman, atau kombinasi

antara akal dan pengalaman, intuisi merupakan sarana yang

dimaksud dalam epistemologik, sehingga dikenal adanya

model-model epistemologik seperti : rasionalisme, empirisme,

kritisisme atau rasionalisme kritis, positivisme, fenomologi

dengan berbagai variasinya. Kelebihan dan kekurangan model

93

Page 94: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

epistemologik beserta tolak ukurnya bagi pengetahuan

(ilmiah) itu seperti teori koherensi, korespondensi, pragmatis,

dan teori intersubjektif.

c.Aksiologi ilmu

Meliputi nilai-nilai (values) yang bersifat normatif dalam

pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan

sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan yang menjelajahi

berbagai kawasan seperti kawasan sosial, kawasan simbolik

ataupun fisik-material. Lebih dari itu nilai-nilai juga

ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine gua

non yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam

melakukan penelitian maupun menerapkan ilmu.

FilsafatThales

Kosmologi air

PlatoFilsafat spekulatif

AristotelesMetafisik

Zaman Romawi KunoM.L. Cicero

Pengetahuan tentang hidup

(keselarasan manusia & alam)

Abad TengahPengetahuan yang

tertinggiPelayan teologi

Zaman modernAbad XVII

(filsafat alam, moral benda & peristiwa alam menyangkut

IlmuThales

Astronomi, Fisika

Zaman RenaissanceGalileo, Bacon

Metode eksperimental

Zaman modernAbad XVII

Descartes, Newton

Filsafat Alam

MatematikaThales

GeometriBok. deduktif

PhytagorasBilangan, sarana/alat

ZenoKonsep. Matematika

(inifit, limit)

Zaman modernAbad XVII

Descartes, NewtonLeibnitz

LogikaAristoteles

Analytical (premis)Dialektika (hipotesis)

Organon = alat(instrument of

science)

Zaman romawi kunoLogika

Abad TengahLogika tradisional

Zaman modern

94

Page 95: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

manusia & moral)

Abad XVIIIFilsafat mental &

moral

Abad XXFilsafat Analitik

Abad XVIII, fisika

Abad XXBerbagai ilmu baru(biologi, sosiologi)

Abad XXBerbagai cabang

matematika

Abad XIXBoole, De Morgan,

Frege

Abad XXLogika Modern

Filsafat IlmuFilsafat alam berkembang menjadi filsafat analitik yang merupakan inti filsafat

sekarang. Dari filsafat analitik tersebut muncul empiris, eksperimental.

Filsafat analitik memusatkan apa yang dibicarakan (substansi, eksistensi,

moral, realitas, sebab akibat, nilai) dalam analisis secara cermat terhadap

makna yang dibicarakan dalam filsafat.

FilsafatThales

Kosmologi air

PlatoFilsafat spekulatif

AristotelesMetafisik

Zaman Romawi KunoM.L. Cicero

Pengetahuan tentang hidup

(keselarasan manusia & alam)

Abad TengahPengetahuan yang

tertinggiPelayan teologi

Zaman modernAbad XVII

Filsafat jagad raya berkembang ke arah kosmologi lalu menjurus ke filsafat spekulatif.

Mencari keselarasan antara manusia dan alam semesta, bisa dicapai dengan petunjuk akal yang mengikuti hukum alam dari logos (sebagai akal alam semesta). Cicero : Filsafat sebagai ars vitae (the art of life).

Filsafat merupakan sarana untuk menetapkan kebenaran-kebenaran tentang Tuhan yang dapat dicapai oleh akal manusia.

Filsafat berkembang menjadi dua jalur.

95

Page 96: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

(filsafat alam, moral benda & peristiwa alam menyangkut manusia &

moral)

Abad XVIIIFilsafat mental & moral

Abad XXFilsafat Analitik

96

Page 97: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

IlmuThales

Astronomi, Fisika

Zaman RenaissanceGalileo, Bacon

Metode eksperimental

Zaman modernAbad XVII

Descartes, Newton

Filsafat Alam

Abad XVIII, fisika

Abad XXBerbagai ilmu baru(biologi, sosiologi)

Episteme adalah pengetahuan rasional mencakup filsafat dan ilmu.Fisika adalah pengetahuan teoritis yang mempelajari alam dan pengetahuan ini kemudian dikenal dengan filsafat alam.

Tokoh-tokoh Galileo Galilei, Francis Bacon adalah tokoh pembaharu yang diteruskan pada abad berikutnya oleh Rene Descartes, Isaac Newton memperkenalkan metode matematik & eksperimental untuk mempelajari alam.

Filsafat alam yang sebetulnya bukan filsafat melainkan pengetahuan dan disebut dengan ilmu alam (philosophia naturalis).

Newton merumuskan teori gaya berat kaidah-kaidah mekanika yang ditulis dalam Philosophie Naturalis (fisika) Principia Mathematica.

Orang yang bernama Hendri Aiken (??) mengamati bahwa filsafat melahirkan

ilmu-ilmu yang berkaitan dengan logika formal, linguistik, teori tanda yang

tampaknya bebas terhadap filsafat dan selanjutnya lahirlah ilmu antar

disiplin yang menggabungkan psikologi, sosiologi, antropologi. Contoh ilmu

antar disiplin : anatomi sosial manusia (terbentuk dari anatomi, fosil,

antropologi).

97

Page 98: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

98

Page 99: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

MatematikaThales

GeometriBok. deduktif

PhytagorasBilangan, sarana/alat

ZenoKonsep. Matematika

(inifit, limit)

Zaman modernAbad XVII

Descartes, NewtonLeibnitz

Abad XXBerbagai cabang

matematika

Thales mengemukakan bahwa bulan bersinar karena memantulkan cahaya matahari, menghitung kejadian gerhana matahari, membuktikan dalil-dalil geometri yang kesemuanya itu berdasarkan pada penalaran deduktif. (general khusus).

Phytagoras menyatakan bahwa : bilangan merupakan intisari dari semua benda serta dasar pokok dari sifat-sifat benda. Dalilnya ”Number rules the Universe”. Dia juga menyatakan bahwa matematika merupakan suatu sarana atau alat bagi pemahaman filsafati.

Zeno dalam dialog paradoksnya mendorong munculnya konsep infinitisimal, limit, deret tak hingga, proses konvergensi. Di sisi lain juga muncul metode aljabar, teknik simbolisme, teori himpunan, dst.

Muncul tokoh matematika : Descartes, Leibnitz, A. Comte, Henri Poincare, Whitehead, B. Russel.Matematika adalah bahasa dari ilmu (The Language of Science)

99

Page 100: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

LogikaAristoteles

Analytical (premis)Dialektika (hipotesis)

Organon = alat(instrument of science)

Zaman romawi kunoLogika

Abad TengahLogika tradisional

Zaman modern

Abad XIXBoole, De Morgan,

Frege

Abad XXLogika Modern

Logika : bidang pengetahuan yang mempelajari segenap asas, aturan & tata cara penalaran yang betul (correct reasoning). Penalaran : proses pemikiran manusia yang berusaha tiba pada pernyataan baru yang merupakan kelanjutan runtut dari pernyataan lain yang telah diketahui. Pernyataan yang telah diketahui disebut pangkalpikir (premise), sedang pernyataan baru yang diturunkan dinamakan kesimpulan (conclusion).

Aristoteles memasukkan pengetahuan logika sebagai pelajaran wajib dalam pendidikan untuk warga bebas. Seterusnya pengetahuan logika ini berganti nama dengan logika tradisional.

George Boole, Augustus de Morgan, Gottlob Frege, berkembang menjadi logika modern.

Logika modern semula mencakup simbolic logic bertambah mencakup logika kewajiban (deontic logic), logika nilai-ganda (multi-valued logic), logika intuisionistik (intuisionistic logic) dan berbagai sistem logika tak baku. Muncul juga logika perlambang program komputer.

BAB II

100

Page 101: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

ANALISIS

Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk didalamnya adalah ilmu. Jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping berbagai pengetahuan lainnya termasuk seni dan agama.Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu, sebab ilmu merupakan pengetahuan dengan cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat dan langkah-langkah sebagai berikut; perumusan masalah, penyusunan kerangka berfikir, perumusan hipotesis, pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan.

Terhadap pendidikan filsafat memberikan sumbangan berupa kesadaran menyeluruh tentang asal mula, eksistensi dan tujuan kehidupan manusia. Tampa filsafat pendidikan tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak tahu apakah yang harus dikerjakan. Sebaliknya tanpa pendidikan filsafat tetap berada pada topiknya.Dan pada dasarnya semua disiplin ilmu pengetahuan dari tingkat filosofis, teoritis dan sampai pada tingkat praktis diawali, dibimbing dan diakhiri oleh pendidikan. Objek kajian filsafat adalah persoalan-persoalan yang berkaitan dengan alam, manusia dan Tuhan. Filsafat merupakan sumber dari segala ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, filsafat adalah induknya ilmu pengetahuan. Adapun cabang dari filsafat adalah ontologi yang membicarakan tentang wujud hakikat sesuatu objek; epistimologi yang mengkaji tentang metode atau tata cara memperoleh pengetahuan, hakikat pengetahuan dan sumbernya; dan aksiologi yang membahas tentang nilai dan kegunaan suatu pengetahuan, dalam arti kebermanfaatannya terhadap kemaslahatan hidup manusia.

Ciri-ciri berpikir filsafat adalah radikal, sistematis, universal dan menyeluruh serta bersifat spekulatif dan mendasar dalam mengungkap hakikat suatu kebenaran.

Ilmu dalam arti science adalah pengetahuan, yakni pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri dan syarat-syarat tertentu; memiliki objek, metode, sistematika dan tujuan serta kebenarannya dapat dibuktikan secara empirik. Sedangkan pengetahuan dalam arti Knowledge adalah apa yang kita ketahui melalui penginderaan, pengalaman, intuisi, percobaan, penyuluhan, pelatihan, dan lain-lain. Sumber pengetahuan adalah rasionalisme, empirisme dan intuisis dan wahyu. Sedangkan teori kebenarannya adalah teori koherensi, teori korenpondensi dan teori pragmatis.

Adapun metode berpikir ilmiah adalah dengan deduktif dan induktif. Kebenaran ilmu pengetahuan merupakan kebenaran relatif tidak absolut, sehingga memungkinkan manusia mengembangkan daya pikirnya untuk memenuhi hasrat dan naluri keingintahuannya tentang sesuatu yang diketahuinya sebelumnya. Karena itu, ilmu pengetahuan di samping sebagi hasil produk berpikir, juga sebagai sarana kegiatan pengembangan daya pikir manusia. Agmaa berkaitan dengan masalah hubungan manusia dan dunianya dengan Allah. Segala sesuatu menerima eksistensinya dari Allah karenanya berasal dari Allah. Dalam agama manusia secara keseluruhanberbalik kepada Allah. Agama sering dibedakan menjadi dua macam: agama kodrati, natural dan agma wahyu. Agama natural bertumbuh dari kodray manusia yang rohani dan yang diciptakan. Agama

101

Page 102: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

wahyu meperlihatkan dengan jelas bagaimana kehidupan yang relegiusbertumbuh dan bekembang.

BAB III

SIMPULAN

Filsafat ialah sejenis pengetahuan yang diperoleh dengan cara berfikir yang logis tentang objek yang abstrak logis. Pengetahuan filsafat objek abstrak tetapi logis, pradikmanya logis, metode rasio, ukuran kebenaran logis atau tidak logis. Salah satu ciri filsafat yang mudah dilihat ialah kebenarannya hanya diukur dengan kelogisan argumennya ia tidak dapat diukur dengan empiris.Pengetahuan dapat dikelompokkoan dalam dua tiori, Tiori pengetahuan yang bersifat subjektifistik dan tiori pengetahuan yang objektivistik.Disiplin ilmu filsafat agama tidak lain dari analisis filosof yang diterapkan pada data keagamaan. Agama sering dibedakan menjadi dua macam: agama kodrati, natural dan agma wahyu. Agama natural bertumbuh dari kodrat manusia yang rohani dan yang diciptakan. Agama wahyu meperlihatkan dengan jelas bagaimana kehidupan yang relegiusbertumbuh dan bekembang.Epistemologi membandingkan kajian siatematik terhadap sifat, sumber dan faliditas pengetahuan. Ia berbeda dengan logika dan psikologi. Logika berkaitan dengan masalah penalara yang benar secara spesifik sedangkan epstimologi menyangkut sifat penalaran, kebenaran dan proses mengetahui itu sendiri. Adapun kajian psikologi adalah kajian deskriptif terhadap perilaku, fenomena dan keinginan, sedangkan epistimologi menyangkut pengetahuan dan apa yang kita sebut denga mengetahui.

Dengan demikian dalam ketiga-tiga pembahasan antara filsfat, agam, dan ilmu memang tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain, sebab ketiga-tiganya saling terikat.

DAFTAR PUSTAKA

102

Page 103: Tugas Jojo Filsafat Ilmu

Ahmadi, H. Abu dan Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan. Cet. II; Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001.

Daradjat, Zakiah, dkk. Materi Pokok Dasar-dasar Agama Islam. Jakarta: Univ. Terbuka, 1999.

Departemen Agama RI. Islam untuk Disiplin Ilmu Pendidikan: Buku Daras Pendidikan Agama Islam pada Perguruan Tinggi Umum Fakultas /Jurusan / Program Studi Pendidikan. Jakarta: tp., 2000.

Gie, The Liang. Sejarah Ilmu-ilmu dari Masa Kuno samapi Zaman Modern. Yogyakarta: Sabda Persada, 2003.

Hanafi, A. Ihktisar Sejarah Filsafat Barat, Jakarta: Pustaka alhusna, 1981.

Nasution, Harun. Falsafat Agama. Cet. VIII; Jakarta: Bulan Bintang, 1991. Islam untukRasjidi, M. dan Harifuddin Cawidu. Disiplin Ilmu Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang, 1988.

Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Popular. Cet. XVIII; Jakarta:Jujun S. Pustaka Sinar Harapan, 2005.

Filsafat Ilmu dariSemarna, Cecep. Hakekat Menuju Nilai. Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004.

Semiawan, Panorama Filsafat Ilmu Landasan Perkembangan Ilmu SepanjangConny dkk. Zaman. Jakarta: Teraju, 2005.

Shihab, M. Quraish. Membumikan al-Quran: Fungís dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Cet. XVIII; Bandung: Mizan, 1998.

----------------- Wawasan al-Quran: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Amat. Cet. III; Bandung: Mizan, 1996.

Undang-undang No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 1 ayat 1 tahun 2003.

103