tugas farmasi.docx
DESCRIPTION
TUGAS FARMASITRANSCRIPT
Otitis Media Akut
A. Definisi
Infeksi telinga bagian tengah yang disebabkan bakteri atau virus (Efiaty dkk, 2007).
B. Gejala Klinis
Nyeri telinga, tinnitus, pusing, demam, pendengaran berkurang (Efiaty dkk, 2007).
C. Pengobatan
Terapi bergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal ditujukan
untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik, dekongestan lokal
atau sistemik, dan antipiretik.
Stadium Oklusi
Terapi ditujukan untuk membuka kembali tuba Eustachius sehingga tekanan negatif di
telinga tengah hilang. Sumber infeksi lokal harus diobati. Antibiotik diberikan bila
penyebabnya kuman.
Stadium Presupurasi
Diberikan antibiotik, dan analgesik. Bila membran timpani sudah terlihat hiperemis difus,
sebaiknya dilakukan miringotomi. Dianjurkan pemberian antibiotik golongan penisilin
atau eritromisin. Jika terjadi resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam
klavulanat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar
konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak terjadi mastoiditis terselubung,
gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Antibiotik diberikan
minimal selama 7 hari.
Stadium Supurasi
Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan miringotomi bila membran
timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi ruptur.
Stadium Perforasi
Terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut. Diberikan obat cuci telinga
H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya
sekret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam 7-10 hari.
Stadium Resolusi
Membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan perforasi
menutup. Bila tidak, antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila tetap, mungkin
telah terjadi mastoiditis (Efiaty dkk, 2007)..
D. Mekanisme Obat
a. Penicillin (Amoxycillin)
1) Bentuk dan sediaan
Tablet
2) Nama paten
Amoxan, penmox
3) Dosis
Anak-anak dengan berat badan kurang dari 20 kg : 20-40 mg/kg berat badan per
hari dibagi dalam 3 dosis.
Dewasa dan anak dengan berat badan di atas 20 kg : sehari 750-1500 mg dalam
dosis terbagi
4) Mekanisme kerja
Amoxicillin adalah senyawa Penisilina semisintetik dengan aktivitas antibakteri
spektrum luas yang bersifat bakterisid, efektif terhadap sebagian besar bakteri gram
positip dan beberapa gram negatip yang patogen. Bakteri patogen yang sensitif
terhadap Amoxicillin antara lain : Staphylococci, Streptococci, Enterococci, S.
pneumoniae, N. gonorrhoeae, H influenzas, E. coli, dan P. mirabiiis. Amoxicillin
kurang efefktif terhadap species Shigella dan bakteri penghasil beta laktamase.
5) Metabolisme
Penisilin mudah rusak pada suasana asam. Absorbsi penisilin secara baik dilakukan
di saluran cerna. Penisilin terdistribusi luas dal;am tubuh. Kadar obat yang
memadai dapat tercapai dalam hati, empedu, ginjal, usus, limfe. Penisilin umumnya
diekskresi melalui proses sekresi di tubuli ginjal. Selain itu juga diekskresi
bersama tinja.
6) Indikasi
Infeksi yang disebabkan oleh kuman-kuman gram positip dan gram negatip yang
peka terhadap Amoxicillin, seperti infeksi pada saluran pernapasan bagian atas,
otitis media, bronchitis akut dan kronik, pneumonia cystitis, urethris,
pyelonephritis, gonorhea yang tidak terkomplikasi, infeksi kulit dan jaringan lunak.
7) Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap penicillin
8) Efek samping
Reaksi anafilaksis
b. Antipiretik
1) Bentuk dan sediaan
2) Nama paten
Pamol, Panadol
3) Dosis
4) Mekanisme kerja
Parasetamol menghambat produksi prostaglandin (senyawa penyebab inflamasi),
namun parasetamol hanya sedikit memiliki khasiat anti inflamasi. Telah dibuktikan
bahwa parasetamol mampu mengurangi bentuk teroksidasi enzim siklooksigenase
(COX), sehingga menghambatnya untuk membentuk senyawa penyebab inflamasi.
Sebagaimana diketahui bahwa enzim siklooksigenase ini berperan pada
metabolisme asam arakidonat menjadi prostaglandin H2, suatu molekul yang tidak
stabil, yang dapat berubah menjadi berbagai senyawa pro-inflamasi. Parasetamol
menghambat enzim siklooksigenase seperti halnya aspirin, namun hal tersebut
terjadi pada kondisi inflamasi, dimana terdapat konsentrasi peroksida yang tinggi.
Pada kondisi ini oksidasi parasetamol juga tinggi, sehingga menghambat aksi anti
inflamasi.
5) Metabolisme
Paracetamol dimetabolisme di hepar.
6) Indikasi
Penurun panas (antipiretik), anti nyeri (analgetik)
7) Kontraindikasi
Hipersensitivitas, gangguan fungsi hepar
8) Efek samping
Gatal, sesak nafas, kemerahan pada kulit (MIMS, 2008).
E. Resep
R/ Amoxycillin tab mg 500 No XXI
∫ 3 dd tab I £
R/ Paracetamol tab mg 500 No X
∫ prn (1-3) dd tab I agrediente febre £
1. Efiaty AS, Nurbaiti, Jenny B, Ratna DR. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga, Hidung,
Tenggorokan Kepala Leher. Edisi keenam. Jakarta FKUI, 2007: 10-14, 65-74.
2. MIMS Indonesia: petunjuk konsultasi (2008/2009). Antibiotic topikal, anti piretik.. Edisi 8.
PT. InfoMaster lisensi dari CMPMedica, pp: 309, 316-321, 322.
Glaukoma
A. Definisi
adalah kerusakan penglihatan yang biasanya disebabkan oleh meningkatnya tekanan bola
mata. Meningkatnya tekanan di dalam bola mata ini disebabkan oleh ketidak-seimbangan
antara produksi dan pembuangan cairan dalam bola mata, sehingga merusak jaringan-
jaringan syaraf halus yang ada di retina dan di belakang bola mata (Ilyas, 2007).
B. Gejala Klinis
Nyeri, mual muntah, penurunan visus secara cepat dan progresif, fotofobia (Ilyas, 2007).
C. Pengobatan
Tetes mata digunakan untuk menurunkan tekanan intraokular. Obat-obatan yang paling
sering digunakan adalah penyekat beta untuk mengurangi produksi aqueous humor atau
obat parasimpatomimetik untuk menvebabkan konstriksi pupil dan meningkatkan aliran
aqueous humor keluar dari mata.
Pada glaukoma penutupan sudut akut, diuretik dapat digunakan untuk menurunkan
tekanan intraokular. Pembedahan dapat diperlukan. Tekanan intraokular harus dipantau
setiap tahun pada individu yang berusia lebih dari 40 tahun atau setiap individu yang
mengalami peningkatan risiko gangguan ini.
Pembedahan yang meliputi iridektomi untuk glaukoma penutupan sudut, pembedahan
drainase, atau trabekuloplasti laser dapat digunakan untuk memperbaiki aliran keluar
aqueous humor (Ilyas, 2007)..
D. Mekanisme Obat
a. Pilocarpin HCl
1) Bentuk dan sediaan
Tetes mata
2) Nama paten
Cendocarpin
3) Dosis
2 % diberikan satu tetes tiap 8-12 jam
4) Mekanisme kerja
Merupakan golongan agonis kolinergik. Bekrja pada anyaman trabekular dengan
meningkatkan kontraksi muskulus siliaris sehingga pupil mengalami miosis.
Keadaan tersebut menyebabkan iris teratrik ke belakang dan sudut bilik mata
depan terbuka. Sebagai miotik untuk memebesarkan saluran pengeluaran cairan
mata dengan cara perangsangan reseptor kolinergik muskarinik.
5) Metabolisme
Mula kerjanya cepat, efek puncak terjadi antara 30-60 menit dan berlangsung
selama 8-12 jam. Metabolisme di hepra, diekskresikan melalui urin.
6) Indikasi
Glaukoma sudut terbuka kronik, glaukoma sudut tertutup akut, hipertensi okuler
7) Kontraindikasi
Pasien dengan risiko retinal detachment, radang iris akut, uveitis,
8) Efek samping
Salivasi, reaksi alergi
b. Betabloker (timolol maleat)
1) Bentuk dan sediaan
Tetes mata
2) Nama paten
betimol
3) Dosis
1 tetes dapat diberikan dalam interval 8-12 jam sehari
4) Mekanisme kerja
Menurunkan tekanan intraokuler dengan mengurangi produksi humor akuos
dengan cara memblok reseptor β 2 dalam prosesus siliaris.
5) Metabolisme
Timolol dan metabolitnya diekskresikan dalam urin. Half life timolol dalam
plasma adalah sekitar 4 jam.
6) Indikasi
Glaukoma, hipertensi okuler
7) Kontraindikasi
Asma bronkhial, bradikardi, gagal jantung
8) Efek samping
Reaksi alergi, pandangan kabur, bradikardi, aritmia
c. Karbonik anhidrase inhibitor (Asetazolamide)
1) Bentuk dan sediaan
Tablet, injeksi
2) Nama paten
Diamox
3) Dosis
2 x 250 mg secara oral, 500 mg untuk injeksi
4) Mekanisme kerja
Menurunkan tekanan intraokuler dengan menghambat produksi humor akuos. Hal
tersebut dilakukan dengan cara menghambat kerja enzim karbonik and\hidrase di
korpus siliaris
5) Metabolisme
Asetazolamide di ekskresikan melalui ginjal.
6) Indikasi
Glaukoma
7) Kontraindikasi
wanita hamil, penyakit ginjal
8) Efek samping
Dispepsia, polakisuria, batu ginjal, paresthesia (MIMS, 2008).
E. Resep
R/ Cendocarpin 2 % gtt ophtl fl No I
∫ 2 dd gtt 1 ODS £
R/ Timolol maleat gtt ophtl fl No I
∫ 2 dd gtt 1 ODS £
R/ Asetazolamid tab mg 250 No XX
∫ 2 dd tab 1 £
1. Ilyas S. Glaukoma dalam ilmu penyakit mata. Ed 3. Cetakan ke 4. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2007
2. MIMS Indonesia: petunjuk konsultasi (2008/2009). Obat mata. Edisi 8. PT.
InfoMaster lisensi dari CMPMedica, pp: 309, 316-321, 322.
KONJUNGTIVITIS
A. Definisi
Konjungtivitis merupakan suatu peradangan pada konjungtiva (Ilyas, 2007).
B. Gejala klinis
1. Konjungtiva yang mengalami peradangan akan tampak berwarna merah dan
mengeluarkan kotoran
2. Konjungtivitis karena bakteri akan mengeluarkan kotoran yang kental dan berwarna
putih.
3. Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih
4. Kelopak mata bisa membengkak dan terasa sangat gatal, terutama pada
konjungtivitis karena alergi (Ilyas, 2007).
C. Terapi
Secara umum pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan sulfonamide
(sulfacetamide 15%) atau antibiotic (gentamycin 0,3%), chloramphenicol 0,5%.
Konjungtivitis akibat alergi dapat diobati dengan antihistamin (antazoline 0,5%,
naphazoline 0,05%) atau dengan kortikosteroid (dexamentosone 0,1%). Umumnya
konjungtivitis dapat sembuhmtanpa pengobatan dalam waktu 10-14 hari, dan dengan
pengobatan, sembuh dalam waktu 1-3 hari.
Adapun penatalaksanaan konjungtivitis sesuai dengan klasifikasinya adalah sebagai
berikut:
1. Konjungtivitis Bakteri
Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan antibiotic
tunggal, seperti gentamisin, kloramfenikol, folimiksin selama 3-5 hari. kemudian
bila tidak memberikan hasil yang baik, dihentikan dan menunggu hasil pemeriksaan.
Bila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, diberikan tetes mata disertai
antibiotic spectrum obat salep luas tiap jam mata untuk tidur atau salep mata 4-5 kali
sehari.
2. Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi topical dan
sistemik. Secret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih atau dengan
garam fisiologik setiap ¼ jam. Kemudian diberi salep penisilin setiap ¼ jam. menit
sampai 30 menit. Pengobatan biasanya dengan perawatan di rumah sakit dan
terisolasi, medikamenstosa.
Penisilin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisilin G 10.000-
20.000/ml setiap 1 menit sampai 30 menit. Kemudian salep diberikan setiap 5 menit
selama 30 menit. Disusul pemberiansalep penisilin setiap 1 jam selama 3 hari.
Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokokus. Pengobatan
diberhentikan bila pada pemeriksaan mikroskopik yang dibuat setiap hari
menghasilkan 3 kali berturut-turut negatif.
3. Konjungtivitis Alergi
Penatalaksanaan keperawatan berupa kompres dingin dan menghindarkan
penyebab pencetus penyakit. Dokter biasanya memberikan obat antihistamin atau
bahan vasokonstkiktor dan pemberian astringen, sodium kromolin, steroid topical
dosis rendah. Rasa sakit dapat dikurangi dengan membuang kerak-kerak dikelopak
mata dengan mengusap pelan-pelan dengan salin (gram fisiologi). Pemakaian
pelindung seluloid pada mata yang sakit tidak dianjurkan karena akan memberikan
lingkungan yang baik bagi mikroorganisme.
4. Konjungtivitis Viral
Beberapa pasien mengalami perbaikan gejala setelah pemberian
antihistamin/dekongestan topical. Kompres hangat atau dingin dapat membantu
memperbaiki gejala.
5. Konjungtivitis Gonorhae
Penatalaksanaan pada konjungtivitis gonorhae berupa pemberian penisilin topical
mata dibersihkan dari secret. Pencegahan merupakan cara yang lebih aman yaitu
dengan membersihkan mata bayi segera setelah lahir dengan salep kloramfenikol.
Pengobatan dokter biasnay disesuaikan dengan diagnosis. Pengobatan konjungtivitis
gonorhae:
Penisilin topical tetes atau salep sesering mungkin. Tetes ini dapat diberikan
setiap setengah jam pada 6 jam pertama disusul dengan setiap jam sampai terlihat
tanda-tanda perbaikan. Suntikan pada bayi diberikan 50.000 U/KgBB selama 7 hari,
karena bila tidak maka pemberian obat tidak akan efektif. Kadang-kadang perlu
diberikan bersama-sama dengan tetrasiklin infeksi chlamdya yang banyak terjadi
(Ilyas, 2007).
D. Mekanisme Obat
Cendo Xitrol adalah obat tetes mata yang mengandung kombinasi obat kortikosteroid
(deksametason) dan antibiotik (neomisina dan polimisina). Kortikosteroid mempunyai
efek antiinflamasi atau menekan peradangan. Sedangkan neomisina dan polimisina
mempunyai efek antibakterial.
1) Indikasi
a) Infeksi mata yang disebabkan oleh bakteri yang peka terhadap neomisina dan
polimiksina.
b) Blefaritis tidak bernanah.
c) Konjungtivitis tidak bernanah.
d) Skleritis.
e) Tukak kornea.
f) Keratitis.
2) Kontraindikasi
a) Penderita yang hipersensitif atau alergi terhadap salah satu komponen obat.
b) Penderita tuberkulosis mata, infeksi mata yang disebabkan jamur dan virus, cacar
air, konjungtivitis akut yang berananah, atau blefaritis akut yang bernanah.
3) Dosis
Dosis yang lazim diberikan adalah 4 – 6 kali sehari 1 – 2 tetes.
4) Efek samping
a) Reaksi hipersensitivitas atau alergi dapat terjadi meskipun jarang.
b) Iritasi mata, rasa terbakar, tersengat, gatal, penurunan ketajaman mata.
c) Katarak subkapsular posterior dan glaukoma pada penggunaan jangka panjang
dan terus menerus.
5) Peringatan dan perhatian
a) Penggunaan antibiotik yang tidak tepat atau jangka panjang dapat meningkatkan
pertumbuhan mikroorganisme yang resisten.
b) Tidak boleh diberikan untuk iritasi mata yang dicetuskan oleh lensa kontak.
c) Hati-hati pemberian pada ibu hamil atau ibu menyusui.
d) Tidak dianjurkan untuk pengobatan jangka panjang (MIMS, 2008).
E. Resep
R/ cendoxytrol guttae opthalmic fl No.5
∫ 3 dd guttae I ocula dextra
Pro: Tn. T (34 tahun)
1. Ilyas S. Glaukoma dalam ilmu penyakit mata. Ed 3. Cetakan ke 4. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2007
2. MIMS Indonesia: petunjuk konsultasi (2008/2009). Obat mata. Edisi 8. PT.
InfoMaster lisensi dari CMPMedica, pp: 309, 316-321, 322.