tugas evaluasi kesehatan
TRANSCRIPT
BAB I
ANALISIS SITUASI
1.1 Situasi Kesehatan
Masalah kesehatan yang ada pada pada kabupaten berdasarkan profil kesehatan
kabupaten Banyuasin tahun 2008 yaitu terdiri atas tiga aspek besar yaitu masalah
morbiditas, mortalitas dan status gizi masyarakat yang ada pada daerah tersebut. Dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Mortalitas
Motalitas dapat d lihat melalui :
Angka Kematian Bayi (AKB) per – 1.000 Kelahiran Hidup
Berdasarkan jumlah kematian bayi DI Wilayah Pangkalan balai dari tahun ke tahun
semakin menurun, hal ini dilihat dari tahun 2007 pada tahun ini ada 8 kasus kematian
bayi dan tahun 2008 sebesar 7 orang ( 4 kasus Lahir Mati, 2 Kasus Asfeksia, 1 Kasus
BBLR ). Hal ini disebabkan tingginya kesadaran ibu hamil akan pentingnya ANC dan
adanya desa siaga serta bidan yang terlatih.
Angka Kematian Ibu Melahirkan per-100.000 Kelahiran Hidup
Jumlah kematian ibu di Wilayah kerja Puskesmas pangkalan Balai pada tahun 2008
tidak ditemukan kasus kematian ibu melahirkan.
Umur Harapan Hidup Waktu Lahir
Umur Harapan Hidup (UHH) digunakan untuk mengukur kemajuan pembangunan
kesehatan, fisik, mental, social dan ekonomi suatu bangsa, dan juga dapat digunakan
untuk melihat tingkat kelangsungan hidup. Pada tahun 2008 jumlah bayi yang lahir
adalah 863 sedangkan jumlah bayi mati adalah 7 orang jadi umur harapan hidup waktu
lahir (99%). Umur harapan hidup untuk lansia 66 tahun.
b. Morbilitas
Berdasarkan laporan bulanan dari bidan desa dapat dilihat 10 (sepuluh) panyakit
terbanyak di UPTD Puskesmas Pangkalan Balai Tahun 2008. Penyakit terbanyak di UPTD
Puskesmas Pangkalan Balai Tahun 2008 diatas dapat dilihat bahwa penyakit ISPA
merupakan penyakit terbanyak kemudidn,gastritis,hypertensi, diare,Rhematik, peny lainnya,
1
peny pulpa dan jaringan perlapikal,Influenza, Peny Kulit Alergi, Typoid. Penyakit tersebut
disebabkan oleh lingkungan yang kurang sehat dan personal hygent. Pola makan yang kurang
baik.
Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA (+)
Kesembuhan penderita TB Paru BTA (+) adalah penderita TB Paru yang telah
menerima pengobatan anti TB Paru dinyatakan sembuh (hasil pemeriksaan dahaknya
menunjukkan 2 kali negatif).
Jumlah Kesembuhan PenderitaTB Paru BTA (+)
Per Desa Puskesmas Pangkalan Balai
Tahun 2008 terdapat jumlah penderita TB Paru ada 46 0rang yang dinyatakan sembuh
ada 34 orang, sisanya masih dalam tahap pengobatan.
Angka ”Acute Flaccid Paralysis” (AFP) pada Anak Usia < 15 tahun per-100.000
Anak. Pada tahun 2008 tidak ditemukan kasus AFP.
Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per 100.000 Penduduk.
Jumlah Kasus DBD Per Desa
Wilayah Puskesmas Pangkalan Balai Tahun 2008
Sumber : UPTD Puskesmas Pangkalan Balai
Bahwa kasus DBD Pada Tahun 2008 Berjumlah 33 kasus terjadi peningkatan dari
tahun 2007 yang hanya berjumlah 22 kasus, hal ini karena Curah Hujan yang Cukup
tinggi serta masyarakat lebih cenderung memilih pengasapan atau fogging dan
abatesasi dari pada pemberantasan Sarang Nyamuk DBD, masih kurangnya peran
serta aktif masyarakat melalui kader Jumantik .
Penyakit Filariasis (Kaki Gajah)
Pada tahun 2008 tidak ada kasus Filariasis tetapi tetap diadakan pengobatan masal
terhadap 42,081 penduduk dengan pembagian obat DEC,Albendazol,Parasetamol
dan CTM .
c. Status Gizi
2
Indikator status gizi dapat dilihat dari Persentase Balita dengan gizi buruk dan
Persentase Kecamatan Bebas Rawan Gizi. Balita dengan Gizi Buruk adalah balita yang
mempunyai berat badan di bawah garis merah pada KMS (Kartu Menuju Sehat).
Kecamatan Bebas Rawan Gizi adalah kecamatan dengan prevalensi balita gizi kurang dan
gizi buruk < 15 %.
Pada tahun 2008 dari sample 1.174 Balita didapat hasil sebagai berikut :
Status Gizi Buruk : 0 (0%)
Status Gizi Kurang : 44 (3,74%)
Status Gizi Baik : 1.121 (95,48%)
Pada tahun 2007 jumlah penderita gizi buruk ada 4 orang sedangkan ditahun 2008
Tidak Ditemukan Kasus Gizi Buruk berarti terjadi peningkatan status gizi hal ini
diseabbkan kesadaran para orang tua akan pentingnya makanan bergizi dan sehat bagi
bayi dan balita mereka.
Dari keterangan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa akhir tahun 2008 tercatat
berbagai masalah kesehatan yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Pada
Angka Kematian Bayi (AKB) mengalami penurunan, walaupun angka kematian masih
cukup tinggi. Begitu pula halnya dengan angka kematian balita.
AKI mengalami dinamisasi, angka kejadian AKI berfluktuatif dan pada tahun 2004
sampai 2007. Angka yanga mengalami kenaikan yang signifikan adalah pada tahun 2008
yaitu Angka Kecelakaan Lalu Lintas, hal ini disebabkan karena Banyuasin merupakan
jalur lintas Sumatera yang banyak dilalui oleh kendaraan besar. Ini dapat dilihat dari data
yang mencantum di dalam profil kesehatan yaitu jumlah kejadian kecelakaan sebesar
196, jumlah korban yang meninggal dunia sebesar 93 jiwa, jumlah korban yang luka
berat sebesar 123 jiwa, dan jumlah korban yang luka ringan sebesar 186 jiwa. Data
korban jika di buat dalam persen maka terdapat persetaase korban yang meninggal 23.13
% jiwa, luka berat 30.60% jiwa, dan luka ringan 46.27% jiwa.
Berikut beberapa masalah kesehatan yang diharapkan mampu diatasi pada tahun
berikutnya:
1. Kasus Pneumonia, pada tahun 2007 kasus pneumonia yang tercatat berjumlah 2443
orang dan kesemuanya mendapatkan penanganan dan ada yang tidak mendapatkan
3
penanganan. Jumlah balita yang ditangani yaitu sebesar 2023 jiwa sedangkan yang
masih belum ditaangani yaitu sebesar 420 jiwa balita. Hal ini membuktikan bahwa
kemampuan pelayanan kesehatan dan pihak Dinas Kesehatan sudah cukup membaik
dalam hal case finding (jemput bola). Hal ini ditunjukkan dengan insidensi yang
cukup tinggi dalam satu tahun terakhir. Kemudian, terlihat bahwa para medis mampu
mengatasi masalah epidemi di daerah. Tergambar dari jumlah penderita pneumonia
yang ditangani sebesar 2023 jiwa. Tetapi kasus ini mengalami peningkatan terus
menerus ini dikarenakan dengan cuaca yang tidak mendukung dan juga karena terlalu
banyaknya menghirup debu kendaraan, dan juga dikarenakan kelalaian dari pelayanan
kesehatan itu sendiri serta masyarakat yang ikut berperan.
2. Diare, berdasarkan profil kesehatan kabupaten Banyuasin diare masih menjadi kasus
dengan peringkat ketiga dari sepuluh penyakit terbesar. Pada tahun 2007 jumlah kasus
diare 24170 kasus, sedangkan kasus yang ditangani hanya 9372 kasus. Hal ini sangat
mengkhawatirkan mengingat diare juga dapat menyebabkan kematian pada
penderitanya, jika mengalami diare akut. Diare adalah penyakit yang dapat dicegah
dengan perilaku bersih dan sehat. Oleh karena itu peningkatan kasus ini
mengindikasikan kehidupan yang tidak sehat.
3. Kusta, penyakit ini juga merupakan penyakit yang sudah menyebar dikaalngan
masyarakat khususnya di kalangan masyarakat yang masi kurang mengerti dengan
kebersihan lingkungan dan diri sendiri. Kasus ini juga ditakuti oleh masyarakat. pada
tahun 2006 jumlah penderita penyakit kulit berjumlah 458 penderita, pada tahun 2007
berjumlah 579 penderita, sedangkan pada tahun 2008 berjumlah 675 penderita. Hal
ini menjadi perhatian pemerintahan kabupaten banyuasin karena jika dibiarkan
virusnya akan menyebar dan akan menjadi daerah endemis.
4. Malaria, angka kejadian malaria masih cukup tinggi mulai dari tahun 2004-2007. Hal
ini harus menjadi perhatian mengingat malaria merupakan penyakit endemis di
wilayah kabupaten Banyuasin.
5. Filariasis, meskipun kasus filariasi di beberapa daerah sudah tidak ada, namun di
kabupaten Lahat pada tahun 2007 masih ditemukan 129 orang penderita filariasis,
sedangkan yang baru ditangani hanya 5 orang. Hal ini menjadi perihatian karena
kasus diatas belum mendapatkan penanganan dari aparat medis. Dinas Kebudayaan
4
dan Pariwisata kesehatan juga harus siap, karena filariasis merupakan salah satu
penyakit menular. Oleh karena itu masalah ini perlu ditindaklajuti.
Masalah-masalah tersebut merupakan beberapa masalah yang ditemukan dalam satu tahun
terakhir di Kabupaten Lahat. Dalam menentukkan prioritas masalah terdapat berbagai macam
metode dapat dilakukan diantaranya, metode Matematik dan metode Delbeque. Berikut ini
akan dipaparkan mengenai prioritas masalah yang ada pada kabupaten Banyuasin.
“Metode Matematik”
No. Masalah M S V C A Skor
1.
2.
3.
4.
5.
Pneomonia
Kusta
Diare
Malaria
Filariasis
5
4
5
1
3
3
2
2
5
2
3
3
3
1
2
4
4
4
4
2
2
3
2
5
3
360
288
240
100
72
“Metode Delbeque”
Setelah melakukan diskusi kelompok dengan menggunakan teknik Delbeque untuk
menentukan masalah kesehatan apa yang apa yang menjadi prioritas dalam pelaksanaan
program satu tahun ke depan. Maka telah disepakati, bahwa masalah pneumonia perlu
mendapatkan perhatian khusus dalam pelaksanaan program satu tahun ke depan, maka telah
disepakati bahwa masalah pneumonia perlu mendapatkan perhatian khusus dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kabupaten Banyuasin. Beberapa
pertimbangan mengapa pneumonia dijadikan salah satu masalah kesehatan yang perlu
diprioritaskan adalah :
1. ISPA dalam hal ini pneumonia merupakan penyebab utama kematian pada bayi dan
balita yang sering menjadi penyebab pada urutan pertama angka kesakitan balita.
2. Di kabupaten lahat pada tahun 2007 ditemukan 2023 penderita pneumonia, kasus ini
yang masih belum mendapatkan penanganan sebesar 420 penderita. Jika dibiarkan
akan menjadi endemis.5
3. ISPA (Pneumonia) juga merupakan salah satu penyakt infeksi yang menjadi prioritas
masalah nasional.
Selain itu dua masalah lainnya yang perlu menjadi perhatian adalah kasus diare dan
poliokusta. Kusta merupakan penyakit yang menular yang dikarenakan oleh virus. Kusta di
Indonesia sendiri sudah menjadi penyakit yang diberantas sejak lama. Seharunya, penyakit
kusta tidak terjadi lagi atau hanya sedikit angka kejadiannya.
Tidak hanya itu, diare juga menjadi salah satu masalah kesehatan yang sampai saat ini
masih memiliki angka insidensi yang cukup tinggi dibandingkan penyakit lainnya. Pada
tahun 2007 jumlah kasus diare 24170 kasus, sedangkan kasus yang ditangani hanya 9372
kasus. Hal ini sangat mengkhawatirkan mengingat diare juga dapat menyebabkan kematian
pada penderitanya, jika mengalami diare akut. Diare adalah penyakit yang dapat dicegah
dengan perilaku bersih dan sehat. Oleh karena itu peningkatan kasus ini mengindikasikan
kehidupan yang tidak sehat. Pneumonia, kusta dan diare merupakan tiga masalah kesehatan
yang menjadi prioritas dalam pelaksanaan program satu tahun ke depan.
1.2 Kinerja Output
Berdasarkan Profil Kesehatan di Kabupaten Banyuasin tahun 2008, yang menjadi
prioritas masalah penyakit yang ada di Kabupaten Banyuasin yaitu ISPA ( Infeksi Saluran
Pernapasan Akut ), Diare, dan Penyakit Kulit ( Kusta ). Adapun kinerja output yang
dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut antara lain :
1. Promosi Kesehatan ( Promkes)
2. Sanitasi
3. Gizi
4. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) / Kesehatan bayi (KB)
5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
6. Pengobatan
Seluruh program kegiatan tersebut di dalam gedung difasilitasi dengan adanya
ruangan dan peralatan yang memadai, program kerja, peningkatan kemampuas sumber daya
manusia, SOP sebagai standar pelayanannya.
Penyuluhan / Promosi Kesehatan (Promkes)
Kegiatan ini dilakukan secara perorangan ataupun per kelompok, baik dilakukan di
puskesmas, sekolah, ataupun di tempat lain yang membutuhkan.
6
Sanitasi
Program sanitasi meliputi banyak hal, seperti sanitasi lingkungan, personal hygiene, dll,
misalnya melakukan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat). Kegiatan ini dilakukan
secara individu ataupun secara global, serta dibutuhkannya kesadaran dari dalam diri
masing-masing individu untuk mencipatak sanitasi yang baik
Pelayanan Kesehatan Pelayanan Ibu, Anak, ataupun Bayi (KIA/KB)
Pelayanan kesehatan ibu dan anak, taupun pelayanan kesehatan ibu dan bayi merupakan
salah satu indicator dari kinerja output dalam menangani maslaah yang ada di Kabupaten
Banyuasin. Kegiatan ini dilakukan di klinik ataupun tempat pelayanan kesehatan lainnya
meliputi pelayanan kebidanan terhadap ibu hamil (bumil), ibu bersalin (bulin) dan ibu
nifas (bufas). Untuk kegiatan KB, melayani kebutuhan masyarakat dalam hal berupa
IUD, implant, pil, suntikan dan kondom. Pelaksanaannya dilayani oleh bidan terlatih.
Pelayanan Anak (BP Anak)
Program ini ditujukan untuk melayani kesehatan bayi dan balita. Dalam pelaksanaannya
dilayani oleh para Bidan terlatih di bidang anak yang mulai mengembangkan sistem
pelayanan dengan teknik MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)
Pelayanan Kesehatan Umum
Program ini ditujukan untuk melayani pengobatan umum bagi pasien umum anak di atas
12 tahun, dewasa dan gawat darurat pada pelaksanaannya juga dilayani oleh dokter
umum yang dibantu oleh perawat terlatih.
Pelayanan Kesehatan TB paru dan Kusta yang terlatih
Program ini dilakukan dengan tujuan untuk melayani pengobatan TB paru dan kusta,
dalam pelaksanaannya ini dilayani oleh seorang pemegang program TB/Kusta yang
terlatih di tempat-tempat pelayanan medis.
a. ISPA
Untuk penderita ISPA di Kabupaten Banyuasin tahun 2007 jumlah penderita mencapai
2443 oran. Ini menunjukkan bahwa penyakit ini telah menjadi penyakit yang endemis di
daerah banyuasin.
b. Diare
Sebelum tahun 2007, sudah terjadi 2 kali Kejadian Luar Biasa (KLB) di Provinsi
Sumatera Selatan. Untuk di Kabupaten Banyuasin sendiri, kejadian penyakit diare
7
menduduki peringkat tertinggi kedua setelah Kota Palembang yaitu sebesar 24,17 %.
Jumlah penderita Diare di Kabupaten Banyuasin pada tahun 2007 berjumlah 24170
penderita.
c. Penyakit Kulit (Kusta)
Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang termasuk dalam criteria
“low endemic” dimana prevalensi penderita yang dilaporkan berada kurang dari
1/10.000. Untuk daerah Kabupaten Banyuasin, jumlah penderita dalam kurun waktu 3
tahun (2006-2008) terus mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2006 jumlah penderita
penyakit kulit berjumlah 458 penderita, pada tahun 2007 berjumlah 579 penderita,
sedangkan pada tahun 2008 berjumlah 675 penderita.
1.3 Kinerja Proses
Pembangunan kesehatan di Kabupaten Banyuasin dalam pencapaian semua kegiatan
program yang direncanakan sesuai dengan sasaran dari tujuan visi dan misi pemerintah
Kabupaten Banyu Asin tidak berjalan seperti yang diharapkan karena persentase angka yang
ditergetkan oleh Dinas Kesehtan Kabupaten Banyu Asin tidak sesuai dengan target.
Berdasarkan data laporan yang masuk dari Puskesmas, rumah tangga di Kabupaten
Banyuasin yang mendapatkan akses air bersih sebanyak 57,9%. Ini masih di bawah target
Indonesia Sehat 2010 (yaitu 85%).
Adapun program kesehatan yang direncanakan oleh kabupaten Banyuasin yaitu
dengan menerapkan Pola Hidup Bersih Sehat. Rumah Tangga Sehat (PHBS) adalah rumah
tangga yang melakukan sepuluh Perilaku Hidup Bersih dan Sehat sebagai berikut :
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan,
2. Memberi bayi ASI eksklusif,
3. Menimbang bayi dan balita setiap bulan,
4. Menggunakan air bersih,
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
6. Menggunakan jamban sehat,
7. Memberantas jentik di rumah, 8
8. Makan buah dan sayur setiap hari,
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan
10. Tidak merokok di dalam rumah.
Data yang diterima melaporkan bahwa dari 118.502 rumah tangga yang dipantau (59,3% dari
yang ada), baru 52,7% Rumah tangga di Kabupaten Banyuasin pada tahun 2008 yang
menerapkan PHBS termaksud. Ini masih di bawah target Indonesia Sehat 2010, yaitu 65%.
ASI Eksklusif, Air Susu Ibu (ASI) diyakini dan bahkan terbukti memberi manfaat bagi bayi;
baik dari aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologik, aspek kecerdasan, aspek
neurologik, aspek ekonomik maupun aspek penundaan kehamilan. Bayi yang mendapatkan
ASI Eksklusif adalah bayi yang hanya mendapatkan ASI saja sampai mencapai usia 6 bulan.
Di Kabupaten Banyuasin, dari seluruh bayi yang ada (18.420 bayi), yang diberi ASI eksklusif
sebanyak 11.786 bayi atau 64%. Ini masih di bawah target pencapaian SPM, yaitu sebesar
80%. Adapun yang dimaksud Posyandu Aktif adalah Posyandu strata Purnama dan Mandiri.
Di Kabupaten Banyuasin tahun 2009 terdapat Posyandu Aktif sebanyak 385 buah (59%). Ini
sudah di atas target Indonesia Sehat 2010, yaitu 40%.
Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian
kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Disamping itu, kejadian kematian juga
dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan
program pembangunan kesehatan lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB), Angka kematian
bayi yang terlaporkan pada tahun 2009 ini mengalami sedikit penurunan dibandingkan yang
terlaporkan pada tahun 2008. AKB 2008 adalah sebesar 7 per 1000 kelahiran hidup,
sedangkan AKB pada tahun 2009 adalah sebesar 5 per 1000 kelahiran hidup. Ada banyak
faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk menemukan faktor yang
paling dominan. Tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan
kesehatan dengan tenaga medis yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah
kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor
yang berpengaruh terhadap tingkat AKB. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI), Pada tahun
2009, dilaporkan adanya 19 kasus kematian maternal, yang terjadi karena perdarahan (9
kasus), infeksi (8 kasus) dan penyebab yang lain (2 kasus). Sedangkan bayi yang lahir hidup
dilaporkan sejumlah 16.977 bayi. Dengan demikian, angka kematian ibu yang terlapor di
Kabupaten Banyuasin sebesar 112 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini mengalami
9
penurunan dari yang terlaporkan pada tahun 2008, yaitu sebesar 122 per 100.000 kelahiran
hidup.
Program Kesehatan yang direncanakan tidak tersialisasikan dengan baik kepada
masyarakat yang mengakibatkan persentase angka yang diharapkan tidak mencapai target.
Hal ini bisa terjadi karena adanya hambatan. Hambatan pada sumber daya yaitu,
penegetahuan warga masayarakat yang kurang akan gejala-gejala timbulnya pennyakit, pola
hidup bersih dan sehat (PHBS) yang masih sangat kurang terutama bagi kelurga yang masih
tergolong miskin, keterlambatan turunnya anggaran, kurangnya tenga dokter, dll. Hambatan
pada lingkungan yaitu, kondisi geografi wilayah Kabupaten Banyu Asin misalnya di daearah
pedesaan, masih banyak wilayah yang susah untuk dicapai dengan kendaraan transportasi
sehingga menyulitkan petugas untuk mengintervensi apa saja yang kurang dan yang
diperlukan di wilayah tersebut.
1.4 Kinerja input
Identifikasi jenis tenaga yang merupakan masalah . Puskesmas yang terjadi
kekurangan dan kelebihan , yaitu :
Puskesmas yang terjadi kekurangan :
1. UPT Puskesmas Mariana
Program yang dijalankan kurang terlaksana dengan baik. Di lihat dari
situasi upaya kesehatan nya.
Selama tahun 2006 puskesmas Mariana menerima kunjungan sebanyak :
28191, kunjungan terdiri dari kunjungan umum, Akses, Askesin dan UKS.
1. ISPA : 3003 kasus
2. Diare : 2223 kasus
3. Penyakit Kulit Alergi : 1159 kasus
4. Penyakit ISPA pada Balita : 1993 Kasus (23% Balita)
5. Penyakit Diare pada Balita : 794
Puskesmas yang telah mencapai program kerja :
1. UPT Pangkalan Balai
Puskesmas Pangkalan Balai adalah salah satu puskesmas Pilot Projec
SCHS yang diberi bantuan untuk mempermudah proses pengolahan data
10
berupa: Family Folder, Simpus Entry dan Simpus Individu yang sudah
berjalan dari bulan Agustus 2007 sampai dengan sekarang.
Program penunjang puskesmas : SIMPUS Puskesmas, Laboratorium
Sederhana, Rontgen.
Penyakit terbanyak di UPTD Puskesmas Pangkalan Balai Tahun 2008
diatas dapat dilihat bahwa penyakit ISPA merupakan penyakit terbanyak
kemudidn,gastritis,hypertensi, diare,Rhematik, peny lainnya, peny pulpa
dan jaringan perlapikal,Influenza, Peny Kulit Alergi, Typoid. Penyakit
tersebut disebabkan oleh lingkungan yang kurang sehat dan personal
hygent. Pola makan yang kurang baik.
Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA (+)
Kesembuhan penderita TB Paru BTA (+) adalah penderita TB Paru yang
telah menerima pengobatan anti TB Paru dinyatakan sembuh (hasil
pemeriksaan dahaknya menunjukkan 2 kali negatif).
Tahun 2008
Bahwa jumlah penderita TB Paru ada 46 0rang yang dinyatakan sembuh
ada 34 orang, sisanya masih dalam tahap pengobatan.
Upaya Kesehatan Perorangan : pelayanan pengobatan baik di puskesmas
maupun di tempat pelayanan lain, pemberian obat secara rasional.
2. UPT Karang Agung Ilir
Jumlah Sarana Kesehatan : 1 Unit Puskesmas Perawatan, 2 Unit
Puskesmas Pembantu (Pustu), 7 Unit Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)
Posyandu menyelenggarakan program Penanggulangan Diare
Selama tahun 2009 penduduk karang agung ilir yang menjadi peserta askes
sebanyak 114 orang, dan jamkesmas 8.524 orang. keluarga miskin yang
terdata 8.712 jiwa tercakup dalamprogram JPKM yaitu jamkesmas 6.290
jiwa dan telah memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas, pustu
maupun poskesdes.
Dari Hasil tahun 2009 di Puskesmas Karang Agung ilir menunjukkan
bahwa dari 51 institusi yang ada, sebanyak 32 unit (62,75%) telah dibina,
meliputi 4 unit (57,14%) sarana kesehatan, 7 unit (63,64%) sarana
11
pendidikan, 14 unit (48,28%) sarana ibadah, dan 7 unit (100%) sarana
perkantoran.
Penyuluhan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan berencana untuk
memperbaiki perilaku manusia sesuai prinsip-prinsip pendidikan.
Jumlah kunjungan rawat jalan umum di sarana kesehatan di wilayah kerja
UPT Puskesmas Karang Agung ilir pada tahun 2009 sebanyak 46.949
orang.
Berdasarkan laporan bulanan penyakit (LB1) dari desa 10 penyakit yang
terbanyak di wilayah kerja UPT Puskesmas Karang Agung Ilir tahun 2009
adalah :
Penyakit ISPA : 17.334 kasus
Penyakit kulit dan jaringan sub kutan : 2.518 kasus
1.5 Risiko lingkungan
I.5.1. Pneumonia
Rumah dengan ventilasi buruk merupakan sektor paling potensial dalam terjadinya
peningkatan kasus pneumonia ini. Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin
Tahun 2008, terdapat 51,7% rumah yang diperiksa kesehatannya. Selain itu, jenis lantai
rumah (tanah/semen/keramik), kondisi dinding rumah, serta tingkat kepadatan penghuni
juga ikut berperan serta dalam meningkatkan kasus pneumonia.
I.5.2. Diare
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang
dominan, yaitu: sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan
berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat
karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak
sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian
penyakit diare. Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2008,
diketahui bahwa hanya 0% masyarakat tidak memiliki jamban bahkan mereka
membuangnya ke sungai. Ini menunjukkan bahwa masih sangat rendah sarana jamban
keluarga.
12
I.5.3. Kusta
Penyakit kusta merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman mikrobial. Faktor-
faktor lingkungan yang terbukti berpengaruh terhadap kejadian penyakit ini yaitu :
a. Kondisi Selokan
Selokan sering menjadi tempat tinggal tikus atau wirok serta sering juga dilalui oleh hewan-
hewan peliharaan seperti kucing, anjing, dan kambing sehingga selokan ini dapat menjadi
salah satu jalur untuk penularan penyakit leptospirosis. Peran selokan sebagai jalur penularan
penyakit leptospirosis terjadi ketika air selokan terkontaminasi oleh urin dan kotoran lainnya.
b. Keberadaan Tikus atau Binatang Pengerat Lainnya yang Menjadi Vektor Penyebaran
Penyakit Kulit
Hasil analisis statistik secara multivariat menunjukkan bahwa adanya tikus/wirok di dalam
dan atau sekitar rumah mempunyai risiko 4,52 kali lebih besar untuk terjadinya leptospirosis
berat dibandingkan tidak ada tikus/wirok di dalam dan atau sekitar rumah (OR=4,52; 95%CI:
1,27-16,16; p=0.020). Hasil ini membuktikan hipotesis yang menyatakan bahwa adanya
tikus/wirok di dalam dan atau sekitar rumah merupakan faktor risiko terjadinya penyakit
kulit.
c. Lingkungan yang Kotor
Maksudnya, berhubungan dengan pembuangan air limbah, sumber air serta kebiasaan
masyarakat dalam membuang sampah. Sebab, faktor-faktor tersebut dapat menjadi penyebab
munculnya bakteri-bakteri penyebab infeksi juga memperbesar kemungkinan terjadinya luka
yang berkembang menjadi radang dan infeksi akut.
Berdasarkan profil kesehatan kab. Banyuasin tahun 2008 terdapat 25 % penderita kusta, ini
menunjukkan bahwa masih banyak penderita yang masih membutuhkan pengobatan di
Banyuasin ini karena jika di biarkan akan semakin mewabah dan jumlah penderita semakin
bertambah setiap tahunnya karena penyakit ini dapat menularkan ke manusia.
1.6 Risiko perilaku
I.6.1. Pneumonia
Kebiasaan menggunakan obat nyamuk bakar yang tidak tepat, kebiasaan merokok,
serta kebiasaan memasak di dalam rumah dengan jarak dapur dan ruang keluarga yang
13
berdekatan akibat tata ruang yang tidak baik, juga dapat memicu terjadinya peningkatan
kasus pneumonia. Terlebih lagi, jika penghuni rumah masih menggunakan kayu bakar
untuk memasak di dalam rumah. Hal ini sangat berisiko untuk menimbulkan penyakit
pneumonia.
I.6.2. Diare
Kebiasaan tidak mencuci tangan dengan sabun adalah hal yang paling berpotensi
menyebabkan meningkatnya kejadian diare. Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten
Banyuasin Tahun 2008, diketahui bahwa hanya 63.3 rumah tangga di Kabupaten
Banyuasin yang hidup dengan menggunakan sumber air bersih. Dan juga cakupan
pembuangan air limbah di Banyuasin memiliki persentase 0%. Kurangnya kesadaran
masyarakat untuk hidup bersih dan sehat membuat meningkatnya kejadian diare di
Kabupaten ini. Seperti yang kita ketahui bahwa terjadinya diare disebabkan karena adanya
kontak antara sumber dan host yang biasanya dapat terjadi melalui makanan dan
minuman, terutama air minum yang tidak dimasak. Selain itu, diare juga dapat terjadi
karena kebiasaan jajan sembarangan.
1.6.3.Penyakit Kulit ( Kusta )
Aspek perilaku yang berkaitan dengan proses penularan penyakit kulit adalah sebagai
berikut:
a. Kebiasaan Mandi di Sungai
Penularan bakteri penyebab penyakit kulit pada manusia adalah kontak langsung
dengan bakteri tersebut melalui pori-pori kulit yang menjadi lunak karena terkena air,
selaput lendir, kulit kaki, tangan dan tubuh yang lecet. Kegiatan mencuci dan mandi di
sungai atau danau akan berisiko terpapar bakteri leptospira karena kemungkinan terjadi
kontak dengan urin binatang yang mengandung bakteri akan lebih besar.
Penelanan air yang tercemar selama menyelam berhubungan dengan angka serangan
yang tinggi. Berenang atau merendam sebagian tubuh dalam air yang tercemar, misalnya
mengendarai motor melalui kolam air yang tercemar, ditemui pada seperlima pasien dan
merupakan sebagian besar penyebab umum munculnya wabah leptospirosis.1
Kebiasaan mandi di sungai mempunyai risiko 2,5 kali lebih tinggi terkena penyakit kulit.
b. Kebiasaan Mencuci Baju/Ternak di Sungai
14
Kebiasaan mencuci baju di sungai mempunyai risiko 2,4 kali lebih tinggi terkena
penyakit kulit.
c. Pemakaian Sabun Mandi
Sabun mandi yang mengandung zat anti kuman atau bakteri dapat membantu
membunuh atau menghambat masuknya kuman penyakit ke dalam tubuh manusia
sehingga proses penularan dapat terhambat sejak permukaan kulit.
d. Pemakaian Alat Pelindung Diri
Dengan tidak memakai alat pelindung diri akan mengakibatkan kemungkinan
masuknya bakteri ke dalam tubuh akan semakin besar. Bakteri masuk tubuh melalui pori-
pori tubuh terutama kulit kaki dan tangan. Oleh karena itu dianjurkan bagi para pekerja
yang selalu kontak dengan air kotor atau lumpur supaya memakai alat pelindung diri
seperti sepatu bot. Banyak infeksi terjadi karena berjalan di air dan kebun tanpa alas
pelindung diri. Tidak memakai sepatu saat bekerja di sawah mempunyai risiko 2,17 kali
lebih tinggi terkena penyakit kulit.
e. Kebiasaan Merawat Luka
Jalan masuk bakteri yang biasa pada manusia adalah kulit yang terluka lecet, terutama
sekitar kaki dan kelopak mata, hidung, dan selaput lendir yang terpapar. Konsep yang ada
sebelumnya bahwa organisme dapat menembus kulit yang utuh sekarang dipertanyakan.
Orang yang tidak melakukan perawatan luka mempunyai risiko 2,69 kali lebih tinggi
terkena penyakit kulit.
15
BAB II
PENETAPAN TUJUAN PROGRAM
II.1. Diare
II.1.1. Program : Gerakan stop diare
II.1.2. Output
1. Penyelidikan dan penanggulangan diare, Penanggulangan dilakukan oleh tenaga
kesehatan di Puskesmas Kabupaten Banyuasin.
2. Kaporisasi terhadap semua sarana air bersih (sumur gali, sarana
penampungan air rumah tangga di lokasi KLB, air sungai).
3. Penyuluhan Kesehatan dan sarana air bersih.
4. Tim melakukan penyuluhan terhadap masyarakat termasuk populasi
Berisiko di Kabupaten Banyuasin.
5. Mengenai manfaat jamban bagi kesehatan, perilaku hidup bersih dan sehat,
Kebersihan.
6. Lingkungan dan perorangan, pencegahan dan penanganan penyakit diare di keluarga.
7. Mengadakan Posko Penanggulangan diare.
8. Melaksanakan Sistem Kewaspadaan Dini di Puskesmas.
9. Puskesmas melakukan pemantauan baik harian maupun mingguan terhadap
masyarakat Kabupaten Banyuasin.
10. Melakukan Kerja bakti (kebersihan lingkungan) setempat.
11. Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif.
12. Melaksanakan monitoring dan evaluasi oleh petugas kesehatan.
13. Manajemen program penanggulangan diare melalui pelatihan petugas dan bimbingan
teknis
II.1.3. Outcome
Menurunnya prevalensi penyakit diare di Kabupaten Banyuasin yang pada tahun 2007
sebesar 24,17% turun menjadi 12,1% pada tahun 2015.
16
II.2. Pneumonia
II.2.1. Program : Cegah pneumonia sejak dini
II.2.2. Output
1. Promosi penanggulangan pnemonia balita melalui advokasi, bina suasana dan
gerakan masyarakat.
2. Penurunan angka kesakitan dilakukan dengan upaya pencegahan atau
penanggulangan faktor resiko melalui kerjasama lintas program dan lintas sektor,
seperti melalui kerjasama dengan program imunisasi, program bina kesehatan balita,
program bina gizi masarakat dan program penyehatan lingkungan pemukiman.
3. Peningkatan penemuan melalui upaya peningkatan prilaku masyarakat dalam
pencaharian pengobatan yang tepat.
4. Melaksanakan tatalaksana kasus melalui pendekatan Manejemen Terpadu Balita sakit
(MTBS) dan audit kasus untuk peningkatan kualitas tatalaksana kasus ISPA.
5. Peningkatan sistem surveilans ISPA melalui kegiatan surveilans rutin, autopsi verbal
dan pengembangan informasi kesehatan serta audit manejemen program.
II.2.3. Outcome
Menurunnya prevalensi pneumonia pada balita di Kabupaten Banyuasin menjadi
28.6% per 1000 balita pada tahun 2015.
II.3. Penyakit Kulit ( Kusta )
II.3.1 Program : Pemberantasan dan pencegahan secara dini terhadap penyakit kusta
II.3.2 Output :
1. Penyediaan dan pendistribusian obat kusta ke seluruh daerah.
2. Melakukan kegiatan promosi kesehatan yang meliputi penyuluhan kepada masyarakat
tentang penyakit kusta sehingga menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk hidup
sehat dan bersih.
3. Membuat iklan layanan masyarakat mengenai penyakit kusta dan menginformasikan
kepada masyarakat.
4. Menyediakan fasilitas pelaksanaan pemeriksaan secara dini terhadap penyakit kusta
dan pelaksana (tenaga kesehatan puskesmas).
17
5. Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada kader kesehatan mengenai pencegahan
yang dapat di lakukan oleh masyarakat secara dini terhadap kusta
6. Menyediakan fasilitas (tempat pemeriksaan kusta, alat laboratorium untuk melakukan
penelitian)
II.3.3. Outcome
Menurunkan dan memberantas penyakit kusta yang pada tahun 2007 terdapat 25
penderita dan akan diturunkan menjadi i penderita atau bahkan di berantas pada tahun
2015. Ini bertujuan agar penyakit kusta di Banyuasin tidak mewabah dan daerah tersebut
tidak menjadi daerah endemis penyakit kusta itu sendiri.
18
BAB III
IDENTIFIKASI KEGIATAN PROGRAM
III.1. Kegiatan manajemen
a. Program pelayanan administrasi perkantoran
1. Penyediaan alat tulis kantor
2. Penyediaan jasa pemeliharaan dan perizinan kendaraan dinas/ operasional
3. Penyediaan jasa surat menyurat
4. Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik
5. Penyediaan komponen instalasilistrik bangunan kantor
6. Penyediaan jasa tenaga pendukung administrasi
7. Penyediaan pelayanan dan pengelolaan administrasi kepegawaian
b. Program peningkatan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan
1. Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja
2. Penyusunan pelaporan keuangan akhir tahun
3. Penyusunan perencanaan anggaran
4. Penatausahaan keuangan
III.2. Intervensi lingkungan
Program pengembangan lingkungan sehat
1. Pengkajian pengembangan lingkungan sehat
2. Penyuluhan menciptakan lingkungan sehat
3. Sosialisasi kebijakan lingkungan sehat
4. Peningkatan kesehatan lingkungan
5. Pengembangan lingkungan sehat
6. Monev dan pelaporan
III.3. Intervensi perilaku
Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular
1. Pengadaan vaksinasi bagi balita dan anak sekolah
2. Meningkatan pelayanan pencegahan dan penanggulangan.
3. Pemusnahan atau karantina sumber penyebab penyakit menular19
4. Pengadaan vaksin bagi penyakit menular
5. Peningkatan surveilance epidemiologi dan penanggulangan wabah
6. Pencegahan dan pemberantasan penyakit
7. Monev dan laporan
III.4. Mobilisasi sosial
Program upaya kesehatan masyarakat
1. Pemeliharaan dan pemulihan kesehatan
2. Penyelenggraan pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan wabah
3. Perbaikan gizi masyarakat
4. Revitalisasi sistem kesehatan
5. Pelayanan kefarmasian dan pembekalan kesehatan
6. Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generik essensial
7. Peningkatan kesehatan masyarakat
8. Penyediaan operasional dan pemeliharaan
9. Penyelenggaraan penyehatan lingkungan
10. Monev dan pelaporan
11. Peningkatan pelayanan kesehatan
12. Jaminan pelayanan kesehatan rujukan keluarga miskin
III.5. Kegiatan pengembangan / inovatif
a. Program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
1. Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan
2. Peningkatan posyandu
b. Program perbaikan gizi masyarakat
1. Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian kadar gizi optimal
2. Pemberian tambahan makanan dan vitamin
3. Monev dan pelaporan
c. Program standarisasi pelayanan kesehatan
1. Penyusunan standar pelayanan kesehatan
2. Evaluasi dan pengembangan standar pelayanan kesehatan
3. Pembangunan dan pemutakhiran data dasar standar pelayanan kesehatan.
20
4. Bimbingan teknis pelayanan kesehatan
5. Monitoring, evaluasi dan pelaporan
d. Program pengawasan obat dan makanan
1. Peningkatan pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya.
2. Monitoring dan evaluasi.
e. Program pengawasan dan pengendalian makanan
1. Pengawasan keamanan dan kesehatan makanan hasil industri
2. Pengawasan dan pengendalian keamanan dan kesehatan makanan hasil
produksi rumah tangga
3. Pengendalian dan pengawasan keamanan dan kesehatan makanan restoran
4. Monev dan pelaporan
21
BAB IV
RENCANA OPERASIONAL
IV.I. Program Pemberantasan Pneumonia di Kabupaten Banyuasin
Kegiatan Tujuan Sasaran Biaya dan
Sumber
daya
Waktu Penanggung
jawab
Rencana
penilaian
Ket.
Penyuluhan
mengenai
bahaya
Pneumonia
Meningkatkan
pengetahuan
dan kesadaran
masyarakat
Kab.Banyuasin
terhadap
penyakit
Pneumonia
Masyarakat
Kab.Banyua
sin
APBD
kab/kota
Septembe
r, oktober
Puskesmas
di tiap
kecamatan.
Monitoring
penjadwalan
waktu,
Monitoring
komitmen dan
keikutsertaan
berbagai
pihak yang
terlibat
pemberian
vaksin gratis
Meningkatkan
herd immunity
masyarakat
Kab.Banyuasin
Masyarakat
Kab.Banyua
sin
APBN November
,
desember
Puskesmas
di tiap
kecamatan
Monitoring
penjadwalan
waktu,
Monitoring
komitmen dan
keikutsertaan
berbagai
pihak yang
terlibat
Pembagian
obat generik
pneumonia
gratis
Mengurangi
angka
kesakitan
pneumonia &
jumlah
kematian
akibat
Masyarakat
Kab.Banyua
sin
APBN Januari
s/d mei
Puskesmas
di tiap
kecamatan
dan Rumah
Sakit
Monitoring
penjadwalan
waktu,
Monitoring
komitmen dan
keikutsertaan
berbagai
22
pneumonia pihak yang
terlibat
Bantuan
perbaikan
rumah bagi
warga
kurang
mampu
Meningkatkan
jumlah rumah
sehat di
kab.Banyuasin
sehingga dapat
mengurangi
faktor risiko
lingkungan thd
kejadian
pneumonia
Masyarakat
Kab.Banyua
sin
APBN Juni,juli,
agustus,
september
, dan
oktober
Dinas
kesehatan
bekerja sama
dengan dinas
PU
Monitoring
penjadwalan
waktu,
Monitoring
komitmen dan
keikutsertaan
berbagai
pihak yang
terlibat
IV.2. Program Pemberantasan Diare di Kabupaten Banyuasin
Kegiatan Tujuan Sasaran Biaya
dan
Sumber
daya
Waktu Penanggun
g jawab
Rencana
penilaian
Ket
.
Penyuluha
n
mengenai
bahaya
Diare
Meningkatka
n
pengetahuan
dan
kesadaran
masyarakat
Kab.Banyuas
in terhadap
penyakit
Diare
Masyarakat
Kab.Banyuaas
in
APBD
kab/kot
a
Septembe
r, oktober
Puskesmas
di tiap
kecamatan
.
Monitoring
penjadwala
n waktu,
Monitoring
komitmen
dan
keikutsertaa
n berbagai
pihak yang
terlibat
Training
pembuata
n oralit
Meningkatka
n
kemampuan
Masyarakat
Kab.
Banyuasin
APBN november
,
desember
Puskesmas
di tiap
kecamatan
Monitoring
penjadwala
n waktu,
23
masyarakat
Kab.
Banyuasin
dalam
mengatasi
diare secara
mandiri
Monitoring
komitmen
dan
keikutsertaa
n berbagai
pihak yang
terlibat
Pemberian
oralit
secara
gratis dan
obat
generik
diare
Mengurangi
angka
kesakitan
diare &
jumlah
kematian
akibat diare
Masyarakat
Kab.
Banyuasin
APBN Januari
s/d maret
Puskesmas
di tiap
kecamatan
dan
Rumah
Sakit
Monitoring
penjadwala
n waktu,
Monitoring
komitmen
dan
keikutsertaa
n berbagai
pihak yang
terlibat
Perbaikan
jamban
dan
sanitasi
lingkunga
n
Meningkatka
n jumlah
jamban sehat
di
kab.Banyuasi
n sehingga
dapat
mengurangi
faktor risiko
lingkungan
thd kejadian
diare
Meningkatka
n sumber air
bersih di
Banyuasin
Masyarakat
Kab.
Banyuasin
Masnyarakat
kab.
Banyuasin
APBN
APBN
April s/d
juni
Juli s/d
oktober
Dinas
kesehatan
bekerja
sama
dengan
dinas PU
Dinas
kesehatan
bekerja
sama
Monitoring
penjadwala
n waktu,
Monitoring
komitmen
dan
keikutsertaa
n berbagai
pihak yang
terlibat
Monitoring
penjadwala
n waktu,
Monitoring
Pembuata
n sumber
air bersih
seperti
24
sumur bor
/sumur
biasa
agar
masyarakat
disana
menggunaka
n air bersih
yangsesuai
dengan
standarnya
dan tidak
menggunaka
n air sungai
tang sudah
tercemar
dengan
dinas PU
komitmen
dan
keikutsertaa
n berbagai
pihak yang
terlibat
IV.3. Program Pemberantasan Kusta di Kabupaten Banyuasin
Kegiatan Tujuan Sasaran Biaya
dan
Sumbe
r daya
Waktu Penanggu
ng jawab
Rencana
penilaian
Ket
.
Penyuluha
n
mengenai
bahaya
Kusta
Meningkatkan
pengetahuan dan
kesadaran
masyarakat Kab.
Banyuasin
terhadap penyakit
kusta
Masyaraka
t Kab.
Banyuasin
APBD
kab/kot
a
Septemb
er -
oktober
Puskesmas
di tiap
kecamatan
.
Monitoring
penjadwalan
waktu,
Monitoring
komitmen
dan
keikutsertaa
n berbagai
pihak yang
terlibat
Surveilans
kusta
Deteksi dini virus
kusta di
masyarakat, shg
dapat dilakukan
Masyaraka
t Kab.
Banyuasin
APBN Setiap
bulan
Puskesmas
di tiap
kecamatan
dan
Monitoring
penjadwalan
waktu,
Monitoring
25
dengan segera
penanggulangann
ya
Rumah
Sakit
komitmen
dan
keikutsertaa
n berbagai
pihak yang
terlibat
Perbaikan
sanitasi
lingkunga
n
Meningkatkan
sanitasi
lingkungan
yang sehat di
kab. Banyuasin
sehingga dapat
mengurangi
faktor risiko
lingkungan thd
kejadian kusta
Masyarak
at Kab.
Banyuasi
n
APBN Januari
s/d mei
Dinas
kesehatan
bekerja
sama
dengan
dinas PU
Pemberia
n obat
generik
terhadap
kusta
Mengurangi
angka kesakita
kusta di kab.
Banyuasin
Masyarak
at kab.
Banyuasi
n
APBN Juni s/d
oktober
Puskesmas
di tiap
kecamatan
dan
Rumah
Sakit
Monitoring
penjadwala
n waktu,
Monitoring
komitmen
dan
keikutserta
an berbagai
pihak yang
terlibat
26