tugas evaluasi kesehatan

40
BAB I ANALISIS SITUASI 1.1 Situasi Kesehatan Masalah kesehatan yang ada pada pada kabupaten berdasarkan profil kesehatan kabupaten Banyuasin tahun 2008 yaitu terdiri atas tiga aspek besar yaitu masalah morbiditas, mortalitas dan status gizi masyarakat yang ada pada daerah tersebut. Dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Mortalitas Motalitas dapat d lihat melalui : Angka Kematian Bayi (AKB) per – 1.000 Kelahiran Hidup Berdasarkan jumlah kematian bayi DI Wilayah Pangkalan balai dari tahun ke tahun semakin menurun, hal ini dilihat dari tahun 2007 pada tahun ini ada 8 kasus kematian bayi dan tahun 2008 sebesar 7 orang ( 4 kasus Lahir Mati, 2 Kasus Asfeksia, 1 Kasus BBLR ). Hal ini disebabkan tingginya kesadaran ibu hamil akan pentingnya ANC dan adanya desa siaga serta bidan yang terlatih. Angka Kematian Ibu Melahirkan per-100.000 Kelahiran Hidup Jumlah kematian ibu di Wilayah kerja Puskesmas pangkalan Balai pada tahun 2008 tidak ditemukan kasus kematian ibu melahirkan. Umur Harapan Hidup Waktu Lahir Umur Harapan Hidup (UHH) digunakan untuk mengukur kemajuan pembangunan kesehatan, fisik, mental, social dan 1

Upload: kiswanto911kiss

Post on 25-Jul-2015

126 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas evaluasi kesehatan

BAB I

ANALISIS SITUASI

1.1 Situasi Kesehatan

Masalah kesehatan yang ada pada pada kabupaten berdasarkan profil kesehatan

kabupaten Banyuasin tahun 2008 yaitu terdiri atas tiga aspek besar yaitu masalah

morbiditas, mortalitas dan status gizi masyarakat yang ada pada daerah tersebut. Dapat

dijelaskan sebagai berikut :

a. Mortalitas

Motalitas dapat d lihat melalui :

Angka Kematian Bayi (AKB) per – 1.000 Kelahiran Hidup

Berdasarkan jumlah kematian bayi DI Wilayah Pangkalan balai dari tahun ke tahun

semakin menurun, hal ini dilihat dari tahun 2007 pada tahun ini  ada 8 kasus kematian

bayi  dan tahun 2008 sebesar 7 orang ( 4 kasus Lahir Mati, 2 Kasus Asfeksia, 1 Kasus

BBLR ). Hal ini disebabkan tingginya kesadaran ibu hamil akan pentingnya ANC dan

adanya desa siaga serta bidan yang terlatih.

Angka Kematian Ibu Melahirkan per-100.000 Kelahiran Hidup

Jumlah kematian ibu di Wilayah kerja Puskesmas pangkalan Balai   pada tahun 2008

tidak ditemukan kasus kematian ibu melahirkan.

Umur Harapan Hidup Waktu Lahir

Umur Harapan Hidup (UHH) digunakan untuk mengukur kemajuan pembangunan

kesehatan, fisik, mental, social dan ekonomi suatu bangsa, dan juga dapat digunakan

untuk melihat tingkat kelangsungan hidup. Pada tahun 2008 jumlah bayi yang lahir

adalah 863 sedangkan jumlah bayi mati adalah 7 orang jadi umur harapan hidup waktu

lahir (99%). Umur harapan hidup untuk lansia 66 tahun.

b. Morbilitas

Berdasarkan laporan bulanan dari bidan desa dapat dilihat 10 (sepuluh) panyakit

terbanyak di UPTD Puskesmas Pangkalan Balai Tahun 2008. Penyakit terbanyak di UPTD

Puskesmas Pangkalan Balai Tahun 2008 diatas dapat dilihat bahwa penyakit ISPA

merupakan penyakit terbanyak kemudidn,gastritis,hypertensi, diare,Rhematik, peny lainnya,

1

Page 2: Tugas evaluasi kesehatan

peny pulpa dan jaringan perlapikal,Influenza, Peny Kulit Alergi, Typoid. Penyakit tersebut

disebabkan oleh lingkungan yang kurang sehat dan personal hygent. Pola makan yang kurang

baik.

Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA (+)

Kesembuhan penderita TB Paru BTA (+) adalah penderita TB Paru yang telah

menerima pengobatan anti TB Paru dinyatakan sembuh (hasil pemeriksaan dahaknya

menunjukkan 2 kali negatif).

Jumlah Kesembuhan PenderitaTB Paru BTA (+)

Per Desa Puskesmas Pangkalan Balai

Tahun 2008 terdapat jumlah penderita TB Paru ada 46 0rang yang dinyatakan sembuh

ada 34 orang, sisanya masih dalam tahap pengobatan.

Angka ”Acute Flaccid Paralysis” (AFP) pada Anak Usia < 15 tahun per-100.000

Anak. Pada tahun 2008 tidak ditemukan kasus AFP.

Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per 100.000 Penduduk.

Jumlah Kasus DBD Per Desa

Wilayah Puskesmas Pangkalan Balai Tahun 2008

Sumber : UPTD Puskesmas Pangkalan Balai

Bahwa kasus DBD Pada Tahun 2008 Berjumlah 33 kasus terjadi peningkatan dari

tahun 2007 yang hanya berjumlah 22 kasus, hal ini karena Curah Hujan yang Cukup

tinggi serta masyarakat lebih cenderung memilih pengasapan atau fogging dan

abatesasi dari pada pemberantasan Sarang Nyamuk DBD, masih kurangnya peran

serta aktif masyarakat melalui kader Jumantik .

Penyakit Filariasis (Kaki Gajah)

Pada tahun 2008 tidak ada kasus Filariasis  tetapi tetap diadakan pengobatan masal

terhadap 42,081  penduduk  dengan pembagian obat DEC,Albendazol,Parasetamol

dan CTM .

c. Status Gizi

2

Page 3: Tugas evaluasi kesehatan

Indikator status gizi dapat dilihat dari Persentase Balita dengan gizi buruk dan

Persentase Kecamatan Bebas Rawan Gizi. Balita dengan Gizi Buruk adalah balita yang

mempunyai berat badan di bawah garis merah pada KMS (Kartu Menuju Sehat).

Kecamatan Bebas Rawan Gizi adalah kecamatan dengan prevalensi balita gizi kurang dan

gizi buruk < 15 %.

Pada tahun 2008 dari sample 1.174 Balita didapat hasil sebagai berikut :

Status Gizi Buruk     : 0 (0%)

Status Gizi Kurang   : 44 (3,74%)

Status Gizi Baik        : 1.121 (95,48%)

Pada tahun 2007 jumlah penderita gizi buruk ada 4 orang sedangkan ditahun 2008

Tidak Ditemukan Kasus Gizi Buruk  berarti terjadi peningkatan status gizi  hal ini

diseabbkan kesadaran para orang tua akan pentingnya makanan bergizi dan sehat bagi

bayi dan balita mereka.

Dari keterangan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa akhir tahun 2008 tercatat

berbagai masalah kesehatan yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Pada

Angka Kematian Bayi (AKB) mengalami penurunan, walaupun angka kematian masih

cukup tinggi. Begitu pula halnya dengan angka kematian balita.

AKI mengalami dinamisasi, angka kejadian AKI berfluktuatif dan pada tahun 2004

sampai 2007. Angka yanga mengalami kenaikan yang signifikan adalah pada tahun 2008

yaitu Angka Kecelakaan Lalu Lintas, hal ini disebabkan karena Banyuasin merupakan

jalur lintas Sumatera yang banyak dilalui oleh kendaraan besar. Ini dapat dilihat dari data

yang mencantum di dalam profil kesehatan yaitu jumlah kejadian kecelakaan sebesar

196, jumlah korban yang meninggal dunia sebesar 93 jiwa, jumlah korban yang luka

berat sebesar 123 jiwa, dan jumlah korban yang luka ringan sebesar 186 jiwa. Data

korban jika di buat dalam persen maka terdapat persetaase korban yang meninggal 23.13

% jiwa, luka berat 30.60% jiwa, dan luka ringan 46.27% jiwa.

Berikut beberapa masalah kesehatan yang diharapkan mampu diatasi pada tahun

berikutnya:

1. Kasus Pneumonia, pada tahun 2007 kasus pneumonia yang tercatat berjumlah 2443

orang dan kesemuanya mendapatkan penanganan dan ada yang tidak mendapatkan

3

Page 4: Tugas evaluasi kesehatan

penanganan. Jumlah balita yang ditangani yaitu sebesar 2023 jiwa sedangkan yang

masih belum ditaangani yaitu sebesar 420 jiwa balita. Hal ini membuktikan bahwa

kemampuan pelayanan kesehatan dan pihak Dinas Kesehatan sudah cukup membaik

dalam hal case finding (jemput bola). Hal ini ditunjukkan dengan insidensi yang

cukup tinggi dalam satu tahun terakhir. Kemudian, terlihat bahwa para medis mampu

mengatasi masalah epidemi di daerah. Tergambar dari jumlah penderita pneumonia

yang ditangani sebesar 2023 jiwa. Tetapi kasus ini mengalami peningkatan terus

menerus ini dikarenakan dengan cuaca yang tidak mendukung dan juga karena terlalu

banyaknya menghirup debu kendaraan, dan juga dikarenakan kelalaian dari pelayanan

kesehatan itu sendiri serta masyarakat yang ikut berperan.

2. Diare, berdasarkan profil kesehatan kabupaten Banyuasin diare masih menjadi kasus

dengan peringkat ketiga dari sepuluh penyakit terbesar. Pada tahun 2007 jumlah kasus

diare 24170 kasus, sedangkan kasus yang ditangani hanya 9372 kasus. Hal ini sangat

mengkhawatirkan mengingat diare juga dapat menyebabkan kematian pada

penderitanya, jika mengalami diare akut. Diare adalah penyakit yang dapat dicegah

dengan perilaku bersih dan sehat. Oleh karena itu peningkatan kasus ini

mengindikasikan kehidupan yang tidak sehat.

3. Kusta, penyakit ini juga merupakan penyakit yang sudah menyebar dikaalngan

masyarakat khususnya di kalangan masyarakat yang masi kurang mengerti dengan

kebersihan lingkungan dan diri sendiri. Kasus ini juga ditakuti oleh masyarakat. pada

tahun 2006 jumlah penderita penyakit kulit berjumlah 458 penderita, pada tahun 2007

berjumlah 579 penderita, sedangkan pada tahun 2008 berjumlah 675 penderita. Hal

ini menjadi perhatian pemerintahan kabupaten banyuasin karena jika dibiarkan

virusnya akan menyebar dan akan menjadi daerah endemis.

4. Malaria, angka kejadian malaria masih cukup tinggi mulai dari tahun 2004-2007. Hal

ini harus menjadi perhatian mengingat malaria merupakan penyakit endemis di

wilayah kabupaten Banyuasin.

5. Filariasis, meskipun kasus filariasi di beberapa daerah sudah tidak ada, namun di

kabupaten Lahat pada tahun 2007 masih ditemukan 129 orang penderita filariasis,

sedangkan yang baru ditangani hanya 5 orang. Hal ini menjadi perihatian karena

kasus diatas belum mendapatkan penanganan dari aparat medis. Dinas Kebudayaan

4

Page 5: Tugas evaluasi kesehatan

dan Pariwisata kesehatan juga harus siap, karena filariasis merupakan salah satu

penyakit menular. Oleh karena itu masalah ini perlu ditindaklajuti.

Masalah-masalah tersebut merupakan beberapa masalah yang ditemukan dalam satu tahun

terakhir di Kabupaten Lahat. Dalam menentukkan prioritas masalah terdapat berbagai macam

metode dapat dilakukan diantaranya, metode Matematik dan metode Delbeque. Berikut ini

akan dipaparkan mengenai prioritas masalah yang ada pada kabupaten Banyuasin.

“Metode Matematik”

No. Masalah M S V C A Skor

1.

2.

3.

4.

5.

Pneomonia

Kusta

Diare

Malaria

Filariasis

5

4

5

1

3

3

2

2

5

2

3

3

3

1

2

4

4

4

4

2

2

3

2

5

3

360

288

240

100

72

“Metode Delbeque”

Setelah melakukan diskusi kelompok dengan menggunakan teknik Delbeque untuk

menentukan masalah kesehatan apa yang apa yang menjadi prioritas dalam pelaksanaan

program satu tahun ke depan. Maka telah disepakati, bahwa masalah pneumonia perlu

mendapatkan perhatian khusus dalam pelaksanaan program satu tahun ke depan, maka telah

disepakati bahwa masalah pneumonia perlu mendapatkan perhatian khusus dalam rangka

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kabupaten Banyuasin. Beberapa

pertimbangan mengapa pneumonia dijadikan salah satu masalah kesehatan yang perlu

diprioritaskan adalah :

1. ISPA dalam hal ini pneumonia merupakan penyebab utama kematian pada bayi dan

balita yang sering menjadi penyebab pada urutan pertama angka kesakitan balita.

2. Di kabupaten lahat pada tahun 2007 ditemukan 2023 penderita pneumonia, kasus ini

yang masih belum mendapatkan penanganan sebesar 420 penderita. Jika dibiarkan

akan menjadi endemis.5

Page 6: Tugas evaluasi kesehatan

3. ISPA (Pneumonia) juga merupakan salah satu penyakt infeksi yang menjadi prioritas

masalah nasional.

Selain itu dua masalah lainnya yang perlu menjadi perhatian adalah kasus diare dan

poliokusta. Kusta merupakan penyakit yang menular yang dikarenakan oleh virus. Kusta di

Indonesia sendiri sudah menjadi penyakit yang diberantas sejak lama. Seharunya, penyakit

kusta tidak terjadi lagi atau hanya sedikit angka kejadiannya.

Tidak hanya itu, diare juga menjadi salah satu masalah kesehatan yang sampai saat ini

masih memiliki angka insidensi yang cukup tinggi dibandingkan penyakit lainnya. Pada

tahun 2007 jumlah kasus diare 24170 kasus, sedangkan kasus yang ditangani hanya 9372

kasus. Hal ini sangat mengkhawatirkan mengingat diare juga dapat menyebabkan kematian

pada penderitanya, jika mengalami diare akut. Diare adalah penyakit yang dapat dicegah

dengan perilaku bersih dan sehat. Oleh karena itu peningkatan kasus ini mengindikasikan

kehidupan yang tidak sehat. Pneumonia, kusta dan diare merupakan tiga masalah kesehatan

yang menjadi prioritas dalam pelaksanaan program satu tahun ke depan.

1.2 Kinerja Output

Berdasarkan Profil Kesehatan di Kabupaten Banyuasin tahun 2008, yang menjadi

prioritas masalah penyakit yang ada di Kabupaten Banyuasin yaitu ISPA ( Infeksi Saluran

Pernapasan Akut ), Diare, dan Penyakit Kulit ( Kusta ). Adapun kinerja output yang

dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut antara lain :

1. Promosi Kesehatan ( Promkes)

2. Sanitasi

3. Gizi

4. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) / Kesehatan bayi (KB)

5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular

6. Pengobatan

Seluruh program kegiatan tersebut di dalam gedung difasilitasi dengan adanya

ruangan dan peralatan yang memadai, program kerja, peningkatan kemampuas sumber daya

manusia, SOP sebagai standar pelayanannya.

Penyuluhan / Promosi Kesehatan (Promkes)

Kegiatan ini dilakukan secara perorangan ataupun per kelompok, baik dilakukan di

puskesmas, sekolah, ataupun di tempat lain yang membutuhkan.

6

Page 7: Tugas evaluasi kesehatan

Sanitasi

Program sanitasi meliputi banyak hal, seperti sanitasi lingkungan, personal hygiene, dll,

misalnya melakukan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat). Kegiatan ini dilakukan

secara individu ataupun secara global, serta dibutuhkannya kesadaran dari dalam diri

masing-masing individu untuk mencipatak sanitasi yang baik

Pelayanan Kesehatan Pelayanan Ibu, Anak, ataupun Bayi (KIA/KB)

Pelayanan kesehatan ibu dan anak, taupun pelayanan kesehatan ibu dan bayi merupakan

salah satu indicator dari kinerja output dalam menangani maslaah yang ada di Kabupaten

Banyuasin. Kegiatan ini dilakukan di klinik ataupun tempat pelayanan kesehatan lainnya

meliputi pelayanan kebidanan terhadap ibu hamil (bumil), ibu bersalin (bulin) dan ibu

nifas (bufas). Untuk kegiatan KB, melayani kebutuhan masyarakat dalam hal berupa

IUD, implant, pil, suntikan dan kondom. Pelaksanaannya dilayani oleh bidan terlatih.

Pelayanan Anak (BP Anak)

Program ini ditujukan untuk melayani kesehatan bayi dan balita. Dalam pelaksanaannya

dilayani oleh para Bidan terlatih di bidang anak yang mulai mengembangkan sistem

pelayanan dengan teknik MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit)

Pelayanan Kesehatan Umum

Program ini ditujukan untuk melayani pengobatan umum bagi pasien umum anak di atas

12 tahun, dewasa dan gawat darurat pada pelaksanaannya juga dilayani oleh dokter

umum yang dibantu oleh perawat terlatih.

Pelayanan Kesehatan TB paru dan Kusta yang terlatih

Program ini dilakukan dengan tujuan untuk melayani pengobatan TB paru dan kusta,

dalam pelaksanaannya ini dilayani oleh seorang pemegang program TB/Kusta yang

terlatih di tempat-tempat pelayanan medis.

a. ISPA

Untuk penderita ISPA di Kabupaten Banyuasin tahun 2007 jumlah penderita mencapai

2443 oran. Ini menunjukkan bahwa penyakit ini telah menjadi penyakit yang endemis di

daerah banyuasin.

b. Diare

Sebelum tahun 2007, sudah terjadi 2 kali Kejadian Luar Biasa (KLB) di Provinsi

Sumatera Selatan. Untuk di Kabupaten Banyuasin sendiri, kejadian penyakit diare

7

Page 8: Tugas evaluasi kesehatan

menduduki peringkat tertinggi kedua setelah Kota Palembang yaitu sebesar 24,17 %.

Jumlah penderita Diare di Kabupaten Banyuasin pada tahun 2007 berjumlah 24170

penderita.

c. Penyakit Kulit (Kusta)

Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang termasuk dalam criteria

“low endemic” dimana prevalensi penderita yang dilaporkan berada kurang dari

1/10.000. Untuk daerah Kabupaten Banyuasin, jumlah penderita dalam kurun waktu 3

tahun (2006-2008) terus mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2006 jumlah penderita

penyakit kulit berjumlah 458 penderita, pada tahun 2007 berjumlah 579 penderita,

sedangkan pada tahun 2008 berjumlah 675 penderita.

1.3 Kinerja Proses

Pembangunan kesehatan di Kabupaten Banyuasin dalam pencapaian semua kegiatan

program yang direncanakan sesuai dengan sasaran dari tujuan visi dan misi pemerintah

Kabupaten Banyu Asin tidak berjalan seperti yang diharapkan karena persentase angka yang

ditergetkan oleh Dinas Kesehtan Kabupaten Banyu Asin tidak sesuai dengan target.

Berdasarkan data laporan yang masuk dari Puskesmas, rumah tangga di Kabupaten

Banyuasin yang mendapatkan akses air bersih sebanyak 57,9%. Ini masih di bawah target

Indonesia Sehat 2010 (yaitu 85%).

Adapun program kesehatan yang direncanakan oleh kabupaten Banyuasin yaitu

dengan menerapkan Pola Hidup Bersih Sehat. Rumah Tangga Sehat (PHBS) adalah rumah

tangga yang melakukan sepuluh Perilaku Hidup Bersih dan Sehat sebagai berikut :

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan,

2. Memberi bayi ASI eksklusif,

3. Menimbang bayi dan balita setiap bulan,

4. Menggunakan air bersih,

5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,

6. Menggunakan jamban sehat,

7. Memberantas jentik di rumah, 8

Page 9: Tugas evaluasi kesehatan

8. Makan buah dan sayur setiap hari,

9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari, dan

10. Tidak merokok di dalam rumah.

Data yang diterima melaporkan bahwa dari 118.502 rumah tangga yang dipantau (59,3% dari

yang ada), baru 52,7% Rumah tangga di Kabupaten Banyuasin pada tahun 2008 yang

menerapkan PHBS termaksud. Ini masih di bawah target Indonesia Sehat 2010, yaitu 65%.

ASI Eksklusif, Air Susu Ibu (ASI) diyakini dan bahkan terbukti memberi manfaat bagi bayi;

baik dari aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologik, aspek kecerdasan, aspek

neurologik, aspek ekonomik maupun aspek penundaan kehamilan. Bayi yang mendapatkan

ASI Eksklusif adalah bayi yang hanya mendapatkan ASI saja sampai mencapai usia 6 bulan.

Di Kabupaten Banyuasin, dari seluruh bayi yang ada (18.420 bayi), yang diberi ASI eksklusif

sebanyak 11.786 bayi atau 64%. Ini masih di bawah target pencapaian SPM, yaitu sebesar

80%. Adapun yang dimaksud Posyandu Aktif adalah Posyandu strata Purnama dan Mandiri.

Di Kabupaten Banyuasin tahun 2009 terdapat Posyandu Aktif sebanyak 385 buah (59%). Ini

sudah di atas target Indonesia Sehat 2010, yaitu 40%.

Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian

kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Disamping itu, kejadian kematian juga

dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan

program pembangunan kesehatan lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB), Angka kematian

bayi yang terlaporkan pada tahun 2009 ini mengalami sedikit penurunan dibandingkan yang

terlaporkan pada tahun 2008. AKB 2008 adalah sebesar 7 per 1000 kelahiran hidup,

sedangkan AKB pada tahun 2009 adalah sebesar 5 per 1000 kelahiran hidup. Ada banyak

faktor yang mempengaruhi tingkat AKB tetapi tidak mudah untuk menemukan faktor yang

paling dominan. Tersedianya berbagai fasilitas atau faktor aksesibilitas dan pelayanan

kesehatan dengan tenaga medis yang terampil, serta kesediaan masyarakat untuk merubah

kehidupan tradisional ke norma kehidupan modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor

yang berpengaruh terhadap tingkat AKB. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI), Pada tahun

2009, dilaporkan adanya 19 kasus kematian maternal, yang terjadi karena perdarahan (9

kasus), infeksi (8 kasus) dan penyebab yang lain (2 kasus). Sedangkan bayi yang lahir hidup

dilaporkan sejumlah 16.977 bayi. Dengan demikian, angka kematian ibu yang terlapor di

Kabupaten Banyuasin sebesar 112 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini mengalami

9

Page 10: Tugas evaluasi kesehatan

penurunan dari yang terlaporkan pada tahun 2008, yaitu sebesar 122 per 100.000 kelahiran

hidup.

Program Kesehatan yang direncanakan tidak tersialisasikan dengan baik kepada

masyarakat yang mengakibatkan persentase angka yang diharapkan tidak mencapai target.

Hal ini bisa terjadi karena adanya hambatan. Hambatan pada sumber daya yaitu,

penegetahuan warga masayarakat yang kurang akan gejala-gejala timbulnya pennyakit, pola

hidup bersih dan sehat (PHBS) yang masih sangat kurang terutama bagi kelurga yang masih

tergolong miskin, keterlambatan turunnya anggaran, kurangnya tenga dokter, dll. Hambatan

pada lingkungan yaitu, kondisi geografi wilayah Kabupaten Banyu Asin misalnya di daearah

pedesaan, masih banyak wilayah yang susah untuk dicapai dengan kendaraan transportasi

sehingga menyulitkan petugas untuk mengintervensi apa saja yang kurang dan yang

diperlukan di wilayah tersebut.

1.4 Kinerja input

Identifikasi jenis tenaga yang merupakan masalah . Puskesmas yang terjadi

kekurangan dan kelebihan , yaitu :

Puskesmas yang terjadi kekurangan :

1. UPT Puskesmas Mariana

Program yang dijalankan kurang terlaksana dengan baik. Di lihat dari

situasi upaya kesehatan nya.

Selama tahun 2006 puskesmas Mariana menerima kunjungan sebanyak :

28191, kunjungan terdiri dari kunjungan umum, Akses, Askesin dan UKS.

1. ISPA : 3003 kasus

2. Diare : 2223 kasus

3. Penyakit Kulit Alergi : 1159 kasus

4. Penyakit ISPA pada Balita : 1993 Kasus (23% Balita)

5. Penyakit Diare pada Balita : 794

Puskesmas yang telah mencapai program kerja :

1. UPT Pangkalan Balai

Puskesmas Pangkalan Balai adalah salah satu puskesmas Pilot Projec

SCHS yang diberi bantuan untuk mempermudah proses pengolahan data

10

Page 11: Tugas evaluasi kesehatan

berupa: Family Folder, Simpus Entry dan Simpus Individu yang sudah

berjalan dari bulan Agustus 2007 sampai dengan sekarang.

Program penunjang puskesmas : SIMPUS Puskesmas, Laboratorium

Sederhana, Rontgen.

Penyakit terbanyak di UPTD Puskesmas Pangkalan Balai Tahun 2008

diatas dapat dilihat bahwa penyakit ISPA merupakan penyakit terbanyak

kemudidn,gastritis,hypertensi, diare,Rhematik, peny lainnya, peny pulpa

dan jaringan perlapikal,Influenza, Peny Kulit Alergi, Typoid. Penyakit

tersebut disebabkan oleh lingkungan yang kurang sehat dan personal

hygent. Pola makan yang kurang baik.

Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA (+)

Kesembuhan penderita TB Paru BTA (+) adalah penderita TB Paru yang

telah menerima pengobatan anti TB Paru dinyatakan sembuh (hasil

pemeriksaan dahaknya menunjukkan 2 kali negatif).

Tahun 2008

Bahwa jumlah penderita TB Paru ada 46 0rang yang dinyatakan sembuh

ada 34 orang, sisanya masih dalam tahap pengobatan.

Upaya Kesehatan Perorangan : pelayanan pengobatan baik di puskesmas

maupun di tempat pelayanan lain, pemberian obat secara rasional.

2. UPT Karang Agung Ilir

Jumlah Sarana Kesehatan : 1 Unit Puskesmas Perawatan, 2 Unit

Puskesmas Pembantu (Pustu), 7 Unit Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)

Posyandu menyelenggarakan program Penanggulangan Diare

Selama tahun 2009 penduduk karang agung ilir yang menjadi peserta askes

sebanyak 114 orang, dan jamkesmas 8.524 orang. keluarga miskin yang

terdata 8.712 jiwa tercakup dalamprogram JPKM yaitu jamkesmas 6.290

jiwa dan telah memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas, pustu

maupun poskesdes.

Dari Hasil tahun 2009 di Puskesmas Karang Agung ilir menunjukkan

bahwa dari 51 institusi yang ada, sebanyak 32 unit (62,75%) telah dibina,

meliputi 4 unit (57,14%) sarana kesehatan, 7 unit (63,64%) sarana

11

Page 12: Tugas evaluasi kesehatan

pendidikan, 14 unit (48,28%) sarana ibadah, dan 7 unit (100%) sarana

perkantoran.

Penyuluhan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan berencana untuk

memperbaiki perilaku manusia sesuai prinsip-prinsip pendidikan.

Jumlah kunjungan rawat jalan umum di sarana kesehatan di wilayah kerja

UPT Puskesmas Karang Agung ilir pada tahun 2009 sebanyak 46.949

orang.

Berdasarkan laporan bulanan penyakit (LB1) dari desa 10 penyakit yang

terbanyak di wilayah kerja UPT Puskesmas Karang Agung Ilir tahun 2009

adalah :

Penyakit ISPA : 17.334 kasus

Penyakit kulit dan jaringan sub kutan : 2.518 kasus

1.5 Risiko lingkungan

I.5.1. Pneumonia

Rumah dengan ventilasi buruk merupakan sektor paling potensial dalam terjadinya

peningkatan kasus pneumonia ini. Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin

Tahun 2008, terdapat 51,7% rumah yang diperiksa kesehatannya. Selain itu, jenis lantai

rumah (tanah/semen/keramik), kondisi dinding rumah, serta tingkat kepadatan penghuni

juga ikut berperan serta dalam meningkatkan kasus pneumonia.

I.5.2. Diare

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang

dominan, yaitu: sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan

berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat

karena tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak

sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian

penyakit diare. Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Banyuasin Tahun 2008,

diketahui bahwa hanya 0% masyarakat tidak memiliki jamban bahkan mereka

membuangnya ke sungai. Ini menunjukkan bahwa masih sangat rendah sarana jamban

keluarga.

12

Page 13: Tugas evaluasi kesehatan

I.5.3. Kusta

Penyakit kusta merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman mikrobial. Faktor-

faktor lingkungan yang terbukti berpengaruh terhadap kejadian penyakit ini yaitu :

a. Kondisi Selokan

Selokan sering menjadi tempat tinggal tikus atau wirok serta sering juga dilalui oleh hewan-

hewan peliharaan seperti kucing, anjing, dan kambing sehingga selokan ini dapat menjadi

salah satu jalur untuk penularan penyakit leptospirosis. Peran selokan sebagai jalur penularan

penyakit leptospirosis terjadi ketika air selokan terkontaminasi oleh urin dan kotoran lainnya.

b. Keberadaan Tikus atau Binatang Pengerat Lainnya yang Menjadi Vektor Penyebaran

Penyakit Kulit

Hasil analisis statistik secara multivariat menunjukkan bahwa adanya tikus/wirok di dalam

dan atau sekitar rumah mempunyai risiko 4,52 kali lebih besar untuk terjadinya leptospirosis

berat dibandingkan tidak ada tikus/wirok di dalam dan atau sekitar rumah (OR=4,52; 95%CI:

1,27-16,16; p=0.020). Hasil ini membuktikan hipotesis yang menyatakan bahwa adanya

tikus/wirok di dalam dan atau sekitar rumah merupakan faktor risiko terjadinya penyakit

kulit.

c. Lingkungan yang Kotor

Maksudnya, berhubungan dengan pembuangan air limbah, sumber air serta kebiasaan

masyarakat dalam membuang sampah. Sebab, faktor-faktor tersebut dapat menjadi penyebab

munculnya bakteri-bakteri penyebab infeksi juga memperbesar kemungkinan terjadinya luka

yang berkembang menjadi radang dan infeksi akut.

Berdasarkan profil kesehatan kab. Banyuasin tahun 2008 terdapat 25 % penderita kusta, ini

menunjukkan bahwa masih banyak penderita yang masih membutuhkan pengobatan di

Banyuasin ini karena jika di biarkan akan semakin mewabah dan jumlah penderita semakin

bertambah setiap tahunnya karena penyakit ini dapat menularkan ke manusia.

1.6 Risiko perilaku

I.6.1. Pneumonia

Kebiasaan menggunakan obat nyamuk bakar yang tidak tepat, kebiasaan merokok,

serta kebiasaan memasak di dalam rumah dengan jarak dapur dan ruang keluarga yang

13

Page 14: Tugas evaluasi kesehatan

berdekatan akibat tata ruang yang tidak baik, juga dapat memicu terjadinya peningkatan

kasus pneumonia. Terlebih lagi, jika penghuni rumah masih menggunakan kayu bakar

untuk memasak di dalam rumah. Hal ini sangat berisiko untuk menimbulkan penyakit

pneumonia.

I.6.2. Diare

Kebiasaan tidak mencuci tangan dengan sabun adalah hal yang paling berpotensi

menyebabkan meningkatnya kejadian diare. Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten

Banyuasin Tahun 2008, diketahui bahwa hanya 63.3 rumah tangga di Kabupaten

Banyuasin yang hidup dengan menggunakan sumber air bersih. Dan juga cakupan

pembuangan air limbah di Banyuasin memiliki persentase 0%. Kurangnya kesadaran

masyarakat untuk hidup bersih dan sehat membuat meningkatnya kejadian diare di

Kabupaten ini. Seperti yang kita ketahui bahwa terjadinya diare disebabkan karena adanya

kontak antara sumber dan host yang biasanya dapat terjadi melalui makanan dan

minuman, terutama air minum yang tidak dimasak. Selain itu, diare juga dapat terjadi

karena kebiasaan jajan sembarangan.

1.6.3.Penyakit Kulit ( Kusta )

Aspek perilaku yang berkaitan dengan proses penularan penyakit kulit adalah sebagai

berikut:

a. Kebiasaan Mandi di Sungai

Penularan bakteri penyebab penyakit kulit pada manusia adalah kontak langsung

dengan bakteri tersebut melalui pori-pori kulit yang menjadi lunak karena terkena air,

selaput lendir, kulit kaki, tangan dan tubuh yang lecet. Kegiatan mencuci dan mandi di

sungai atau danau akan berisiko terpapar bakteri leptospira karena kemungkinan terjadi

kontak dengan urin binatang yang mengandung bakteri akan lebih besar.

Penelanan air yang tercemar selama menyelam berhubungan dengan angka serangan

yang tinggi. Berenang atau merendam sebagian tubuh dalam air yang tercemar, misalnya

mengendarai motor melalui kolam air yang tercemar, ditemui pada seperlima pasien dan

merupakan sebagian besar penyebab umum munculnya wabah leptospirosis.1

Kebiasaan mandi di sungai mempunyai risiko 2,5 kali lebih tinggi terkena penyakit kulit.

b. Kebiasaan Mencuci Baju/Ternak di Sungai

14

Page 15: Tugas evaluasi kesehatan

Kebiasaan mencuci baju di sungai mempunyai risiko 2,4 kali lebih tinggi terkena

penyakit kulit.

c. Pemakaian Sabun Mandi

Sabun mandi yang mengandung zat anti kuman atau bakteri dapat membantu

membunuh atau menghambat masuknya kuman penyakit ke dalam tubuh manusia

sehingga proses penularan dapat terhambat sejak permukaan kulit.

d. Pemakaian Alat Pelindung Diri

Dengan tidak memakai alat pelindung diri akan mengakibatkan kemungkinan

masuknya bakteri ke dalam tubuh akan semakin besar. Bakteri masuk tubuh melalui pori-

pori tubuh terutama kulit kaki dan tangan. Oleh karena itu dianjurkan bagi para pekerja

yang selalu kontak dengan air kotor atau lumpur supaya memakai alat pelindung diri

seperti sepatu bot. Banyak infeksi terjadi karena berjalan di air dan kebun tanpa alas

pelindung diri. Tidak memakai sepatu saat bekerja di sawah mempunyai risiko 2,17 kali

lebih tinggi terkena penyakit kulit.

e. Kebiasaan Merawat Luka

Jalan masuk bakteri yang biasa pada manusia adalah kulit yang terluka lecet, terutama

sekitar kaki dan kelopak mata, hidung, dan selaput lendir yang terpapar. Konsep yang ada

sebelumnya bahwa organisme dapat menembus kulit yang utuh sekarang dipertanyakan.

Orang yang tidak melakukan perawatan luka mempunyai risiko 2,69 kali lebih tinggi

terkena penyakit kulit.

15

Page 16: Tugas evaluasi kesehatan

BAB II

PENETAPAN TUJUAN PROGRAM

II.1. Diare

II.1.1. Program : Gerakan stop diare

II.1.2. Output

1. Penyelidikan dan penanggulangan diare, Penanggulangan dilakukan oleh tenaga

kesehatan di Puskesmas Kabupaten Banyuasin.

2. Kaporisasi terhadap semua sarana air bersih (sumur gali, sarana

penampungan air rumah tangga di lokasi KLB, air sungai).

3. Penyuluhan Kesehatan dan sarana air bersih.

4. Tim melakukan penyuluhan terhadap masyarakat termasuk populasi

Berisiko di Kabupaten Banyuasin.

5. Mengenai manfaat jamban bagi kesehatan, perilaku hidup bersih dan sehat,

Kebersihan.

6. Lingkungan dan perorangan, pencegahan dan penanganan penyakit diare di keluarga.

7. Mengadakan Posko Penanggulangan diare.

8. Melaksanakan Sistem Kewaspadaan Dini di Puskesmas.

9. Puskesmas melakukan pemantauan baik harian maupun mingguan terhadap

masyarakat Kabupaten Banyuasin.

10. Melakukan Kerja bakti (kebersihan lingkungan) setempat.

11. Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif.

12. Melaksanakan monitoring dan evaluasi oleh petugas kesehatan.

13. Manajemen program penanggulangan diare melalui pelatihan petugas dan bimbingan

teknis

II.1.3. Outcome

Menurunnya prevalensi penyakit diare di Kabupaten Banyuasin yang pada tahun 2007

sebesar 24,17% turun menjadi 12,1% pada tahun 2015.

16

Page 17: Tugas evaluasi kesehatan

II.2. Pneumonia

II.2.1. Program : Cegah pneumonia sejak dini

II.2.2. Output

1. Promosi penanggulangan pnemonia balita melalui advokasi, bina suasana dan

gerakan masyarakat.

2. Penurunan angka kesakitan dilakukan dengan upaya pencegahan atau

penanggulangan faktor resiko melalui kerjasama lintas program dan lintas sektor,

seperti melalui kerjasama dengan program imunisasi, program bina kesehatan balita,

program bina gizi masarakat dan program penyehatan lingkungan pemukiman.

3. Peningkatan penemuan melalui upaya peningkatan prilaku masyarakat dalam

pencaharian pengobatan yang tepat.

4. Melaksanakan tatalaksana kasus melalui pendekatan Manejemen Terpadu Balita sakit

(MTBS) dan audit kasus untuk peningkatan kualitas tatalaksana kasus ISPA.

5. Peningkatan sistem surveilans ISPA melalui kegiatan surveilans rutin, autopsi verbal

dan pengembangan informasi kesehatan serta audit manejemen program.

II.2.3. Outcome

Menurunnya prevalensi pneumonia pada balita di Kabupaten Banyuasin menjadi

28.6% per 1000 balita pada tahun 2015.

II.3. Penyakit Kulit ( Kusta )

II.3.1 Program : Pemberantasan dan pencegahan secara dini terhadap penyakit kusta

II.3.2 Output :

1. Penyediaan dan pendistribusian obat kusta ke seluruh daerah.

2. Melakukan kegiatan promosi kesehatan yang meliputi penyuluhan kepada masyarakat

tentang penyakit kusta sehingga menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk hidup

sehat dan bersih.

3. Membuat iklan layanan masyarakat mengenai penyakit kusta dan menginformasikan

kepada masyarakat.

4. Menyediakan fasilitas pelaksanaan pemeriksaan secara dini terhadap penyakit kusta

dan pelaksana (tenaga kesehatan puskesmas).

17

Page 18: Tugas evaluasi kesehatan

5. Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada kader kesehatan mengenai pencegahan

yang dapat di lakukan oleh masyarakat secara dini terhadap kusta

6. Menyediakan fasilitas (tempat pemeriksaan kusta, alat laboratorium untuk melakukan

penelitian)

II.3.3. Outcome

Menurunkan dan memberantas penyakit kusta yang pada tahun 2007 terdapat 25

penderita dan akan diturunkan menjadi i penderita atau bahkan di berantas pada tahun

2015. Ini bertujuan agar penyakit kusta di Banyuasin tidak mewabah dan daerah tersebut

tidak menjadi daerah endemis penyakit kusta itu sendiri.

18

Page 19: Tugas evaluasi kesehatan

BAB III

IDENTIFIKASI KEGIATAN PROGRAM

III.1. Kegiatan manajemen

a. Program pelayanan administrasi perkantoran

1. Penyediaan alat tulis kantor

2. Penyediaan jasa pemeliharaan dan perizinan kendaraan dinas/ operasional

3. Penyediaan jasa surat menyurat

4. Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik

5. Penyediaan komponen instalasilistrik bangunan kantor

6. Penyediaan jasa tenaga pendukung administrasi

7. Penyediaan pelayanan dan pengelolaan administrasi kepegawaian

b. Program peningkatan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan

1. Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja

2. Penyusunan pelaporan keuangan akhir tahun

3. Penyusunan perencanaan anggaran

4. Penatausahaan keuangan

III.2. Intervensi lingkungan

Program pengembangan lingkungan sehat

1. Pengkajian pengembangan lingkungan sehat

2. Penyuluhan menciptakan lingkungan sehat

3. Sosialisasi kebijakan lingkungan sehat

4. Peningkatan kesehatan lingkungan

5. Pengembangan lingkungan sehat

6. Monev dan pelaporan

III.3. Intervensi perilaku

Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular

1. Pengadaan vaksinasi bagi balita dan anak sekolah

2. Meningkatan pelayanan pencegahan dan penanggulangan.

3. Pemusnahan atau karantina sumber penyebab penyakit menular19

Page 20: Tugas evaluasi kesehatan

4. Pengadaan vaksin bagi penyakit menular

5. Peningkatan surveilance epidemiologi dan penanggulangan wabah

6. Pencegahan dan pemberantasan penyakit

7. Monev dan laporan

III.4. Mobilisasi sosial

Program upaya kesehatan masyarakat

1. Pemeliharaan dan pemulihan kesehatan

2. Penyelenggraan pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan wabah

3. Perbaikan gizi masyarakat

4. Revitalisasi sistem kesehatan

5. Pelayanan kefarmasian dan pembekalan kesehatan

6. Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generik essensial

7. Peningkatan kesehatan masyarakat

8. Penyediaan operasional dan pemeliharaan

9. Penyelenggaraan penyehatan lingkungan

10. Monev dan pelaporan

11. Peningkatan pelayanan kesehatan

12. Jaminan pelayanan kesehatan rujukan keluarga miskin

III.5. Kegiatan pengembangan / inovatif

a. Program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat

1. Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan

2. Peningkatan posyandu

b. Program perbaikan gizi masyarakat

1. Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian kadar gizi optimal

2. Pemberian tambahan makanan dan vitamin

3. Monev dan pelaporan

c. Program standarisasi pelayanan kesehatan

1. Penyusunan standar pelayanan kesehatan

2. Evaluasi dan pengembangan standar pelayanan kesehatan

3. Pembangunan dan pemutakhiran data dasar standar pelayanan kesehatan.

20

Page 21: Tugas evaluasi kesehatan

4. Bimbingan teknis pelayanan kesehatan

5. Monitoring, evaluasi dan pelaporan

d. Program pengawasan obat dan makanan

1. Peningkatan pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya.

2. Monitoring dan evaluasi.

e. Program pengawasan dan pengendalian makanan

1. Pengawasan keamanan dan kesehatan makanan hasil industri

2. Pengawasan dan pengendalian keamanan dan kesehatan makanan hasil

produksi rumah tangga

3. Pengendalian dan pengawasan keamanan dan kesehatan makanan restoran

4. Monev dan pelaporan

21

Page 22: Tugas evaluasi kesehatan

BAB IV

RENCANA OPERASIONAL

IV.I. Program Pemberantasan Pneumonia di Kabupaten Banyuasin

Kegiatan Tujuan Sasaran Biaya dan

Sumber

daya

Waktu Penanggung

jawab

Rencana

penilaian

Ket.

Penyuluhan

mengenai

bahaya

Pneumonia

Meningkatkan

pengetahuan

dan kesadaran

masyarakat

Kab.Banyuasin

terhadap

penyakit

Pneumonia

Masyarakat

Kab.Banyua

sin

APBD

kab/kota

Septembe

r, oktober

Puskesmas

di tiap

kecamatan.

Monitoring

penjadwalan

waktu,

Monitoring

komitmen dan

keikutsertaan

berbagai

pihak yang

terlibat

pemberian

vaksin gratis

Meningkatkan

herd immunity

masyarakat

Kab.Banyuasin

Masyarakat

Kab.Banyua

sin

APBN November

,

desember

Puskesmas

di tiap

kecamatan

Monitoring

penjadwalan

waktu,

Monitoring

komitmen dan

keikutsertaan

berbagai

pihak yang

terlibat

Pembagian

obat generik

pneumonia

gratis

Mengurangi

angka

kesakitan

pneumonia &

jumlah

kematian

akibat

Masyarakat

Kab.Banyua

sin

APBN Januari

s/d mei

Puskesmas

di tiap

kecamatan

dan Rumah

Sakit

Monitoring

penjadwalan

waktu,

Monitoring

komitmen dan

keikutsertaan

berbagai

22

Page 23: Tugas evaluasi kesehatan

pneumonia pihak yang

terlibat

Bantuan

perbaikan

rumah bagi

warga

kurang

mampu

Meningkatkan

jumlah rumah

sehat di

kab.Banyuasin

sehingga dapat

mengurangi

faktor risiko

lingkungan thd

kejadian

pneumonia

Masyarakat

Kab.Banyua

sin

APBN Juni,juli,

agustus,

september

, dan

oktober

Dinas

kesehatan

bekerja sama

dengan dinas

PU

Monitoring

penjadwalan

waktu,

Monitoring

komitmen dan

keikutsertaan

berbagai

pihak yang

terlibat

IV.2. Program Pemberantasan Diare di Kabupaten Banyuasin

Kegiatan Tujuan Sasaran Biaya

dan

Sumber

daya

Waktu Penanggun

g jawab

Rencana

penilaian

Ket

.

Penyuluha

n

mengenai

bahaya

Diare

Meningkatka

n

pengetahuan

dan

kesadaran

masyarakat

Kab.Banyuas

in terhadap

penyakit

Diare

Masyarakat

Kab.Banyuaas

in

APBD

kab/kot

a

Septembe

r, oktober

Puskesmas

di tiap

kecamatan

.

Monitoring

penjadwala

n waktu,

Monitoring

komitmen

dan

keikutsertaa

n berbagai

pihak yang

terlibat

Training

pembuata

n oralit

Meningkatka

n

kemampuan

Masyarakat

Kab.

Banyuasin

APBN november

,

desember

Puskesmas

di tiap

kecamatan

Monitoring

penjadwala

n waktu,

23

Page 24: Tugas evaluasi kesehatan

masyarakat

Kab.

Banyuasin

dalam

mengatasi

diare secara

mandiri

Monitoring

komitmen

dan

keikutsertaa

n berbagai

pihak yang

terlibat

Pemberian

oralit

secara

gratis dan

obat

generik

diare

Mengurangi

angka

kesakitan

diare &

jumlah

kematian

akibat diare

Masyarakat

Kab.

Banyuasin

APBN Januari

s/d maret

Puskesmas

di tiap

kecamatan

dan

Rumah

Sakit

Monitoring

penjadwala

n waktu,

Monitoring

komitmen

dan

keikutsertaa

n berbagai

pihak yang

terlibat

Perbaikan

jamban

dan

sanitasi

lingkunga

n

Meningkatka

n jumlah

jamban sehat

di

kab.Banyuasi

n sehingga

dapat

mengurangi

faktor risiko

lingkungan

thd kejadian

diare

Meningkatka

n sumber air

bersih di

Banyuasin

Masyarakat

Kab.

Banyuasin

Masnyarakat

kab.

Banyuasin

APBN

APBN

April s/d

juni

Juli s/d

oktober

Dinas

kesehatan

bekerja

sama

dengan

dinas PU

Dinas

kesehatan

bekerja

sama

Monitoring

penjadwala

n waktu,

Monitoring

komitmen

dan

keikutsertaa

n berbagai

pihak yang

terlibat

Monitoring

penjadwala

n waktu,

Monitoring

Pembuata

n sumber

air bersih

seperti

24

Page 25: Tugas evaluasi kesehatan

sumur bor

/sumur

biasa

agar

masyarakat

disana

menggunaka

n air bersih

yangsesuai

dengan

standarnya

dan tidak

menggunaka

n air sungai

tang sudah

tercemar

dengan

dinas PU

komitmen

dan

keikutsertaa

n berbagai

pihak yang

terlibat

IV.3. Program Pemberantasan Kusta di Kabupaten Banyuasin

Kegiatan Tujuan Sasaran Biaya

dan

Sumbe

r daya

Waktu Penanggu

ng jawab

Rencana

penilaian

Ket

.

Penyuluha

n

mengenai

bahaya

Kusta

Meningkatkan

pengetahuan dan

kesadaran

masyarakat Kab.

Banyuasin

terhadap penyakit

kusta

Masyaraka

t Kab.

Banyuasin

APBD

kab/kot

a

Septemb

er -

oktober

Puskesmas

di tiap

kecamatan

.

Monitoring

penjadwalan

waktu,

Monitoring

komitmen

dan

keikutsertaa

n berbagai

pihak yang

terlibat

Surveilans

kusta

Deteksi dini virus

kusta di

masyarakat, shg

dapat dilakukan

Masyaraka

t Kab.

Banyuasin

APBN Setiap

bulan

Puskesmas

di tiap

kecamatan

dan

Monitoring

penjadwalan

waktu,

Monitoring

25

Page 26: Tugas evaluasi kesehatan

dengan segera

penanggulangann

ya

Rumah

Sakit

komitmen

dan

keikutsertaa

n berbagai

pihak yang

terlibat

Perbaikan

sanitasi

lingkunga

n

Meningkatkan

sanitasi

lingkungan

yang sehat di

kab. Banyuasin

sehingga dapat

mengurangi

faktor risiko

lingkungan thd

kejadian kusta

Masyarak

at Kab.

Banyuasi

n

APBN Januari

s/d mei

Dinas

kesehatan

bekerja

sama

dengan

dinas PU

Pemberia

n obat

generik

terhadap

kusta

Mengurangi

angka kesakita

kusta di kab.

Banyuasin

Masyarak

at kab.

Banyuasi

n

APBN Juni s/d

oktober

Puskesmas

di tiap

kecamatan

dan

Rumah

Sakit

Monitoring

penjadwala

n waktu,

Monitoring

komitmen

dan

keikutserta

an berbagai

pihak yang

terlibat

26