tugas etls fraktur

Upload: ds-putri-nastiti

Post on 14-Apr-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 Tugas ETLS FRAKTUR

    1/15

  • 7/27/2019 Tugas ETLS FRAKTUR

    2/15

    2

    C. Definisi dan Klasifikasi

    Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan

    ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer & Bare, 2002) atau setiap retak atau

    patah pada tulang yang utuh (Reeves, Roux & Lockhart, 2002).

    Fraktur didefinisikan sebagai terputusnya integritas tulang hidup, yang

    meliputi cedera sumsum tulang, periosteum, dan jaringan lunak di dekatnya.

    Terdapat berbagai tipe-tipe fraktur yang telah dikemukakan para ahli, seperti

    patologis, stres, dan greenstick. Ketika terjadi fraktur, diperlukan penegakan

    diagnosis baik secara radiologis dan klinis, dengan faktor-faktor sebagai berikut :

    1. Anatomis : fraktur dijelaskan dengan tulang yang terlibat di dalamnya dan

    bagian mana yang terkena pada tulang tersebut (diafisis, metafisis, fisis,

    epifisis).

    2. Keterlibatan permukaan artikuler : apakah fraktur disertai keterlibatan intra-

    artikular? Apakah terdapat perpindahan atau perenggangan intra-artikular?

    3. Displcement: apakah fragmen distral fraktur tampak berpindah jika

    dibandingkan dengan fragmen proksimal? Displacement terjadi pada derajat

    berapa dan berapa persentasenya?

    4. Angulasi: Deformitas angular dinilai dengan melihat fragment distal dan

    fragmen proksimal atau melalui perbandingan dengan apex proksimal

    fragmen distal.

    5. Rotasi: adanya deformitas rotasional ditegakkan secara klinis dan radiologis.

    6. Shortening: Apakah fraktur menyebabkan terjadinya pemendekan pada tulang

    yang terlibat? Seberapa parah terjadinya pemendekan tersebut?

  • 7/27/2019 Tugas ETLS FRAKTUR

    3/15

  • 7/27/2019 Tugas ETLS FRAKTUR

    4/15

    4

    IIIA : Kerusakan jaringan lunak dengan masih ada cuku[ jaringan lunak

    untuk menutup tulang , sehingga tidak diperlukan flap lokal atau jauh

    untuk menutupi tulang

    IIIB : Kerusakan jaringan lunak ekstensif sehingga diperlukan flap lokal

    atau jauh untuk menutupi tulang. Luka mungkin terkontaminasi, karena itu

    diperlukan irigasi dan debridement serial untuk memastikan bahwa luka

    telah bersih. Gambar di bawah ini adalah ilustrasi untuk fraktur derajat

    IIIB :

    IIIC : Semua fraktur terbuka dengan injuri arterial yang memerlukan pena

    nganan seegera (Buckley, 2012).

  • 7/27/2019 Tugas ETLS FRAKTUR

    5/15

    5

    Gambar tersebut adalah bukti radiologis dari pemeriksaan angiografi

    untukmelihat adanya injury vaskuler setelah terjadi trauma.

    Komponen injury jaringan lunak yang terjadi pada trauma dangat penting untuk

    menentukan hasil penatalaksanaan fraktur. Klasifikasi Gustillo telah diketahui

    hanya memiliki reliabilitas intraobserver dan interobserver sedang untuk

    mengklasifikasikan fraktur. Skala fraktur Tscherne dan Hannover memiliki sistem

    klasifikasi yang lebih baik untuk mengevaluasi injury jaringan lunak dengan

  • 7/27/2019 Tugas ETLS FRAKTUR

    6/15

    6

    ketentuan-ketentuan untuk ukurna luka, area skin loss, dan kerusakan jaringa

    lunak di dekatnya (Buckley, 2012).

    D. Patofisiologi

    Penyembuhan pada fraktur teerjadi dalam lima fase, yaitu sebagai

    berikut:

    1. Fase fraktur dan inflamasi.2. Pembentukan jaringan granulasi.3. Pembentukan Callus.4. Deposisi tulang lamella.5. Remodelling(Buckley, 2012).

    Periode paling penting pada penyembuhan fraktur adalah fase inflamasi

    dan pembentukan hematom yang terjadi setelahnya. Pada fase ini mekanisme

    sinyal seluler bekerja melalui kemotaksis dan mekanisme inflamasi untuk

    menarik sel-sel yang terlibat dalam inisiasi respon penyembuhan. Dalam 7 hari,

    tubuh akan membentuk jaringan granulasi di antara fragmen fraktur. Berbagai

    substansi sinyal biokimia terlibat dalam proses pembentukan granulasi ini, yang

    berlangsung selama 14 hari (Buckley, 2012).

    Selama pembentukan callus, proliferasi dan diferensiasi sel mulai

    memproduksi osteoblast dan kondroblas di dalam jaringan granulasi. Osteoblas

    dan kondroblas mensintesis matriks organis ekstraseluler pada woven bone dan

    kartilago. Fase ini memerlukan waktu 3-16 minggu (Buckley, 2012).

  • 7/27/2019 Tugas ETLS FRAKTUR

    7/15

    7

    Selama fase keempat, callus meshlike pada woven bone digantikan oleh

    lamellar bone, yang diatur oleh axis tulang. Fase terakhir meliputi remodeling

    tulang pada lokasi fraktur oleh berbagai jenis tipe seluler seperti osteoklas, Kedua

    fase terakhir ini memerlukan waktu 1-4 tahun (Buckley, 2012).

    Faktor pasien yang mempengaruhi penyembuha fraktur termasuk usia,

    komorbiditas, penggunaan obat, faktor sosial, dan nutrisi. Faktor lain yang

    mempengaruhi penyembuhan fraktur termasuk tipe fraktur, derajat rauma,

    penyakit lokal dan sistemik, dan infeksi (Buckley, 2012).

    Pasien yang memiliki prognosis buruk pada penyembuhan fraktur akan

    memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami komplikasi penyembuhan

    fraktur, seperti nonunion, malunion, osteomyelitis, dan nyeri kronis. Tabel di

    bawah ini menjelaskan mengenai faktor pasien yang mempengaruhi

    penyembuhan fraktur.

    Faktor Ideal Problematik

    Usia Muda Lebih dari 40 tahun

    Komorbiditas - + (e.g DM)

    Penguunaan Obat - NSAID, kortikosteroid

    Faktor Sosial Bukan perokok Perokok

    Nutrisi Baik Buruk

    Tipe Fraktur Tertutup, neurovaskuler

    intak

    Fraktir terbuka dengan

    suplai darah yang buruk

    Trauma Satu ekstremitas Beberapa ekstremitasFaktor lokas Tanpa infeksi Dengan infeksi

    (Buckley, 2012).

    E. Penatalaksanaan

    Penatalaksanaan inisial pada fraktur terdir dari penyambungan kembali

    segmen yang patah kemudian imobilisasi ekstremitas yang terkena dengan

    pemasangan splint. Status neurologis dan vaskuler harus dinilai secara klinis dan

  • 7/27/2019 Tugas ETLS FRAKTUR

    8/15

    8

    setelah penyambungan kembali serta pemasangan splint. Jika pasien mengalami

    fraktur terbuka, hemostasis harus diatasi secepat mungkin yang dapat dilakukan

    dengan memberikan bebat tekan steril pada lokasi injury (Hamblen dan Simpson,

    2007).

    Pemasangan splint merupakan penatalaksanaan yang esensial untuk

    memberikan terapi simtomatis pada pasien serta dpat juga untuk mencegah injury

    neurologis dan vaskuler potensial pada jaringan lunak lokal. Pasien dapat

    diberikan analgesic asetaminofen atau golongan opiate bila perlu (Hamblen dan

    Simpson, 2007).

    Tujuan penatalaksanaan fraktur terbukan adlah untuk mencegah infeksi,

    memberikan waktu untuk penyembuhan tulang, dan mengembalikan fungsi

    ekstremitas. Jika telah dilakukan penilaian inisial, serta penatalaksanaan untuk

    injury yang mengancam jiwa, artinya fraktur terbuka telah dapat teratasi.

    Hemostasis harus dipertahankan, kemudian diikuti dengan pemberian antibiotik

    dan vaksinasi tetanus (Hamblen dan Simpson, 2007).

    Sefazolin dan Klindamisin diberikan untuk injury fraktur derajat I dan II.

    Jika luka terkontaminasi berat (derajat III), harus ditambahkan aminoglikosida

    seperti gentamisin atau tobramisin pada terapi. Jika pasien mengalami barnyard

    injury atau water-type injury,juga harus ditambahkan penisilin sebagai profilaksis

    terhadap Clostridium perfringens. Profilaksis tetanus dan imunisasi harus

    diberikan pada pasien yang nelum pernah diimunisasi sebelumnya (Hamblen dan

    Simpson, 2007).

    Penggunaan golongan kuinolon sebagai profilaksis sebaiknya dihindari

    karena cepat berkembangnya stafilokokus resisten dan kuinolon adalan obat

  • 7/27/2019 Tugas ETLS FRAKTUR

    9/15

  • 7/27/2019 Tugas ETLS FRAKTUR

    10/15

    10

    4. Pasien dengan fraktur yang dikatehui memiliki proses penyembuhan burunsetelah terapi nonoperatif (e.g fraktur femoral neck).

    5. Fraktur dengan avulsi luas dengan disrupsi tendon muskulus atau fungsiligament pada sendi yang terkena (e.g fraktur ptella).

    6. Fraktur patologis.7. Multiple traumatic injuries melibatkan pelvis, femur, dan vertebra.8. Fraktur terbuka tidak stabil atau fraktur terbuka dengan komplikasi.9. Fraktur pada individu yang diketahui akan memerlukan imobilisasi jangka

    panjang (e.g pasien lansia dengan fraktur femoral proksimal.

    10.Fraktur pada area pertumbuhan pada individu dengan skeletal imatur yangmemiliki risiko tinggi berhenti tumbuh (e.g Selter-Harris tipe III dan IV).

    (Hamblen dan Simpson, 2007).

    G. Kontraindikasi

    Kontraindikasi untuk rekonstruksi bedah antara lain:

    1. Infeksi aktif baik lokal maupun sistemik atau osteomyelitis.2. Jaringan lunak tidak mampu melindungi fraktur atau pendekatan dengan

    bedah karena buruknya kualitas jaringan lunak sebagai akibat injury

    jaringan lunak atau luka bakar, bekas luka parut bedah sebelumnya, atau

    infeksi aktif.

    3. Kasus-kasus dimana amputasi akan lebih mampu menyelamatkanekstremitas pasien.

    (Hamblen dan Simpson, 2007).

  • 7/27/2019 Tugas ETLS FRAKTUR

    11/15

    11

    G. Pemeriksaan Laboratorium

    Pemeriksaan laboratorium preoperatif yang dilakukan bergantung pada

    usia pasien, luas injury, dan kondisi lain yang menambah morbisitas pasien.

    Pasien trauma memerlukan penatalaksanaan dengan prinsip ATLS. Pemeriksaan

    laboratorium yang dapat dilakukan pada preoperatif ( tetapi bukan merupakan

    prinsip wajib) adlah sebagai berikut:

    1. Darah lengkap2. Elektrolit, kreatinin, dan gula darah.3. Urinalisis4. Faal hemostasis, terdiri dari aPTT dan INR.5. Golonga darah dan cross match.6. Pemeriksaan roksikologi dan alkohol

    (Hamblen dan Simpson, 2007).

    H. Imaging

    Berdasarkan kondisi medis pasien, dapat dilakukan pencitraan radiografi

    thorax. Rule of Two pada pencitraan fraktur :

    1. Two views : lakukan dari posisi anteroposterior (AP) dan lateral padaekstremitas yang terkena ( 2 views orthogonal 90o satu sama lain).

    Berdasarkan area yang terkena, dpat dilakukan radiografi spesifik, seperti

    Joint-specific radiograph.

    2. Two joints : ketika terjadi injury pada ekstremitas, direkomendasikan untukmelakukan X Ray pada sendi di atas dan di bawah injury untuk mengetahui

  • 7/27/2019 Tugas ETLS FRAKTUR

    12/15

    12

    potensi terjadinya fraktur lain atau kemungkinan dislokasi pada sendi di

    dekatnya.

    Midshaft femoral fracture dengan dislokasi hip joint ipsilateral. Hasil X Ray

    di atas menggunakan prinsip rule of two (Buckley, 2012)

    3. Two limbs : direkomendasikan melakukan X ray pada ekstremitas yangterkena maupun tidak untuk analisis anatomi osseus dan membantu

    penegakan diagnosis. Hal ini utamanya penting untuk menentukan panjang

    ekstremitas dan rotasi pasaanak dengan injury cakra epifisis atau pasien

    dengan fraktur kominutif berat.

  • 7/27/2019 Tugas ETLS FRAKTUR

    13/15

    13

    4. Two times : direkomendasikan melakukan X Ray sebelum dan sesudahreduksi atau fikasasi untuk menilai kecukupan reduksi fraktur

    (Buckley, 2012)

    Radiografi harus dilakukan dengan prinsip Rule of the 6 As, yaitu :

    1. Anatomy (eg, proximal tibia)2. Articular (eg, intra- vs extra-articular)3. Alignment (eg, first plane)4. Angulation (eg, second plane)5. Apex (pada fragmen diatal fraktur)6. Apposition (eg, 75% atau 0% [bayonet])(Buckley, 2012)

    Umumnya CT scan tidak diindikasikan untuk evaluasi fraktur. MRI dapat

    diindikasikan untuk menilai cedera pada kolumna spinalis (Hamblen dan

    Simpson, 2007).

    I. Follow Up

    Konsultasi dengan spesialis rehabilitasi untuk membantu pemulihan

    fungsi ekstremitas. Kebutuhan fisioterapi bergantung pada etiologi cedera dan

    motivasi, tingkat pendidikan, serta kemampuan pasien. Semua pasien harus

    diobservasi untuk potensi terjadinya komplikasi (Buckley, 2012).

    J. Komplikasi

    Komplikasi yang mungkin timbul dari pemasangan cast adalah

    osteoporosis, edema kronis, atrofi jaringan lunak, dan kekakuan sendi. Masala-

  • 7/27/2019 Tugas ETLS FRAKTUR

    14/15

    14

    masalah tersebut dapat dihindari dengan memberikan functional aftercare.

    Komplikasi tindakan traksi adalah pressure ulcer, infeksi paru, UTI, kontraktur

    footdrop permanen, peroneal palsy, pin tract infection, kejadian tromboembolik,

    DVT, emboli paru. Komplikasi yang dapat timbul dari fiksasi eksternal adalah

    gangguan gerakan sendi, kerusakan neurovaskuler. Komplikasi yang dapat timbul

    dari intervensi bedah antara lain cedera neurologis dan vaskuler, sindrom

    kompartemen, infeksi, tromboemboli, nekrosis avaskuler, artritis posttraumatic,

    komplikasi dalam penyembuhan tulang {delayed, nonunion, dam malunion).

    (Buckley, 2012)

  • 7/27/2019 Tugas ETLS FRAKTUR

    15/15

    15

    DAFTAR PUSTAKA

    Buckley, R. (2012) General Principles of Fracture Care Treatment andManagement. Emedicine Drugs, Desease and Procedures. Diakses pada 26

    September 2012.

    Hamblen dan Simpson (2007) Principles of Fracture Treatment. In: Adams

    Outline of Fractures. 12th ed. Philadelphia: Churchill Livingstone, pp. 29-51.

    Smeltzer SC, & Bare BG (2002) Brunner and Suddarth ' s Textbook of Medical-

    Surgical Nursing, 9th ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.

    Reeves CJ, Roux R, G Lockhart (2002) Textbook of Medical-Surgical Nursing, 8th

    edition. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.