tugas etika profesi

18
1. Masalah-masalah yg terjadi di Rumah Sakit dan cara peyelesaiannya Malpraktik Cara Penyelesaiannya Hal ini telah diatur dalam pasal 50-53 UU no.29/2004. - Pasien sebaiknya mengerti bahwa hak-nya adalah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai penyakit, pemeriksaan, pengobatan, efek samping, risiko, komplikasi, sampai alternatif pengobatannya. - Pasien juga berhak untuk menolak pemeriksaan/pengobatan & meminta pendapat dokter lain. - Isi rekam medik atau catatan kesehatan adalah milik pasien sehingga berhak untuk meminta salinannya. - Pasien memiliki kewajiban untuk memberikan informasi selengkap-lengkapnya, mematuhi nasihat/anjuran pengobatan, mematuhi peraturan yang ada di SPK, & membayar semua biaya pelayanan kesehatan yang telah diberikan. - SPK pun berhak untuk menerima pembayaran atas jasa layanan kesehatan yang diberikannya pada pasien. Selain mengerti hak & kewajibannya, kedua belah pihak pun harus memiliki komunikasi yang baik & rasa saling percaya untuk menghindari kesalahpahaman. Berbagai konflik antara pasien & SPK hampir selalu diawali oleh komunikasi yang buruk & kurangnya rasa percaya di antara keduanya. - Pasien maupun SPK harus saling terbuka & mau menerima masukan agar pengobatan dapat dilaksanakan dengan baik. SPK harus paham bahwa pasien datang hanya karena ingin diobati & sembuh, bukan untuk mencari-cari perkara. Tuntutan Hukum

Upload: fitri-anggraeni

Post on 25-Sep-2015

9 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Etika Profesi Kesehatan

TRANSCRIPT

1. Masalah-masalah yg terjadi di Rumah Sakit dan cara peyelesaiannya MalpraktikCara PenyelesaiannyaHal ini telah diatur dalam pasal 50-53 UU no.29/2004. Pasien sebaiknya mengerti bahwa hak-nya adalah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai penyakit, pemeriksaan, pengobatan, efek samping, risiko, komplikasi, sampai alternatif pengobatannya. Pasien juga berhak untuk menolak pemeriksaan/pengobatan & meminta pendapat dokter lain. Isi rekam medik atau catatan kesehatan adalah milik pasien sehingga berhak untuk meminta salinannya. Pasien memiliki kewajiban untuk memberikan informasi selengkap-lengkapnya, mematuhi nasihat/anjuran pengobatan, mematuhi peraturan yang ada di SPK, & membayar semua biaya pelayanan kesehatan yang telah diberikan. SPK pun berhak untuk menerima pembayaran atas jasa layanan kesehatan yang diberikannya pada pasien. Selain mengerti hak & kewajibannya, kedua belah pihak pun harus memiliki komunikasi yang baik & rasa saling percaya untuk menghindari kesalahpahaman. Berbagai konflik antara pasien & SPK hampir selalu diawali oleh komunikasi yang buruk & kurangnya rasa percaya di antara keduanya. Pasien maupun SPK harus saling terbuka & mau menerima masukan agar pengobatan dapat dilaksanakan dengan baik. SPK harus paham bahwa pasien datang hanya karena ingin diobati & sembuh, bukan untuk mencari-cari perkara. Tuntutan Hukum Pasal 359 KUHP selalu didakwakan terhadap kematian yang diduga disebabkan kesalahan dokter. Pasal 359 merumuskan barangsiapa karena kesalahannya menyebabkan orang lain mati Pasal 360 KUHP lazim digunakan untuk menuntut dokter atas dugaan malpraktek medis. Pasal 359 digunakan bila menyebabkan kematian. Dua macam tindak pidana menurut Pasal 360 yakni: (1) ...karena kesalahannya menyebabkan orang lain mendapat luka berat... (2) ...karena kesalahannya menyebabkan orang lain luka-luka sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau halangan menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian selama waktu tertentu... UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen di bidang pelayanan kesehatan. Infeksi NosokomialCara Penyelesaian Dari riset RSCM pada 2002, disimpulkan angka infeksi bisa ditekan hingga 85,7% jika petugas medis melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan medis. Harus ada waktu yang teratur untuk membersihkan dinding, lantai, tempat tidur, pintu, jendela, tirai, kamar mandi, dan alat-alat medis yang telah dipakai berkali-kali. Usahakan adanya pemakaian penyaring udara, terutama bagi penderita dengan status imun yang rendah atau bagi penderita yang dapat menyebarkan penyakit melalui udara2. Hak dan Kewajiban Rumah Sakit & PasienHAK DAN KEWAJIBAN PASIEN DI RS :HAK PASIEN :1. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit.2. Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.3. Pasien berhak memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar profesi kedokteran / kedokteran gigi dan tanpa diskriminasi .4. Pasien berhak memperoleh asuhan keperawatan dengan standar profesi keperawatan5. Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.6. Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinis dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar.7. Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang dideritanya, sepengetahuan dokter yang merawat.8. Pasien berhak atas privacy dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya.9. Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi : penyakit yang diderita tindakan medik apa yang hendak dilakukan kemungkinan penyakit sebagai akibat tindakan tsb sebut dan tindakan untuk mengatasinya alternatif terapi lainnya prognosanva. perkiraan biaya pengobatan10. Pasien berhak menyetujui/memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya11. Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.12. Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.13. Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.14. Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit15. Pasien berhak mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan perlakuan rumah sakit terhadap dirinya.16. Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual.KEWAJIBAN PASIEN1. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tata tertib rumah skait2. Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter dan perawat dalam pengobatannya.3. Pasien berkewajiban memberikan informasi dengan jujur dan selengkapnya tentang penyakit yang diderita kepada dokter yang merawat.4. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan atas jasa pelayanan rumah sakit/dokter5. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang telah disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya.HAK DAN KEWAJIBAN RUMAH SAKIT:HAK-HAK RUMAH SAKIT :1. Rumah sakit berhak membuat peraturan-peraturan yang berlaku di rumah sakitnya sesuai dengan kondisi/keadaan yang ada di rumah sakit tersebut (hospital by laws)2. Rumah sakit berhak mensyaratkan bahwa pasien harus mentaati segala peraturan rumah sakit.3. Rumah sakit berhak mensyaratkan bahwa pasien harus mentaati segala instruksi yang diberikan dokter kepadanya.4. Rumah sakit berhak memilih tenaga dokter yang akan bekerja di rumah sakit melalui panitia kredensial.5. Rumah sakit berhak menuntut pihak-pihak yang telah melakukan wanprestasi (termasuk pasien, pihak ketiga, dan lain-lain).6. Rumah sakit berhak mendapat perlindungan hukum.KEWAJIBAN RUMAH SAKIT :1. Rumah sakit wajib mematuhi perundangan dan peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah.2. Rumah sakit wajib memberikan pelayanan kepada pasien tanpa membedakan suku, ras, agama, seks dan status sosial pasien3. Rumah sakit wajib merawat pasien sebaik-baiknya dengan tidak membedakan kelas perawatan (duty of care).4. Rumah sakit wajib menjaga mutu perawatan dengan tidak membedakan kelas perawatan (quality of care)5. Rumah sakit wajib memberikan pertolongan pengobatan di unit gawat darurat tanpa meminta jaminan materi terlebih dahulu6. Rumah sakit wajib menyediakan sarana dan peralatan umum yang dibutuhkan.7. Rumah sakit wajib menyediakan sarana dan peralatan medik (medical equipment)sesuai dengan standar yang berlaku.8. Rumah sakit wajib menjaga agar semua sarana dan peralatan senantiasa dalam keadaan siap pakai (ready for use).9. Rumah sakit wajib merujuk pasien kepada rumah sakit lain apabila tidak memiliki sarana, prasarana, peralatan dan tenaga yang diperlukan.10. Rumah sakit wajib mengusahakan adanya sistem, sarana dan prasarana pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana11. Rumah sakit wajib membuat standar dan prosedur tetap baik untuk pelayanan medik, penunjang medik, non medik.12. Khusus untuk RS Pendidikan, RS wajib memberikan informasi bahwa penderita termasuk dalam proses/pelaksanaan pendidikan dokter/dokter spesialis.3. Syarat Administratif dari seorang profesi dalam melaksanakan tugas dan profesinya Registrasi dan Surat Izin Refraksionis Optisien (SIRO)Persyaratan administrasi yang disertakan dalam permohonan registrasi dan surat izin Refraksionis Optisien adalah :1. Fotocopi Ijazah Refraksionis Optisien yang dilegalisir.2. Surat Keterangan Sehat dari dokter yang sudah memiliki SIP ( Surat Izin Praktik)3. Surat keterangan dari tempat bekerja.4. Surat Rekomendasi dari Organisasi Profesi5. Pas Foto hitam putih terbaru ukuran :* 4 x 6 cm = 2 lembar* 3 x 4 cm = 2 lembar* 2 x 3 cm = 1 lembar Surat Bukti LaporPersyaratan administrasi yang disertakan dalam permohonan surat bukti lapor apoteker adalah :1. Surat permohonan Bukti Lapor yang ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DIY2. Foto copy Ijazah S1 dilegalisir oleh Dekan (1 lembar) 3. Foto copy Ijazah Apoteker yang telah dilegalisir (1 lembar)4. Foto copy Surat Bukti Sumpah Apoteker (1 lembar) 5. Pas Foto hitam putih terbaru ukuran :* 3 x 4 cm = 2 lembar* 2 x 3 cm = 1 lembar Registrasi dan Surat Izin Asisten Apoteker (SIAA)Persyaratan administrasi yang disertakan dalam permohonan registrasi dan surat izin Asisten Apoteker adalah : 1. Foto copy ijazah yang telah dilegalisir oleh sekolah2. Foto copy lafal Sumpah Asisten Apoteker3. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP ( Surat Izin Praktek )4. Surat keterangan dari tempat kerja ( bila sudah bekerja ) / Surat keterangan dari Sekolah ( bila belum bekerja )5. Surat Rekomendasi dari organisasi profesi6. Pas foto ukuran :* 4 x 6 cm = 2 lembar* 3 x 4 cm = 2 lembar* 2 x 3 cm = 1 lembar Registrasi dan Surat Izin BidanPersyaratan administrasi yang disertakan dalam permohonan registrasi dan surat izin bidan adalah :1. Foto copy ijasah yang telah dilegalisir2. Foto copy Transkrip Nilai Akademik3. Surat Keterangan Sehat dari dokter yang sudah memiliki SIP ( Surat Izin Praktik)4. Sertifikat Kompetensi5. Surat Rekomendasi dari IBI Provinsi DIY6. Pas Foto hitam putih terbaru ukuran :* 4 x 6 cm = 2 lembar* 3 x 4 cm = 2 lembar* 2 x 3 cm = 1 lembar

Surat Penyerahan Tenaga1. Foto copy Ijazah yang telah dilegalisir oleh Dekan2. Foto copy Surat Bukti Lapor3. Surat Keterangan dari Tempat Kerja/Surat Keputusan4. Rekomendasi ISFI

Surat Penugasan dan Menjalankan Masa Bakti Apoteker Surat Visum Apoteker Surat Keterangan mengikuti ujian masuk PPDS/PPDGS1. Foto copy ijazah yang telah di legalisir2. Surat keterangan dari tempat kerja3. Surat keterangan sehat dari dokter yang telah memiliki SIP (No SIP tercantum)4. Rekomendasi dari IROPIN5. Pas foto ukuran :* 4 x 6 cm = 2 lembar* 3 x 4 cm = 2 lembar* 2 x 3 cm = 1 lembar Registrasi dan Surat Izin FisioterapiPersyaratan administrasi yang disertakan dalam permohonan registrasi dan surat izin fisioterapi adalah :1. Foto copy ijasah yang telah dilegalisir2. Surat Keterangan Sehat dari dokter yang sudah memiliki SIP ( Surat Izin Praktik)3. Surat keterangan dari tempat kerja ( bila sudah bekerja ) / Surat keterangan dari Sekolah ( bila belum bekerja )4. Surat Rekomendasi dari Organisasi Profesi5. Pas Foto hitam putih terbaru ukuran :* 4 x 6 cm = 2 lembar* 3 x 4 cm = 2 lembar* 2 x 3 cm = 1 lembar Registrasi dan Surat Izin PerawatPersyaratan administrasi yang disertakan dalam permohonan registrasi dan surat izin Perawat adalah :1. Surat permohonan Surat Izin Perawat yang ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DIY2. Fotocopi ijazah pendidikan perawat yang dilegalisir(Bagi pendidikan perawat setingkat SPK/penjenang harus dilengkapi dengan rekomendasi dari PPNI Propinsi )3. Surat Keterangan berbadan sehat dari dokter yang sudah memiliki SIP ( Surat izin Praktik )4. Surat Rekomendasi dari Organisasi Profesi5. Surat keterangan dari tempat kerja ( bila sudah bekerja ) / Surat keterangan dari Sekolah ( bila belum bekerja )6. Surat Bukti Kontribusi dari PPNI Propinsi DIY7. Pas Foto hitam putih terbaru ukuran :* 4 x 6 cm = 2 lembar* 3 x 4 cm = 2 lembar Registrasi dan Surat Izin Perawat GigiPersyaratan administrasi yang disertakan dalam permohonan registrasi dan surat izin Perawat Gigi adalah : 1. Surat permohonan Surat Izin Perawat Gigi yang ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DIY2. Fotocopi ijazah pendidikan Perawat Gigi yang dilegalisir3. Surat Keterangan berbadan sehat dari dokter yang sudah memiliki SIP ( Surat izin Praktik )4. Surat pengantar dari tempat kerja (bila sudah bekerja) atau dari sekolah (bila belum bekerja)5. Surat Rekomendasi dari Organisasi Profesi6. Pas foto ukuran :* 4 x 6 cm = 2 lembar* 3 x 4 cm = 2 lembar* 2 x 3 cm = 1 lembar Registrasi dan Surat Izin RadiograferPersyaratan administrasi yang disertakan dalam permohonan registrasi dan surat izin Radiografer adalah : 1. Surat permohonan Surat Izin Radiografer yang ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DIY2. Fotocopi ijazah pendidikan Radiografer yang dilegalisir oleh pimpinan penyelenggara pendidikan radiografer3. Surat Keterangan berbadan sehat dari dokter yang sudah memiliki SIP ( Surat izin Praktik )4. Surat keterangan dari tempat kerja (bila sudah bekerja) atau dari sekolah (bila belum bekerja)5. Surat Rekomendasi dari Organisasi Profesi6. Pas foto ukuran :* 4 x 6 cm = 4 lembar* 3 x 4 cm = 1 lembar* 2 x 3 cm = 1 lembar4. Hubungan Hukum antara Pasien dan Rumah Sakit, dan Pasien dengan Tenaga KesehatanA. Hubungan Pasien dan Rumah Sakit1. Menurut UU No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit1. Pasal 1 ayat 4: Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit. 2. Pasal 2: Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.3. Pasal 3 huruf b: Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan : memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit;4. Pasal 3 huruf d: Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan : memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit. 5. Pasal 6 ayat 1 huruf b: Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk: menjamin pembiayaan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit bagi fakir miskin, atau orang tidak mampu sesuai ketentuan peraturan perundangundangan6. Pasal 6 ayat 1 huruf e: Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk: memberikan perlindungan kepada masyarakat pengguna jasa pelayanan Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;7. Pasal 13 ayat 3: Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan Rumah Sakit, standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan keselamatan pasien8. Pasal 16 ayat 4: Penggunaan peralatan medis dan nonmedis di Rumah Sakit harus dilakukan sesuai dengan indikasi medis pasien9. Pasal 29 ayat 1 huruf c: Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban : memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit10. Pasal 29 ayat 1 huruf g: Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban: membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien11. Pasal 31 ayat 1: Setiap pasien mempunyai kewajiban terhadap Rumah Sakit atas pelayanan yang diterimanya12. Pasal 32 huruf g: Setiap pasien mempunyai hak: memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di RumahSakit;13. Pasal 32 huruf h: Setiap pasien mempunyai hak: meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun diluar Rumah Sakit14. Pasal 32 huruf n: Setiap pasien mempunyai hak: memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit15. Pasal 32 huruf o: Setiap pasien mempunyai hak: mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya16. Pasal 32 huruf q: Setiap pasien mempunyai hak: menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana17. Pasal 32 huruf r: Setiap pasien mempunyai hak: mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan18. Pasal 37 ayat 1: Setiap tindakan kedokteran yang dilakukan di Rumah Sakit harus mendapat persetujuan pasien atau keluarganya 19. Pasal 42 ayat 2: Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban merujuk pasien yang memerlukan pelayanan di luar kemampuan pelayanan rumah sakit.20. Pasl 43 ayat 1: Rumah Sakit wajib menerapkan standard keselamatan pasien21. Pasal 43 ayat 3: Rumah Sakit melaporkan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada komite yangmembidangi keselamatan pasien yang ditetapkan oleh Menteri.22. Pasal 44 ayat 2: Pasien dan/atau keluarga yang menuntut Rumah Sakit dan menginformasikannya melalui mediamassa, dianggap telah melepaskan hak rahasia kedokterannya kepada umum.23. Pasal 44 ayat 3: Penginformasian kepada media massa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memberikan kewenangan kepada Rumah Sakit untuk mengungkapkan rahasia kedokteran pasien sebagai hak jawab Rumah Sakit.24. Pasal 45 ayat 1: Rumah Sakit tidak bertanggung jawab secara hokum apabila pasien dan/atau keluarganya menolak atau menghentikan pengobatan yang dapat berakibatkematian pasien setelah adanya penjelasan medis yang komprehensif.

2. Menurut UU No.23 Tahun 1992 dan UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan1. Pasal 32 ayat 1 UU No.36/2009: Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu2. Pasal 32 ayat 2 UU No.36/2009: Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka3. Pasal 53 ayat 3 UU No.36/2009: Pelaksanaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendahulukan pertolongan keselamatan nyawa pasien disbanding kepentingan lainnya4. Pasal 85 ayat 1 UU No.36/2009: Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah maupun swasta wajib memberikan pelayanan kesehatan pada bencana bagi penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan.5. Pasal 85 ayat 2 UU No.36/2009: Fasilitas pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka terlebih dahulu6. Pasal 190 ayat 1 UU No.36/2009: Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang melakukan praktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang dengan sengaja tidak memberikan pertolongan pertama terhadap pasien yang dalam keadaan gawat darurat sebagaimana dimaksuddalam Pasal 32 ayat (2) atau Pasal 85 ayat (2) dipidanadengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dandenda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).3. Menurut UU No.8 Tahun 2009 tentang Perlindungan Konsumen1. Pasal 3 huruf f: Perlindungan konsumen bertujuan: meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.2. Pasal 13 ayat 2: Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan atau mengiklankan obat, obat tradisional, suplemen makanan, alat kesehatan, dan jasa pelayanan kesehatan dengancara menjanjikan pemberian hadiah berupa barang dan/atau jasa lain.3. Pasal 19 ayat 2: Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pengembalian uangatau penggantian barang dan/atau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atauperawatan kesehatan dan/atau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuanperaturan perundangundanganyang berlaku.

A. Hubungan Pasien dan Tenaga Kesehatan1. Menurut UU No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit1. Pasal 13 ayat 3: Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus bekerja sesuai dengan standar profesi,standar pelayanan Rumah Sakit, standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan keselamatan pasien.2. Pasal 32 huruf g: Setiap pasien mempunyai hak: memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;3. Pasal 32 huruf h: Setiap pasien mempunyai hak: meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit.4. Pasal 37 ayat 1: Setiap tindakan kedokteran yang dilakukan di Rumah Sakit harus mendapat persetujuan pasien atau keluarganya.5. Pasal 38 ayat 2: Rahasia kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dibuka untuk kepentingan kesehatan pasien, untuk pemenuhan permintaan aparat penegak hukum dalam rangka penegakan hukum, atas persetujuan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan.2. Menurut UU No.23 Tahun 1992 dan UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan1. Pasal 53 ayat 2 UU No.23/1992: Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk Mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien2. Pasal 53 ayat 3 UU No.23/1992: Tenaga kesehatan, untuk kepentingan pembuktian, dapat melakukan tindakan medis terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang bersangkutan.3. Pasal 55 ayat 1 UU No.23/1992 Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan.4. Pasal 58 ayat 1 UU No.36/2009: Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya5. Pasal 58 ayat 2 UU No.36/2009: Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat6. Pasal 83 ayat 1 UU No.36/2009: Setiap orang yang memberikan pelayanan kesehatan pada bencana harus ditujukan untuk penyelamatan nyawa, pencegahan kecacatan lebih lanjut, dan kepentingan terbaik bagi pasien7. Pasal 147 ayat 2 UU No.36/2009: Upaya penyembuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berwenang dan di tempat yang tepat dengan tetap menghormati hak asasi penderita.3. Menurut UU No.29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran1. Pasal 1ayat 1: Praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan2. Pasal 1 ayat 10: Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi3. Pasal 2 : Praktik kedokteran dilaksanakan berasaskan Pancasila dan didasarkan pada nilai ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, serta perlindungan dan keselamatan pasien.4. Pasal 39: Praktik kedokteran diselenggarakan berdasarkan pada kesepakatan antara dokter atau dokter gigi dengan pasien dalam upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan.5. Pasal 45 ayat 1: Setiap tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien harus mendapat persetujuan 6. Pasal 47 ayat 1: Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 merupakanmilik dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isirekam medis merupakan milik pasien7. Pasal 48 ayat 2: Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien,memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundangundangan8. Pasal 51 huruf b: Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban : merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan 9. Pasal 51 huruf c: Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai kewajiban : merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia10. Pasal 52: Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai hak:a. mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3);b. meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;c. mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;d. menolak tindakan medis; dane. mendapatkan isi rekam medis11. Pasal 53: Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai kewajiban :a. memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya b. mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi;c. mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dan d. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima4. Menurut UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen1. Pasal 1 ayat 2: Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.2. Pasal 3 huruf f: Perlindungan konsumen bertujuan: meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.3. Pasal 13 ayat 2: Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan atau mengiklankan obat, obattradisional, suplemen makanan, alat kesehatan, dan jasa pelayanan kesehatan dengan cara menjanjikan pemberian hadiah berupa barang dan/atau jasa lain.5. Kewajiban Perekam Medis dan hal-hal yg tidak seharusnya dilakukan perekam medis10 Kewajiban Pokok Rekam Medis Sesuai dengan Permenkes Nomor : 749a Tahun 1989, 10 Kewajiban Pokok Rekam Medis adalah sebagai berikut :1. Segala gejala/peristiwa harus dicatat secara akurat dan langsung2. Selain tindakan yang dilakukan teapi tidak ditulis, secara yuridis dianggap tidak dilakukan3. Rekam medis harus berisikan fakta dan penilaian klinis4. Setiap tindakan yang dilakukan harus dicatat dan diubuhi paraf5. Tulisan harus jelas dan dapat dibaca (juga oleh orang lain)6. Jangan menulis tulisan yang bersifat menuduh atau mengkritik teman sejawat7. Jika salah menulis, coretlah dengan 1 garis dan diparaf sehingga bagian yang dicoret masih dapat dibaca8. Jangan melakukan Penghapusan, Meutup dengan tip-ex atau mencoret-coret sehingga tidak bisa dibaca ulang9. Bila melakukan koreksi dikomputer, diberi space untuk perbaikan tanpa harus menghapus isi yang salah10. Jangan mengubah catatan rekam medis dengan cara apapun,karena bisa dikenai pasal penipuan.

Kewajiban Umum1. Di dalam melaksanakan tugas profesi, tiap Perekam Medis selalu bertindak demi kehormatan diri, profesi dan organisasi PORMIKI.2. Perekam Medis selalu menjalankan tugas berdasarkan standar profesi tertinggi.3. Perekam Medis lebih mengutamakan pelayanan daripada kepentingan pribadi dan selalu berusaha memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan yang bermutu.4. Perekam Medis wajib menyimpan dan menjaga data rekam medis serta informasi yang terkandung di dalamnya sesuai dengan ketentuan prosedur manajemen, ketetapan pimpinan institusi dan peraturan perundangan yang berlaku.5. Perekam Medis selalu menjunjung tinggi doktrin kerahasiaan dan hak atas informasi pasien yang terkait dengan identitas individu atau sosial.6. Perekam Medis wajib melaksanakan tugas yang dipercaya pimpinan kepadanya dengan penuh tanggungjawab, teliti dan akurat.Kewajiban Terhadap Profesi1. Perekam Medis wajib mencegah terjadinya tindakan yang menyimpang dari Kode Etik Profesi.2. Perekam Medis wajib meningkatkan mutu rekam medis dan informasi kesehatan.3. Perekam Medis wajib berpartisipasi aktif dan berupaya mengembangkan serta meningkatkan citra profesi.4. Perekam Medis wajib menghormati dan mentaati peraturan dan kebijakan organisasi profesi.

Kewajiban Terhadap Diri Sendiri1. Perekam Medis wajib menjaga kesehatan dirinya agar dapat bekerja dengan baik.2. Perekam Medis wajib meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan perkembangan IPTEK yang ada.

Perbuatan/ tindakan yang bertentangan dengan kode etik :1. Menerima ajakan kerjasama seseorang / orang untuk melakukan pekerjaan yang menyimpang dari standar profesi yang berlaku.2. Menyebarluaskan informasi yang terkandung dalam rekam medis yang dapat merusak citra Perekam Medis.3. Menerima imbalan jasa dalam bentuk apapun atas tindakan no.1 dan 2.