tugas makalah etika profesi seorang insinyur

18
TUGAS MAKALAH ETIKA PROFESI SEORANG INSINYUR DI SUSUN OLEH : Nama : Sandy Suryady NPM : 24409817 Kelas : SMTM01-8 FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS GUNADARMA

Upload: andit-ciber

Post on 25-Jul-2015

2.471 views

Category:

Documents


165 download

TRANSCRIPT

TUGAS MAKALAH

ETIKA PROFESI SEORANG INSINYUR

DI SUSUN OLEH :

Nama : Sandy Suryady

NPM : 24409817

Kelas : SMTM01-8

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

JURUSAN TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS GUNADARMA

2012

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sebuah

sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajarinilai atau kualitas

yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral.[rujukan?] Etika mencakup analisis dan

penerapan konsep seperti benar,salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Etika merupakan

suatu ilmu yang membahas perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami

oleh pikiran manusia.Dan etika profesi terdapat suatu kesadaran yang kuat untuk

mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada

masyarakat yang memerlukan.

Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata dalam bahasa Inggris "Profess", yang

dalam bahasa Yunani adalah "Επαγγελια", yang bermakna: "Janji untuk memenuhi

kewajiban melakukan suatu tugas khusus secara tetap/permanen".Profesi merupakan suatu

hal yang harus dibarengi dengan keahlian dan etika. Meskipun sudah ada aturan yang

mengatur tentang kode etik profesi, namun seperti kita lihat saat ini masih sangat banyak

terjadi pelanggaran-pelanggaran ataupun penyalah gunaan profesi. Untuk itu penulis akan

membahas pengertian dari kode etik profesi dan sanksi atas pelanggaran kode etik profesi.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan Masalah yang akan dibahas adalah :

Pengertian Etika, Profesi dan Kode etik profesi

Pentingnya etika profesi

Kode etik Insinyur Indonesia

1.3. Tujuan Makalah

Tujuan Mengetahui Etika Profesi dalam seorang Insinyur, yaitu:

Untuk mengetahui etika profesi

Untuk mengetahui kode etik profesi

Untuk mengetahui bagaimana pentingnya etika profesi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Etika

Etika merupakan suatu ilmu yang membahas perbuatan baik dan buruk manusia

sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia.Dan etika profesi terdapat suatu kesadaran

yang kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa

keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukan. Etika dibedakan menjadi : 

A. ETIKA UMUM

Berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis,

bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral

dasar yang menjdai pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai

baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di analogkan dengan ilmu

pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.

B. ETIKA KHUSUS

merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang

khusus. 

2.2. Profesi

Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang berkaitan

dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang

yang bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan keahlian saja yang diperoleh dari pendidikan

kejuruan, juga belum cukup disebut profesi. Tetapi perlu penguasaan teori sistematis yang

mendasari praktek pelaksanaan, dan hubungan antara teori dan penerapan dalam praktek.

Kita tidak hanya mengenal istilah profesi untuk bidangbidang pekerjaan seperti kedokteran,

guru, militer, pengacara, dan semacamnya, tetapi meluas sampai mencakup pula bidang

seperti manajer, wartawan, pelukis, penyanyi, artis, sekretaris dan sebagainya. Sejalan dengan

itu, menurut DE GEORGE, timbul kebingungan mengenai pengertian profesi itu sendiri,

sehubungan dengan istilah profesi dan profesional. Kebingungan ini timbul karena banyak

orang yang profesional tidak atau belum tentu termasuk dalam pengertian profesi.

2.3. Kode Etik Profesi

Kode yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata, tulisan atau benda

yang disepakati untuk maksudmaksud tertentu, misalnya untuk menjamin suatu berita,

keputusan atau suatu kesepakatan suatu organisasi. Kode juga dapat berarti kumpulan

peraturan yang sistematis

Kode Etik Dapat diartikan pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam

melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau tata cara

sebagai pedoman berperilaku.

Dalam kaitannya dengan profesi, bahwa kode etik merupakan tata cara atau aturan

yang menjadi standart kegiatan anggota suatu profesi. Suatu kode etik menggambarkan nilai-

nilai professional suatu profesi yang diterjemahkan kedalam standaart perilaku anggotanya.

Nilai professional paling utama adalah keinginan untuk memberikan pengabdian kepada

masyarakat.

Nilai professional dapat disebut juga dengan istilah asas etis.(Chung,

1981 )mengemukakan empat asas etis, yaitu :

1. Menghargai harkat dan martabat

2. Peduli dan bertanggung jawab 

3. Integritas dalam hubungan 

4. Tanggung jawab terhadap masyarakat.

Kode etik dijadikan standart aktvitas anggota profesi, kode etik tersebut sekaligus

sebagai pedoman (guidelines). Masyarakat pun menjadikan sebagai perdoman dengan tujuan

mengantisipasi terjadinya bias interaksi antara anggota profesi. Bias interaksi merupakan

monopoli profesi., yaitu memanfaatkan kekuasan dan hak-hak istimewa yang melindungi

kepentingan pribadi yang betentangan dengan masyarakat. Oteng/ Sutisna (1986: 364)

mendefisikan bahwa kode etik sebagai pedoman yang memaksa perilaku etis anggota profesi.

Konvensi nasional IPBI ke-1 mendefinisikan kode etik sebagai pola ketentuan, aturan, tata

cara yang menjadi pedoman dalam menjalankan aktifitas maupun tugas suatu profesi.

Bahsannya setiap orang harus menjalankan serta mejiwai akan Pola, Ketentuan, aturan karena

pada dasarnya suatu tindakan yang tidak menggunakan kode etik akan berhadapan dengan

sanksi.

2.4. Kode etik Insinyur Indonesia

Di Indonesia dalam hal kode etik telah diatur termasuk kode etik sebagai seorang

insinyur yang disebut kode etik insinyur Indonesia dalam “catur karsa sapta dharma insinyur

Indonesia. Dalam kode etik insinyur terdapat prinsip-prinsip dasar yaitu:

1. Mengutamakan keluhuran budi.

2. Menggunakan pengetahuan dan kemampuannya untuk kepentingan kesejahteraan

umat manusia.

3. Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat, sesuai dengan tugas

dan tanggung jawabnya.

4. Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian profesional

keinsinyuran.

Tuntutan sikap yang harus dijalankan oleh seorang insinyur yang menjunjung tinggi

kode etik seorang insinyur yang professional yaitu:

1. Insinyur Indonesia senantiasa mengutamakan keselamatan, kesehatan dan

kesejahteraan Masyarakat.

2. Insinyur Indonesia senantiasa bekerja sesuai dengan kempetensinya.

3. Insinyur Indinesia hanya menyatakan pendapat yang dapat dipertanggung jawabkan.

4. Insinyur Indonesia senantiasa menghindari terjadinya pertentangan kepentingan

dalam tanggung jawab tugasnya.

5. Insinyur Indonesia senantiasa membangun reputasi profesi berdasarkan kemampuan

masing-masing.

6. Insinyur Indonesia senantiasa memegang teguh kehormatan, integritas dan martabat

profesi.

7. Insinyur Indonesia senantiasa mengembangkan kemampuan profesionalnya.

Accreditation Board for Engineering and Technology (ABET) sendiri secara spesifik

memberikan persyaratan akreditasi yang menyatakan bahwa setiap mahasiswa teknik

(engineering) harus mengerti karakteristik etika profesi keinsinyuran dan penerapannya.

Dengan persyaratan ini, ABET menghendaki setiap mahasiswa teknik harus betul-betul

memahami etika profesi, kode etik profesi dan permasalahan yang timbul diseputar profesi

yang akan mereka tekuni nantinya; sebelum mereka nantinya terlanjur melakukan kesalahan

ataupun melanggar etika profesi-nya. Langkah ini akan menempatkan etika profesi sebagai

“preventive ethics” yang akan menghindarkan segala macam tindakan yang memiliki resiko

dan konsekuensi yang serius dari penerapan keahlian profesional. 

BAB III

Pentingnya Seorang Insinyur

3.1. Seorang Insinyur

Insinyur adalah orang yang bekerja dalam bidang teknik, dengan kata lain orang-

orang yang menggunakan pengetahuan ilmiah untuk menyelesaikan masalah praktis

menggunakan teknologi.

Di Indonesia, dahulu istilah ini digunakan sebagai gelar seorang sarjana keteknikan

(tidak tertutup pada bidang pertanian, dll). Namun setelah muncul gelar ST (Sarjana Teknik),

istilah ini digunakan untuk sarjana keteknikan yang, singkatnya, telah tergabung dalam PII

(Persatuan Insinyur Indonesia).

Sebagai insinyur untuk membantu pelaksana sebagai seseorang yang professional

dibidang keteknikan supaya tidak dapat merusak etika profesi diperlukan sarana untuk

mengatur profesi sebagai seorang professional dibidangnya berupa kode etik profesi. Ada tiga

hal pokok yang merupakan fungsi dari kode etik profesi tersebut. 

1. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip

profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan kode etik profesi,

pelaksana profesi mampu mengetahui suatu hal yang boleh dia lakukan dan yang

tidak boleh dilakukan .

2. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang

bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat memberikan suatu pengetahuan

kepada masyarakat agar juga dapat memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga

memungkinkan pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan keja (kalanggan

social).

3. Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak diluar organisasi profesi tentang

hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para

pelaksana profesi pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh

mencampuri pelaksanaan profesi di lain instansi atau perusahaan.

3.2. Perkembangan Insinyur di indonesia

Angka pertumbuhan yang muncul sampai melenakan kita karena pertumbuhan dari

peningkatan volume produksi industri kita sebenarnya tidak setinggi itu. Pertumbuhan atas

harga dasar berlaku selama tahun 2005 – 2008 menunjukan peningkatan sebesar 78%.

Sedangkan bila dihitung dengan angka konstan tahun 2000 maka pertumbuhannya adalah

sebesar 19% seperti gambar yang terpampang.

Hal ini dapat menyebabkan melemahnya dayasaing Indonesia karena pada saat yang

sama gejala deindustrialisasi juga masih berlangsung. Bagi seorang Insinyur, jika daya saing

menurun dan de-indutstrialisasi terjadi maka hal demikian merupakan gejala yang sangat

mengkhawatirkan bagi pembangunan suatu bangsa.

Tanpa bermaksud mengecilkan apa yang telah dicapai pemerintah, menjadi tugas

kitalah, para SDM yang berkecimpung di bidang teknologi, untuk lebih meningkatkan

pertumbuhan yang berbasis angka konstan tersebut.

Untuk itu kami di PII menyikapi MP3EI dengan perlunya mengamankan proses dan kesiapan

pendukungnya, sebagaimana lima pokok berikut:

1. Strategi Pembangunan:

Peningkatan daya saing dan pengembangan industri di suatu Negara selalu dimulai

dari hasil rekayasa teknik yang menentukan jenis dan struktur indutri yang akan

dikembangkan. Setelah itu, dicarikan model pembiayaan melalui financial engineering.

Selanjutnya dilakukan perumusan hukum dan kebijakan untuk memberikan perlindungan

dengan policy engineering.

Untuk mempercepat proses peningkatan daya saing dirancang suatu keputusan politik

dengan istilah political engineering.

Hal yang perlu diwaspadai adalah jika proses tersebut berlangsung terbalik dan

dimulai rekayasa politik. Dan gejala proses terbalik tersebut mulai terlihat sejak reformasi

tahun 1998. MP3EI menurut hemat kami telah diawali dengan benar dengan mulai dari

rekayasa teknik. Semoga perjalanannya sesuai dengan yang kami usulkan.

2. Menyempurnakan Indikator Pembangunan

Peningkatan daya saing suatu bangsa membutuhkan adanya indikator yang dapat

digunakan untk mengukur kemajuan industrialisasi yang terjadi. Sebagaimana diketahui

bahwa saat ini terdapat 2 (dua) kelompok indikator pembangunan yang sering digunakan,

yaitu; pertama. Indkator makro seperti GDP, inflasi, nilai tukar dll; dan kedua, indikator

pemerataan dan kesejahteraan seperti HDI.

3. Memantapkan Kebijakan Jangka Panjang Pembangunan Infrastruktur, Energi

dan Pangan

Daya saing suatu bangsa sangat ditentukan oleh kemampuan menyediakan

infrastruktur dan energi yang handal serta kemampuan membangun ketahan pangan. Dari

penyediaan infrastruktur, PII memandang bahwa konsep MP3EI dapat dijadikan model

penyediaan infrastruktur untuk meningkatkan daya saing. PII juga memandang bahwa konsep

tersebut sudah mengunakan pendekatan yang mendahulukan rekayasa teknik. Dibutuhkan

kemampuan untuk merancang model pembiayaan, model kebijakan dan hukum, serta

dukungan politik untuk mewujudkan konsep tersebut.

4. Meningkatkan jumlah dan kualitas SDM Iptek dan percepatan penguasaan

teknologi

Kita memiliki berbagai keunggulan bahan tambang dan komoditi pertanian yang

diekspor dengan nilai tambah minim dan perlu lebih banyak SDM Teknik. Bila tidak, seluruh

nilai tambah akan terus dinikmati negara lain.

Percepatan penguasaan teknologi dan peningkatan kualitas SDM, khususnya SDM

pada bidang teknik menjadi syarat mutlak untuk peningkatan daya saing dan percepatan

proses industrialisasi. Penguasaan teknologi dan peningkatan kualitas SDM hendaknya

difokuskan pada jenis industri yang akan dikembangkan.

Sebagaimana kebijakan pemerintah untuk melarang ekspor bahan mentah tambang

mulai tahun 2015 dan kebijakan pemenuhan kebutuhan alutsista dari produksi dalam negeri

dapat dijadikan model untuk penguasaan teknologi dan penyiapan SDM.

Kita kini berhadapan dengan dunia yang berubah. Sementara di Amerika terjadi

penurunan jumlah sarjana teknik baru maka negara lain menaikkan jumlah sarjana tekniknya

untuk percepatan pertumbuhan yang bertumpu pada kekuatan industrinya.

Tahun 2010 jumlah Sarjana Teknik kita adalah sebanyak 603.000 atau setara dengan

2.671 ST per sejuta penduduk. Angka ini sangat rendah dibanding kecenderungan penyiapan

sarjana teknik oleh negara-negara lain. Negara-negara BRIC (Brazil, Rusia, India dan China)

dikenal memiliki pertumbuhan yang pesat dalam 10 tahun terakhir memiliki jumlah sarjana

teknik yang tinggi. Malaysia yang memiliki 3.333 ST per sejuta penduduk tengah berikhtiar

untuk mencapai 10.000 ST per sejuta penduduknya.

Indonesia tahun 2010 memiliki tambahan lulusan Sarjana Teknik sebanyak 37.000 per

tahun atau setara dengan 164 ST baru per sejuta penduduk.

PII mengusulkan agar paling tidak kita dapat menghasilkan sekitar 600 ST baru per

sejuta penduduk dalam waktu 15 tahun. Untuk memenuhi kebutuhan tambahan ST baru

pencapaiannya dilakukan bertahap seperti yang tergambar berikut:

BAB IV

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Kode etik bisa dilihat sebagai produk dari etika terapan, sebab dihasilkan berkat

penerapan pemikiran etis atas suatu wilayah tertentu, yaitu profesi. Tetapi setelah kode etik

ada, pemikiran etis tidak berhenti. Kode etik tidak menggantikan pemikiran etis, tapi

sebaliknya selalu didampingi refleksi etis.

Supaya kode etik dapat berfungsi dengan semestinya, salah satu syarat mutlak adalah

bahwa kode etik itu dibuat oleh profesi sendiri. Kode etik tidak akan efektif kalau di drop

begitu saja dari atas yaitu instansi pemerintah atau instansi-instansi lain; karena tidak akan

dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalam kalangan profesi itu sendiri. Instansi

dari luar bisa menganjurkan membuat kode etik dan barang kali dapat juga membantu dalam

merumuskan, tetapi pembuatan kode etik itu sendiri harus dilakukan oleh profesi yang

bersangkutan. Supaya dapat berfungsi dengan baik, kode etik itu sendiri harus menjadi hasil

SELF REGULATION (pengaturan diri) dari profesi.

Sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana

dalam diri para elit profesional tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi

pada saat mereka inginmemberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang

memerlukannya. Tanpa etika profesi, apa yang semual dikenal sebagai sebuah profesi yang

terhormat akan segera jatuh terdegradasi menjadi sebuah pekerjaan pencarian nafkah biasa

(okupasi) yang tidak diwarnai dengan nilai-nilai idealisme dan ujung-ujungnya akan berakhir

dengan tidak-adanya lagi respek maupun kepercayaan yang pantas diberikan kepada para

elite profesional ini.

5.2. Saran

Semua lembaga-lembaga profesi tersebut harus memiliki tujuan yang satu yaitu

mengutamakan profesionalitias dalam bekerja yang dilihat dari kepatuhan menjadikan kode

etik profesi sebagai pedoman. Etika profesi Insinyur diatur oleh suatu badan atau organisasi

yang bertanggung jawab di lingkup Insinyur seperti PII (Persatuan Insinyur Indonesia) lebih

agresif dalam melaksanakan tugasnya agar lebih maju negara Indonesia ini.

Referensi

1. http://andristya.wordpress.com/2009/05/10/pentingnya-kode-etik-pro/

2. http://tya-tyatia17.blogspot.com/2011/10/makalah-etika-profesi.html

3. http://niezmatul.wordpress.com/2011/10/17/etika-profesi-akuntansi/

4. http://pii.or.id/i/profil-pii/kode-etik

5. http://ristek.go.id/file/upload/Referensi/MateriSeminarHakteknas2011/Hari%20II/

Kamis%20Siang/KETUM%20PII%201108%20Serpong-rev%201.pdf