tugas ergo beban kerja statis dan dinamis
TRANSCRIPT
Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya karyawan bagian
kasir mengalami keluhan nyeri pungung sebanyak 12 orang (70,6%),
gangguan pada leher sebanyak 14 orang (70,0%), nyeri bahu sebanyak 10
orang (50%), nyeri siku 2 orang (10,0%), dan tidak ada bengkak pada
tangan.
Pada tenaga kasir, umumnya adalah perempuan (90,0%) hal ini
diseabkan dalam ketelitian menghitung uang biasanya lebih teliti
perempuan dibanding laki-laki, sedangkan dari umur umumnya antara 21-
25 tahun.
Adanya keluhan nyeri pungung pada kasir disebabkan posisi saat
bekerja yang mengharuskan berdiri sehingga otot-otot akan mengalami
kelelahan. Ada juga kasir yang melayani pembeli dengan duduk, namun
posisi ini juga akan menyebabkan keluhan nyeri punggung maupun leher
karena sikapnya akan monoton.
Keluhan low back pain paling sering mereka rasakan setelah
bekerja sekitar 2 – 3 jam, ada juga yang merasakan ketika melayani.
PEKERJA PEMECAH BATU
Musculoskeletal Disorders (MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal
terjadi apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang
lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen
dan tendon. Pekerja pemecah batu split merupakan aktivitas menghancurkan batu
secara manual yang dilakukan oleh para pekerja. Gerakan tangan berulang-ulang
dengan tenaga maksimum, frekuensi yang cukup tinggi (terus-menerus), lama
kerja yang melebihi waktu normal kerja dan postur kerja yang tidak ergonomis
dapat menimbulkan risiko gangguan pada kesehatan khususnya keluhan pada
muskuloskeletal tubuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
karakteristik individu (jenis kelamin, umur, masa kerja, kebiasaan merokok)
terhadap gangguan musculoskeletal pada pekerja pemecah batu split di Desa
Puasana Kecamatan Moramo Utara Kabupaten Konawe Selatan Tahun 2013.
Penelitian dilakukan pada bulan Maret – April 2013. Jenis penelitian ini
menggunakan survei analitik dengan rancangan Cross Sectional Study. Sampel
pada penelitian ini yaitu masyarakat yang pemecah batu split yang beresiko
terkena Gangguan Musculoskeletal dengan teknik pengambilan sampel non
random sampling (Non probability) dengan menggunakan metode accidental yaitu
dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau
tersedia sebanyak 30 pekerja pemecah batu split. Instrumen penelitian yang
digunakan adalah kuesioner data responden dan kuesioner Nordic Body Map
(NBM). Berdasarkan uji statistik dapat disimpulkan bahwa ada hubungan ada
hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan gangguan
Musculoskeletal.
Kerja Otot Statis dan Dinamis
Kerja otot statis adalah kerja otot yang tidak bergerak atau dengan kata lain
otot hanya diam. Biasanya kerja otot statis akan lebih cepat mengalami kelelahan
dibandingkan dengan kerja otot dinamis. Walaupun demikian kerja otot stasis
tidak bisa di hilangkan dalam melakukan suatu pekerjaan. Sesuatu hal yang tidak
mungkin dalam melakukan pekerjaan semua bagian tubuh operator mengalami
kerja otot statis. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu di adakan penelitian
tentang perbandingan berapa lama waktu kerja otot statis dilakukan dibandingkan
dengan kerja otot dinamis. Sebagai contoh seorang satpam yang harus menjaga
pintu selama beberapa jam tanpa bisa duduk. Tentu otot kakinya akan merasa
kelelahan dengan kerja otot statis seperti itu. Untuk mengatasinya perlu dibuat
jadwal dimana satpam tersebut bisa berkeliling sehingga otot kakinya yang
tadinya statis bisa kembali rileks. Dan untuk kerja otot dinamis, perlu dilakukan
juga penelitian terhadap otot yang terus bergerak tanpa henti.
Efek Kerja Otot Statis dan Dinamis
Efek kerja otot statis adalah otot yang digunakan dalam keadaan diam
sehingga akan terjadi penumpukan asam laktat lebih cepat dibandingkan dengan
kerja otot dinamis, sehingga pekerja akan lebih cepat mengalami kelelahan.
Ketika pekerja cepat merasa lelah meka pekerjaan atau produktivitasnya akan
mengalami penurunan. Sebagai contoh seorang tukang cat yang sedang
melakukan pekerjaanya pada saat berdiri, akan mengalami kelelahan pada kedua
otot kakinya.
Efek kerja otot dinamis sebenarnya sangat baik karena tidak menyebabkan
kelelehan pada saat bekerja. Tidak seperti kerja otot statis yang menyebabkan
kelelahan pada pekerja saat bekerja, kerja otot dinamis sangat dianjurkan dalam
melakukan setiap gerakan dan postur kerja. Karena pada saat bekerja, otot si
pekerja akan mengalami relaksasi, sehingga menyebabkan si pekerja tidak cepat
merasakan kelelahan pada saat bekerja dan produktivitasnya tidak akan
mengalami penurunan.
Musculoskeletal
Musculoskeletal adalah risiko kerja mengenai gangguan otot yng
disebabkan oleh kesalahan postur kerja dalam melakukan suatu aktivitas kerja.
Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang
dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit.
Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama,
akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan
tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan
keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem
muskuloskeletal.
Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot
menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang
apabila pembebanan dihentikan.
2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap.
Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot
masih terus berlanjut.
Studi tentang MSDs pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan dan
hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot
rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung,
pinggang dan otot-otot bagian bawah. Diantara keluhan otot skeletal tersebut,
yang banyak dialami oleh pekerja adalah otot bagian pinggang (Low Back Pain =
LBP). Laporan dari The Bureau of Labour Statistics (LBS) Departemen Tenaga
Kerja Amerika Serikat yang dipublikasikan pada tahun 1982 menunjukkan bahwa
hampir 20% biaya kompensasi yang dikeluarkan sehubungan dengan adanya
keluhan/sakit pinggang. Besarnya biaya kompensasi yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan secara pasti belum diketahui. Namun demikian, hasil estimasi yang
dipublikasikan oleh NIOSH menunjukkan bahwa biaya kompensasi untuk keluhan
otot skeletal sudah mencapai 13 milyar US dolar setiap tahun. Biaya tersebut
merupakan yang terbesar bila dibandingkan dengan biaya kompensasi untuk
keluhan/sakit akibat kerja lainnya. Sementara itu National Safety Council
melaporkan bahwa sakit akibat kerja yang frekuensi kejadiannya paling tinggi
adalah sakit punggung, yaitu 22% dari 1.700.000 kasus.
Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang
berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi
pembebanan yang panjang. Sebaliknya, keluhan otot kemungkinan tidak terjadi
apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15-20% dari kekuatan otot
maksimum. Namun apabila kontraksi otot melebihi 20%, maka peredaran darah
ke otot berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya
tenaga yang diperlukan. Suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme
karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang
menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot.
Peter Vi (2000) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal, diantaranya yaitu:
1. Peregangan otot yang berlebihan (over exertion), pada umunya sering
dikeluhkan oleh pekerja dimana aktifitas kerjanya menuntut pengerahan
tenaga yang besar seperti aktifitas mengangkat, mendorong, menarik dan
menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena
pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot.
Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi risiko
terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot
skeletal.
2. Aktifitas berulang, yaitu pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus seperti
pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat-angkut dan sebagainya.
Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara
terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.
3. Sikap kerja tidak alamiah, yaitu sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-
bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamih, misalnya pergerakan tangan
terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat, dan sebagainya.
Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin
tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah
ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun
kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.
4. Faktor penyebab sekunder, yaitu:
a. Tekanan, terjadi langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai contoh,
pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang
lunak akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat, dan apabila hal
ini sering terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap.
b. Getaran, dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot
bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar,
penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot.
c. Mikroklimat, paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan
kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak
yang disertai dengan menurunnya kekutan otot. Demikian juga dengan
paparan udara yang panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang
terlampau besar menyebabkan sebagian energi yang ada dalam tubuh akan
termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut.
Apabila hal ini tidak diimbangi dengan pasokan energi yang cukup, maka
akan terjadi kekurangan suplai energi ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran
darah kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme
karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat
menimbulkan rasa nyeri otot.
5. Penyebab kombinasi, yaitu:
a. Umur, keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu 25-65
tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada umur 35 tahun dan tingkat
keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini
terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai
menurun sehingga resiko terjadinya keluhan otot meningkat.
b. Jenis kelamin, secara fisiologis kemampuan otot wanita memang lebih
rendah dari pada pria. Kekuatan otot wanita hanya sekitar dua pertiga dari
kekuatan otot pria. Khususnya untuk otot lengan, punggung dan kaki.
c. Kebiasaan merokok yang lama dan tingginya frekuensi merokok
menyebabkan tingginya keluhan otot yang dirasakan. Hubungan yang
signifikan antara kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang,
khususnya untuk pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot.
d. Kesegaran jasmani. Bagi yang dalam kesehariannya melakukan pekerjaan
yang memerlukan pengerahan tenaga yang besar, di sisi lain tidak
mempunyai waktu yang cukup untuk istirahat, hampir dapat dipastikan
akan terjadinya keluhan otot. Tingkat kesegaran tubuh yang rendah akan
mempertinggi risiko terjadinya keluhan otot. Keluhan otot akan meningkat
sejalan dengan bertambahnya aktifitas fisik.
e. Kekuatan fisik. Adanya peningkatan keluhan punggung yang tajam pada
pekerja yang melakukan tugas yang menuntut kekuatan melebihi batas
kekuatan otot pekerja. Namun untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak
memerlukan pengerahan tenaga, maka faktor kekuatan fisik kurang relevan
terhadap resiko keluhan otot skeletal.
f. Ukuran tubuh (antropometri). Vessy et al menyatakan bahwa wanita yang
gemuk mempunyai risiko terjadinya keluhan (pada bagian otot kaki) dua
kali lipat dibandingkan wanita kurus. Apabila dicermati, keluhan otot
skeletal yang terkait dengan ukuran tubuh lebih disebabkan oleh kondisi
keseimbangan struktur rangka di dalam menerima beban.
Ada beberapa cara yang telah diperkenalkan dalam melakukan evaluasi
ergonomi untuk mengetahui hubungan antara tekanan fisik dengan risiko keluhan
otot skeletal. Pengukuran terhadap tekanan fisik ini cukup sulit karena melibatkan
berbagai faktor subjektif seperti kinerja, motivasi, harapan dan toleransi
kelelahan. Alat ergonomik yang dapat digunakan yaitu Checklist, Model
Biomekanik, Tabel Psikofisik, Model Fisik, pengukuran dengan Videotape,
Pengamatan melalui Monitor, Metode Analitik, Nordic Body Map (NBM).
Berdasarkan rekomendasi dari Occupational Safety and Health
Administration (OSHA), tindakan ergonomik untuk mencegah adanya sumber
penyakit adalah melalui dua cara, yaitu:
1. Rekayasa Teknik
a. Eliminasi, yaitu dengan menghilangkan sumber bahaya yang ada.
b. Substitusi, yaitu mengganti alat lama dengan alat baru yang aman,
menyempurnakan proses produksi dan menyempurnakan prosedur
penggunaan peralatan.
c. Partisi, yaitu melakukan pemisahan antara sumber bahaya dengan pekerja.
d. Ventilasi, yaitu dengan menambah ventilasi untuk mengurangi risiko sakit.
2. Rekayasa Manajemen
a. Pendidikan dan pelatihan.
b. Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang.
c. Pengawasan yang intensif.
Program Pengendalian Kelelahan pada Pekerja
Program pengendalian kelelahan pada pekerja adalah suatu program yang
dibuat berdasarkan analisa terhadap kelelahan pada pekerja yang mana bertujuan
untuk membuat suatu program kerja yang baru yang lebih baik agar tingkat
kelelahan yang dialami pekerja lebih kecil.
Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi kelelahan pada pekerja
antara lain adalah:
1. Melakukan perbaikan terhadap postur kerja operator yang salah atau kurang
ergonomis.
2. Melakukan perbaikan pada stasiun kerja si operator, seperti jarak, dan letak
bahan-bahan yang akan di pergunakan operator.
DESAIN ERGONOMI UNTUK PERUSAHAAN MEUBEL “UD
MAHAJATI”
Gawanan Timur RT 01/07 Colomadu
a. Keluhan kelelahan
Keluhan kelelahan yang dirasakan oleh para pekerja di Perusahaan Meubel
“UD Mahajati” antara lain :
1) Pekerja merasakan berat dikepala dan merasakan lelah diseluruh badan.
Yang terjadi oleh karena aktivitas kerja fisik yang berlebihan. Hal ini
dapat ditanggulangi dengan cara menyeimbangkan antara waktu bekerja
dan istirahat. Hal ini dapat ditanggulangi dengan cara mnyeimbangkan
antara lamanya waktu bekerja dengan wkatu beristirahat. Yaitu melalui
perbandingan rasio 3 : 1. apabila pekerja diharuskan bekerja statis selama
3 jam penuh, maka pekerja harus diberikan istirahat selama setengah
sampai satu jam untuk mengulur otot-otot yang berkontraksi penuh selama
waktu kerja tersebut. Hal ini diperkirakan dapat mengurangi kelelahan
yang dirasakan oleh pekerja.
2) Pikiran kacau dan merasa mengantuk. Pikiran yang kacau dan perasaan
mengantuk diakibatkan oleh aktivitas kerja mental yang berlebihan.
Pikiran yang kacau merupakan perwujudan dari kebosanan pekerja dengan
aktivitas monoton yang harus dilakukan setiap harinya. Akhir dari
kebosanan ini tentulah mengantuk yang mengakibatkan produktivitas dan
kewaspadaan kerja menurun. Dimana hal ini justru akan meningkatkan
resiko PAK ataupun KAK. Untuk menanggulangi hal ini, maka sebaiknya
diberikan sebuah alat pemacu semangat para pekerja berupa stimulasi
auditory seperti radio. Mengapa tidak televisi? Karena televisi akan
membuat pekerja lalai dan tidak konsentrasi pada pekerjaannya.
3) Pekerja mengeluh pegal-pegal pada punggung karena sering membungkuk
statis dalam waktu yang lama. Hal ini dikarenakan stasiun kerja pada
Perusahaan Meubel “UD Mahajati” tidak ergonomis. Dimana sebagian
besar pekerjaan harus dilakukan di bawah. Namun hal ini sudah tidak
dapat ditangguhkan lagi dikarenakan pekerjaan mebel memang sebagian
besar di bawah. Jadi penyelesaian dapat berupa Senam Ergonomi yang
dapat dilakukan 5 menit sebelum dan saat bekerja.
4) Lingkungan kerja ekstrim. Yaitu berupa alat kerja yang berbahaya
terhampar begitu saja dilantai yang banyak dilalui para pekerja. Bahkan
sebagian besar banyak yang agak “tersembunyi” dibawah serpihan serutan
kayu dan sekam. Hal ini dapat membahayakan pekerja karena bisa saja
terinjak dan mengakibatkan KAK. Selain itu, di perusahaan meubel
tersebut polusi debu sangat tinggi yang sangat berpotensi untuk
mengganggu pernafasan. Situasi lingkungan yang minim penerangan dan
sedikit sekali cahaya matahari yang dapat masuk serta panas membuat
produktifitas pekerja menurun. Konsep ergonomis untuk mengatasi hal ini
yaitu dengan membuat rak perkakas dalam bentuk 16 kotak untuk
menaruh alat-alat bekerja. Selain itu, untuk menghindarkan pekerja dari
PAK akibat debu kayu dan serpihan yang berterbangan
5) Psikologis. Perasaan tertekan dan kejenuhan menghadapi rutinitas yang
monotomi membuat pekerja kehilangan motivasi kerjanya. Selain itu
tekanan-tekanan berupa kesenioritasan di lapangan kerja juga turut
mengambil andil pada proses stressor pekerja. Hal ini sekiranya dapat
ditanggulangi dengan adanya bimbingan konseling untuk para pekerja
sehingga diharapakan dapat meningkatkan produktifitas.
6) Kebutuhan kalori yang kurang sehingga pekerja merasa gampang lelah dan
usaha yang dilakukan tidak maksimal. Banyak para pekerja yang pada saat
istirahat bukan dipergunakan untuk makan maupun minum. Namun
sebagian besar malah memilih untuk mengobrol sambil merokok. Hal ini
dapat membuat pekerja kekurangan kalori untuk tenaga selain itu bila
tidak mengkonsumsi karbohidrat saat bekerja dapat mengakibatkan otak
kekurangan glukosa dimana hal ini dapat membuat vasodilatasi otak yang
mengakibatka penderita menjadi pusing. Maka daripada itu, untuk asupan
nutrisi para pekerja harus benar-benar diperhatikan jam makannya agar
tidak meningkatkan resiko PAK.
b. Keluhan Muskuloskeletal
Pada pekerja UD Maha Jati beberapa pekerja contohnya Pak X
mengeluhkan adanya keluhan Muskulokeletal. Keluhan ini timbul akibat beberapa
factor yang ada di UD Maha Jati
1. Peregangan Otot Yang Berlebihan
Pak X pekerjaannya(tugasnya) di UD Maha Jati ini adalah sebagai tukang
menghaluskan dan memotong kayu. Pada saat menghaluskan kayu ada
aktivitas mendorong dan menarik. Hal ini akan menimbulkan pengerahan
tenaga yang melampaui kekuatan optimum otot. Peregangan otot yang
berlebihan yang dialami oleh bapak X adalah peregangan otot otot
punggung utamanya.
2. Aktivitas Berulang
karena aktivitas ini dilakukan hampir setiap hari dengan hari libur kerjanya
adalah hari minggu maka otot otot punggung dan tangan menerima
tekanan akaibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh waktu
relaksasi yang cukup
3. Sikap Kerja Yang Tidak Alamiah
posisi saat memotong kayu dan menghaluskan atau menyerut kayu adalah
seperti gambar berikut
posisi tubuh bapak X menjauh dari pusat gravitasi tubuh hal ini yang
disebabkan adanya ketidak sesuaian antara dimensi alat dan station kerja
dengan ukuran tubuh pekerjanya.
4. Mikro Klimat
karena atap UD Maha Jati adalah seng maka udara didalamnya panas.
Paparan udara panas akan manyebabkan sebagian energi diamfaatkan oleh
tubuh untuk beradabtasi dengan lingkungan tersebut. Apabila tidak
diimbangi dengan pasokan energi yang cukup maka akan terjadi
kekurangan suplai energi ke otot. Sebagai akaibatnya karbohidrat
terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan
rasa nyeri otot ( Suma’mur, 1982 Brandjean, 1993 ) akibatnya peredaran
darah kurang lancar suplai kedua otot proses metabolisme.
Analisa keluhan muskulokeletal ini diukur dan dikenali dengan
pengukuran dengan video tape atau dengan video kamera, kami merekam
pekerjaan Bapak X dan memotretnya hasilnya digunakan sebagai ukuran
atau dasar untuk analisis sumber terjadinya keluhan muskulokeletal pada
otot.