tugas ekonomi

Upload: siti-pradyta-kasim

Post on 10-Jan-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ekonomi

TRANSCRIPT

Tugas ekonomi

Nama : Siti Nadila AfistaKelas: VII B

TAHUN AJARAN 2013/2014SMP LTI IGM PALEMBANG

INTERNET: PENGARUH LIMBAH INDUSTRIPeningkatan taraf hidup bangsa Indonesia harus terus diusahakan melalui pertumbuhan ekonomi yang pesat dengan cara memajukan pembangunan. Salah satu unsur penting dalam pembangunan tersebut adalah pembangunan di bidang industri. Namun dalam kegiatan industri akan diikuti dengan dampak negatif limbah industri terhadap lingkungan hidup manusia. Limbah industri yang toksik akan memperburuk kondisi lingkungan, meningkatkan penyakit pada manusia, dan kerusakan pada komponen lingkungan lainnya.Limbah cair industri paling sering menimbulkan masalah lingkungan seperti kematian ikan, keracunan pada manusia dan ternak, kematian plankton, akumulasi dalam daging ikan dan molusca, terutama bila limbah cair tersebut mengandung racun seperti: As, CN, Cr, Cd, Cu, F, Hg, Pb, atau Zn. Akumulasi racun dalam tubuh pada konsentrasi yang tidak dapat ditoleransi bisa melumpuhkan organ bahkan mematikan fungsi kerja otak.Oleh karena itu, pemerintah harus mengawasi kegiatan industri dan pembuangan limbahnya. Pelaku industri harus melakukan cara-cara pencegahan pencemaran lingkungan dengan melaksanakan teknologi bersih, memasang alat pencegahan pencemaran, melakukan proses daur ulang dan yang terpenting harus melakukan pengolahan limbah industri guna menghilangkan bahan pencemaran atau paling tidak meminimalkan bahan pencemaran hingga batas yang diperbolehkan. Di samping itu perlu dilakukan penelitian atau kajian-kajian lebih banyak lagi mengenai dampak limbah industri yang spesifik (sesuai jenis industrinya) terhadap lingkungan serta mencari metode atau teknologi tepat guna untuk pencegahan masalahnya.Selain pemerintah dan pelaku industri, masyarakat juga harus jeli menanggapi masalah lingkungan yang disebabkan oleh sisa kegiatan industri.Masyarakat tidak bisa menyerahkan sepenuhnya masalah ini kepada pemerintah dan pelaku industri.Hal ini mutlak perlu, terutama bagi masyarakat yang bertempat tinggal disekitar areal industri.Dampak dari buangan kegiatan industri sangatlah kompleks. Pada dasarnya limbah industri akan mencemari lingkungan udara, air, dan tanah. Udara yang kotor dan tercemar akan merusak penciuman dan paru-paru. Pencemaran air akan merusak biota air dan pastinya akan mengganggu keberadaan dan ketersediaan sumber air bersih. Pencemaran tanah, selain mengganggu kesuburan tanah itu sendiri dan apapun yang hidup dan tumbuh di atasnya pada akhirnya juga akan mengganggu dan mencemari air tanah.Masyarakat Indonesia masih banyak yang menggunakan air tanah sebagai sumber air bersih.Hal yang perlu diwaspadai adalah masuknya cemaran industri ke dalam air yang Kita konsumsi. Namun kekhawatiran ini sudah terjawab dengan hadirnya HYDRO water filter, penjernih air yang mampu mengatasi berbagai masalah air Anda. Mulai dari air keruh, berbau, berwarna, berkerak dan berlumut, mengandung besi dan mangan, atau mengandung kuman dan bakteri.HYDRO menggunakan media PROFEX dengan permukaan yang lebih halus sehingga mampu menyerap kotoran lebih banyak dan media lebih tahan lama.SUMBER http://filteruntuksemua.blogspot.com/http://www.jwaterfilter.com/2012/10/pengaruh-limbah-industri-terhadap_9419.htmlKORAN :KERUSAKAN LINGKUNGANKala Alam Tidak Lagi BerpihakSenin, 24 Desember 2012 | 02:56 WIB

Hari Jumat (7/12), banjir setinggi 2 meter sudah mengurung Kelurahan Baleendah, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Sebanyak 622 warga tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari mereka karena harus mengungsi di aula kelurahan serta sejumlah masjid dan sekolah di kawasan tersebut.Sebelumnya, mereka sudah mengungsi ke sini (kantor Kelurahan Beleendah) selama seminggu, dari 18 November 2012. Saat air surut, mereka sudah pulang, tetapi tiba-tiba banjir lagi dan mereka mengungsi kembali ke sini, ujar Lurah Baleendah Heru Kiatno.Letak kantor kelurahan ini memang lebih tinggi dari permukaan Sungai Citarum sehingga kerap menjadi tempat pengungsian warga. Sering kali ketinggian banjir mencapai 3 meter, kata Sumarman, warga Kampung Cieunteung, Baleendah. Penderitaan warga makin menjadi karena air Citarum mengandung limbah beracun akibat pembuangan ratusan pabrik di kawasan tersebut.Itulah ritual penderitaan warga di pinggir Sungai Citarum, Jawa Barat, setiap musim hujan. Malah kali ini musim hujan belum genap sepekan, pada awal November lalu sederetan bencana alam banjir dan longsor sudah menyergap sejumlah kawasan di Jawa Barat. Dalam sehari, yakni Minggu (18/11), terjadi longsor di belasan titik, salah satu di antaranya di Ciwidey, Bandung selatan.Selain dua warga tewas, longsoran tanah juga memutus jalan ke kawasan wisata Ciwidey di Kabupaten Bandung. Bersamaan dengan itu, banjir terjadi di wilayah genangan abadi daerah aliran Sungai Citarum, yakni Kecamatan Baleendah, Dayeuhkolot, Bojongsoang, Majalaya, ataupun Rancaekek.Jawa Barat memiliki 40 daerah aliran sungai, tetapi saat ini hampir 75 persen di antaranya telah rusak dan menuju kondisi kritis, ungkap Ketua Umum Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda Mubiar Purwasasmita. Menurut Guru Besar Ilmu Lingkungan Institut Teknologi Bandung ini, selain akibat alih fungsi lahan, kerusakan daerah penangkap air juga dipicu maraknya penambangan.Ia mencontohkan, eksploitasi pasir di Gunung Tampomas, Kabupaten Sumedang, yang tidak terkendali menyebabkan puluhan urat-urat air hancur. Ribuan hektar lahan di kawasan Gunung Wayang, hulu Sungai Citarum, yang seharusnya ditanami tanaman keras, kini dijadikan lahan pertanian sayuran. Budidaya tanaman semusim ini sangat berperan aktif pada pendangkalan Sungai Citarum.

Darurat bencanaKepala Badan Penanggungan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat Udjwalaprana Sigit mengakui, beberapa wilayah memang rawan bencana banjir, terutama Kabupaten/Kota Bandung, Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten/Kota Cirebon, Bogor, Garut, Depok, dan Kota Cimahi.Untuk bencana pergerakan tanah atau longsor, biasa terjadi di wilayah Kabupaten Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Cianjur, Sukabumi, Bandung, Bogor, Bandung Barat, dan Kabupaten/Kota Bogor.Melihat fakta-fakta itu, sejak Februari 2012, BPBD Jawa Barat menetapkan Jawa Barat siaga darurat longsor dan banjir. BPBD menyiagakan dan menyiapkan segala kebutuhan, seperti sumber daya manusia, sarana dan prasarana, logistik, serta sosialisasi kepada masyarakat.Dengan ditetapkannya siaga darurat bencana banjir dan longsor, tidak dibenarkan adanya petugas kebencanaan di kabupaten dan kota tidak siap karena semua telah dibekali. Selain para petugas kebencanaan, pihak BPBD pun dibantu sekitar 10.000 sukarelawan yang siap siaga jika terjadi bencana. Dalam penanganan bencana, pihaknya mengutamakan bagaimana meminimalkan terjadinya korban jiwa ataupun harta.Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi, kerusakan alam di Jawa Barat semakin parah. Kondisi geografis berkontur pegunungan semestinya menjadi berkah bagi 45 juta jiwa penduduk yang mayoritas petani. Sayangnya, hal ini tidak mampu dipertahankan dan dipelihara dengan baik. Akibatnya, alam tak lagi berpihak, anugerah pun berubah menjadi musibah.Pola pembangunan yang cenderung terfokus di perkotaan berdampak buruk pada perkembangan desa. Arus urbanisasi seiring sejalan dengan alih fungsi lahan besar-besaran. Akibatnya, lahan pertanian menyempit terdesak bangunan pabrik dan hutan lindung berubah menjadi hutan beton, vila, permukiman, dan lahan pertanian.Ketua Harian Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Jawa Barat Entang Sastraatmadja mencatat, di Jawa Barat, tidak kurang dari 4.000 hektar sawah setiap tahun beralih fungsi. Benar-benar menyedihkan karena alih fungsi itu ditempuh dengan rekayasa tertentu yang mengubah lahan sawah irigasi teknis menjadi kawasan beton.Jika kondisi ini terus berlangsung tanpa ada kebijakan pemerintah dalam merevitalisasi lahan, Jawa Barat tidak tertolong, ujar mantan Gubernur Jawa Barat Danny Setiawan dalam dialog Membangun Jawa Barat dari Desa di Pusat Kajian dan Pemberdayaan Desa, akhir November.Revitalisasi lahanGuru Besar Ilmu Politik dan Pemerintahan Universitas Padjadjaran, Bandung, Dede Mariana memandang perlu pembenahan signifikan dalam tata kelola pemerintahan. Terutama dalam kebijakan pembangunan yang prolingkungan dan tidak terfokus hanya pada perkotaan.Secara angka, Jawa Barat disangga oleh hampir 6.000 desa. Dengan demikian, jika pembangunan menafikan desa, Jawa Barat akan mengalami kemunduran. Untuk itu, pemerintah Jawa Barat kini dan ke depan harus memfokuskan pembangunan di wilayah pedesaan.Salah satu kebijakan yang perlu dilakukan adalah melakukan revitalisasi lahan, yakni mengembalikan fungsi lahan sesuai peruntukannya. Apabila diperlukan, pemerintah melakukan pembebasan terhadap lahan yang dikuasai swasta/masyarakat dan memiliki fungsi strategis untuk keseimbangan alam.Ini perlu kerja sama antara pemerintah provinsi dan semua pemerintah kota/kabupaten, tegas Dede. Pembebasan lahan dilakukan agar pemerintah memiliki lahan abadi yang akan dikembalikan fungsinya.Hulu harus difungsikan kembali lahan serapan air dengan penghijauan. Hilir difungsikan sebagai lahan pertanian dan perkebunan yang dikelola bersama dengan masyarakat.Hal senada juga ditegaskan Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan Pascasarjana Universitas Padjadjaran Utang Suwaryo. Kondisi lahan yang telah beralih fungsi menyebabkan daya serap air di wilayah hulu sangat rendah. Menipisnya stok air bawah tanah juga memicu banjir longsor yang berakibat fatal bagi daerah di bawahnya.Ini harus segera diantisipasi dengan mengembalikan fungsi lahan yang mestinya. Jangan pertanian dialiri air limbah yang telah mencemari sungai. lanjut Utang. (Dedi Muhtadi)SUMBER : KOMPAS

KORAN : Limbah Menumpuk di Batang ArauAir Batang Anai Diuji ke LaboratoriumPadang Ekspres Jumat, 16/03/2012 14:30 WIB (kd) Aiapacah, PadekLima aliran sungai membelah Kota Padang rentan terkena dampak pencemaran. Sebab, banyak pabrik atau perusahaan beroperasi di sepanjang alur sungai tersebut. Berdasar hasil pengukuran Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedalda) Padang, sungai Batang Arau masuk zona merah, karena tingginya tingkat pencemaran pada air sungai tersebut.

Lima sungai di Padang tersebut yakni Sungai Timbalun, Sungai Aiadingin, Sungai Batang Arau, Sungai Batang Kuranji, dan Sungai Batang Gadih. Pencemaran air di Sungai Batang Arau telah memasuki tahap memprihatinkan. Dari hasil uji labor, tingkat pencemaran air sungai tersebut tinggi.Sebab di aliran sungai Batang Arau terdapat satu perusahaan galian C, dua pabrik karet, satu pabrik CPO, satu rumah sakit, dan ratusan bengkel kecil, jelas Kepala Bapedalda Padang Indang Dewata kepada Padang Ekspres, kemarin (15/3).

Indang menambahkan, terjadi penumpukan limbah di sungai tersebut, karena setiap hari perusahaan besar membuang limbahnya ke aliran Sungai Batang Arau. Limbah buangan pabrik-pabrik tersebut memang tidak melanggar dan telah sesuai PP No 82/2001 tentang Pengelolaan dan Pengendalian Pencemaran, tapi karena pembuangan limbah dilakukan setiap hari akibatnya sangat berbahaya bagi lingkungan dan masyarakat.

Seharusnya, air di mulut sungai Batang Arau berada di kelas dua, atau belum memasuki pencemaran berbahaya. Tapi karena air telah menjadi kelas empat, mengakibatkan air tersebut tidak bisa diminum lagi, dan bisa mengakibatkan gatal-gatal bagi masyarakat yang mempergunakan air tersebut, ungkap Indang.

Uji laboratprium Soal kasus dugaan tercemarnya air Sungai Batang Anai, kata Indang pihaknya kemarin (15/3) telah menurunkan tim Laboratorium Bapedalda Padang untuk mengambil sampel air sungai tersebut. Hasil tes akan ke luar sekitar tujuh hari ke depan.

Tes labor yang kami lakukan itu mencari limbah apa yang telah mencemari air sungai tersebut. Sebenarnya, dalam kasus ini Bapedalda Padang berbagi dengan Padangpariaman, tapi karena hilir sungai Batang Anai masuk Kota Padang, maka serangkaian tes harus dilakukan, jelasnya.

Untuk diketahui, di aliran sungai Batang Anai memang ada dua pabrik besar beroperasi. Tapi tercemarnya air sungai Batang Anai, masih belum bisa dibuktikan karena limbah dari pabrik itu, ucapnya.

Perda LimbahMengantisipasi pencemaran air, kata Indang, rencananya Pemko akan membuat Perda baru. Dalam Perda itu, nantinya seluruh pihak baik pemilik perusahaan, Pemko Padang, pemilik kapal akan saling bahu membahu.

Seandainya terjadi pencemaran, maka seluruh pihak akan bertanggung jawab, dan para pengusaha harus berusaha mengurangi pembuangan limbah mereka supaya tidak mengeluarkan anggaran lagi saat terjadi pencemaran, ujarnya.

Kabid Pengawasan dan Pengendalian Bapedalda Padang Mairizon mengatakan pengelolaan terpadu daerah aliran Sungai Batang Arau meliputi pengelolaan sumber daya air sungai dengan memperhatikan kewajiban melindungi, menjaga dan memelihara kelestarian daerah aliran sungai.

Bentuk pengelolaan dapat berupa badan usaha atau tim terpadu ditetapkan pemerintah sesuai kewenangan yang berlaku. Atau atas dasar kesepakatan dari pemanfaatan sungai beserta stakeholder di Kota Padang.Diharapkan, kondisi dan kualitas sungai Batang Arau dari hulu sampai hilir akan menjadi tugas dan tanggung jawab secara terpadu dari Tim yang akan dibentuk tersebut, tukasnya