tugas dr.iwan ade - waldy

35
PERAN MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA MEDIS Mediation in Medical Dispute Ade Riza Widyanti, Waldy Rodiardo Purba Program Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran Unlam Abstrak Profesi dokter belakangan ini sering disoroti mengenai perbuatan dokter yang dapat digolongkan sebagai perbuatan melanggar hukum, yaitu malpraktek yang dapat merugikan masyarakat khususnya pasien. Hal tersebut sering menimbulkan konflik bahkan menjadi sengketa antara dokter dengan pasien, yang disebabkan kelalaian dokter dalam melakukan tindakan medis. Dalam penyelesaian sengketa melalui pengadilan mengandung beberapa kelemahan, diantaranya penyelesaian sengketa berjalan lambat, mahalnya biaya perkara, putusan tidak menyelesaikan masalah dan merenggangkan hubungan. Melihat kondisi diatas dirasakan perlu adanya Alternatif Penyelesaian Sengketa dalam penyelesaian sengketa perdata. Alternatif Penyelesaian Sengketa dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan arbitrase. Mediasi Kesehatan merupakan bentuk Alternatif Penyelesaian Sengketa yang tepat dalam penyelesaian sengketa kesehatan yang ada, karena menguntungkan bagi parapihak, dan bentuk akhir penyelesaiannya diakui oleh hukum positif di Indonesia. Kata kunci: malpraktik medis, Alternatif penyelesaian sengketa Abstract Recently people always talk about profesional of doctor that include assault break the law, that is malpractice. That thing can be rise conflict even dispute between patient and doctor. Due to dereliction of doctor in medical practice. There are some blind side if we try to finished the dispute into the court, the other thing

Upload: taruairiqu5741

Post on 24-Jul-2015

202 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Dr.iwan Ade - Waldy

PERAN MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA MEDISMediation in Medical Dispute

Ade Riza Widyanti, Waldy Rodiardo PurbaProgram Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran Unlam

Abstrak

Profesi dokter belakangan ini sering disoroti mengenai perbuatan dokter yang dapat digolongkan sebagai perbuatan melanggar hukum, yaitu malpraktek yang dapat merugikan masyarakat khususnya pasien. Hal tersebut sering menimbulkan konflik bahkan menjadi sengketa antara dokter dengan pasien, yang disebabkan kelalaian dokter dalam melakukan tindakan medis. Dalam penyelesaian sengketa melalui pengadilan mengandung beberapa kelemahan, diantaranya penyelesaian sengketa berjalan lambat, mahalnya biaya perkara, putusan tidak menyelesaikan masalah dan merenggangkan hubungan.Melihat kondisi diatas dirasakan perlu adanya Alternatif Penyelesaian Sengketa dalam penyelesaian sengketa perdata. Alternatif Penyelesaian Sengketa dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan arbitrase.Mediasi Kesehatan merupakan bentuk Alternatif Penyelesaian Sengketa yang tepat dalam penyelesaian sengketa kesehatan yang ada, karena menguntungkan bagi parapihak, dan bentuk akhir penyelesaiannya diakui oleh hukum positif di Indonesia.

Kata kunci: malpraktik medis, Alternatif penyelesaian sengketa

Abstract

Recently people always talk about profesional of doctor that include assault break the law, that is malpractice. That thing can be rise conflict even dispute between patient and doctor. Due to dereliction of doctor in medical practice. There are some blind side if we try to finished the dispute into the court, the other thing cost of lawsuit it's to expensive, adjudication has not solve the problem, and it can make the relationship was broken.According to the problems above we need an Alternative Dispute Resolution (ADR). ADR can be attained to some way, that is: negosiation, mediation, konsiliation, and abitration.Health Mediation is one of the ADR that exactly right into solve the dispute problem, because it's give an advantages to others and it's accepted in positif law of indonesia.

Keywords: medical malpractice, alternative Dispute Resolution

1

Page 2: Tugas Dr.iwan Ade - Waldy

PENDAHULUAN

Dalam era global yang terjadi waktu ini, profesi kedokteran merupakan salah satu profesi

yang mendapatkan sorotan masyarakat. Masyarakat banyak yang menyoroti profesi dokter, baik

sorotan yang disampaikan secara langsung ke Ikatan Dokter Indonesia sebagai induk organisasi

para dokter, maupun yang disiarkan melalui media cetak maupun media elektronik.1

Tercatat 405 laporan masalah medis dari berbagai belahan Indonesia

yang diterima oleh Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Kesehatan. Sebanyak 73

kasus di antaranya dilaporkan ke kepolisian. Dapat dikatakan Indonesia

memasuki krisis kepercayaan sebagaimana yang terjadi di Amerika pada

tahun 1970-1980. Selama tahun 1994 - 2004, kasus sengketa medis yang diadukan ke

Majelis Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Jawa

Tengah tercatat 68 kasus, dengan kisaran 2-13 kasus per tahun, rata-rata 6 kasus per tahun dan 3

dokter diadukan per 1000 dokter yang ada di Jawa Tengah. MKEK wilayah Daerah Khusus Ibu

Kota (DKI) Jakarta selama kurun waktu 2004-2006 telah menerima dan menangani 23 kasus

aduan sengketa medis, dengan kisaran 6-9 kasus pertahun, rata-rata 8 kasus per tahun,

melibatkan 30 dokter dari 189 berbagai bidang spesialistik dan dokter umum. Pada bulan

september tahun 2008, LBH Kesehatan bahkan mencatat selama 8 bulan terakhir telah terjadi

111 kasus malpraktik, namun dari sekkian banyak kasus tersebut, hanya 8 kasus yang diproses

secara hukum.2,3

Arti kata sengketa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

sesuatu yang menyebabkan perbedaan pendapat, pertengkaran,

perbantahan atau dapat juga diartikan sebagai pertikaian atau perselisihan.

Sengketa dalam pengertian luas adalah hal yang lumrah dalam kehidupan

2

Page 3: Tugas Dr.iwan Ade - Waldy

bermasyarakat, yang dapat terjadi saat dua orang atau lebih berinteraksi

pada peristiwa atau situasi dan mereka memiliki persepsi, kepentingan, dan

keinginan yang berbeda terhadap peristiwa atau situasi tersebut. Jadi

sengketa adalah perbedaan pendapat yang telah mencapai eskalasi tertentu

atau mengemuka. Pemicu terjadinya sengketa adalah kesalahpahaman,

perbedaan penafsiran, ketidak-jelasan pengaturan, ketidakpuasan,

ketersinggungan, kecurigaan, tindakan yang tidak patut, curang atau tidak

jujur, kesewenang-wenangan atau ketidakadilan, dan terjadinya keadaan

yang tidak terduga.2,4

Sengketa medis dalam hukum dikenal juga dengan istilah malpraktik.

Sebenarnya dari asal katanya malpraktik tidak hanya ditujukan pada profesi

kesehatan saja tetapi juga profesi pada umumnya, namun setelah secara umum mulai

digunakan di luar negeri maka istilah itu sekarang diasosiasikan atau ditujukan pada profesi

kesehatan. Malpraktek yang dianggap merupakan terjemahan dari malpractice, didefinisikan

menurut The Advance Learner's Dictionary of Current English sebagai wrongdoing ( kesalahan)

atau neglect of duty ( kelalaian ). Meskipun Undang-Undang Kesehatan dan Praktik Kedokteran

semakin memperkuat status hukum pasien dan menyatarakan hubungan hukum antara pasien

dengan dokter/rumah sakit, namun meningkatnya kasus-kasus malpraktek tidak dapat

dihindari.2,3

Sebenarnya malpraktek itu sendiri tidak saja berkaitan dengan dokter atau kalangan

medis, tapi sebenarnya profesi lain juga bisa melakukan tindakan yang salah atau tidak benar

dalam menjalankan profesinya. Namun profesi lain jarang bermasalah dibandingkan dengan

profesi medis. Profesi medis seperti dokter adalah penuh risiko, baik yang diketahui sebelumnya

3

Page 4: Tugas Dr.iwan Ade - Waldy

atau tidak, yang dapat dicegah atau tidak dapat diatasi, asuhan medis merupakan proses yang

rumit dimana hasilnya tergantung pada banyaknya variabel. Hal yang perlu dipahami juga

bahwa banyak sekali jenis penyakit serius yang ditangani di rumah sakit, maka dari hasil riset

Curan dikatakan 80% kasus malpraktek medis terjadi pada institusi rumah sakit lainnya tempat

praktek pribadi dokter atau klinik-klinik pengobatan. Karena itu dapat dipahami bahwa tuntutan

terhadap dugaan malpraktek medis tidak hanya ditujukan pada dokter, tapi sering kali

melibatkan RS tempat terjadinya pelayanan kesehatan dan juga tempat dokter benaung, dan bisa

juga melibatkan tenaga medis lainnya yang mendampingi dokter seperti perawat, bidan,

apoteker, dll.2,5

Dengan belum diaturnya malpraktik dalam peraturan perundang-

undangan yang ada sekarang ini (tidak mempunyai kepastian hukum),

penanganan dan penyelesaian masalah malpraktik juga menjadi tidak pasti.

Masalah tersebut ditambah dengan belum adanya (dan hampir tidak

mungkin dilakukan) standarisasi standar pelayanan profesi kesehatan. Hal

itu disebabkan masalah kesehatan amat kompleks, mulai dari dampak

penerapan pelayanan kesehatan pada tiap manusia yang berbeda-beda

sampai dengan beragamnya teknologi di tiap sarana pelayanan kesehatan

dan kemampuan setiap komunitas dokter atau tenaga kesehatan lainnya.

Tidak adanya standar pelayanan profesi kesehatan yang legal dan

banyaknya rumah sakit yang menerbitkan standar yang berbeda dengan

rumah sakit lainnya akan menyebabkan kesulitan dalam membedakan

malpraktik dengan kelalaian, kecelakaan dan kegagalan di lapangan. Lebih

lanjut hal tersebut juga menyebabkan pembuktian malpraktik akan semakin

Page 5: Tugas Dr.iwan Ade - Waldy

sulit jika pasien berpindah-pindah rumah sakit. Dengan demikian yang

paling tepat dan berhak menentukan pengingkaran atas standar pelayanan

profesi kesehatan adalah Komite Medik di rumah sakit yang bersangkutan.

Komite Medik mengetahui secara rinci standar komunitas dokter, tenaga

kesehatan lainnya dan teknologi yang tersedia.2,5

Keadaan yang terjadi sekarang, sentimen korps kesehatan yang saling melindungi

sesama profesional akan menyulitkan upaya pengusutan yang obyektif, sehingga kasus-kasus

malpraktik tersebut hanya masuk “peti es” dan tidak ditangani lagi. Hal tersebut mengakibatkan

pihak pasien berpendapat bahwa tenaga kesehatan kebal hukum dan selalu berlindung di balik

etika tenaga kesehatan agar terlepas dari tanggung jawab yang seharusnya.6 Sebaliknya,

kalangan kesehatan berpendapat bahwa pihak pasien sangat kuat kedudukannya sehingga dapat

dengan begitu saja menuntut atau menggugat tenaga kesehatan untuk suatu hasil pengobatan

yang negatif atau tidak memenuhi harapan pasien. Padahal dampak tuntutan itu terkadang sudah

merupakan pembunuhan karakter atau character assassination terhadap tenaga kesehatan yang

dituntut atau digugat. Pada kenyataannya tidak selalu hasil negatif itu merupakan kesalahan atau

kelalaian tenaga kesehatan yang merawat. Bahkan seringkali, pihak pasien (melalui

pengacaranya) telah mempublikasikan kasus yang digugatnya sebagai malpraktik, padahal hal

itu dapat dikatakan sebagai pelanggaran atas asas praduga tak bersalah, mengingat dalam

beracara dipengadilan gugatan malpraktik tersebut masih harus dibuktikan dan ditetapkan

melalui proses pengadilan terlebih dahulu. Dapat disimpulkan bahwa untuk menentukan

perbuatan merupakan malpraktik atau tidak, harus dilakukan dengan pendekatan (yang bersifat

khusus) kedokteran atau kesehatan dan ilmu hukum secara proporsional.2,6

Penyelesaian sengketa kesehatan yang terjadi antara pihak lembaga pemberi layanan

4

5

Page 6: Tugas Dr.iwan Ade - Waldy

kesehatan dengan pihak pasien dilakukan secara berjenjang melalui proses negosiasi, mediasi,

dan litigasi. Mediasi merupakan suatu proses penyelesaian sengketa dengan pendekatan

musyawarah untuk mencapai suatu kesepakatan perdamaian guna mengakhiri sengketa yang ada

dengan dibantu oleh pihak ke-3 yang bersifat netral. Proses mediasi telah diakui dalam hukum

positif Indonesia, hal ini dapat kita lihat dalam Peraturan Mahkamah Agung RI nomor 1 tahun

2008, dimana secara tegas disebutkan bahwa semua sengketa perdata wajib dilakukan mediasi

terlebih dahulu sebelum dilakukan proses persidangan. Dalam hal sengketa kesehatan, Undang

Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 juga mewajibkan untuk dilakukan mediasi terlebih

dahulu bila terjadi sengketa dalam pelayanan kesehatan.5,6

PEMBAHASAN

A. Pengertian Malpraktik Medis

Istilah malpraktek adalah isitilah yang umum tentang kesalahan yang dilakukan oleh

profesional dalam menjalankan profesinya dan merupakan terjemahan dari malpractice. Mal

berarti salah dan practice berarti praktek. Dengan demikian secara sederhana dapat diartikan

malpraktek adalah praktek yang salah atau praktek yang jelek. Sedangkan malpraktek medis:

medical practice dan secara lebih singkatan mala praxts: kesalahan profesi.3,4,5,6

World Medical Assosiation (WMA) pada tahun 1992 memberikan definisi tentang

malpraktek medis adalah kegagalan dokter untuk memenuhi standar pengobatan dan perawatan

yang menimbulkan cedera pada pasien atau adanya kekurangan keterampilan atau kelainan

dalam pengobatan dan perawatan yang menimbulkan cedera pada pasien. WMA juga

mengingatkan bahwa tidak semua kegagalan medis merupakan malpraktek kedokteran. Suatu

peristiwa buruk yang tidak dapat diduga sebelumnya dan dapat terjadi disaat terjadinya tindakan

medis yang sudah sesuai standar tidak termasuk dalam pengertian malpraktek. Pembuktian

Page 7: Tugas Dr.iwan Ade - Waldy

malpraktek dipengadilan tidaklah mudah, dimana hakim harusnya membutuhkan atau sangat

tergantung pada saksi ahli yang diambil dari peer group sesuai kompetensi dokter yang

tergugat.5,6

Namun demikian dari semua definisi yang ada dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan malpraktek medis adalah antara lain:1,2,3

a) Melakukan sesuatu yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang tenaga medis

b) Tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan atau melalaikan kewajiban

c) Melanggar suatu ketentuan menurut atau berdasarkan peraturan perundang-undangan

B. Aspek Hukum Malpraktek Medik

Berdasarkan jenisnya, tindakan malpraktik medik terbagi kedalam dua bentuk

pertanggungjawaban. Pertama, pertanggungjawaban profesi kedokteran, yaitu pelanggaran etika

kedokteran etika kedokteran dan pelanggaran disiplin kedokteran. Kedua, pertanggungjwaban

hukum (malpraktik yuridis), yang terbagi dalam tiga komponen yaitu malpraktik pidana

( criminal malpractice), malpraktek perdata ( sivil malpractice), dan malpraktek administratif

( administrative malpractice ). Masing-masing kriteria pertanggungjawaban hukum dan profesi

kedokteran tersebut di atas mempunyai jalur penyelesaian yang berbeda, dasar hukum yang

berbeda dan ditangani oleh peradilan yang berbeda pula.1,2,3,4,5,6

1) Malpraktik pidana ( criminal malpractice)

Malpraktik pidana terjadi apabila pasien meninggal dunia atau mengalamicacat akibat

dokter atau tenaga kesehatan lainnya kurang hati-hati, kurang cermat, dalam melakukan upaya

penyembuhan terhadap pasien. Dalam malpraktik pidana dibagi kedalam dua bentuk, yaitu

malpraktik pidana karena kesengajaan ( intensional) dan malpraktik pidana karena kelalaian atau

6

Page 8: Tugas Dr.iwan Ade - Waldy

kealpaan ( negligence).3,5,6

Moelyatno menegaskan bahwa kesengajaan merupakan tindakan yang secara sadar atau

dibawah sepengetahuan pelaku dan melakukan tindakan tersebut yang dilanggar oleh hukum.

Sedangakan kelalaian terjadi karena kurangnya perhatian, kurang cermat, dan kuang hati-hati

dalam dalam melakukan perawatan atau pengobatan terhadap pasien, sehingga tanpa disadari

menyebabkan keadaan yang dilarang seperti luka, cacat, atau matinya pasien. Kelalaian

hakikatnya sama dengan kesengajaan, tetapi perbedaanya hanyalah dari sudut tingkatnya saja.

Derajat kesalahan kesengajaan lebih tinggi dari pada kesalahan kelalaian.3,5,6

Dalam KUHP, ada beberapa pasal yang dapat dikenakan terhdap dokter, namun hanya

pasal 359 dan pasal 360 yang lazim digunakan oleh Polisi dan Jaksa Penuntut Umum (JPU)

untuk menuntut dokter atas dugaan tindakan malpraktik medik. Walaupun demikian selain

kedua pasal tersebut jarang sekali digunakan dalam setiap dakwaannya di pengadilan, karena

kedua pasal tersebut hampir dapat menampung semua tindakan medis yang merugikan

kesehatan pasienseperti luka dan matinya pihak pasien.3,5,6

2) Malpraktik Perdata ( Civil Malpractice)

Dalam KUHPdt ada tiga hal yang dapat dihubungkan tindakan malpraktik medik yaitu

pihak dokter yang melaksanakan perawatan atau pengobatan tidak sesuai dengan perjanjian

(wanprestasi) yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, dan tindakan dokter melanggar

hukum ( onrechmatige daad), tindakan (zaakwaarneming).3,4,5,6

Wanprestasi dalam praktik medik hanya terjadi karena pelanggaran perjanjian oleh pihak

dokter terhdap hak pasien. Isi perjanjian dapat berupa:3,4,5,6

a) Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatan wajib dilakukan.

b) Melakukan apa yang menurut kesepakatanya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna

7

Page 9: Tugas Dr.iwan Ade - Waldy

dalam pelaksanaannya.

c) Melakukan apa yang menurut kesepakatanya wajib dilakukan tetapi terhambat

melaksanaannya.

d) Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.

Kriteria wanprestasi dinyatakan dalam pasal 1243 KUHPdt yaitu tidak dipenuhinya suatu

perikatan, apa yang menjadi unsur tidak dipenuhinya suatu perikatan adalah tidak melaksanakan

klausula suatu perjanjian. Pada dasarnya, klausula perjanjian adalah tanggung jawab melakukan

sesuatu dan memberikan sesuatu.3

Kewujudan kerugian akibat wanprestasi hanyalah dalam bentuk kerugian material saja

yaitu kerugian yang bisa diukur dengan uang seperti biaya perawatan, biaya perjalanan, dan

biaya obat-obatan. Sedangkan kerugian imateriil, misalnya kehilangan harapan untk sembuh,

rasa penderitaan atau kesakitan yang berkepanjangan, hilangnya penglihatan dan menyebabkan

kematian tidak dapat dituntut berdasarkan wanprestasi, tetapi kerugian tersebut dapat dituntut

berdasarkan perbuatan melanggar hukum ( oncrechmatige daad) sebagaimana pasal 1365

KUHPdt.3,4,5,6

Adapun, tindakan oncrechmatige daad harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:

a) Adanya perbuatan ( baik berbuat maupun tidak berbuat )

b) Perbuatan tersebut melanggar hukum ( tertulis ataupun tidaktertulis )

c) Ada kerugian

d) Ada hubungan sebab akibat antara perbuatan melanggar hukum dengan kerugian yang

diderita

e) Adanya kesalahan

Dalam malpraktik medik, sulit membedakan tindakan wanprestasi dengan perbuatan

8

Page 10: Tugas Dr.iwan Ade - Waldy

melawan hukum. Walaupun dasarnya jelas dan mudah diucapkan, kerugian akibat wanprestasi

merupakan akibat langsung dari pelanggaran kewajiban dalam suatu perikatan hukum.

Sedangkan kerugian dari perbuatan melanggar hukum adalah kerugian sebagai akibat langsung

dari perbuatanyang dapat disalahkan pada sipembuat atau mengandung sifat melawan hukum

yang tidak harus dalam suatu perikatan.3,4,5,6

Oleh karena itu, dalam peradilan kasus malpraktek medik tergantung pada alasan

gugatan pasien yaitu apakah gugatan tersebut berdasarkan wanprestasi atau perbuatan melawan

hukum, karena pada prinsipnya keduanya sama yaitu gugatan terhadap penyimpangan pelayanan

medis yang dilakukan leh dokter. Dalam menjatuhkan hukuman pun hakim akan menjatuhkan

berdasarkan tuntutan penggugat ( ultra petitim patium). Namun dalam gugatan melawan hukum,

dasar pembuktian nya menjadi mudah apabila telah terbukti adanya penyimpangan pelayanan

medis yang mengandung unsur tindakan pidana, misalnya dokter telah melanggar Pasal 359 dan

360 KUHP, maka pembuktian akan menjaadi sempurna dengan mengajukan putusan pengadilan

tersebut dalam gugatan perbuatan melawan hukum. Penggugat hanya tinggalmembuktkan nilai

kerugian yang diakibatkan oleh tindakan dokter tersebut baik materiil maupun immateriil.3,4,5,6

Kemudian tentang tindakan zaakwarneming. Zaakwarneming adalah bentuk perikatan

hukum yang lahir karena undang-undang. Ketentuan tindakan zaakwaarneming diatur dalam

pasal 1354 KUHPdt yang menentukan bahwa “jika seseorang sukarela, mewakili urusan orang

lain dengan atau tanpa pengetahuan orang ini, maka ia secara diam-diam mengikat dirinya untuk

meneruskan serta menyelesaikan urusan itu, hingga orang yang diwakili kepentingan nya dapat

mengerjakan sendiri urusan itu. Ia menanggung segala kewajiban yang harus dipikulnya,

seandainya ia kuasakan dengan suatu pemberian kuasa yang dinyatakan dengan tegas.3,4,5,6

Melihat ketentuan diatas, tindakan zaakwarneming tidak menyebabkan timbulnya

9

10

Page 11: Tugas Dr.iwan Ade - Waldy

tindakan malpraktik medik, tetapi dalam melaksanakan kewajiban hukum yang timbul karena

zaakwrneming maka dapat menyebabkan tindakan malpraktek medik apabila terdapat

penyimpangan dalam memberikan pelayanan medis oleh dokter sehingga dapat menimbulkan

kerugian terhadap kesehatan pasien. Dalam keadaan darurat dokter boleh saja melakukan

tindakan medis sesuai dengan kebutuhan pasien, tanpa harus adanya persetujuan pasien, namun

apabila pasien sudah stabil atau sadar, maka dokter harus memberitahu kepada pasien tentang

tindakan medis yang telah dilakukan selama pasien pingsan dan tindakan medis selanjutnya

yang dibutuhkan oleh pasien. Dalam zaakwaneming disebutkan bahwa dokter bertindak sebagai

bapak yang baik terhadap pasien.3,4,5,6

3) Aspek Hukum Administrasi Malpraktek Medis

Malpraktek sebagaimana disebutkan secara singkat diatas, merupakan perbuatan yang

melanggar kewajiban yang seharusnya dilakukan, yang bertentangan dengan ketentuan

sebagaimana yang diatur dalam profesi. Standar profesi merupakan pengaturan terhadap cara

pelaksanaan tindakan medis sehingga tindakan tersebut sesuai tujuan yang diharapkan, jadi

merupakan ketentuan hukum administrasi yang harus ditaati oleh tenagamedis yang

bersangkutan. Kesalahan tindakan berarti pelanggaran terhadap ketentuan hukum administrasi,

dan karenanya dapat dikenakan tindakan administrasi oleh pihak pemerintah.5,6

4) Aspek Etika dalam Malpraktek Medik

Sebagaimana diketahui, pelayanan kesehatan selain diatur dengan ketentuan hukum, juga

diatur oleh ketentuan kode etik profesi tenaga kesehatan yang bersangkutan. Oleh karena itu

pelanggaran dalam pelayanan kesehatan termasuk malpraktel medis juga dikenakan sanksi-

sanksi, baik etik, hukum maupun keduanya. Perbedaannya adalah bahwa sanksi etik dijatuhkan

oleh organisasi profesi, sanksi administrasi oleh pemerintah, sanksi pidana oleh pengadilan

Page 12: Tugas Dr.iwan Ade - Waldy

berdasarkan tuntutan kejaksaan, dan sanksi perdata berdasarkan gugatan pihak yang dirugikan.

Sanksi etik lebih bertujuan pada edukasi atau pembelajaran bukan sebagai hukuman atau

mengganti kerugian. Mengenai pelanggaran aspek etika, jalur etik tidak begitu melihat kepada

akibat atau kerugian yang ditimbulkan, karena etika lebih mengedepankan kepada tindakan yang

dilakukan sipelakudengan berpedoman kepada Kode Etik Profesi. Untuk kalangan dokter pada

Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI).5,6

C. BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA

1) Alternatif Penyelesaian Sengketa

Dalam proses penyelesaian sengketa dapat digunakan dua jalur yaitu litigasi (pengadilan)

dan non litigasi/konsensual/non-ajudikasi. Kita semua dapat memahami bahwa proses beracara

di pengadilan adalah proses yang membutuhkan biaya dan memakan waktu. Karena sistem

pengadilan konvensional secara alamiah berlawanan, seringkali menghasilkan satu pihak

sebagai pemenang dan pihak lainnya sebagai pihak yang kalah. Sementara itu kritik tajam

terhadap lembaga peradilan dalam menjalankan fungsinya yang dianggap terlampau padat,

lamban dan buang waktu, mahal dan kurang tanggap terhadap kepentingan umum serta

dianggap terlampau formalistik dan terlampau teknis. Itu sebabnya masalah peninjauan kembali

perbaikan sistem peradilan ke arah yang efektif dan efisien terjadi dimana-mana. Bahkan

muncul kritik yang mengatakan bahwa proses perdata dianggap tidak efisien dan tidak adil (civil

procedure was neither efficient no fair).2,7,8,9

Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) di Indonesia yang diawali oleh lembaga

perdamaian (dading) yang diatur dalam pasal 130 HIR dan 154 Rbg, saat ini telah berkembang

dan muncul sebagai pilihan jalan keluar dari kondisi peradilan umum yang ada. Dalam

kepustakaan Hukum Lingkungan, APS mendeskripsikan berbagai bentuk mekanisme

11

Page 13: Tugas Dr.iwan Ade - Waldy

penyelesaian sengketa lingkunganselain proses litigasi, antara lain: negosiasi, mediasi,

konsiliasi, pencari fakta, dan abitrase.9

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsultasi berarti pertukaran pikiran untuk

mendapatkan kesimpulan ( nasehat, saran dan sebagainya) yang sebaik-baiknya. Dalam

kaitannya dengan alternatif penyelesaian sengketa, konsultasi/konseling merupakan cara

penyelesaian sengketa atau beda pendapat diluar pengadilan yang menawarkan mediasi jangka

panjang (terkait dengan pengertian yang diberikan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia di atas)

yang dasarnya berhubungan dengan faktor psikologis dan perilaku.2,9

Negosiasi adalah proses tawar-menawar dengan jalan berunding guna mencapai

kesepakatan bersama antara satu pihak ( kelompok atau organisasi) dan pihak (kelompok atau

organisasi) yang lain, atau dapat diartikan pula sebagai penyelesaian sengketa secara damai

melalui perundingan antara pihak yang bersengketa. Dalam proses negosiasi para pihak yang

bersengketa bertemu secara sukarela dan berusaha mencari penyelesaian dari permasalahan yang

ada dan meraih kesepakatan semua pihak secara konsensus.2,9

Negosiasi dapat dilakukan sendiri atau diwakilkan oleh orang lain seperti penasehat

hukum, atau pengacara. Salah satu manfaat negosiasi adalah para pihak dapat membuat

pendekatan setiap saat, dengan proses mediasi pendekatan dapat dilakukan oleh mediator.9

Proses mediasi merupakan salah satu bentuk dari alternative dispute resolution (ADR)

atau alternatif penyelesaian masalah. Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses

perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator. Mediasi

itu sendiri dapat dilakukan melalui jalur pengadilan maupun di luar pengadilan dengan

menggunakan mediator yang telah mempunyai sertifikat mediator. Mediator adalah pihak netral

yang membantu para pihak dalam proses perundingan guna mencari berbagai kemungkinan

12

Page 14: Tugas Dr.iwan Ade - Waldy

penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah

penyelesaian.2,9

Konsiliasi adalah cara penyelesaian sengketa atau beda pendapat diluar pengadilan yang

hampir serupa dengan mediasi namun dengan potensi perbedaan pada keaktifan pihak ketiga

yang terlibat dalam proses penyelesaian sengketa. Melibatkan intervensi pihak ketiga yang

bersifat pasif atau hanya terbatas pada hal-hal prosedural. Namun pada umumnya para

konsiliator berperan serta lebih langsung dalam sengketa dibandingkan dengan mediator.2,8

Dengan ditetapkannya Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia (Perma) Nomor

01 Tahun 2008 tentang prosedur mediasi di pengadilan, telah terjadi perubahan fundamental

dalam praktik peradilan di Indonesia. Pengadilan tidak hanya bertugas dan berwenang

memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara yang diterimanya, tetapi juga berkewajiban

mengupayakan perdamaian antara pihak-pihak yang berperkara. Pengadilan yang selama ini

berkesan sebagai lembaga penegakan hukum dan keadilan, sekarang menampakkan diri sebagai

lembaga yang mencarikan solusi damai antara pihak-pihak yang bertikai.2,8

2) Mediasi Dalam Sengketa Medis

Profesi kedokteran merupakan profesi tertua di dunia. Profesi kedokteran juga

merupakan profesi pertama yang bersumpah untuk mengabdikan dirinya bagi kemanusiaan.

Hubungan dokter pasien pada dasarnya dilandasi kepercayaan. Walaupun masih memerlukan

kajian yang lebih spesifik, ketidakpercayaan kepada dokter ditandai dengan mempertanyakan

pengetahuan, kemampuan, perilaku dan manajemen pasien dari si dokter. Sebuah studi di

Amerika menunjukkan bahwa seringkali dokter dituntut pasien dengan hal-hal yang tidak

berhubungan sama sekali dengan kualitas perawatan kesehatan yang diberikan dokter.2,9

Perubahan terminologi dari pasien ke konsumen atau klien mentransformasi perubahan

13

14

Page 15: Tugas Dr.iwan Ade - Waldy

konsep hubungan dokter pasien ke konsep hubungan “jasa pelayanan.” Ironisnya seringkali

hubungan itu tidak meletakkan kepentingan yang terbaik untuk pasien sebagai kepentingan

utama oleh karena ketidakseimbangan kekuasaan dan pengetahuan antara kedua belah pihak.

Perkembangan ketersediaan informasi kesehatan melalui berbagai media turut mempengaruhi

keputusan yang akan diambil oleh dokter. Selain itu juga harus dipahami bahwa ilmu kedokteran

tidaklah menjanjikan hasil melainkan upaya maksimal yang dapat dilakukan (inspanning

verbintennis). Lebih jauh akibat pengaruh intelektual dekonstruksionis yang akarnya terletak

pada pengertian good dalam perspektif pasien mempengaruhi otonomi profesi. Dahulu good

atau benefit merupakan domain para ahli pengobatan (dokter) dalam situasi paternalistik.

Ternyata sejalan dengan perkembangan zaman pengertian good tetap dalam kerangka “berbuat

baik” dalam konteks dokter berubah menjadi benefit pasien dengan mempertimbangkan

keputusan dan harapan pasien itu sendiri.2,7,8,9

Dalam kasus sengketa medik sangat dimungkinkan untuk penyelesaian melalui mediasi.

Hal ini tertuang dalam perubahan Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang kesehatan

menjadi No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, memerintahkan wajib melakukan mediasi jika

terjadi kesalahan atau kelalaian oleh tenaga kesehatan seperti pada pasal 29 sebelum ditempuh

jalur hukum lainnya.9

Konsideran yang mendasari sehingga ditetapkannya Perma Nomor 01 Tahun 2008

adalah:

1. Mediasi merupakan salah satu proses penyelesaian sengketa yang lebih cepat dan murah,

serta dapat memberikan akses yang lebih besar kepada para pihak menemukan

penyelesaian yang memuaskan dan memenuhi rasa keadilan.

2. Pengintegrasian mediasi ke dalam proses beracara di pengadilan dapat menjadi salah

Page 16: Tugas Dr.iwan Ade - Waldy

satu instrumen efektif mengatasi masalah penumpukan perkara di pengadilan serta

memperkuat dan memaksimalkan fungsi lembaga pengadilan dalam penyelesaian

sengketa di samping proses pengadilan yang bersifat memutus (ajudikatif)

3. Hukum acara yang berlaku, baik Pasal 130 HIR maupun Pasal 154 RBg, mendorong

para pihak untuk menempuh proses perdamaian yang dapat diintensifkan dengan cara

mengintegrasikan proses mediasi ke dalam prosedur berperkara di pengadilan negeri

4. Sambil menunggu peraturan perundang-undangan dan memperhatikan wewenang

mahkamah agung dalam mengatur acara peradilan yang belum cukup diatur oleh

peraturan perundang-undangan, maka demi kepastian, ketertiban, dan kelancaran dalam

proses mendamaikan para pihak untuk menyelesaikan sengketa perdata, dipandang perlu

menetapkan suatu Peraturan Mahkamah Agung.2,7,8

Untuk mengerti secara komprehensif mengenai mediasi, perlu dipahami tentang tiga

aspek mediasi yaitu:2,9

1. Aspek Urgensi/Motivasi

Urgensi dan motivasi mediasi adalah agar pihak-pihak yang berperkara menjadi damai

dan tidak melanjutkan perkaranya ke pengadilan. Apabila ada hal-hal yang mengganjal yang

selama ini menjadi masalah, maka harus diselesaikan secara kekeluargaan dengan musyawarah

mufakat. Tujuan utama mediasi adalah untuk mencapai perdamaian antara pihak-pihak yang

bertikai. Pihak-pihak yang bertikai atau berperkara biasanya sangat sulit untuk mencapai kata

sepakat apabila bertemu dengan sendirinya. Titik temu yang selama ini beku mengenai hal-hal

yang dipertikaikan itu biasanya dapat menjadi cair apabila ada yang mempertemukan. Maka

mediasi merupakan sarana untuk mempertemukan pihak-pihak yang berperkara dengan

difasilitasi oleh seorang atau lebih mediator untuk menyaring persoalan agar menjadi jernih dan

15

Page 17: Tugas Dr.iwan Ade - Waldy

pihak-pihak yang bertikai mendapatkan kesadaran akan pentingnya perdamaian antara mereka.

2. Aspek Prinsip

Secara hukum mediasi tercantum dalam Pasal 2 ayat (2) Perma Nomor 01 Tahun 2008

yang mewajibkan setiap hakim, mediator dan para pihak untuk mengikuti prosedur penyelesaian

perkara melalui mediasi. Apabila tidak menempuh prosedur mediasi menurut Perma, hal itu

merupakan pelanggaran terhadap Pasal 130 HIR dan atau Pasal 154 Rbg yang mengakibatkan

putusan batal demi hukum. Artinya, semua perkara yang masuk ke pengadilan tingkat pertama

tidak mungkin melewatkan acara mediasi. Karena apabila hal itu terjadi risikonya akan fatal.

3. Aspek Substansi

Mediasi merupakan rangkaian proses yang harus dilalui untuk setiap perkara perdata

yang masuk ke pengadilan. Substansi mediasi adalah proses yang harus dijalani secara

sunggguh-sungguh untuk mencapai perdamaian. Karena itu diberikan waktu tersendiri untuk

melaksanakan mediasi sebelum perkaranya diperiksa. Mediasi bukan hanya sekadar untuk

memenuhi syarat legalitas formal, tetapi merupakan upaya sungguh-sungguh yang harus

dilakukan oleh pihak-pihak terkait untuk mencapai perdamaian. Mediasi adalah merupakan

upaya pihakpihak yang berperkara untuk berdamai demi kepentingan pihak-pihak itu sendiri,

bukan kepentingan pengadilan atau hakim, juga bukan kepentingan mediator. Dengan demikian

segala biaya yang timbul karena proses mediasi ini ditanggung oleh pihak-pihak yang

berperkara.

a) Tahapan Proses Mediasi

Ada dua belas langkah agar proses mediasi berhasil dengan baik yaitu:2,9

1. Menjalin hubungan dengan para pihak yang bersengketa

16

Page 18: Tugas Dr.iwan Ade - Waldy

2. Memilih strategi untuk membimbing proses mediasi

3. Mengumpulkan dan menganalisis informasi latar belakang sengketa

4. Menyusun rencana mediasi

5. Membangun kepercayaan dan kerja sama di antara para pihak

6. Memulai sidang mediasi

7. Merumuskan masalah dan menyusun agenda

8. Mengungkapkan kepentingan yang tersembunyi

9. Membangkitkan pilihan penyelesaian sengketa

10. Menganalisis pilihan penyelesaian sengketa

11. Proses tawar menawar akhir

12. Mencapai kesepakatan formal

Ada dua jenis perundingan dalam proses mediasi yaitu positional based bargaining dan

interest best based bargaining. Positional based bargaining selalu dimulai dengan solusi. Para

pihak saling mengusulkan solusi dan saling tawar menawar sampai mereka menemukan satu

titik yang dapat diterima bagi keduanya. Sementara itu perundingan berdasarkan kepentingan

dimulai dengan mengembangkan dan menjaga hubungan. Para pihak mendidik satu sama lain

akan kebutuhan mereka dan bersama-sama menyelesaikan persoalan berdasarkan

kebutuhan/kepentingan. Pada strategi itu para perunding adalah pemecah masalah. Tujuannya

untuk mencapai kesepakatan yang mencerminkan kebutuhan/ kepentingan para pihak,

memisahkan antara orang dengan masalah, lunak terhadap orang dan keras kepada masalah,

kepercayaan dibangun atas dasar situasi dan kondisi, fokus pada kepentingan dan bukan pada

posisi, mencegah/ menghindari dari bottom line, membuat pilihan semaksimal mungkin,

mendiskusikan pilihan secara intensif, kesepakatan mengacu pada keinginan bersama,

17

Page 19: Tugas Dr.iwan Ade - Waldy

menggunakan argumentasi dan alasan serta terbuka terhadap alasan perunding lawan.2,9

Para ahli mediasi menganjurkan untuk menggunakan strategi perundingan berdasarkan

kepentingan, karena hasil akhir yang akan didapat oleh kedua belah pihak akan maksimal.

Perbedaan hasil akhir dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Strategi perundingan: a. berdasarkan posisi; b. berdasarkan kepentingan.

Kiat strategi perundingan berdasarkan kepentingan adalah people, interest, options,

criteria (PIOC). Pada people/ orang: pisahkan antara orang dan masalah, pusatkan pikiran pada

masalah bukan pada mitra tanding. Para perunding melihat diri mereka sebagai mitra kerja yang

harus bekerja sama untuk menyelesaikan masalah. Interest/ kepentingan: titik-beratkan pada

kepentingan bukan kebutuhan, bukan apa yang saya inginkan atau tidak inginkan dan bukan

mengapa saya inginkan atau tidak inginkan. Options/ pilihan: tidak terpaku pada satu

pemecahan masalah, perbanyak pilihan pemecahan masalah, hindari pemikiran bahwa

pemecahan masalah hanya urusan mitra runding, tentukan penyelesaian pada pemecahan yang

memuaskan para pihak. Criteria/kriteria: buat berdasarkan ukuran objektif, nilai pasar, ukuran

ilmiah, ukuran profesional dan hukum.2,7

Agar proses mediasi dapat berjalan efektif diperlukan kemampuan

untuk dapat “memetakan” serta menganalisis bentuk konflik yang sedang

18

19

Page 20: Tugas Dr.iwan Ade - Waldy

dihadapi dan mencoba untuk merancang pendekatan terefektif untuk

mengatasinya. Pada dasarnya konflik bersumber dari lima hal yaitu: masalah

hubungan, masalah data, masalah kepentingan, masalah struktural dan

perbedaan nilai. Moore9 menggambarkan siklus konflik tersebut

sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar2. Circle of Conflict

Berdasarkan uraian di atas sebenarnya proses mediasi merupakan upaya yang tepat

dalam menyelesaikan sengketa medis antara dokter dan pasien kecuali dalam proses pidana

murni seperti pelecehan seksual, pengungkapan rahasia kedokteran, aborsi serta kelalaian berat,

keterangan palsu, penipuan dan lain-lain. Penyelesaian melalui jalur litigasi akan merugikan

kedua belah pihak. Apalagi cukup sukar untuk memenuhi empat kriteria malpraktik medis,

yaitu:2,7,9

1. Adanya duty (kewajiban) yang harus dilaksanakan

Page 21: Tugas Dr.iwan Ade - Waldy

2. Adanya dereliction/breach of that duty (penyimpangan kewajiban);

3. Terjadinya damage

4. Terbuktinya direct causal relationship antara pelanggaran kewajiban dengan kerugian.

Efek positif lainnya dari proses mediasi adalah hubungan dokter pasien akan tetap

senantiasa terjaga dengan baik. Karena bagaimanapun kedua belah pihak memerlukan

kepentingan yang sama meskipun dalam konteks dan tanggung jawabnya masing-masing.

Meskipun demikian, mediasi memiliki kelemahan yaitu keterbatasan dukungan yuridis terhadap

proses dan hasilnya, termasuk terhadap eksekusi perjanjian penyelesaian sengketa (perdamaian)

yang dihasilkan. Proses dan keputusan yang dihasilkan tidak dapat begitu saja dipaksakan.

Kelemahan lain adalah dari Perma itu sendiri yaitu menurut tata urutan perundang-undangan

Indonesia Perma tidak bersifat wajib; mengikat, sehingga Perma hanya dapat dijadikan

pedoman. Perlu dibentuk undang-undang yang mengatur mediasi untuk memberikan kepastian

hukum.2,9

20

Page 22: Tugas Dr.iwan Ade - Waldy

KESIMPULAN

Hubungan hukum antara dokter dengan pasien dalam upaya pelayanan medis yang

didasarkan atas rasa kepercayaan pasien terhadap dokter dimulai sejak saat pasien mengajukan

keluhannya yang ditanggapi oleh dokter. Dalam pelayanan kesehatan modern dimana potensi

untuk terjadinya kesalahan, ketidak cermatan, yang kita kenal dengan malpraktek pasti terjadi.

Malpraktek medis dapat dituntut seccara Pidana, Perdata, dan Administrasi.

Problematika malpraktek medis mempunyai implikasi multidimensional, oleh karena itu

penanganan malpraktek medis tidak dapat diselesaikan secara parsial tetapi haruslah secara

holistik dan mendasar.

Alternatif Penyelesaian Sengketa merupakan pilihan penyelesaian sengketa medik

karena dianggap lebih menguntungkan kedua belah pihak, dalam hal ini mediasi merupakan

upaya utama dalam penyelesaian kasus sengketa medis. Dengan mediasi diharapkan hubungan

dokter pasien tetap terjaga dan mencapai kesepakatan perdamaian yang bersifat win-win

solution.

21

Page 23: Tugas Dr.iwan Ade - Waldy

DAFTAR PUSTAKA

1. Astuti, E.K. 2007. Hubungan Hukum Antara Dokter Dengan Pasien Dalam Upaya Pelayanan Medis. Makalah disajikan pada Seminar Malpraktek Kedokteran, Aspek Hukum dan Pencegahan, Semarang, 29 Juni.

2. Afandi, D. 2009. Mediasi: Alternatif Penyelesaian Sengketa Medis. Majalah Kedokteran Indonesia, 59(5): 189-193.

3. Aristya, S.D.F. 2011. Pembuktian Perdata Dalam Kasus Malpraktek di Yogyakarta. Mimbar Hukum edisi khusus:1-237.

4. Riyadi, M. 2011. Hukum Kesehatan Keselamatan Pasien Adalah Hukum Yang Tertinggi agroti salos lex suprima (Tinjaun Yuridis Dalam Kajian Penelitian). Surabaya: Selasar Publishing. Hal:117-183

5. Hatta, M. 2008. Malprakek Medik di Indonesia Suatu Kajian Medikolegal. Jurnal Suloh, VI (3):175-256.

6. Lewoleba, K. K. 2008. Malpraktek Dalam Pelayanan Kesehatan ( Malpraktek Medis ). Bina Widya,19 (3):181-187.

7. suryono. Best practice dalam Penyelesaian Sengketa Kesehatan. Pusat Mediasi

Indonesia,[email protected]

8. Febri, P. 2009. Pelaksanaan Mediasi dan Penerapannya dalam Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup. Jakarta. FH UI

22

Page 24: Tugas Dr.iwan Ade - Waldy

9. Junaidi, E. 2011. Mediasi Dalam Penyelesaian Sengketa Medik. Rajawali Pers. Jakarta. Hal: 11- 43.