tugas bioetik

5
“KASUS MALPRAKTEKKasus: Seorang pasien mengalami kecelakaan lalu lintas, kemudian menjalani suatu pembedahan di sebuah kamar operasi. Sebagaimana biasanya, sebelum pembedahan, harus dilakukan anastesi terlebih dahulu. Pembiusan dilakukan oleh dokter anastesi, sedangkan operasi dipimpin oleh dokter ahli bedah tulang (orthopedy). Operasi berjalan lancar. Namun, tiba-tiba pasien mengalami kesulitan bernafas. Bahkan setelah operasi selesai dilakukan, pasien tetap mengalami gangguan pernapasan hingga tak sadarkan diri. Akibatnya, ia harus dirawat terus menerus di perawatan intensif dengan bantuan mesin pernapasan (ventilator). Tentu kejadian ini sangat mengherankan. Pasalnya, sebelum dilakukan operasi, pasien dalam keadaan baik, kecuali masalah tulangnnya. Setelah di rawat intensif dengan bantuan ventilator, keadaan tidak juga membaik dan pasien akhirnya meninggal. Setelah ditelusuri, ternyata hal ini disebabkan karena kekeliruan dalam pemasangan gas anastesi (N2O) yang dipasang pada mesin anastesi. Harusnya gas atau anastesi inhalasi yang digunakan adalah N2O, ternyata yang diberikan gas CO2. Padahal gas CO2 dipakai untuk operasi katarak. Pemberian CO2 pada pasien tentu mengakibatkan

Upload: cdma-sity-ssi

Post on 25-Nov-2015

15 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kjp

TRANSCRIPT

KASUS MALPRAKTEKKasus: Seorang pasien mengalami kecelakaan lalu lintas, kemudian menjalani suatu pembedahan di sebuah kamar operasi. Sebagaimana biasanya, sebelum pembedahan, harus dilakukan anastesi terlebih dahulu. Pembiusan dilakukan oleh dokter anastesi, sedangkan operasi dipimpin oleh dokter ahli bedah tulang (orthopedy). Operasi berjalan lancar. Namun, tiba-tiba pasien mengalami kesulitan bernafas. Bahkan setelah operasi selesai dilakukan, pasien tetap mengalami gangguan pernapasan hingga tak sadarkan diri. Akibatnya, ia harus dirawat terus menerus di perawatan intensif dengan bantuan mesin pernapasan (ventilator). Tentu kejadian ini sangat mengherankan. Pasalnya, sebelum dilakukan operasi, pasien dalam keadaan baik, kecuali masalah tulangnnya. Setelah di rawat intensif dengan bantuan ventilator, keadaan tidak juga membaik dan pasien akhirnya meninggal.Setelah ditelusuri, ternyata hal ini disebabkan karena kekeliruan dalam pemasangan gas anastesi (N2O) yang dipasang pada mesin anastesi. Harusnya gas atau anastesi inhalasi yang digunakan adalah N2O, ternyata yang diberikan gas CO2. Padahal gas CO2 dipakai untuk operasi katarak. Pemberian CO2 pada pasien tentu mengakibatkan tertekannya pusat-pusat pernapasan sehingga proses oksigenasi menjadi sangat terganggu, pasien jadi tidak sadar dan akhirnya meninggal.

Analisis: Malpraktek adalah kelalaian dari seorang dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuannya dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran di lingkungan yang sama. atau juga berarti kegagalan dokter untuk menerapakan standar pelayanan terapi terhadap pasien, atau kurangnya keahlian, atau mengabaikan perawatan pasien yang menjadi penyebab langusng terhadap terjadinya cedera pada pasien. Malpraktek di bidang hukum terbagi menjadi 3 yaitu malpraktek kriminal, malpraktek sipil dan malpraktek administratif. Kasus di atas merupakan kasus malpraktik kriminal, berupa bentuk kelalaian berat (culpa lata) dari tenaga kerja yang ada di rumah sakit. Kelalaian berat dapat dilakukan bukan hanya oleh tenaga medis, tetapi juga tenaga dalam bidang logistik, dalam bidang perencanaan, dan lain-lain yang menimbulkan dampak yang sangat buruk bagi pasien yaitu kematian. Kelalaian lebih berintikan ketidaksengajaan, kurang teliti, acuh tak acuh, sembrono dan tidak perduli terhadap kepentingan orang lain. Kelalaian fatal ini bisa dikatakan terjadi karena kurangnya ketelitian dari dokter ataupun petugas kesehatan lainnya dalam pemberian pelayanan kesehatan terhadap pasien. Kelalaian ini juga bisa disebabkan karena manejemen rumah sakit yang kurang tertata baik, pendidikan yang dimiliki petugas yang mungkin masih minim serta banyak lagi faktor yang lainnya. Dan tindakan tersebut tidak hanya melangar hukum, kode etik kedokteran dan juga standar berperilaku dalam suatu agama tetapi bahkan sampai menghilangkan nyawa seseorang. Pada kasus ini ditemukan adanya sebuah kegagalan dalam proses penetapan gas atau anastesi inhalasi di rumah sakit, dimana seharusnya rumah sakit tersebut memiliki standar-standar pengamanan pemakaian gas yang dipasang di mesin anastesi. Seharusnya telah ada petugas yang harus memasang, bagaimana caranya, bagaimana monitoringnnya, dan lain sebagainya. Idealnya dan sudah menjadi keharusan bahwa perlu ada sebuah standar yang tertulis (misalnya warna tabung gas yang berbeda). Kasus di atas dapat disebut kasus malpraktek. Malpraktek adalah kelalaiam dari seorang dokter atau petugas kesehatan lainnya untuk menerapkan tingkat keterampilan dan pengetahuannya di dalam memberikan pelayanan pengobatan dan perawatan terhadap pasien. Malpraktek juga dapat disebut professional negligence (kelalaian profesi). Ada dua jenis malpraktek yaitu yang disengaja dan tidak disengaja. Pada kasus ini jenis malprakteknya adalah malpraktek tidak dengan sengaja sehingga akibat yang timbul disebabkan karena kelalaian yang sebenarnya terjadi diluar kehendaknya. Dalam hal ini, kelalaian tenaga medis baik dokter bedah maupun dokter anastesi berupa lalai memeriksa anastesi inhalasi yang benar sebelum operasi berjalan. Untuk menentukan tindakan di bidang kesehatan atau kedokteran, seorang dokter harus mempertimbangkan hak hak asasi pasien dan harus melakukan hal-hal demi kebaikan pasien. Untuk kasus ini, dokter harusnya menerapkan kaidah dasar moral yaitu prinsip beneficence. Beneficence yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang dituju ke kebaikan pasien. Seorang dokter harus berbuat baik, berusaha semaksimal mungkin agar pasien tetap dalam kondisi sehat dan meminimalisasi akibat buruk. Seorang dokter harunya teliti dalam persiapan sebelum opeasi. Memastikan semua hal yang berhubungan dengan operasinya lengkap dan benar sehingga dapat meminimalisasi akibat buruk yang mugkin terjadi diluar perkiraan dokter.