tugas bedah mulut 1

39
TUGAS BEDAH MULUT 1 “ANASTESI LOKAL DAN PERSYARAFAN” Disusun oleh : Khairannisa Trisna A 04121004068 Dosen Pembimbing : dr. Galuh Anggraini Adityaningrum PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Upload: khairannisatrisna

Post on 18-Jan-2016

168 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Bedah Mulut 1

TUGAS BEDAH MULUT 1

“ANASTESI LOKAL DAN PERSYARAFAN”

Disusun oleh :

Khairannisa Trisna A 04121004068

Dosen Pembimbing :

dr. Galuh Anggraini Adityaningrum

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2014

Page 2: Tugas Bedah Mulut 1

Anestesi diberikan untuk memblokir sementara sensasi rasa sehingga

memungkinkan pasien menjalani operasi dan prosedur kesehatan lainnya tanpa

rasa sakit. Anestesi yang diberikan kepada seseorang berbeda untuk tiap

kondisinya.

Pertimbangan menentukan teknik anestesi:

1. Luas daerah operasi

2. Keadaan umum pasien

3. Perluasan infeksi jaringan area operasi

4. Temperamen pasien

5. Tingkat kooperasi pasien

6. Ketebalan/kepadatan jaringan keras

Jenis Anestesi

1. Anestesi umum

Anestesi umum ditujukan membuat pasien sepenuhnya tidak sadar selama operasi.

Obat bius biasanya disuntikkan ke tubuh pasien atau dalam bentuk gas yang

dilewatkan melalui alat pernafasan. Pasien sama sekali tidak akan mengingat

apapun tentang operasi karena anestesi umum memengaruhi otak dan seluruh

tubuh. Selama dalam pengaruh anetesi, fungsi tubuh yang penting seperti tekanan

darah, pernapasan, dan suhu tubuh dipantau secara ketat.

2. Anestesi regional

Anestesi regional diberikan pada dan di sekitar saraf utama tubuh untuk

mematikan bagian yang lebih besar. Pada prosedur ini pasien mungkin tidak

sadarkan diri selama periode waktu yang lebih panjang. Di sini, obat anestesi

disuntikkan dekat sekelompok saraf untuk menghambat rasa sakit selama dan

setelah prosedur bedah. Ada dua jenis utama dari anestesi regional, yang meliputi:

- Anestesi spinal

Anestesi spinal atau sub-arachnoid blok (SAB) adalah bentuk anestesi regional

yang disuntikkan ke dalam tulang belakang pasien. Pasien akan mengalami mati

rasa pada leher ke bawah. Tujuan dari anestesi ini adalah untuk memblokir

transmisi sinyal saraf. Setelah sinyal sistem saraf terblokir, pasien tidak lagi

merasakan sakit. Biasanya pasien tetap sadar selama prosedur medis, namun obat

Page 3: Tugas Bedah Mulut 1

penenang diberikan untuk membuat pasien tetap tenang selama operasi. Jenis

anestesi ini umumnya digunakan untuk prosedur pembedahan di pinggul, perut,

dan kaki.

- Anestesi epidural

Anestesi epidural adalah bentuk anestesi regional dengan cara kerja mirip anestesi

spinal. Perbedaannya, anestesi epidural disuntikkan di ruang epidural dan kurang

menyakitkan daripada anestesi spinal. Epidural paling cocok digunakan untuk

prosedur pembedahan pada panggul, dada, perut, dan kaki.

3. Anestesi lokal

Anestesi lokal, seperti namanya, digunakan untuk operasi kecil pada bagian

tertentu tubuh. Suntikan anestesi diberikan di sekitar area yang akan dioperasi

untuk mengurangi rasa sakit. Anestesi juga dapat diberikan dalam bentuk salep

atau semprotan. Sebuah anestesi lokal akan membuat pasien terjaga sepanjang

operasi, tapi akan mengalami mati rasa di sekitar daerah yang diperasi. Anestesi

lokal memiliki pengaruh jangka pendek dan cocok digunakan untuk operasi minor

dan berbagai prosedur yang berkaitan dengan gigi.

ANASTESI LOKAL

A. Pembagian Anestesi Lokal

Pembagian anestesi lokal berdasarkan area yang teranestesi :

a.    Nerve block, merupakan metode aplikasi anestesi lokal dengan penyuntikan

cairan anestesi pada atau sekitar batang saraf utama sehingga mencegah

impuls saraf afferent disekitar titik tersebut.

b.    Field block, merupakan metode anestesi lokal yang dilakukan dengan

memasukkan cairan didaerah cabang saraf terminal yang besar sehingga area

yang teranestesi memblokir semua saraf afferent pada daerah tersebut.

c.     Local infiltration, larutan anestesi lokal disuntikkan disekitar ujung saraf

terminal sehingga cairan anestesi terkumpul pada daerah tersebut sehingga

mencegah terjadinya stimulasi dan terbentuknya rasa sakit.

d.    Anestesi topikal, dengan cara mengoleskan larutan anestesi lokal secara

langsung pada bagian permukaan (membrane mukosa, kulit terluka atau

Page 4: Tugas Bedah Mulut 1

mata) untuk mencegah stimulasi pada ujung ujung saraf bebas pada daerah

tersebut (free nerve endings).

B. Mekanisme Anastesi Lokal

Bahan anestetikum lokal mengubah proses pembentukan dan pengiriman

impuls dengan beberapa cara, yaitu dengan mengubah potensial istirahat

dasar dari membran sel syaraf, mengubah potensial ambang batas

(threshold), mengurangi rasio depolarisasi, atau dengan menambah rasio

repolarisasi. Perubahan yang terjadi dapat diakibatkan oleh salah satu atau

lebih dari satu cara tersebut.

Bahan anestetikum lokal melekat pada reseptor yang ada di dekat gerbang

sodium pada membran sel, lalu mengurangi permeabilitas ion sodium

sehingga dapat menghambat konduksi impuls. Ion sodium yang

seharusnya berikatan dengan reseptor pada membran sel untuk

meningkatkan permeabilitas dan membuka gerbang sodium akan

berkompetisi dengan bahan anestetikum lokal untuk berikatan dengan

reseptor pada membran sel. Setelah bahan anestetikum lokal berikatan

dengan reseptor, terjadi penurunan permeabilitas membran sel sehingga

menghasilkan blokade gerbang sodium. Hal ini mengakibatkan terjadinya

penurunan konduksi sodium dan rasio depolarisasi sehingga terjadi

kegagalan dalam mencapai potensial ambang batas (threshold) dan

mengakibatkan kegagalan dalam potensial aksi. Keadaan ini

mengakibatkan terhambatnya pengiriman impuls sehingga sensasi seperti

rasa sakit dapat dihilangkan.

C. Teknik Anastesi Lokal

Macam-macam teknik yang digunakan dalam penatalaksanaan anestesi

lokal:

a. Topikal

Menghilangkan rasa sakit di bagian permukaan saja karena yang dikenai

hanya ujung-ujung serabut urat syaraf. Bahan yang digunakan berupa salf.

b. Infiltrasi

Page 5: Tugas Bedah Mulut 1

Anestesi dilakukan dengan mendeponirkan cairan anestesi disekitar apeks

gigi yang akan dicabut di sisi bukal pada sulkus, adanya porositas pada

tulang alveolar menyebabkan cairan anestesi berdifusi menuju saraf pada

apeks gigi. Biasanya menggunakan jarum yang agak pendek. Macam-

macam teknik infiltrasi adalah sebagai berikut :

a.       anestesi topikal/infiltrasi intramukosa

b.      infiltrasi submukosa

c.       infiltrasi supraperiosteal

d.      infiltrasi subperiosteal

e.       infiltrasi intraoseal

f.        infiltrasi perisemental

g.       infiltrasi intraseptal

h.       infiltrasi intradental

c. Anestesi blok

Merupakan anestesi dengan cara menginjeksikan cairan anestesi pada

batang saraf yang biasa digunakan untuk tindakan bedah di rongga mulut.

Anestesi blok yang digunakan biasa dilakukan adalah inferior dental blok,

mental blok, posterior superior dental blok, dan infra orbital blok.

Biasanya anestesi menggunakan jarum lebih panjang ± 3,5 cm.

D. Indikasi dan Kontraindikasi Anastesi Lokal

Indikasi anastesi lokal

1.      Jika nyawa penderita dalam bahaya karena kehilangan kesadarannya,

sebagai contoh sumbatan pernafasan atau infeksi paru.

2.      Kedaruratan karena tidak ada waktu untuk mengurangi bahaya

anestesi umum. Hal ini dapat terjadi pada kasus seperti partus obstetik

operatif, diabetes, penyakit sel bulan sabit, usia yang sangat lanjut, dan

pembedahan yang lama.

3.      Menghindari bahaya pemberian obat anestesi umum, seperti pada

anestesi halotan berulang, miotonia, gagal ginjal atau hepar dan porfiria

intermiten akut.

Page 6: Tugas Bedah Mulut 1

4.       Prosedur yang membutuhkan kerjasama dengan penderita, seperti

pada perbaikan tendo, pembedahan mata, serta pemeriksaan gerakan

faring.

5.      Lesi superfisial minor dan permukaan tubuh, seperti ekstraksi gigi

tanpa penyulit, lesi kulit, laserasi minor, dan revisi jaringan parut.

6.      Pemberian analgesi pascabedah, contohnya sirkumsisi, torakotomi,

herniorafi, tempat donor cangkok kulit, serta pembedahan abdomen.

7.      Untuk menimbulkan hambatan simpatik, seperti pada free flap atau

pembedahan reimplantasi, atau iskemia ekstremita.

Kontra indikasi anestesi lokal

1. Pada area infeksi

cairan radang dan organisme terdesak ke jaringan sehat menyebabkan

infeksi meluas

cairan anestetikum + cairan radang akan menekan saraf sehingga

menyebabkan rasa sakit/nyeri

anestesi menjadi tidak efektif dalam cairan radang

menghambat penyembuhan

2. Penderita nervous/tegang à anestesi umum

3. Multiple extraction à anestesi umum tidak sakit, komplikasi pasca bedah

kurang, dan penyembuhan luka lebih cepat

4. Penderita abnormal à jarum salah masuk atau patah

5. Anak-anak penakut

E. Alat-alat yang digunakan

Adapun alat-alat yang biasa digunakan untuk anastesi lokal adalah sebagai

berikut :

1.   Syringe

Syringe terdiri dari kotak logam dan plunger yang disatukan

melalui mekanisme hige spring. Jarum berujung ganda dapat dipasang

syringe melalui hub sekrup pada ujung kotak/ wadah lainnya

Page 7: Tugas Bedah Mulut 1

Banyak macam  dari dental syringes yang dapat digunakan, yang

paling sering adalah breech-loading, metallic, cartridge-type, aspirating

syringe.

Syringe terdiri dari thumb ring, finger grip, barrel containing the

piston with a harpoon, dan needle adaptor.

2.   Cartridge

Cartridge biasanya terbuat dari kaca bebas alkali dan pirogen untuk

menghindari pecah atau kontaminasi dari larutan. Catridge mempunyai

variasi design yang cukup banyak, terytama hubungannya dengan penutup

yang dapat ditembus jarum hipodermik saat syringe dipasang.

Kompresi plunger karet sering menimbulkan aspirasi ringan ketika

tekanan dilepaskan, sehingga larutan dalam cartridge terkontaminasi.

Karena itu larutan sisa jangan pernah digunakan untuk pasien yang lain

karena bisa terjadi penularan infeksi, larutan anastesi yang kelebihan

tersebut harus dibuang.

3.    Jarum

Jarum hipodermik yang di kedokteran gigi dibagi menjadi pendek

dan panjang. Jarum suntik yang pendek biasanya digunakan untuk anastesi

infiltrasi , biasanya panjangnya 2 atau 2,5 cm. Sedang jarum yang

digunakan untuk teknik blok biasanya panjangnya 3,5 cm.

Jarum yang digunakan harus dapat melakukan penetrasi  sebelum

seluruh jarum dimasukkan kedalam jaringan. Tindakan pengamanan ini

akan membuat jarum tidak masuk seluruhnya ke jaringan. Sehingga bila

terjadi fraktur pada hub, potongan jarum dapat ditarik keluar dengan tang

atau sonde.

Beberapa ahli beranggapan bahwa penggunaan jarum yang kecil

daripada yang besar akan merusak pembuluh darah. Otot dan ligamen

sehingga terbentuk haematoma dan/atau trismus.

F. Bahan Anastetikum Lokal

Pertimbangan dalam memilih obat anestetikum lokal :

1.  Dipilih obat anestetikum yang cocok bagi pasien

Page 8: Tugas Bedah Mulut 1

2.  Mengetahui kontra indikasi obat anestetikum lokal

3.  Anamnesis yang akurat meliputi riwayat alergi / anafilaksi obat

anestetikum lokal

Syarat-syarat anestetikum lokal yang ideal :

a. mempunyai daya penetrasi yang cukup kuat

b. mempunyai volume dan konsentrasi yang efektif sekecil mungkin

c. tidak menghasilkan reaksi lokal sekunder

d. stabil dalam larutan

e. mudah disterilkan tanpa ada perubahan

f. bebas dari reaksi alergi dan idiosinkrasi

g. mempunyai onset of action yang cepat dan duration of action yang cukup

lama

h. mempunyai potensi yang cukup untuk memberikan keadaan anestesi yang

sempurna

i. mempunyai toksisitas sistemik yang rendah untuk akhirnya obat akan

diabsorbsi

j. tidak menyebabkan kerusakan yang menetap pada struktur saraf tidak

mengiritasi jaringan setempat

Anestetika lokal terdiri dari 3 bagian, gugus amin hidrofilik yang

dihubungkan dengan gugus aromatik hidrofobik oleh gugus antara, gugus amin

selalu berupa amin tersier / amin sekunder, dan gugus antara dan gugus aromatik

dihubungkan oleh ikatan amida atau ikatan ester. Berdasarkan ikatan ini,

anestetika lokal digolongkan menjadi :

- senyawa ester (prokain, tetrakain, benzokain, kokain, dll)

- senyawa amida (lidokain, dibukain, mepivakain, prilokain, dll)

Secara umum anestetik local mempunyai rumus dasar yang terdiri dari 3

bagian: gugus amin hidrofil yang berhubungan dengan gugus residu aromatik

lipofil melalui suatu gugus antara. Gugus amin selalu berupa amin tersier atau

amin sekunder. Gugus antara dan gugus aromatic dihubungkan dengan ikatan

Page 9: Tugas Bedah Mulut 1

amid atau ikatan ester. Maka secara kimia anestetik local digolongkan atas

senyawa ester dan senyawa amid. 

Yang tergolong kedalam golongan amida (-NHCO-): Lidokain (xylocaine,

lignocaine), mepivakain (carbocaine), prilokain (citanest), bupivacain (marcaine),

etidokain (duranest), dibukain (neupercaine), ropivakain (naropin),

levobupivacaine (chirocaine).

Perbedaan yang utama dari kedua klasifikasi obat anastesi antara amida

dan ester adalah dimana kedua obat tersebut dibawa untuk mengalami pemecahan

metabolisme. Metabolisme (atau biotransformasi) dari anastesi lokal sangat

penting, karena hampir semua toksisitas obat tergantung dari keseimbangan antara

kadar absorpsi ke dalam pembuluh darah di tempat injeksi and kadar

penghilangan obat dari darah dari proses pemasukan ke dalam jaringan dan

metabolisme.

Ester (-COOC-)

Metabolisme oleh enzim pseudo-kolinesterase. Adanya ikatan ester sangat

menentukan sifat anastesi lokal sebab pada degradasi dan inanaktivasi di

dalam tubuh, gugus tersebut akan dihidrolosis. Karena itu golongan ester

umumnya kurang stabil dan mudah mengalami metabolisme dibandingkan

golongan amida. Hidrolisis ester sangat cepat dan metabolit dieksresi melalui

urin. Diantaranya: Procaine, Kocaine, Amethocaine, Tetracaine, Benzocaine.

Amida (-NHCO-)

Metabolisme dari golongan amida lebih kompleks dibandingkan dengan

golongan ester. Daerah utama untuk biotranformasi amida adalah di hati.

Hampir seluruh proses metabolik terjadi di hati untuk obat lidocaine,

mepivacaine, articaine, etidocaine. Prilokaine dimetabolisme di hati, dan

beberapa kemungkinan di paru. Kecepatan metabolismenya bergantung pada

spesifikasi obat anestesi lokal. Metabolismenya lebih lambat dari hidrolisa

ester. Metabolit di eksresi lewat urin dan sebagian kecil di eksresi dalam

bentuk utuh. Diantaranya: Lidocaine, Prilocaine, Bupivacaine, Mervacaine,

Lincocaine, Lignocaine, Dibucaine.

Page 10: Tugas Bedah Mulut 1

1) Prokain

Farmakodinamik:

- Dosis 100-800 mg : analgesic ringan, efek maksimal 10-20’, hilang setelah

60’

- Dihidrolisis menjadi PABA (para amino benzoic acid) dapat menghambat

kerja sulfonamide.

Farmakokinetik:

- Esterase à Absorpsi cepat PABA + dietilaminoetanol

- Hidrolisis à PABA diekskresi dalam urin (bentuk utuh dan terkonjugasi)

Indikasi Klinik:

Untuk anestesi lokal dengan suntikan lokal, blokade saraf dan anestesi

spinal; sedangkan secara topikal tidak efektif; derivat prokainamid digunakan

untuk terapi aritmia jantung.

Untuk infiltrasi: larutan 0,25-0,5%

Blok saraf: 1-2%

Dosis 15 mg/kg BB dan lama kerja 30-60 menit

Prokain disintesis dan diperkenalkan dengan nama dagang novokain.

Sebagai anestetik lokal, prokain pernah digunakan untuk anestesi infiltrasi,

anestesi blok saraf, anestesi spinal, anestesi epidural, dan anestesi kaudal.

Namun karena potensinya rendah, mula kerja lambat, serta masa kerja pendek

maka penggunaannya sekarang hanya terbatas pada anestesi infiltrasi dan

kadang- kadang untuk anestesi blok saraf. Di dalam tubuh prokain akan

dihidrolisis menjadi PABA yang dapat menghambat kerja sulfonamik.

Toksisitas:

Toksisitas sistemik rendah karena masa kerjanya singkat dan degradasi

cepat; over dosis dapat menyebabkan gawat pernapasan.

2) Kokain

Hanya dijumpai dalam bentuk topical semprot 4% untuk mukosa jalan

napas atas. Lama kerja 2-30 menit.

Contoh:Fentanil

* Farmakodinamik: Kokain atau benzoilmetilekgonin didapat dari daun

Page 11: Tugas Bedah Mulut 1

erythroxylon coca. Efek kokain yang paling penting yaitu menghambat

hantaran saraf, bila digunakan secara lokal. Efek sistemik yang paling

mencolok yaitu rangsangan susunan saraf pusat.

* Efek anestetik lokal: Efek lokal kokain yang terpenting yaitu

kemampuannya untuk memblokade konduksi saraf. Atas dasar efek ini,

pada suatu masa kokain pernah digunakan secara luas untuk tindakan di

bidang oftalmologi, tetapi kokain ini dapat menyebabkan terkelupasnya

epitel kornea. Maka penggunaan kokain sekarang sangat dibatasi untuk

pemakaian topikal, khususnya untuk anestesi saluran nafas atas. Kokain

sering menyebabkan keracunan akut. Diperkirakan besarnya dosis fatal

adalah 1,2 gram. Sekarang ini, kokain dalam bentuk larutan kokain

hidroklorida digunakan terutama sebagai anestetik topikal, dapat

diabsorbsi dari segala tempat, termasuk selaput lendir. Pada pemberian

oral kokain tidak efektif karena di dalam usus sebagian besar mengalami

hidrolisis.

3) Tetrakain

Tetrakain adalah derivat asam para-aminobenzoat. Pada pemberian

intravena, zat ini 10 kali lebih aktif dan lebih toksik daripada prokain. Obat

ini digunakan untuk segala macam anestesia, untuk pemakaian topilak

pada mata digunakan larutan tetrakain 0.5%, untuk hidung dan tenggorok

larutan 2%. Pada anestesia spinal, dosis total 10-20mg. Tetrakain

memerlukan dosis yang besar dan mula kerjanya lambat, dimetabolisme

lambat sehingga berpotensi toksik. Namun bila diperlukan masa kerja yang

panjang anestesia spinal, digunakan tetrakain

4) Benzokain

Absorbsi lambat karena sukar larut dalam air sehingga relatif tidak toksik.

Benzokain dapat digunakan langsung pada luka dengan ulserasi secara

topikal dan menimbulkan anestesia yang cukup lama. Sediaannya berupa

salep dan supposutoria

5) Lidokain

Indikasi klinik:

Page 12: Tugas Bedah Mulut 1

Anestesi topikal, injeksi lokal untuk anaestesi lokal; i.v. digunakan untuk

aritmia jantung.

Toksisitas:

Sedasi, amnesia, dan konvulsi.

Farmakodinamik

Anestesia terjadi lebih cepat, lebih kuat, lebih lama dan lebih ekstensif

daripada yeng ditimbulkan oleh prokain pada konsentrasi yang sebanding.

Anestesi ini efektif bila digunakan tanapa vasokontriktor, tetapi kecepatan

absorpsi dan toksisitasnya bertambah dan masa kerjanya lebih pendek.

Lidokain merupakan obat terpilih bagi mereka yang hipersensitif terhadap

anestetik lokal golongan ester.

Farmakokinetik

Lidokain lebih cepat diserap dari tempat suntikan, saluran pencernaan, dan

saluran pernapasan serta dapat melewati sawar darah otak. Kadarnya dalam

plasma fetus dapat mencapai 60 % kadar dalam darah ibu. Dalam hati,

lidokain mengalami deakilasi oleh enzim oksidase fungsi ganda membentuk

etilglisin xilidid dan glisin xilidid, yang kemudian dapat dimetabolisme lebih

lanjut menjadi mono etilglisin xilidid dan glisin xilidid.

6) Bupivakain

Secara kimia dan farmakologis mirip lidokain. Toksisitas setaraf

dengan tetrakain. Untuk infiltrasi dan blok saraf perifer dipakai larutan

0,25-0,75%. Dosis maksimal 200mg. Duration 3-8 jam. Konsentrasi

efektif minimal 0,125%. Mula kerja lebih lambat dibanding lidokain.

Setelah suntikan kaudal, epidural atau infiltrasi, kadar plasma puncak

dicapai dalam 45 menit. Kemudian menurun perlahan-lahan dalam 3-8

jam. Untuk anesthesia spinal 0,5% volum antara 2-4 ml iso atau

hiperbarik. Untuk blok sensorik epidural 0,375% dan pembedahan 0,75%.

Prosedur Konsentrasi % Volume Infiltrasi 0,25-0,50 5-60 ml Blok

minor perifer 0,25-0,50 5-60 ml Blok mayor perifer 0,25-0,50 20-40 ml

Blok interkostal 0,25-0,50 3-8 ml Lumbal 0,50 15 20 ml Kaudal 0,25-0,50

5-60 ml Analgesi postop 0,50 4-8 ml/4-8 jam (intermitten) 0,125 15

ml/jam (kontinyu) Spinal intratekal 0,50 2-4 ml.

Page 13: Tugas Bedah Mulut 1

Struktur bupivakain mirip dengan lidokain, kecuali gugus yang

mengandung amin adalah butil piperidin. Merupakan anestetik lokal yang

mempunyai masa kerja yang panjang, dengan efek blokade terhadap

sensorik lebih besar daripada motorik. Karena efek ini bupivakain lebih

populer digunakan untuk memperpanjang analgesia selama persalinan dan

masa pasca pembedahan. Pada dosis efektif yang sebanding, bupivakain

lebih kardiotoksik daripada lidokain. Larutan bupivakain hidroklorida

tersedia dalam konsentrasi 0,25% untuk anestesia infiltrasi dan 0,5% untuk

suntikan paravertebra. Tanpa epinefrin, dosis maksimum untuk anestesia

infiltrasi adalah 2mg/kgBB.

7) Dibukain

Derivat kuinolin merupakan anestetik lokal yang paling kuat, paling toksik

dan mempunyai masa kerja panjang. Dibandingkan dengan prokain,

dibukain kira-kira 15x lebih kuat dan toksik dengan masa kerja 3x lebih

panjang. Sebagai preparat suntik, dibukain sudah tidak ditemukan lagi,

kecuali untuk anestesia spinal. Umumnya tersedia dalam bentuk krim

0,5% atau salep 1%.

8) Mepivakain HCL

Anestetik lokal golongan amida ini sifat farmakologiknya mirip lidokain.

Mepivakain ini digunakan untuk anestesia infiltrasi, blokade saraf regional

dan anestesia spinal. Sediaan untuk suntikan berupa larutan 1 ; 1,5 dan 2%.

Mepivakain lebih toksik terhadap neonatus dan karenanya tidak digunakan

untuk anestesia obstetrik. Pada orang dewasa indeks terapinya lebih tinggi

daripada lidokain. Mula kerjanya hampir sama dengan lidokain, tetapi

lama kerjanya lebih panjang sekitar 20%. Mepivakain tidak efektif sebagai

anestetik topical.

9) Prilokain HCL

Anestetik lokal golongan amida ini efek farmakologiknya mirip lidokain,

tetapi mula kerja dan masa kerjanya lebih lama. Efek vasodilatasinya lebih

kecil daripada lidokain, sehingga tidak memerlukan vasokonstriktor.

Toksisitas terhadap SSP lebih ringan, penggunaan intravena blokade

regional lebih aman. Prilokain juga menimbulkan kantuk seperti lidokain.

Page 14: Tugas Bedah Mulut 1

Sifat toksik yang unik dari prilokain HCl yaitu dapat menimbulkan

methemoglobinemia, hal ini disebabkan oleh kedua metabolit prilokain

yaitu orto-toluidin dan nitroso-toluidin. Methemoglobinemia ini umum

terjadi pada pemberian dosis total melebihi 8 mg/kgBB. Efek ini

membatasi penggunaannya pada neonatus dan anestesia obstetrik.

Anestetik ini digunakan untuk berbagai macam anestesia suntikan dengan

sediaan berkadar 1,0; 2,0; dan 3,0%.

Tabel 1. Efek farmakologi dan penggunaan klinis anastesi lokal

Ester /

amida

Mula

Kerja

Lama

Kerja

Penggunaan

Klinis

Properties

Procaine Ester Lambat Singka

t

- Terbatas

- Vascular

spam

- Diagnostik

prosedure

-Vasodilatasi

- Alergenik

Amethocaine Ester Cepat Singka

t

- Topical

anesthesia

- Spinal

anesthesia

- Toksisitas sistemik

kuat

Chloroprocaine Ester Cepat Singka

t

- Peripheral

anesthesia

- Obstetric

extradural

block

-Toksisitas sistemik

rendah

Mepivacaine Amida Cepat Sedang - Infiltration

- Peripheral

nerve blocks

-Versatile, dilatasi

sedang

Prilocaine Amida Cepat Sedang - Infiltration

-

Intravenous

anesthesia

-

Methaemoglobinanemia

pada dosis tinggi

- Sedikit toksisitas

Page 15: Tugas Bedah Mulut 1

- Peripheral

nerve blocks

amida

Bupivacaine Amida Sedang Lama - Infiltration

-

Intravenous

regional

anesthesia

- Extradural

∓ spinal

blocks

-Pemisahan blockade

sensoris dan motorik

Etidocaine Amida Cepat Lama - Infiltration

-

Intravenous

regional

anesthesia

- Extradural

blocks

- Blokade motorik yang

snagat besar

Lignocaine Amida Cepat Sedang -

Infiltration /

topical

-

Intravenous

regional

anesthesia

- Extradural

& spinal

blocks

- Peripheral

nerve blocks

- Agen paling

serbaguna

- Vasodilatasi sedang

G. Pemberian Vasokonstriktor

Page 16: Tugas Bedah Mulut 1

Kecuali Kokain, maka semua anastesi lokal bersifat vasodilator

(melebarkan pembuluh darah). Sifat ini membuat zat anastesi lokal cepat

diserap, sehingga toksisitasnya meningkat dan lama kerjanya menjadi singkat

karena obat cepat masuk ke dalam sirkulasi. Untuk memperpanjang kerja

serta memperkecil toksisitas sering ditambahkan vasokonstriktor.

Tujuan pemberian vasokonstriktor adalah untuk mengurangi perdarahan

perifer, agar absorbsi anestetikum menjadi lambat, mengurangi resiko reaksi

overdosis, memperpanjang kerja anestetikum dan mengurangi dosis

anestetikum.

Macam-macam vasokonstriktor antara lain Epineprin, Norepineprin,

Isoproterenol, Dopamine, dan Hydroxyamphetamine.

Epineprin

adrenalin, adrenin, supranol (glandula suprarenalis), suprarenin,

suprenalin, sintetik L-Suprarenin (sintetis)

vasokonstriktor dan mempercepat denyut jantung

stimulan jantung dan hemostatik kontrol perdarahan perifer

standar 1:1.000 diaplikasikan langsung ke jaringan yang perdarahan,

tidak boleh lebih dari 1:1.000 à nekrosis dan gangren à suplai O2

dan makanan berkurang

kontra indikasi pada pasien jantung, hipertensi dan arteriosclerosis,

anerisma (penipisan pembuluh darah), gangguan tiroid, diabetes

mellitus, nervous berat.

H. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemakaian anestetikum

1. Anamnesis terutama riwayat alergi anestetikum

2. Apabila ada keraguan dalam memilih anestetikum, lakukan skin test pada

tangan yaitu injeksi intradermal 0,5 cc. Apakah ada bercak bundar atau

tidak

3. Pada pasien yang takut atau gelisah, lakukan premedikasi dengan der. As.

Barbiturat (sod. Pentobarbital) yang dilarutkan dalam air 1:3, tahan dalam

Page 17: Tugas Bedah Mulut 1

mulut dan telan. Ini untuk mengurangi trauma psikis dan antidot toksin

procaine.

4. Germisida topikal (alkohol 70%) sebagai desinfektan dan anestesi topikal

5. Jarum suntik harus baru, runcing/tajam, steril

6. Mukosa tegang à setelah injeksi, jarum jangan diputar-putar karena akan

merusak jaringan sekitarnya

7. Penyuntikan harus dilakukan perlahan-lahan

8. Harus selalu dilakukan aspirasi sebelum anestetikum disuntikkan.

I. Komplikasi

Kegagalan anastesi, rasa sakit saat proses berlangsung, Ekimosis, hematoma,

trismus, paralisis facialis, hilangnya sensasi berkepanjangan, jarum yang patah,

infeksi, trauma pada bibir, gangguan visual, pingsan, alergi, dan xerostomia.

TEKNIK ANASTESI LOKAL PADA MAKSILA

Anastesi lokal dapat dilakukan pada N. maksilaris dan cabangnya.

1)      Lokal infiltrasi (sering digunakan)

· Saraf                       : cabang terminal/ free nerve ending

· Area teranastesi       : terbatas dimana larutan anestesi lokal dilakukan

·  Pedoman anatomis  : tidak ada pedoman khusus

·  Indikasi                   : bila hanya sebatas mukosa dan jaringan ikat

dibawahnya

· Teknik                     : jarum diinsersikan dibawah mukosa ke dalam

jaringan ikat

· Symptom                 : tidak ada simptom subyektif

2)      Field block

· Saraf                       : cabang saraf terminal besar

Page 18: Tugas Bedah Mulut 1

·  Area teranastesi       : semua area yg diinervasi

·  Pedoman anatomi    : tergantung area yg diinginkan, pedoman umum :

letak gigi dan akarnya serta periosteum tulang alveolar yg bersangkutan.

·  Indikasi                   : untuk lokal anestesi satu/dua gigi RA dan sekitarnya

·  Teknik                     : Paraperiosteal/ supraperiosteal. tehnik ini sering

digunakan karena porositas tulang RA; jarum diinsersikan menembus

membran mukosa dan jaringan ikat dibawahnya sampai menyentuh

periosteum lalu larutan dideponer

3)      Blok N. alveolaris superior anterior dan medius (blok N. infra orbital)

·  Saraf                       : cabang saraf terminal besar; n. infra orbitalis, n.

alveolaris superior anterior dan medius, n. palpebra inferior

·  Area teranatesi        : gigi insisive, caninus, premolar dan akar mesio bukal

gigi molar pertama bibir atas , pelupuk mata bawah dan sebagian hidung

·  Pedoman anatomi    : infraorbital ridge, infraorbital depression,

supraorbital notch, gigi anterior dan pupil mata

·  Indikasi                   : untuk bedah yg melibatkan gigi insisive, caninus,

premolar dan akar mesio bukal molar pertama RA

·  Teknik                     : pasien diminta melihat lurus kedepan lalu dipalpasi

bagian supraorbital dan infraorbital notch, ditarik garis khayal dari orbita

pupil mata, foramen infraorbitalis, gigi premolar ke-2 dan foramen

mentalis. Jarum diinsersikan di mukolabial fold ± 1,9 mm

·  Simptom                  : Kebas pada bibir atas, kelopak mata bawah dan

sebagian hidung pada satu sisi

4)      Blok N. alveolaris superior posterior

·  Saraf                       : N. Alveolar Superior Posterior

·  Area                        : Gigi molar RA kecuali akar mesiobukal molar

pertama, periosteum jaringan ikat dan mukosa bukal

·  Pedoman anatomi    : mukobukal fold, batas anterior dan proc.

Coronoideus mandibula, tuberositas maksila

·  Indikasi                   : operasi gigi molar RA dan jaringan penyangga

Page 19: Tugas Bedah Mulut 1

·  Teknik                     : Jari telunjuk meraba mukobukal fold sampai

mencapai proc. Zygomaticus hingga mendapatkan cekungan, jari telunjuk

diputar hingga kuku jari menghadap mukosa dan jari digeser kelateral

membentuk sudut 45o dengan bidang sagital pasien dan pasien diminta

menutup sedikit mulutnya. Jarum diinsersikan ditengah ujung jari paralel

dengan ujung jari lalu dideponir

·         Symptom                 : Tidak ada symptom subyektif

5)      Blok N. nasopalatina

· Saraf                       : Nervus palatinus yg keluar dari foramen insisivus

· Area                        : bagian anterior palatum durum dan mukosa yg

menutupi sampai daerah premolar

· Pedoman anatomi    : gigi insisive pertama RA dan papila insisiva

· Indikasi                   : operasi bagian palatal

· Teknik                     : jarum diinsersikan pada foramen insisivus

· Simptom                  : kebas pada mukosa palatum

6)      Blok N. palatina mayor

· Saraf                       : N. palatinus mayor

· Area                        : bag. Posterior palatum durum dan mukosa yg

menutupi sampai daerah premolar pertama RA

· Pedoman anatomi    : molar kedua & ketiga RA, margin gingiva gigi

molar, garis median palatum, garis berjarak 1 cm dari marginal gingiva

kegaris median palatum

· Tekhnik                    : Jarum diinsersikan pada foramen yg terletak di

antara gigi molar ke-2 dan ke-3 RA sejauh 1 cm dari marginal gingiva

bagian palatal.

· Symptom                 : kebas pada gingiva palatum posterior

A. Insisivus dan Kaninus

Indikasi

- Preparasi kavitas

Page 20: Tugas Bedah Mulut 1

- Bedah pulpa

- Prosedur bedah : + Infiltrasi palatal (1 gigi)

+ Nasopalatine Block (6 gigi anterior maksila)

1. Teknik Infiltrasi Supraperiosteal

Teknik supraperiosteal digunakan untuk anastesi gigi depan sulung.

Injeksi pada anak dibuat lebih dekat ke gingiva margin dibandingkan

pasien dewasa dan anastetikum dideponir dekat ke tulang alveolar menuju

apeks gigi.

2. Infraorbital Block

Digunakan untuk beberapa gigi. Teknik :

- Maksila 45˚ dan pandangan lurus ke depan

- Raba infraorbital notch dengan telunjuk

- Garis lurus: pupil - fossa infraorbital - P

- Injeksikan pada Lipatan mukobukal dengan cara pipi ditarik ke bukal

- Aspirasi à deponir 1 cc di foramen infraorbita

Nasopalatinal Block

Page 21: Tugas Bedah Mulut 1

Teknik

- Intraseptal 1 | 1 à 0,25 cc

- Papila insisivum à 0,5 cm à 0,25 cc

Gejala : Subyektif à matirasa pada palatum bila diraba dengan lidah

Obyektif à instrumentasi

B. Premolar

Indikasi :

- Preparasi kavitas

- Bedah pulpa

- Prosedur bedah : + Injeksi Palatal

Menggunakan teknik Infiltrasi Supraperiosteal

C. Molar

Indikasi :

- Preparasi kavitas

- Bedah pulpa

- Prosedur bedah : + Infiltrasi palatal (1 gigi)

+ Greater palatine Nerve Block

1. Teknik Supraperiosteal

Page 22: Tugas Bedah Mulut 1

2. PSA Nerve Block

Teknik :

1. Posisi Maksila 45˚

2. Raba lipatan mukobukal à tuberositas maksila (Tuberositas Block/

Zygomatic Block)

3. Foramen PSA à 1/2 – ¾ inci

- Hati-hati terhadap plexus venosus pterygoideus karena dapat

menyebabkan hematom

- Seluruh Molar teranestesi kecuali akar mesiobukal à injeksi

supraperiosteal apeks

Greater palatine Nerve Block

Teknik :

1. Antara M2-M3 maksila

2. Injeksi à 1 cm dari gingiva tepi palatal M ke linea mediana

Gejala:

Subyektif : matirasa palatum bila diraba dengan lidah

Obyektif : instrumentasi

Blok N. Maksilaris

Page 23: Tugas Bedah Mulut 1

Indikasi :

1. Bedah pada area maksila yang luas

2. Infeksi yang luas

3. Diagnosis dan perawatan à neuralgia

a) Teknik tuberositas tinggi :

Tekniknya sama dengan blok PSA Nerve

à Jarum diinjeksi sampai + 1,25 inci

à Deponir Anestetikum 2 - 4 cc

b) Teknik kanalis palatines mayor

Tekniknya sama dengan blok n palatinus mayor

à Masuk dalam kanalis palatinus mayor

à Injeksi sampai + 1,5 inci

à Deponir 2 cc

Gejala

Subyektif: tingling & numbness, matirasa palatum bila diraba

dgn lidah

Obyektif: instrumentasi

TEKNIK ANASTESI LOKAL PADA MANDIBULA

Blok N. Alveolaris Inferior

· Saraf : N.alveolaris inferior dan subdivisi; n. mentalis & n. insisivus

· Area : corpus mandibula dan bagian inferior ramus seluruh RB, seluruh gigi RB,

mukosa dan jaringan di bawahnya anterior dari molar pertama RB

· Pedoman anatomi    : lipatan mukobukal fold, batas anterior ramus mandibula,

linea obliqua interna, trigonum retromolar, linea obliqua eksterna, ligamen

pterygomandibula

A. Insisivus dan Kaninus

Indikasi :

- Preparasi kavitas

- Bedah pulpa

- Prosedur bedah : + anastesi pada lingual gigi

Page 24: Tugas Bedah Mulut 1

1. Infiltrasi Supraperiosteal

Gejala :

Subyektif : Bibir bawah tebal (parestesia) & Kesemutan (numbness)

Obyektif : Instrumentasi

2. Infiltrasi Intraoseal

B. Premolar

Teknik mental blok :

1. Estimasi letak apeks P1 & P2 à foramen mentale

2. Tarik pipi ke bukal

3. Injeksi di mukolabial à foramen mentale / periosteum di anterior

apeks P2 à 0,5 – 1 cc

Indikasi : Operatif dan bedah I,C, & P mandibula, bibir bawah, mandibula

& Mukosa labial

Page 25: Tugas Bedah Mulut 1

C. Molar

Teknik mandibular blok :

1. Telunjuk/ibu jari à a. Lipatan mukobukal

b. Margo anterior ramus

c. Krista obliqua eksterna

2. Melalui Trigonum Retromolar à Krista Obliqua Interna

3. Pipi ditarik ke bukal

4. Suntikkan dari sisi berlawanan (inter P) à menyentuh tulang (facies

interna ramus) à 1,5 – 2 cm

5. Aspirasi à deponir 1 - 1,8 cc

6. Tarik 1 cm à Lingual Block à 0,5 cc

Page 26: Tugas Bedah Mulut 1

DAFTAR PUSTAKA

1. Latief A said,dkk. 2007. Anestesi Lokal. Petunjuk Praktis anestesiologi, Edisi

2. Penerbit bagian anestesiolgi dan Terapi Intensif Fakultas kedokteran

Universitas Indonesia, Jakarta.

2. G. Edward Morgan, Jr., Maged S. Mikhail, Michael J. Murray. Clinical

Anesthesiology, 4th Edition. Prentice-Hall Int.Inc. ,London, 2006;193.

3. Malamed SF. 2004. Handbook of Local Anesthesia, Fifth Edition. Missouri:

Elsevier Mosby.

4. Ritiasa K. 1993. ISO Indonesia, Informasi Spesialite Obat Indonesia. Jakarta:

Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia.

5. Syarif A. 2007. Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Jakarta: FK-UI.

6. Tjay TH. dan Raharja K. 2005. Obat-obat Penting. Jakarta: Elex Media

Komputindo.

7. Infomaterium Medicamentorum. 2005. Den Haag

8. Karakata S, Bob Bachsinar. 1996. Bedah Minor Edisi 2. Jakarta: Hipokrates