tugas ansis final
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI
PADA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
DI KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN
Andriati Cahyaningsih
NPM : 0906600030
Dosen :
Dr. dr. Tri Edhi Budhi Soesilo M.Si
JENJANG DOKTOR
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN
PROGRAM PASCASARJANA
JAKARTA, JUNI 2010
1. LATAR BELAKANG
Jakarta sebagai ibu kota negara menjadi pusat dari segala kegiatan ekonomi
dan pemerintahan. Dengan daya tarik ekonomi, laju arus urbanisasi di Jakarta
menjadi cukup tinggi. Permasalahan pun timbul, mulai dari kemiskinan,
kemacetan, pelanggaran pemanfaatan ruang, keterbatasan lahan, kejahatan,
dan masih banyak lagi masalah yang saat ini menjadi sulit untuk diatasi.
Jakarta dipandang sudah tidak mampu lagi menjamin kelayakan hidup seluruh
warganya, karena sudah melebihi daya tampung dan daya dukung. Hal ini
menjadi beban bagi warga dan bagi pengelola wilayah Jakarta.
Jalan keluar dari permasalahan ini antara lain dengan mengendalikan arus
urbanisasi yang masuk ke Jakarta. Pengendalian arus urbanisasi tidak akan
berhasil selama Jakarta masih menjadi daya tarik utama. Oleh sebab itu, perlu
diciptakan lokasi lain yang dapat menjadi daya tarik urbanisasi sebagai upaya
pengembangan wilayah. Pengembangan wilayah dilakukan dengan
memperhatikan faktor utama pembentuk ruang wilayah, yaitu kondisi fisik,
sosial ekonomi, dan budaya. Pengembangan wilayah dicapai antara lain
melalui pembangunan ekonomi dengan memanfaatkan semua potensi yang
ada, sekaligus sebagai salah satu daya tarik urbanisasi yang utama.
Salah satu daerah di sekitar Jakarta yang mempunyai potensi untuk
dikembangkan adalah Provinsi Banten yang mempunyai luas wilayah 8.800,83
km² dan jumlah penduduk 9.083.144 orang. Laju pertumbuhan ekonomi
Provinsi Banten pada tahun 2006 sebesar 5,47% dengan total PDRB atas harga
konstan Rp 61,31 trilyun rupiah. Sektor industri manufaktur merupakan
penyumbang terbesar, yaitu sebesar 49,07%, sedangkan sektor pertanian
hanya 7,89%. Dengan kondisi ini, Provinsi Banten bisa dikembangkan untuk
menjadi pusat pertumbuhan (growth center) baru yang dapat mengalihkan
arus urbanisasi Jakarta.
Meskipun demikian, perlu dilihat lebih mendalam wilayah mana dari Provinsi
Banten yang masih cukup layak untuk dikembangkan. Berdasarkan data 6
kabupaten/kota yang ada, dapat dilihat bahwa saat ini yang merupakan
daerah padat adalah Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang, baik dari segi
penduduk maupun industri yang berlokasi di kabupaten/kota tersebut. Daerah
1
lainnya adalah Kabupaten Serang yang mempunyai luas 1.724,09 km² dan
jumlah penduduk 1.834.514 orang, serta laju pertumbuhan ekonomi sebesar
4,40%. Sektor industri manufaktur masih tetap merupakan penyumbang
terbesar dibandingkan sektor lainnya.
Dengan melihat potensi Provinsi Banten, kondisi secara detil di enam
kabupaten/kota, serta sektor yang mempunyai peran utama sebagai
pembangkit laju ekonomi, Kabupaten Serang dipandang sesuai untuk menjadi
pusat pertumbuhan baru melalui sektor industri.
2. PERUMUSAN MASALAH PERMODELAN
Sektor industri, baik industri besar, maupun industri kecil dan menengah,
merupakan salah satu penggerak ekonomi di daerah. Sektor industri di
Provinsi Banten khususnya di Kabupaten Serang, merupakan sektor yang
mempunyai kontribusi terbesar dalam peningkatan PDRB. Oleh sebab itu,
upaya menjadikan Kabupaten Serang sebagai pusat pertumbuhan baru
dilakukan melalui sektor industri.
Di sisi lain, pembangunan industri selain mempunyai dampak positif juga
mempunyai dampak negatif. Terlebih lagi jika dalam pembangunan industri
menggunakan lahan yang mempunyai potensi sumberdaya alam tinggi. Dalam
hal ini, perlu diketahui keuntungan dan kerugian pengembangan industri bagi
masyarakat dan daerah yang selanjutnya dibandingkan dengan keuntungan
dan kerugian mempertahankan penggunaan lahan yang existing. Penulis
memandang bahwa masalah utama adalah belum adanya model yang dapat
digunakan untuk mengetahui manfaat pembangunan industri bagi masyarakat
Kabupaten Serang dan berapa lama manfaat tersebut dapat dinikmati.
3. SKENARIO AWAL
Dalam RTRW Kabupaten Serang telah ditetapkan lahan untuk industri seluas
258.000 hektar, dan saat ini telah digunakan seluas 82.500 hektar atau 30%
dari luas total. Industri yang berdiri di atas lahan tersebut telah menyerap
2
tenaga kerja sebanyak 77.929 orang. Setiap satu orang tenaga kerja
memberikan sumbangan ke PAD sebesar 15% dari penghasilan yang berupa
pajak penghasilan. Jumlah pengangguran yang masih tersisa adalah 68.614
orang, dan setiap pengangguran merupakan beban bagi pemerintah daerah
dan mengurangi PAD.
Pertumbuhan industri per tahun sebesar 2%. Pertumbuhan industri akan
membuka lapangan kerja, dimana setiap hektar industri manufaktur dapat
menampung 110 orang tenaga kerja, serta akan menurunkan pengangguran
sebesar 2%. Peningkatan pendapatan daerah akan digunakan untuk
pembangunan infrastruktur sebesar 10 persen, sehingga dapat menjadi daya
tarik untuk meningkatkan investasi dan mendorong pertumbuhan industri.
4. TINJAUAN PUSTAKA
4.1. Sistem Dinamik dan Pemodelan
Raden Darmono (2005) menjelaskan bahwa sebagai salah satu pendekatan
dalam dalam permodelan kebijakan, methodology system dynamics
diperkenalkan pertama kali oleh Jay.W.Forrester pada dekade 50-an. Metode
ini muncul sewaktu kelompok Jay Forrester melakukan riset di MIT dengan
mencoba mengembangkan manajemen industri guna mendesain dan
mengendalikan sistem industri (yang merupakan sebuah sistem sosial yang
kompleks). Mereka mencoba mengembangkan metode manajemen untuk
perencanaan industri jangka panjang. Kemudian mereka mengembangkan
suatu sistem yang terdiri atas enam jaringan flow yang saling berinteraksi,
yaitu material, order, uang, personil, kapital, dan informasi. Sistem ini
kemudian diterbitkan dalam bentuk buku pada tahun 1961 dengan judul
Industrial Dynamics.
Penelitian kedua setelah Industrial Dynamics yang dilakukan Jay Forrester
adalah upaya menjelaskan perkembangan kota yang dipublikasikan dalam
buku Urban Dynamics pada tahun 1969. Buku ini mencoba menjelaskan siklus
suatu kota melalui model yang dikembangkannya, serta menganalisis
beberapa penyebab pertumbuhan dan penurunan dalam perkembangan kota
serta menguji efek dari suatu program perbaikan kota, termasuk membangun
3
perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah, pelatihan kerja serta
pembangunan perusahaan-perusahaan baru terhadap pertumbuhan kota.
Dasar metode System Dynamics adalah analisis sistem. Suatu sistem diartikan
sebagai seperangkat elemen yang saling berinteraksi satu sama lain.
Komponen suatu sistem saling berkaitan dengan pola hubungan yang
berbeda, sedangkan antara sistem dengan lingkungannya (system
environment) mempunyai pola hubungan sangat terbatas.
Suatu sistem dapat terdiri atas beberapa sub-sistem, dimana definisi sistem
juga berlaku di dalamnya. Interaksi yang terjadi sepanjang waktu akan
mempengaruhi keadaan komponen-komponen sistem. Struktur sistem (system
structure) ditentukan oleh hubungan antara elemen-elemennya. Batas sistem
(system boundary) akan memisahkan sistem dari lingkungannya.
System Dynamics mencoba untuk menjelaskan perilaku dari berbagai tindakan
dalam sebagian sistem. Sistem semacam ini disebut sebagai sistem tertutup
(inherent/closed system). Hal ini bukan berarti mengabaikan hubungan antara
sistem dan lingkungannya, melainkan bahwa setiap variabel eksternal yang
tidak memiliki efek pada sistem juga tidak akan dipengaruhi oleh sistem itu
kembali.
Pada sistem tertutup terlihat ciri-ciri sifat dinamis dari suatu sistem, oleh
karena itu dalam metode System Dynamics lebih ditujukan pada sistem
tertutup atau sistem umpan balik. Sistem umpan balik tersebut menyatakan
hubungan sebab akibat variabel-variabel yang melingkar dan bukan hubungan
sebab-akibat searah. Berdasarkan pendekatan system thinking, struktur fisik
maupun struktur pengambilan keputusan dibangun oleh unsur-unsur yang
saling bergantung dan membentuk suatu lingkar tertutup (closed-loop atau
feedback-loop).
Terdapat dua macam hubungan kausal, yaitu hubungan kausal positif dan
hubungan kausal negatif. Umpan balik negatif merupakan suatu proses untuk
mencapai tujuan (goal seeking). Feedback cenderung menjadi penyeimbang
terhadap setiap gangguan dan selalu membawa sistem dalam keadaan yang
stabil. Umpan balik positif terjadi jika perubahan dalam komponen sistem akan
4
menyebabkan terjadinya perubahan di dalam komponen lainnya yang akan
memperkuat proses awalnya. Umpan balik positif merupakan proses yang
sifatnya tumbuh.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pendekatan model System Dynamics
adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi dan definisi masalah
2. Konseptulisasi sistem
3. Perumusan model
4. Analisis perilaku model
5. Pengujian dan Pengembangan model
6. Analisis kebijakan
4.2. Manajemen Kota
Hadi Sabari Yunus (2005) mengemukakan berbagai teori yang terkait dengan
manajemen spasial kota. Manajemen kota terbagi menjadi tiga bagian sesuai
pembagian kelas kota, yaitu manajemen spasial kota besar, manajemen
spasial kota sedang dan manajemen spasial kota kecil.
Salah satu cara untuk memberdayakan peranan kota-kota menengah adalah
dengan mendorong investasi ekonomi pada kota-kota ini. Kota-kota menengah
yang lokasinya jauh dari kota-kota besar menjadi prioritas utama, karena akan
mengangkat peran kota-kota menengah tersebut menjadi growth center baru
dan berperan sebagai katalisator pembangunan di wilayah sekitarnya.
Selanjutnya kota-kota menengah yang kemudian menjadi growth center baru
tersebut juga akan berperan sebagai kota-kota besar dan akan memunculkan
growth center yang baru pula, demikian seterusnya. Suatu growth center
adalah suatu kota yang merupakan konsentrasi industri dan perdagangan dan
mampu menjadi katalisator pembangunan ekonomi di wilayah sekitarnya.
Dalam hal ini dikenal ada dua macam growth center yaitu pusat pertumbuhan
alami (natural growth center/NGC) dan pusat pertumbuhan artisial (artificial
growth center/AGC). Natural Growth Center adalah pusat pertumbuhan yang
kemunculannya disebabkan oleh kekuatan mekanisme pasar dan operasi
investasi privat (private investments). Beberapa pengarang menyebutnya
5
sebagai spontaneous growth center yang kemunculannya terjadi secara
spontan dan merupakan konsekuensi spasial karena adanya faktor-faktor
pendukung perkembangan wilayah seperti sumberdaya alami maupun
manusia serta aksesibilitas yang tinggi.
Hal ini berbeda dengan AGC yang kemunculannya merupakan bentuk
rekayasa dan dirancang sedemikian rupa dengan tujuan tertentu. Dalam hal
ini investasi di kota-kota menengah tidak semata-mata merupakan private
investments namun juga terdapat banyak investasi publik (public investments)
yang berfungsi sebagai instrumen untuk mengarahkan pertumbuhan agar
tidak hanya terpusat di kota-kota besar saja. Adanya investasi baik private
maupun public ini diharapkan peranan kota-kota menengah yang telah dipilih
sebagai lokasi investasi tersebut akan berkembang dan mampu menjadi pusat
pertumbuhan baru serta berperan sebagai katalisator pembangunan bagi
daerah sekitar. Istilah lain dari AGC adalah induced growth center.
Investasi modal dan penempatan industri-industri besar di kota-kota yang
dipilih, khususnya kota-kota menengah tersebut diharapkan akan mampu
menimbulkan efek ganda (multiplier effects) yang terjadi karena cumulative
cautions. Pola pikir yang dapat dikemukakan adalah dengan munculnya
industri-industri baru tersebut akan memicu munculnya bidang pekerjaan baru
dan berkembangnya kesempatan kerja baru yang menarik penduduk untuk
bertempat tinggal di kota itu. Kondisi ini secara teoritis diharapkan akan
mampu mendatangkan kemakmuran bagi masyarakat dan makin baiknya
prasarana kehidupan kota. Perbaikan prasarana kota pada tahapan berikutnya
akan menarik investasi modal dan industri baru dan demikian seterusnya
sehingga kota menengah tersebut akan terus berkembang semakin kuat
menjadi pusat pertumbuhan baru di wilayah yang dianggap terbelakang atau
miskin dan akan menimbulkan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik.
Hal inilah yang disebut efek ganda dan persebaban kumulatif.
4.3. Kawasan Industri
Usaha industri manufaktur merupakan sektor yang sangat penting untuk
memajukan perekonomian nasional, menambah devisa negara dan
penyerapan tenaga kerja. Pertumbuhan industri manufaktur di Indonesia
6
berkembang sangat pesat dan tersebar secara acak (sporadis) mengarah pada
kebutuhan industri untuk dekat dengan sumber bahan baku, pasar, pelabuhan
dan pusat-pusat kegiatan masyarakat. Kondisi ini yang kemudian berkembang
menjadi masalah kerusakan lingkungan dan tata ruang.
Mengantisipasi dampak kerusakan lingkungan dan tata ruang, pemerintah
sejak tahun 1970-an telah mulai melakukan pembangunan kawasan industri.
Saat itu pembangunan kawasan industri hanya boleh dilakukan oleh
Pemerintah melalui BUMN. Pembangunan kawasan industri oleh pihak swasta,
baik asing maupun dalam negeri, dimulai sejak dikeluarkannya Keppres nomor
53 tahun 1989 tentang Kawasan Industri. Kebijakan ini merupakan antisipasi
kebutuhan lahan bagi kegiatan industri yang semakin meningkat sejalan
dengan meningkatnya investasi asing.
Sejalan dengan perkembangan dunia usaha, peningkatan jumlah industri,
peningkatan jumlah penduduk dan ketersediaan lahan yang semakin terbatas,
serta berbagai masalah yang dihadapi dalam pengembangan kawasan
industri, perlu suatu peraturan perundangan baru. Pada tahun 2009, terbit
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri.
Peraturan Pemerintah tersebut merupakan usaha pemerintah dalam
mendorong dan mengupayakan iklim investasi disektor industri manufaktur
yang lebih baik dan mampu bersaing dengan negara lainnya melalui peran
dan keberadaan kawasan industri sebagai sarana memajukan industri nasional
untuk menghadapi persaingan investasi yang semakin ketat.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan
Industri, setiap perusahaan industri yang akan menjalankan kegiatan industri
setelah terbitnya peraturan ini, wajib berlokasi di dalam kawasan industri,
yaitu kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan
sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh
Perusahaan Kawasan Industri yang telah memiliki Izin Usaha Kawasan Industri.
Tujuan pembangunan kawasan industri adalah:
1. Mengendalikan pemanfaatan ruang;
2. Meningkatkan upaya pembangunan industri yang berwawasan lingkungan;
3. Mempercepat pertumbuhan industri di daerah;
7
4. Meningkatkan daya saing industri;
5. Meningkatkan daya saing investasi; dan
6. Memberikan kepastian lokasi dalam perencanaan dan pembangunan
infrastruktur, yang terkoordinasi antar sektor terkait.
5. DIAGRAM SIMPAL KAUSAL
Diagram simpal kausal pengaruh kawasan industri pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Serang Provinsi Banten ini, terdiri dari
2 simpal kecil dan 1 simpal besar, dan ketiganya merupakan simpal positif
(reinforce loop). Simpal pertama (R1) menunjukkan hubungan sebab akibat
antara industri, lapangan pekerjaan, dan PAD. Simpal kedua (R2) menunjukkan
hubungan sebab akibat antara lapangan pekerjaan dan jumlah pengangguran.
Simpal ketiga (R3) yang merupakan simpal besar menunjukkan hubungan
sebab akibat antara industri, lapangan pekerjaan, jumlah pengangguran, dan
PAD.
Diawali dengan munculnya industri baru, akan memicu munculnya bidang
pekerjaan baru dan berkembangnya lapangan kerja baru yang menarik
penduduk untuk bertempat tinggal di kota itu. Lapangan kerja yang baru akan
mampu mendatangkan kemakmuran bagi masyarakat yang dicerminkan
dengan kemampuan membayar pajak, dan selanjutnya menjadi tambahan
bagi pendapatan daerah (PAD). Dengan terbukanya lapangan kerja, jumlah
pengangguran menjadi berkurang dan sekaligus mengurangi beban
pemerintah daerah, sehingga PAD dapat ditingkatkan. Sebagian dari
pendapatan daerah (PAD) tersebut dapat digunakan untuk menambah dan
memperbaiki infrastruktur yang merupakan faktor daya tarik investasi,
sehingga jumlah industri bertambah.
8
Gambar 1. Diagram Simpal Kausal Pengaruh Kawasan Industri Terhadap
Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Serang Provinsi Banten
6. ASUMSI
Asumsi yang digunakan dalam menyusun permodelan ini adalah:
1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat diasumsikan dicapai melalui
berkurangnya jumlah pengangguran, peningkatan lapangan kerja, dan
peningkatan PAD.
2. Setiap 1 industri manufaktur diasumsikan menggunakan lahan seluas 1,5
hektar dan menampung 100 tenaga kerja.
3. Setiap lapangan kerja untuk 1 orang, diasumsikan menyumbang PAD
sebesar 15% dari UMR sesuai dengan pajak penghasilan.
4. Kerugian akibat pengangguran setiap 1 orang, diasumsikan mengurangi
PAD sebesar 15% dari UMR.
5. UMR di Kabupaten Serang diasumsikan sama dalam 10 tahun yaitu Rp.
1.030.00,00 per orang.
6. PAD diasumsikan digunakan untuk pembangunan sebesar 90%.
9
7. SIMULASI
7.1. Stock Flow Diagram (SFD)
Gambar 2. SFD Pengaruh Kawasan Industri Terhadap Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Serang Provinsi Banten
7.2. Persamaan Powersim
init Industri = 82500
flow Industri = +dt*Industri_Tumbuh
doc Industri = Luas industri yang terdapat di Kabupaten Serang pada tahun
2006
unit Industri = hektar
init Jumlah_Pengangguran = 68614
flow Jumlah_Pengangguran = +dt*Laju_Jumlah_Pengangguran
unit Jumlah_Pengangguran = orang
init Lapangan_Kerja = 77929
flow Lapangan_Kerja = +dt*Laju_Jumlah_Lapangan_Kerja
unit Lapangan_Kerja = orang
init PAD = 7637022040
10
flow PAD = -dt*Penggunaan_PAD
+dt*Laju_Pertumbuhan_PAD
unit PAD = rupiah
aux Industri_Tumbuh = (Lahan_Industri-
(Industri*Fraksi_Industri_Tumbuh))*Peningkatan_Investasi_Oleh_PAD
unit Industri_Tumbuh = hektar per tahun
aux Laju_Jumlah_Lapangan_Kerja = Lapangan_Kerja+
(Konstanta_Laker_Industri*Industri)-Jumlah_Pengangguran
unit Laju_Jumlah_Lapangan_Kerja = orang per tahun
aux Laju_Jumlah_Pengangguran = Jumlah_Pengangguran-
(Lapangan_Kerja*Konstanta_Jumlah_Pengangguran)
unit Laju_Jumlah_Pengangguran = orang per tahun
aux Laju_Pertumbuhan_PAD = PAD+
(Lapangan_Kerja*Konstanta_Laker_PAD*UMR_Serang_2010)-
(Kerugian_Akibat_Pengangguran*UMR_Serang_2010)
unit Laju_Pertumbuhan_PAD = rupiah
aux Penggunaan_PAD = 0.9*PAD
aux Kerugian_Akibat_Pengangguran =
Jumlah_Pengangguran*Fraksi_Kerugian
unit Kerugian_Akibat_Pengangguran = persen
aux Lahan_Industri = Industri*Fraksi_Lahan_P_Industri
unit Lahan_Industri = hektar
aux Peningkatan_Investasi_Oleh_PAD =
GRAPH(PAD,7000000000,100000000000000,
[1,1.001,1.0012,1.0016,1.0021,1.0029,1.0044,1.0062,1.0085,1.011,1.02"Min:1
;Max:1.02;Zoom"])
const Fraksi_Industri_Tumbuh = 0.002
doc Fraksi_Industri_Tumbuh = Presentase pertumbuhan industri per tahun
unit Fraksi_Industri_Tumbuh = persen per tahun
const Fraksi_Kerugian = 0.15
unit Fraksi_Kerugian = persen per orang
const Fraksi_Lahan_P_Industri = 0.2
doc Fraksi_Lahan_P_Industri = fraksi lahan peruntukan industri
unit Fraksi_Lahan_P_Industri = persen per tahun
const Konstanta_Jumlah_Pengangguran = 0.02
11
doc Konstanta_Jumlah_Pengangguran = Presentase pengangguran per tahun
unit Konstanta_Jumlah_Pengangguran = persen per tahun
const Konstanta_Laker_Industri = 110
doc Konstanta_Laker_Industri = Jumlah orang yang dapat ditampung oleh
setiap industri per hektar
unit Konstanta_Laker_Industri = orang per hektar per tahun
const Konstanta_Laker_PAD = 0.15
unit Konstanta_Laker_PAD = persen
const UMR_Serang_2010 = 1030000
unit UMR_Serang_2010 = rupiah per orang
7.3. Analisis Dimensi
Analisis dimensi adalah suatu proses untuk melihat kesesuaian satuan dari
suatu variabel dengan variabel lain yang mempengaruhi variabel tersebut.
Analisis dimensi yang digunakan pada pemodelan ini adalah analisis laju
pertumbuhan industri tumbuh, yaitu:
Industri_Tumbuh = Lahan_Industri – (Industri x Fraksi_Industri_Tumbuh)
Ha = Ha – (Ha x persen)
Ha = Ha
8. ANALISIS GRAFIK SIMULASI
Model ini disusun berdasarkan teori pusat pertumbuhan artisial (artificial
growth center/AGC). Penerapan teori ini dilakukan pada penempatan kawasan
industri di Kabupaten Serang Provinsi Banten agar daerah ini tumbuh menjadi
pusat pertumbuhan (growth center). Simulasi dilakukan selama 10 tahun
untuk mengetahui pola pengaruh kawasan industri terhadap peningkatan dan
penurunan jumlah pengangguran.
12
Gambar 3. Hasil Simulasi Luas Kawasan Industri
Pertumbuhan industri sebesar 2% setiap tahun, dalam kondisi nyata
dipengaruhi oleh supply – demand. Berdasarkan grafik pada Gambar 3 yang
menunjukkan pola pertumbuhan industri yang terus meningkat setiap tahun,
dapat diartikan bahwa industri akan terus tumbuh untuk memenuhi kebutuhan
atau permintaan akan produk industri. Secara umum, permintaan akan
meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk.
Dalam jangka waktu 10 tahun, luas lahan yang digunakan untuk industri
mencapai 510.000 hektar. Di sisi lain, dalam RTRW Kabupaten Serang telah
ditetapkan lahan untuk industri seluas 258.000 hektar. Hal ini menunjukkan
bahwa pertumbuhan industri telah melampaui ketersediaan lahan untuk
industri. Dalam grafik dapat dilihat bahwa jumlah industri telah melampaui
ketersediaan lahan sejak tahun ke 6.
Pengaruh pertumbuhan industri yang terus meningkat setiap tahun
ditunjukkan oleh Gambar 4 dan Gambar 5. Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa
jumlah lapangan kerja terus meningkat, bahkan pada tahun ke 8 hingga tahun
ke 10 terjadi peningkatan yang tajam. Hal ini sejalan dengan grafik jumlah
pengangguran pada Gambar 5. Jumlah pengangguran mulai terlihat menurun
setelah tahun ke 4 dan mulai menurun tajam pada tahun ke 8. Jumlah
pengangguran yang negatif menunjukkan bahwa lapangan kerja yang tersedia
tidak dapat dipenuhi oleh jumlah tenaga kerja (pengangguran) yang ada di
Kabupaten Serang, sehingga terbuka kesempatan kerja bagi pengangguran
yang ada di luar daerah.
13
Gambar 4. Hasil Simulasi Jumlah Lapangan Kerja
Gambar 5. Hasil Simulasi Jumlah Pengangguran
Sejalan dengan pertumbuhan industri yang berdampak pada peningkatan
lapangan kerja dan penurunan jumlah pengangguran, PAD di Kabupaten
Serang terlihat meningkat dan mengalami peningkatan tajam setelah tahun ke
9. Peningkatan PAD terjadi sebagai dampak bertambahnya lapangan kerja
yang berarti bertambahnya pemasukan dari pajak penghasilan. Peningkatan
PAD juga terjadi karena berkurangnya beban pemerintah daerah atas
pengangguran. Grafik peningkatan PAD dapat dilihat pada Gambar 6.
14
Gambar 6. Hasil Simulasi Pertumbuhan PAD
Tabel 1. Hasil Simulasi Pertumbuhan PAD dan Luas Kawasan Industri
Gambar 7. Hasil Simulasi Pertumbuhan PAD dan Luas Kawasan Industri
Tabel 1 dan Gambar 7 menunjukkan perbandingan antara peningkatan PAD
dan pertumbuhan industri. Setiap peningkatan PAD akan memberikan
pengaruh pada pertumbuhan industri. Logika yang digunakan dalam simulasi
ini adalah berdasarkan pada upaya yang ditempuh pemerintah daerah
mengalokasikan sekitar 10% dari PAD untuk membangun dan memperbaiki
infrastruktur sebagai daya tarik investasi. Angka pertumbuhan industri sebagai
akibat dari pembangunan infrastruktur dari dana PAD ditetapkan sebesar 2%
setiap kenaikan PAD sebesar 1 trilyun rupiah. Penetapan angka pertumbuhan
industri oleh PAD ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
15
Tabel 2 dan Gambar 8 merupakan perbandingan antara pertumbuhan industri,
jumlah lapangan kerja, jumlah pengangguran dan peningkatan PAD.
Semuanya menunjukkan bahwa pertumbuhan industri diikuti oleh peningkatan
lapangan kerja dan PAD, serta turunnya jumlah pengangguran. Pertumbuhan
industri yang meningkat secara tetap setiap tahun memberikan dampak yang
cukup besar pada ketersediaan lapangan kerja dan PAD setelah tahun ketiga.
Namun pengaruh besar pada pengangguran baru dimulai setelah tahun ke 5.
Tabel 2. Hasil Simulasi Luas Kawasan Industri, Jumlah Lapangan Kerja, Jumlah
Pengangguran, dan Pertumbuhan PAD
16
Gambar 8. Hasil Simulasi Luas Kawasan Industri, Jumlah Lapangan Kerja,
Jumlah Pengangguran, dan Pertumbuhan PAD
Dari proses pembuatan model dan analisis hasil simulasi, penulis menemukan
masalah baru yang memerlukan pemecahan dan sekaligus menjadi peluang,
yaitu:
1. Pertumbuhan industri di Kabupaten Serang dalam jangka waktu 6 tahun ke
depan telah melampaui ketersedian lahan untuk industri yang telah
ditetapkan.
2. Jumlah pengangguran yang ada di Kabupaten Serang tidak dapat
memenuhi ketersedian lapangan kerja yang terus meningkat sejalan
dengan pertumbuhan industri.
3. Belum ada angka pasti yang menyatakan korelasi antara peningkatan PAD
dengan pertumbuhan industri.
Pertumbuhan industri yang melampaui batas ketersediaan lahan memerlukan
pemecahan, karena pertumbuhan industri yang memberikan pengaruh positif
pada kesejahteraan masyarakat tidak boleh dihentikan pada waktu kurang
dari 10 tahun. Di sisi lain perlu diperhatikan juga bahwa pertumbuhan industri
tidak boleh merusak lingkungan melalui pelanggaran RTRW. Oleh sebab itu,
17
upaya yang mungkin dapat dilakukan adalah dengan penghematan lahan dari
setiap industri. Penghematan lahan dapat ditempuh dengan mengembangkan
bangunan industri secara vertikal, yaitu dengan perluasan ke atas untuk
industri lama dan mengurangi batas maksimal penggunaan lahan untuk
industri baru. Upaya ini memerlukan penelitian yang lebih mendalam karena
perluasan industri secara vertikal sangat terkait dengan teknologi dan proses
produksi setiap jenis industri.
Jumlah pengangguran di Kabupaten Serang yang tidak dapat memenuhi
ketersediaan lapangan kerja merupakan suatu keuntungan, baik bagi
Kabupaten Serang maupun daerah lain di sekitarnya. Lapangan kerja yang
tidak dapat dipenuhi oleh masyarakat Kabupaten Serang, dapat dipenuhi oleh
masyarakat dari daerah lain, sehingga dapat menjadi peluang untuk menarik
arus urbanisasi yang sebelumnya selalu menuju DKI Jakarta. Meskipun
demikian, perlu disusun kebijakan yang dapat mengantisipasi dampak negatif
dari perpindahan arus urbanisasi yang sudah dapat dipastikan akan
menimbulkan masalah lingkungan terutama dalam hal penggunaan lahan
yang tidak sesuai peruntukannya.
Secara keseluruhan, pertumbuhan industri dapat menjadi pemecahan masalah
pengendalian arus urbanisasi sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Namun masalah yang selalu timbul sebagai dampak negatif
adalah masalah lingkungan, yang dalam simulasi model ini ditunjukkan oleh
kesenjangan antara kebutuhan lahan dan ketersediaan lahan.
9. KESIMPULAN
Dari hasil simulasi dan analisis yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan:
1. Pertumbuhan industri dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan lapangan kerja.
2. Pertumbuhan industri dapat menjadikan Kabupaten Serang sebagai pusat
pertumbuhan baru dan dapat mengalihkan arus urbanisasi yang
sebelumnya selalu menuju DKI Jakarta.
3. Perlu dibuat kebijakan untuk mengantisipasi dampak negatif pertumbuhan
industri dan arus urbanisasi.
18
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh langsung
peningkatan PAD pada pertumbuhan industri.
19
DAFTAR PUSTAKA
Darmono, Raden. 2005. Pemodelan System Dynamics Pada Perencanaan
Penataan Ruang Kota. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi.
Yogyakarta.
Dirdjojuwono, Roestanto W. 2003. Kawasan Industri Indonesia, Sebuah konsep
Perencanaan dan Aplikasinya. Pustaka Wira Usaha Muda, Bogor.
Djunaedi, Achmad. 2008. Proses Perencanaan Strategis Untuk Perkotaan
(Secara Umum). Bahan Kuliah. Program Magister Perencanaan Kota dan
Daerah (MPKD) Universits Gadjah Mada, Yogyakarta.
Kartikasari, S.N. 2001. Mengelola Konflik, Keterampilan dan Strategi Untuk
Bertindak. The British Council of Indonesia, Jakarta.
Koestoer, Reldi Hendro. 2001. Dimensi Keruangan Kota, Teori dan Kasus.
Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Lingkungan Hidup, Kementerian Negara. 2009. Kajian Kritis Undang-undang
Terkait Penataan Ruang dan Sumberdaya Alam. Kementerian Negara
Lingkungan Hidup, Jakarta.
Lingkungan Hidup, Kementerian Negara. 2009. Pedoman Penentuan Daya
Dukung Lingkungan Hidup Wilayah. Kementerian Negara Lingkungan Hidup,
Jakarta.
Muhammadi. Aminullah, Erman. Soesilo, Budhi. 2001. Analisa Sistem Dinamis
Lingkungan Hidup, Sosial. Ekonomi, Management. UMJ Press, Jakarta.
Pekerjaan Umum, Departemen. 2007. Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 26 Tahun 2009 Tentang Penataan Ruang. Departemen Pekerjaan
Umum, Jakarta.
Perindustrian, Departemen. 2009. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2009 Tentang Kawasan Industri. Departemen Perindustrian, Jakarta.
Pontoh, Nia Kurniasih. 2002. Beberapa Pendekatan Perencanaan dan Contoh
Penerapannya di Berbagai Negara. Institut Teknologi Bandung, Bandung.
20
Pradono, Haryo Winarso., Zulkaidi, Denny., Miharja, Miming. 2002. Pemikiran
dan Praktek Perencanaan dalam Era Transformasi di Indonesia. Institut
Teknologi Bandung, Bandung.
Ridwan, Juniarso. Sodik, Achmad. 2008. Hukum Tata Ruang Dalam Konsep
Kebijakan Otonomi Daerah. Nuansa, Bandung.
Sadyohutomo, Mulyono. 2008. Manajemen Kota dan Wilayah, Realita dan
Tantangan. Bumi Aksara, Jakarta.
Septiana, Tiara Citra. 2009. Aplikasi Teori Weber Dalam Menentukan Lokasi
Industri di Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban.
http://kasihdalamkata.blogspot.com/2009/07/ aplikasi-teori-weber-dalam-
menentukan.html
Yunus, Hadi Sabari. 2008. Manajemen Kota, Perspektif Spasial. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
21