tugas analisa dan pemodelan oseanografi-asep.pdf

51
 TUGAS Analisis dan Pemodelan Oseanografi (ITK 628) Model Hidrodinamika 1D sederhana dan Model Hidrodinamika 1D dengan variasi topografi Oleh Asep Sandra Budiman C551120101 / S2 IKL Diajukan untuk memnuhi salah satu tugas Mata Kuliah Analisis dan Pemodelan Oseanografi SEKOLAH PASCASARJANA DEPARTEME N ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Upload: risko

Post on 05-Nov-2015

129 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

  • TUGAS

    Analisis dan Pemodelan Oseanografi

    (ITK 628)

    Model Hidrodinamika 1D sederhana

    dan

    Model Hidrodinamika 1D dengan variasi topografi

    Oleh

    Asep Sandra Budiman

    C551120101 / S2 IKL

    Diajukan untuk memnuhi salah satu tugas Mata Kuliah

    Analisis dan Pemodelan Oseanografi

    SEKOLAH PASCASARJANA

    DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR

    BOGOR

    2013

  • 5

    Model Hidrodinamika 1D dan 2D

    Sirkulasi massa air laut dapat dijelaskan dengan model hidrodinamika. Model

    hidrodinamika didasarkan pada Hukum Newton II. Hukum ini menyatakan bila resultan gaya

    bekerja pada suatu massa fluida maka fluida tersebut akan mengalami perubahan momentum

    atau mengalami perubahan kecepatan (percepatan). Secara umum terdapat empat jenis gaya

    yang bekerja pada massa air laut, yaitu gaya gradien tekanan, gaya coriolis, gaya gravitasi, dan

    gaya friksi per unit massa (Ramming dan Kowalik, 1980; Pond dan Pickard, 1983; Stewart,

    2002).

    Persamaan Hidrodinamika

    Hidrodinamika memiliki dua persamaan dasar, yaitu persamaan kontinuitas dan

    persamaan momentum . Persamaan hidrodinamika diturunkan dari Hukum Newton II yang

    disebut hukum kekekalan momentum yang menyatakan bahwa perubahan momentum

    terhadap waktu sama dengan total gaya yang bekerja. Hukum ini dijabarkan dalam bentuk

    persamaan matematika sebagai berikut (Ramming dan Kowalik, 1980):

    - komponen x

    uAz

    ukfv

    x

    p

    z

    uw

    y

    uv

    x

    uu

    t

    u

    2

    21

    .................................... (1)

    - komponen y

    vAz

    vkfu

    y

    p

    z

    vw

    y

    vv

    x

    vu

    t

    v

    2

    21

    .................................... (2)

    - komponen z

    wAz

    wkg

    z

    p

    z

    ww

    y

    wv

    x

    wu

    t

    w

    2

    21

    ................................. (3)

    dimana:

    = Laplace operator 3 dimensi

    2

    2^

    2

    2

    2

    2

    zk

    yj

    xi

    t = variabel waktu (det)

    ^^^

    ,, kji = unit vektor pada sumbu x, y dan z

  • 6

    A = koefisien viskositas Eddy lateral atau koefisien peertukaran momentum pada arah

    horizontal

    p = tekanan air laut (kg/m.det2)

    g = percepatan gravitasi bumi (m/ det2)

    = densitas air laut (kg/m3)

    k = koefisien viskositas Eddy vertikal atau koefisien pertukaran momentum arah

    vertikal

    f = parameter coriolis ( sin2f )

    Ruas kiri dari persamaan (1), (2), (3) merupakan total derivatif dari velositas yang

    berubah terhadap waktu (percepatan) yang terdiri dari percepatan lokal dan suku advektif.

    Ruas kanan dari persamaan (1), (2), (3) merupakan gaya-gaya yang bekerja pada massa air

    seperti komponen tekanan, gaya coriolis, percepatan gravitasi bumi, gaya lain yang bekerja

    terhadap massa air seperti gaya gesekan angin, gaya gesekan dasar dan gaya gesekan akibat

    pergerakan partikel fluida itu sendiri yang menghasilkan gerakan turbulen.

    Dengan mengasumsikan bahwa air laut merupakan fluida incompressible, maka akan

    ditambahkan persamaan kontinuitas ke dalam sistem persamaan di atas dalam bentuk

    (Ramming dan Kowalik, 1980):

    0

    z

    w

    y

    v

    x

    u ................................................................................ (4)

    Persamaan kontinuitas merupakan persamaan untuk menggambarkan perubahan massa

    dari fluida yang melewati suatu ruang yang tetap haruslah sama antara debit masukkan dan

    keluarannya (Pond dan Pickard, 1983).

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Laut Baltik dan North Sea, diperoleh

    kedalaman karakteristik H adalah 100 m = 104 cm dan panjang karakteristik L 103 km =

    108 cm. Dengan menggunakan persamaan kontinuitas dilakukan uji dimensi, sehingga

    didapatkan (Ramming dan Kowalik, 1980):

    0H

    w

    L

    v

    L

    u..................................................................................................... (5)

    dimana u = v = S, maka diperoleh:

    41022 xL

    H

    S

    wcm ......................................................................................... (6)

    Berdasarkan hasil uji dimensi tersebut dapat diketahui bahwa kecepatan vertikal (w)

    memiliki nilai yang kecil dibandingkan dengan kecepatan horizontal (u dan v), sehingga kita

  • 7

    bisa menyatakan bahwa bentuk-bentuk persamaan yang melibatkan kecepatan vertikal dapat

    diabaikan. Dengan demikian, persamaan (1), (2) dan (3) menjadi (Ramming dan Kowalik,

    1980):

    - komponen x

    uAz

    ukfv

    x

    p

    y

    uv

    x

    uu

    t

    u

    2

    21

    ............................... (7)

    - komponen y

    vAz

    vkfu

    y

    p

    y

    vv

    x

    vu

    t

    v

    2

    21

    ................................... (8)

    - komponen z

    gz

    p

    t

    w

    1 ............................................................................................... (9)

    Dengan melakukan uji dimensi lanjutan dan mengambil nilai kecepatan horizontal

    u = v = p = 100 cm/detik kita dapat menghitung masing-masing bentuk dari persamaan di

    atas, yaitu:

    1. Bentuk non Linear, dengan memperhatikan persamaan x

    uu

    , maka

    x

    uu

    =

    42

    10

    L

    pcm/s2..... (10)

    Hasil ini menunjukkan bahwa bentuk non linier penting diperhitungkan ketika kecepatan

    berubah dalam jarak horizontal yang pendek.

    2. kecepatan vertikal t

    w

    Jika dibandingkan antara nilai t

    w

    dengan nilai gravitasi dan gradien tekanan, maka

    dapat dikatakan bahwa t

    w

  • 8

    uAz

    ukfv

    x

    p

    t

    u

    2

    21

    ................................. (11)

    - komponen y

    vAz

    vkfu

    y

    p

    t

    v

    2

    21

    .................................... (12)

    - komponen z

    gz

    p

    10 .............................................................................................. (13)

    Melalui integrasi persamaan (13 dari dasar (z) sampai permukaan ( ) dengan

    mengasumsikan bahwa tekanan permukaan bebas (free surface) adalah sama dengan tekanan

    atmosfer Pa (x, y, t), maka diperoleh persamaan 14 berikut (Ramming dan Kowalik, 1980):

    )( Hgpp a .......................................................................................... (14)

    Substitusi persamaan (14) ke dalam persamaan (11) dan (12), diperoleh persamaan

    dari komponen arus horizontal 2 dimensi yang tidak terstratifikasi menjadi (Ramming dan

    Kowalik, 1980):

    - komponen x

    uAz

    uk

    x

    p

    xgfv

    t

    u a

    2

    21

    ......................................................... (15)

    - komponen y

    vAz

    vk

    y

    p

    ygfu

    t

    v a

    2

    21

    ...................................................... (16)

    I II III IV V

    Arti fisis dari masing-masing suku dalam persamaan (15) dan (16) adalah:

    Suku I menyatakan perubahan momentum lokal atau disebut percepatan lokal terhadap

    bidang horizontal (arah sumbu x dan y).

    komponen x : t

    u

    komponen y : t

    v

  • 9

    Suku II adalah perubahan momentum akibat gaya Coriolis (Bishop, 1984), ditulis:

    sin2f

    Untuk komponen x dan y didapat hubungan sebagai berikut:

    komponen x : f .v

    komponen y : - f .u

    dimana:

    f = parameter Coriolis

    = sudut lintang geografis

    u = kecepatan arus arah sumbu x

    v = kecepatan arus arah sumbu y

    Suku III menyatakan gaya tekanan horizontal yang terdiri dari dua suku yaitu

    kontribusi tekanan atmosfir permukaan (Pa) dan tekanan hidrostatik (Ph) akibat adanya

    perbedaan ketinggian muka air, hal ini menyebabkan, massa air bergerak ke daerah

    tekanan yang lebih rendah. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut (Bishop,

    1984):

    komponen x :x

    p

    xg a

    komponen y : y

    p

    yg a

  • 10

    dimana menyatakan elevasi terhadap rerata muka air (MSL) dan pa merupakan tekanan

    atmosfir di permukaan laut.

    Suku IV menyatakan gaya gesekan turbulen arah vertikal yang terdiri dari gaya gesekan

    angin di permukaan dan gaya gesekan dasar. Pengaruh dari gesekan angin terjadi sampai

    pada kedalaman Ekmann dimana pada kedalaman ini massa air teraduk sempurna.

    Besarnya gaya gesekan angin w tergantung pada kecepatan angin dan koefisen

    geseknya yang dalam bentuk matematis dapat dijabarkan sebagai berikut (Bishop, 1984):

    komponen x : 2/122 www vuu

    komponen y : 2/122 www vuv

    dimana:

    : koefisien gesekan angin

    uw : kecepatan angin arah sumbu x

    vw : kecepatan angin arah sumbu y

    Gaya gesekan dasar besarnya tergantung pada kecepatan arus dan kedalaman yang secara

    matematis ditulis sebagai berikut (Bishop, 1984):

    komponen x :

    2/1

    2

    22

    H

    vuru

    komponen y :

    2/1

    2

    22

    H

    vurv

    dimana:

    r : koefisien gesekan dasar

    H : kedalaman perairan

    Suku V adalah gaya gesekan turbulen horizontal yang besarnya amat bergantung pada

    turbulensi dari aliran (Bishop, 1984) :

    komponen x :

    2

    2

    2

    2

    y

    u

    x

    uAh

    komponen y :

    2

    2

    2

    2

    y

    v

    x

    vAh

    Dengan mengasumsikan bahwa air laut merupakan fluida yang bersifat incompressible akan

    menambahkan persamaan kontinuitas ke dalam sistem persamaan di atas dalam bentuk:

  • 11

    0

    z

    w

    y

    v

    x

    u

    Persamaan Hidrodinamika dan Asumsi yang Diterapkan

    Asumsi-asumsi yang diterapkan dalam persamaan model hidrodinamika yang digunakan

    yaitu (Pond dan Pickard, 1983):

    Tekanan atmosfer permukaan (Pa) adalah konstan, sehingga turunan parsialnya

    terhadap x dan y sama dengan nol

    0

    y

    P

    x

    P aa

    .

    Daerah model yang relatif kecil dan berada dekat dengan khatulistiwa sehingga

    pengaruh gaya coriolis terhadap gerak massa air dapat diabaikan. Gaya coriolis dapat

    diabaikan dengan menentukan Radius Deformasi Rossby (Rb) untuk daerah model

    yang diteliti, yaitu (Pond dan Pickard, 1983):

    5

    2/1

    10524,1

    218,9

    x

    x

    f

    gHRb maks = 3054985,941 km

    dimana :

    Rb : radius deformasi Rossby

    f : parameter coriolis ( sin2f )

    : kecepatan sudut bumi = 7,29x105 rad/detik

    : sudut lintang

    Untuk kajian wilayah peraran skala kecil atau lokal seperti perairan pantai, teluk, dan estuari

    dimana skala lateraalnya lebih kecil dari nilai radius deformasi Rossby-nya, maka efek

    coriolisnya dapat diabaikan.

    Diasumsikan tidak ada stratifikasi densitas air laut ( konstan).

    Tidak ada sumber (source) dan kebocoran (sink) air laut yang terjadi di dalam daerah

    model, artinya evaporasi dan presipitasi diabaikan serta dasar laut bersifat

    impermeable.

    Tidak ada sumber momentum (gaya-gaya luar) yang terjadi pada area, seperti gerakan

    kapal, tsunami dan gempa.

    Batas tertutup tidak bergeser dengan naik-turunnya permukaan air laut.

  • 12

    Berdasarkan asumsi-asumsi di atas maka suku-suku tekanan atmosfer, viskositas eddy

    vertikal yang ada pada persamaan (15) dan (16) dapat diabaikan. Dengan demikian persamaan

    hidrodinamika laut yang digunakan adalah dalam bentuk (Ramming dan Kowalik, 1980):

    - komponen x

    uAHHx

    gfvt

    u xbx

    s

    )()(........................................................ (17)

    - komponen y

    vAHHy

    gfut

    v yby

    s

    )()( ..................................................... (18)

    Kemudian persamaan (17), dan (18) diintegrasikan terhadap kedalaman secara vertikal

    dari dasar (z = -H) sampai ke permukaan (z = ) untuk mendapatkan persamaan transpor

    massa sehingga diperoleh persaman kecepatan rata-rata dalam bentuk transpor massa air dua

    dimensi (Ramming dan Kowalik, 1980):

    UAH

    VUrUWWW

    dxgH

    t

    Uyxx

    2

    2/12222 )(

    ... (19)

    VAH

    VUrVWWW

    dygH

    t

    Vyxy

    2

    2/12222 )(

    ....... (20)

    Integrasi persamaan kontinuitas (4) dari dasar (z=-H) sampai permukaan (z= )

    menghasilkan:

    (

    +

    ) +

    = 0

    +

    + () () = 0

    I II III IV

    Hasil integrasi suku I menghasilkan :

    =

    Sedangkan suku II menghasilkan :

    =

    Suku III dan IV diselesaikan dengan menerapkan persamaan permukaan bebas dalam bentuk

    z= (, , ) diperoleh

  • 13

    w() =

    +

    +

    dan

    w(-H) =

    =

    +

    sehingga persamaan kontinuitas dapat ditulis sebagai :

    +

    +

    +

    +

    +

    +

    = 0

    suku-suku yang tertinggal adalah

    +

    +

    = 0

    atau dapat ditulis sebagai :

    0

    ty

    V

    x

    U ... (21)

    dimana:

    0H

    zuU ;

    0H

    zvV

    adalah elevasi muka air laut dari muka air laut rata-rata (MSL)

    H adalah kedalaman perairan (Ho + )

    adalah koefisien gesekan angin

    xW adalah kecepatan angin arah sumbu-x

    yW adalah kecepatan angin arah sumbu-y

  • 14

    MODEL HIDRODINAMIKA 1D SEDERHANA

    Persamaan Pembangun

    Persamaan Hidrodinamika (19) dan (20) bila dinyatakan secara sederhana dalam 1D memiliki

    bentuk :

    dxgH

    t

    U

    ... (22)

    Dengan asumsi bahwa gesekan angin dan gesekan dasar diabaikan serta friksi horizontal

    dianggap kecil atau diabaikan sehingga suku-suku ini dapat dihilangkan.

    Persamaan kontinuitas 1D dinyatakan dengan

    )23.(..............................0

    tx

    U

    dimana u adalah kecepatan sesaat (m/dt), elevasi (m), H=d+ kedalaman terukur (m) konstan

    terhadap ruang, dan g koefisien gravitasi bumi (m/dt2).

    Deskritisasi Model

    Persamaan hidrodinamika 1 dimensi sederhana (22) dan (23) dapat dideskritisasi

    secara eksplisit melalui metode beda hingga menjadi :

    ninix

    tni

    gHniu

    niu

    1

    1 (24)

    ni

    uniux

    tni

    ni 1

    1

    (25)

    dimana nid

    niH (26)

    Deskritisasi numerik persamaan hidrodinamika 1 dimensi secara eksplisit tersebut

    diatas harus memenuhi kriteria stabilitas Courant-Freiderichs-Lewy (CFL) sebagai berikut :

    gH

    xt

    (27)

    Solusi analitik

    Persamaan (1) dan (2) dapat diselesaikan secara analitik dengan memberikan nilai

    elevasi secara sinusoidal sebagai berikut :

    txkA **cos* (28)

    sehingga diperoleh solusi analitik kecepatan adalah :

  • 15

    tdxxkCoHAu **5.0*cos**/ (29)

    Kedua solusi analitik tersebut diatas atau persamaan (7) dan (8) akan digunakan sebagai nilai

    awal dan syarat batas numerik.

    Metode penentuan nilai awal dan syarat batas.

    Nilai Awal

    Pada saat awal di setiap grid secara numerik dapat dituliskan :

    xkA *cos* saat t=0 (30)

    xxkCoi

    HAi

    u *5.0*cos**/ saat t=0 (31)

    dimana A adalah amplitudo gelombang dan Co adalah kecepatan gelombang di perairan

    dangkal.

    Syarat Batas

    Syarat batas di hilir (di grid ke-0)diberikan elevasi sebagai berikut :

    tAn *cos*10

    (32)

    Sedangkan syarat batas di hulu (di grid ke-imax) diberikan kecepatan sebagai berikut :

    tklConi

    HAi

    u *cos**1

    max/

    (33)

    Kriteria kestabilan

    Syarat kestabilan model hidrodinamika 1D sederhana adalah :

    Dimana g = percepatan graviatasi dan H adalah Kedalaman Maksimum

    Skenario model

    Parameter-parameter yang digunakan di dalam model Hidrodinamika 1D sederhana

    dan nilainya antara lain adalah :

    Panjang kanal (L) = 2000

    Periode Gelombang (T)= 450

    Kedalaman (d) = 10

  • 16

    Gravitasi (g) = 10

    Jumlah grid (imax) = 40

    Lama Simulasi = 3T atau 1050 detik

    Skenario Model hidrodinamika 1D sederhana

    - Amplitudo gelombang 0.1 , 0.5 , dan 1

    - Kedalaman (d) tetap = 10

  • 17

    LISTING PROGRAM

    Skenario 1: Hidrodinamika sederhana (Kedalaman tetap)

    !Program Model Hidrodinamika 1-D Sederhana

    real seta, seta0, u, u0, ka, sigma, Co

    dimension H(100), u0(100), u(100), seta0(100), seta(100)

    open (1,FILE='elvruang1D.txt',status='unknown')

    open (2,FILE='elvwaktu1D.txt',status='unknown')

    open (3,FILE='arsruang1D.txt',status='unknown')

    open (4,FILE='arswaktu1D.txt',status='unknown')

    ! Variabel-variabel

    L=2000

    T=450

    ! Pemberian nilai Amplitudo A

    A=0.1

    ! Kedalaman tetap/sama di semua sel, d=10

    d=10

    g=10

    tmax=3*T

    dt=3

    itermax=tmax/dt

    imax=40

    jmax=40

    dx=L/imax

    pi=3.141592654

    sigma=2*pi/T

    Co=sqrt(g*d)

    ka=sigma/Co

    !Syarat Awal

    do i=1,imax

    seta0(i)=A*cos(ka*i*dx)

    H(i)=d+seta0(i)

    enddo

    do j=1,jmax

  • 18

    u0(j)=(A/H(j))*Co*cos(ka*(j+0.5)*dx)

    enddo

    !Perhitungan seta dan u

    do k=1,itermax

    !Syarat Batas

    seta(1)=A*cos(sigma*k*dt)

    u(jmax)=(A/H(jmax))*Co*cos(ka*L - sigma*k*dt)

    do j=1,jmax-1

    i=j

    u(j)=u0(j)-((g*dt/dx)*(seta0(i+1)-seta0(i)))

    enddo

    do i=2,imax

    j=i

    seta(i)=seta0(i)-((dt*H(i)/dx)*(u(j)-u(j-1)))

    enddo

    !================= CETAK HASIL ===========================!

    write (1,100) seta(5),seta(10),seta(20),seta(40)

    write (3,100) u(5),u(10),u(20),u(40)

    if

    (((k*dt).ne.(0.5*T)).and.((k*dt).ne.T).and.((k*dt).ne.(2*T)).and.((k*dt).ne.

    (3*T))) goto 30

    write (2,100) (seta(i),i=1,imax)

    write (4,100) (u(j),j=1,jmax)

    100 format (500f8.2)

    ! Transfer Variabel

    30 do j=1,jmax

    u0(j)=u(j)

    enddo

    do i=1,imax

    seta0(i)=seta(i)

  • 19

    H(i)=d+seta0(i)

    enddo

    enddo

    end

  • 20

    -0,2

    -0,1

    0

    0,1

    0,2

    0 500

    Aru

    s (m

    /s)

    Waktu (det)

    Arus terhadap Waktu

    sel ke-5

    sel ke-10

    sel ke-20

    sel ke-40 -0,2

    -0,1

    0

    0,1

    0,2

    0 50

    Aru

    s (m

    /s)

    Sel ke-

    Arus terhadap ruang

    waktu 0,5T

    waktu T

    waktu 2T

    waktu 3T

    -0,2

    0

    0,2

    0 500Ele

    vasi

    Waktu (det)

    Elevasi terhadap Waktu

    sel ke-5

    sel ke-10

    sel ke-20

    sel ke-40-0,2

    0

    0,2

    0 50Ele

    vasi

    Sel ke-

    Elevasi terhadap ruang

    waktu 0.5T

    waktu T

    waktu 2T

    waktu 3T

    Hasil dan Pembahasan

    Skenario 1: Model Hidrodinamika 1D sederhana (Kedalaman tetap)

    Amplitudo 0.1

    Gambar 1. Hasil model hidrodinamika 1D dengan kedalaman tetap, A=0.1

    Pembahasan

    Hasil model hidrodinamika 1D dengan kedalaman tetap dan amplitude gelombang

    datang 0.1 menunjukkan bahwa kondisi arus konsisten dengan elevasi gelombang. Arus

    meningkat dengan meningkatnya elevasi dan begitu sebaliknya. Arus dan elevasi berada pada

    rentang yang tetap yaitu sebesar -0.1 dan 0.1 sesuai dengan amplitude gelombang datangnya.

    Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada gangguan yang terjadi pada arus dan elevasi pada model

    hidrodinamika 1D dengan kedalaman tetap. Profil arus dan elevasi cenderung tetap dan teratur

    di setiap ruang dan waktu. Sel paling depan menerima konsekuensi arus dan elevasi lebih

    dahulu disusul dengan sel-sel lainnya (Gambar 1).

  • 21

    -1

    -0,5

    0

    0,5

    1

    0 500

    Aru

    s (m

    /s)

    Waktu

    Arus terhadap Waktu

    sel ke-5

    sel ke-10

    sel ke-20

    sel ke-40 -1

    -0,5

    0

    0,5

    1

    0 50

    Aru

    s (m

    /s)

    Sel ke-

    Arus terhadap Ruang

    waktu 0,5T

    waktu T

    waktu 2T

    waktu 3T

    -1

    0

    1

    0 500Ele

    vasi

    Waktu

    Elevasi terhadap Waktu

    sel ke-5

    sel ke-10

    sel ke-20

    sel ke-40-2

    0

    2

    0 50Ele

    vasi

    Sel ke-

    Elevasi terhadap ruang

    waktu 0.5T

    waktu T

    waktu 2T

    -2

    -1

    0

    1

    2

    0 50

    Aru

    s (m

    /s)

    Sel ke-

    Arus terhadap Ruang

    waktu 0,5T

    waktu T

    waktu 2T

    waktu 3T-2

    -1

    0

    1

    2

    0 500

    Aru

    s (m

    /s)

    Waktu

    Arus terhadap Waktu

    sel ke-5

    sel ke-10

    sel ke-20

    sel ke-40

    Amplitudo 0.5

    Gambar 2. Hasil model hidrodinamika 1D dengan kedalaman tetap, A=0.5

    Pembahasan

    Hasil model hidrodinamika 1D dengan kedalaman tetap dan amplitude gelombang

    datang 0.5 menunjukkan hasil yang sama seperti sebelumnya. Arus meningkat dengan

    meningkatnya elevasi dan begitu sebaliknya. Kecepatan arus maksimum 0.5 m/s dan elevasi

    maksimumnya 0.5 m. Sel paling depan menerima konsekuensi arus dan elevasi lebih dahulu

    disusul dengan sel-sel lainnya (Gambar 2). variasi nilai arus dan elevasi adalah sama di setiap

    sel setiap waktu.

    Amplitudo 1

  • 22

    -2

    0

    2

    0 50Ele

    vasi

    Sel ke-

    Elevasi terhadap Ruang

    waktu 0.5T

    waktu T

    waktu 2T

    waktu 3T-2

    0

    2

    0 500Ele

    vasi

    Waktu

    Elevasi terhadap Waktu

    sel ke-5

    sel ke-10

    sel ke-20

    sel ke-40

    Gambar 3. Hasil model hidrodinamika 1D dengan kedalaman tetap, A=1

    Pembahasan

    Hasil model hidrodinamika 1D dengan kedalaman tetap dan amplitude gelombang

    datang 1 masih meberikan pola hasil yang sama seperti sebelumnya. Arus meningkat dengan

    meningkatnya elevasi dan begitu sebaliknya. Kecepatan arus maksimum 1 m/s dan elevasi

    maksimumnya 1 m. variasi nilai arus dan elevasi adalah sama di setiap sel setiap waktu Sel

    paling depan menerima konsekuensi arus dan elevasi lebih dahulu disusul dengan sel-sel

    lainnya (Gambar 3).

    Tabulasi Hasil Model

    Amplitudo Keterangan

    0.1 Arus dan Elevasi berfluktuasi secara tetap dan teratur di setiap

    ruang dan waktu pada rentang nilai yang sesuai dengan

    amplitude gelombang datangnya yaitu diantara -0.1 dan 0.1.

    fluktuasi arus dan elevasi yang tetap dan teratur ini

    menunjukkan bahwa pada model ini tidak terjadi gangguan

    terhadap arus dan elevasi di setiap ruang dan waktu.

    0.5 Hasil model relatif sama polanya seperti model sebelumnya

    namun dengan kisaran nilai arus dan elevasi yang lebih tinggi

    karena pemberian amplitude gelombang datang yang lebih

    besar yakni 0.5. arus dan elevasi masih berfluktuasi secara

    tetap dan teratur di setiap ruang dan waktu

  • 23

    1 Hasil model masih tetap sama polanya dengan sebelumnya

    dengan kisaran arus dan elevasi yang lebih tinggi karena

    amplitude gelombang datang yang lebih besar yakni 1. Arus

    dan elevasi masih berfluktuasi secara tetap dan teratur di

    setiap ruang dan waktu yang menunjukkan bahwa pada model

    ini tidak ada gangguan terhadap arus dan elevasi di setiap

    ruang dan waktu.

  • 24

    MODEL HIDRODINAMIKA 1D VARIASI TOPOGRAFI

    Persamaan Pembangun

    Persamaan Hidrodinamika sederhana dalam 1D memiliki bentuk :

    dxgH

    t

    U

    Dengan asumsi bahwa gesekan angin dan gesekan dasar diabaikan serta friksi horizontal

    dianggap kecil atau diabaikan sehingga suku-suku ini dapat dihilangkan.

    Persamaan kontinuitas 1D dinyatakan dengan

    0

    tx

    U

    dimana u adalah kecepatan sesaat (m/dt), elevasi (m), H=d+ kedalaman terukur (m) konstan

    terhadap ruang, dan g koefisien gravitasi bumi (m/dt2).

    Deskritisasi Model

    Diskritisasi kedua persamaan pembangun (momentum dan kontinuitas) hidrodinamika

    1 dimensi sederhana dengan variasi topografi melalui metode beda hingga menjadi :

    ninix

    tni

    Hni

    Hg

    niu

    niu

    12

    11

    ni

    uniux

    tni

    ni 1

    1

    dimana nid

    niH dan

    11

    nid

    niH

    Deskritisasi numerik persamaan hidrodinamika 1 dimensi secara eksplisit tersebut

    diatas harus memenuhi kriteria stabilitas Courant-Freiderichs-Lewy (CFL) sebagai berikut :

    gH

    xt

    Solusi analitik

    Persamaan (1) dan (2) dapat diselesaikan secara analitik dengan memberikan nilai

    elevasi secara sinusoidal sebagai berikut :

    txkA **cos*

    sehingga diperoleh solusi analitik kecepatan adalah :

  • 25

    tdxxkCoHAu **5.0*cos**/

    Kedua solusi analitik tersebut diatas atau persamaan (7) dan (8) akan digunakan sebagai nilai

    awal dan syarat batas numerik.

    Metode penentuan nilai awal dan syarat batas.

    Nilai Awal

    Pada saat awal di setiap grid secara numerik dapat dituliskan :

    xkA *cos* saat t=0

    xxkCoi

    HAi

    u *5.0*cos**/ saat t=0

    dimana A adalah amplitudo gelombang dan Co adalah kecepatan gelombang di perairan

    dangkal.

    Syarat Batas

    Syarat batas di hilir (di grid ke-0)diberikan elevasi sebagai berikut :

    tAn *cos*10

    Sedangkan syarat batas di hulu (di grid ke-imax) diberikan kecepatan sebagai berikut :

    tklConi

    HAi

    u *cos**1

    max/

    Kriteria kestabilan

    Syarat kestabilan model hidrodinamika 1D sederhana adalah :

    Dimana g = percepatan graviatasi dan H adalah Kedalaman Maksimum

    Skenario model

    Parameter-parameter yang digunakan di dalam model Hidrodinamika 1D sederhana

    dan nilainya antara lain adalah :

    Panjang kanal (L) = 2000

    Periode Gelombang (T)= 450

    Kedalaman (d) = 10

  • 26

    Gravitasi (g) = 10

    Jumlah grid (imax) = 40

    Lama Simulasi = 3T atau 1050 detik

    Skenario Model hidrodinamika 1D dengan Variasi Topografi

    Skenario 1:

    - Amplitudo gelombang 0.1 , 0.5 , dan 1

    - Kedalaman (d) fungsi slope d(i)=10+((i-1)*(-7)/39)

    Gambar 4. Bentuk Topografi Slope yang digunakan di dalam listing program

    - Skenario 2:

    - Amplitudo gelombang 0.1 , 0.5 , dan 1

    - Kedalaman (d) dengan nilai tertentu tiap sel

    Gambar 5. Bentuk Topografi dengan nilai tertentu tiap sel

  • 27

    LISTING PROGRAM

    Skenario 1: Topografi Slope

    !Program Model Hidrodinamika 1-D dengan Topografi Slope

    real seta, seta0, u, u0, ka

    real sigma, Co, L, d, dmax

    dimension H(1000), u0(1000), u(1000), seta0(1000), seta(1000), d(1000)

    open (1,FILE='elvrang1b.txt',status='unknown')

    open (2,FILE='elvwatu1b.txt',status='unknown')

    open (3,FILE='arsrang1b.txt',status='unknown')

    open (4,FILE='arswatu1b.txt',status='unknown')

    ! Variabel-variabel

    L=2000

    T=450

    ! Pemberian nilai Amplitudo A

    A=0.1

    g=10

    tmax=3*T

    dt=2

    itermax=tmax/dt

    imax=40

    jmax=40

    dx=L/imax

    ! Pemberian nilai kedalaman untuk topografi berupa slope

    do i=1,imax

    d(i)=10+((i-1)*(-7)/39)

    enddo

    dmax=-0.0987

    do i=1,imax

    dmax=max(d(i),dmax)

    enddo

    pi=3.141592654

    sigma=2*pi/T

    Co=sqrt(g*dmax)

  • 28

    ka=sigma/Co

    !Syarat Awal

    do i=1,imax

    seta0(i)=A*cos(ka*i*dx)

    H(i)=d(i)+seta0(i)

    enddo

    do j=1,jmax

    u0(j)=A*Co*cos(ka*(j+0.5)*dx)

    enddo

    !Perhitungan seta dan u

    do k=1,itermax

    !Syarat Batas

    seta(1)=A*cos(sigma*k*dt)

    u(jmax)=A*Co*cos(ka*L - sigma*k*dt)

    do j=1,jmax-1

    i=j

    u(j)=u0(j)-((0.5*g*dt/dx)*(H(i+1)+H(i))*(seta0(i+1)-seta0(i)))

    enddo

    do i=2,imax

    j=i

    seta(i)=seta0(i)-((dt/dx)*(u(j)-u(j-1)))

    enddo

    !====================== CETAK HASIL ===========================!

    write (1,100) seta(5),seta(10),seta(20),seta(40)

    write (3,100) u(5),u(10),u(20),u(40)

    if

    (((k*dt).ne.(0.5*T)).and.((k*dt).ne.T).and.((k*dt).ne.(2*T)).and.((k*dt).ne.

    (3*T))) goto 30

    write (2,100) (seta(i),i=1,imax)

    write (4,100) (u(j),j=1,jmax)

    100 format (500f8.2)

  • 29

    ! Transfer Variabel

    30 do j=1,jmax

    u0(j)=u(j)

    enddo

    do i=1,imax

    seta0(i)=seta(i)

    H(i)=d(i)+seta0(i)

    enddo

    enddo

    end

  • 30

    -0,5

    0

    0,5

    0 50Ele

    vasi

    Sel ke-

    Elevasi terhadap Ruang

    waktu 0.5T

    waktu T

    waktu 2T

    waktu 3T-0,5

    0

    0,5

    0 500Ele

    vasi

    waktu

    Elevasi terhadap Waktu

    sel ke-5

    sel ke-10

    sel ke-20

    sel ke-40

    -2

    -1

    0

    1

    2

    3

    0 50Aru

    s (m

    /s)

    Sel ke-

    Arus terhadap Ruang

    waktu 0,5T

    waktu T

    waktu 2T

    waktu 3T-2

    0

    2

    4

    0 500

    Aru

    s (m

    /s)

    waktu

    Arus terhadap Waktu

    sel ke-5

    sel ke-10

    sel ke-20

    sel ke-40

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Amplitudo 0.1

    Gambar 6. Hasil model hidrodinamika 1D dengan topografi slope, A=0.1

    Pembahasan

    Hasil model hidrodinamika 1D dengan kedalaman berupa slope menunujukkan hasil

    yang berbeda dengan model sebelumnya. Profil arus dan elevasi memiliki variasi dan kisaran

    yang berbeda di setiap ruang dan waktu. Hal ini ditunjukkan dengan pola grafik arus dan

    elevasi yang tampak lebih fluktuatif (Gambar 4). Arus dan elevasi berfluktuasi di luar rentang

    amplitude gelombang datang (-0.1 0.1). hal ini menunjukkan bahwa arus dan elevasi

    mengalami gangguan akibat perbedaan topografi di setiap ruang. Sel paling depan, dalam hal

    ini sel ke-5 memiliki nilai arus dan elevasi maksimum yang lebih tinggi daripada sel-sel di

    belakangnya. Hal ini disebabkan oleh topografi yang lebih dalam sehingga faktor gesekan

    dasar memiliki pengaruh yang kecil dalam mengganggu aliran arus atau elevasi gelombang.

    Semakin ke kanan (sel paling belakang), arus dan elevasi semakin mengecil karena topografi

    semakin dangkal sehingga factor gesekan dasar akan semakin terasa berpengaruh dalam

    mengganggu aliran arus dan elevasi. Semakin lama, elevasi semakin berkurang.

  • 31

    -20

    -10

    0

    10

    20

    0 500

    Aru

    s

    waktu

    Arus terhadap Waktu

    sel ke-5

    sel ke-10

    sel ke-20

    sel ke-40 -10

    0

    10

    20

    0 50

    Aru

    s (m

    /s)

    Sel ke-

    Arus terhadap Ruang

    waktu 0,5T

    waktu T

    waktu 2T

    waktu 3T

    -2

    0

    2

    0 500Ele

    vasi

    Waktu

    Elevasi terhadap Waktu

    sel ke-5

    sel ke-10

    sel ke-20

    sel ke-40-2

    0

    2

    0 50Ele

    vasi

    Sel ke-

    Elevasi terhadap Ruang

    waktu 0.5T

    waktu T

    waktu 2T

    waktu 3T

    -40

    -20

    0

    20

    40

    0 500

    Aru

    s (m

    /s)

    waktu

    Arus terhadap Waktu

    sel ke-5

    sel ke-10

    sel ke-20

    sel ke-40 -20

    -10

    0

    10

    20

    0 50

    Aru

    s (m

    /s)

    Sel ke-

    Arus terhadap Ruang

    waktu 0,5T

    waktu T

    waktu 2T

    waktu 3T

    Amplitudo 0.5

    Gambar 7. Hasil model hidrodinamika 1D dengan topografi slope, A=0.5

    Pembahasan

    Pada umumnya hasil model 1D variasi topografi dengan amplitude gelombang datang

    0.5 menunjukkan hasil yang sama seperti sebelumnya. Profil arus dan elevasi memiliki variasi

    dan kisaran yang berbeda di setiap ruang dan waktu. Semakin ke kanan (sel paling belakang),

    arus dan elevasi semakin mengecil karena topografi semakin dangkal sehingga factor gesekan

    dasar akan semakin terasa berpengaruh dalam mengganggu aliran arus dan elevasi. Semakin

    lama, elevasi semakin berkurang (Gambar 5).

    Amplitudo 1

  • 32

    -2000

    -1000

    0

    1000

    0 200 400 600

    Ele

    vasi

    waktu

    Elevasi terhadap Waktu

    sel ke-5

    sel ke-10

    sel ke-20

    sel ke-40-5

    0

    5

    0 50Ele

    vasi

    Sel ke-

    Elevasi terhadap Ruang

    waktu 0.5T

    waktu T

    waktu 2T

    waktu 3T

    Gambar 8. Hasil model hidrodinamika 1D dengan topografi slope, A=1

    Pembahasan

    Hasil model 1D variasi topografi dengan amplitude gelombang datang 1 menunjukkan

    hasil yang berbeda dari sebelumnya. Profil arus memiliki variasi dan kisaran yang berbeda di

    setiap ruang dan waktu dengan perbedaan yang tajam terutama di akhir iterasi (Gambar 6). Sel

    ke-5 dan ke-10 memiliki fasa yang relative sama untuk arusnya. Hal ini dapat dilihat dari plot

    arus terhadap waktu yang hampir berhimpit di kedua sel ini setiap waktu. Hasil serupa terjadi

    juga pada sel 20 dan 40. Amplitudo gelombang datang yang relative besar (A=1) membuat

    hasil model menjadi error untuk plot grafik elevasi terhadap waktu. Hal ini dapat disimpulkan

    bahwa pemberian amplitude yang besar akan membuat ketidakstabilan elevasi di sel-sel

    tertentu yang terkait dengan topografinya. Semakin ke kanan (sel paling belakang), arus dan

    elevasi semakin mengecil di sel ke-5, 10, 20, dan 40 karena topografi semakin dangkal

    sehingga factor gesekan dasar akan semakin terasa berpengaruh dalam mengganggu aliran

    arus dan elevasi (Gambar 6). Pada waktu 2T, arus di sel 1-20 berfluktuasi atu naik-turun di

    nilai positif sedangkan di sel yang lebih kanan nilainya negatif. Perbedaan topografi dapat

    menjadi penyebabnya.

  • 33

    Tabulasi Hasil Model Hidrodinamika Variasi Topografi Slope

    Amplitudo Keterangan

    0.1 Fluktuasi arus dan elevasi di setiap ruang dan waktu relatif

    tidak teratur. Arus dan elevasi berfluktuasi di rentang nilai di

    luar amplitudo gelombang datangnya. Hal ini menunjukkan

    bahwa pada model ini, terjadi gangguan terhadap arus dan

    elevasi di setiap ruang dan waktu sebagai akibat perbedaan

    kedalaman atau topografi di setiap sel. Arus maksimum yang

    dapat dicapai adalah sebesar 2 m/s sedangkan elevasi

    maksimum yang dapat dicapai sebesar 0.25 m. semakin ke sel

    lebih tinggi (kanan) arus dan elevasi semakin rendah karena

    kedalaman yang semakin dangkal. Semakin lama, arus dan

    elevasi semakin melemah.

    0.5 Hasil model relatif sama polanya dengan model sebelumnya

    namun dengan kisaran nilai arus dan elevasi yang lebih tinggi

    karena pemberian amplitude gelombang datang yang lebih

    besar yakni 0.5. Arus dan elevasi berfluktuasi tidak teratur

    dan berbeda di setiap selnya dengan rentang nilai yang jauh di

    luar nilai amplitude gelombang datangnya. Seperti

    sebelumnya, hal ini menunjukkan adanya gangguan pada arus

    dan elevasi di setiap ruang dan waktu akibat perbedaan

    kedalaman atau topografi.

    1 Hasil model relatif lebih berbeda dari model sebelumnya. Plot

    arus terhadap waktu tampak sangat tidak teratur. Plot elevasi

    tidak dapat digambarkan karena model menjadi tidak stabil

    akibat pemberian nilai amplitude gelombang awal yang besar.

  • 34

    LISTING PROGRAM

    Skenario 2: Topografi Nilai tertentu di setiap sel

    !Program Model Hidrodinamika 1-D dengan Topografi nilai di setiap sel

    real seta, seta0, u, u0, ka

    real sigma, Co, L, d, dmax

    dimension H(1000), u0(1000), u(1000), seta0(1000), seta(1000), d(1000)

    open (1,FILE='elvrang1b.txt',status='unknown')

    open (2,FILE='elvwatu1b.txt',status='unknown')

    open (3,FILE='arsrang1b.txt',status='unknown')

    open (4,FILE='arswatu1b.txt',status='unknown')

    ! Variabel-variabel

    L=2000

    T=450

    !Pemberian nilai Amplitudo

    A=0.1

    g=10

    tmax=3*T

    dt=3

    itermax=tmax/dt

    imax=40

    jmax=40

    dx=L/imax

    do i=1,10

    d(i)=10

    enddo

    do i=11,15

    d(i)=21-i

    enddo

    do i=16,20

    d(i)=6

    enddo

  • 35

    ! Pemberian Nilai Kedalaman di setiap sel

    d(20)=7

    d(21)=8

    d(22)=9

    d(23)=10

    d(24)=10

    d(25)=10

    d(26)=9

    d(27)=8

    d(28)=7

    d(29)=5

    d(30)=10

    do i=31,40

    d(i)=41-i

    enddo

    dmax=-0.0987

    do i=1,imax

    dmax=max(d(i),dmax)

    enddo

    pi=3.141592654

    sigma=2*pi/T

    Co=sqrt(g*dmax)

    ka=sigma/Co

    !Syarat Awal

    do i=1,imax

    seta0(i)=A*cos(ka*i*dx)

    H(i)=d(i)+seta0(i)

    enddo

    do j=1,jmax

    u0(j)=A*Co*cos(ka*(j+0.5)*dx)

    enddo

    !Perhitungan seta dan u

    do k=1,itermax

  • 36

    !Syarat Batas

    seta(1)=A*cos(sigma*k*dt)

    u(jmax)=A*Co*cos(ka*L - sigma*k*dt)

    do j=1,jmax-1

    i=j

    u(j)=u0(j)-((0.5*g*dt/dx)*(H(i+1)+H(i))*(seta0(i+1)-seta0(i)))

    enddo

    do i=2,imax

    j=i

    seta(i)=seta0(i)-((dt/dx)*(u(j)-u(j-1)))

    enddo

    !====================== CETAK HASIL ===========================!

    write (1,100) seta(5),seta(10),seta(20),seta(40)

    write (3,100) u(5),u(10),u(20),u(40)

    if

    (((k*dt).ne.(0.5*T)).and.((k*dt).ne.T).and.((k*dt).ne.(2*T)).and.((k*dt).ne.

    (3*T))) goto 30

    write (2,100) (seta(i),i=1,imax)

    write (4,100) (u(j),j=1,jmax)

    100 format (500f8.2)

    ! Transfer Variabel

    30 do j=1,jmax

    u0(j)=u(j)

    enddo

    do i=1,imax

    seta0(i)=seta(i)

    H(i)=d(i)+seta0(i)

    enddo

    enddo

    end

  • 37

    -0,2

    0

    0,2

    0 50Ele

    vasi

    Sel ke-

    Elevasi terhadap Ruang

    waktu 0.5T

    waktu T

    waktu 2T

    waktu 3T-0,4

    -0,2

    0

    0,2

    0,4

    0 200 400 600Ele

    vasi

    waktu

    Elevasi terhadap Waktu

    sel ke-5

    sel ke-10

    sel ke-20

    sel ke-40

    -2

    -1

    0

    1

    2

    0 50

    Aru

    s (m

    /s)

    Sel ke-

    Arus terhadap Ruang

    waktu 0,5T

    waktu T

    waktu 2T

    waktu 3T-2

    -1

    0

    1

    2

    0 500

    Aru

    s (m

    /s)

    waktu

    Arus terhadap Waktu

    sel ke-5

    sel ke-10

    sel ke-20

    sel ke-40

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Amplitudo 0.1

    Gambar 9. Hasil model hidrodinamika 1D dengan nilai kedalaman di tiap sel,

    A=0.1

    Pembahasan

    Hasil model hidrodinamika 1D dengan nilai topografi tertentu di tiap sel menunjukkan

    hasil yang memiliki pola sedikit berbeda dari sebelumnya. Arus dan elevasi berfluktuasi sesuai

    dengan kondisi topografinya. Sel ke-5, 10, dan 20 tampak memiliki fasa yang sama, baik arus

    maupun elevasinya, namun berlawanan fasanya dengan sel ke-40. Hal ini dapat diakibatkan

    oleh perbedaan yang jelas dari topografi antara ketiga sel pertama dengan sel ke-40. Fluktuasi

    arus memiliki pola yang sama dengan elevasi. Dari grafik terlihat bahwa arus bernilai positif

    ketika elevasi juga positif, begitu sebaliknya (Gambar 7). Semakin lama, arus dan elevasi

    semakin rendah.

  • 38

    -10

    -5

    0

    5

    10

    0 500

    Aru

    s (m

    /s)

    Waktu

    Arus terhadap waktu

    sel ke-5

    sel ke-10

    sel ke-20

    sel ke-40 -10

    -5

    0

    5

    10

    0 50

    Aru

    s (m

    /s)

    Sel ke-

    Arus terhadap Ruang

    waktu 0,5T

    waktu T

    waktu 2T

    waktu 3T

    -2

    -1

    0

    1

    2

    0 200 400 600Ele

    vasi

    waktu

    Elevasi terhadap Waktu

    sel ke-5

    sel ke-10

    sel ke-20

    sel ke-40-1

    0

    1

    0 50Ele

    vasi

    Sel ke-

    Elevasi terhadap Ruang

    waktu 0.5T

    waktu T

    waktu 2T

    waktu 3T

    Amplitudo 0.5

    Gambar 10. Hasil model hidrodinamika 1D dengan nilai kedalaman di tiap sel,

    A=0.5

    Pembahasan

    Hasil model hidrodinamika 1D dengan nilai topografi tertentu di tiap sel dan amplitude

    gelombang datang 0.5 secara umum menunjukkan pola yang hampir sama. Arus dan elevasi

    berfluktuasi sesuai dengan kondisi topografinya. Sel ke-5, 10, dan 20 tampak memiliki fasa

    yang sama baik arus maupun elevasinya, namun berlawanan fasanya dengan sel ke-40.

    Sebagaimana kondisi sebelumnya, hal ini dapat diakibatkan oleh perbedaan yang jelas dari

    topografi antara ketiga sel pertama dengan sel ke-40. Fluktuasi arus memiliki pola yang sama

    dengan elevasi. Dari grafik terlihat bahwa arus bernilai positif ketika elevasi juga positif,

    begitu sebaliknya (Gambar 8). Elevasi di sel ke-40 tampak lebih fluktuatif dan tidak teratur

    karena plot grafik elevasi terhadap waktu yang lebih bergerigi daripada sel yang lainnya. Arus

    di sel ke-5 pada langkah waktu ke-450 tampak lebih fluktuatif dari yang lain sedangkan sel ke-

    20 plot grafik tampak bergerigi mulai dari langkah waktu ke-225 ean seterusnya. Kondisi-

    kondisi ini dapat diakibatkan oleh pemberian topografi yang berbeda di sel-sel tersebut

  • 39

    -20

    -10

    0

    10

    20

    0 500

    Aru

    s (m

    /s)

    waktu

    Arus terhadap Waktu

    sel ke-5

    sel ke-10

    sel ke-20

    sel ke-40

    0

    0,5

    1

    1,5

    0 50

    Aru

    s (m

    /s)

    Sel ke-

    Arus terhadap Ruang

    waktu 0,5T

    waktu T

    waktu 2T

    waktu 3T

    -4000

    -2000

    0

    2000

    0 200 400 600

    Ele

    vasi

    waktu

    Elevasi terhadap Waktu

    sel ke-5

    sel ke-10

    sel ke-20

    sel ke-40

    0

    1

    2

    0 50

    Axi

    s Ti

    tle

    Elevasi

    Elevasi terhadap Ruang

    waktu 0.5T

    waktu T

    waktu 2T

    waktu 3T

    Amplitudo 1

    Gambar 11. Hasil model hidrodinamika 1D dengan nilai kedalaman di tiap sel,

    A=1

    Pembahasan

    Pemberian amplitudo gelombang sebesar 1 pada model hidrodinamika 1D dengan

    variasi topografi di tiap sel tampaknya membuat hasil model menjadi outflow. Hal ini dapat

    terlihat dari nihilnya nilai-nilai arus setiap dan elevasi yang dihasilkan di setiap ruang untuk

    waktu ke-0.5T, T, 2T, dan 3T (Gambar 9). Pada awal simulasi, arus di sel ke-5, 10, dan 20

    memiliki nilai yang positif dan relatif besar (10 m/s) namun tiba-tiba turun dan berfluktuasi di

    sekitar sb-x atau di sekitar arus 0 m/s. Arus di ketiga sel ini tampak memiliki arah yang sama

    namun berkebalikan dengan arus di sel ke-40. Elevasi setiap waktu di sel ke-5, 10, 20, dan 40

    menunjukkan hasil yang tidak diinginkan karena kemunculan nilai yang sangat besar untuk sel

    ke-40. Hasil ini tidak diharapkan dan dapat disimpulkan bahwa pemberian nilai amplitudo

    A=1 terhadap model akan membuat hasil model outflow dan error meskipun syarat kestabilan

    terpenuhi.

  • 40

    Tabulasi Hasil Model Hidrodinamika 1D Variasi Topografi dengan nilai

    kedalaman tertentu di tiap sel

    Amplitudo Keterangan

    0.1 Fluktuasi nilai arus dan elevasi tampak lebih tajam dan jelas

    di setiap sel yang diamati karena nilai topografi yang berbeda.

    Semakin lama, arus dan elevasi cenderung melemah. Arus dan

    elevasi berfluktuasi di luar rentang amplitude gelombang

    datang (-0.1 0.1). hal ini menunjukkan bahwa arus dan

    elevasi mengalami gangguan akibat perbedaan topografi di

    setiap ruang. Arus maksimum yang dapat dicapai adalah 1 m/s

    sedangkan elevasi maksimum yang dapat dicapai adalah 0.2

    m.

    0.5 Secara umum, hasil model menunjukkan pola yang sama

    seperti sebelumnya namun pada model ini dihasilkan fluktuasi

    arus dan elevasi di luar kisaran amplitudo gelombang datang

    sebesar -0.5 dan di 0.5. Hal ini menunjukkan bahwa arus dan

    elevasi mengalami gangguan di setiap ruang dan waktu akibat

    topografi. Arus maksimum yang dapat dicapai 5 m/s

    sedangkan elevasi maksimum yang dapat dicapai sebasar 1 m.

    Nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan nilai arus dan

    elevasi maksimum yang dapat dicapai pada model

    sebelumnya.

    1 Arus di sel ke-5, 10, dan 20 pada awal simulasi memiliki nilai

    yang positif dan relatif besar (10 m/s) namun tiba-tiba turun

    dan berfluktuasi di sekitar sb-x atau di sekitar arus 0 m/s. Arus

    di ketiga sel ini tampak memiliki arah yang sama namun

    berkebalikan dengan arus di sel ke-40. Elevasi setiap waktu di

    sel ke-5, 10, 20, dan 40 menunjukkan hasil yang tidak

    diinginkan karena kemunculan nilai yang sangat besar untuk

    sel ke-40. Pemberian nilai amplitudo A=1 terhadap model

    membuat hasil model menjadi error meskipun syarat

    kestabilan terpenuhi

  • 41

    KESIMPULAN

    MODEL HIDRODINAMIKA 1D SEDERHANA

    DAN

    MODEL HIDRODINAMIKA 1D VARIASI TOPOGRAFI

    Model hidrodinamika 1D dengan kedalaman tetap mengahasilkan variasi arus dan elevasi

    yang tetap dan teratur di setiap ruang dan waktu. Arus dan elevasi berada di dalam rentang

    nilai amplitudo gelombang datang yang menunjukkan bahwa pada model ini tidak ada

    gangguan terhadap arus dan elevasi di setiap ruang dan waktu. Pemberian nilai amplitudo 0.1,

    0.5, dan 1 menunjukkan pola yang sama dan hanya berbeda di rentang nilai arus dan elevasi

    yang dihasilkan saja karena perbedaan amplitudo gelombang datang.

    Model hidrodinamika 1D dengan variasi topografi, baik untuk topografi berupa slope

    maupun topografi dengan nilai di setiap sel pada dasanya memiliki pola yang sama yakni

    bahwa arus dan elevasi berubah setiap waktu dengan rentang nilai di luar rentang nilai

    amplitudo gelombang datangnya. Hal ini menunjukkan bahwa pada kedua model ini terjadi

    gangguan terhadap arus dan elevasi di setiap ruang dan waktu akibat perbedaan kedalaman

    atau topografi. Pemberian amplitudo gelombang datang yang besar, dalam kasus ini A =1,

    akan membuat model memberikan hasil yang tidak diinginkan atau outflow meskipun kriteria

    kestabilan dipenuhi.

  • 42

    MODEL HIDRODINAMIKA 2D

    1. TUJUAN a. Melihat pengaruh pasang angin permukaan sebagai gaya pembangkit arus di perairan

    tertutup, serta pengaruh pasang surut dan pengaruh angin di perairan semi-terbuka.

    b. Memahami sifat-sifat penjalaran gelombang pasut sederhana dengan kedalaman bervariasi, dan melihat pengaruh gesekan dasar dan permukaan di suatu perairan.

    c. Memahami penerapan parameter model dalam kaitannya dengan stabilitas numerik persamaan hidrodinamika 2 dimensi eksplisit.

    2. PERSAMAAN MODEL 2.1 Persamaan Pembangun

    Studi hidrodinamika 2 dimensi dalam praktikum ini meninjau gaya pembangkit arus

    yang disebabkan oleh angin (wind driven current) di perairan tertutup. Di perairan terbuka

    selain oleh angin, arus dapat juga dibangkitkan oleh adanya perbedaan muka air (gaya gradien

    tekanan). Sebagai pengusik diperhitungkan pula gaya gesekan dasar.

    Dalam tinjauan 2 dimensi dengan menerapkan asumsi-asumsi diatas, maka persamaan

    gerak fluida dapat disajikan sebagai berikut :

    Komponen x:

    22222 y

    wxwxwVUH

    rU

    xgH

    t

    U

    (1)

    Komponen y:

    22222 y

    wxwwVUH

    rU

    xgH

    t

    Vy

    (2)

    sedangkan persamaan kontinuitasnya adalah :

    0

    y

    V

    x

    U

    t

    (3)

    dimana U,V adalah kecepatan transport arah-x,y (m2/dt), elevasi muka air (m), H=d+

    kedalaman total (m), g kosfisien gravitasi bumi (m2/dt), r koefisien gesekan dasar, koefisien gesekan permukaan, dan wx,wy adalah kecepatan angin arah x,y (m/dt).

    2.2 Deskritisasi Model Persamaan hidrodinamika 2 dimensi tersebut dapat diselesaikan dengan metode

    eksplisit sebagai berikut :

    Persamaan gerak arah-x:

    222,

    2

    ,2

    ,,1,

    ),1,(

    ,1

    ,ywxwxw

    nji

    Vn

    jiU

    H

    nji

    rUn

    jin

    jin

    jiHn

    jiH

    x

    g

    t

    nji

    Unji

    U

    Karena nid

    niH dan

    11

    nid

    niH

    Dengan perataan kedalaman di sel yang berdekatan, persamaan di atas memiliki bentuk:

  • 43

    22

    2

    ,

    2

    ,2

    2

    ,1,,1,

    ,

    ,1,2

    ,1,,1,,1

    ,

    ywxwxwn

    jiV

    nji

    U

    jidjid

    nji

    nji

    nji

    rU

    nji

    nji

    jidjid

    nji

    nji

    x

    g

    t

    nji

    Unji

    U

    Atau secara sederhana dpat ditulis sebagai :

    222'2,2

    '

    ,,1,

    ',1

    , ywxwxwtVn

    jiU

    uH

    nji

    tUrn

    jin

    jiuH

    x

    tgnjiU

    njiU

    (4)

    dimana :

    2

    ,1,,1,'

    jidjid

    nji

    nji

    uH

    4

    1,11,,,1'

    nji

    Vnji

    VnjiV

    nji

    V

    V

    Bila kita kumpulkan suku n jiU , akan diperoleh:

    22,1,'2'2

    ,2'

    1,1

    , ywxwxwtn

    jin

    jiuH

    x

    tgVn

    jiU

    uH

    trnjiU

    njiU

    Suku ini kita nyatakan sebagai Ru

    Sehingga kita punya bentuk :

    22,1,')1(,1, ywxwxwtnjinjiuHxtg

    Run

    jiUn

    jiU

    .(5)

    Dimana

    Ru = 2'

    2'

    2,

    uH

    Vn

    jiUtr

    4

    1,11,,,1'

    nji

    Vnji

    VnjiV

    nji

    V

    V

    Dengan cara sama kita peroleh Persamaan gerak arah-y :

  • 44

    22,,1')1(,1, ywxwwtnjin jivHytg

    RvnjiV

    njiV y

    ..(6)

    dimana :

    2

    ,1,,1,'

    jidjid

    nji

    nji

    H v

    4

    1,1,1,1,'

    nji

    Un

    jiU

    njiU

    nji

    U

    U

    Rv =

    2'

    2

    ,

    2'

    vH

    nji

    VUtr

    Diskritisasi Persamaan kontinuitas adalah :

    y

    nji

    VnjiV

    x

    nji

    Un

    jiUt

    nji

    nji

    ,1,1,,,

    1, (7)

    Deskritisasi numerik persamaan hidrodinamika 2 dimensi secara eksplisit tersebut diatas harus

    memenuhi kriteria stabilitas Courant-Freiderichs-Lewy (CFL) sebagai berikut :

    max2gH

    Lt

    (8)

    dimana : L=min[x,y] dan Hmax=max[d+]

    j

    i

    dx

    dy

    2.3 Nilai Awal dan Syarat Batas 2.3.1 Nilai Awal

    Kondisi pada saat awal dianggap perairan dalam keadaan tenang. Secara matematis

    dapat dituliskan :

    U=V==0 pada saat t=0 (5.6)

    2.3.2 Syarat Batas Syarat batas tertutup di garis pantai kecepatan normalnya dianggap nol,yaitu :

    Vn=0 (5.7)

  • 45

    Sedangkan syarat batas di perairan terbuka sebagai berikut:

    a. Batas Timur: =A cos(sigma.t-82.2./360) (5.8a)

    b. Batas Barat: =A cos(sigma.t-165.2./360) (5.8b)

    2.4 Parameter Model 1. Luas daerah model (LxL). 2. Lama simulasi (T). 3. Amplitudo gelombang (A). 4. Kedalaman (d). 5. Gravitasi (g). 6. Jumlah grid (imax dan jmax). 7. Kecepatan angin (w). 8. Koefisien gesekan dasar (r).

    9. Koefisien gesekan permukaan (). 10. Frekuensi sudut (sigma).

    3.

  • 46

    4. FLOW CHART DAN LISTING PROGRAM

    Hidrodinamika 2-D

    Perairan TertutupMulai

    HARGA KONSTANTA

    i=imax,1,-1

    j=1,jmax

    d(i,j)

    k=1,itermax

    Wx=aWx*(exp((k/sta)-1))

    Wy=aWy*(exp((k/sta)-1))

    B

    B

    A

    i=2,,jmax-1

    j=2,nmax-1

    i=1,imax

    j=1,jmax

    U(i,j)=0.0

    V(i,j)=0.0

    el(i,j)=0.0

    UU(i,j)=0.0

    VV(i,j)=0.0

    Elb(i,j)=0.0

    Uvel(i,j)=0.0

    Vvel(i,j)=0.0

    t0

    VV(i,j)=..

    Vvel(i,j)=..

    yes

    d(i,,j)>0

    d(i,,j+1)>0

    UU(i,j)=..

    Uvel(i,j)=..

    yes

    no

    s1=(VV(i,j)-VV(i-1,j))/dy

    s2=(UU(i,j)-UU(i,j-1))/dx

    Elb(i,j)=el(i,j)-(dt*(s1+s2))

    Tulis Hasil

    i=1,imax

    j=1,jmax

    U(i,j)=UU(i,j)

    V(i,j)=VV(i,j)

    el(i,j)=Elb(i,j)

    Selesai

    A

  • 47

    Hidrodinamika 2-D

    Perairan TerbukaMulai

    HARGA KONSTANTA

    i=imax,1,-1

    j=1,jmax

    d(i,j)

    k=1,itermax

    Wx=aWx*(exp((k/sta)-1))

    Wy=aWy*(exp((k/sta)-1))

    B

    B

    A

    i=2,,jmax-1

    j=2,nmax-1

    i=1,imax

    j=1,jmax

    U(i,j)=0.0

    V(i,j)=0.0

    el(i,j)=0.0

    UU(i,j)=0.0

    VV(i,j)=0.0

    Elb(i,j)=0.0

    Uvel(i,j)=0.0

    Vvel(i,j)=0.0

    t0

    VV(i,j)=..

    Vvel(i,j)=..

    yes

    d(i,,j)>0

    d(i,,j+1)>0

    UU(i,j)=..

    Uvel(i,j)=..

    yes

    no

    i=1,imax

    C

    d(i,1)>0

    Elb(i,2)=A*cos(sigma

    *k-82*2*pi/360)

    Elb(i,1)=Elb(i,2)

    UU(i,1)=UU(i,2)

    Uvel(i,1)=Uvel(i,2)

    VV(i,1)=VV(i,2)

    Vvel(i,1)=Vvel(i,2)

    yes

  • 48

    i=1,imax

    d(i,jmax)>0

    no

    Elb(i,jmax)=A*cos(sigma*k-

    165*2*pi/360)

    Elb(i,jmax)=Elb(i,jmax-1)

    UU(i,jmax)=UU(i,jmax-1)

    Uvel(i,jmax)=Uvel(i,jmax-1)

    VV(i,jmax)=VV(i,jmax-1)

    Vvel(i,jmax)=Vvel(i,jmax-1)

    yes

    C

    i=3,imax-1

    j=3,jmax-1

    d(i,1)>0

    nos1=(VV(i,j)-VV(i-1,j))/dy

    s2=(UU(i,j)-UU(i,j-1))/dx

    Elb(i,j)=el(i,j)-(dt*(s1+s2))

    yes

    Tulis Hasil

    i=1,imax

    j=1,jmax

    U(i,j)=UU(i,j)

    V(i,j)=VV(i,j)

    el(i,j)=Elb(i,j)

    A

    Selesai

  • 49

    ! MODEL HIDRODINAMIKA 2 DIMENSI DI PERAIRAN TERTUTUP

    ! DENGAN METODE EKSPLISIT

    ! PENDEFINISIAN VARIABEL DAN KONSTANTA

    real Wx,Wy,aWx,aWy,Hu,Hv,ru,rv,Rx,Ry,sukuU1,sukuU2,sukuV1,sukuV2

    real s1,s2,U,V,el,UU,VV,Elb,Uvel,Vvel,lamda

    dimension U(100,100),V(100,100),el(100,100),UU(100,100),VV(100,100)

    dimension Elb(100,100),Uvel(100,100),Vvel(100,100),d(100,100)

    integer i,j,k

    ! HARGA KONSTANTA

    Li=10000

    Lj=10000

    t=21600

    g=10.0

    A=0.2

    imax=20

    jmax=20

    dt=2

    dx=Li/imax

    dy=Lj/jmax

    itermax=t/dt

    r=0.003

    lamda=0.000032

    sigma=0.000140519

    sta=1800.0

    pi=3.141592654

    open (1,FILE='UT1-1.txt',status='unknown')

    open (2,FILE='VT1-1.txt',status='unknown')

    open (3,FILE='ZT1-1.txt',status='unknown')

    print *,'Kecepatan angin arah-x (aWx)'

    read(*,*) aWx

    print *,'Kecepatan angin arah-y(aWy)'

    read(*,*) aWy

    ! BACA DATA KEDALAMAN

    open(4,file='bathy1.txt',status='old')

    do i=imax,1,-1

    read (4,*)(d(i,j),j=1,jmax)

    enddo

    !SYARAT AWAL

    do i=1,imax

    do j=1,jmax

    U(i,j)=0.0

    V(i,j)=0.0

    el(i,j)=0.0

    UU(i,j)=0.0

    VV(i,j)=0.0

    Elb(i,j)=0.0

    Uvel(i,j)=0.0

    Vvel(i,j)=0.0

    enddo

  • 50

    enddo

    ! PERHITUNGAN UTAMA

    do k=1,itermax

    !PERHITUNGAN ANGIN

    if (k.lt.sta) then

    Wx=aWx*(exp((k/sta)-1))

    Wy=aWy*(exp((k/sta)-1))

    else

    Wx=aWx

    Wy=aWy

    endif

    do i=2,imax-1

    do j=2,jmax-1

    if (d(i,j).gt.0) then

    if(d(i+1,j).gt.0) then

    Hv=(el(i+1,j) + el(i,j) + d(i+1,j) + d(i,j))/2

    Uv=(U(i,j) + U(i+1,j) + U(i,j-1) + U(i+1,j-1))/4

    rv=(r*dt*sqrt((V(i,j)*V(i,j))+(Uv*Uv)))/(Hv*Hv)

    ! BAGIAN YANG DIPERBAIKI

    ! Ry=1/(1+rv)

    Ry= 1-rv

    sukuV1=(g*dt*Hv*(el(i+1,j)-el(i,j)))/dy

    sukuV2=dt*lamda*Wy*sqrt((Wx*Wx)+(Wy*Wy))

    ! BAGIAN YANG DIPERBAIKI

    ! VV(i,j)=(V(i,j)-sukuV1+sukuV2)*Ry

    VV(i,j)=(V(i,j)*Ry)-sukuV1+sukuV2

    Vvel(i,j)=VV(i,j)/Hv

    Endif

    if(d(i,j+1).gt.0) then

    Hu=(el(i,j) + el(i,j+1) + d(i,j) + d(i,j+1))/2

    Vu=(V(i-1,j) + V(i,j) + V(i-1,j+1) + V(i,j+1))/4

    ru=(r*dt*sqrt((U(i,j)*U(i,j))+(Vu*Vu)))/(Hu*Hu)

    ! BAGIAN YANG DIPERBAIKI

    ! Rx=1/(1+ru)

    Rx= 1-ru

    sukuU1=(g*dt*Hu*(el(i,j+1)-el(i,j)))/dx

    sukuU2=dt*lamda*Wx*sqrt((Wx*Wx)+(Wy*Wy))

    ! BAGIAN YANG DIPERBAIKI

    ! UU(i,j)=(U(i,j)-sukuU1+sukuU2)*Rx

    UU(i,j)=(U(i,j)*Rx)-sukuU1+sukuU2

    Uvel(i,j)=UU(i,j)/Hu

    endif

    s1=(VV(i,j)-VV(i-1,j))/dy

    s2=(UU(i,j)-UU(i,j-1))/dx

    Elb(i,j)=el(i,j)-(dt*(s1+s2))

    endif

    enddo

    enddo

  • 51

    ! PENYIMPANAN HASIL HITUNGAN DI FILE

    if ((k.ne.100).and.(k.ne.1700).and.(k.ne.itermax)) goto 20

    do i=imax,1,-1

    write (1,100) (Uvel(i,j),j=1,jmax)

    write (2,100) (Vvel(i,j),j=1,jmax)

    write (3,100) (Elb(i,j),j=1,jmax)

    enddo

    write (1,*) ' '

    write (2,*) ' '

    write (3,*) ' '

    100 format (30f8.2)

    !TRANSFER VARIABEL

    20 do i=1,imax

    do j=1,jmax

    U(i,j)=UU(i,j)

    V(i,j)=VV(i,j)

    el(i,j)=Elb(i,j)

    enddo

    enddo

    enddo

    end

    ! MODEL HIDRODINAMIKA 2 DIMENSI DI PERAIRAN TERBUKA

    ! DENGAN METODE EKSPLISIT

    !

    ! PENDEFINISIAN VARIABEL DAN KONSTANTA

    real Wx,Wy,aWx,aWy,Hu,Hv,ru,rv,Rx,Ry,sukuU1,sukuU2,sukuV1,sukuV2

    real s1,s2,U,V,el,UU,VV,Elb,Uvel,Vvel,lamda

    dimension U(100,100),V(100,100),el(100,100),UU(100,100),VV(100,100)

    dimension Elb(100,100),Uvel(100,100),Vvel(100,100),d(100,100)

    integer i,j,k

    ! HARGA KONSTANTA

    Li=10000

    Lj=10000

    t=21600

    g=10.0

    A=0.2

    imax=20

    jmax=20

    dt=2

    dx=Li/imax

    dy=Lj/jmax

    itermax=t/dt

    r=0.003

    lamda=0.000032

    sigma=0.000140519

    sta=1800.0

    pi=3.141592654

    open (1,FILE='UB1-1.txt',status='unknown')

    open (2,FILE='VB1-1.txt',status='unknown')

    open (3,FILE='ZB1-1.txt',status='unknown')

  • 52

    print *,'Kecepatan angin arah-x (aWx)'

    read(*,*) aWx

    print *,'Kecepatan angin arah-y(aWy)'

    read(*,*) aWy

    ! BACA DATA KEDALAMAN

    open(4,file='bathy2.txt',status='old')

    do i=imax,1,-1

    read (4,*)(d(i,j),j=1,jmax)

    enddo

    !SYARAT AWAL

    do i=1,imax

    do j=1,jmax

    U(i,j)=0.0

    V(i,j)=0.0

    el(i,j)=0.0

    UU(i,j)=0.0

    VV(i,j)=0.0

    Elb(i,j)=0.0

    Uvel(i,j)=0.0

    Vvel(i,j)=0.0

    enddo

    enddo

    ! PERHITUNGAN UTAMA

    do k=1,itermax

    !PERHITUNGAN ANGIN

    if (k.lt.sta) then

    Wx=aWx*(exp((k/sta)-1))

    Wy=aWy*(exp((k/sta)-1))

    else

    Wx=aWx

    Wy=aWy

    endif

    do i=2,imax-1

    do j=2,jmax-1

    if (d(i,j).gt.0) then

    if(d(i+1,j).gt.0) then

    Hv=(el(i+1,j) + el(i,j) + d(i+1,j) + d(i,j))/2

    Uv=(U(i,j) + U(i+1,j) + U(i,j-1) + U(i+1,j-1))/4

    rv=(r*dt*sqrt((V(i,j)*V(i,j))+(Uv*Uv)))/(Hv*Hv)

    ! BAGIAN YANG DIPERBAIKI

    ! Ry=1/(1+rv)

    Ry=1-rv

    sukuV1=(g*dt*Hv*(el(i+1,j)-el(i,j)))/dy

    sukuV2=dt*lamda*Wy*sqrt((Wx*Wx)+(Wy*Wy))

    ! BAGIAN YANG DIPERBAIKI

    ! VV(i,j)=(V(i,j)-sukuV1+sukuV2)*Ry

    VV(i,j)=(V(i,j)*Ry)-sukuV1+sukuV2

    Vvel(i,j)=VV(i,j)/Hv

    endif

    if(d(i,j+1).gt.0) then

    Hu=(el(i,j) + el(i,j+1) + d(i,j) + d(i,j+1))/2

    Vu=(V(i-1,j) + V(i,j) + V(i-1,j+1) + V(i,j+1))/4

    ru=(r*dt*sqrt((U(i,j)*U(i,j))+(Vu*Vu)))/(Hu*Hu)

  • 53

    ! BAGIAN YANG DIPERBAIKI

    ! Rx=1/(1+ru)

    Rx=1-ru

    sukuU1=(g*dt*Hu*(el(i,j+1)-el(i,j)))/dx

    sukuU2=dt*lamda*Wx*sqrt((Wx*Wx)+(Wy*Wy))

    ! BAGIAN YANG DIPERBAIKI

    ! UU(i,j)=(U(i,j)-sukuU1+sukuU2)*Rx

    UU(i,j)=(U(i,j)*Rx)-sukuU1+sukuU2

    Uvel(i,j)=UU(i,j)/Hu

    endif

    endif

    enddo

    enddo

    !SYARAT BATAS DI BARAT

    do i=1,imax

    if(d(i,1).gt.0) then

    Elb(i,2)=A*cos(sigma*k-82*2*pi/360)

    Elb(i,1)=Elb(i,2)

    UU(i,1)=UU(i,2)

    Uvel(i,1)=Uvel(i,2)

    VV(i,1)=VV(i,2)

    Vvel(i,1)=Vvel(i,2)

    endif

    enddo

    !SYARAT BATAS DI TIMUR

    do i=1,imax

    if(d(i,jmax).gt.0) then

    Elb(i,jmax)= A*cos(sigma*k-165*2*pi/360)

    Elb(i,jmax)=Elb(i,jmax-1)

    UU(i,jmax)=UU(i,jmax-1)

    Uvel(i,jmax)=Uvel(i,jmax-1)

    VV(i,jmax)=VV(i,jmax-1)

    Vvel(i,jmax)=Vvel(i,jmax-1)

    endif

    enddo

    do i=3,imax-1

    do j=3,jmax-1

    if (d(i,j).gt.0) then

    s1=(VV(i,j)-VV(i-1,j))/dy

    s2=(UU(i,j)-UU(i,j-1))/dx

    Elb(i,j)=el(i,j)-(dt*(s1+s2))

    endif

    enddo

    enddo

    ! PENYIMPANAN HASIL HITUNGAN DI FILE

    if ((k.ne.100).and.(k.ne.850).and.(k.ne.itermax)) goto 20

    do i=imax,1,-1

    write (1,100) (Uvel(i,j),j=1,jmax)

    write (2,100) (Vvel(i,j),j=1,jmax)

    write (3,100) (Elb(i,j),j=1,jmax)

    enddo

    write (1,*) ' '

    write (2,*) ' '

  • 54

    write (3,*) ' '

    100 format (30f8.2)

    !TRANSFER VARIABEL

    20 do i=1,imax

    do j=1,jmax

    U(i,j)=UU(i,j)

    V(i,j)=VV(i,j)

    el(i,j)=Elb(i,j)

    enddo

    enddo

    enddo

    end

    NB: Hasil program Hidrodinamika 2D belum dapat disajikan

    DAFTAR PUSTAKA

    Hoffmann, K. A. 1989. Computational Fluid Dynamics for Engineers. The University of Texas at

    Austin, Texas.

    Kowalik, Z. and Murty, T. S. 1993. Numerical Modeling of Ocean Dynamics. World Scientific

    Publishing Co. Pte. Ltd. London

    Koropitan,A. 2001. MODUL PRAKTIKUM PEMODELAN OSEANOGRAFI. Program Studi

    Oseanografi, Institut Teknologi Bandung. Bandung.

    Pond, S. & G.L.Pickard. 1983. Introductory Dynamical Oceanography (2nd Edition). Pergamon

    Press Ltd. Headington Hill Hall, Oxford- England. 329pp.

    \

    Stewart, R. 2003. Introduction to Physical Oceanography. Department of Oceanography, Texas

    A&M University- USA Chapter 7: 105p