tugas analisa dan pemodelan oseanografi-asep.pdf
TRANSCRIPT
-
TUGAS
Analisis dan Pemodelan Oseanografi
(ITK 628)
Model Hidrodinamika 1D sederhana
dan
Model Hidrodinamika 1D dengan variasi topografi
Oleh
Asep Sandra Budiman
C551120101 / S2 IKL
Diajukan untuk memnuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Analisis dan Pemodelan Oseanografi
SEKOLAH PASCASARJANA
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
-
5
Model Hidrodinamika 1D dan 2D
Sirkulasi massa air laut dapat dijelaskan dengan model hidrodinamika. Model
hidrodinamika didasarkan pada Hukum Newton II. Hukum ini menyatakan bila resultan gaya
bekerja pada suatu massa fluida maka fluida tersebut akan mengalami perubahan momentum
atau mengalami perubahan kecepatan (percepatan). Secara umum terdapat empat jenis gaya
yang bekerja pada massa air laut, yaitu gaya gradien tekanan, gaya coriolis, gaya gravitasi, dan
gaya friksi per unit massa (Ramming dan Kowalik, 1980; Pond dan Pickard, 1983; Stewart,
2002).
Persamaan Hidrodinamika
Hidrodinamika memiliki dua persamaan dasar, yaitu persamaan kontinuitas dan
persamaan momentum . Persamaan hidrodinamika diturunkan dari Hukum Newton II yang
disebut hukum kekekalan momentum yang menyatakan bahwa perubahan momentum
terhadap waktu sama dengan total gaya yang bekerja. Hukum ini dijabarkan dalam bentuk
persamaan matematika sebagai berikut (Ramming dan Kowalik, 1980):
- komponen x
uAz
ukfv
x
p
z
uw
y
uv
x
uu
t
u
2
21
.................................... (1)
- komponen y
vAz
vkfu
y
p
z
vw
y
vv
x
vu
t
v
2
21
.................................... (2)
- komponen z
wAz
wkg
z
p
z
ww
y
wv
x
wu
t
w
2
21
................................. (3)
dimana:
= Laplace operator 3 dimensi
2
2^
2
2
2
2
zk
yj
xi
t = variabel waktu (det)
^^^
,, kji = unit vektor pada sumbu x, y dan z
-
6
A = koefisien viskositas Eddy lateral atau koefisien peertukaran momentum pada arah
horizontal
p = tekanan air laut (kg/m.det2)
g = percepatan gravitasi bumi (m/ det2)
= densitas air laut (kg/m3)
k = koefisien viskositas Eddy vertikal atau koefisien pertukaran momentum arah
vertikal
f = parameter coriolis ( sin2f )
Ruas kiri dari persamaan (1), (2), (3) merupakan total derivatif dari velositas yang
berubah terhadap waktu (percepatan) yang terdiri dari percepatan lokal dan suku advektif.
Ruas kanan dari persamaan (1), (2), (3) merupakan gaya-gaya yang bekerja pada massa air
seperti komponen tekanan, gaya coriolis, percepatan gravitasi bumi, gaya lain yang bekerja
terhadap massa air seperti gaya gesekan angin, gaya gesekan dasar dan gaya gesekan akibat
pergerakan partikel fluida itu sendiri yang menghasilkan gerakan turbulen.
Dengan mengasumsikan bahwa air laut merupakan fluida incompressible, maka akan
ditambahkan persamaan kontinuitas ke dalam sistem persamaan di atas dalam bentuk
(Ramming dan Kowalik, 1980):
0
z
w
y
v
x
u ................................................................................ (4)
Persamaan kontinuitas merupakan persamaan untuk menggambarkan perubahan massa
dari fluida yang melewati suatu ruang yang tetap haruslah sama antara debit masukkan dan
keluarannya (Pond dan Pickard, 1983).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Laut Baltik dan North Sea, diperoleh
kedalaman karakteristik H adalah 100 m = 104 cm dan panjang karakteristik L 103 km =
108 cm. Dengan menggunakan persamaan kontinuitas dilakukan uji dimensi, sehingga
didapatkan (Ramming dan Kowalik, 1980):
0H
w
L
v
L
u..................................................................................................... (5)
dimana u = v = S, maka diperoleh:
41022 xL
H
S
wcm ......................................................................................... (6)
Berdasarkan hasil uji dimensi tersebut dapat diketahui bahwa kecepatan vertikal (w)
memiliki nilai yang kecil dibandingkan dengan kecepatan horizontal (u dan v), sehingga kita
-
7
bisa menyatakan bahwa bentuk-bentuk persamaan yang melibatkan kecepatan vertikal dapat
diabaikan. Dengan demikian, persamaan (1), (2) dan (3) menjadi (Ramming dan Kowalik,
1980):
- komponen x
uAz
ukfv
x
p
y
uv
x
uu
t
u
2
21
............................... (7)
- komponen y
vAz
vkfu
y
p
y
vv
x
vu
t
v
2
21
................................... (8)
- komponen z
gz
p
t
w
1 ............................................................................................... (9)
Dengan melakukan uji dimensi lanjutan dan mengambil nilai kecepatan horizontal
u = v = p = 100 cm/detik kita dapat menghitung masing-masing bentuk dari persamaan di
atas, yaitu:
1. Bentuk non Linear, dengan memperhatikan persamaan x
uu
, maka
x
uu
=
42
10
L
pcm/s2..... (10)
Hasil ini menunjukkan bahwa bentuk non linier penting diperhitungkan ketika kecepatan
berubah dalam jarak horizontal yang pendek.
2. kecepatan vertikal t
w
Jika dibandingkan antara nilai t
w
dengan nilai gravitasi dan gradien tekanan, maka
dapat dikatakan bahwa t
w
-
8
uAz
ukfv
x
p
t
u
2
21
................................. (11)
- komponen y
vAz
vkfu
y
p
t
v
2
21
.................................... (12)
- komponen z
gz
p
10 .............................................................................................. (13)
Melalui integrasi persamaan (13 dari dasar (z) sampai permukaan ( ) dengan
mengasumsikan bahwa tekanan permukaan bebas (free surface) adalah sama dengan tekanan
atmosfer Pa (x, y, t), maka diperoleh persamaan 14 berikut (Ramming dan Kowalik, 1980):
)( Hgpp a .......................................................................................... (14)
Substitusi persamaan (14) ke dalam persamaan (11) dan (12), diperoleh persamaan
dari komponen arus horizontal 2 dimensi yang tidak terstratifikasi menjadi (Ramming dan
Kowalik, 1980):
- komponen x
uAz
uk
x
p
xgfv
t
u a
2
21
......................................................... (15)
- komponen y
vAz
vk
y
p
ygfu
t
v a
2
21
...................................................... (16)
I II III IV V
Arti fisis dari masing-masing suku dalam persamaan (15) dan (16) adalah:
Suku I menyatakan perubahan momentum lokal atau disebut percepatan lokal terhadap
bidang horizontal (arah sumbu x dan y).
komponen x : t
u
komponen y : t
v
-
9
Suku II adalah perubahan momentum akibat gaya Coriolis (Bishop, 1984), ditulis:
sin2f
Untuk komponen x dan y didapat hubungan sebagai berikut:
komponen x : f .v
komponen y : - f .u
dimana:
f = parameter Coriolis
= sudut lintang geografis
u = kecepatan arus arah sumbu x
v = kecepatan arus arah sumbu y
Suku III menyatakan gaya tekanan horizontal yang terdiri dari dua suku yaitu
kontribusi tekanan atmosfir permukaan (Pa) dan tekanan hidrostatik (Ph) akibat adanya
perbedaan ketinggian muka air, hal ini menyebabkan, massa air bergerak ke daerah
tekanan yang lebih rendah. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut (Bishop,
1984):
komponen x :x
p
xg a
komponen y : y
p
yg a
-
10
dimana menyatakan elevasi terhadap rerata muka air (MSL) dan pa merupakan tekanan
atmosfir di permukaan laut.
Suku IV menyatakan gaya gesekan turbulen arah vertikal yang terdiri dari gaya gesekan
angin di permukaan dan gaya gesekan dasar. Pengaruh dari gesekan angin terjadi sampai
pada kedalaman Ekmann dimana pada kedalaman ini massa air teraduk sempurna.
Besarnya gaya gesekan angin w tergantung pada kecepatan angin dan koefisen
geseknya yang dalam bentuk matematis dapat dijabarkan sebagai berikut (Bishop, 1984):
komponen x : 2/122 www vuu
komponen y : 2/122 www vuv
dimana:
: koefisien gesekan angin
uw : kecepatan angin arah sumbu x
vw : kecepatan angin arah sumbu y
Gaya gesekan dasar besarnya tergantung pada kecepatan arus dan kedalaman yang secara
matematis ditulis sebagai berikut (Bishop, 1984):
komponen x :
2/1
2
22
H
vuru
komponen y :
2/1
2
22
H
vurv
dimana:
r : koefisien gesekan dasar
H : kedalaman perairan
Suku V adalah gaya gesekan turbulen horizontal yang besarnya amat bergantung pada
turbulensi dari aliran (Bishop, 1984) :
komponen x :
2
2
2
2
y
u
x
uAh
komponen y :
2
2
2
2
y
v
x
vAh
Dengan mengasumsikan bahwa air laut merupakan fluida yang bersifat incompressible akan
menambahkan persamaan kontinuitas ke dalam sistem persamaan di atas dalam bentuk:
-
11
0
z
w
y
v
x
u
Persamaan Hidrodinamika dan Asumsi yang Diterapkan
Asumsi-asumsi yang diterapkan dalam persamaan model hidrodinamika yang digunakan
yaitu (Pond dan Pickard, 1983):
Tekanan atmosfer permukaan (Pa) adalah konstan, sehingga turunan parsialnya
terhadap x dan y sama dengan nol
0
y
P
x
P aa
.
Daerah model yang relatif kecil dan berada dekat dengan khatulistiwa sehingga
pengaruh gaya coriolis terhadap gerak massa air dapat diabaikan. Gaya coriolis dapat
diabaikan dengan menentukan Radius Deformasi Rossby (Rb) untuk daerah model
yang diteliti, yaitu (Pond dan Pickard, 1983):
5
2/1
10524,1
218,9
x
x
f
gHRb maks = 3054985,941 km
dimana :
Rb : radius deformasi Rossby
f : parameter coriolis ( sin2f )
: kecepatan sudut bumi = 7,29x105 rad/detik
: sudut lintang
Untuk kajian wilayah peraran skala kecil atau lokal seperti perairan pantai, teluk, dan estuari
dimana skala lateraalnya lebih kecil dari nilai radius deformasi Rossby-nya, maka efek
coriolisnya dapat diabaikan.
Diasumsikan tidak ada stratifikasi densitas air laut ( konstan).
Tidak ada sumber (source) dan kebocoran (sink) air laut yang terjadi di dalam daerah
model, artinya evaporasi dan presipitasi diabaikan serta dasar laut bersifat
impermeable.
Tidak ada sumber momentum (gaya-gaya luar) yang terjadi pada area, seperti gerakan
kapal, tsunami dan gempa.
Batas tertutup tidak bergeser dengan naik-turunnya permukaan air laut.
-
12
Berdasarkan asumsi-asumsi di atas maka suku-suku tekanan atmosfer, viskositas eddy
vertikal yang ada pada persamaan (15) dan (16) dapat diabaikan. Dengan demikian persamaan
hidrodinamika laut yang digunakan adalah dalam bentuk (Ramming dan Kowalik, 1980):
- komponen x
uAHHx
gfvt
u xbx
s
)()(........................................................ (17)
- komponen y
vAHHy
gfut
v yby
s
)()( ..................................................... (18)
Kemudian persamaan (17), dan (18) diintegrasikan terhadap kedalaman secara vertikal
dari dasar (z = -H) sampai ke permukaan (z = ) untuk mendapatkan persamaan transpor
massa sehingga diperoleh persaman kecepatan rata-rata dalam bentuk transpor massa air dua
dimensi (Ramming dan Kowalik, 1980):
UAH
VUrUWWW
dxgH
t
Uyxx
2
2/12222 )(
... (19)
VAH
VUrVWWW
dygH
t
Vyxy
2
2/12222 )(
....... (20)
Integrasi persamaan kontinuitas (4) dari dasar (z=-H) sampai permukaan (z= )
menghasilkan:
(
+
) +
= 0
+
+ () () = 0
I II III IV
Hasil integrasi suku I menghasilkan :
=
Sedangkan suku II menghasilkan :
=
Suku III dan IV diselesaikan dengan menerapkan persamaan permukaan bebas dalam bentuk
z= (, , ) diperoleh
-
13
w() =
+
+
dan
w(-H) =
=
+
sehingga persamaan kontinuitas dapat ditulis sebagai :
+
+
+
+
+
+
= 0
suku-suku yang tertinggal adalah
+
+
= 0
atau dapat ditulis sebagai :
0
ty
V
x
U ... (21)
dimana:
0H
zuU ;
0H
zvV
adalah elevasi muka air laut dari muka air laut rata-rata (MSL)
H adalah kedalaman perairan (Ho + )
adalah koefisien gesekan angin
xW adalah kecepatan angin arah sumbu-x
yW adalah kecepatan angin arah sumbu-y
-
14
MODEL HIDRODINAMIKA 1D SEDERHANA
Persamaan Pembangun
Persamaan Hidrodinamika (19) dan (20) bila dinyatakan secara sederhana dalam 1D memiliki
bentuk :
dxgH
t
U
... (22)
Dengan asumsi bahwa gesekan angin dan gesekan dasar diabaikan serta friksi horizontal
dianggap kecil atau diabaikan sehingga suku-suku ini dapat dihilangkan.
Persamaan kontinuitas 1D dinyatakan dengan
)23.(..............................0
tx
U
dimana u adalah kecepatan sesaat (m/dt), elevasi (m), H=d+ kedalaman terukur (m) konstan
terhadap ruang, dan g koefisien gravitasi bumi (m/dt2).
Deskritisasi Model
Persamaan hidrodinamika 1 dimensi sederhana (22) dan (23) dapat dideskritisasi
secara eksplisit melalui metode beda hingga menjadi :
ninix
tni
gHniu
niu
1
1 (24)
ni
uniux
tni
ni 1
1
(25)
dimana nid
niH (26)
Deskritisasi numerik persamaan hidrodinamika 1 dimensi secara eksplisit tersebut
diatas harus memenuhi kriteria stabilitas Courant-Freiderichs-Lewy (CFL) sebagai berikut :
gH
xt
(27)
Solusi analitik
Persamaan (1) dan (2) dapat diselesaikan secara analitik dengan memberikan nilai
elevasi secara sinusoidal sebagai berikut :
txkA **cos* (28)
sehingga diperoleh solusi analitik kecepatan adalah :
-
15
tdxxkCoHAu **5.0*cos**/ (29)
Kedua solusi analitik tersebut diatas atau persamaan (7) dan (8) akan digunakan sebagai nilai
awal dan syarat batas numerik.
Metode penentuan nilai awal dan syarat batas.
Nilai Awal
Pada saat awal di setiap grid secara numerik dapat dituliskan :
xkA *cos* saat t=0 (30)
xxkCoi
HAi
u *5.0*cos**/ saat t=0 (31)
dimana A adalah amplitudo gelombang dan Co adalah kecepatan gelombang di perairan
dangkal.
Syarat Batas
Syarat batas di hilir (di grid ke-0)diberikan elevasi sebagai berikut :
tAn *cos*10
(32)
Sedangkan syarat batas di hulu (di grid ke-imax) diberikan kecepatan sebagai berikut :
tklConi
HAi
u *cos**1
max/
(33)
Kriteria kestabilan
Syarat kestabilan model hidrodinamika 1D sederhana adalah :
Dimana g = percepatan graviatasi dan H adalah Kedalaman Maksimum
Skenario model
Parameter-parameter yang digunakan di dalam model Hidrodinamika 1D sederhana
dan nilainya antara lain adalah :
Panjang kanal (L) = 2000
Periode Gelombang (T)= 450
Kedalaman (d) = 10
-
16
Gravitasi (g) = 10
Jumlah grid (imax) = 40
Lama Simulasi = 3T atau 1050 detik
Skenario Model hidrodinamika 1D sederhana
- Amplitudo gelombang 0.1 , 0.5 , dan 1
- Kedalaman (d) tetap = 10
-
17
LISTING PROGRAM
Skenario 1: Hidrodinamika sederhana (Kedalaman tetap)
!Program Model Hidrodinamika 1-D Sederhana
real seta, seta0, u, u0, ka, sigma, Co
dimension H(100), u0(100), u(100), seta0(100), seta(100)
open (1,FILE='elvruang1D.txt',status='unknown')
open (2,FILE='elvwaktu1D.txt',status='unknown')
open (3,FILE='arsruang1D.txt',status='unknown')
open (4,FILE='arswaktu1D.txt',status='unknown')
! Variabel-variabel
L=2000
T=450
! Pemberian nilai Amplitudo A
A=0.1
! Kedalaman tetap/sama di semua sel, d=10
d=10
g=10
tmax=3*T
dt=3
itermax=tmax/dt
imax=40
jmax=40
dx=L/imax
pi=3.141592654
sigma=2*pi/T
Co=sqrt(g*d)
ka=sigma/Co
!Syarat Awal
do i=1,imax
seta0(i)=A*cos(ka*i*dx)
H(i)=d+seta0(i)
enddo
do j=1,jmax
-
18
u0(j)=(A/H(j))*Co*cos(ka*(j+0.5)*dx)
enddo
!Perhitungan seta dan u
do k=1,itermax
!Syarat Batas
seta(1)=A*cos(sigma*k*dt)
u(jmax)=(A/H(jmax))*Co*cos(ka*L - sigma*k*dt)
do j=1,jmax-1
i=j
u(j)=u0(j)-((g*dt/dx)*(seta0(i+1)-seta0(i)))
enddo
do i=2,imax
j=i
seta(i)=seta0(i)-((dt*H(i)/dx)*(u(j)-u(j-1)))
enddo
!================= CETAK HASIL ===========================!
write (1,100) seta(5),seta(10),seta(20),seta(40)
write (3,100) u(5),u(10),u(20),u(40)
if
(((k*dt).ne.(0.5*T)).and.((k*dt).ne.T).and.((k*dt).ne.(2*T)).and.((k*dt).ne.
(3*T))) goto 30
write (2,100) (seta(i),i=1,imax)
write (4,100) (u(j),j=1,jmax)
100 format (500f8.2)
! Transfer Variabel
30 do j=1,jmax
u0(j)=u(j)
enddo
do i=1,imax
seta0(i)=seta(i)
-
19
H(i)=d+seta0(i)
enddo
enddo
end
-
20
-0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0 500
Aru
s (m
/s)
Waktu (det)
Arus terhadap Waktu
sel ke-5
sel ke-10
sel ke-20
sel ke-40 -0,2
-0,1
0
0,1
0,2
0 50
Aru
s (m
/s)
Sel ke-
Arus terhadap ruang
waktu 0,5T
waktu T
waktu 2T
waktu 3T
-0,2
0
0,2
0 500Ele
vasi
Waktu (det)
Elevasi terhadap Waktu
sel ke-5
sel ke-10
sel ke-20
sel ke-40-0,2
0
0,2
0 50Ele
vasi
Sel ke-
Elevasi terhadap ruang
waktu 0.5T
waktu T
waktu 2T
waktu 3T
Hasil dan Pembahasan
Skenario 1: Model Hidrodinamika 1D sederhana (Kedalaman tetap)
Amplitudo 0.1
Gambar 1. Hasil model hidrodinamika 1D dengan kedalaman tetap, A=0.1
Pembahasan
Hasil model hidrodinamika 1D dengan kedalaman tetap dan amplitude gelombang
datang 0.1 menunjukkan bahwa kondisi arus konsisten dengan elevasi gelombang. Arus
meningkat dengan meningkatnya elevasi dan begitu sebaliknya. Arus dan elevasi berada pada
rentang yang tetap yaitu sebesar -0.1 dan 0.1 sesuai dengan amplitude gelombang datangnya.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada gangguan yang terjadi pada arus dan elevasi pada model
hidrodinamika 1D dengan kedalaman tetap. Profil arus dan elevasi cenderung tetap dan teratur
di setiap ruang dan waktu. Sel paling depan menerima konsekuensi arus dan elevasi lebih
dahulu disusul dengan sel-sel lainnya (Gambar 1).
-
21
-1
-0,5
0
0,5
1
0 500
Aru
s (m
/s)
Waktu
Arus terhadap Waktu
sel ke-5
sel ke-10
sel ke-20
sel ke-40 -1
-0,5
0
0,5
1
0 50
Aru
s (m
/s)
Sel ke-
Arus terhadap Ruang
waktu 0,5T
waktu T
waktu 2T
waktu 3T
-1
0
1
0 500Ele
vasi
Waktu
Elevasi terhadap Waktu
sel ke-5
sel ke-10
sel ke-20
sel ke-40-2
0
2
0 50Ele
vasi
Sel ke-
Elevasi terhadap ruang
waktu 0.5T
waktu T
waktu 2T
-2
-1
0
1
2
0 50
Aru
s (m
/s)
Sel ke-
Arus terhadap Ruang
waktu 0,5T
waktu T
waktu 2T
waktu 3T-2
-1
0
1
2
0 500
Aru
s (m
/s)
Waktu
Arus terhadap Waktu
sel ke-5
sel ke-10
sel ke-20
sel ke-40
Amplitudo 0.5
Gambar 2. Hasil model hidrodinamika 1D dengan kedalaman tetap, A=0.5
Pembahasan
Hasil model hidrodinamika 1D dengan kedalaman tetap dan amplitude gelombang
datang 0.5 menunjukkan hasil yang sama seperti sebelumnya. Arus meningkat dengan
meningkatnya elevasi dan begitu sebaliknya. Kecepatan arus maksimum 0.5 m/s dan elevasi
maksimumnya 0.5 m. Sel paling depan menerima konsekuensi arus dan elevasi lebih dahulu
disusul dengan sel-sel lainnya (Gambar 2). variasi nilai arus dan elevasi adalah sama di setiap
sel setiap waktu.
Amplitudo 1
-
22
-2
0
2
0 50Ele
vasi
Sel ke-
Elevasi terhadap Ruang
waktu 0.5T
waktu T
waktu 2T
waktu 3T-2
0
2
0 500Ele
vasi
Waktu
Elevasi terhadap Waktu
sel ke-5
sel ke-10
sel ke-20
sel ke-40
Gambar 3. Hasil model hidrodinamika 1D dengan kedalaman tetap, A=1
Pembahasan
Hasil model hidrodinamika 1D dengan kedalaman tetap dan amplitude gelombang
datang 1 masih meberikan pola hasil yang sama seperti sebelumnya. Arus meningkat dengan
meningkatnya elevasi dan begitu sebaliknya. Kecepatan arus maksimum 1 m/s dan elevasi
maksimumnya 1 m. variasi nilai arus dan elevasi adalah sama di setiap sel setiap waktu Sel
paling depan menerima konsekuensi arus dan elevasi lebih dahulu disusul dengan sel-sel
lainnya (Gambar 3).
Tabulasi Hasil Model
Amplitudo Keterangan
0.1 Arus dan Elevasi berfluktuasi secara tetap dan teratur di setiap
ruang dan waktu pada rentang nilai yang sesuai dengan
amplitude gelombang datangnya yaitu diantara -0.1 dan 0.1.
fluktuasi arus dan elevasi yang tetap dan teratur ini
menunjukkan bahwa pada model ini tidak terjadi gangguan
terhadap arus dan elevasi di setiap ruang dan waktu.
0.5 Hasil model relatif sama polanya seperti model sebelumnya
namun dengan kisaran nilai arus dan elevasi yang lebih tinggi
karena pemberian amplitude gelombang datang yang lebih
besar yakni 0.5. arus dan elevasi masih berfluktuasi secara
tetap dan teratur di setiap ruang dan waktu
-
23
1 Hasil model masih tetap sama polanya dengan sebelumnya
dengan kisaran arus dan elevasi yang lebih tinggi karena
amplitude gelombang datang yang lebih besar yakni 1. Arus
dan elevasi masih berfluktuasi secara tetap dan teratur di
setiap ruang dan waktu yang menunjukkan bahwa pada model
ini tidak ada gangguan terhadap arus dan elevasi di setiap
ruang dan waktu.
-
24
MODEL HIDRODINAMIKA 1D VARIASI TOPOGRAFI
Persamaan Pembangun
Persamaan Hidrodinamika sederhana dalam 1D memiliki bentuk :
dxgH
t
U
Dengan asumsi bahwa gesekan angin dan gesekan dasar diabaikan serta friksi horizontal
dianggap kecil atau diabaikan sehingga suku-suku ini dapat dihilangkan.
Persamaan kontinuitas 1D dinyatakan dengan
0
tx
U
dimana u adalah kecepatan sesaat (m/dt), elevasi (m), H=d+ kedalaman terukur (m) konstan
terhadap ruang, dan g koefisien gravitasi bumi (m/dt2).
Deskritisasi Model
Diskritisasi kedua persamaan pembangun (momentum dan kontinuitas) hidrodinamika
1 dimensi sederhana dengan variasi topografi melalui metode beda hingga menjadi :
ninix
tni
Hni
Hg
niu
niu
12
11
ni
uniux
tni
ni 1
1
dimana nid
niH dan
11
nid
niH
Deskritisasi numerik persamaan hidrodinamika 1 dimensi secara eksplisit tersebut
diatas harus memenuhi kriteria stabilitas Courant-Freiderichs-Lewy (CFL) sebagai berikut :
gH
xt
Solusi analitik
Persamaan (1) dan (2) dapat diselesaikan secara analitik dengan memberikan nilai
elevasi secara sinusoidal sebagai berikut :
txkA **cos*
sehingga diperoleh solusi analitik kecepatan adalah :
-
25
tdxxkCoHAu **5.0*cos**/
Kedua solusi analitik tersebut diatas atau persamaan (7) dan (8) akan digunakan sebagai nilai
awal dan syarat batas numerik.
Metode penentuan nilai awal dan syarat batas.
Nilai Awal
Pada saat awal di setiap grid secara numerik dapat dituliskan :
xkA *cos* saat t=0
xxkCoi
HAi
u *5.0*cos**/ saat t=0
dimana A adalah amplitudo gelombang dan Co adalah kecepatan gelombang di perairan
dangkal.
Syarat Batas
Syarat batas di hilir (di grid ke-0)diberikan elevasi sebagai berikut :
tAn *cos*10
Sedangkan syarat batas di hulu (di grid ke-imax) diberikan kecepatan sebagai berikut :
tklConi
HAi
u *cos**1
max/
Kriteria kestabilan
Syarat kestabilan model hidrodinamika 1D sederhana adalah :
Dimana g = percepatan graviatasi dan H adalah Kedalaman Maksimum
Skenario model
Parameter-parameter yang digunakan di dalam model Hidrodinamika 1D sederhana
dan nilainya antara lain adalah :
Panjang kanal (L) = 2000
Periode Gelombang (T)= 450
Kedalaman (d) = 10
-
26
Gravitasi (g) = 10
Jumlah grid (imax) = 40
Lama Simulasi = 3T atau 1050 detik
Skenario Model hidrodinamika 1D dengan Variasi Topografi
Skenario 1:
- Amplitudo gelombang 0.1 , 0.5 , dan 1
- Kedalaman (d) fungsi slope d(i)=10+((i-1)*(-7)/39)
Gambar 4. Bentuk Topografi Slope yang digunakan di dalam listing program
- Skenario 2:
- Amplitudo gelombang 0.1 , 0.5 , dan 1
- Kedalaman (d) dengan nilai tertentu tiap sel
Gambar 5. Bentuk Topografi dengan nilai tertentu tiap sel
-
27
LISTING PROGRAM
Skenario 1: Topografi Slope
!Program Model Hidrodinamika 1-D dengan Topografi Slope
real seta, seta0, u, u0, ka
real sigma, Co, L, d, dmax
dimension H(1000), u0(1000), u(1000), seta0(1000), seta(1000), d(1000)
open (1,FILE='elvrang1b.txt',status='unknown')
open (2,FILE='elvwatu1b.txt',status='unknown')
open (3,FILE='arsrang1b.txt',status='unknown')
open (4,FILE='arswatu1b.txt',status='unknown')
! Variabel-variabel
L=2000
T=450
! Pemberian nilai Amplitudo A
A=0.1
g=10
tmax=3*T
dt=2
itermax=tmax/dt
imax=40
jmax=40
dx=L/imax
! Pemberian nilai kedalaman untuk topografi berupa slope
do i=1,imax
d(i)=10+((i-1)*(-7)/39)
enddo
dmax=-0.0987
do i=1,imax
dmax=max(d(i),dmax)
enddo
pi=3.141592654
sigma=2*pi/T
Co=sqrt(g*dmax)
-
28
ka=sigma/Co
!Syarat Awal
do i=1,imax
seta0(i)=A*cos(ka*i*dx)
H(i)=d(i)+seta0(i)
enddo
do j=1,jmax
u0(j)=A*Co*cos(ka*(j+0.5)*dx)
enddo
!Perhitungan seta dan u
do k=1,itermax
!Syarat Batas
seta(1)=A*cos(sigma*k*dt)
u(jmax)=A*Co*cos(ka*L - sigma*k*dt)
do j=1,jmax-1
i=j
u(j)=u0(j)-((0.5*g*dt/dx)*(H(i+1)+H(i))*(seta0(i+1)-seta0(i)))
enddo
do i=2,imax
j=i
seta(i)=seta0(i)-((dt/dx)*(u(j)-u(j-1)))
enddo
!====================== CETAK HASIL ===========================!
write (1,100) seta(5),seta(10),seta(20),seta(40)
write (3,100) u(5),u(10),u(20),u(40)
if
(((k*dt).ne.(0.5*T)).and.((k*dt).ne.T).and.((k*dt).ne.(2*T)).and.((k*dt).ne.
(3*T))) goto 30
write (2,100) (seta(i),i=1,imax)
write (4,100) (u(j),j=1,jmax)
100 format (500f8.2)
-
29
! Transfer Variabel
30 do j=1,jmax
u0(j)=u(j)
enddo
do i=1,imax
seta0(i)=seta(i)
H(i)=d(i)+seta0(i)
enddo
enddo
end
-
30
-0,5
0
0,5
0 50Ele
vasi
Sel ke-
Elevasi terhadap Ruang
waktu 0.5T
waktu T
waktu 2T
waktu 3T-0,5
0
0,5
0 500Ele
vasi
waktu
Elevasi terhadap Waktu
sel ke-5
sel ke-10
sel ke-20
sel ke-40
-2
-1
0
1
2
3
0 50Aru
s (m
/s)
Sel ke-
Arus terhadap Ruang
waktu 0,5T
waktu T
waktu 2T
waktu 3T-2
0
2
4
0 500
Aru
s (m
/s)
waktu
Arus terhadap Waktu
sel ke-5
sel ke-10
sel ke-20
sel ke-40
HASIL DAN PEMBAHASAN
Amplitudo 0.1
Gambar 6. Hasil model hidrodinamika 1D dengan topografi slope, A=0.1
Pembahasan
Hasil model hidrodinamika 1D dengan kedalaman berupa slope menunujukkan hasil
yang berbeda dengan model sebelumnya. Profil arus dan elevasi memiliki variasi dan kisaran
yang berbeda di setiap ruang dan waktu. Hal ini ditunjukkan dengan pola grafik arus dan
elevasi yang tampak lebih fluktuatif (Gambar 4). Arus dan elevasi berfluktuasi di luar rentang
amplitude gelombang datang (-0.1 0.1). hal ini menunjukkan bahwa arus dan elevasi
mengalami gangguan akibat perbedaan topografi di setiap ruang. Sel paling depan, dalam hal
ini sel ke-5 memiliki nilai arus dan elevasi maksimum yang lebih tinggi daripada sel-sel di
belakangnya. Hal ini disebabkan oleh topografi yang lebih dalam sehingga faktor gesekan
dasar memiliki pengaruh yang kecil dalam mengganggu aliran arus atau elevasi gelombang.
Semakin ke kanan (sel paling belakang), arus dan elevasi semakin mengecil karena topografi
semakin dangkal sehingga factor gesekan dasar akan semakin terasa berpengaruh dalam
mengganggu aliran arus dan elevasi. Semakin lama, elevasi semakin berkurang.
-
31
-20
-10
0
10
20
0 500
Aru
s
waktu
Arus terhadap Waktu
sel ke-5
sel ke-10
sel ke-20
sel ke-40 -10
0
10
20
0 50
Aru
s (m
/s)
Sel ke-
Arus terhadap Ruang
waktu 0,5T
waktu T
waktu 2T
waktu 3T
-2
0
2
0 500Ele
vasi
Waktu
Elevasi terhadap Waktu
sel ke-5
sel ke-10
sel ke-20
sel ke-40-2
0
2
0 50Ele
vasi
Sel ke-
Elevasi terhadap Ruang
waktu 0.5T
waktu T
waktu 2T
waktu 3T
-40
-20
0
20
40
0 500
Aru
s (m
/s)
waktu
Arus terhadap Waktu
sel ke-5
sel ke-10
sel ke-20
sel ke-40 -20
-10
0
10
20
0 50
Aru
s (m
/s)
Sel ke-
Arus terhadap Ruang
waktu 0,5T
waktu T
waktu 2T
waktu 3T
Amplitudo 0.5
Gambar 7. Hasil model hidrodinamika 1D dengan topografi slope, A=0.5
Pembahasan
Pada umumnya hasil model 1D variasi topografi dengan amplitude gelombang datang
0.5 menunjukkan hasil yang sama seperti sebelumnya. Profil arus dan elevasi memiliki variasi
dan kisaran yang berbeda di setiap ruang dan waktu. Semakin ke kanan (sel paling belakang),
arus dan elevasi semakin mengecil karena topografi semakin dangkal sehingga factor gesekan
dasar akan semakin terasa berpengaruh dalam mengganggu aliran arus dan elevasi. Semakin
lama, elevasi semakin berkurang (Gambar 5).
Amplitudo 1
-
32
-2000
-1000
0
1000
0 200 400 600
Ele
vasi
waktu
Elevasi terhadap Waktu
sel ke-5
sel ke-10
sel ke-20
sel ke-40-5
0
5
0 50Ele
vasi
Sel ke-
Elevasi terhadap Ruang
waktu 0.5T
waktu T
waktu 2T
waktu 3T
Gambar 8. Hasil model hidrodinamika 1D dengan topografi slope, A=1
Pembahasan
Hasil model 1D variasi topografi dengan amplitude gelombang datang 1 menunjukkan
hasil yang berbeda dari sebelumnya. Profil arus memiliki variasi dan kisaran yang berbeda di
setiap ruang dan waktu dengan perbedaan yang tajam terutama di akhir iterasi (Gambar 6). Sel
ke-5 dan ke-10 memiliki fasa yang relative sama untuk arusnya. Hal ini dapat dilihat dari plot
arus terhadap waktu yang hampir berhimpit di kedua sel ini setiap waktu. Hasil serupa terjadi
juga pada sel 20 dan 40. Amplitudo gelombang datang yang relative besar (A=1) membuat
hasil model menjadi error untuk plot grafik elevasi terhadap waktu. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa pemberian amplitude yang besar akan membuat ketidakstabilan elevasi di sel-sel
tertentu yang terkait dengan topografinya. Semakin ke kanan (sel paling belakang), arus dan
elevasi semakin mengecil di sel ke-5, 10, 20, dan 40 karena topografi semakin dangkal
sehingga factor gesekan dasar akan semakin terasa berpengaruh dalam mengganggu aliran
arus dan elevasi (Gambar 6). Pada waktu 2T, arus di sel 1-20 berfluktuasi atu naik-turun di
nilai positif sedangkan di sel yang lebih kanan nilainya negatif. Perbedaan topografi dapat
menjadi penyebabnya.
-
33
Tabulasi Hasil Model Hidrodinamika Variasi Topografi Slope
Amplitudo Keterangan
0.1 Fluktuasi arus dan elevasi di setiap ruang dan waktu relatif
tidak teratur. Arus dan elevasi berfluktuasi di rentang nilai di
luar amplitudo gelombang datangnya. Hal ini menunjukkan
bahwa pada model ini, terjadi gangguan terhadap arus dan
elevasi di setiap ruang dan waktu sebagai akibat perbedaan
kedalaman atau topografi di setiap sel. Arus maksimum yang
dapat dicapai adalah sebesar 2 m/s sedangkan elevasi
maksimum yang dapat dicapai sebesar 0.25 m. semakin ke sel
lebih tinggi (kanan) arus dan elevasi semakin rendah karena
kedalaman yang semakin dangkal. Semakin lama, arus dan
elevasi semakin melemah.
0.5 Hasil model relatif sama polanya dengan model sebelumnya
namun dengan kisaran nilai arus dan elevasi yang lebih tinggi
karena pemberian amplitude gelombang datang yang lebih
besar yakni 0.5. Arus dan elevasi berfluktuasi tidak teratur
dan berbeda di setiap selnya dengan rentang nilai yang jauh di
luar nilai amplitude gelombang datangnya. Seperti
sebelumnya, hal ini menunjukkan adanya gangguan pada arus
dan elevasi di setiap ruang dan waktu akibat perbedaan
kedalaman atau topografi.
1 Hasil model relatif lebih berbeda dari model sebelumnya. Plot
arus terhadap waktu tampak sangat tidak teratur. Plot elevasi
tidak dapat digambarkan karena model menjadi tidak stabil
akibat pemberian nilai amplitude gelombang awal yang besar.
-
34
LISTING PROGRAM
Skenario 2: Topografi Nilai tertentu di setiap sel
!Program Model Hidrodinamika 1-D dengan Topografi nilai di setiap sel
real seta, seta0, u, u0, ka
real sigma, Co, L, d, dmax
dimension H(1000), u0(1000), u(1000), seta0(1000), seta(1000), d(1000)
open (1,FILE='elvrang1b.txt',status='unknown')
open (2,FILE='elvwatu1b.txt',status='unknown')
open (3,FILE='arsrang1b.txt',status='unknown')
open (4,FILE='arswatu1b.txt',status='unknown')
! Variabel-variabel
L=2000
T=450
!Pemberian nilai Amplitudo
A=0.1
g=10
tmax=3*T
dt=3
itermax=tmax/dt
imax=40
jmax=40
dx=L/imax
do i=1,10
d(i)=10
enddo
do i=11,15
d(i)=21-i
enddo
do i=16,20
d(i)=6
enddo
-
35
! Pemberian Nilai Kedalaman di setiap sel
d(20)=7
d(21)=8
d(22)=9
d(23)=10
d(24)=10
d(25)=10
d(26)=9
d(27)=8
d(28)=7
d(29)=5
d(30)=10
do i=31,40
d(i)=41-i
enddo
dmax=-0.0987
do i=1,imax
dmax=max(d(i),dmax)
enddo
pi=3.141592654
sigma=2*pi/T
Co=sqrt(g*dmax)
ka=sigma/Co
!Syarat Awal
do i=1,imax
seta0(i)=A*cos(ka*i*dx)
H(i)=d(i)+seta0(i)
enddo
do j=1,jmax
u0(j)=A*Co*cos(ka*(j+0.5)*dx)
enddo
!Perhitungan seta dan u
do k=1,itermax
-
36
!Syarat Batas
seta(1)=A*cos(sigma*k*dt)
u(jmax)=A*Co*cos(ka*L - sigma*k*dt)
do j=1,jmax-1
i=j
u(j)=u0(j)-((0.5*g*dt/dx)*(H(i+1)+H(i))*(seta0(i+1)-seta0(i)))
enddo
do i=2,imax
j=i
seta(i)=seta0(i)-((dt/dx)*(u(j)-u(j-1)))
enddo
!====================== CETAK HASIL ===========================!
write (1,100) seta(5),seta(10),seta(20),seta(40)
write (3,100) u(5),u(10),u(20),u(40)
if
(((k*dt).ne.(0.5*T)).and.((k*dt).ne.T).and.((k*dt).ne.(2*T)).and.((k*dt).ne.
(3*T))) goto 30
write (2,100) (seta(i),i=1,imax)
write (4,100) (u(j),j=1,jmax)
100 format (500f8.2)
! Transfer Variabel
30 do j=1,jmax
u0(j)=u(j)
enddo
do i=1,imax
seta0(i)=seta(i)
H(i)=d(i)+seta0(i)
enddo
enddo
end
-
37
-0,2
0
0,2
0 50Ele
vasi
Sel ke-
Elevasi terhadap Ruang
waktu 0.5T
waktu T
waktu 2T
waktu 3T-0,4
-0,2
0
0,2
0,4
0 200 400 600Ele
vasi
waktu
Elevasi terhadap Waktu
sel ke-5
sel ke-10
sel ke-20
sel ke-40
-2
-1
0
1
2
0 50
Aru
s (m
/s)
Sel ke-
Arus terhadap Ruang
waktu 0,5T
waktu T
waktu 2T
waktu 3T-2
-1
0
1
2
0 500
Aru
s (m
/s)
waktu
Arus terhadap Waktu
sel ke-5
sel ke-10
sel ke-20
sel ke-40
HASIL DAN PEMBAHASAN
Amplitudo 0.1
Gambar 9. Hasil model hidrodinamika 1D dengan nilai kedalaman di tiap sel,
A=0.1
Pembahasan
Hasil model hidrodinamika 1D dengan nilai topografi tertentu di tiap sel menunjukkan
hasil yang memiliki pola sedikit berbeda dari sebelumnya. Arus dan elevasi berfluktuasi sesuai
dengan kondisi topografinya. Sel ke-5, 10, dan 20 tampak memiliki fasa yang sama, baik arus
maupun elevasinya, namun berlawanan fasanya dengan sel ke-40. Hal ini dapat diakibatkan
oleh perbedaan yang jelas dari topografi antara ketiga sel pertama dengan sel ke-40. Fluktuasi
arus memiliki pola yang sama dengan elevasi. Dari grafik terlihat bahwa arus bernilai positif
ketika elevasi juga positif, begitu sebaliknya (Gambar 7). Semakin lama, arus dan elevasi
semakin rendah.
-
38
-10
-5
0
5
10
0 500
Aru
s (m
/s)
Waktu
Arus terhadap waktu
sel ke-5
sel ke-10
sel ke-20
sel ke-40 -10
-5
0
5
10
0 50
Aru
s (m
/s)
Sel ke-
Arus terhadap Ruang
waktu 0,5T
waktu T
waktu 2T
waktu 3T
-2
-1
0
1
2
0 200 400 600Ele
vasi
waktu
Elevasi terhadap Waktu
sel ke-5
sel ke-10
sel ke-20
sel ke-40-1
0
1
0 50Ele
vasi
Sel ke-
Elevasi terhadap Ruang
waktu 0.5T
waktu T
waktu 2T
waktu 3T
Amplitudo 0.5
Gambar 10. Hasil model hidrodinamika 1D dengan nilai kedalaman di tiap sel,
A=0.5
Pembahasan
Hasil model hidrodinamika 1D dengan nilai topografi tertentu di tiap sel dan amplitude
gelombang datang 0.5 secara umum menunjukkan pola yang hampir sama. Arus dan elevasi
berfluktuasi sesuai dengan kondisi topografinya. Sel ke-5, 10, dan 20 tampak memiliki fasa
yang sama baik arus maupun elevasinya, namun berlawanan fasanya dengan sel ke-40.
Sebagaimana kondisi sebelumnya, hal ini dapat diakibatkan oleh perbedaan yang jelas dari
topografi antara ketiga sel pertama dengan sel ke-40. Fluktuasi arus memiliki pola yang sama
dengan elevasi. Dari grafik terlihat bahwa arus bernilai positif ketika elevasi juga positif,
begitu sebaliknya (Gambar 8). Elevasi di sel ke-40 tampak lebih fluktuatif dan tidak teratur
karena plot grafik elevasi terhadap waktu yang lebih bergerigi daripada sel yang lainnya. Arus
di sel ke-5 pada langkah waktu ke-450 tampak lebih fluktuatif dari yang lain sedangkan sel ke-
20 plot grafik tampak bergerigi mulai dari langkah waktu ke-225 ean seterusnya. Kondisi-
kondisi ini dapat diakibatkan oleh pemberian topografi yang berbeda di sel-sel tersebut
-
39
-20
-10
0
10
20
0 500
Aru
s (m
/s)
waktu
Arus terhadap Waktu
sel ke-5
sel ke-10
sel ke-20
sel ke-40
0
0,5
1
1,5
0 50
Aru
s (m
/s)
Sel ke-
Arus terhadap Ruang
waktu 0,5T
waktu T
waktu 2T
waktu 3T
-4000
-2000
0
2000
0 200 400 600
Ele
vasi
waktu
Elevasi terhadap Waktu
sel ke-5
sel ke-10
sel ke-20
sel ke-40
0
1
2
0 50
Axi
s Ti
tle
Elevasi
Elevasi terhadap Ruang
waktu 0.5T
waktu T
waktu 2T
waktu 3T
Amplitudo 1
Gambar 11. Hasil model hidrodinamika 1D dengan nilai kedalaman di tiap sel,
A=1
Pembahasan
Pemberian amplitudo gelombang sebesar 1 pada model hidrodinamika 1D dengan
variasi topografi di tiap sel tampaknya membuat hasil model menjadi outflow. Hal ini dapat
terlihat dari nihilnya nilai-nilai arus setiap dan elevasi yang dihasilkan di setiap ruang untuk
waktu ke-0.5T, T, 2T, dan 3T (Gambar 9). Pada awal simulasi, arus di sel ke-5, 10, dan 20
memiliki nilai yang positif dan relatif besar (10 m/s) namun tiba-tiba turun dan berfluktuasi di
sekitar sb-x atau di sekitar arus 0 m/s. Arus di ketiga sel ini tampak memiliki arah yang sama
namun berkebalikan dengan arus di sel ke-40. Elevasi setiap waktu di sel ke-5, 10, 20, dan 40
menunjukkan hasil yang tidak diinginkan karena kemunculan nilai yang sangat besar untuk sel
ke-40. Hasil ini tidak diharapkan dan dapat disimpulkan bahwa pemberian nilai amplitudo
A=1 terhadap model akan membuat hasil model outflow dan error meskipun syarat kestabilan
terpenuhi.
-
40
Tabulasi Hasil Model Hidrodinamika 1D Variasi Topografi dengan nilai
kedalaman tertentu di tiap sel
Amplitudo Keterangan
0.1 Fluktuasi nilai arus dan elevasi tampak lebih tajam dan jelas
di setiap sel yang diamati karena nilai topografi yang berbeda.
Semakin lama, arus dan elevasi cenderung melemah. Arus dan
elevasi berfluktuasi di luar rentang amplitude gelombang
datang (-0.1 0.1). hal ini menunjukkan bahwa arus dan
elevasi mengalami gangguan akibat perbedaan topografi di
setiap ruang. Arus maksimum yang dapat dicapai adalah 1 m/s
sedangkan elevasi maksimum yang dapat dicapai adalah 0.2
m.
0.5 Secara umum, hasil model menunjukkan pola yang sama
seperti sebelumnya namun pada model ini dihasilkan fluktuasi
arus dan elevasi di luar kisaran amplitudo gelombang datang
sebesar -0.5 dan di 0.5. Hal ini menunjukkan bahwa arus dan
elevasi mengalami gangguan di setiap ruang dan waktu akibat
topografi. Arus maksimum yang dapat dicapai 5 m/s
sedangkan elevasi maksimum yang dapat dicapai sebasar 1 m.
Nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan nilai arus dan
elevasi maksimum yang dapat dicapai pada model
sebelumnya.
1 Arus di sel ke-5, 10, dan 20 pada awal simulasi memiliki nilai
yang positif dan relatif besar (10 m/s) namun tiba-tiba turun
dan berfluktuasi di sekitar sb-x atau di sekitar arus 0 m/s. Arus
di ketiga sel ini tampak memiliki arah yang sama namun
berkebalikan dengan arus di sel ke-40. Elevasi setiap waktu di
sel ke-5, 10, 20, dan 40 menunjukkan hasil yang tidak
diinginkan karena kemunculan nilai yang sangat besar untuk
sel ke-40. Pemberian nilai amplitudo A=1 terhadap model
membuat hasil model menjadi error meskipun syarat
kestabilan terpenuhi
-
41
KESIMPULAN
MODEL HIDRODINAMIKA 1D SEDERHANA
DAN
MODEL HIDRODINAMIKA 1D VARIASI TOPOGRAFI
Model hidrodinamika 1D dengan kedalaman tetap mengahasilkan variasi arus dan elevasi
yang tetap dan teratur di setiap ruang dan waktu. Arus dan elevasi berada di dalam rentang
nilai amplitudo gelombang datang yang menunjukkan bahwa pada model ini tidak ada
gangguan terhadap arus dan elevasi di setiap ruang dan waktu. Pemberian nilai amplitudo 0.1,
0.5, dan 1 menunjukkan pola yang sama dan hanya berbeda di rentang nilai arus dan elevasi
yang dihasilkan saja karena perbedaan amplitudo gelombang datang.
Model hidrodinamika 1D dengan variasi topografi, baik untuk topografi berupa slope
maupun topografi dengan nilai di setiap sel pada dasanya memiliki pola yang sama yakni
bahwa arus dan elevasi berubah setiap waktu dengan rentang nilai di luar rentang nilai
amplitudo gelombang datangnya. Hal ini menunjukkan bahwa pada kedua model ini terjadi
gangguan terhadap arus dan elevasi di setiap ruang dan waktu akibat perbedaan kedalaman
atau topografi. Pemberian amplitudo gelombang datang yang besar, dalam kasus ini A =1,
akan membuat model memberikan hasil yang tidak diinginkan atau outflow meskipun kriteria
kestabilan dipenuhi.
-
42
MODEL HIDRODINAMIKA 2D
1. TUJUAN a. Melihat pengaruh pasang angin permukaan sebagai gaya pembangkit arus di perairan
tertutup, serta pengaruh pasang surut dan pengaruh angin di perairan semi-terbuka.
b. Memahami sifat-sifat penjalaran gelombang pasut sederhana dengan kedalaman bervariasi, dan melihat pengaruh gesekan dasar dan permukaan di suatu perairan.
c. Memahami penerapan parameter model dalam kaitannya dengan stabilitas numerik persamaan hidrodinamika 2 dimensi eksplisit.
2. PERSAMAAN MODEL 2.1 Persamaan Pembangun
Studi hidrodinamika 2 dimensi dalam praktikum ini meninjau gaya pembangkit arus
yang disebabkan oleh angin (wind driven current) di perairan tertutup. Di perairan terbuka
selain oleh angin, arus dapat juga dibangkitkan oleh adanya perbedaan muka air (gaya gradien
tekanan). Sebagai pengusik diperhitungkan pula gaya gesekan dasar.
Dalam tinjauan 2 dimensi dengan menerapkan asumsi-asumsi diatas, maka persamaan
gerak fluida dapat disajikan sebagai berikut :
Komponen x:
22222 y
wxwxwVUH
rU
xgH
t
U
(1)
Komponen y:
22222 y
wxwwVUH
rU
xgH
t
Vy
(2)
sedangkan persamaan kontinuitasnya adalah :
0
y
V
x
U
t
(3)
dimana U,V adalah kecepatan transport arah-x,y (m2/dt), elevasi muka air (m), H=d+
kedalaman total (m), g kosfisien gravitasi bumi (m2/dt), r koefisien gesekan dasar, koefisien gesekan permukaan, dan wx,wy adalah kecepatan angin arah x,y (m/dt).
2.2 Deskritisasi Model Persamaan hidrodinamika 2 dimensi tersebut dapat diselesaikan dengan metode
eksplisit sebagai berikut :
Persamaan gerak arah-x:
222,
2
,2
,,1,
),1,(
,1
,ywxwxw
nji
Vn
jiU
H
nji
rUn
jin
jin
jiHn
jiH
x
g
t
nji
Unji
U
Karena nid
niH dan
11
nid
niH
Dengan perataan kedalaman di sel yang berdekatan, persamaan di atas memiliki bentuk:
-
43
22
2
,
2
,2
2
,1,,1,
,
,1,2
,1,,1,,1
,
ywxwxwn
jiV
nji
U
jidjid
nji
nji
nji
rU
nji
nji
jidjid
nji
nji
x
g
t
nji
Unji
U
Atau secara sederhana dpat ditulis sebagai :
222'2,2
'
,,1,
',1
, ywxwxwtVn
jiU
uH
nji
tUrn
jin
jiuH
x
tgnjiU
njiU
(4)
dimana :
2
,1,,1,'
jidjid
nji
nji
uH
4
1,11,,,1'
nji
Vnji
VnjiV
nji
V
V
Bila kita kumpulkan suku n jiU , akan diperoleh:
22,1,'2'2
,2'
1,1
, ywxwxwtn
jin
jiuH
x
tgVn
jiU
uH
trnjiU
njiU
Suku ini kita nyatakan sebagai Ru
Sehingga kita punya bentuk :
22,1,')1(,1, ywxwxwtnjinjiuHxtg
Run
jiUn
jiU
.(5)
Dimana
Ru = 2'
2'
2,
uH
Vn
jiUtr
4
1,11,,,1'
nji
Vnji
VnjiV
nji
V
V
Dengan cara sama kita peroleh Persamaan gerak arah-y :
-
44
22,,1')1(,1, ywxwwtnjin jivHytg
RvnjiV
njiV y
..(6)
dimana :
2
,1,,1,'
jidjid
nji
nji
H v
4
1,1,1,1,'
nji
Un
jiU
njiU
nji
U
U
Rv =
2'
2
,
2'
vH
nji
VUtr
Diskritisasi Persamaan kontinuitas adalah :
y
nji
VnjiV
x
nji
Un
jiUt
nji
nji
,1,1,,,
1, (7)
Deskritisasi numerik persamaan hidrodinamika 2 dimensi secara eksplisit tersebut diatas harus
memenuhi kriteria stabilitas Courant-Freiderichs-Lewy (CFL) sebagai berikut :
max2gH
Lt
(8)
dimana : L=min[x,y] dan Hmax=max[d+]
j
i
dx
dy
2.3 Nilai Awal dan Syarat Batas 2.3.1 Nilai Awal
Kondisi pada saat awal dianggap perairan dalam keadaan tenang. Secara matematis
dapat dituliskan :
U=V==0 pada saat t=0 (5.6)
2.3.2 Syarat Batas Syarat batas tertutup di garis pantai kecepatan normalnya dianggap nol,yaitu :
Vn=0 (5.7)
-
45
Sedangkan syarat batas di perairan terbuka sebagai berikut:
a. Batas Timur: =A cos(sigma.t-82.2./360) (5.8a)
b. Batas Barat: =A cos(sigma.t-165.2./360) (5.8b)
2.4 Parameter Model 1. Luas daerah model (LxL). 2. Lama simulasi (T). 3. Amplitudo gelombang (A). 4. Kedalaman (d). 5. Gravitasi (g). 6. Jumlah grid (imax dan jmax). 7. Kecepatan angin (w). 8. Koefisien gesekan dasar (r).
9. Koefisien gesekan permukaan (). 10. Frekuensi sudut (sigma).
3.
-
46
4. FLOW CHART DAN LISTING PROGRAM
Hidrodinamika 2-D
Perairan TertutupMulai
HARGA KONSTANTA
i=imax,1,-1
j=1,jmax
d(i,j)
k=1,itermax
Wx=aWx*(exp((k/sta)-1))
Wy=aWy*(exp((k/sta)-1))
B
B
A
i=2,,jmax-1
j=2,nmax-1
i=1,imax
j=1,jmax
U(i,j)=0.0
V(i,j)=0.0
el(i,j)=0.0
UU(i,j)=0.0
VV(i,j)=0.0
Elb(i,j)=0.0
Uvel(i,j)=0.0
Vvel(i,j)=0.0
t0
VV(i,j)=..
Vvel(i,j)=..
yes
d(i,,j)>0
d(i,,j+1)>0
UU(i,j)=..
Uvel(i,j)=..
yes
no
s1=(VV(i,j)-VV(i-1,j))/dy
s2=(UU(i,j)-UU(i,j-1))/dx
Elb(i,j)=el(i,j)-(dt*(s1+s2))
Tulis Hasil
i=1,imax
j=1,jmax
U(i,j)=UU(i,j)
V(i,j)=VV(i,j)
el(i,j)=Elb(i,j)
Selesai
A
-
47
Hidrodinamika 2-D
Perairan TerbukaMulai
HARGA KONSTANTA
i=imax,1,-1
j=1,jmax
d(i,j)
k=1,itermax
Wx=aWx*(exp((k/sta)-1))
Wy=aWy*(exp((k/sta)-1))
B
B
A
i=2,,jmax-1
j=2,nmax-1
i=1,imax
j=1,jmax
U(i,j)=0.0
V(i,j)=0.0
el(i,j)=0.0
UU(i,j)=0.0
VV(i,j)=0.0
Elb(i,j)=0.0
Uvel(i,j)=0.0
Vvel(i,j)=0.0
t0
VV(i,j)=..
Vvel(i,j)=..
yes
d(i,,j)>0
d(i,,j+1)>0
UU(i,j)=..
Uvel(i,j)=..
yes
no
i=1,imax
C
d(i,1)>0
Elb(i,2)=A*cos(sigma
*k-82*2*pi/360)
Elb(i,1)=Elb(i,2)
UU(i,1)=UU(i,2)
Uvel(i,1)=Uvel(i,2)
VV(i,1)=VV(i,2)
Vvel(i,1)=Vvel(i,2)
yes
-
48
i=1,imax
d(i,jmax)>0
no
Elb(i,jmax)=A*cos(sigma*k-
165*2*pi/360)
Elb(i,jmax)=Elb(i,jmax-1)
UU(i,jmax)=UU(i,jmax-1)
Uvel(i,jmax)=Uvel(i,jmax-1)
VV(i,jmax)=VV(i,jmax-1)
Vvel(i,jmax)=Vvel(i,jmax-1)
yes
C
i=3,imax-1
j=3,jmax-1
d(i,1)>0
nos1=(VV(i,j)-VV(i-1,j))/dy
s2=(UU(i,j)-UU(i,j-1))/dx
Elb(i,j)=el(i,j)-(dt*(s1+s2))
yes
Tulis Hasil
i=1,imax
j=1,jmax
U(i,j)=UU(i,j)
V(i,j)=VV(i,j)
el(i,j)=Elb(i,j)
A
Selesai
-
49
! MODEL HIDRODINAMIKA 2 DIMENSI DI PERAIRAN TERTUTUP
! DENGAN METODE EKSPLISIT
! PENDEFINISIAN VARIABEL DAN KONSTANTA
real Wx,Wy,aWx,aWy,Hu,Hv,ru,rv,Rx,Ry,sukuU1,sukuU2,sukuV1,sukuV2
real s1,s2,U,V,el,UU,VV,Elb,Uvel,Vvel,lamda
dimension U(100,100),V(100,100),el(100,100),UU(100,100),VV(100,100)
dimension Elb(100,100),Uvel(100,100),Vvel(100,100),d(100,100)
integer i,j,k
! HARGA KONSTANTA
Li=10000
Lj=10000
t=21600
g=10.0
A=0.2
imax=20
jmax=20
dt=2
dx=Li/imax
dy=Lj/jmax
itermax=t/dt
r=0.003
lamda=0.000032
sigma=0.000140519
sta=1800.0
pi=3.141592654
open (1,FILE='UT1-1.txt',status='unknown')
open (2,FILE='VT1-1.txt',status='unknown')
open (3,FILE='ZT1-1.txt',status='unknown')
print *,'Kecepatan angin arah-x (aWx)'
read(*,*) aWx
print *,'Kecepatan angin arah-y(aWy)'
read(*,*) aWy
! BACA DATA KEDALAMAN
open(4,file='bathy1.txt',status='old')
do i=imax,1,-1
read (4,*)(d(i,j),j=1,jmax)
enddo
!SYARAT AWAL
do i=1,imax
do j=1,jmax
U(i,j)=0.0
V(i,j)=0.0
el(i,j)=0.0
UU(i,j)=0.0
VV(i,j)=0.0
Elb(i,j)=0.0
Uvel(i,j)=0.0
Vvel(i,j)=0.0
enddo
-
50
enddo
! PERHITUNGAN UTAMA
do k=1,itermax
!PERHITUNGAN ANGIN
if (k.lt.sta) then
Wx=aWx*(exp((k/sta)-1))
Wy=aWy*(exp((k/sta)-1))
else
Wx=aWx
Wy=aWy
endif
do i=2,imax-1
do j=2,jmax-1
if (d(i,j).gt.0) then
if(d(i+1,j).gt.0) then
Hv=(el(i+1,j) + el(i,j) + d(i+1,j) + d(i,j))/2
Uv=(U(i,j) + U(i+1,j) + U(i,j-1) + U(i+1,j-1))/4
rv=(r*dt*sqrt((V(i,j)*V(i,j))+(Uv*Uv)))/(Hv*Hv)
! BAGIAN YANG DIPERBAIKI
! Ry=1/(1+rv)
Ry= 1-rv
sukuV1=(g*dt*Hv*(el(i+1,j)-el(i,j)))/dy
sukuV2=dt*lamda*Wy*sqrt((Wx*Wx)+(Wy*Wy))
! BAGIAN YANG DIPERBAIKI
! VV(i,j)=(V(i,j)-sukuV1+sukuV2)*Ry
VV(i,j)=(V(i,j)*Ry)-sukuV1+sukuV2
Vvel(i,j)=VV(i,j)/Hv
Endif
if(d(i,j+1).gt.0) then
Hu=(el(i,j) + el(i,j+1) + d(i,j) + d(i,j+1))/2
Vu=(V(i-1,j) + V(i,j) + V(i-1,j+1) + V(i,j+1))/4
ru=(r*dt*sqrt((U(i,j)*U(i,j))+(Vu*Vu)))/(Hu*Hu)
! BAGIAN YANG DIPERBAIKI
! Rx=1/(1+ru)
Rx= 1-ru
sukuU1=(g*dt*Hu*(el(i,j+1)-el(i,j)))/dx
sukuU2=dt*lamda*Wx*sqrt((Wx*Wx)+(Wy*Wy))
! BAGIAN YANG DIPERBAIKI
! UU(i,j)=(U(i,j)-sukuU1+sukuU2)*Rx
UU(i,j)=(U(i,j)*Rx)-sukuU1+sukuU2
Uvel(i,j)=UU(i,j)/Hu
endif
s1=(VV(i,j)-VV(i-1,j))/dy
s2=(UU(i,j)-UU(i,j-1))/dx
Elb(i,j)=el(i,j)-(dt*(s1+s2))
endif
enddo
enddo
-
51
! PENYIMPANAN HASIL HITUNGAN DI FILE
if ((k.ne.100).and.(k.ne.1700).and.(k.ne.itermax)) goto 20
do i=imax,1,-1
write (1,100) (Uvel(i,j),j=1,jmax)
write (2,100) (Vvel(i,j),j=1,jmax)
write (3,100) (Elb(i,j),j=1,jmax)
enddo
write (1,*) ' '
write (2,*) ' '
write (3,*) ' '
100 format (30f8.2)
!TRANSFER VARIABEL
20 do i=1,imax
do j=1,jmax
U(i,j)=UU(i,j)
V(i,j)=VV(i,j)
el(i,j)=Elb(i,j)
enddo
enddo
enddo
end
! MODEL HIDRODINAMIKA 2 DIMENSI DI PERAIRAN TERBUKA
! DENGAN METODE EKSPLISIT
!
! PENDEFINISIAN VARIABEL DAN KONSTANTA
real Wx,Wy,aWx,aWy,Hu,Hv,ru,rv,Rx,Ry,sukuU1,sukuU2,sukuV1,sukuV2
real s1,s2,U,V,el,UU,VV,Elb,Uvel,Vvel,lamda
dimension U(100,100),V(100,100),el(100,100),UU(100,100),VV(100,100)
dimension Elb(100,100),Uvel(100,100),Vvel(100,100),d(100,100)
integer i,j,k
! HARGA KONSTANTA
Li=10000
Lj=10000
t=21600
g=10.0
A=0.2
imax=20
jmax=20
dt=2
dx=Li/imax
dy=Lj/jmax
itermax=t/dt
r=0.003
lamda=0.000032
sigma=0.000140519
sta=1800.0
pi=3.141592654
open (1,FILE='UB1-1.txt',status='unknown')
open (2,FILE='VB1-1.txt',status='unknown')
open (3,FILE='ZB1-1.txt',status='unknown')
-
52
print *,'Kecepatan angin arah-x (aWx)'
read(*,*) aWx
print *,'Kecepatan angin arah-y(aWy)'
read(*,*) aWy
! BACA DATA KEDALAMAN
open(4,file='bathy2.txt',status='old')
do i=imax,1,-1
read (4,*)(d(i,j),j=1,jmax)
enddo
!SYARAT AWAL
do i=1,imax
do j=1,jmax
U(i,j)=0.0
V(i,j)=0.0
el(i,j)=0.0
UU(i,j)=0.0
VV(i,j)=0.0
Elb(i,j)=0.0
Uvel(i,j)=0.0
Vvel(i,j)=0.0
enddo
enddo
! PERHITUNGAN UTAMA
do k=1,itermax
!PERHITUNGAN ANGIN
if (k.lt.sta) then
Wx=aWx*(exp((k/sta)-1))
Wy=aWy*(exp((k/sta)-1))
else
Wx=aWx
Wy=aWy
endif
do i=2,imax-1
do j=2,jmax-1
if (d(i,j).gt.0) then
if(d(i+1,j).gt.0) then
Hv=(el(i+1,j) + el(i,j) + d(i+1,j) + d(i,j))/2
Uv=(U(i,j) + U(i+1,j) + U(i,j-1) + U(i+1,j-1))/4
rv=(r*dt*sqrt((V(i,j)*V(i,j))+(Uv*Uv)))/(Hv*Hv)
! BAGIAN YANG DIPERBAIKI
! Ry=1/(1+rv)
Ry=1-rv
sukuV1=(g*dt*Hv*(el(i+1,j)-el(i,j)))/dy
sukuV2=dt*lamda*Wy*sqrt((Wx*Wx)+(Wy*Wy))
! BAGIAN YANG DIPERBAIKI
! VV(i,j)=(V(i,j)-sukuV1+sukuV2)*Ry
VV(i,j)=(V(i,j)*Ry)-sukuV1+sukuV2
Vvel(i,j)=VV(i,j)/Hv
endif
if(d(i,j+1).gt.0) then
Hu=(el(i,j) + el(i,j+1) + d(i,j) + d(i,j+1))/2
Vu=(V(i-1,j) + V(i,j) + V(i-1,j+1) + V(i,j+1))/4
ru=(r*dt*sqrt((U(i,j)*U(i,j))+(Vu*Vu)))/(Hu*Hu)
-
53
! BAGIAN YANG DIPERBAIKI
! Rx=1/(1+ru)
Rx=1-ru
sukuU1=(g*dt*Hu*(el(i,j+1)-el(i,j)))/dx
sukuU2=dt*lamda*Wx*sqrt((Wx*Wx)+(Wy*Wy))
! BAGIAN YANG DIPERBAIKI
! UU(i,j)=(U(i,j)-sukuU1+sukuU2)*Rx
UU(i,j)=(U(i,j)*Rx)-sukuU1+sukuU2
Uvel(i,j)=UU(i,j)/Hu
endif
endif
enddo
enddo
!SYARAT BATAS DI BARAT
do i=1,imax
if(d(i,1).gt.0) then
Elb(i,2)=A*cos(sigma*k-82*2*pi/360)
Elb(i,1)=Elb(i,2)
UU(i,1)=UU(i,2)
Uvel(i,1)=Uvel(i,2)
VV(i,1)=VV(i,2)
Vvel(i,1)=Vvel(i,2)
endif
enddo
!SYARAT BATAS DI TIMUR
do i=1,imax
if(d(i,jmax).gt.0) then
Elb(i,jmax)= A*cos(sigma*k-165*2*pi/360)
Elb(i,jmax)=Elb(i,jmax-1)
UU(i,jmax)=UU(i,jmax-1)
Uvel(i,jmax)=Uvel(i,jmax-1)
VV(i,jmax)=VV(i,jmax-1)
Vvel(i,jmax)=Vvel(i,jmax-1)
endif
enddo
do i=3,imax-1
do j=3,jmax-1
if (d(i,j).gt.0) then
s1=(VV(i,j)-VV(i-1,j))/dy
s2=(UU(i,j)-UU(i,j-1))/dx
Elb(i,j)=el(i,j)-(dt*(s1+s2))
endif
enddo
enddo
! PENYIMPANAN HASIL HITUNGAN DI FILE
if ((k.ne.100).and.(k.ne.850).and.(k.ne.itermax)) goto 20
do i=imax,1,-1
write (1,100) (Uvel(i,j),j=1,jmax)
write (2,100) (Vvel(i,j),j=1,jmax)
write (3,100) (Elb(i,j),j=1,jmax)
enddo
write (1,*) ' '
write (2,*) ' '
-
54
write (3,*) ' '
100 format (30f8.2)
!TRANSFER VARIABEL
20 do i=1,imax
do j=1,jmax
U(i,j)=UU(i,j)
V(i,j)=VV(i,j)
el(i,j)=Elb(i,j)
enddo
enddo
enddo
end
NB: Hasil program Hidrodinamika 2D belum dapat disajikan
DAFTAR PUSTAKA
Hoffmann, K. A. 1989. Computational Fluid Dynamics for Engineers. The University of Texas at
Austin, Texas.
Kowalik, Z. and Murty, T. S. 1993. Numerical Modeling of Ocean Dynamics. World Scientific
Publishing Co. Pte. Ltd. London
Koropitan,A. 2001. MODUL PRAKTIKUM PEMODELAN OSEANOGRAFI. Program Studi
Oseanografi, Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Pond, S. & G.L.Pickard. 1983. Introductory Dynamical Oceanography (2nd Edition). Pergamon
Press Ltd. Headington Hill Hall, Oxford- England. 329pp.
\
Stewart, R. 2003. Introduction to Physical Oceanography. Department of Oceanography, Texas
A&M University- USA Chapter 7: 105p