tugas akustika.doc
TRANSCRIPT
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dalam mata kuliah Sains Bangunan I ini.
Pada kesempatan ini kami menucapkan terima kasih kepada Bapak
Livian Teddy ST, MT selaku dosen pembimbing mata kuliah ini yang telah
membantu kami menyelesaikan makalah ini serta teman – teman dan
keluarga yang telahmemberikan dukungan.
Kami sadar bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
berguna bagi kita semua. Amin.
Palembang, Januari 2009
Penulis
AKUSTIKA
PENGERTIAN AKUSTIK
Akustik adalah ilmu tentang bunyi.
Penataan bunyi pada bangunan mempunyai dua tujuan : untuk kesehatan (mutlak) dan
untuk kenikmatan (diusahakan).
Problem akustik dianalisa dengan mendasarkan pada 5 faktor :
a. sumber suara
b. perambatan suara
c. penerimaan suara
d. intensitas suara
e. frekuensi suara
B. GEJALA AKUSTIK DALAM RUANG TERTUTUP
Perambatan dari gelombang bunyi didalam ruangan lebih sulit dari pada di luar ruangan.
Kelakuan bunyi :
1. Bunyi datang / bunyi langsung
2. Bunyi pantul
3. Bunyi yang diserap oleh permukaan
4. Bunyi difus
5. Bunyi difraksi / dibelokkan
6. Bunyi transmisi
7. Bunyi hilang dalam struktur
8. Bunyi dirambatkan struktur bangunan
a. Pemantulan Bunyi
1) Permukaan yang keras dan rata memantulkan hampir semua energi bunyi yang
jatuh padanya.
Gejala pemantulan bunyi pemantulan sinar
2) Pantulan pada bidang cekung menyebabkan energi yang memusat.
3) Pantulan pada bidang cembung menyebabkan menyebarkan gelombang bunyi.
b. Penyerapan Bunyi
Adalah perubahan energi bunyi menjadi menjadi bentuk lain
Bahan berpori dan manusia menyerap sebagian besar gelombang bunyi yang
menumbuknya.
Unsur – unsur pokok yang menunjang penyerapan bunyi adalah :
1. Lapisan permukaan dinding, lantai, atap / plafon.
2. Isi ruangan seperti penonton, bahan tirai, tempat duduk dengan lapisan lunak
dan karpet.
3. Udara dalan ruangan.
Efisiensi penyerapan bunyi pada suatu bahan pada frekuensi tertentu yaitu
semakin besar koefisien dari suatu bahan maka bunyi diserap semakin banyak.
Penyerapan bunyi suatu permukaan di ukur dengan SABINE yaitu orang yang
pertama mengetahui hubungan kuantitatif antara waktu dengung, volume ruang
dan jumlah penyerapan total yang digunakan pada dinding ruang.
c. Difusi Bunyi
Yaitu bila tekanan bunyi di setiap bagian ruangan sama dan gelombang bunyi
dapat merambat dalam semua arah.
- Difus diperlukan pada jenis ruang tertentu seperti ruang konser, studio radio dan
rekaman dan ruang – ruang musik.
- Difus dapat diciptakan dengan cara :
1. Ketidak beraturan permukaan.
2. Selang seling antara bidang penyerap dan pemantul.
3. Lapisan akustik dengan penyerapan berbeda.
d. Difraksi Bunyi
Adalah gejala akustik yang menyebabkan gelombang bunyi di belokkan / dihamburkan
sekitar penghalang seperti sudut, kolom, tembok dan balok.
Hal ini lebih nyata pada frekuensi rendah daripada frekruensi tinggi.
e. Resonansi Bunyi
Adalah ikut bergetarnya suatu benda akibat getaran benda lain.
1. Dipantulkan kembali sebagai gelombang getaran resonansi yang dikembalikan oleh
bahan dinding.
2. Dipantulkan kembali sebagai pantulan permukaan.
PERHITUNGAN AKUSTIK GEDUNG AULA PASCA SARJANA UNSRI
Arah Sumber Kapasitas L1 (dB) Jarak (m)
Depan - Loading Point
4,4 m
- Jalan 7 m
-
-
74
70
2,5
10
Belakang - Ruang Kelas
- Koridor
100 orang
-
74
5,7
5,3
1,3
Kanan - Tempat Parkir
- Gudang A
- Gudang B
20 mobil
-
-
75
42
42
11,55
-
-
Kiri - Tempat Parkir
- Toilet
10 mobil
5 orang
75
57
17,1
-
Bawah - Perpustakaan 80 orang 64 -
Perhitungan Kebisingan Berdasarkan Analisa
1. Depan
Loading Point = 74 dB
L1 = 10 log I/Io
74 = 10 log I/10-12
74 = 10 (log I – log -12)
74 = 10 log I + 120
I = 10-4,6 watt/ cm2
Jalan 7 m
L1= 10 log I/Io
70= 10 log I/10-12
70= 10 (log I – log -12)
70= 10 log I + 120
I = 10-5 watt/cm2
= = =
I2 = 0.18 x 10-5 watt/cm
L12 = 10 log I2 / I0
= 10 log
= 10 log 1.8 x 106
= 62,5 dB
2. Belakang
Ruang Kelas
L1 = 10 log I/Io
74= 10 log I/10-12
74= 10 (log I – log -12)
74= 10 log I + 120
I= 10-4,6 watt/ cm2
L1 x 100 = 10 log I/Io x 100
= 10 log x 100
= 10 log 10 9.4
=94 dB
Koridor 57 dB
3. Kanan
Tempat Parkir
I1 = 10log I/Io
75 = 10log I/10-12
75 = 10log I+120
I = 10-4.5 watt/cm2
L1 x 20 = 10 log I/Io x 20
= 10 log x 20
= 10 log 2x10 8,5
= 88,01 dB
Gudang A = 42dB
Gudang B = 42 dB
4. Kiri
Tempat Parkir
L1 = 10 log I/Io
75 = 10 log I/10-12
75 = 10 log I + 120
I = 10 -4,5 watt/cm2
L1 x 10 = 10 log I/Io x 10
= 10 log x 10
= 10 log 10 8,5
= 85 dB
Toilet
L1 = 10 log I/Io
57 = 10 log I/10-12
57 = 10 log I + 120
I = 10 -6,3 watt/cm2
L1 x 5 = 10logI/Io x 5
= 10log x 5
= 10log 5x10 5,7
= 63,9 dB
5. Bawah
Perpustakaan
L1 = 10logI/Io
64 = 10logI/10-12
64= 10log I + 120
I= 10log 5,6 watt/cm2
L1 x 80 = 10logI/Io x 80
= 10log x 80
= 83,03 dB
Hasil Perhitungan Analisa Kebisingan (Sumber)
Arah Sumber Kebisingan (dB)
Depan Loading Point
Jalan 7m
74
62,5
Belakang Ruang Kelas
Koridor
94
75
Kanan Tempat Parkir
Gudang A
Gudang B
88,01
42
42
Kiri Tempat Parkir
Toilet
85
63,9
Bawah Perpustakaan 83,03
Pengurangan Kebisingan Oleh Jarak
P = S – 0,7 x 20log d
1m = 3,28 feet
1. Depan
Loading Point = S – 0,7 x 20logd
= 74 – 0,7 x log8,2
= 74 – 12,79
= 61,21 dB
74
94
88,01
85
83,0
2. Belakang
Ruang Kelas = S – 0,7 x 20logd
= 94 – 0,7 x 20log17,38
= 94 – 17,36
= 76,64 dB
3. Kanan
Tempat Parkir = S – 0,7 x 20logd
= 88,01 – 0,7 x 20log 37,8
= 88,01 – 22,08
= 65,93 dB
4. Kiri
Tempat Parkir = S – 0,7 x 20logd
= 85 – 0,7 x 20log 56,08
= 85 – 24,48
= 60,52 sB
Hasil Perhitungan Pengurangan Kebisingan Oleh Jarak
Arah Sumber Kebisingan
Depan Loading Point
Jalan 7m
61,21
62,5
Belakang Ruang Kelas
Koridor
76,64
57
Kanan Tempat Parkir
Gudang A
Gudang B
65,93
42
42
Kiri Tempat Parkir
Toilet
60,62
63,9
Bawah Perpustakaan 83,03
No Bahan Bangunan Indeks rata – rata Reduksi (dB)
1 Batu Bata + Plester 50
2 Kaca 3mm 26
3 Kusen ALuminium 33
4 Batu Alam 56
5 Plat Beton 15cm 48
6 Batu Marmer 44
7 Karpet 44
65,5
76,6
4
65,93
65,9
83,03
3
Penyerapan Kebisingan Oleh Bahan Bangunan
Sisi Depan
No Bahan Bangunan Luas (m²)
1 Batu Bata + Plester 171,7
2 Pintu 5,5
3 Jendela 12,8
Total 190
Batu Bata + Plester x 50 = 45,18
Pintu x 44 = 12,7
Jendela x 34 = 2,29
Total = 45, 18 + 12,7 + 2,29 = 60,17 dB
Sisi Kanan
No Bahan Bangunan Luas (m²)
1 Batu Bata + Plester 100
Batu Bata + Plester x 50 = 50
Total = 50 dB
Sisi Kiri
No Bahan Bangunan Luas (m²)
1 Batu Bata + Plester 89,7
2 Pintu 7,1
3 Jendela 3,2
Total 100
Batu Bata + Plester x 50 = 44,85
Pintu x 34 = 1,08
Jendela x 34 = 2.29
Total = 44,85 + 2,41 + 1,08 = 48,34 dB
Sisi Belakang
No Bahan Bangunan Luas (m²)
1 Batu Bata + Plester 170,1
2 Pintu 7,1
3 Jendela 12,8
Total 190
Batu Bata + Plester x 50 = 44,7
Pintu x 34 = 1,27
Jendela x 34 = 2.29
Total = 44,7 + 1,27 + 2,29 = 48,26 dB
Sisi Bawah
Luas Permukaan = 698 m²
Plat Beton x 49 = 49 dB
Kesimpulan : NC untuk bangunan ini adalah 25 – 35 dB
Arah Kebisingan
Awal
Pengurangan
Kebisingan
Kebisingan
Akhir
Keterangan
Depan 65,5 60,17 5,33 Memenuhi
Kanan 65,93 50 15,93 Memenuhi
Kiri 65,9 48,34 17,56 Memenuhi
Belakang 76,64 48,26 28,38 Memenuhi
Bawah 83,03 49 34,03 Memenuhi
Waktu Dengung
A. Volume = Luas Lantai x Tinggi
= 698m² x 5m
= 3490 m³
B. Serapan Total Permukaan Ruang
Elemen Bahan Koefisien
Serapan (S)
Luas (L) A
(SxL )
Lantai Teraso
Karpet
Plat lantai
0,02
0,37
0,7
698
63
698
13,96
23,31
488,6
Langit-langit Gypsum ½ “ 0,04 698 27,92
Kusen Aluminium 0,2 10,36 2,07
Jendela Kaca 0,12 27,73 3,32
Kursi Kursi yang
diduduki
terbuat dari
kain
0,5 500 orang 250
Pintu Kaca 0,03 17,94 0,53
Dinding Batu bata tidak
di glasir, dicat
0,02 530,9 10,61
Total 820,23
Mencari Waktu Dengung
Standar waktu dengung untuk ruang rapat yaitu 0.5 – 1.2
TR = 0,16 x
= 0,16 x
= 0,68 (memenuhi standar)
PENCAHAYAAN ALAMI
Pengertian Pencahayaan Alami
Beberapa kelebihan cahaya sinar matahari antara lain adalah sbb:
Bersifat alami (natural)
Tersedia melimpah
Tersedia secara gratis
Terbarui (tidak ada habisnya, sampai matahari mati)
Memiliki spektrum cahaya lengkap
Memiliki daya panas dan kimiawi yang diperlukan mahluk hidup dibumi
Dinamis
Sedangkan kelemahan cahaya matahari untuk dipergunakan mencahayai ruangan adalah
sbb:
Pada bangunan yang berlantai banyak dan gemuk (berdenah rumit) sulit untuk
memanfaatkan cahaya alami matahari.
Intensitas tidak mudah diatur, dapat menyilaukan atau sangat redup
Sering serta membawa panas masuk kedalam ruangan
Dapat memudarkan warna
Pintu + Jendela 1
a. Menghitung SC
Buatlah potongan tegak ruangan melalui jendela dan titik O
Tarik garis O ke ambang atas dan bawah jendela dan namai garis tersebut P1 Q1
Letakkan busur scara tegak ( a menghadap ke atas ) dengan titik tengah busur
berhimpit dengan titik O, garis tengah busur sejajar dengan bidang kerja, dan
yang sejajar lantai dan melalui titik O
Yaitu :
P1 = 0,1
Q1 = 0
Jadi, ISC = P1 – Q1 = 0,1 %
Q1 memotong skala lingkaran dalam busur, 0 o dan 6 o
Kemudian Rata-rata =
= 30
Buatlah denah derajat dan tandailah letak titik O
Buatlah garis dari titik O ke tepi jendela, namai garis R1 dan S1
Letakkan busur pada denah dengan skala B, menghadap ke jendela
Tandai perpotongan R1 dan S1dengan setengah lingkaran 3 O didapatlah:
R1 = 0,6
S1 = 0,6
Kemudian CF = R1 + S1
= 0,6 + 0,6
=1,2
Mencari SC = ISC x CF
= 0,1% x 1,2
= 0,12%
b. menghitung ERC, tidak ada penghalang maka ERC = 0
c. Menghitung IRC
Luas pintu + jendela = 8,8 m2
Luas total permukaan = 1.953,2 m2
Luas dinding = 88,48 m2
=
=0,004
=
=0,04
Jadi, kesimpulannya IRC dianggap tidak ada, karena tidak mancapai 0,01
Jadi, DF = SC + ERC + IRC
= 0,12% + 0 + 0
= 0,12%
Jadi penerangan yang didapat, yaitu :
0,12% x 10.000 Lux = 12 Lux
Jendela 2
Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas :
a. Menghitung SC
P1 = 0,1 %
Q1 = 0
Jadi, ISC = 0,1 – 0 = 0,1
Memotong skala di busur titik 0 o dan 6 o
Jadi = 3
R2 = 0,1
S2 = 0,15
CF = 0,15 – 0,1
=0,05
SC = ISC x CF
= 0,1% x 0,05
= 0,005%
b. Menghitung ERC, tidak ada penghalang maka ERC = 0
c. Menghitung IRC
Luas pintu + jendela = 2,72 m2
Luas total permukaan = 1.953,2 m2
Luas dinding = 88,48 m2
=
=0,00
=
=0,04
Jadi, kesimpulannya IRC dianggap tidak ada, karena tidak mancapai 0.
Jadi, DF = SC + ERC + IRC
= 0,005% + 0 + 0
= 0,005%
0,005% x 10.000 Lux = 0,5 Lux
Jendela 3
Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas :
a. Menghitung SC
P3 = 0,4 %
Q3 = 0 %
Jadi, ISC = 0,4 – 0 = 0,4
Memotong skala di busur titik 10 o dan 0 o
Jadi = 5
R3 = 0,25
S3 = 0,27
CF = 0,27 – 0,25
=0,02
SC = ISC x CF
= 0,4% x 0,02
= 0,008%
b. Menghitung ERC, tidak ada penghalang maka ERC = 0
c. Menghitung IRC
Luas pintu + jendela = 2,72 m2
Luas total permukaan = 1.953,2 m2
Luas dinding = 932,9 m2
=
=0,001
=
=0,4
Jadi, kesimpulannya IRC dianggap tidak ada, karena tidak mancapai 0.
Jadi, DF = SC + ERC + IRC
= 0,02% + 0 + 0
= 0,02%
0,02% x 10.000 Lux = 2 Lux
Jendela 4
Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas :
a. Menghitung SC
P4 = 0,4 %
Q4 = 0 %
Jadi, ISC = 0,4 – 0 = 0,4
Memotong skala di busur titik 10 o dan 0 o
Jadi = 5
R4 = 0,32
S4 = 0,25
CF = 0,32 – 0,25
=0,07
SC = ISC x CF
= 0,4% x 0,07
= 0,028%
b. Menghitung ERC, tidak ada penghalang maka ERC = 0
c. Menghitung IRC
Luas pintu + jendela = 2,72 m2
Luas total permukaan = 1.953,2 m2
Luas dinding = 932,9 m2
=
=0,001
=
=0,4
Jadi, kesimpulannya IRC dianggap tidak ada, karena tidak mancapai 0.
Jadi, DF = SC + ERC + IRC
= 0,028 + 0 + 0
= 0,028%
0,028 x 10.000 Lux = 2,8 Lux
Jendela 5
Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas :
a. Menghitung SC
P5 = 0,4 %
Q5 = 0 %
Jadi, ISC = 0,4 – 0 = 0,4
Memotong skala di busur titik 10 o dan 0 o
Jadi = 5
R5 = 0,23
S5 = 0,13
CF = 0,23 – 0,13
=0,1
SC = ISC x CF
= 0,4% x 0,1
= 0,04%
b. Menghitung ERC, tidak ada penghalang maka ERC = 0
c. Menghitung IRC
Luas pintu + jendela = 2,72 m2
Luas total permukaan = 1.953,2 m2
Luas dinding = 932,9 m2
=
=0,001
=
=0,4
Jadi, kesimpulannya IRC dianggap tidak ada, karena tidak mancapai 0.
Jadi, DF = SC + ERC + IRC
= 0, 04 + 0 + 0
= 0,04%
0,04 x 10.000 Lux = 4 Lux
Pintu 6
Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas :
a. Menghitung SC
P6 = 0,4 %
Q6 = 0 %
Jadi, ISC = 0,4 – 0 = 0,4
Memotong skala di busur titik 10 o dan 0 o
Jadi = 5
R6 = 0,02
S6 = 0,13
CF = 0,02 + 0,13
=0,15
SC = ISC x CF
= 0,4% x 0,15
= 0,06%
b. Menghitung ERC, tidak ada penghalang maka ERC = 0
c. Menghitung IRC
Luas pintu + jendela = 2,72 m2
Luas total permukaan = 1.953,2 m2
Luas dinding = 932,9 m2
=
=0,001
=
=0,4
Jadi, kesimpulannya IRC dianggap tidak ada, karena tidak mancapai 0.
Jadi, DF = SC + ERC + IRC
= 0,006 + 0 + 0
= 0,006%
0,006 x 10.000 Lux = 6 Lux
Pintu 7
Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas :
a. Menghitung SC
P7 = 0,4 %
Q7 = 0 %
Jadi, ISC = 0,4 – 0 = 0,4
Memotong skala di busur titik 10 o dan 0 o
Jadi = 5
R7 = 0,23
S7 = 0,33
CF = 033 - 0,23
=0,1
SC = ISC x CF
= 0,4% x 0,1
= 0,04%
b. Menghitung ERC, tidak ada penghalang maka ERC = 0
c. Menghitung IRC
Luas pintu + jendela = 2,72 m2
Luas total permukaan = 1.953,2 m2
Luas dinding = 932,9 m2
=
=0,001
=
=0,4
Jadi, kesimpulannya IRC dianggap tidak ada, karena tidak mancapai 0.
Jadi, DF = SC + ERC + IRC
= 0,04 + 0 + 0
= 0,04%
0,04 x 10.000 Lux = 4 Lux
Jendela 8
Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas :
a. Menghitung SC
P8 = 0,4 %
Q8 = 0 %
Jadi, ISC = 0,4 – 0 = 0,4
Memotong skala di busur titik 10 o dan 0 o
Jadi = 5
R8 = 0,38
S8 = 0,42
CF = 042 - 0,38
=0,04
SC = ISC x CF
= 0,4% x 0,04
= 0,016%
b. Menghitung ERC, tidak ada penghalang maka ERC = 0
c. Menghitung IRC
Luas pintu + jendela = 2,72 m2
Luas total permukaan = 1.953,2 m2
Luas dinding = 932,9 m2
=
= 0,001
=
= 0,4
Jadi, kesimpulannya IRC dianggap tidak ada, karena tidak mancapai 0.
Jadi, DF = SC + ERC + IRC
= 0,016 + 0 + 0
= 0,016%
0,016 x 10.000 Lux = 1,6 Lux
Pintu Jendela 9
a. Menghitung SC
Dikarenakan tidak terkena matahari secara langsung ,maka SC =0
Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas :
b. Menghitung ERC
Pantulan dinding 40%
P9 = 0,2
Q9 = 0
Jadi, ISC = 0,2 – 0 = 0,2
R9 = 0,25
S9 = 0,32
CF = 0,32 - 0,25
= 0,07
c. Menghitung IRC
Luas pintu + jendela = 2,72 m2
Luas total permukaan = 1.953,2 m2
Luas dinding = 932,9 m2
=
=0,001
=
=0,4
Jadi, kesimpulannya IRC dianggap tidak ada, karena tidak mancapai 0.
Jadi, DF = SC + ERC + IRC
= 0+ 0,0056 + 0
= 0,0056%
0,0056 x 10.000 Lux = 0,56 Lux
Pintu Jendela 10
a. Menghitung SC
Dikarenakan tidak terkena matahari secara langsung ,maka SC =0
Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas :
b. Menghitung ERC
Pantulan dinding 40%
P10 = 0,2
Q10 = 0
Jadi, ISC = 0,2 – 0 = 0,2
R10 = 0,22
S10 = 0,12
CF = 0,22 - 0,12
= 0,1
ERC = 0,2 x 0,1 x 0,4 = 0,008
c. Menghitung IRC
Luas pintu + jendela = 2,72 m2
Luas total permukaan = 1.953,2 m2
Luas dinding = 932,9 m2
=
=0,001
=
= 0,4
Jadi, kesimpulannya IRC dianggap tidak ada, karena tidak mancapai 0.
Jadi, DF = SC + ERC + IRC
= 0+ 0,008 + 0
= 0,008%
0,008 x 10.000 Lux = 0,8 Lux
Pintu Jendela 11
a. Menghitung SC
Dikarenakan tidak terkena matahari secara langsung ,maka SC =0
Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas :
b. Menghitung ERC
Pantulan dinding 40%
P11 = 0,2
Q11 = 0
Jadi, ISC = 0,2 – 0 = 0,2
R11 = 0,1
S11 = 0
CF = 0,1 - 0
= 0,1
ERC = 0,2 x 0,1 x 0,4 = 0,008
c. Menghitung IRC
Luas pintu + jendela = 2,72 m2
Luas total permukaan = 1.953,2 m2
Luas dinding = 932,9 m2
=
=0,001
=
=0,4
Jadi, kesimpulannya IRC dianggap tidak ada, karena tidak mancapai 0.
Jadi, DF = SC + ERC + IRC
= 0+ 0,008 + 0
= 0,008%
0,008 x 10.000 Lux = 0,8 Lux
Pintu Jendela 12
a. Menghitung SC
Dikarenakan tidak terkena matahari secara langsung ,maka SC =0
Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas :
b. Menghitung ERC
Pantulan dinding 40%
P12 = 0,2
Q12 = 0
Jadi, ISC = 0,2 – 0 = 0,2
R12 = 0,15
S12 = 0,24
CF = 0,24 – 0,15
= 0,09
ERC = 0,2 x 0,09 x 0,4 = 0,0072
c. Menghitung IRC
Luas pintu + jendela = 2,72 m2
Luas total permukaan = 1.953,2 m2
Luas dinding = 932,9 m2
=
=0,001
=
=0,4
Jadi, kesimpulannya IRC dianggap tidak ada, karena tidak mancapai 0.
Jadi, DF = SC + ERC + IRC
= 0+ 0,0072 + 0
= 0,0072%
0,0072 x 10.000 Lux = 0,72 Lux
Pintu Jendela 13
a. Menghitung SC
Dikarenakan tidak terkena matahari secara langsung ,maka SC =0
Dengan cara perhitungan yang sama seperti diatas :
b. Menghitung ERC
Pantulan dinding 40%
P13 = 0,2
Q13 = 0
Jadi, ISC = 0,2 – 0 = 0,2
R13 = 0,33
S13 = 0,42
CF = 0,42 – 0,33
= 0,11
ERC = 0,2 x 0,11 x 0,4 = 0,00088
c. Menghitung IRC
Luas jendela = 3,52 m2
Luas total permukaan = 1.953,2 m2
Luas dinding = 932,9 m2
=
=0,0018
=
=0,4
Jadi, kesimpulannya IRC dianggap tidak ada, karena tidak mancapai 0.
Jadi, DF = SC + ERC + IRC
= 0+ 0,00088 + 0
= 0,00088%
0,00088 x 10.000 Lux = 0,88 Lux
Total = 12 Lux + 0,5 Lux + 2 Lux + 2,8 Lux + 4 Lux + 6 Lux + 4 Lux +
1,6 Lux + 0,56 Lux+ 0,8 Lux + 0,8 Lux + 0,72 Lux + 0,88 Lux
= 36,66 Lux
Kesimpulan: Tidak Memenuhi, jadi diperlukan pencahayaan buatan
PENCAHAYAAN BUATAN
a. Dasar - Dasar Penerangan
Cahaya adalah suatu bentuk energi, radiasi dalam bentuk gelombang elektromagnetik
yang mempunyai kecepatan 300.000 km/detik. Dari sekian banyak gelombang
elektromagnetik, hanya berada pada rentang frekuensi tertentu saja berupa cahaya yang
kasat mata, sedangkan sisanya merupakan cahaya tidak dapat terlihat oleh mata manusia.
Warna yang terlihat pada benda-benda merupakan perwujudan dari sinar yang dapat
terlihat oleh mata manusia, yang mempunyai panjang gelombang antara 380 – 770
milimikron.
b. Istilah & pengertian dalam pencahayaan buatan
Intensitas cahaya (luminous intensity) adalah kuat cahaya sumber cahaya dan diukur
dengan Candela pada Sistem International.
Jika sebuah sumber cahaya yang mempunyai intensitas cahaya 1 candela diletakkan
dititik pusat dengan jari-jari 1 m, maka ‘arus cahaya’ yang datang pada 1 m2 permukaan
bola dalam kulit bola tersebut adalah 1 lumen.
Iluminasi (arus cahaya yang datang pada suatu permukaan) pada kulit bola tersebut
adalah lumen/m2 atau yang disebut ‘lux’.
Cahaya buatan adalah segala bentuk cahaya yang bersumber dari alat yang
diciptakan oleh manusia seperti lampu pijar, lilin, lampu minyak tanah dan obor.
Kontras adalah perbedaan antara luminan (kecerahan, brightness) benda yang kita
lihat dan luminan permukaan di sekitarnya.
Terdapat 2 sistem pencahayaan yaitu pencahayaan langsung (direct lighting) &
pencahayaan tak langsung (indirect lighting).
Pencahayaan langsung adalah pencahayaan dengan mengarahkan sinar langsung
ke bidang kerja. Sedangkan pencahayaan tak langsung adalah pencahayaan
dengan cara memantulkan sinar lebih dulu (misalnya ke langit-langit dan ke
dinding). Secara umum, lampu memberikan gabungan antara kedua pencahayaan
tersebut.
Berdasarkan cakupannya terdapat 4 sistem pencahayaan :
Pencahayaan umum (general lighting) adalah pencahayaan merata untuk
seluruh ruangan dan dimaksud untuk memberikan terang merata, walau
mungkin minimal.
Pencahayaan kerja ( task lighting) adalah pencahayaan fungsional untuk kerja
visual tertentu, biasanya disesuaikan dengan standar kebutuhan penerangan
bagi jenis kerja bersangkutan.
Pencahayaan aksen (accent lighting) adalah pencahayaan yang secara khusus
diarahkan ke objek tertentu untuk memperkuat penampilannya (fungsi
estetik).
Cahaya ambient (ambient lighting) adalah cahaya keseluruhan dalam suatu
ruang yang merupakan efek gabungan dari pencahayaan umum, aksen dan
lain-lain.
FAKTOR UTILISASI (CU)
Untuk mencari CU tergantung pada :
- distribusi cahaya dari luminer
- efisiensi dari luminer
- Refleksi dari plafon, dinding dan lantai / area kerja dari ruangan
- Indeks ruangan ‘k’, yang merepresentasikan secara rasio geometris ruangan dengan
rumus :
Untuk ruangan bujur sangkar/persegi panjang
k = W x L
h x (W+L)
Keterangan :
k = indeks ruangan
L = Panjang ruangan (m)
W = Lebar ruangan (m)
h = Tinggi antara luminer dan area kerja (m)
Perhitungan Jumlah Titik Lampu di Gedung Pasca Sarjana UNSRI
Rumus Mencari Titik lampu
N = E x A
L x CU x LLF
Ket :
L = total lumen per luminer
E = kuat penerangan rata-rata (lux)
A= Luas Area (m2)
LLF = Faktor pemeliharaan
0,9 = untuk ruangan dengan penkondisian udara butan
Mencari L :
L= 4 bh x 40 watt x 75 lumen/ watt
L= 12.000 watt
Rumus Mencari CU :
k= W x L
h x ( W+L)
Ket:
k : indeks ruangan
L : panjang ruangan (m)
W : lebar ruangan (m)
H : tinggi antara luminier dan area kerja (m)
k = (20x38)-(6x3)-(6x3)-(6x3)-(2x2)-(2x2)
5x ( 38 + 20)
k = 698
5x (38+20)
= 698
290
= 2,40
Dengan melihat tabel ternyata CU- nya = 0,77
maka :
N= E x A
L x CU x LLF
N= (1000 Lux) (698 m 2 )
(12.000) ( 0,77) (0,9)
N = 698000
8316
= 83,93
= 84 titik lampu
Jadi, diperlukan 84 x 4 = 336 titik lampu
PENGHAWAAN BUATAN (AIR CONDITIONER)
A. DASAR-DASAR TATA UDARA BUATAN
Pemasangan AC tidak harus ditabukan pada karya arsitektur Indonesia. Ada beberapa
yang menyebabkannya antara lain ; Indonesia yang memiliki iklim tropis lembab,
ventilasi alami cukup sulit untuk diusahakan. Memang suhu udara tidak pernah setinggi
didaerah iklim panas. Suhu di iklim tropis lembab pada umumnya antara 24-32oC. akan
tetapi kelembaban yang tinggi (60-95%) dan kecepatan angin yang rendahlah yang
menjadi persoalan.
Walaupun demikian, dalam mendisain AC diusahakan agar AC dapat bekerja lebih
efisien dan efektif. Penghawaan buatan dengan AC, jika dirancang dengan benar akan
mempunyai banyak keuntungan terutama bila udara alami disekitar bangunan berkualitas
buruk antara lain :
- suhu udara mudah disejukkan dan diatur.
- Kecepatan dan arah angin mudah diatur.
- Kelembaban mudah diatur
- Kebersihan udara dapat dijaga.
- Karena ruang AC tertutup maka diperoleh keuntungan lain yaitu kenyamanan akustik
dan ketenangan.
- AC keluaran baru dilengkapi dengan pembangkit ion negatif yg. dapat membunuh
bakteri, jamur & mengikat bau serta memberikan efek segar pada ruang.
B. ISTILAH-ISTILAH DAN PENGERTIAN DALAM VENTILASI
BUATAN
Sistem pendingin ruang ada 2 macam :
1. sistem langsung
Dalam sistem ini, udara didinginkan langsung oleh refrigrant dengan
menggunakan mesin-mesin sistem paket seperti AC window, split, cassette,
standing floor, Multi-V
2. sistem tak langsung
Dalam sistem ini dipakai media : air es/chilled water dengan temperatur sekitar 5
oC. Air es diproduksi dalam chiller, mesin pembuat air es yang menggunakan
refrigrant sebagai zat pendingin.
Cara ini dipakai dalam bangunan tinggi sebab menghemat tempat karena lebih
banyak menggunakan tabung penyegar udara horizontal daripada vertikal.
C. ASPEK PERANCANGAN
Pertimbangan disain bangunan untuk menghemat energi AC
Mengorientasikan bangunan ke utara selatan guna meminimalkan penyerapan
radiasi panas matahari.
Menata denah bangunan untuk melokalisir panas dan kelembaban.
Membuat skala prioritas ruang yang memakai AC.
Memakai bahan bangunan yang dapat menahan panas sinar matahari masuk
kedalam ruangan sebanyak mungkin.
Untuk bangunan yang memakai kaca (misal dinding bangunan), gunakanlah kaca
yang tebal (8mm) daripada kaca tipis atau dari bahan kaca penahan radiasi
matahari atau memakai pelapis (film) kaca.
Mencegah aliran udara yang tak terkendali antara dalam dan luar ruangan.
Menyejukkan udara pada zona hunian.
Tinggi penyejukan AC batasi hanya 2 m.
Menghindari hambatan penyebaran udara sejuk.
Memilih AC yang memiliki label hemat energi dan ramah lingkungan.
Karena ruangan AC selalu tertutup, usahakan setiap pagi bukalah jendela untuk
memasukkan udara segar.
Pertimbangan perilaku dalam ruang ber AC
Memasang peralatan yang mengeluarkan panas sedikit (lampu, monitor LCD).
Meletakkan AC pada tempat yang tak terhalang.
Memakai AC sesuai kebutuhan. Suhu didalam ruangan 25oC sudah terasa
nyaman, memasang AC pada suhu terlalu rendah (misalnya 16oC) akan
menyebabkan AC bekerja terlalu berat.
Memilih AC yang telah teruji memiliki tingkat hemat energi dan ramah
lingkungan.
Tidak merokok di ruang ber AC
Bersihkan AC secara berkala, agar penyejukan menjadi efektif.
Pakailah kipas angin untuk meratakan suhu sejuk dari AC.
D. MENGHITUNG KEBUTUHAN PENYEJUKAN DENGAN
METODE KESEIMBANGAN TERMAL
Metode keseimbangan termal ini mempunyai asumsi bahwa keadaan pada saat
perhitungan adalah statis (tidak melibatkan dimensi waktu yang memberikan efek
dinamik). Sebagai contoh, dalam perhitungan dengan metode ini matahari dianggap statis
(tetap) pada satu posisi dan memberi kesempatan panas untuk merambat dari sisi luar
dinding atau atap ke sisi dalam dinding atau atap. Pada keadaan sebenarnya, perambatan
panas melalui dinding atau atap memerlukan waktu beberapa saat.
Kesimbangan termal didalam bangunan dapat diekspresikan dengan persamaan sbb:
Qm = Qi + Qs + Qc + Qv
Qm = panas yang harus diangkut oleh mesin penyejuk udara
Qi = panas dari sumber didalam ruangan
Qs = panas matahari yang menembus kaca atau melalui jendela
Qc = panas dari luar yang menembus dinding
Qv = panas dari udara luar
1. Penaksiran Beban Pemanasan
Untuk menaksir beban AC harus diketahui :
Ukuran ruangan = P x L x T
Kondisi ruangan luar : temperatur = to ……. oF ( 30 oC/ 86 oF)
Kelembaban = …….% (90%)
Kondisi ruangan dalam : temperatur = t1 ……. oF ( 25 oC/ 77 oF)
Kelembaban = …….% (50%)
Luas dinding = ………….(m2)
Luas jendela kaca = ……..(m2)
Okupasi ruang = luas ruang
Luas perorang
Jika tidak diketahui dengan pasti jumlah orang dalam ruangan dapat digunakan tabel
dibawah ini :
a. beban kalor melalui bidang kaca (beban sensibel)
Utara = …………..m2 x 800 Btu/h/m2 =………..Btu/h
Selatan = ……………m2 x 400 Btu/h/m2 = ……..Btu/h
Timur = …………….m2 x 900 Btu/h/m2 = ……….Btu/h
Barat = ……………..m2 x 1000 Btu/h/m2 = ………..Btu/h
…………Btu/h
b. beban kalor oleh transmisi bidang dinding (beban sensibel)
Utara = …………..m2 x 2,15 Btu/h/m2 oF x (to- t1) =………..Btu/h
Selatan = ……………m2 x 2,15 Btu/h/m2 oF x (to- t1) = ……..Btu/h
Timur = …………….m2 x 2,15 Btu/h/m2 oF x (to- t1) = ……….Btu/h
Barat = ……………..m2 x 2,16 Btu/h/m2 oF x (to- t1) = ………..Btu/h
Atap = ……………..m2 x 2,16 Btu/h/m2 oF x (to- t1) = ………..Btu/h
…………Btu/h
c. beban kalor laten intern
beban sensibel orang = okupasi x 200 Btuh =………..Btu/h
beban laten orang = okupasi x 250 Btuh =………..Btu/h
beban sensibel Lampu TL = jml. Watt lampu x 1,25 x 3,4 Btuh =………..Btu/h
= …………Btu/h
d. Ventilasi atau infiltrasi
CFM = P x L x T x AC x 35.31
60
P = Panjang ruang (m)
L = lebar ruang (m)
T = Tinggi ruangan (m)
AC = pertukaran udara perjam = 2 (minimum)
- Beban sensibel = CFM x (to- t1) x 1,08 Btu/h =………..Btu/h
- Beban laten =
CFM x perbedaan kelembaban spesifik (dlm. gr/lb) x 0,67 Btu/h =………..Btu/h
=………..Btu/h
Diketahui:
Bagian Utara
Pintu + Jendela ( kaca) = 7, 04 m2 + 13,6 m2
= 20, 64 m2
Bagian Selatan
Pintu + Jendela (kaca) = 6,24 m2 + 10,88 m2
= 17,12
Bagian Timur
Pintu + jendela (kaca) = 6,24m2 + 2,72m2
= 8,96
Bagian Barat
0
Ket:
Kondisi ruang luar temperatur = 30o C = 86o F
Kondisi ruang dalam = 27oC= 80,6oF
Okupasi ruang = Luas ruangan = 698 x 60
Luas per orang 100
= 418,8
= 419
AC standing floor, kapasitas = 71 400 Btu / h
AC yang di butuhkan :
a. Beban kalor melalui bidang kaca ( sensibel)
Utara/ depan = 20,64 x 800 = 16 512 Btu/h
Selatan/ belakang = 17,12 x 400 =6 848 Btu/h
Barat/ kanan = 0x 1000= 0 Btu/h
Timur/ kiri = 8,96x 900 = 8064 Btu/h
Total = 31 424 Btu/h
b. Beban kalor melalui bidang kiri ( sensibel)
Utara/ depan = 169,36 x 215= 364,12
Selatan/ belakang = 172,88 x2 ,15 = 371, 69
Barat/ kanan = 100 x 2,16 = 216
Timur/ kiri = 91,04 x 2,15 = 195, 736
Atap = 698 x 2,16 = 1507,68
Total = 2655,22
c. Beban Kalor Laten Intern
Beban sensibel orang = 419 x 200 Btu/h = 83 800 Btu/h
Beban laten orang = 419 x 250 Btu/ h = 104 750 Btu/ h
Beban sensible lampu TL = 13,440 x 1,25 x 3,4 Btu/h = 57 120 Btu/h
Total = 245 670 Btu/h
d. Ventilasi atau Infiltrasi
CCM = PxLxTx AC x 35,31
60
= 3490 x 2 x 35, 31
60
= 4107, 73 CFM
Beban sensibel = CFM x ( To-T1) x 1, 08 Btu/ h
= 4107,73 x (5,4) x 1,08
= 23956, 2813
= 23956, 28
Beban laten = CFM xPerbedaan kebutuhan spesifik x 0,67 Btu/h
= 4107,73 x 3 x 0,67
= 8256,54
Total = 32 212, 82
Total beban pendingin = a + b + c + d
71 400
= 31, 424 + 2655,22+245,670 + 32212, 82
71 400
= 311962, 04
71 400
= 4,37
= 5 buah AC
(standing floor merk LG tipe LP 8081 CL)
Penghawaan Alami
Pengertian
Ventilasi alami adalah pergantian udara secara alami (tidak menggunakan peralatan
mekanis, seperti AC). Ventilasi alami terjadi karena adanya perbedaan tekanan di luar
suatu bangunan gedung yang disebabkan oleh angin dan karena adanya perbedaan
temperatur, sehingga terdapat gas-gas panas yang naik di dalam saluran ventilasi.
Untuk merancang ventilasi alami diperlukan syarat :
- Tersedianya udara luar yang sehat (bebas dari bau, debu & polutan lain yang
mengganggu).
- Suhu udara luar tidak terlalu tinggi (maksimal 28OC).
- Tidak banyak bangunan disekitar yang akan menghalangi aliran udara horizontal
- Lingkungan tidak bising.
-
Selain itu ventilasi alami memiliki sisi negatif antara lain :
- Suhu tidak mudah diatur
- Kecepatan angin tidak mudah diatur
- Kualitas udara tidak mudah diatur (debu, bau & polusi lain).
- Gangguan serangga, kebisingan dll sulit dicegah.
Ventilasi alami berkaitan erat dengan iklim dan cuaca suatu tempat. Indonesia sebagai
wilayah yang berada pada iklim tropis memiliki ciri –ciri antara lain :
- Suhu udara relatif tinggi dengan perbedaan suhu siang dan malam kecil (24-32
OC).
- Kecepatan angin rendah teruatam pada saat pagi dan malam hari (1-4 m/dtk).
- Kelembaban udara tinggi (60-95%).
- Radiasi matahari cukup tinggi sepanjang tahun (> 900W/m2).
Istilah dalam Ventilasi Alami
Ventilasi adalah aliran udara baik di ruang terbuka maupun tertutup (dalam ruangan).
Sedangkan ventilasi bertujuan :
a). menghilangkan gas-gas yang tidak menyenangkan yang ditimbulkan oleh keringat
dan sebagainya dan gas-gas pembakaran (CO2) yang ditimbulkan oleh pernafasan
dan proses-proses pembakaran.
b). menghilangkan uap air yang timbul sewaktu memasak, mandi dan sebagainya.
c). menghilangkan kalor yang berlebihan.
d). membantu mendapatkan kenyamanan termal.
Ventilasi alami adalah proses pergantian udara ruangan oleh udara segar dari luar
ruangan tanpa bantuan peralatan mekanis.
Pergantian udara perjam (ACH, Air Change per Hour) adalah jumlah pergantian
seluruh ruangan di dalam ruangan dengan udara segar dari luar setiap jamnya.
Angin adalah udara yang bergerak. Udara bergerak oleh karena adanya gaya yang
diakibatkan oleh perbedaan tekanan (ΔP) dan perbedaan suhu (ΔT).
Penilaian terhadap kualitas ventilasi diukur dengan standar kenyamanan termal.
Enam faktor kenyamanan termal (4 faktor lingkungan dan 2 faktor manusia) yaitu:
Faktor Lingkungan :
- Suhu udara (T) - OC
- Kecepatan angin (V) – m/dtk
- Kelembaban udara (RH) - %
- Rata-rata suhu permukaan ruang (MRT) - OC
Faktor manusia :
- Aktivitas manusia (met) – W/m2
- Pakaian (clo) – m2.K/W atau m2. OC /W
Kelembaban Nisbi (Relative Humidity) adalah perbandingan antara kandungan uap
air pada suatu saat dengan kandungan uap air pada titik jenuh dalam suhu saat itu.
Penyejukan evaporatif adalah penyejukan dengan memanfaatkan mekanisme
pengurangan panas akibat penguapan air (atau zat lain). Penyejukan ini akan mudah
terjadi jika kelembaban udara rendah.
Penyejukan radiatif adalah penyejukan dengan memanfaatkan mekanisme radiasi.
Penyejukan ini mudah terjadi jika benda-benda di bumi yang terkena radiasi matahari
disiang hari, pada malam harinya melepaskan panasnya ke langit yg. dingin tanpa
halangan yang berarti oleh awan.
Penyejukan fisiologis adalah sensasi sejuk yang dirasakan manusia karena
hembungan angin yang mengenai kulitnya. Keringat dipermukaan kulit akan cepat
menguap apabila dihembus oleh oleh angin yang membawa panas dari kulit.
Penyejukan konvektif adalah penyejukan dengan memanfaatkan aliran angin. Bila
benda hangat dilewati angin yang lebih sejuk maka akan terjadi perpindahan panas
dari benda tersebut ke udara.
Perpindahan panas adalah proses perpindahan kalor dari benda yang lebih panas ke
benda lain yang kurang panas. Ada 3 cara perpindahan panas :
- Perpindahan panas konduktif adalalah perpindahan panas dari benda yang lebih
panas ke benda yang kurang panas melalui kontak (sentuhan).
- Perpindahan panas konvektif adalah perpindahan panas dari benda yang lebih
panas ke benda yang kurang panas melalui aliran angin (atau zat cair lainnya).
- Perpindahan panas radiatif adalah perpindahan panas dari benda yang lebih
panas ke benda yang kurang panas dengan cara pancaran.
Efek rumah kaca adalah cahaya matahari melepaskan panasnya dengan cara radiasi
berupa gelombang pendek. Gelombang pendek ini dengan mudah menembus kaca
dan memanaskan permukaan yang dikenainya. Permukaan yang terkena radiasi
matahari menjadi hangat dan memancarkan gelombang panjang sedangkan
gelombang panjang tidak dapat menembus kaca sehingga terpantul-pantul didalam
ruangan tersebut sehingga ruangan menjadi semakin panas.
Zona nyaman adalah daerah bioclimatic chart yang menunjukkan kondisi komposisi
udara yang nyaman secara termal. Sebagai pedoman kasar, kenyaman termal untuk
tropis lembab dapat dicapai dengan batas-batas :
- Suhu udara (T) : 24 – 26 OC
- Kecepatan angin (V) : 0.6 –1.5 m/dtk
- Kelembaban udara (RH) : 40-60 %
Faktor manusia :
- Aktivitas manusia : kegiatan santai tenang.
- Pakaian : pakaian ringan dan selapis.
Kelambanan waktu adalah waktu yang diperlukan bagi panas untuk merambat dari
satu sisi permukaan bidang ke sisi permukaan lain.
Sifat bahan (material properties) adalah sifat fisik khas suatu bahan.
Beberapa sifat bahan yang berhubungan dengan perpindahan panas adalah :
- Konduktivitas (conductivity, k) adalah bilangan yang menunjukkan besar panas
(Watt) yang mengalir melalui bahan setebal 1 m, seluas 1 m2 dengan perbedaan
suhu antara kedua sisi permukaannya adalah 1 OC. jadi satuannnya W.m/m2. OC
atau W/m. OC
- Karena seringkali kita memerlukan tebal bahan yang nyata, konduktannya (k’) =
k/b, b = tebal bahan, dengan satuan W/m2. OC
- Resistivitas (Resistivity, R) adalah kebalikan dari konduktivitas (R = 1/k) dengan
satuan m.OC/W sebaliknya, Resistan (R’) merupakan kebalikan dari konduktan
(b/k), dengan satuan m2. OC/ W
- Konduktan permukaan (air film conductance) adalah konduktan lapisan udara
tipis antara udara dengan permukaan bahan, dengan notasi ‘f’. Konduktan
permukaan ini mempengaruhi perpindahan panas dan nilainya tergantung dari
kondisi permukaan dan lokasinya (diluar atau didalam bangunan). Konduktan
yang sudah memasukkan faktor konduktan permukaan tadi disebut Transmitan
(Transmittance), U = 1/R’a, sedangkan R’a = 1/fo + R’b + 1/fi m2. OC/ W (fo
adalah konduktan permukaan luar elemen bangunan, sedangkan fi adalah
konduktan permukaan dalam).
- Absorbsi (absorbtion) adalah kemampuan benda menyerap radiasi matahari.
Bilangan serap (α) menunjukkan berapa bagian radiasi datang diserap. Sebagai
contoh α=0,7 menunjukkan bahwa 0,7 bagian radiasi akan diserap dan 0,3 akan
dipantulkan.
Radiasi matahari (gelombang pendek) yang diserap ini akan menjadi panas dan
menyebabkan suhu benda bertambah. Panas ini akan dibuang/dipancarkan
kembali dalm bentuk glombang panjang (emisivitas, e). misal sebuah bahan
memiliki e=0,8, berarti 0,8 panas akan dipancarkan kembali kelingkungan sekitar.
Proses ini akan menyebabkan suhu benda turun. Oleh karena panas yang tertahan
benda adalah (α) x (1-e) = (0,7) x ( 1- 0,8)
= 0,7 x 0,2
= 0,14
Aspek Perancangan
Beberapa pedoman singkat bangunan yang dapat membantu mencapai kenyamanan
termal dari sisi ventilasi alami pada iklim tropis lembab :
Jika memungkinkan, pilihlah lahan rumah yang ada didaerah berudara sejuk dan
sehat.
Usahakan tidak banyak permukaan sekitar bangunan yang menyerap panas. Halaman
yang tertutup rumput & ternaungi perpohonan akan lebih sejuk.
Sumbu panjang bangunan setidaknya sejajar dengan sumbu barat-timur, yang akan
meminimalkan permukaan bangunan yang terkena sinar matahari langsung.
Idealnya bangunan berada ditengah lahan sehingga semua sisi terkena oleh hembusan
angin.
Usahakan ventilasi dapat berlangsung 24 jam.
Kelompokkan ruang–ruang yang berpotensi menambah beban panas dan kelembaban.
Ruang istirahat & bersantai pada rumah tinggal, diletakkan didaerah yang terlindungi
oleh sinar matahari sore.
Bukaan diusahakan semaksimal mungkin, untuk memberi keleluasaan angin bergerak
didalam ruang. Tetapi, bukaan tersebut harus terlindung dari sinar matahari langsung.
Dinding luar bangunan, terutama dinding sebelah barat perlu terlindung dari sinar
matahari langsung misalnya dengan menggunakan tritisan.
Gunakan langit-langit untuk mencegah panas atap masuk kedalam ruangan
dibawahnya.
Volume ruangan dapat membantu menyejukkan bangunan seperti pada bangunan
kolonial Belanda di Indonesia yang memanfaatkan efek volume ini dengan membuat
ruangan menjadi lebih besar. Prinsipnya volume udara yang lebih besar akan menjadi
panas lebih lama dibandingkan volume udara lebih kecil.
Usahakan ada tiga lubang pada dinding berbatasan dengan ruang luar yaitu :
- Lubang atas (ventilasi atas), fungsinya melepaskan udara panas yang terjebak
diatas, terutama pada saat jendela tertutup.
- Lubang tengah (jendela), fungsinya sebagai alur angin yang mendinginkan
ruangan.
- Lubang bawah (ventilasi bawah), fungsinya untuk melepaskan udara lembab yang
biasanya terjebak dibagian bawah ruang.
Usahakan bukaan ruang dibuka setiap hari, walaupun mungkin sebentar, agar terjadi
pergantian udara.
Dibawah ini beberapa persyaratan ventilasi alami pada bangunan menurut SNI 03-6572-
2001 yaitu :
A. Ventilasi alami yang disediakan harus terdiri dari bukaan permanen, jendela,
pintu atau sarana lain yang dapat dibuka, dengan :
a). jumlah bukaan ventilasi tidak kurang dari 5% terhadap luas lantai ruangan yang
membutuhkan ventilasi; dan
b). arah yang menghadap ke :
1). halaman berdinding dengan ukuran yang sesuai, atau daerah yang terbuka ke atas.
2). teras terbuka, pelataran parkir, atau sejenis; atau
3). ruang yang bersebelahan seperti termaksud di butir B dibawah ini.
B. Ventilasi yang Diambil dari Ruang yang Bersebelahan.
Ventilasi alami pada suatu ruangan dapat berasal dari jendela, bukaan, ventilasi di pintu
atau sarana lain dari ruangan yang bersebelahan (termasuk teras tertutup), jika kedua
ruangan tersebut berada dalam satuan hunian yang sama atau teras tertutup milik umum,
dan
a). dalam bangunan klas 2, dan hunian tunggal pada bangunan klas 3 atau sebagian
bangunan klas 4, pada :
1). ruang yang diventilasi bukan kompartemen sanitasi.
2). jendela, bukaan, pintu dan sarana lainnya dengan luas ventilasi tidak kurang dari
5% terhadap luas lantai dari ruangan yang diventilasi.
3). ruangan yang bersebelahan memiliki jendela, bukaan, pintu atau sarana lainnya
dengan luas ventilasi tidak kurang dari 5% terhadap kombinasi luas lantai dari kedua
ruangan; dan
b). dalam bangunan klas 5, 6, 7, 8 dan 9 :
1). jendela, bukaan, pintu atau sarana lainnya dengan luas ventilasi tidak kurang dari
10% terhadap luas lantai dari ruang yang akan diventilasi, diukur tidak lebih dari
3,6 meter diatas lantai; dan
2). ruang yang bersebelahan mempunyai jendela, bukaan, pintu atau sarana lainnya
dengan luas ventilasi tidak kurang dari 10% terhadap kombinasi luas lantai kedua
ruangan, dan
c). luas ventilasi yang dipersyaratkan dalam butir a) dan b) boleh dikurangi apabila
tersedia ventilasi alami dari sumber lainnya.
C. Penghalang Posisi Kloset dan Peturasan.
Jika suatu ruangan terdapat kloset atau peturasan, tidak boleh terbuka langsung ke
arah :
a). dapur atau pantri.
b). ruang makan umum atau restoran; atau
c). asrama dalam bangunan klas 3, atau
d). ruang pertemuan.
e). ruang kerja lebih dari satu orang.
D. Ruang Antara.
a). Jika suatu ruangan terdapat kloset atau peturasan, yang dilarang menurut butir C
tersebut diatas, terbuka langsung terhadap ruang lain;
b). Dalam hunian tunggal pada bangunan klas 2, 3 atau sebagian klas 4,
1). jalan masuk harus melalui ruang antara, koridor atau ruang lainnya; atau
2). ruang yang tidak berhubungan dengan udara luar, terdapat kloset atau
peturasan harus dilengkapi dengan ventilasi pembuangan mekanis ; dan pintu ke
ruangan tersebut harus terhalang dari penglihatan.
E. Gedung Parkir.
Setiap lantai gedung parkir, kecuali pelataran parkir terbuka, harus mempunyai sistem
ventilasi :
a). mengikuti ketentuan yang berlaku.
b). alami permanen yang memadai.
F. Dapur dengan Ventilasi Pembuangan Setempat.
Pada dapur komersial harus dilengkapi dengan tudung (hood) pembuangan gas dapur
yang memenuhi ketentuan yang berlaku, jika :
a). setiap peralatan masak yang mempunyai :
1). total daya masukan listrik maksimum tidak lebih dari 8 kW; atau
2). total daya masukan gas lebih dari 29 MJ/jam ( 7000 kKal/jam); atau
b). total daya masukan ke lebih dari satu alat masak, lebih dari :
1). 0,5 kW daya listrik; atau
2). 1,8 MJ (450 kKal) gas.
setiap m2 luas lantai ruangan atau tertutup.
Klasifikasi klas bangunan :
Kelompok
Fungsi
Nama
Kelompok
Fungsi bangunan
1a Bangunan
hunian tunggal
Rumah Tinggal
1b Bangunan
Hunian
Asrama/Kos/Rumah
tamu/Hostel
(Luas<300m2)
2 Bangunan
hunian
Terdiri dari 2 atau
lebih unit hunian
(ruko)
3 Bangunan
hunian diluar 1
& 2
Rumah asrama, Hotel,
orang berumur, cacat
dll
4 Bangunan
hunian
campuran
Tempat tinggal,
dalam suatu bangunan
kelas 5,6,7,8 & 9
5 Bangunan kantor Usaha profesional,
komersial, dll
6 Bangunan
perdagangan
Rumah makan, toko,
salon, pasar dll
7 Bangunan
penyimpanan/gu
dang
Tempat parkir umum,
gudang
8 Bangunan
Lab./Industri/Pa
brik
Produksi, perakitan,
pengepakan, dll
9a Bangunan umum Perawatan kesehatan,
lab.
9b Bangunan umum Pertemuan,
peribadatan,
pendidikan, budaya,
lab.
10a Bangunan/
struktur bukan
hunian
Garasi pribadi
10b Bangunan/
struktur bukan
hunian
Pagar, antena, kolam
renang dll
Aspek Matematis
Perhitungan matematis dibawah ini, merupakan rumus-rumus yang sering digunakan
dalam pehitungan ventilasi :
Transmitan elemen bangunan berlapis
Rumus :
U = 1/Ra atau
U = 1/(1/fo+Rb+1/fi) W/m2. OC
Ket:
U = nilai transmitan (konduktan total), W/m2. OC
fo = konduktan permukaan luar bahan, W/m2. OC
Rb = resistan total lapisan elemen m2. OC/W
fi = konduktan permukaan dalam bahan, W/m2. OC
Panas yang menembus elemen bangunan
Rumus :
Qc = A . U. ΔT
Ket:
A = luas elemen ,m2
U = nilai transmitan , W/m2. OC
ΔT = selisih suhu permukaan luar dan dalam , OC
Panas yang menembus kaca
Rumus:
Qs = A. I. Ө. W
A = luas jendela, m2
I = Intensitas radiasi matahari, W/m2
Ө = solar gain factor bahan kaca
Solar gain factor (Ө) dapat diperoleh dari pabrik pembuat kaca bersangkutan. Dalam hal
data belum memasukkan pertimbangan sudut datang sinar langsung matahari pada bidang
kaca, maka I = I cosβ dengan β adalah sudut datang & garis normal.
Kenaikan suhu benda oleh radiasi sinar matahari
Rumus :
Ts = To + (I .α/fo)
Ket:
Ts = suhu permukaan yang terkena matahari langsung, OC
To = suhu ruang luar, OC
I = intensitas radiasi matahari, W/m2
α = bilangan serap
fo = konduktan permukaan yang terkena radiasi matahari, W/m2. OC
Kecepatan angin di ketinggian tertentu
Rumus :
Vh = Vbl(h/hbl)φ ----m/dtk
Ket :
Vh = kecepatan angin diketinggian h, m/dtk
Vbl = kecepatan angin dipuncak boundary layer, m/dtk
h = ketinggian ukur, m
hbl = ketinggian boundary layer, m
φ = eksponen kecepatan angin rata-rata
Aliran udara perbedaan tekanan angin
Rumus :
Q = Cv. A. V ----m3/dtk
Ket:
Q = udara yg mengalir melalui jendela, m3/dtk
Cv = keefektifan bukaan (0,5-0,6 apabila arah datang angin tegak lurus bukaan, 0,25-
0,35 apabila arah angin diagonal jendela)
A = luasan efektif jendela (bukaan), m2
V = kecepatan angin, m/dtk
Rumus diatas digunakan untuk kondisi lubang masuk(inlet) dan keluar(outlet) sama
luasnya. Bila tidak sama, maka Cv perlu dikalikan dengan konstanta proporsional
seperti tabel dibawah ini :
Aliran udara untuk membuang panas (Q), tanpa memperhatikan volume ruang
Rumus :
Q = H/(60. Cp. Ρ(ti-to)) ----m3/dtk
Ket:
Q = udara yang dipindahkan, m3/dtk
H = panas yang dipindahkan, W (W=J/dtk)
Cp = panas jenis udara pada tekanan konstan, 1025 J/kg. OC
ti = suhu udara didalam ruangan, OC
to = suhu udara diluar ruangan , OC
Aliran udara untuk membuang panas (Q), dengan memperhatikan volume
ruang
Rumus :
Q = V. N/ 3600 ----m3/dtk
Ket:
Q = udara yang dipindahkan, m3/dtk
N = pergantian udara ruang perjam ; N = H/(0,33. V. (ti-to))
H = panas yang dipindahkan, W (W=J/dtk)
ti = suhu udara didalam ruangan, OC
to = suhu udara diluar ruangan , OC
Aliran udara karena perbedaan suhu udara
Rumus :
QB = C. A. h. (ti-to)---m3/dtk
Ket.
QB = udara yang mengalir melalui bukaan, m3/dtk
C = konstanta proporsi, (0,121)
A = luas bebas bukaan, m2 (pakai luasan terkecil)
h = tinggi antara titik tengah bukaan bawah (inlet) dan titik tengah bukaan atas
(oulet), m
ti = suhu udara rata-rata didalam ruangan, OC
to = suhu udara diluar ruangan , OC
Bila outlet dan inlet tidak sama, maka C perlu disesuaikan seperti tabel dibawah ini.
Aliran udara yang diakibatkan oleh gabungan tekanan angin & perbedaan suhu
Rumus :
Q = (Qp2 + QB2) –0,5
Ket:
Qp = aliran angin oleh perbedaan tekanan, m3/dtk
QB = aliran angin oleh perbedaan suhu, m3/d
Radiasi Matahari I = 600 m2
Fo utara terlindungi =13,18
Fo timur terlindungi =13,18
Fo barat terlindungi =10
Fo selatan terlindungi =7,78
Panas jenis udara =1300 j/m3 0C
Suhu dalam (T) = 27 0C
Suhu luar (T = 30 0C)
Lampu 336 x 40 watt = 13.440 watt
Manusia 419 x 150 watt = 62.850 watt
Sudut datang 60 0 Ө = 0,75 (solar gain)
α = 0,72
Ventilasi 3
U dinding =3,24 w/m2 0C
U kaca =4,48 w/m2 0C
Suhu Permukaan Luas Dinding Timur
Ts = To + ( I x )
= 30 0C +( )
= 30 + 16,38
= 46,38 0C
Suhu Permukaan Luas Dinding Barat
Ts = To + ( I x )
= 30 0C +( )
= 30 + 21,6
= 51,60C
Suhu Permukaan Luas Dinding Utara
Ts = To + ( I x )
= 30 0C +( )
= 30 + 16,38
= 46,38 0C
Suhu Permukaan Luas Dinding Selatan
Ts = To + ( I x )
= 30 0C +( )
= 30 +27,76
= 57,76 0C
Qi = ∑ panas
= panas lampu + panas manusia
=13.440 + 62.850
=76.290 watt
Panas Matahari Menembus Kaca Utara
Qs = A kaca x I x Ө
= 20,64 x 600 x 0,75
=9.288 watt
Panas Matahari Menembus Kaca Selatan
Qs = A kaca x I x Ө
= 17,12 x 600 x 0,75
=7.704 watt
Panas Matahari Menembus Kaca Timur
Qs = A kaca x I x Ө x cos β
= 8,96 x 600 x 0,75
= 2.016 watt
Panas Matahari Menembus Kaca Barat
Qs = 0
Panas Dinding Sebelah Utara
Qc = A dinding x U dinding x ∆T + A Kaca x V Kaca x ∆T
= 189,36 x 3,24 x (46,38 - 27) + 20,64 x 4,48 x 3
= 10.834,3 + 277,4
= 10.911,7 W
Panas Dinding Sebelah Timur
Qc = A dinding x U dinding x ∆T + A Kaca x V Kaca x ∆T
= 91,04 x 3,24 x (46,38 - 27) + 8,96 x 4,48 x 3
= 5716,5 + 120,4
= 5836,9 W
Panas Dinding Sebelah Selatan
Qc = A dinding x U dinding x ∆T + A Kaca x V Kaca x ∆T
= 172,88 x 3,24 x (57,76 - 27) + 17,12 x 4,48 x 3
= 17.229,6 + 230,1
= 17.459,7 W
Panas Dinding Sebelah Barat
Qc = A dinding x U dinding x ∆T + A Kaca x V Kaca x ∆T
= 100 x 3,24 x (51,6 - 27) + 0
= 7.970,4 W
Panas Karena Ventilasi
V =
= 0,58
Qv = 1300 x V x ∆T
= 1300 x 0,56 x (30o-27o)
= 2262 W
Total Panas yang di Serap Bangunan
Qm = Qi + Qs +Qc +Qv
= 76.290 W + (9.288 + 7.704 + 2.016 ) + ( 10.911,7 + 17.459,7 + 5.836,9 +
7.970,4 ) + 2.262 W)
=139.738,7 W
Menghitung Kecepatan Angin Melalui Jendela
N =
=
=202,22
Q = m3/ detik
=
=39,20 m3/ detik
Luas jendela Inlet < Outlet
A1 = 13,6 m2
A0 = 19,4 m2
V = 4m / detik (maksimal)
Cv = 0,55
Pengali Cv =1,27
Q = C x A x V