tugas akun pajak

Upload: hendry-maruf

Post on 16-Jul-2015

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Perlakuan Akuntansi dan Akuntansi Pajak Pada Sewa Guna UsahaAnggota Kelompok: Donny Dwi Saputro Hendry Maruf (0609940122) Muhammad Geraldy Pasha

Sewa guna usaha merupakan istilah dalam bahasa Indonesia yang menggantikan istilah leasing. Namun beberapa pihak menyatakan bahwa penggunaan istilah sewa guna usaha belum tepat, tetapi saat ini kita gunakan istilah sewa guna usaha. Apabila ditinjau secara umum, sebenarnya sewa guna usaha ini diartikan sebagai equip funding, dalam hal ini diartikan pembiayaan peralatan atau barang modal untuk digunakan secara langsung atau tidak langsung pada proses produksi. Sewa guna usaha adalah suatu kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modaluntuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu secara berkala, disertai dengan hak pilih (option) bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama. JENIS SEWA GUNA USAHA Secara umum sewa guna usaha mempunyai 2 (dua) jenis dasar seperti disampaikan dalam PSAK No. 30 (2007), yaitu: 1. Sewa Guna Usaha Pembiayaan Pada sewa guna usaha pembiayaan, perusahaan sewa guna usaha (lessor) adalah pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha (lessee) umumnya memilih barang modal yang dibutuhkan dan atas nama perusahaan sewa guna usaha sebagai pemilik barang modal, melakukan pemesanan, pemeriksaan, serta pemeliharaan barang modal yang menjadi objek transaksi sewa guna usaha. Selama masa sewa guna usaha, penyewa guna usaha melakukan pembayaran sewa guna usaha berkala di mana jumlah seluruhnya ditambah dengan pembayaran nilai sisa (residual value) apabila terjadi, akan mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang dibiayai serta bunganya yang merupakan pendapatan perusahaan sewa guna usaha.

2. Sewa Operasi Pada sewa operasi, perusahaan sewa guna usaha membeli barang modal dan selanjutnya disewagunakan kepada penyewa guna usaha. Dalam jumlah seluruh pembayaran sewa guna usaha berkala dalam sewa operasi tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang modal berikut bunganya. Dalam hal ini perusahaan sewa guna usaha mengharapkan keuntungan justru dari penjualan barang modal yang disewagunausahakan atau melalui beberapa kontrak sewa guna usaha lainnya. Perusahaan sewa guna usaha dalam sewa operasi ini bertanggung jawa atas biaya-biaya pelaksanaannya seperti asuransi, pajak, atau pemeliharaan barang modal.

Mengacu Pada PSAK No. 30 (2007) tentang sewa, teknis pelaksanaan transaksi sewa guna usaha mencakup: 1. Sewa Guna Usaha langsung (Direct Lease) Dalam transaksi sewa guna langsung penyewa guna usaha (lessee) belum pernah memiliki barang modal yang menjadi objek sewa guna usaha, sehingga atas permintaan perusahaan sewa untuk membeli barang modal tersebut. 2. Jual dan Sewa-Balik (Sale and Lease-back) Dalam transaksi jual dan sewa-balik, pihak lesse terlebih dahulu menjual barang modal yang telah dimilikinya kepada lessor dan barang modal yang sama kemuadian dilakukan kontrak sewa guna usaha antara lesse sebagai pemilik semula lessor. \ Penghitungan Sewa Guna Usaha Pada saat perjanjian sewa guna usaha diadakan, yaitu antara pihak-pihak lesse dan lessor, maka saat itu juga ditentukan cara pembayarannya: 1. Payment in advance, yaitu pembayaran sewa dilakukan di depan. 2. Payment in arrears, yaitu pembayaran sewa dilakukan di belakang. Rumusan yang digunakan untuk penghitungan tersebut sebagai berikut: Dalam perlakuan PPh atau sewa guna usaha, masalah kegiatan sewa guna usaha (leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi untuk digunakan oleh lesse selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.

Dalam keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991 memberikan kriteria sewa guna usaha, baik dengan hak opsi atau tanpa hak opsi. Kriteria tersebut meliputi: 1. Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi Kegiatan sewa usaha digolongkan sebagai sewa guna usaha dengan hak opsi apabila memenuhi kriteria: a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup biaya ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup biaya perolehan barang modal dan keuntungan lessor. b. Masa sewa guna usaha sekurang-kurangnya: 1) 2 tahun untuk barang modal golongan I; 2) 3 tahun untuk barang modal golongan II dan III; 3) 7 tahun untuk golongan bangunan. c. Perjanjian sewa guna usaha membuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee. 2. Sewa Guna Usaha Tanpa Hak Opsi Kegiatan sewa digolongkan sebagai sewa guna usaha tanpa hak opsi dengan kriteria. a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama tidak dapat menutup biaya perolehan barang modal yang

disewagunakanusahakan ditambah keuntungan yang diperhitungkan oleh lessor b. Perjanjian sewa tidak memuat ketentuan mengenai opsi bagi lesse. Dengan Keputusan Menteri Keuangan di atas juga menetapkan bahwa sewa guna usaha dengan hak opsi sebagai kegiatan lembaga keuangan lainnya, maka lessor diperlakukan sebagai lembaga keuangan bukan bank (LKBB). Ketentuan masalah perpajakan yang berkaitan dengan pajak penghasilan untuk lessor dan lesse dalaha sebagai berikut: Sewa guna usaha dengan hak opsi (financial lease) 1. Bagi lessor : a. Penghasilan yang dikenakan PPh adalah sebagian dari pembayaran sewa guna usaha yaitu seluruh pembayaran sewa guna usaha dikurangi angsuran pokok. Dalam hal sewa guna usaha sindikasi (beberapa perusahaan sewa guna usaha secara bersama melakukan transaksi sewa guna usaha dengan satu lessee), imbalan jasa bagi masing-masing anggota dihitung secara proporsional sesuai dengan perjanjian antaranggota sindikasi.

b. Lessor

tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang

disewagunausahakan. c. Lessor dapat membentuk cadangan penghapusan piutang ragu-ragu setinggi-

tingginya 2,5% dan rata-rata saldo awal dan saldo akhir piutang sewa guna usaha yaitu jumlah seluruh pembayaran sewa guna usaha yang meliputi angsuran pokok (principle) dan bunga. Cadangan penghapusan piutang ragu-ragu yang dibentuk, dapat dikurangkan dari penghasilan bruto tahun pajak yang bersangkutan. d. Besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk setiap bulan adalah jumlah PPh sebagai hasil penerapan Undang-Undang Pajak Penghasilan terhadap Penghasilan Kena Pajak berdasarkan laporan triwulanan yang disetahunkan dibagi 12 (dua belas) bulan. Apabila lessor juga melaksanakan kegiatan sewa guna usaha tanpa hak opsi, maka laporan keuangan triwulanan dimaksud adalah laporan keuangan triwulanan gabungan. 2. Bagi Lessee : a. Lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang disewakan, sampai saat lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut penyusutan dilakukan mulai tahun pajak digunakannya hak opsi. Khusus untuk barang modal berupa tanah tidak diperbolehkan untuk dilakukan penyusutan. b. Dasar penyusutan yang dipakai setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut adalah nilai sisa (residual value) barang modal yang bersangkutan. c. Pembayaran sewa guna usaha yang dibayarkan atau terutang, kecuali

pembebanan atas tanah, merupakan biaya yang dapat dikurangi dari penghasilan bruto sepanjang transaksi sewa guna usaha tersebut dapat digolongkan sebagai sewa guna usaha dengan hak opsi. 3. Atas pembayaran sewa guna usaha yang dibayar atau terutang oleh lessee tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 23. Perlakuan PPh tersebut pada butir a, butir b, dan butir c mulai berlaku terhadap sewa guna usaha yang kontraknya ditandatangani setelah berlakunya Keputusan Menteri Keuangan tersebut.

Sewa guna usaha tanpa hak opsi : 1. Bagi Lessor :

a. Seluruh pembayaran sewa guna usaha yang diterima atau diperoleh merupakan objek PPh. b. Pembebanan biaya penyusutan atas barang modal yang disewagunausahakan dimulai pada tahun pajak barang modal yang bersangkutan. Khusus terhadap barang modal berupa tanah, tidak diperbolehkan untuk disewakan. c. Lessor tidak diperkenankan membentuk cadangan penghapusan piutang raguragu. 2. Bagi Lessee : a. Lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang

disewagunausahakan. b. Pembayaran sewa guna usaha yang dibayarkan atau yang terutang adalah biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. 3. Atas pembayaran sewa guna usaha yang dibayarkan atau terutang oleh lessee wajib dipotong PPh Pasal 23. Dasar perhitungan pemotongan PPh Pasal 23 adalah penerimaan sewa guna usaha bruto, dengan ketentuan sebagai berikut: a. Perusahaan sewa guna usaha yang semata-mata bergerak di bidang usaha sewa guna usaha tanpa hak opsi atau semata-mata operating lease (perusahaan sewa menyewa biasa) makan penghitungan PPh Pasal 25 sebagaimana dimaksud dalam pasal 1169 Keputusan Menteri Keuangan No. 19/KMK.04/1991 tidak berlaku. b. Direktur Jendral Pajak melakukan koreksi dalam hal masa sewa guna usaha lebih pendek dari jangka waktu minimum. Dalam hal perjanjian financial lease menyatakan jangka waktu yang lebih pendek atau pada pelaksanaannya berakhir dalam jangka waktu yang lebih pendek dari jangka waktu minimum yang diidyaratkan, perlakuan perpajakannya disamakan dengan operating lease. c. Mulai tahun pajak 1991 perlakuan akuntansi terhadap transaksi sewa guna usaha adalah sesuai dengan standar akuntansi di bidang sewa guna usaha di Indonesia. Dalam hal ini terdapat financial lease yang kontraknya ditandatangani sesudah 19 Januari 1991 dan termasuk dalam tahun pajak 1991, misalnya kontrak ditandatangani tanggal 20 Januari 1991 dan tahun buku perusahaan 1 dengan ketentuan Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.04/1991 sedangkan untuk perlakuan akuntansi sesuai dengan standar akuntansi di bidang sewa guna usaha.

d. Atas barang modal yang disewagunausahakan, lessor dan lessee wajib melakukan pencatatan yang terpisah dan aset yang tidak disewagunausahakan. e. Lessee dilarang menyewagunausahakan kembali barang modal yang disewakan kepada pihak lain Lessee yang bergerak di bidang usaha persewaan, dalam rangka menjalankan usahanya, dapat menyewakan barang modal yang disewagunausahakan kepada langganannya. f. Lessor wajib menyampaikan laporan triwulan kepada Direktorat Jenderal Pajak paling lambat 15 (lima belas) hari setelah triwulan yang bersangkutan berakhir

Contoh Soal Contoh illustrasi (Sale and Lease Back dengan Hak Opsi) : PT A memperoleh fasilitas pembiayaan berupa Sale and Lease Back dengan Hak Opsi atas 1 unit Mesin Press dengan rincian transaksi sebagai berikut : Harga beli dari supplier = Rp 1.144.800.000; Pembayaran Uang Muka (D/P) kepada Supplier = Rp 300.000.000; Sisa Hutang kepada Supplier = Rp 844.800.000. Pembiayaan oleh Leasing Company = Rp 844.800.000; Masa Angsuran = 20/11/2004 s/d 20/10/2007 (36 bulan); Angsuran Pokok = Rp 844.800.000; Bunga Angsuran = Rp 201.312.000

Jurnal Akuntansi (PSAK No. 30) : Aktiva Tetap - Mesin Kas Hutang Supplier 1.144.800.000 300.000.000 844.800.000

(membukukan transaksi pembelian aktiva tetap dari supplier)

Hutang Supplier 844.800.000 Hutang Leasing 844.800.000

(membukukan transaksi pengalihan aktiva tetap ke leasing company)

Hutang Leasing

26.144.498

Biaya Bunga Leasing Kas

12.412.502 38.557.000

(membukukan pembayaran angsuran bulanan SGU)

Jurnal Perpajakan (KepMenKeu No. 1169) Aktiva Tetap - Mesin Kas Hutang Supplier 1.144.800.000 300.000.000 844.800.000

(membukukan transaksi pembelian aktiva tetap dari supplier)

Hutang Supplier Jaminan Leasing Aktiva Tetap Mesin

844.800.000 300.000.000 1.144.800.000

(membukukan transaksi pengalihan aktiva tetap ke leasing company)

Biaya Leasing 38.557.000 Kas 38.557.000

(membukukan pembayaran angsuran bulanan SGU) Secara perpajakan, jika pada akhir masa leasing, lessee menggunakan hak opsinya maka dalam pembukuan lessee membukukan aktiva tetap sebagai dasar penyusutan sebesar Rp 300.000.000 yaitu sebesar nilai jaminan leasing. Selama masa SGU, jaminan leasing dibukukan sebagai Aktiva Lain-lain. Sedangkan, jika transaksinya berupa Pembiayaan Konsumen, maka pencatatan akuntansi dan perpajakan harus sesuai PSAK No. 30 (jurnal pertama).

Sumber: Dr. waluyo, MSc, M.M., Akt. Akuntansi Atas Jenis Kegiatan Tertentu. Salemba Empat