tugas uts pajak inter

21
Matakuliah Pajak Internasional Tugas Ujian Tengah Semester Oleh : Iqbal Maulana Tofani 125020307111020 Kelas CB PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015

Upload: iqbal-maulana-tofani

Post on 26-Sep-2015

227 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

analisis software house

TRANSCRIPT

Matakuliah Pajak InternasionalTugas Ujian Tengah Semester

Oleh :Iqbal Maulana Tofani 125020307111020Kelas CB

PROGRAM STUDI AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG2015

KasusSoftware House Inc. merupakan penduduk fiskal dari negara Republica.Perusahaan ini mengembangkan dan mendistribusikan software rak (software kemasan) dan bermaksud untuk memperluas operasi bisnisnya ke negara anda.Berikut beberapa proposal yang dipertimbangkan yakni:1. Distribusi software ke konsumen di negara anda melalui pemasaran langsung.2. Distribusi software ke pelanggan di negara anda melalui peritel independen.3. Distribusi software di negara anda melalui kantor perwakilan4. Distribusi software di negara anda melalui cabang5. Distribusi software di negara anda melalui anak perusahaanDari proposal yang dipertimbangkan tersebut yang akan digunakan dalam perjanjian dengan negara anda dalam hal ini Negara Indonesia,akan timbul perbedaan dan isu-isu pajak terkait dengan isi proposal yang digunakan dalam perjanjian tersebut apabila perjanjian tersebut terjadi.Untuk itu,penulis akan mencoba mengkaji mengenai isu-isu yang muncul dalam proposal tersebut.Penulis akan mencoba membuat asumsi dan penjelasannya yang kemudian penulis akan melakukan analisis mengenai perbedaan-perbedaan yang timbul.Negara Republica merupakan negara fiktif dan penulis berasumsi bahwa negara Republica memiliki kerjasama mitra dengan negara Indonesia yang terkait dengan Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B).Permasalahan perpajakan muncul ketika kedua negara tersebut hendak mengenakan pajak atas jenis pendapatan yang sama.Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) adalah perjanjian internasional di bidang perpajakan antar kedua negara guna menghindari pemajakan ganda agar tidak menghambat perekonomian kedua negara dengan prinsip saling menguntungkan antar kedua negara dan dilaksanakan oleh penduduk antar kedua negara yang terlibat dalam perjanjian tersebut.

Tujuan P3B:1. Tidak terjadi pemajakan berganda yang memberatkan iklim dunia usaha.2. Peningkatan investasi modal dari luar negeri ke dalam negeri.3. Peningkatan sumber daya manusia.4. Pertukaran informasi guna mencegah pengelakan pajak 5. Kedudukan yang setara dalam hal pemajakan antar kedua negara.

Analisis KasusA.Distribusi software ke konsumen di negara Indonesia melalui pemasaran langsungDari isi proposal yang pertama diketahui bahwa Software House akan memasarkan produk-produk software-nya melalui iklan dalam majalah komputer yang beredar di negara Indonesia.Hal ini akan menimbulkan isu-isu mengenai pajak atas isi proposal pertama tersebut.Dimana kedua opsi memberikan syarat pelanggan untuk tidak mengkopi software dan pelanggan akan diberi lisensi.Pada P3B Indonesia dengan negara mitra lainnya,P3B Indonesia dengan Amerika Serikat (Article 7) mengatur secara spesifik mengenai sumber penghasilan yang berasal dari dividen, bunga, royalti, harta tak bergerak, penyewaan harta bergerak dan pemberian jasa personal serta penjualan, pertukaran dan pengalihan hak atas harta bergerak dan tak gerak.Kemudian dalam penjualan software oleh Software House,pendapatan yang diterima dari transaksi penjualan software tersebut diperlukan suatu karakterisasi dari pendapatan itu sendiri,Penjualan dan pembelian dilakukan secara online, yang berarti merupakan E-commerce,sehingga karakterisasi penghasilan atas E-commerce merupakan suatu hal yang sangat penting dalam menentukan sistem dan prosedur pemajakan serta hak pemajakan.Penghasilan atas E-commerce dapat dikategorikan kedalam empat kategori yakni:1. penghasilan atas penjualan barang, 2. penghasilan Royalti, 3. penghasilan Jasa dan 4. penghasilan Sewa. Masing-masing jenis penghasilan tentunya memiliki sistem dan prosedur pemajakan yang berbeda-beda.Contohnya seperti pemajakan atas penghasilan royalti, jasa dan sewa menggunakan Withholding Tax.Untuk penghasilan atas royalti, jasa dan sewa tersebut negara sumber mempunyai hak untuk melakukan pemungutan pajak.Sedangkan untuk penghasilan atas penjualan barang tidak dipotong secara withholding.Kemudian penghasilan dari penjualan barang tersebut,negara sumber tidak mempunyai hak dalam pemungutan pajak,kecuali terdapat Bentuk Usaha Tetap (BUT).Pembayaran atas pembelian salinan dari suatu produk yang dilindungi oleh hak cipta harus dibedakan.Royalti didefinisikan dalam P3B yang mengacu pada penggunaan atau menggunakan hak segala jenis hak cipta dan bukan pada penggunaan atau hak menggunakan suatu produk yang dilindungi hak cipta.Maka dari itu, pelanggan sebagai pengguna internal yang melakukan pembelian, diberi lisensi dari software yang dibelinya, sehingga pembayaran atas penggunaan software secara internal tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai royalti.Selain itu, Alejandro Garcia Heredia berpendapat bahwa jenis software seperti Windows, linuX atau sarana transfer sotware seperti hardisk, download, atau compact disk bukan merupakan hal yang relevan untuk mengklasifikasikan penghasilan software sebagai royalti.

B.Distribusi software ke pelanggan di negara anda melalui peritel independen.Software House mengadakan perjanjian dengan Retailer Ltd. (sebuah perusahaan tanpa keterkaitan yang merupakan penduduk fiskal dari negara Indonesia) untuk mendistribusikan software dari Software House di negara Indonesia melalui toko-toko milik Retailer.Kontrak yang dibuat antara Software House dengan Retailer yakni:1. Software House memberi lisensi pada Retailer untuk menggunakan software dengan memberi sub-lisensi kepada pelanggan di negara anda. \2. Atau, kontrak bisa menunjuk Retailer sebagai agen dari Software House untuk mengadakan perjanjian lisensi antara Software House dan pelanggan di negara anda.Mekanisme lisensinya sama.Kontrak antara Software House dan Retailer dirundingkan dan ditandatangani di Republica.Software House tidak akan mempunyai tempat usaha atau karyawan sendiri di negara Indonesia. Dari proposal di atas diketahui bahwa Retailer Ltd. merupakan agen independen karena tidak memiliki keterkaitan dengan Software House.Terkait dengan agen yang berdiri sendiri (independent agent), P3B memuat ketentuan bahwa suatu perusahaan tidak dianggap memiliki bentuk usaha tetap semata-mata karena perusahaan tersebut menjalankan bisnis di negara lain melalui broker, agen komisi umum atau agen lainnya yang mempunyai status independen, dimana orang tersebut bertindak dalam rangka kegiatan usahanya yang lazim.Selanjutnya, terdapat klausul tambahan yang mengatur bahwa apabila aktivitas dari agen tersebut sepenuhnya atau hampir sepenuhnya untuk dan atas nama perusahaan, dia tidak dapat dianggap sebagai agen yang berdiri sendiri.Klausul ini untuk memberikan penegasan tentang pengertian independensi dari suatu agen.Ketentuan tersebut di atas diatur dalam P3B Indonesia dengan ke-5 negara mitra kecuali Amerika Serikat. P3B Indonesia dengan Amerika Serikat tidak membedakan antara agen yang tidak berdiri sendiri (dependent agent) dengan agen yang berdiri sendiri (independent agent).Adanya fakta dalam kasus bahwa Peritel adalah agen yang ditunjuk oleh Software House untuk mendistribusikan software di negara anda dalam hal ini negara Indonesia.Ini berarti Peritel bertindak sesuai dengan kepentingan perusahaan Software House yang berarti Retailer Ltd. bukan merupakan agen yang berdiri sendiri.Menurut P3B orang atau badan di suatu negara yang bertindak sesuai kepentingan dari perusahaan di negara lain,maka perusahaan itu akan dianggap memiliki pendirian tetap di negara itu sehubungan kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk perusahaan tersebut,apabila:1. Orang atau badan untuk memiliki kuasa untuk menutup kontrak atas nama perusahaan dan biasa menjalankan kuasa di negara tersebut kecuali bila kegiatan yang dilakukan terbatas pada yang disebut dalam Pasal 4, atau2. Orang atau badan mengurus di negara tersebut persediaan barang atau barang dagangan kepunyaan perusahaan, dimana ia secara teratur memenuhi pesanan-pesanan atas nama perusahaan dimaksud.Dapat disimpulkan bahwa Software House memiliki badan usaha tetap di negara Indonesia melalui Retailer Ltd. yang ditunjuk sebagai agen untuk mendistribusikan softwarenya.Untuk itu aktivitas agen yang menyebabkan penjualan bisa menghasilkan sumber pendapatan bagi Software House di negara Indonesia.Jadi,berdasarkan ketentuan P3B Pasal 7, negara sumber dapat mengenakan pajak atas laba usaha yang diterima oleh Software House apabila perusahaan tersebut melakukan kegiatan atau usaha melalui bentuk usaha tetap yang ada di negara sumber.Menurut Pasal 5(5) OECD Model suatu agen (Retailer Ltd.) dapat menjadi perusahaan/badan usaha tetap dari principal-nya (Software House).Hal ini terjadi bila agen bertindak di negara anda dalam hal ini Negara Indonesia atas nama principal,dan telah dan biasa menggunakan otoritas di negara Indonesia untuk menandatangani kontrak atas nama principal.Kemudian apabila peritel tidak bertindak sesuai dengan kepentingan Software House dimana dalam faktor lain Retailer Ltd. yang berkedudukan di Indonesia bukan sebagai agen dari Software House maka Software House tidak memiliki badan usaha tetap di Indonesia.Hal ini dijelaskan dalam P3B Pasal 5(8) dimana suatu perusahaan di suatu negara Pihak pada Persetujuan tidak akan dianggap mempunyai suatu pendirian tetap di negara lain hanya karena menjalankan usaha di negara pihak lain tersebut,melalui makelar, komisoner umum atau agen lainnya yang berdiri sendiri sepanjang mereka bertindak dalam rangka usahanya yang lazim.Kemudian dalam P3B Pasal 5(9) juga menyatakan bahwa kenyataan, suatu perusahaan yang berkedudukan di negara mitra menguasai atau dikuasai oleh perusahaan yang berkedudukan di Indonesia (baik melalui bentuk usaha tetap atau tidak), atau sebaliknya, perusahaan yang melakukan kegiatan tersebut tidak akan dengan sendirinya merupakan bentuk usaha tetap dari perusahaan yang menguasai atau dikuasainya. Dengan demikian, anak perusahaan atau induk perusahaan tidak dapat dianggap sebagai badan usaha tetap.

C.Distribusi software di negara anda melalui kantor perwakilanSoftware House akan mendirikan kantor perwakilan di negara anda dalam hal ini Indonesia untuk memasarkan produk-produk software-nya di negara Indonesia.Program-program kerja dari Kantor Perwakilan tersebut adalah:1. Mencari distributor potensial untuk produk-produk Software House di negara Indonesia2. Mengurus pengiklanan produk-produk Software House di negara Indonesia dalam publikasi dagang dan secara reguler mengunjungi distributor software komputer di negara Indonesia dengan katalog dan daftar harga.3. Mengiklankan produk-produk Software House ke pelanggan di negara Indonesia dalam majalah komputer.Kantor ini akan menerima pesanan dari distributor dan konsumen di negara Indonesia.4. Menerima pesanan dari distributor dan konsumen di negara Indonesia.Untuk kantor perwakilan ini bukan merupakan Badan Hukum karena hanya sebagai duta dari Kantor Pusat yang berkedudukan di Luar Wilayah Indonesia.Berikut persyaratan yang harus dipenuhi oleh Software House apabila akan mendirikan Kantor Perwakilan:1. Copy Akte Pendirian/ Art Articles Kantor Pusat2. Copy KTP / Paspor Penanggung Jawab di Indonesia3. Copy NPWP Penanggung Jawab (apabila Penanggung Jawab WNI)4. Pas Foto Penanggung JawabLalu dalam hal pemajakan atas laba usaha yang diperoleh terkait dengan penjualan barang atau dagangan di negara Indonesia yang berjenis sama maka berikut kebijakan atas pengenaan pajak dari laba usaha yang diperoleh Software House dari Kantor Perwakilannya di Indonesia.Melalui SE-02/PJ.03/2008 ini,Dirjen Pajak menegaskan bahwa sebagaimana diatur dalam KEP-667/PJ./2001 Wajib Pajak Luar Negeri yang mempunyai Kantor Perwakilan Dagang (Represantative Office/Liaison di Indonesia dikenakan pajak sebagai berikut:1. Penghasilan neto dari Wajib Pajak luar negeri yang mempunyai kantor perwakilan dagang di Indonesia ditetapkan sebesar 1% (satu persen) dari nilai ekspor bruto ;2. Pelunasan Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak luar negeri yang mempunyai kantor perwakilan dagang di Indonesia adalah sebesar 0,44% (empat puluh empat per seribu) dari nilai ekspor bruto dan bersifat final ;3. Perhitungan PPh 0,44% tersebut berasal dari Jumlah PPh terutang yang dihitung berdasarkan norma dan Branch Profit Tax (BPT)/PPh pasal 26 (4) sbb : PPh terutang ==> (30% x 1%) = 0,30% Branch Profit Tax ==> (20% x 1-0,3) = 0,14% Sehingga total PPh ==> 0,44%Dirjen pajak juga menegaskan bahwa Wajib pajak Luar negeri yang dimaksud dalam KEP-667 adalah Wajib Pajak Luar Negeri yang berasal dari negara yang belum mempunyai tax treaty (P3B) dengan Indonesia (Non Treaty Partner).Selain itu dalam SE-02, Dirjen pajak juga menegaskan bahwa bagi Wajib Pajak Luar Negeri yang berasal dari negara treaty partner Indonesia, maka besarnya pajak yang terutang disesuaikan dengan tarif Branch Profit Tax sebagaimana diatur dalam tax treaty (P3B). Masalah berikutnya adalah kemungkinan berlakunya suatu perjanjian pajak antara negara anda dalam hal ini Indonesia dan Republica..Pasal 15(1) OECD Model membolehkan negara anda untuk mengenakan pajak atas pendapatan kerja dari penduduk Republica yang berasal dari pekerjaan yang dijalankan di negara anda(Indonesia).Tetapi,satu pengecualian berlaku menurut pasal 15(2) jika syarat-syarat berikut ini dipenuhi:1. karyawan ada di negara anda selama satu periode atau beberapa periode yang tidak lebih dari 183 hari agregat dalam periode 12 bulan yang dimulai atau berakhir pada tahun fiskal ini; 2. remunerasi dibayarkan oleh, atau atas nama, majikan yang bukan penduduk negara anda; dan 3. remunerasi ditanggung oleh perusahaan tetap yang dimiliki oleh majikan di negara anda. Berdasarkan fakta, (1) dan (2) jelas terpenuhi.Untuk fakta nomor (3) ini tegantung dari apakah kantor perwakilan merupakan badan usaha tetap dari Software House di negara Indonesia atau tidak.Jika tidak, maka karyawan tidak dikenai pajak.Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang PPh menyebutkan bahwa Kantor Perwakilan merupakan Bentuk Usaha Tetap (BUT) sehingga dapat disimpulkan bahwa karyawan akan dikenai pajak.

D.Distribusi software di negara anda melalui cabangSoftware House akan membuka gerai ritel di ibukota negara perusahaan anda. Gerai ritel tersebut akan menjual produk-produk Software House kepada konsumen dan akan juga mendistribusikan produk ke gerai ritel yang tidak berkaitan di kota-kota lain di negara anda.Gerai Ritel atau kantor cabang/cabang perusahaan merupakan Bentuk Usaha Tetap (BUT) menurut P3B Pasal 5(2) dan Pasal 2 Undang-Undang PPh.Mengingat kantor cabang terlibat dalam penjualan barang di negara Indonesia,Software House akan dapat dikenakan pajak di negara Indonesia.BUT dalam P3B dikenal dengan istilah permanent establishment yang menyatakan bahwaLaba perusahaan dari Negara Pihak pada Persetujuan hanya akan dikenakan pajak di negara itu kecuali jika perusahaan itu menjalankan usaha di Negara Pihak lainnya pada Persetujuan, melalui suatu bentuk usaha tetap yang berkedudukan disitu.Apabila perusahaan tersebut menjalankan usahanya sebagaimana diatas, maka laba perusahaan itu dapat dikenakan pajak di negara lainnya tetapi hanya atas bagian laba yang berasal dari bentuk usaha tetap tersebut.Kemudian perlakuan terhadap penjualan langsung yang dilakukan Software House ke pelanggan di negara Indonesia melalui Internet.Tidak terdapat peraturan khusus yang menyebutkan tentang transaksi online serta pengaturan pajaknya.Pengenaan pajak jual beli untuk toko online pada dasarnyadipersamakan dengan toko konvensional (sebagaimana dikutip dari artikel berjudul "Edukasi Pajak: Perpajakan Untuk Toko Online" dari bisnis.com yang diasuh oleh Direktorat Penyuluhan, Pelayanan dan Humas, Direktorat Jenderal Pajak, 14 Juni 2012).Dengan demikian, ketentuan pajak yang berlaku bagi usaha online tidaklah berbeda dengan toko konvensional pada umumnya, hanya saja media yang digunakan dalam hal ini adalah internet.Yang dikenakan pajak dari toko konvensional adalah keuntungan dari penjualan sebagai salah satu objek pajak berdasarkan Pasal 4 ayat (1) huruf d UU PPh.Dalam kasus menurut pasal 7(1) OECD Model, yurisdiksi negara anda untuk mengenakan pajak atas laba usaha Software House terbatas pada laba yang terkait dengan aktivitas cabang di negara anda.Hal ini sesuai dengan P3B Pasal 7(1) yang menyatakan bahwa Laba perusahaan dari negara pihak pada persetujuan hanya akan dikenakan pajak di negara itu kecuali jika perusahaan itu menjalankan usaha di negara pihak lainnya pada persetujuan,melalui suatu bentuk usaha tetap yang berkedudukan disitu.Apabila perusahaan tersebut menjalankan usahanya sebagaimana dimaksud diatas, maka laba perusahaan itu dapat dikenakan pajak di negara lainnya tetapi hanya atas bagian laba yang berasal dari bentuk usaha tetap tersebut.Model PBB menyatakan yurisdiksi yang lebih luas untuk mengenakan pajak atas laba usaha.Menurut pasal 7(1)(b), negara anda dalam hal ini Indonesia mempunyai yurisdiksi untuk mengenakan pajak atas berapapun pendapatan yang terkait dengan penjualan barang atau dagangan di negara anda yang berjenis sama atau serupa dengan yang dijual di negara Indonesia melalui perusahaan tetap.Ini memungkinkan pengenaan pajak oleh negara asal berdasarkan prinsip force of attraction terbatas.Berdasarkan fakta,ini dapat meliputi penjualan di Internet yang diadakan langsung oleh Software House ke pelanggan di negara anda.Dalam hal negara sumber berhak mengenakan pajak,yaitu karena perusahaan yang bersangkutan melakukan kegiatan atau usaha melalui bentuk usaha tetap di negara sumber,yaitu Software House yang memiliki perusahaan cabang yang menurut P3B merupakan Bentuk Usaha Tetap (BUT).Penghasilan atau laba yang dapat dikenakan pajak hanya terbatas kepada penghasilan atau laba yang dianggap berasal dari bentuk usaha tetap.Pengertian penghasilan atau laba yang berasal dari bentuk usaha tetap yakni berupa :1. Penghasilan atau laba dari kegiatan atau usaha yang dilakukan bentuk usaha tetap sendiri;2. Penghasilan atau laba dari penjualan barang-barang atau barang dagangan yang dilakukan di negara sumber (yang langsung dilakukan oleh perusahaan yang berkedudukan di negara mitra kepada pembeli di negara sumber, tanpa melalui bentuk usaha tetapnya), yang sama atau jenisnya serupa (the same or similar kind) seperti yang dijual bentuk usaha tetap;3. Kegiatan usaha lainnya yang dijalankan di negara sumber (yang langsung dilakukan oleh perusahaan yang berkedudukan di negara mitra, kepada langganan di negara sumber, tanpa melalui bentuk usaha tetapnya), yang sama atau jenisnya serupa dengan kegiatan usaha lain yang dilakukan oleh bentuk usaha tetap.

E.Distribusi software di negara anda melalui anak perusahaan.Software House akan membentuk badan hukum berupa anak perusahaan dengan kepemilikan penuh di negara anda. Anak perusahaan tersebut akan diberi lisensi oleh Software House untuk membuat kopi software untuk didistribusikan di negara anda. Menurut perjanjian lisensi, anak perusahaan akan membayar Software House royalti sebesar $10 per item software kemasan yang diproduksi.Berdasarkan Pasal 2(3)(b) UU PPh menyebut dua kirteria penentu yurisdiksi domisili Indonesia atas badan yaitu: (a) tempat pendirian, dan (b) tempat kedudukan manajemen. Setiap badan, termasuk perseroan terbatas, yang didirikan di Indonesia merupakan WPDN. Menurut Frommel (1987) dan Van Raad (1986) suatu badan, pada umumnya dapat dianggap memperoleh status hukum (kewarganegaraan atau nasionalitas) di negara berdasarkan hokum siapa badan tersebut didirikan (.incorporated.). Setiap badan yang didirikan di Indonesia dianggap bernasonalitas Indonesia.Dengan demikian, terhadap badan, Indonesia menganut pertalian (fiskal) nasionalitas. Akibatnya, semua badan yang didirikan di (berdasarkan hokum) Indonesia, tanpa memperhatikan tempat manajemen, usaha atau kedudukannya (di mana pun berada), merupakan WPDN Indonesia.Namun dari segi praktik penerapan ketentuan perpajkan, seperti penaftaran, asesmen, penagihan dan sebagainya, apabila badan tersebut sama sekali tidak mempunyai perwakilan atau orang di Indonesia perlu dicari upaya yang efektif untuk pelaksanaan administrative dari ketentuan tersebut.Iya ,indonesia menerapkan tax holiday yang didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 130/PMK.011/2011 tentang Pemberian Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan, atau yang lebih umum dikenal dengan sebutanTax Holiday(PMKTax Holiday). PMK Tax Holiday ini diluncurkan dengan tujuan untuk menarik dana investasi jangka panjang ke Indonesia, khususnya investasi baru yang ditanamkan dalam kelompok industri pionir di Indonesia, sehingga diharapkan dapat mendukung percepatan pertumbuhan industri pionir dimaksud. Dalam konteks Tax holiday, industri pionir didefinisikan sebagai industri yang memiliki keterkaitan yang luas, memberi nilai tambah daneksternalitas yang tinggi, memperkenalkan teknologi baru, serta memiliki nilai strategis bagiperekonomian nasional. Industri pionir tersebut mencakup industri logam dasar, industri pengilangan minyak bumi dan/atau kimia dasar organik yang bersumber dari minyakbumi dan gas alam, industri permesinan, industri di bidang sumberdaya terbarukan, dan/atau industri peralatan komunikasi.