tugas agama islam
DESCRIPTION
tugasTRANSCRIPT
Nama : Bayu Arie Apriyanto
Npm : 21411416
Kelas : SMTM 03 (SARMAG TEKNIK MESIN ANGKATAN 2011 )
3 Desember - 9 Desember ( Minggu ke 1 )
1. Apa yang anda dapat ketahui dari materi bab I & bab II
(disimpulkan).
Jawab :
Sebenarnya semua orang mempunyai keyakinan sendiri-sendiri tentang
agama atau kepercayaan mereka masing-masing, tetapi masyrakat primitif masih
menganut agama misalnya dinamisme, animisme, politeisme dan henoteisme.
Dalam perkembangannya masyarakat modern / maju sudah tidak menganut agama
primitif ( dinamisme, animisme, politeisme, dan henoteisme ) melainkan agama
tauhid. Agama tauhid tersebut adalah islam yang mempercayai bahwa Tuhan itu
hanya satu yaitu Allah AWT.
Keyakinan islam terangkum dalam Rukun Iman. Rukun Iman disini
dibagi menjadi 6 yaitu :
1. Keyakinan kepada Allah SWT
2. Keyakinan kepada Malaikat
3. Keyakinan kepada Kitab Suci
4. Keyakinan kepada Nabi dan Rosul
5. Keyakinan kepada Hari Akhir
6. Keyakinan kepada Qadha dan Qadhar
Ketaqwaan dan Implikasinya dalam kehidupan. Kata taqwa berasal dari
kata waqaya yang memiliki arti takut, menjaga diri tanggung jawab dan
memenuhi tanggung jawab. Karena itu orang yang bertaqwa adalah orang yang
takut kepada Allah SWT. berdasarkan kesadaran, mengerjakan perintah-Nya dan
tidak melanggar larangan-Nya baik secara lahiriah maupun batiniah, ia takut
terjerumus ke dalam perbuatan dosa. Orang yang taqwa adalah orang yang
menjaga (membentengi) dirinya dari perbuatan jahat, memelihara diri agar tidak
melakukan perbuatan yang tidak diridhai oleh Allah SWT., bertanggung jawab
mengenai sikap tingkah laku dan perbuatannya serta memenuhi kewajiban.
Ruang lingkup taqwa dalam makna memelihara meliputi empat jalur
hubungan manusia, yaitu :
a. Hubungan manusia dengan Allah SWT.
b. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri
c. Hubungan manusia dengan sesama manusia
d. Hubungan manusia dengan lingkungan hidup.
Hakekat dan Martabat Manusia dalam Islam
Manusia adalah mahluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna dan
sangat misterius dan menarik. Dikatakan misterius karena semakin dikaji semakin
terungkap betapa banyak hal-hal mengenai manusia yang belum terungkapkan.
Walaupun para ahli telah mengujinya tetapi mereka belum sepakat mengenai
manusia. Hal ini terbukti bahwa masih banyak penamaan pada manusia. Dan
manusia dikatakan paling sempurna karena manusia mempunyai akal dan pikiran
dibandingkan mahluk ciptaan Allah SWT lainnya. Diterangkan dalam QS. AL-
A`raf ayat 179 artinya :
“Mereka (jin dan manusia) punya hati tetapi tidak dipergunakan untuk memahami
(ayat-ayat Allah), punya mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-
tanda kekuasaan Allah), punya telinga tetapi tidak digunakan untuk mendengar
(ayat-ayat Allah). Mereka (manusia) yang seperti itu sama (martabatnya) dengan
hewan bahkan lebih rendah lagi dari binatang”.
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT. yang terdiri dari jiwa dan
raga, berwujud fisik dan ruh. Sebagai makhluk Ilahi, hidup dan kehidupannya
berjalan melalui lima tahap, masing-masing tahap disebut “alam” yaitu :
1. Di alam gaib (alam ruh/arwah)
2. Di alam rahim
3. Di alam dunia (yang fana ini)
4. Di alam barzah
5. Di alam akhirat (yang kekal = abadi) yakni alam tahapan terakhir hidup
dan kehidupan manusia.
Karena pentingnya kehidupan manusia di dunia, maka selama hayatnya di
alam fana ini, manusia di karunia oleh Allah SWT. dengan berbagai alat
perlengkapan dan bekal supaya manusia dapa melaksanakan tugasnya sebagai
abdi dan khalifah Allah di dunia ini. Selain itu, Allah SWT. juga memberi kepada
manusia pedoman hidup yang mutlak kebenarannya, agar kehidupan manusia
dapat selamat sejahtera di dunia ini dalam perjalanannya menuju tempatnya yang
kekal di akhirat nanti. Pedoman itu adalah agama. Dalam menentukan pilihan,
manusia memerlukan petunjuk. Petunjuk yang benar terdapat dalam agama Allah
SWT. yang menciptakan manusia itu sendiri yaitu Agama Islam. Karena Agama
Islam adalah agama yang tidak hanya berorintasi kepada dunia ini saja ( yang
dilambangkan oleh kata “ruh” ciptaan-Nya itu) tetapi kepada keseimbangan antara
dunia dan akhirat, manusia yang menpunyai dua dimensi atau bi-demensional itu
akan mampu menetapkan pilihannya dan melaksanakan tanggung jawabnya di
dunia ini dan di akhirat kelak.
2. Bagaimana tanggapan anda mengenai keadaan/kondisi saat
ini, dimana banyak aliran-aliran atau kepercayaan baru.
Jawab :
Banyaknya aliran baru merupakan kondisi yang memperhatinkan, selain
mengajarkan hal-hal yang menyimpang dari agama juga teramat sangat
menyesatkan bagi para pengikutnya. Contoh lia eden yang mengakui dia adalah
Tuhan, sebagai seorang muslim , kami merasa tersinggung dengan ajaran tersebut,
selain menyimpang dan menyesatkan dengan ajaran tersebut tindakan atau
pengakuan yang membuat geram umat muslim dia mengaku bahwa dirinya adalah
Tuhan. Penyimpangan terhadp islam lainnya adalah ajaran ahmadiyah yang
sekarang ini menjadi persoalan yang tak kunjung reda.
10 Desember - 16 Desember (Minggu ke 2)
1. Uraikan secara jelas apa yang anda ketahui mengenai Islam?
Jawab :
Islam adalah agama yang diturunkan Allah kepada umat manusia melalui
utusan-Nya Rasulullah Muhammad SAW. Allah berfirman dalam QS. AL-Maidah
5: 3 yang artinya : “ Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu,
telah Ku-cukupan dan Ku-ridhai islam itu jadi agama bagimu”. Untuk menjadi
Islam seseorang harus mengikrarkan dua kalimah syahadat, kalaimat syahadat
adalah salah satu dari lima rukun islam. Rukun Islam :
A. Arti Etimologis
Secara estimologis (asal-usul kata,lughawi) kata “Islam” berasal dari
bahasa Arab: Salima yang artinya selamat. Dari kata itu terbentuk aslama yang
artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh. Sebagaimana firman Allah SWT,
“Bahkan, barangsiapa aslama (menyerahkan diri) kepada Allah, sedang ia berbuat
kebaikan, maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati” (Q.S. 2:112).
Dari kata aslama itulah terbentuk kata Islam. Pemeluknya disebut
Muslim. Orang yang memeluk Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah dan
siap patuh pada ajaran-Nya . Hal senada dikemukakan Hammudah Abdalati .
Menurutnya, kata “Islam” berasal dari akar kata Arab, SLM (Sin, Lam, Mim - ,
, ) yang berarti kedamaian, kesucian, penyerahan diri, dan ketundukkan. Dalam
pengertian religius, menurut Abdalati, Islam berarti “penyerahan diri kepada
kehendak Tuhan dan ketundukkan atas hukum-Nya” (Submission to the Will of
God and obedience to His Law).
Hubungan antara pengertian asli dan pengertian religius dari kata Islam
adalah erat dan jelas. Hanya melalui penyerahan diri kepada kehendak Allah SWT
dan ketundukkan atas hukum-Nya, maka seseorang dapat mencapai kedamaian
sejati dan menikmati kesucian abadi.
Ada juga pendapat, akar kata yang membentuk kata “Islam” setidaknya ada empat
yang berkaitan satu sama lain.
1. Aslama. Artinya menyerahkan diri. Orang yang masuk Islam berarti
menyerahkan diri kepada Allah SWT. Ia siap mematuhi ajaran-Nya.
2. Salima. Artinya selamat. Orang yang memeluk Islam, hidupnya akan selamat.
3. Sallama. Artinya menyelamatkan orang lain. Seorang pemeluk Islam tidak
hanya menyelematkan diri sendiri, tetapi juga harus menyelamatkan orang lain
(tugas dakwah atau ‘amar ma’ruf nahyi munkar).
4. Salam. Aman, damai, sentosa. Kehidupan yang damai sentosa akan tercipta jika
pemeluk Islam melaksanakan asalama dan sallama.
B. Arti Terminologis
Secara terminologis (istilah, maknawi ) dapat dikatakan, islam adalah
agama wahyu berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan oleh Allah
SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai utusan-Nya yang terakhir dan berlaku
bagi seluruh manusia, di mana pun dan kapan pun, yang ajarannya meliputi
seluruh aspek kehidupan manusia.
Cukup banyak ahli dan ulama yang berusaha merumuskan definisi Islam
secara terminologis. KH Endang Saifuddin Anshari mengemukakan, setelah
mempelajari sejumlah rumusan tentang agama Islam, lalu menganalisisnya, ia
merumuskan dan menyimpulkan bahwa agama Islam adalah:
Wahyu yang diurunkan oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya untuk
disampaikan kepada segenap umat manusia sepanjang masa dan setiap
persada.
Suatu sistem keyakinan dan tata-ketentuan yang mengatur segala
perikehidupan dan penghidupan asasi manusia dalam pelbagai hubungan:
dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam lainnya
Bertujuan: keridhaan Allah, rahmat bagi segenap alam, kebahagiaan di dunia
dan akhirat.
Pada garis besarnya terdiri atas akidah, syariatm dan akhlak.
Bersumberkan Kitab Suci Al-Quran yang merupakan kodifikasi wahyu Allah
SWT sebagai penyempurna wahyu-wahyu sebelumnya yang ditafsirkan oleh
Sunnah Rasulullah SAW.
2. Mengapa anda memilih agama Islam?
Jawab :
Karena saya terlahir dari keluarga yang beragama islam dan dari
keluargalah saya tahu tentang islam, begitupula Baginda Besar Muhammad Rasul
SAW yang menyebarkan Islam pertama kepada Istri dan Keluarganya. Ajaran-
ajaran yang dibawa oleh islam merupakan ajaran manusia mengenai berbagai segi
dari kehidupan manusia. Islam merupakan ajaran yang lengkap, menyeluruh dan
sempurna yang mengatur tata cara kehidupan seorang muslim baik ketika
beribadah maupun berinteraksi dengan lingkungkannya. Semua orang islam
apapun Bangsa, Ras, Negara, dan Sukunya memiliki hak yang sama dimana setiap
orang harus menjaga hak orang lain. Oleh karena itu saya memilih islam sebagai
agama saya.
3. Apa yang anda ketahui tentang Al-qur'an dan Al-Hadits.
Jawab :
Alquran adalah firman Allah. Muncul dari zat-Nya dalam bentuk
perkataan yang tidak dapat digambarkan. Diturunkan kepada Rasul-Nya dalam
bentuk wahyu. Orang-orang mukmin mengimaninya dengan keimanan yang
sebenar-benarnya. Mereka beriman tanpa keraguan, bahwa Alquran adalah firman
Allah dengan sebenarnya. Bukan ciptaan-Nya, seperti layaknya perkataan
makhluk, barang siapa mendengarnya dan menganggap sebagai perkataan
manusia, maka ia telah kafir.
Allah SWT. memberikan sifat kepadanya, sebagaimana disebutkan dalam
firman-Nya: "Dan sesungguhnya Alquran itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak
datang kepadanya (Alquran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya,
yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji".
(Fushshilat: 41-42) Di dalam ayat yang lain Allah juga mensifatinya dengan
firman-Nya: "(inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta
dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha
Bijaksana lagi Maha Tahu". (Huud: 1).
Sungguh ayat-ayat Alquran ini sangat cermat dan teliti, jelas dan
terperinci, yang telah ditetapkan oleh yang Maha Bijaksana, dan yang telah
diuraikan oleh yang Maha Tahu. Kitab ini akan terus menjadi mukjizat dari segi
keindahan bahasa, syariat, ilmu pengetahuan, sejarah dan lain sebagainya. Sampai
Allah mengambil kembali bumi dan yang ada di dalamnya, tidak akan terdapat
sedikitpun penyelewengan dan perobahan terhadapnya, sebagai bukti akan
kebenaran firman Allah: "Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Alquran,
dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya". (Al-Hijr: 9).
Dunia secara keseluruhan belum pernah memperoleh sebuah kitab seperti
Al Quran yang mulia ini, yang mencakup segala kebaikan, dan memberi petunjuk
kepada jalan yang paling lurus, serta mencakup semua hal yang akan
membahagiakan manusia. Allah berfirman: "Sesungguhnya Alquran ini
memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira
kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka
ada pahala yang besar". (Al-Israa,: 9).
Alquran ini diturunkan kepada Rasul-Nya, Muhammad saw. untuk
menyelamatkan manusia dari kegelapan, menuju cahaya. Allah berfirman: "(Ini
adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan
manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan
mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji".
(Ibrahim: 1).
Al-Hadits adalah segala perkataan, perbuatan dan ketetapan dan
persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan atau hukum
dalam islam. Hadits dijadikan sumber hukum dalam agama islam selain Al-quran
dimana kedudukan hadits merupakan hukum kedua setelah Al-Quran.
Para ulama Islam berpendapat bahwa hadis menempati kedudukan pada
tingkat kedua sebagai sumber hukum Islam setelah Al-Qur’an.Mereka beralasan
kepada dalil-dalil Al-Qur’an surah Ali-’Imran,3:132,surah Al-Ahzab,33:36 dan
Al-Hasyr,59:7,serta hadis riwayat Turmuzi dan Abu Daud yang berisi dialog
antara Rasulullah SAW dengan sahabatnya Mu’az bin Jabal tentang sumber
hukum Islam.
Fungsi atau peranan hadis (sunah) di samping Al-Qur’anul Karim adalah:
1) Mempertegas atau memperkuat hukum-hukum yang telah disebutkan dalam
Al-Qur’an (bayan at-taqriri atau at-ta’kid)
2) Menjelaskan,menafsirkan,dan merinci ayat-ayat Al-Qur’an yang masih umum
dan samar (bayan at-tafsir).
3) Mewujudkan suatu hukum atau ajaran yang tidak tercantum dalam Al-Qur’an
(bayan at-tasyri;namun pada prinsipnya tidak bertentangan dengan Al-Qur’an.
17 Desember - 23 Desember (Minggu ke 3)
1. Apa yang anda simpulkan dari ketiga bab tersebut?
Jawab :
Akhlak adalah kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati
nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu
kesatuan tindak lanjut yang dihayati dalam kenyataan hidup sehari-hari.
Secara garis besarnya akhlak dibagi dua, yaitu :
1. Akhlak terhadap Allah SWT.
2. Akhlak terhadap makhluk (semua ciptaan Allah SWT.)
Akhlak terhadap makhluk dapat dibagi dua, yaitu :
1. Akhlak terhadap manusia
2. Akhlak terhadap bukan manusia
Akhlak terhadap manusia dibagi dua, yaitu :
1. Akhlak terhadap diri sendiri
2. Akhlak terhadap orang lain
Akhlak terhadap bukan manusia dibagi dua, yaitu :
1. Akhlak terhadap makhluk hidup bukan manusia, seperti akhlak terhadap
tumbuh-tumbuhan (flora) dan hewan (fauna)
2. Akhlak terhadap makhluk (mati) bukan manusia, seperti akhlak terhadap
tanah, air, udara dsb. Akhlak terhadap manusia dan bukan manusia, kini
disebut akhlak terhadap lingkungan hidup.
Yang menentukan perbuatan baik atau buruk dalam moral dan etika adalah
adat istiadat dan pikiran manusia dalam masyarakat pada suatu tempat di suatu
masa. Di pandang dari sumbernya, akhlak Islami bersifat tetap dan berlaku untuk
selama-lamanya, sedangkan moral dan etika berlaku selama masa tertentu di suatu
tempat tertentu. Konsekuensinya, akhlak Islami bersifat mutlak, sedangkan moral
dan etika bersifat relatif (nisbi).
1. Akhlak terhadap Allah SWT. antara lain :
a. Al-Hubb, yaitu mencintai Allah SWT. melebihi cinta kepada apa dan
siapapun juga dengan mempergunakan firman-Nya dalam Al-Qur’an
sebagai pedoman hidup dan kehidupan; Kecintaan kita kepada Allah SWT.
diwujudkan dengan cara melaksanakan segala perintah dan menjauhi
segala larangan-Nya.
b. Al-Raja, yaitu mengharapkan karunia dan berusaha memperoleh keridhaan
Allah SWT.
c. As-Syukr, yaitu mensyukuri nikmat dan karunia Allah SWT.
d. Qana’ah, yaitu menerima dengna ikhlas semua qadha dan qadhar Allah
SWT. setelah berikhtiar maksimal (sebanyak-banyaknya, hingga batas
tertinggi).
e. Memohon ampun hanya kepada Allah SWT.
f. At-Taubat, yaitu bertaubat hanya kepada Allah SWT. Taubat yang paling
tinggi adalah taubat nasuha yaitu taubat benar-benar taubat, tidak lagi
melakukan perbuatan sama yang dilarang Allah SWT. dan dengan tertib
melaksanakan semua perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
g. Tawakal berserah diri kepada Allah SWT.
A. Akhlak terhadap Manusia, diantaranya :
(1). Akhlak terhadap Rasulullah (Nabi Muhammad SAW.), diantaranya:
a. Mencintai Rasulullah SAW. secara tulus dengan mengikuti semua
sunnahnya.
b. Menjadikan Rasulullah SAW. sebagai idola, suri teladan dalam hidup dan
kehidupan.
c. Menjalankan apa yang disuruh-Nya, tidak melakukan apa yang dilarang-
Nya.
(2). Akhlak terhadap Orang Tua (birrul walidain), diantaranya :
a. Mencintai mereka melebihi cinta kepada kerabat lainnya.
b. Merendahkan diri kepada keduanya diiringi perasaan kasih
sayang.
c. Berkomunikasi dengan orang tua dengan hikmat, mempergunakan kata-
kata lemah lembut.
d. Berbuat baik kepada bapak-ibu dengan sebaik-baiknya, dengan
mengikuti nasehat baiknya, tidak menyinggung perasaan dan menyakiti
hatinya, membuat bapak-ibu ridha.
e. Mendo’akan keselamatan dan keampunan bagi mereka kendatipun
seorang atau kedua-duanya telah meninggal dunia.
(3). Akhlak terhadap Diri Sendiri, diantaranya :
a. Memelihara kesucian diri.
b. Menutup aurat (bagian tubuh yang tidak boleh kelihatan, menurut hukum
dan akhlak Islam).
c. Jujur dalam perkataan dan berbuat ikhlas serta rendah diri.
d. Malu melakukan perbuatan jahat.
e. Menjauhi dengki dan menjauhi dendam.
f. Berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain.
g. Menjauhi segala perkataan dan perbuatan sia-sia.
(4). Akhlak terhadap Keluarga, diantaranya :
a. Saling membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluaraga
b. Saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak.
c. Berbakti kepada bapak-ibu.
d. Mendidik anak-anak dengan kasih sayang.
e. Memelihara hubungan silahturrahim dan melanjutkan silahturrahmi yang
dibina orang tua yang telah meninggal dunia.
(5). Akhlak terhadap Tetangga, diantaranya :
a. Saling mengunjungi.
b. Saling bantu di waktu senang, lebih-lebih tatkala susah.
c. Saling beri-memberi, saling hormat-menghormati.
d. Saling menghindari pertengkaran dan permusuhan.
(6). Akhlak terhadap Masyarakat, diantaranya :
a. Memuliakan tamu.
b. Menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat
bersangkutan.
c. Saling menolong dalam melakukn kebajikan dan taqwa.
d. Menganjurkan anggota masyarakat termasuk diri sendiri berbuat baik dan
mencegah diri sendiri dan orang lain melakukan perbuatan jahat
(mungkar).
Ilmu tasawuf adalah ilmu yang menjelaskan tata cara pengembangan
rohani manusia dalam rangka usaha mencari dan mendekatkan diri kepada Allah
SWT.
Ada 5 (lima) aliran tasawuf, yakni:
1. Qadiriyah
2. Rifa’iyah
3. Sammaniyah
4. Syattariyah
5. Naqsyabandiyah
Menurut at-Taftazani, tasawuf mempunyai 5 (lima) ciri, yaitu :
1. Memiliki nilai-nilai moral.
2. Pemenuhan fana (sirna, lenyap) dalam realitas mutlak.
3. Pengetahuan intuitif (berdasarkan bisikan hati) langsung.
4. Timbulnya rasa kebahagiaan sebagai karunia Allah SWT. dalam diri sufi karena
tercapainya maqamat (beberapa tingkatan perhentian) dalam perjalanan sufi
menuju (mendekati) Tuhan.
5. Penggunaan lambang-lambang pengungkapan (perasaan) yang biasanya
mengandung pengertian harfiah dan tersirat. (Ensiklopedi Islam, 1933: 73 –
75)
Ada empat macam tahapan yang harus dilalui oleh seorang hamba yang menekuni
ajaran tasawuf untuk mencapai suatu tujuan yang disebut sebagai “As-Sa’adah”
menurut Imam Al-Ghazali dan “Insanul Kamil” menurut Muhyiddin bin ‘Arabiy,
diantaranya sebagai berikut :
1. Syari’at, adalah hukum-hukum yang telah diturunkan oleh Allah SWT. kepada
Nabi Muhammad SAW. yang telah ditetapkan oleh ulama melalui sumber nash
Al-Qur’an maupun Al-Hadits atau dengan cara istimbat yaitu hukum-hukum
yang telah diterangkan dalam ilmu Tauhid, Fiqh dan Tasawuf. Isi syari’at
mencakup segala macam perintah dan larangan dari Allah SWT. Perintah-
perintah itu disebut sebagai istilah ma’ruf yang meliputi perbuatan yang
hukumnya wajib atau fardhu, sunnah, mubah atau membolehkan. Sedangkan
larangan-larangan dari Allah SWT. disebut dengan munkar yang meliputi
perbuatan yang hukumnya haram dan makruh. Baik yang ma’ruf maupun
munkar sudah ada petunjuknya dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.
2. Tarekat, adalah pengamalan syari’at, melaksanakan beban ibadah dengan tekun
dan menjauhkan dari sikap mempermudah ibadah yang sebenarnya memang
tidak boleh dipermudah (diremehkan). Kata tarekat dapat dilihat dari dua sisi,
yaitu dari sisi amaliah ibadah dan dari sisi organisasi (perkumpulan). Sisi
amaliah ibadah merupakan latihan kejiwaan, baik yang dilakukan oleh seorang
atau secara bersama-sama, dengan melalui dan mentaati aturan tertentu untuk
mencapai tingkatan kerohanian yang disebut maqamat atau al-ahwal, yang
mana latihan ini diadakan secara berkala yang juga dikenal dengan istilah
suluk. Sedangkan dari sisi organisasi maka tarekat berarti sekumpulan salik
(orang yang melakukan suluk) yang sedang menjalani latihan kerohanian
tertentu yang bertujuan untuk mencapai tingkat atau maqam tertentu yang
dibimbing dan dituntun oleh seorang guru yang disebut mursyid.
Adapun tingkatan maqam tarekat tersebut antara lain menurut Abu Nashr
As-Sarraj adalah sebagai berilut :
a. Tingkatan Taubah
b. Tingkatan Wara’
c. Tingkatan Az-Zuhd
d. Tingkatan Al-Faqru
e. Tingkatan Al-Shabru
f. Tingkatan At-Tawakkal
g. Tingkatan Ar-Ridha
3. Hakikat, adalah suasana kejiwaan seorang salik (sufi) ketika ia mencapai suatu
tujuan tertentu sehingga ia dapat menyaksikan tanda-tanda ketuhanan dengan
mata hatinya.
Hakikat yang didapatkan oleh seorang sufi setelah lama menempuh tarekat
dengan melakukan suluk, menjadikan dirinya yakin terhadap apa yang dialami
dan dihadapinya. Karena itu seorang sufi sering mengalami tiga macam tingkatan
keyakinan, yaitu :
a. ‘Ainul Yaqin, yaitu tingkatan keyakinan yang ditimbulkan oleh
pengamatan indera terhadap alam semesta, sehingga menimbulkan
keyakinan tentang kebenaran Allah SWT. sebagai penciptanya.
b. ‘Immul Yaqin, yaitu tingkatan keyakinan yang ditimbulkan oleh
analisis pemikiran ketika melihat kebesaran Allah SWT. pada alam
semesta ini.
c. ‘Haqqul Yaqin, yaitu tingkatan keyakinan yang didominasi oleh hati
nurani sufi tanpa melalui ciptaan-Nya, sehingga ucapan dan tingkah
lakunya mengandung nilai ibadah kepada Allah SWT. Maka kebenaran
Allah SWT. langsung disaksikan oleh hati, tanpa bisa diragukan oleh
keputusan akal.
Pengalaman batin yang sering dialami oleh seorang sufi melukiskan
bahwa betapa erat kaitan antara hakikat dengan ma’rifat, di mana
hakikat itu merupakan tujuan awal tasawuf, sedangkan ma’rifat
merupakan tujuan akhirnya.
4. Ma’rifat, adalah hadirnya kebenaran Allah SWT. pada seseorang sufi dalam
keadaan hatinya selalu berhubungan dengan nur Ilahi. Ma’rifat membuat
ketenangan dalam hati, sebagaimana ilmu pengetahuan membuat ketenangan
dalam akal pikiran. Barang siapa meningkatkan ma’rifatnya, maka meningkat pula
ketenangan hatinya.
Akan tetapi tidak semua sufi dapat mencapai pada tingkatan ini, karena itu
sesorang yang sudah sampai pada tingkatan ma’rifat ini memiliki tanda-tanda
tertentu, antara lain :
a. Selalu memancar cahaya ma’rifat padanya dalam segala sikap dan
perilakunya. Karena itu sikapwara’ selalu ada pada dirinya.
b. Tidak menjadikan keputusan pada suatu yang berdasarkan fakta yang
bersifat nyata, karena hal-hal yang nyata menurut ajaran tasawuf
belumtentu benar.
c. Tidak menginginkan nikmat Allah SWT. yang banyak baut dirinya,
karena hal itu bisa membawanya pada hal yang haram.
Dari sinilah kita dapat melihat bahwa seseorang sufi tidak
menginginkan kemewahan dalam hidupnya, kiranya kebutuhan
duniawi sekedar untuk menunjang ibadahnya, dan tingkatan ma’rifat
yang dimiliki cukup menjadikan ia bahagia dalam hidupnya karena
merasa selalu bersama-sama dengan Tuhannya.
2. Ceritakan pengalaman pribadi anda mengenai :
a. Berakhlak kepada Allah SWT.
b. Berakhlak kepada kedua orang tua
c. Berakhlak kepada teman atau tetangga anda
jawab :
1. Berakhlak kepada Allah SWT
Menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya
Contoh : Menjalankan sholat 5 waktu, menunaikan zakat fitrah, berpuasa
pada bulan Ramadhan dan lain-lain.
Meningat Allah ketika mendapatkan rezeki atau sebuah kebaikan dengan
mengucap Hamdallah
Berserah diri kepada Allah
Bertaubat kepada Allah
2. Berakhlak kepada kedua orang tua
Menghormati orang tua
Menyayangi orang tua
Sopan santun kepada orang tua
Mengikuti nasehatnya
Mendoakan keselamatan dan keampunan bagi mereka
3. Berakhlak kepada teman atau tetangga
Saling mengunjungi
Saling bantu di waktu senang, lebih-lebih tatkala susah
Saling beri-memberi, saling hormat-menghormati
Saling menghindari pertengkaran dan permusuhan
Saling menghargai satu sama lain
Tidak menyinggung perasaan orang lain
24 Desember - 30 Desember ( Minggu ke 4 )
1. Bagaimana cara yang baik dalam agama Islam ketika kita
hidup dalam lingkungan yang minoritas dan mayoritas beragama
non Islam.
Jawab :
Isalm merupakan agama yang mengakui prinsip persamaan hak bagi
seluruh umat manusia. Dalam islam juga diajarkan tentang berbuat baik kepada
teman atau tetangga, sekalipun mereka beragama bukan islam. Atau juga didalam
hal ini, Islam berada di dalam lingkungan yang minoritas, tetapi islam tidak
mengajarkan untuk memerangi mereka kecuali dalam hal tertentu. Islam sangat
menghargai agama lain, islam tidak mengingkan adanya perselisihan di antara
satu kaum dengan kaum lain. Dalam kisah yang diriwayatkan Abu Syuraih r.a
Rasullulah SAW Bersabda,`Demi Allah, sungguh seseorang tidak berima, Demi
Allah, sungguh seseorang tidak beriman, Demi Allah, sungguh seseorang tidak
beriman.” Seseorang bertanya kepada Rasulallah SAW. “ Siapa orang itu ya
Rasulullah?,”Rasulullah SAW,.menjawab, “Seseorang yang berbuat jahat dan
merugikan tetangganya.”.
Kerukunan dalam islam diberi istilah “tasamuh” atau toleransi. Sehingga
yang dimaksud toleransi adalah kerukunan sosial kemasyarakatan. Dalam
sejarahnya kehidupan Rasulullah SAW, kerukunan sosial kemasyarakatan telah
ditampakkan pada masyarakat Madinah. Pada saat itu rasul dan kaum muslim
berdampingan dengan masyarakat Madinah yang berbeda agama (Yahudi dan
Nasrani). Konflik yang terjadi kemudian disebabkan adanya penghianatan dari
orang bukan islam ( yahudi) yang melalukan persekongkolan untuk
menghancurkan islam
2. Perdagangan menurut ajaran Islam yang benar, yang
bagaimana?
Jawab :
Jual beli dalam Al-Qur’an merupakan bagian dari ungkapan perdagangan
atau dapat juga disamakan dengan perdagangan. Pengungkapan perdagangan ini
ditemui dalam tiga bentuk, yaitu tijarah, bay’ dan Syiraa’. Kata adalah التجارة
mashdar dari kata kerja ( تجارة و تجرا يتجر yaitu ( شراع dan باع) yang berarti (تجر
menjual dan membeli.
Jual beli secara etimologis berarti pertukaran mutlak. Kata al-bai’ (jual) dan Asy-
Syiraa’ (beli) penggunaannya disamakan antara keduanya, yang masing-masing
mempunyai pengertian lafadz yang sama dan pengertian berbeda.
Tentang perdagangan di dalam Al-Qur’an dengan jelas disebutkan bahwa
perdagangan atau perniagaan merupakan jalan yang diperintahkan oleh Allah
untuk menghindarkan manusia dari jalan yang bathil dalam pertukaran sesuatu
yang menjadi milik di antara sesama manusia. Seperti yang tercantum dalam Surat
An-Nisa’ 29.
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
Dalam syariat Islam, jual beli merupakan pertukaran semua harta (yang dimiliki
dan dapat dimanfaatkan) dengan harta lain berdasarkan keridhaan antara
keduanya. Atau dengan pengertian lain memindahkan hak milik dengan hak milik
orang lain berdasarkan persetujuan dan hitungan materi.
Selanjutnya bentuk perdagangan lain yang juga dipergunakan di dalam Al-Quran
adalah Asy-Syiraa’. Kata ini terdapat dalam 25 ayat Akan tetapi setelah diteliti,
hanya 2 ayat saja yang berkonotasi perdagangan dalam konteks bisnis yang
sebenarnya, yang terdapat dalam surah Yusuf ayat 21 dan 22.
Dalam Islam, hal yang berkaitan dengan muamalah jual beli harus memenuhi
syarat dan rukun jual beli. Dalam hal ini dijelaksan rukun jual beli adalah sebagai
berikut:
1. Penjual dan Pembeli
2. Aqad (Ijab dan Qabul)
3. Barang (Ma’kud Alaih/Subject Matter)
Sedangkan syarat-syarat bagi setiap rukun-rukun tersebut adalah penting
dan mesti dipenuhi. Karena jual beli dinyatakan syah apabila telah memenuhi
syarat-syarat atas pelaku akad, barang yang akan diakadkan, atau tempat berakad,
barang yang akan dipindahkan kepemilikannya dari salah satu pihak kepada pihak
lain baik berupa harga atau barang yang ditentukan dengan nilai atau harga.
3. Apa yang anda ketahui mengenai warisan?
jawab :
Warisan menurut sebagian besar ahli hukum Fiqh islam ialah semua harta
benda yang ditinggalkan oleh seseorang yang meninggal dunia, baik berupa
barang bergerak, maupun barang yang tidak bergerak, termasuk barang/uang
pinjaman dan juga barang yang digadaikan sebagai jaminan atas hutangnya pada
waktu ia masih hidup.
Islam mengakui hak milik pribadi, hak milik pribadi ini dapat pindah
kepada ahli waris karena pemiliknya meninggal dunia (beserta keluarganya) dan
untuk melepaskan dia dari semua beban dan tanggungjawabnya dihadapan Allah
diakhirat kelak, maka islam mewajibkan kepada keluarga atau ahli waris untuk
secepat mungkin mengurus pemakaman dan pelunasan semua hutangnya. Untuk
membina dan memperat tali persaudaraan antara ahli waris, maka islam telah
membuat aturan-aturan warisan yang cukup jelas dan lengkap, dan dapt
mencerminkan rasa keadilan. Diantaranya, islam menerangkan faktor-faktor yang
menyebabkan seseorang kehilangan haknya sebagai ahli waris. Islam juga telah
menatapkan siapa yang berhak menerima warisan dan jumlah bagiannya masing-
masing, cara pembagiannya dan ketentuan lain yang berkaitan dengan masalah
warisan.
Ada empat macam hak dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan adanya
harta warisan:
a. Menyelenggarakan pemakaman jenazah
b. Pelunasaan semua hutangnya
c. Pelaksanaan wasiat-wasiatnya
d. Membagikan harta peninggalan
31 Desember - 6 Januari ( Minggu ke 5 )
1. Politik yang benar menurut agama Islam, yang bagaimana ?
Jawab :
Menurut agama dan ajaran Islam ada dua hukum berpolitik. Pertama
adalah hukum (yang ditetapkan) Tuhan dan kedua adalah hukum buatan manusia.
Hukum buatan manusia harus bersandar dan tidak boleh bertentangan dengan
hukum Tuhan yang terdapat dalam Al-Qur`an seperti yang telah disebutkan di
atas.
Politik, kekuasaan dan hukum tersebut diatas sangat erat hubungannya
dengan manusia. Al-qur`an memperkenalkan konsep tentang manusia dengan
menggunakan istilah-istilah antara lain insan-dan basyar. Masing-masing istilah
berhubungan dengan dimensi yang berbeda yang dimiliki manusia. Insan
menunjuk pada hakikat manusia sebagai mahluk sosial budaya dan ekonomi.
Manusia diciptakan Allah dengan sifat bawaan ketergantungan kepada-Nya di
samping sifat-sifat keutamaan, kemampuan jasmani dan rohani yang
memungkinkan ia melaksanakan fungsinya sebagai khalifah untuk memakmuran
bumi. Manusia juga mempunyai kelemahan , karena kelemahannya itu manusia
tidak mampu mempertahankan dirinya kecuali dengan bantuan Allah SWT.
Bentuk bantuan Allah SWT itu terutama beruapa agama sebagai pedoman hidup
di dunia dalam rangka mencapai kebahagiaan di akhirat. Al-Qur`an tidak
menyebutkan dengan tegas bagaimana mewujudkan suatu sistem politik. Di dalam
bebrapa ayat Al-qur`an hanya menyebut bahwa kekuasaan politik hanya dijanjikan
kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Ini berarti bahwa sistem
politik menurut agama dan ajaran islam terkait dengan kedua faktor tersebut.
Disisi lain keberadaan sebuah sistem politik berkaitan pula dengan ruang dan
waktu. Ini berarti bahwa sistem politik adalah budaya manusia sehingga
keberadaannya tidak dapat dilepaskan dari dimensi kesejarahan.
Dalam sub sistem politik ini, hukum-hukum Allah dapat ditegakkan
meskipun dalam ruang lingkup yang terbatas sesuai dengan kemampuan, sebagai
persiapan pembentukan masyarakat mukmin yang siap menjalankan hukum islam
dan ajaran agama. Oleh karena kesiapan masyarakat itu dikaitkan dengan iman
dan amal saleh. Untuk itu diperlukan kajian terhadap Al-quran dan Al-Hadits.
Sebelum mengakhiri pembicaraan mengenai politik ini,perlu
dikemukakan bahwa konsep sistem politik islam adalah konsep politik yang
bersifat mejemuk. Sebebnya, kerena sistem politik islam terlahir dari pemahaman
atau penafsiran seseorang terhadap Al-quran berdasarkan kondisi kesejarahan dan
konteks persoalan masyarakat para pemikir politik.
2. Bagaimana kontribusi agama Islam dalam kehidupan politik
yang ada di negara RI ini ?
Jawab :
1. Politik ialah kemahiran
2. Menghimpun kekuatan
3. Meningkatkan kwantitas dan kwalitas kekuatan
4. Mengawasi kekuatan dan
5. Menggunakan kekuatan untuk mencapai tujuan kekuasaan tertentu didalam
Negara atau institute lainnya.
Selain itu ada beberapa pergerakan politik antara lain :
Sarekat Islam menjadi partai syarekat islam pada tahun 1923
Partai Syarekat Islam (P.S.I) menjadi Partai Syarekat Islam Hindia Timur
Pada tahun 1930, Partai Syarikat Islam Hindia Timur menjadi “Partai
Syarikat Islam Indonesia. Para pemimpinnya ialah H.Samanhudi, HOS.
Tjokroaminoto, SM. Kartosuwiryo, Dr. Sukirman Wirosandjojo,
Abikusumo Tjokrosoejoso, H. Agus Salim, Anwar Tjokroaminoto, Arudji
Karta Winata, Harsono Tjokroaminoto, Syeh Marhaban.
Permi (Persatuan Muslimin Indonesia) didirikan sesudah Thawalib
Sumatera
3.Mengapa filsafat juga dipelajari dalam islam?
Jawab :
Filsafat berasal dari bahasa Arab falsafah yang diturunkan dari bahasa
Yunani philosophia artinya cinta kepada pengetahuan atau cinta kepada
kebenaran. Orang yang cinta pada pengetahuan atau kebenaran disebut phisophos
atau failosouf dalam bahasa Arab, fisuf dalam bahasa Indonesia.
Filsafat adalah pemikiran rasional,kritis, sistematis dan radikal tentang
suatu objek. Objek pemikiran kefilsafatan adalah segala yang ada, yaitu Tuhan,
manusia dan alam. Jika yang menjadi objek pemikiran adalah Tuhan, maka
lahirlah filsafat ketuhanan. Jika yang menjadi objek pemikiran adalah agama dan
ajaran islam, lahirlah filsafat islam.
Filsafat Islam adalah pemikiran rasional, kritis, sistematis dan radikal
tentang aspek-aspek agama dan ajaran islam. Filsafat islam mencapai puncaknya
di zaman al-Farabi dan Ibnu Sina pada abad XI dan XIIM atau abad IV dan V H.
Kedua tokoh ini merupakan bintang paling bercahaya dalam sejarah filsafat islam,
sedang yang lain, sebutlah Ibnu Maskawin, Ibnu Tufail, Ibnu Rusyd dan lain-lain,
tetapi cahaya mereka tidaklah secemerlang cahaya al-Farabi dan Ibnu Sina.